• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan produksi sayuran hidroponik pada pt. Kebun sayur segar (parung farm), bogor, jawa barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan produksi sayuran hidroponik pada pt. Kebun sayur segar (parung farm), bogor, jawa barat"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PRODUKSI SAYURAN HIDROPONIK

PADA PT. KEBUN SAYUR SEGAR (PARUNG FARM),

BOGOR, JAWA BARAT

RIZKI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RIZKI. Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.

Seiring meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan, sayuran kini menjadi alternatif pilihan dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Pertumbuhan konsumsi sayuran pada tahun 2008 hingga 2011 mengalami penurunan, namun pada tahun 2012 pertumbuhan bernilai positif. Hal tersebut berarti bahwa ada kecenderungan perubahan dalam tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia yang akan berimplikasi pada peramalan permintaan dan perencanaan produksi yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis ialah PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) yang memproduksi beberapa sayuran hidroponik, seperti bayam hijau, kangkung, romaine dan sebagainya. Berdasarkan hasil ramalan untuk lima bulan kedepan, permintaan bayam hijau berkisar antara 300 hingga 400 pak perhari, permintaan kangkung berkisar antara 220 hingga 270 pak perhari, dan permintaan romaine berkisar antara 100 hingga 148 pak perhari. Puncak permintaan ketiga komoditi terjadi pada hari-hari akhir di bulan Juli 2014, yakni tanggal 24 dan 25 Juli 2014. Jika ditarik mundur dari tanggal tersebut, maka secara umum berdasarkan karakteristik masing-masing komoditi, perencanaan produksi akan dimulai pada bulan Juni 2014 dengan memperhatikan masa N1, N2 serta N3 dari masing-masing komoditi.

Kata kunci : hidroponik, Parung Farm, peramalan, perencanaan produksi

ABSTRACT

RIZKI. Hydroponic Vegetable Production Planning at PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), Bogor, West Java. Supervised by AMZUL RIFIN.

By increasing awareness and public awareness of the health, now vegetables is as alternative patterns of consumption in Indonesia. Vegetables consumption growth in 2008 and 2011 has decreased, but in 2012 growth is positive. This means that there is a trend of change in the rate of Indonesian society vegetables consumption which will have implications for demand forecasting and production planning will be done by a company. One of the agribusiness companies is PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) which produces some hydroponic vegetables, such as green spinach, kale, romaine, and so on. Based on the results of the forecast for the next five months, demand for green spinach ranged from 300 to 400 packs per day, demand kale ranged from 220 to 270 packs per day, and romaine demand ranged from 100 to 148 packs per day. Peak demand occurs in the third commodity these days in the month end of July 2014, which is dated 24 and 25 July 2014. If pulled backwards from that date, it is generally based on the characteristics of each commodity, production planning will begin in June 2014 with regard period N1, N2 and N3 of each commodity.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

PERENCANAAN PRODUKSI SAYURAN HIDROPONIK

PADA PT. KEBUN SAYUR SEGAR (PARUNG FARM),

BOGOR, JAWA BARAT

RIZKI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah perencanaan produksi, dengan judul Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), Bogor, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP. MA selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM dan Ibu Eva Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran demi perbaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Yudi Supriyono selaku Direktur Produksi PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) dan Bapak Agus selaku staf Unit Produksi dari PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, sahabat CSS 47, serta seluruh sahabat Agribisnis 47 atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Perencanaan Produksi 8

Hidroponik 10

Proses Produksi 11

Teori Permintaan 14

Teori Peramalan 14

Jenis-Jenis Peramalan 15

Model Time Series 16

Kerangka Pemikiran Operasional 21

METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Jenis dan Sumber Data 23

Metode Pengolahan dan Analisis Data 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Gambaran Umum Perusahaan 24

Peramalan Permintaan Bayam Hijau 27

Identifikasi Pola Permintaan Bayam Hijau 27

Metode Peramalan Permintaan Bayam Hijau 27

(10)

Peramalan Permintaan Kangkung 29

Identifikasi Pola Permintaan Kangkung 29

Metode Peramalan Permintaan Kangkung 29

Peramalan Permintaan Kangkung 30

Peramalan Permintaan Romaine 31

Identifikasi Pola Permintaan Romaine 31

Metode Peramalan Permintaan Romaine 32

Peramalan Permintaan Romaine 32

Perencanaan Produksi 33

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Maret 2014) 33

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (April 2014) 35

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Mei 2014) 36

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juni 2014) 38

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juli 2014) 39

Perencanaan Produksi Kangkung (Maret 2014) 41

Perencanaan Produksi Kangkung (April 2014) 43

Perencanaan Produksi Kangkung (Mei 2014) 44

Perencanaan Produksi Kangkung (Juni 2014) 46

Perencanaan Produksi Kangkung (Juli 2014) 47

Perencanaan Produksi Romaine (Maret 2014) 49

Perencanaan Produksi Romaine (April 2014) 51

Perencanaan Produksi Romaine (Mei 2014) 52

Perencanaan Produksi Romaine (Juni 2014) 54

Perencanaan Produksi Romaine (Juli 2014) 55

SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 61

(11)

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun

2012 1

2 Rata-Rata Konsumsi Sayuran (KKal) Masyarakat Indonesia per Kapita

Sehari Tahun 2008-2012 2

3 Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran (Ton) Indonesia Tahun

2008-2012 2

4 Ciri-Ciri Sebuah Kegiatan Peramalan 15

5 Nilai Akurasi Kesalahan Metode Peramalan Permintaan Bayam Hijau 28 6 Nilai Akurasi Kesalahan Metode Peramalan Permintaan Kangkung 30 7 Nilai Akurasi Kesalahan Metode Peramalan Permintaan Romaine 32

8 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Maret 2014) 35

9 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (April 2014) 36

10 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Mei 2014) 38

11 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juni 2014) 39

12 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juli 2014) 41

13 Perencanaan Produksi Kangkung (Maret 2014) 43

14 Perencanaan Produksi Kangkung (April 2014) 44

15 Perencanaan Produksi Kangkung (Mei 2014) 46

16 Perencanaan Produksi Kangkung (Juni 2014) 47

17 Perencanaan Produksi Kangkung (Juli 2014) 49

18 Perencanaan Produksi Romaine (Maret 2014) 51

19 Perencanaan Produksi Romaine (April 2014) 52

20 Perencanaan Produksi Romaine (Mei 2014) 54

21 Perencanaan Produksi Romaine (Juni 2014) 55

22 Perencanaan Produksi Romaine (Juli 2014) 57

DAFTAR GAMBAR

1 Permintaan Sayuran PT. Parung Farm 12 Bulan Terakhir 4 2 Masa Penyemaian Benih Bayam Hijau dan Kangkung (Masa N1) 12 3 Masa Tanam Bibit (Masa N2) dan Alat Pengalir Nutrisi 13 4 Masa Produksi Bibit Kangkung (a,b) dan Bayam Hijau (c,d) (Masa N3) 13 5 Kerangka Pemikiran Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik pada

PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) 22

6 Pola Permintaan Bayam Hijau 27

7 Pola Permintaan Kangkung 29

8 Pola Permintaan Romaine 31

9 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Maret 2014) 34

10 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (April 2014) 35

11 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Mei 2014) 37

12 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juni 2014) 38

13 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juli 2014) 40

14 Perencanaan Produksi Kangkung (Maret 2014) 42

15 Perencanaan Produksi Kangkung (April 2014) 43

(12)

17 Perencanaan Produksi Kangkung (Juni 2014) 46

18 Perencanaan Produksi Kangkung (Juli 2014) 48

19 Perencanaan Produksi Romaine (Maret 2014) 50

20 Perencanaan Produksi Romaine (April 2014) 51

21 Perencanaan Produksi Romaine (Mei 2014) 53

22 Perencanaan Produksi Romaine (Juni 2014) 54

23 Perencanaan Produksi Romaine (Juli 2014) 56

DAFTAR LAMPIRAN

1 Plot ACF Permintaan Bayam Hijau 61

2 Plot PACF Permintaan Bayam Hijau 62

3 Peramalan Permintaan Bayam Hijau dengan Model ARIMA

(111)(112)7 63

4 Plot ACF Permintaan Kangkung 65

5 Plot PACF Permintaan Kangkung 66

6 Peramalan Permintaan Kangkung dengan Model ARIMA (012)(012)7 67

7 Plot ACF Permintaan Romaine 70

8 Plot PACF Permintaan Romaine 71

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling berpengaruh dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Hal tersebut didukung dengan fakta bahwa Indonesia adalah negara agraris, dimana sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian di sektor pertanian. Arti pertanian disini merupakan pertanian dalam artian yang luas, yang meliputi pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Menurut data Badan Pusat Statistik (2013), nilai PDB sektor pertanian pada tahun 2012 menyumbangkan nilai yang cukup besar terhadap nilai PDB Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012a

Lapangan Usaha Nilai PDB (Miliar Rupiah) Pertanian, peternakan, perikanan dan

kehutanan 1 190 412.40

Pertambangan dan penggalian 970 559.60

Industri pengolahan 1 972 846.60

Listrik, gas, dan air bersih 65 124.90

Konstruksi 860 964.80

Perdagangan, hotel, dan restoran 1 145 600.90

Pengangkutan dan komunikasi 549 115.50

Keuangan, real estate, jasa perusahaan 598 523.20

Jasa-jasa 888 676.40

a

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa kontribusi sektor pertanian pada tahun 2012 cukup menyumbangkan nilai yang besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia (PDB) yakni menyumbangkan 14.44 persen dari total nilai keseluruhan, meskipun nilai tersebut bukan nilai yang tertinggi yang berada pada sektor industri pengolahan yang menyumbangkan 23.93 persen dari total nilai PDB Indonesia tahun 2012.

Jika melihat data yang tertera pada Tabel 1, sektor pertanian tentu memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut agar memberikan kontribusi yang lebih signifikan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu bidang dalam sub sektor pertanian ialah hortikultura. Hortikultura cukup memiliki peranan yang penting, salah satunya sebagai penyedia sumber makanan. Komoditas hortikultura antara lain tanaman hias, tanaman obat-obatan, bunga, buah-buahan, dan sayuran.

(14)

merupakan komponen penting di dalam menu makanan seimbang untuk pola hidup sehat. Menurut data Badan Pusat Statistik (2013), tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran pada tahun 2012 mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rata-Rata Konsumsi Sayuran (KKal) Masyarakat Indonesia per Kapita Sehari Tahun 2008-2012a

Tahun Konsumsi (KKal) Pertumbuhan (Persen)

2008 45.46 -

2009 38.95 (14)

2010 38.72 (0.6)

2011 37.46 (3)

2012 37.72 0.7

a

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat bahwa secara rata-rata tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran pada tahun 2008 hingga 2012 mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2009, dimana tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran menurun sebesar 14 persen, dengan salah satu penyebabnya karena masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan. Berbeda halnya pada tahun 2012, dengan tren pola hidup sehat yang berkembang, tingkat konsumsi sayuran mengalami peningkatan sebesar 0.7 persen, meskipun peningkatan konsumsi terbilang kecil, namun peningkatan konsumsi tersebut dapat dijadikan peluang yang berimplikasi pada peningkatan produksi sayuran. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran (Ton) Indonesia Tahun 2008-2012a

Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (Persen)

2008 10 035 094 -

2009 10 628 285 5.9

2010 10 706 386 0.7

2011 10 871 224 1.5

2012 10 939 752 0.6

a

Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura 2013

Tabel 3 menyajikan data tentang produksi sayuran Indonesia mulai dari tahun 2008 hingga 2012. Rata-rata data menunjukkan bahwa produksi sayuran Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada tahun 2009 dan 2011, pertumbuhan produksi sayuran Indonesia meningkat lebih dari 1 persen dengan pertumbuhan produksi terbesar mencapai 5.9 persen yang terjadi pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 dan 2012, pertumbuhan produksi sayuran Indonesia meningkat kurang dari 1 persen, dimana salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi karena adanya konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian yang kini sedang banyak terjadi di Indonesia.

(15)

pertumbuhannya. Berbeda halnya dengan data mengenai konsumsi sayuran tahun 2008-2012. Pada data ini, pertumbuhan konsumsi sayuran di beberapa tahun awal mengalami penurunan yang signifikan, namun pada tahun akhir yakni tahun 2012, pertumbuhan bernilai positif. Hal tersebut berarti bahwa ada kecenderungan perubahan dalam tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia. Perubahan konsumsi tersebut merupakan indikasi atau salah satu poin yang melatar belakangi diperlukannya perencanaan produksi, yang diawali dengan melakukan peramalan permintaan terhadap sayuran untuk beberapa waktu kedepan guna mengetahui perencanaan produksi yang harus dipersiapkan.

Selain itu, dalam melakukan kegiatan usahatani sayuran, secara garis besar terdapat dua karakteristik pelaku usahatani, yakni petani kecil dan perusahaan. Terkait tentang tujuan dan orientasi, petani kecil melakukan kegiatan usahataninya lebih mengutamakan untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari, sekalipun diorientasikan untuk profit, skala usahatani tersebut terbilang kecil. Berbeda halnya dengan perusahaan, pada umumnya tujuan perusahaan lebih berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan skala usahatani yang dilakukan perusahaan terbilang besar. Keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan adalah keuntungan yang maksimal, dan hal itu didapat melalui faktor internal, yakni efisiensi penggunaan sumberdaya yang dimiliki, seperti efisiensi penggunaan SDM, peralatan, teknologi, bahan baku, maupun optimalisasi produksi. Selain faktor internal, keuntungan perusahaan juga bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah satunya ialah permintaan akan komoditas sayuran itu sendiri.

Permintaan akan sayuran yang mengalami perubahan mengakibatkan sebuah perusahaan mengalami risiko dan ketidakpastian dalam memproyeksikan jumlah dan waktu produksi sayuran yang akan dihasilkan. Perubahan itu juga menyebabkan perusahaan perlu melakukan perencanaan produksi untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tepat pada waktunya.

Perencanaan produksi sangat diperlukan oleh perusahaan untuk dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara optimal, berproduksi pada tingkat efisien dan efektifitas yang tinggi, berproduksi dengan biaya yang rendah, menjual produk dalam jumlah banyak dan terutama dalam hal perencanaan waktu produksi serta jumlah produksi yang harus dipersiapkan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tepat pada waktunya, sehingga perusahaan mampu memperoleh keuntungan bagi pengembangan dan kemajuan perusahaan dalam memiliki daya saing yang tinggi.

(16)

Perumusan Masalah

PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) adalah salah satu perusahaan agribisnis sayuran hidroponik yang berperan sebagai pedagang besar sekaligus produsen yang berlokasi di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi beberapa jenis sayuran hidroponik seperti bayam merah, bayam hijau, selada, kangkung dan sebagainya. Sebagian besar kegiatan perusahaan ini difokuskan pada penanganan pasca panen sayuran yang diperoleh dari petani mitra. PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) mendistribusikan sayurannya kepada swalayan yang berada di sekitar wilayah Jabodetabek, seperti Giant, Carrefour, Hero, Lotte Mart dan sebagainya. Perusahaan ini melakukan transaksi kepada para pelanggan tersebut dengan berdasarkan order atau pesanan yang diminta pada setiap harinya.

Selama ini, jumlah volume permintaan sayuran di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) berfluktuasi, terutama pada komoditi bayam hijau, kangkung dan romaine, akibatnya terjadi ketidakseimbangan dan gap dengan produksi yang dihasilkan. Bagian produksi akan melakukan aktivitas penanaman setelah mendapatkan data dari bagian pemasaran mengenai berapa proyeksi permintaan konsumen yang akan datang, dan sebesar angka tersebut sayuran yang akan ditanam oleh bagian produksi, namun kenyataannya ketika masa panen, angka permintaan tidak sesuai dengan angka yang diprediksi ketika awal penanaman. Fluktuasi permintaan tersebut dapat dilihat pada grafik permintaan sayuran 12 bulan terakhir (Maret 2013-Februari2014) dibawah ini.

Gambar 1 Permintaan Sayuran PT. Parung Farm 12 Bulan Terakhir

Grafik diatas menjelaskan bahwa permintaan sayuran hidroponik 12 bulan terakhir pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) cukup berfluktuasi. Dengan fluktuasi tersebut perusahaan terkadang mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan secara pasti dengan faktor pembatas berupa luas lahan maksimal perhari yakni 72 m2 untuk bayam hijau, 48 m2 untuk kangkung dan 16 m2 untuk

2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Permintaan Bayam Hijau (pak) Permintaan Kangkung (pak)

(17)

romaine. Hal tersebut merupakan salah satu poin yang membuat perencanaan produksi menjadi penting untuk dilakukan oleh suatu perusahaan.

PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) dalam melakukan perencanaan produksinya cenderung belum menentukan secara pasti terkait dengan jumlah produksinya, karena keputusan tersebut dihasilkan dari diskusi pihak manajerial perusahaan secara kualitatif dan lebih bersifat kondisional serta penalaran. Perusahaan ini juga melakukan perencanaan jumlah produksi berdasarkan jumlah rata-rata dari permintaan-permintaan sebelumnya yang lebih bersifat kualitatif. Selain itu, dalam membuat perencanaan angka permintaan komoditi sayuran, perusahaan ini seringkali kurang tepat dalam memproyeksikan angka permintaan konsumen tersebut, karena prosesnya didasarkan pada subyektifitas stakeholder. Penelitian ini mencoba menawarkan metode perencanaan produksi dan peramalan secara kuantitatif yang diharapkan lebih akurat, sehingga gap antara produksi dan permintaan dapat diperkecil dan juga akan berimplikasi pada perencanaan produksi (waktu tanam, panen, dan jumlah) yang lebih tepat dan sesuai dengan hasil peramalan yang dilakukan.

Mengingat jenis sayuran yang diusahakan cukup banyak, maka perencanaan produksi dan peramalan hanya dilakukan pada beberapa jenis sayuran saja. Sayuran tersebut merupakan pilihan dari sayuran yang termasuk dalam kelas sayuran unggul (permintaan banyak dan berfluktuasi), dan juga sayuran yang direkomendasikan untuk dipilih oleh Direktur Produksi PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm). Sayuran tersebut ialah, bayam hijau, kangkung dan romaine.

Dengan mempertimbangkan uraian kondisi diatas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah, bagaimana perencanaan produksi (waktu tanam, panen dan jumlah produksi) sayuran (bayam hijau, kangkung dan romaine) di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) yang didasarkan pada hasil peramalan untuk periode lima bulan kedepan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Meramalkan permintaan harian konsumen pada sayuran (bayam hijau, kangkung dan romaine) di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) untuk periode lima bulan kedepan (Maret-Juli 2014).

2. Mengidentifikasi perencanaan produksi (waktu tanam, panen dan jumlah produksi sayuran bayam hijau, kangkung dan romaine) di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) berdasarkan hasil peramalan yang dilakukan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi :

1. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dari perkuliahan untuk dapat diterapkan di lapangan.

(18)

3. Bahan referensi atau acuan yang dapat digunakan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama atau lebih lanjut mengenai perencanaan produksi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini ialah perencanaan produksi yang diawali dengan melakukan peramalan permintaan sayuran berupa komoditas bayam hijau, kangkung dan romaine di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) untuk periode lima bulan kedepan yang kemudian hasil ramalan tersebut akan digunakan untuk melakukan perencanaan produksi (waktu tanam, panen dan jumlah produksi). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif (model time series) yang paling akurat dan sesuai dengan data yang ada, dan data yang digunakan yakni berupa data permintaan historis tiga tahun terakhir yang bersumber dari catatan pengelolaan produksi sayuran di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm).

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian mengenai peramalan dan perencanaan produksi telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut pada umumnya bertujuan untuk melihat sebaran pola data yang terdapat pada masing-masing kondisi di tempat penelitian untuk dapat memberikan metode peramalan kuantitatif yang terbaik sesuai dengan studi kasus, dan selanjutnya hasil peramalan tersebut digunakan untuk melakukan perencanaan produksi. Penelitian mengenai peramalan permintaan dan perencanaan produksi antara lain Wisastri (2006), Naibaho (2009), Hutajulu (2010), Purnomo (2010), Lestari (2012), dan Hutagalung (2013).

Purnomo (2010) dan Hutagalung (2013) melakukan penelitian yang sama, yakni mengenai perencanaan dan kebutuhan kapasitas produksi. Purnomo (2010) melakukan penelitian tentang perencanaan produksi dan pengendalian persediaan bahan baku pada pengrajin tahu dan tempe “IM” Cibogo, Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk membuat perencanaan pengadaan bahan baku untuk menentukan kapan dan berapa banyak jumlah pesanan bahan baku yang diperlukan untuk menjaga agar bahan baku yang tersedia sesuai dengan kebutuhan perusahaan pada tingkat harga yang minimal. Adapun tahapan yang dilakukan pada penelitian ini ialah pemodelan perencanaan produksi agregat dengan integer programming, perhitungan perencanaan produksi agregat dengan win QSB, perhitungan perencanaan produksi disagregasi, serta perhitungan kebutuhan bahan baku dengan economic order quantity (EOQ).

(19)

Seperti pada penelitian Purnomo (2010), penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung (2013) juga melakukan penelitian tentang perencanaan produksi. Perbedaannya pada penelitian ini melakukan perencanaan kebutuhan kapasitas produksi pada sebuah perusahaan manufaktur (PT. XYZ). Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah perhitungan Rough Cut Capacity Planning (RCCP) dan pemberian usulan perencanaan kapasitas produksi. RCCP digunakan untuk mengetahui bagian produksi (work centre) yang mengalami kekurangan kapasitas produksi, sedangkan usulan perencanaan kapasitas produksi digunakan sebagai alternatif work centre dalam meningkatkan kapasitas produksi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat tiga work centre yang mengalami kekurangan kapasitas produksi, yaitu work centre pemotongan plat, gerinda dan polish. Usulan perencanaan kapasitas produksi yang dilakukan ialah melakukan penyesuaian beban kerja (re-adjusment), menambah tiga unit mesin gerinda dan tiga unit mesin polish. Dengan usulan tersebut, tujuan penelitian ini dapat terpenuhi, yakni memenuhi permintaan konsumen serta meningkatkan pendapatan perusahaan hingga mencapai 31 persen.

Berbeda dengan kedua penelitian diatas, Wisastri (2006) dan Lestari (2012) melakukan penelitian tentang peramalan permintaan. Kesamaan pada kedua penelitian ini yakni penelitian dilakukan pada objek sayuran di daerah tertentu. Wisastri (2006) melakukan penelitian tentang analisis peramalan permintaan sayuran (lettuce head, bunga kol, wortel, sawi putih dan brokoli) pada PD. Pacet Segar, Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memilih model peramalan terakurat untuk mendapatkan ramalan permintaan beberapa jenis sayuran diatas beserta rekomendasinya untuk perusahaan. Model yang dicoba dalam penelitian ini ialah model time series dan kausal serta menggunakan program microsoft excel, minitab 13 dan QSB (Quantitative System for Business) dalam mengolah data kuantitatif yang diperoleh. Berdasarkan plot data permintaan dan plot korelasinya, diketahui bahwa pola data untuk lettuce head, bunga kol, wortel, sawi putih dan brokoli adalah tidak stasioner, memiliki pola data trend dan musiman. Model peramalan time series yang digunakan adalah model rata-rata bergerak sederhana, rata-rata sederhana, model dua parameter dari Holt, model Brown, model trend, model pemulusan tunggal, model Winter multiplikatif, dekomposisi (aditif dan multiplikatif) dan model ARIMA, sedangkan model regresi yang dicoba adalah regresi linier dan double log.

(20)

Hasil peramalan ketiga komoditi tersebut berdasarkan IRF dan FEVD untuk satu tahun kedepan cenderung mengalami peningkatan dengan terdapat hubungan kointegrasi diantara ketiganya. Guncangan dalam permintaan kembang kol, akan direspon positif oleh semua variabel, sedangkan untuk lettuce head bila terdapat guncangan permintaan, maka akan direspon positif oleh lettuce head itu sendiri dan kembang kol, tetapi direspon negatif oleh tomat beef, dan jika terjadi guncangan permintaan pada tomat beef, maka akan direspon positif oleh semua variabel.

Berbeda dengan kedua penelitian diatas, penelitian peramalan permintaan dan perencanaan produksi oleh Naibaho (2009) dan Hutajulu (2010) dilakukan pada objek yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada objek non sayuran. Hutajulu (2010), melalukan penelitian tentang peramalan permintaan dan perencanaan optimasi produksi semen pada plant 11 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan peramalan terhadap permintaan semen satu tahun kedepan serta menentukan perencanaan optimasi produksinya. Hasil peramalan akan dijadikan sebagai dasar penentuan perencanaan optimasi produksi dengan fungsi tujuan untuk meminimisasi biaya produksi dan fungsi kendala berupa jumlah permintaan, jam tenaga kerja regular dan lembur, kapasitas gudang, tingkat persediaan produk jadi dan kecepatan produksi.

Seperti Hutajulu (2010), penelitian yang dilakukan oleh Naibaho (2009) juga meneliti tentang analisis peramalan permintaan pada objek non sayuran, yaitu peramalan permintaan handuk ekspor dan kajian perencanaan produksi agregat pada PT. Wiska. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan peramalan terhadap permintaan handuk ekspor satu tahun kedepan serta menentukan perencanaan produksinya secara agregat. Parameter-parameter yang memengaruhi proses produksi dalam sistem perencanaan produksi agregat adalah jumlah permintaan pelanggan, kapasitas gudang, tingkat persediaan produk jadi, waktu kerja yang tersedia dan kecepatan produksi.

Persamaan kedua penelitian diatas terletak pada konsep keberlanjutan setelah dilakukan analisis peramalan permintaan. Kedua penelitian tersebut melanjutkan pada kajian perencanaan produksi secara optimal dengan tujuan utama untuk meminimumkan biaya dan efisiensi sumber daya yang dimiliki.

Dari uraian diatas, maka penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal obyek yang diteliti, yakni sayuran hidroponik, dimana nantinya dengan adanya perbedaan fluktuasi dan pola sebaran data, akan memengaruhi model yang digunakan dalam proses peramalan yang dilakukan pada penelitian ini yang selanjutnya hasil ramalan tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan dalam mengestimasikan waktu tanam, panen dan jumlah yang harus diproduksi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Perencanaan Produksi

(21)

pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan tertentu. Syarat mutlak suatu perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas dan mudah dimengerti serta perencanaan harus terukur dan mempunyai standar tertentu. Perencanaan produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain, waktu produksi, jumlah produksi dan modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan yang diperkirakan atau diramalkan (Assauri, 2004).

Selain itu, Assauri (2004) juga menambahkan bahwa manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (faktor produksi), seperti sumber daya manusia, sumber daya alat dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa, dimana penggunaan sumber daya tersebut dilakukan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah guna (utility) barang dan jasa tersebut.

Prawirasentono (2007) mengklasifikasikan perencanaan produksi menjadi tiga jenis berdasarkan horizon waktu, yakni (1) perencanaan jangka panjang yang merupakan perencanaan lebih dari 18 bulan, seperti perencanaan penambahan fasilitas dan peralatan yang berumur panjang, (2) perencanaan jangka menengah yang merupakan perencanaan 3 hingga 18 bulan, seperti perencanaan tugas dan penambahan karyawan, (3) perencanan jangka pendek yang merupakan perencanaan dibawah tiga bulan, seperti perencanaan pengalokasian mesin

Perencanaan produksi memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut : (1) meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu, (2) menetapkan jumlah saat pemesanan bahan baku serta komponen secara ekonomis dan terpadu, (3) menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik pemenuhan pemesanan, serta memonitor tingkat persediaan produk jadi setiap saat, membandingkannya dengan rencana persediaan dan melakukan revisi atas tencana produksi pada saat yang ditentukan, (4) membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan pada suatu periode.

Menurut Solehudin (2007), terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan proses produksi berdasarkan sifat proses produksi, faktor tersebut ialah :

a. Proses produksi yang terputus-putus

Perencanaan produksi dalam perusahaan pabrik yang mempunyai proses produksi yang terputus-putus, dilakukan berdasarkan jumlah pesanan (make to order) yang diterima. Oleh karena kegiatan produksi dilakukan berdasarkan pesanan, jumlah produksi biasanya relatif kecil, sehingga perencanaan produksi yang dibuat semata-mata tidak berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting), tetapi didasarkan pada pesanan yang masuk.

(22)

diambil untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi. Perencanaan produksi yang disusun haruslah bersifat fleksibel, agar sumber daya yang dimiliki dapat dipergunakan secara optimal.

b. Proses produksi yang terus menerus (continuous process)

Perencanaan produksi pada perusahaan yang bersifat terus menerus, dilakukan berdasarkan ramalan penjualan. Hal ini dikarenakan kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi untuk memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai blueprint selama jangka waktu tertentu.

Selain itu, Prawirasentono (2007) menambahkan beberapa hal yang terdapat dalam perencanaan produksi, diantaranya ialah :

1. Desain produk

Desain produk harus terlebih dahulu disiapkan sebelum perusahaan melakukan kegiatan operasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sesuai dengan perubahan selera pasar, desain barang harus selalu diperbaharui agar barang yang diproduksi dilirik oleh konsumen atau pasar, sehingga barang tersebut memiliki nilai jual yang baik. Desain produk ini nantinya akan menentukan teknologi yang dipakai. 2. Teknologi dan fasilitas produksi

Teknologi dan fasilitas produksi yang dipakai perusahaan biasanya akan disesuaikan dengan modal dan alokasi keuangan yang dimiliki yang telah dirancang sebelumnya. Besar kecilnya teknologi atau kapasitas mesin yang dipakai, tergantung pada ramalan penjualan yang menjadi dasar perencanaan produksi.

3. Jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan didasarkan pada kapasitas produksi yang telah direncanakan sebelumnya, namun bukan hanya jumlah tenaga kerja, tetapi juga jenis dan mutu kerja sesuai dengan kapabilitas masing-masing.

4. Bentuk dan mutu produk

Bentuk dan mutu produk, nantinya akan menentukan jenis dan jumlah persediaan bahan yang harus disiapkan.

5. Waktu produksi

Waktu produksi harus diestimasikan terlebih dahulu, baik melalui cara kualitatif maupun kuantitatif, agar produk yang dihasilkan memiliki kesesuaian waktu dengan permintaan konsumen, sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi tepat pada waktunya.

Hidroponik

(23)

hidroponik ini memiliki fungsi sebagai pengganti tanah untuk menghantarkan larutan hara kedalam akar tanaman. (Lingga 1999).

Pelaksanaan proses pembudidayaan tanaman hidroponik biasanya dilakukan didalam greenhouse. Greenhouse itu sendiri sering diartikan sebagai rumah kaca, namun karena alasan harga yang mahal dan kesulitan untuk didapat, penggunaan kaca akhir-akhir ini sudah banyak digantikan dengan penggunaan plastik yang harganya relatif lebih murah dan lebih mudah didapat. Penggunaan greenhouse pada dasarnya untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam berproduksi yang disebabkan oleh faktor alam, seperti cuaca yang ekstrim (angin kencang, intensitas hujan dan radiasi matahari yang tinggi), gangguan hama, serta untuk melindungi tanaman dari kelembaban yang tinggi. Penggunaan greenhouse ini membuat tanaman terlindungi dari serangan hama dan OPT, sehingga penggunaan pestisida dapat dihindari juga dikendalikan dan produk sayuran yang dihasilkan menjadi lebih sehat.

Menurut Suhardiyanto (2010), bertanam secara hidroponik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan budidaya tanaman menggunakan media tanah. Keunggulan teknik hidroponik antara lain (1) serangan hama dan penyakit (OPT) menjadi lebih mudah dikendalikan, (2) penggunaan pupuk dan air lebih efisien, (3) lebih bersih dan steril, (4) pekerjaan relatif lebih ringan karena tidak harus mengolah tanah, (5) larutan nutrisi dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, (6) pengusahaan tanaman dapat dilakukan dimana saja, tidak harus dilakukan di lahan yang luas.

Proses Produksi

Bayam hijau memiliki waktu budidaya sekitar 38 sampai 40 hari sebelum memasuki masa panen, dengan rincian 10 hari awal dilakukan proses penyemaian benih, 10 hari selanjutnya adalah masa tanam bibit, dan 18 hingga 20 hari berikutnya memasuki masa produksi bibit, kemudian setelah itu memasuki masa panen selama dua sampai tiga hari.

Kangkung memiliki karakteristik yang tak jauh berbeda dengan bayam hijau. Waktu budidaya yang diperlukan kangkung sekitar 38 sampai 40 hari sebelum memasuki masa panen, yakni masa penyemaian benih selama 10 hari, masa tanam bibit selama 10 hari, masa produksi bibit selama 18 hingga 20 hari dan masa panen selama 2 hingga 3 hari.

Berbeda halnya dengan bayam hijau dan kangkung, romaine memiliki karakteristik waktu budidaya yang lebih lama, yakni sekitar 48 hingga 50 hari sebelum memasuki masa panen, dengan rincian 10 hari pertama untuk masa penyemaian benih, 10 hari kedua untuk masa tanam bibit, 28 hingga 30 hari selanjutnya untuk masa produksi bibit dan 2 hingga 3 hari untuk masa panen.

(24)

belum terdapat jarak tanam yang ditentukan secara sistematis, karena belum terlalu memengaruhi proses pertumbuhan benih sayuran. Proses produksi sayuran hidroponik pada masa N1 dapat dilihat pada Gambar 2.

(25)

Gambar 3 Masa Tanam Bibit (Masa N2) dan Alat Pengalir Nutrisi

Tahap terakhir sayuran hidroponik sebelum memasuki masa panen ialah masa produksi bibit sayuran, yakni selama kurang lebih 18 hingga 20 hari untuk bayam hijau dan kangkung, serta kurang lebih 28 hingga 30 hari untuk romaine. Masa produksi ini juga disebut dengan masa N3. Pada tahap ini, bibit sayuran yang berasal dari masa N2 akan memasuki masa N3 yang akan dialiri larutan nutrisi sebanyak 7 ml. Dengan didahului masa N2, bibit sayuran pada N3 ini diharapkan dapat tumbuh secara optimal dan hanya tinggal menunggu umur dewasa agar dapat dipanen sesuai dengan umur panen yang ada. Proses produksi sayuran hidroponik pada masa N3 dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b)

(c) (d)

(26)

Pada dasarnya proses produksi atau budidaya sayuran pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) ini tidak terlalu memerlukan lahan yang luas, mengingat sayuran dibudidayakan secara hidroponik. Selain itu, dengan proses secara hidroponik tersebut, memungkinkan perusahaan menerapkan konsep first in first out dimana proses penanaman serta pemanenan dapat dilakukan setiap harinya dengan sayuran yang ditanam terlebih dahulu akan dipanen lebih awal. Mengenai jumlah panen, 1 m2 penanaman sayuran akan menghasilkan 1.5 kg atau sekitar 6 pak untuk bayam hijau dan kangkung, sedangkan 1 m2 penanaman romaine akan menghasilkan 2 kg atau sekitar 8 pak.

Teori Permintaan

Teori permintaan merupakan teori yang mempelajari hubungan antara jumlah yang diminta untuk setiap komoditi dengan harga komoditi itu sendiri. Menurut Lipsey et al (1993), ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep permintaan. Pertama, istilah jumlah yang diminta memiliki perbedaan arti dengan jumlah yang dibeli. Istilah kuantitas yang diminta digunakan untuk menunjukkan pembelian yang diinginkan oleh konsumen, sedangkan istilah jumlah yang dibeli digunakan untuk menunjukkan kuantitas nyata yang dibeli oleh konsumen. Kedua, apa yang diinginkan oleh konsumen bukan merupakan harapan kosong, melainkan permintaan efektif yang berarti jumlah orang yang bersedia membeli komoditi itu pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi tersebut. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu. Oleh karenanya, kuantitas tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya persatuan waktu.

Konsep permintaan memiliki suatu hipotesis ekonomi dasar yang menyatakan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif, dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hal tersebut berarti semakin rendah harga suatu komoditi, maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta.

Selain hal diatas, permintaan juga memiliki konsep tentang variabel-variabel apa saja yang akan memengaruhi dan menentukan jumlah kuantitas yang akan diminta. Variabel-variabel tersebut ialah harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumahtangga, harga komoditi yang berkaitan, selera konsumen, distribusi pendapatan diantara rumahtangga dan besarnya populasi. Pada dasarnya, pengaruh setiap variabel tersebut tidak dapat difahami secara terpisah, jika ingin mengetahui apa yang terjadi terhadap perubahan pada waktu yang sesuai. Dengan kata lain mempelajari pengaruh variabel-variabel tersebut dilakukan satu demi satu pada saat tertentu untuk melihat seberapa besar pengaruhnya terhadap kuantitas yang diminta, sedangkan variabel yang lainnya dianggap konstan. Melalui cara tersebut, dapat diketahui tingkat kepentingan masing-masing variabel yang akan memengaruhi posisi kurva permintaan, kurva bergerak ataukah kurva akan mengalami pergeseran dan juga akan berimplikasi pada kuantitas komoditi yang diminta. (Lipsey et al 1993).

Teori Peramalan

(27)

definisi tentang peramalan, (1) perkiraan munculnya sebuah kejadian di masa depan, berdasarkan data yang ada di masa lampau, (2) proses menganalisis data historis dan data saat ini untuk menentukan tren di masa mendatang, (3) proses estimasi dalam situasi yang tidak diketahui, (4) pernyataan yang dibuat tentang masa depan, (5) penggunaan ilmu dan teknologi untuk memperkirakan situasi di masa depan, (6) upaya sistematis untuk mengantisipasi kejadian atau kondisi di masa yang akan datang.

Selain itu, Makridakis (1999) menyatakan bahwa peramalan biasa didefinisikan sebagai prosedur yang sistematis atau dengan kata lain secara kuantitatif, namun sebenarnya peramalan juga dapat didefinisikan sebagai perkiraan melalui intuisi atau kualitatif, meskipun menilai keakuratan peramalan kualitatif lebih sulit dibanding peramalan kuantitatif, karena metode kualitatif bukanlah prosedur yang distandarkan dan metode ini sangat bergantung pada peramal, karena peramal yang berbeda bisa sampai pada ramalan yang sangat berbeda dengan menggunakan metode yang sama.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa peramalan ialah upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan data yang ada di masa lampau, berbasis pada metode ilmiah (ilmu dan teknologi) serta dilakukan secara sistematis. Walaupun demikian, kegiatan peramalan tidaklah semata-mata berdasarkan prosedur ilmiah atau terorganisir, karena terdapat kegiatan peramalan yang menggunakan intuisi (perasaan) atau melalui diskusi informal dalam sebuah grup.

Kegiatan peramalan memiliki ciri-ciri yang dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4 Ciri-Ciri Sebuah Kegiatan Peramalana

Aspek Peramalan

Fokus Data di masa lalu

Tujuan Menguji perkembangan saat ini dan

relevansinya di masa mendatang

Metode Proyeksi berdasar ilmu statistik,

diskusi dan review program

Orang yang terlibat Pembuat keputusan, petugas

administrasi, praktisi dan analis

Frekuensi Reguler (teratur)

Kriteria keberhasilan Tidak sekedar akurasi, namun bersifat pembelajaran

a

Sumber : Singgih (2009)

Dari beberapa kriteria diatas, terlihat bahwa peramalan adalah kegiatan yang bersifat teratur, berupaya memprediksi masa depan dengan berkaca pada data masa lalu, menggunakan tidak hanya metode ilmiah, namun juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat kualitatif, seperti perasaan, pengalaman seseorang dan lain sebagainya yang melibatkan praktisi maupun analis.

Jenis-Jenis Peramalan

(28)

sifat metode yang digunakan. Jika dilihat dari sudut horizon waktu, peramalan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

a. Peramalan Jangka Pendek (Short Term Forecasting)

Peramalan yang dilakukan meliputi kurun waktu mulai dari satu hari sampai satu musim, atau dapat sampai satu tahun. Oleh karena waktu peramalan sangat singkat, maka data historis masih relevan untuk dijadikan bahan pembuatan prediksi.

b. Peramalan Jangka Menengah (Medium Term Forecasting)

Peramalan yang dilakukan meliputi kurun waktu dari satu musim (kuartal, triwulan atau yang lain) sampai dua tahun. Kegiatan peramalan dalam jangka menengah ini masih menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, karena data historis masa lalu dianggap masih cukup relevan untuk memprediksi masa yang akan datang.

c. Peramalan Jangka Panjang (Long Term Forecasting)

Peramalan yang dilakukan meliputi kurun waktu minimal lima tahun. Kegiatan peramalan untuk jangka panjang pada umumnya berdasarkan pada intuisi dan pengalaman seseorang. Penggunaan metode ini didasarkan pada perubahan teknologi dan lingkungan bisnis, sehingga data historis menjadi kurang relevan untuk digunakan.

Jika dilihat dari sudut pandang sifat metode yang digunakan, peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :

a. Peramalan Kualitatif

Peramalan secara kualitatif dilakukan jika data historis tidak tersedia atau sudah tidak relevan lagi dengan situasi yang ada, perusahaan lebih mengandalkan intuisi atau pengalaman seseorang daripada data kuantitatif, perusahaan akan memasuki pasar yang baru atau perusahaan akan memasarkan produk yang baru. Beberapa bentuk peramalan secara kualitatif yang sering ditemui dalam praktik ialah Metode Delphi, Nominal Group Technique, Sales Force Opinion, Executive Opinions, dan Market Research.

b. Peramalan Kuantitatif

Peramalan secara kuantitatif dilakukan jika data historis memang tersedia dan situasi bisnis relatif tenang, penggunaan data kuantitatif untuk memprediksi besaran tertentu di masa mendatang akan jauh lebih efektif dibandingkan peramalan kualitatif. Metode kuantitatif pada dasarnya dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok utama, yaitu model time series dan model kausal (sebab akibat), namun pada penelitian ini, model yang digunakan ialah model time series.

Model Time Series

Model time series merupakan suatu teknik peramalan yang didasarkan pada input data yang berupa data dengan basis waktu. Peramalan dilakukan dengan dasar mengamati adanya pola tertentu dari data yang menjadi tujuan untuk mengekstrapolasikan data tersebut ke masa depan sehingga dapat dilakukan prediksi peramalan (Singgih 2009 dan Makridakis et al 1999).

(29)

memperhatikan jenis pola data yang berbeda. Pola data tersebut dapat dibedakan menjadi empat jenis yang umum, yakni :

a. Pola Horisontal

Pola yang terjadi ketika data observasi berfluktuasi disekitar nilai rata-rata (tingkatan yang konstan) atau dapat dikatakan data bersifat stabil. Tipe data ini juga biasa disebut dengan data stasioner.

b. Pola Tren

Pola tren muncul ketika data observasi cenderung menaik atau menurun pada periode yang panjang.

c. Pola Musiman

Pola yang terjadi ketika data observasi memiliki kecendrungan perubahan yang berulang secara otomatis dari tahun ke tahun.

d. Pola Siklik

Pola yang terjadi ketika data observasi berfluktuasi seperti gelombang data yang terjadi di sekitar garis tren.

Pola data yang telah didapat dari pengamatan visual plot, kemudian diidentifikasi dan digolongkan apakah data tersebut memiliki unsur tren, musiman atau siklik, yang selanjutnya pola data tersebut akan membantu dalam penggunaan metode yang paling cocok yang akan digunakan dalam proses peramalan.

Metode-metode yang digunakan dalam peramalan time series terdiri dari beberapa model, diantaranya adalah :

a. Model Peramalan Sederhana (naive)

Model ini digunakan untuk mengembangkan model sederhana yang mengasumsikan bahwa periode yang baru berlalu adalah prediktor terbaik masa depan. Model ini cocok untuk data yang berpola stasioner (Hanke et al 2003). Model naive yang paling sederhana adalah :

̂t+1 = Yt Dimana :

̂t+1 adalah ramalan untuk satu periode kedepan Yt adalah data aktual pada periode t

b. Model Tren

Tren merupakan pergerakan jangka panjang didalam deret waktu yang seringkali dijelaskan sebagai garis lurus atau kurva halus. Model ini bisa digunakan untuk pola data musiman (Hanke et al 2003). Model-model tren adalah sebagai berikut :

Tren Linier ̂t = b0 + b1t Tren Kuadratik ̂t = b0 + b1t + b2t2 Tren Eksponensial ̂t = b0

Dimana : ̂t adalah nilai prediksi untuk tren pada periode t b0 b1 b2 adalah koefisien rata-rata kenaikan atau penurunan c. Model Rata-Rata Bergerak (moving average)

(30)

Model rata-rata sederhana (simple average) ̂t+1 = ∑ i

Model ini tepat digunakan apabila gejolak yang membentuk deret waktu telah distabilkan dan lingkungan dimana deret-deret berada secara umum tidak berubah atau stasioner (Hanke et al 2003).

Model rata-rata bergerak sederhana (simple moving average) ̂t+1 = (Yt + Yt-1 + Yt-2 + … + Yt-k+1)/k

Model ini cocok untuk digunakan pada data yang berpola stasioner. Model rata-rata bergerak ganda (double moving average)

Model ini digunakan dengan cara satu kelompok rata-rata bergerak dihitung, dan kemudian kelompok kedua dihitung rata-rata bergerak hasil pada kelompok pertama. Model ini cocok untuk data tren linier. (Hanke et al 2003).

Mt = ̂t+1 = (Yt + Yt-1 + Yt-2 + … + Yt-k+1)/k M’t = (Mt + Mt-1 + Mt-2 + … + Mt-k+1)/k

at = Mt + (Mt –M’t) = 2Mt –M’t b’t = 2(Mt –M’t)/k-1

̂t+p = at + btp Dimana

̂t+1 adalah nilai ramalan periode mendatang Yt adalah nilai actual pada periode t

k adalah jumlah periode yang dirata-rata bergerak p adalah jumlah periode kedepan yang akan diramal d. Model Pemulusan Eksponensial (exponential smoothing)

Model pemulusan eksponensial ini terbagi atas tiga macam, yaitu : Model pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing)

̂t+1 = Yt + (1 + ) ̂t Dimana :

̂t+1 adalah nilai pemulusan baru

adalah konstanta pemulusan (0 < <1) Yt adalah nilai actual pada periode t ̂t adalah ramalan untuk periode t

Model ini seringkali sesuai untuk data tanpa tren yang tidak dapat diprediksi meningkat atau menurun. (Hanke et al 2003).

Model pemulusan eksponensial ganda (double exponential smoothing) Model ini juga disebut sebagai metode dua parameter Holt, dimana model ini dirancang untuk menangani data dengan tren (Singgih 2009).

Lt = Yt + (1 - )(Lt-1 + Tt-1) (untuk komponen level estimate) Tt = (Lt – Lt-1) + (1 - )Tt-1 (untuk komponen tren estimate)

̂t+p = Lt + pTt (untuk periode p kedepan) Dimana :

Lt adalah nilai pemulusan baru

(31)

Yt adalah nilai actual pada periode t

adalah konstanta pemulusan tren ( ) Tt adalah estimasi tren

p adalah jumlah periode kedepan yang akan diramal ̂t+p adalah ramalan p periode kedepan

Model pemulusan eksponensial winter

Model ini digunakan pada data time series yang diduga terdapat tren dan juga data musiman (Singgih 2009).

Lt = (Yt/St-s) + (1 - )(Lt-1 + Tt-1) (untuk komponen level estimate) Tt = (Lt – Lt-1) + (1 - )Tt-1 (untuk komponen tren estimate) St = (Yt/ Lt) + (1 - )St-p (untuk komponen musiman estimate)

̂t+p = (Lt + pTt)St-s+p (untuk periode p kedepan) Dimana :

adalah konstanta pemulusan musiman ( ) St adalah estimasi musiman

s adalah panjangnya musim e. Model Dekomposisi

Model dekomposisi ini terbagi atas dua macam, yaitu : Model komponen aditif

̂t = Tt + St + Ct + It

Model komponen aditif kerjanya sangat baik untuk deret waktu yang keragamannya kurang lebih sama sepanjang deret, dengan kata lain semua nilai deret berada pada lebar yang konstan berpusat pada tren (Hanke et al 2003).

Model komponen multiplikatif

̂t = Tt x St x Ct x It Dimana :

̂t adalah ramalan untuk periode t Tt adalah komponen tren pada waktu t St adalah komponen musiman pada waktu t Ct adalah komponen siklik pada waktu t It adalah komponen random pada waktu t

Model ini cocok untuk deret waktu yang keragamannya menaik dengan tingkat tertentu, dengan kata lain konstan dan bersifat tren (Hanke et al 2003 dan Singgih 2009).

f. Model Box Jenkins (ARIMA)

Model ini berbeda dengan model-model sebelumnya, ARIMA tidak melihat pola-pola data tetapi model ini secara murni melakukan prediksi hanya berdasar data-data historis yang ada. Menurut Singgih (2009), model ARIMA ini tersusun atas tiga model, yaitu :

Model moving average (MA)

(32)

Yt = et – W1et-1 - W2et-2 -…- Wqet-q Dimana :

Yt adalah nilai MA yang diprediksi et adalah komponen eror

W adalah koefisien atau bobot

t-q… adalah nilai terdahulu dari white noise Model autoregressive (AR)

Model ini digunakan untuk memprediksi Yt sebagai fungsi dari data dimasa yang lalu, yakni t-1, t-2…t-n.

Yt = A1Yt-1 + A2Yt-2… ApYt-p + et Dimana :

Yt adalah nilai AR yang diprediksi Ap adalah koefisien

Yt-p adalah nilai lag dari time sries et adalah komponen eror

Model campuran (ARMA)

Model ini merupakan model gabungan persamaan dari AR dan MA. Yt = A1Yt-1 + A2Yt-2… ApYt-p + et + – W1et-1 - W2et-2 -…- Wqet-q Secara garis besar, jika ingin melakukan peramalan dengan model ARIMA ini, ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu (1) terdapat sejumlah data hasil observasi, yang dapat disebut sebagai data mentah, (2) dari data yang ada, dilakukan proses identifikasi, (3) data diuji apakah stasioner atau tidak, jika tidak stasioner, dilakukan proses differencing lag 1, lag 2 dan seterusnya, (4) jika data terbukti telah stasioner, lakukan pemilihan model yang tepat. Proses ini disebut dengan identifikasi model tentatif.

Setelah mengidentifikasi pola data dan memilih model (yang sesuai dengan pola data) yang akan digunakan dalam melakukan peramalan, langkah selanjutnya atau hal yang perlu diperhatikan ialah mengukur ketepatan peramalan model tersebut. Jika penggunaan model sudah dianggap benar, pemilihan model peramalan terbaik sebaiknya didasarkan pada tingkat kesalahan prediksi dengan cara menghitung kesalahan prediksi dari model-model tersebut. Menurut Hanke et al (2003) dan Singgih (2009), dalam praktik ada beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk menghitung kesalahan prediksi, yaitu :

a. MAPE (Mean Absolute Percentage Error)

MAPE = ∑ t – Ft / At | b. MAD (Mean Absolute Deviation)

MAD = ∑ t – Ft | c. MSE (Mean Squared Error)

(33)

Dimana :

At adalah data aktual pada waktu t Ft adalah data ramalan pada waktu t n adalah jumlah data

Pada dasarnya, ketiga rumus diatas mengukur seberapa jauh data hasil ramalan berbeda dengan data asli atau aktualnya. Hal tersebut diperlihatkan dari nilai eror yang tercantum pada masing-masing alat ukur. Kriteria yang digunakan bersifat sederhana, jika semakin kecil nilai ketiga alat ukur tersebut, maka semakin baik model peramalan yang digunakan. Dari ketiga alat ukur diatas, penelitian ini menggunakan alat ukur MSE.

Kerangka Pemikiran Operasional

PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis sayuran hidroponik. Perusahaan ini terbilang perusahaan perintis (agribisnis sayuran hidroponik) yang berdomisili di provinsi Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor. Sayuran yang dihasilkan perusahaan ini cukup beragam jenisnya, terdapat sekitar 5 hingga 10 jenis sayuran yang masuk dalam kategori unggul diproduksi pada perusahaan ini.

Dalam praktik proses produksinya, PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) dipengaruhi oleh dua bagian penting dalam perusahaan, yaitu bagian pemasaran dan bagian produksi. Bagian produksi akan melaksanakan proses produksinya, jika telah mendapatkan angka prediksi permintaan sayuran yang dikeluarkan dari bagian pemasaran, dimana bagian pemasaran mendapatkan prediksi tersebut dari jumlah rata-rata permintaan konsumen yang telah lalu, namun prediksi tersebut lebih bersifat subyektif dan juga kualitatif.

Dengan adanya prediksi secara subyektif diatas, perusahaan seringkali dihadapkan pada kondisi peramalan yang tidak akurat, yang menyebabkan adanya gap antara produksi dengan demand yang ada, serta perencanaan produksi yang kurang tepat. Gap tersebut terjadi karena angka prediksi yang dikeluarkan oleh bagian pemasaran ketika bagian produksi ingin melakukan penanaman sayuran, berbeda dengan permintaan yang real ketika sayuran telah dipanen, dimana hal itu dipengaruhi oleh komponen waktu (dari masa penanaman hingga panen) dan juga dipengaruhi oleh fluktuasi permintaan konsumen terhadap sayuran.

(34)

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm)

PT. PARUNG FARM

Produksi Pemasaran

Peramalan Jumlah Rata-Rata

Gap Supply dan Demand

Peramalan Kuantitatif

Uji Pola Data Model Time Series Nilai MSE Terkecil

Model Terakurat

Hasil Peramalan

(35)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) yang berlokasi di Jalan Raya Parung, Kecamatan Parung, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive dengan alasan PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang menjadi pionir perusahaan yang melakukan teknik pembudidayaan dengan cara hidroponik di Jawa Barat. Selain itu, pemilihan lokasi ini juga dipertimbangkan karena alasan ketersediaan data dan permintaan pihak manajemen perusahaan untuk dilakukan penelitian mengenai peramalan dan perencanaan produksi.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2014 hingga Maret 2014, dimana penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan data perusahaan yang digunakan untuk keperluan pengolahan data penelitian.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi secara langsung dengan pihak perusahaan (direktur dan karyawan) untuk mengetahui sejarah perkembangan perusahaan, profil perusahaan serta rangkaian kegiatan agribisnis mulai dari hulu hingga hilir.

Sedangkan data sekunder yang digunakan ialah data perkembangan permintaan dan harga komoditas sayuran dimana data permintaan tersebut merupakan permintaan keseluruhan dari konsumen dan pelanggan PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) yang didapat melalui laporan perusahaan. Selain itu, data sekunder juga berupa studi literatur berupa jurnal, laporan penelitian, skripsi, BPS, Departemen Pertanian, dan buku-buku yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah diperoleh kemudian diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengolah data permintaan sayuran pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) (dalam bentuk angka-angka) dengan menggunakan program komputer berupa microsoft excel dan minitab 16 dimana hasil olahan tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Sedangkan analisis data kualitatif dilakukan dengan menguraikan dan mendeskripsikan tabel dan grafik yang telah dihasilkan dari analisis secara kuantitatif dengan menggunakan kata-kata.

(36)

1. Mengumpulkan data historis yang dibutuhkan dalam peramalan, seperti data permintaan ataupun penjualan pada periode yang telah lalu.

2. Mengidentifikasi pola data yang terlihat secara visual plot untuk dapat disimpulkan apakah pola data tersebut bersifat trend, musiman, siklikal, atau acak.

3. Melakukan pengolahan data terhadap beberapa metode time series diatas berdasarkan kesesuaian metode dengan pola data yang telah diidentifikasi dan pengolahan tersebut dilakukan dengan bantuan perangkat lunak minitab.

4. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang dilihat dari kriteria MAD, MSE dan MAPE.

5. Memilih metode peramalan terakurat diantara beberapa metode yang telah dicoba, dimana pemilihan metode tersebut didasarkan pada nilai MSE yang terkecil (pada penelitian ini) yang menunjukkan kesalahan terkecil yang berimplikasi pada akurasi yang semakin tinggi.

6. Angka peramalan dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam hal perencanaan produksi terutama waktu tanam, panen dan jumlah yang harus diproduksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan

Pada awalnya PT. Kebun Sayur Segar merupakan sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang pelatihan bercocok tanam secara hidroponik yang digagas oleh Bapak Subagyo yang merupakan seorang pensiunan salah satu bank di Indonesia. Yayasan tersebut dibentuk pada tahun 1997 yang melayani siapa saja yang ingin mengetahui dan mempelajari secara lebih mendalam bercocok tanam dengan cara hidroponik. Keberadaan yayasan ini mendapat sambutan yang cukup baik oleh para peminat pelatihan, hal tersebut dibuktikan dengan adanya hasil produksi yang melimpah ruah dari setiap pelatihan yang dilakukan. Seiring berjalannya waktu, pihak yayasan merasa hasil produk pelatihan yang melimpah ruah tersebut bersifat sia-sia atau kurang memiliki nilai ekonomi yang lebih karena tidak ada tindak lanjut setelah tanaman yang ditanam tersebut mengalami panen. Berdasarkan pertimbangan kondisi diatas, pihak yayasan memiliki inisiatif untuk menjadikan produk hasil pelatihan menjadi produk yang memiliki nilai komersil. Oleh karena itu, secara resmi pada Juni 2003 yayasan ini berubah bentuk menjadi sebuah badan hukum Perseroan Terbatas yang bernama PT. Kebun Sayur Segar dengan brand Parung Farm.

(37)

Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar yang menghendaki produk sayuran yang dibudidayakan secara organik, karena keyakinan konsumen bahwa produk organik lebih sehat dan alami dimulai dari pupuknya yang semuanya berasal dari alam dan tanpa menggunakan pestisida kimiawi, PT. Kebun Sayur Segar juga membudidayakan sayuran secara organik pada tahun 2006/2007 di daerah Cugenang, Cianjur, serta melakukan kemitraan dengan beberapa petani untuk menjamin kekontinuan produksi.

Selain itu, pada tahun 2010 PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) telah berhasil mendapatkan sertifikat organik dari PT. Mutu Agung Lestari yang merupakan salah satu lembaga akreditasi yang telah diakui dan disahkan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) ini merupakan produsen sayuran berdaun (leafy vegetables) di Indonesia yang pertama yang memperoleh sertifikat organik tersebut.

Sebagai informasi tambahan, PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) merupakan satu-satunya perusahaan yang lahan budidaya hidroponiknya bebas dikunjungi oleh umum tanpa dipungut biaya. Lahan perusahaan ini terdapat di Jl. Raya Parung No. 546 dan Cianjur, Jawa Barat. Sejak berdiri, ratusan bahkan ribuan pengunjung telah mengunjungi kebun perusahaan ini, baik itu yang berasal dari golongan pebisnis, peneliti hingga pelajar yang ingin mengetahui bercocok tanam dengan sistem hidroponik. Hingga saat ini, PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) masih terus mengadakan pelatihan bagi mereka yang ingin belajar bercocok tanam sistem hidroponik dengan didampingi oleh pelatih-pelatih yang profesional dan kompeten.

Input Produksi

Dalam melakukan proses budidayanya, PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) memperoleh saprodi berupa bibit dan pupuk dari mitra yang memang sudah memiliki karakteristik yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan dan telah bekerjasama dengan berasaskan kepercayaan satu sama lain. Lahan yang digunakan terbagi atas dua tempat, yakni lahan yang berada di Parung dan lahan yang berada di Cianjur. Lahan Parung memiliki luas lahan sekitar 4 ha dengan luas efektif yang digunakan sekitar 2000 m2 dalam bentuk greenhouse untuk budidaya tanaman hidroponik. Sedangkan lahan Cianjur yang efektif digunakan sekitar 1 ha dalam bentuk greenhouse untuk budidaya tanaman hidroponik dan sekitar 2 ha untuk budidaya tanaman organik. Selain itu, dalam budidaya secara hidroponik dibutuhkan saprodi lain berupa kit hidroponik dan peralatan teknis lainnya, dimana kit hidroponik dan peralatan tersebut mampu dibuat sendiri oleh perusahaan ini dengan tenaga kerja yang berjumlah sekitar 80 orang.

Budidaya (On Farm)

(38)

Proses pemanenan pada perusahaan ini dilakukan jika umur tanaman tepat memasuki umur panen, kalaupun permintaan sedang tinggi dan produksi mengalami kekurangan, maka tanaman lain dapat dipanen maksimal dua hari sebelum hari panen, karena jika lewat dari itu sudah terdapat selisih bobot pada hasil panen yang berimplikasi pada kuantitas per pak yang akan dipasarkan. PT. Kebun Sayur Segar ini dalam sebulan dapat menghasilkan produk sebanyak 17-20 ton baik organik maupun hidroponik.

Pasca Panen

Kegiatan pasca panen pada perusahaan ini lebih difokuskan pada proses sortasi, grading dan pengemasan (packing). Proses sortasi dan grading dilakukan dengan cara memilah sayur-mayur yang berkualitas baik hingga kurang baik. Proses ini dilakukan manual melalui visual yang dapat dilihat dari ukuran, bentuk dan warna sayuran. Adapun persyaratan yang diinginkan perusahaan ini terhadap pihak mitra adalah sayur-mayur harus berkualitas baik, bentuk dan warna menarik, sesuai antara umur panen dengan varietas, tidak cacat, rasa dan bau yang khas sayur-mayur serta bebas pestisida.

Proses pengemasan (packing) diawali dengan penimbangan masing-masing sayuran dimana untuk satu pak yang dipasarkan memiliki bobot 250 gram. Setelah melalui proses penimbangan, sayuran dikemas dengan menggunakan plastik yang dibuat khusus oleh PT. Kebun Sayur Segar dengan brand Parung Farm. Selanjutnya sayur-mayur pun siap untuk didistribusikan dengan menggunakan alat transportasi berupa truk (dengan cool box) yang dimiliki oleh perusahaan ini.

Pemasaran

Kegiatan pemasaran yang ada di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) terbilang sudah berjalan cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari konsep 4P (product, price, place dan promotion) yang sudah berjalan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak perusahaan dan juga pihak kemitraan dari perusahaan ini.

Product yang terdapat pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) terbilang cukup beragam jenis sayurannya seperti bayam hijau dan merah, berbagai macam jenis selada, tomat, kangkung dan puluhan jenis sayuran lainnya yang memiliki keunggulan bebas pestisida serta telah memiliki brand tersendiri yakni Parung Farm yang membuat para konsumen yakin dan percaya akan produk-produk yang dipasarkan oleh perusahaan ini.

(39)

Peramalan Permintaan Bayam Hijau Identifikasi Pola Permintaan Bayam Hijau

Berdasarkan gambar 6, pola permintaan harian komoditi bayam hijau yang dimulai dari periode awal Januari 2011 hingga akhir Februari 2014 pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) mengalami fluktuasi yang cenderung berpola musiman disertai adanya tren. Hal tersebut didukung dengan sebaran data permintaan yang tidak stasioner yang terlihat pada plot ACF (Lampiran 1) nilai koefisien autokorelasi beberapa lag awal masih berbeda nyata dengan nol. Pola tren terlihat dari nilai koefisien autokorelasi yang berbeda nyata dengan nol untuk beberapa lag awal dan secara bertahap turun mendekati nol. Pola musiman terlihat dari nilai koefisien autokorelasi pada setiap kelipatan lag ketujuh yang lebih tinggi dibanding nilai koefisien autokorelasi pada lag sebelumnya. Menurut Direktur Produksi PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), pola musiman tersebut terjadi karena permintaan riil dari konsumen perusahaan ini cenderung meningkat setiap menjelang weekend, dan kondisi tersebut berulang secara otomatis.

1150 1035 920

805 690 575 460 345 230 115 1

900

800

700

600

500

400

300

200

100

0

Index

O

R

D

E

R

B

A

Y

A

M

H

IJ

A

U

Time Series Plot of ORDER BAYAM HIJAU

Gambar 6 Pola Permintaan Bayam Hijau

Metode Peramalan Permintaan Bayam Hijau

Gambar

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm)
Gambar 6 Pola Permintaan Bayam Hijau
Gambar 7 Pola Permintaan Kangkung
Gambar 8 menunjukkan bahwa pola permintaan harian komoditi romaineKebun Sayur Segar (Parung Farm) yang selalu meningkat pada setiap hari hari menjelang akhir pekan seperti hari kamis dan jumat yang diindikasikan sebagai yang dimulai dari periode awal Janua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, saran dari penulis untuk KKN PPM periode berikutnya hendaknya keluarga Ibu Nyoman Gambir mendapat dampingan kembali dari mahasiswa KKN PPM UNUD untuk dapat

Pada proses ini, bahan baku yang dapat digunakan adalah berbagai.. macam sumber karbohidrat yang banyak mengandung sukrosa,

Upaya yang dilakukan oleh Majelis T aklim Ni’matullah dalam memberikan bimbingnan dan konseling Islam (Mengatasi perilaku menyimpang remaja di Kelurahan

Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, model pembelajaran Mind Mapping sangat baik untuk diterapkan dalam pembelajaran Materi Respirasi di kelas XI SMA Negeri

Kecamatan Dau kabupaten Malang dikatakan sudah dapat menjalankan Peran Etika dengan baik dalam proses kegiatan pelayanan publik, diantaranya ,ramah, senyum, sapa, transaksi

Target penjualan perse- roan tahun ini direvisi dari Rp 3,8 triliun menjadi Rp 4 triliun, yang akan didukung oleh penmabahan 15 gerai baru hingga akhir tahun.. Anggaran belanja

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada berbagai dosis ekstrak daun paik yang diberikan menimbulkan hasil yang berbeda-beda pula, pada umumnya berat badan dari ulat meningkat dan

Jawaban untuk pertanyaan ketiga, diantara faktor yang relevan berkaitan dengan frekwensi penggunaan bahasa sasaran adalah faktor kuantitas input yang tidak memadai,