• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Galur-galur Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Hasil Seleksi Galur Murni Lanras Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan Galur-galur Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Hasil Seleksi Galur Murni Lanras Sukabumi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN GALUR-GALUR KACANG BOGOR (

Vigna

subterranea

(L.)

Verdcourt) HASIL SELEKSI GALUR MURNI

LANRAS SUKABUMI

SOFIA HANUM

A24090020

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Galur-galur Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Hasil Seleksi Galur Murni Lanras Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

SOFIA HANUM. Keragaan Galur-galur Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Hasil Seleksi Galur Murni Lanras Sukabumi. Dibimbing oleh YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.

Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keragaan seratus galur kacang bogor dari hasil penelitian sebelumnya yang berasal dari Sukabumi. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang pada bulan Maret-Juli 2013, dan penanganan pasca panen di Kebun Percobaan Leuwikopo pada bulan Juli-Agustus 2013. Percobaan disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor yaitu galur yang diulang sebanyak tiga kali. Perbedaan antar genotipe dianalisis dengan uji F. Hasil percobaan menunjukkan bahwa genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Rataan diameter kanopi, jumlah polong per tanaman, serta bobot polong per tanaman masing-masing nilainya 45.28 cm, 24 polong, dan 28.83 g. Nilai heritabilitas dalam arti luas (h2bs) dari semua peubah yang diamati tergolong rendah yaitu dibawah 20%.

Kata kunci: diameter kanopi, heritabilitas arti luas, polong

ABSTRACT

SOFIA HANUM. Performance Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Lines Derived from Pure Line Selection of Sukabumi Lanrace. Supervised by YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.

The objective of the experiment was to obtain information the performance of one hundred bambara groundnut lines originated from Sukabumi. The experiment was conducted at Cikarawang Experimental Field, in March-July 2013. Post-harvest handling was conducted at the Experimental Field Leuwikopo in July-August 2013. Experiment used randomized completely block design, single factor with three replications. Differences between genotypes were analyzed by F-test. The results showed that genotype had no significant effect on all variables observed. Mean canopy diameter, number of pods per plant, and weight pods per plant were 45.28 cm, 24 pods, and 28.83 g respectively. Estimated of broad sense heritability (h2bs) of all variables observed were low (<20%).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

KERAGAAN GALUR-GALUR KACANG BOGOR (

Vigna

subterranea

(L.)

Verdcourt) HASIL SELEKSI GALUR MURNI

LANRAS SUKABUMI

SOFIA HANUM

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(6)
(7)

Judul Skripsi : Keragaan Galur-galur Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Hasil Seleksi Galur Murni Lanras Sukabumi Nama : Sofia Hanum

NIM : A24090020

Disetujui oleh

Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil terselesaikan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2013 dengan judul Keragaaan Galur-galur Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Hasil Seleksi Galur Murni Lanras Sukabumi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Crop For Future Research

Center (CFFRC) yang telah membiayai penelitian ini, serta kepada Dr Ir Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS selaku pembimbing yang telah

banyak memberikan saran serta masukan, kepada Dr Ir Heni Purnamawati MscAgr selaku penguji dan Prof Dr Ir Sudarsono Msc selaku wakil urusan atas masukan dan sarannya yang bersifat membangun. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Pak Argani selaku koordinator pekerja di lahan penelitian Cikarawang Dramaga Bogor, kepada Pak Rahmat selaku Teknili Lab Leuwikopo, tak lupa disampaikan pula kepada seluruh dosen Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Mama tercinta, Ayah, keluarga, Rima Juwita STp, Siti Nurhidayah SP, Anggita Duhita Anindyajati, Risma Anggraeni,

Fariidah Silmi, teman-teman Socrates 46, teman-teman pondok pesantren Al-iffah, Wisma Tanjung, Wisma Balsem, serta semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan penulisan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Hipotesis Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sejarah Kacang Bogor 2

Morfologi Kacang Bogor 2

Syarat Tumbuh 3

METODE 4

Tempat dan Waktu 4

Bahan dan Alat 4

Pelaksanaan 4 Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Kondisi Umum 7 Karakter Kuantitatif Galur-galur Kacang Bogor 10 Diameter Kanopi 11

Persentase Berbunga 12

Jumlah Cabang, Jumlah Buku, dan Jumlah Daun 12

Jumlah Polong Bernas dan Jumlah Polong Cipo 14

Bobot Polong Kering 15

KESIMPULAN 15

Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(10)

DAFTAR TABEL

1. Kisaran, F-hitung, dan koefisien keragaman (KK) karakter kuantitatif 100

genotipe kacang bogor 10

2. Komponen ragam, nilai tengah, dan nilai heritabilitas beberapa karakter kacang bogor 10

DAFTAR GAMBAR

1. Morfologi tanaman kacang bogor 3

2. Benih kacang bogor 7

3. Lahan penelitian 7

4. Tanaman kacang bogor 4 MST 7

5. Penyakit pada tanaman kacang bogor 9

6. Hama pada tanaman kacang bogor 9

7. Pengukuran jumlah buku 13

8. Pengukuran diameter kanopi 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perbandingan komponen ragam, rataan, dan kisaran beberapa karakter kacang bogor dari beberapa hasil percobaan 19

2. Data iklim stasiun klimatologi Dramaga Bogor 20

3. Kondisi tanaman kacang bogor 20

4. Daftar nomor galur dan nomor lapangan yang digunakan 21

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki tanah dan iklim yang sesuai untuk ditanami berbagai macam tanaman, termasuk tanaman kacang bogor (Bambara groundnut (L.) Verdcourt). Tanaman asal Afrika ini terkenal dengan kelebihannya yaitu dapat ditanam di lahan marginal dan tahan terhadap cekaman kekeringan (Doku dan Kari-kari 1971; Azam-Ali et al. 2001; De Kock 2004; Brachie 2009). Berdasarkan data BPS (2009) rata-rata

konsumsi protein (g) per kapita menurut kelompok makanan, kacang-kacangan menempati nilai terbesar sumber protein nabati

masyarakat sebesar 5.19%. Salah satu sumber protein nabati potensial adalah kacang bogor. Kandungan kacang bogor per 100 g berat dapat dimakan (BDD) adalah 390 kkal, protein 20.8 g, karbohidrat 61.9 g, dan lemak 6.55 g (De Kock 2004). Tanaman ini masih belum mendapatkan perhatian khusus di Indonesia, produksi yang rendah dan umur tanaman yang panjang menjadi salah satu penyebab jenis tanaman ini kurang diminati oleh petani.

Redjeki (2007) menyatakan bahwa pada kondisi lingkungan yang suboptimal, kacang bogor dapat berproduksi sebesar 0.77 ton ha-1 biji kering, sedangkan pada kondisi lingkungan optimal dapat menghasilkan 4 ton ha-1 biji kering. Rendahnya produktivitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah penggunaan varietas berdaya hasil rendah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu diperlukan kegiatan pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman sehingga diperoleh varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik (Purwati 1997).

Melihat banyaknya keunggulan yang dimiliki tanaman kacang bogor, maka diperlukan upaya optimal dalam pengembangan komoditas ini. Pemuliaan yang diarahkan pada daya hasil tinggi biasanya dilakukan melalui persilangan beberapa genotipe tanaman yang memiliki gen-gen yang saling melengkapi untuk menyumbang potensi hasil pada turunannya sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih tinggi. Evaluasi keragaan merupakan tahapan untuk mengetahui genotipe-genotipe yang mempunyai potensi hasil tinggi untuk tahap seleksi berikutnya.

Tujuan Penelitian

Percobaan ini bertujuan untukmengevaluasi galur-galur hasil seleksi sebelumnya, berupa lanras yang berasal dari Sukabumi.

Hipotesis Penelitian

(12)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Kacang Bogor

Kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) atau yang sering dikenal dengan sebutan Bambara groundnut ini bukan asli Indonesia, melainkan asal Afrika yang kemudian berkembang di kawasan Amerika, Asia, dan Australia. Tanaman ini dikembangkan di daerah sub-sahara Afrika terutama pada daerah semi kering. Di Asia kacang bogor telah banyak dibudidayakan di India, Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand. Di Indonesia sendiri kacang bogor telah lama beradaptasi dengan baik di wilayah Bogor dan bagian Timur Jawa Barat, sehingga dikenal sebagai kacang bogor. Saat ini, kacang bogor telah menyebar ke Sukabumi, Majalengka, Tasikmalaya, Bandung, Jawa Tengah (Pati dan Kudus), Jawa Timur (Gresik), Lampung, NTB dan NTT. Ada banyak sebutan untuk tanaman kacang bogor, diantaranya kwaruru di Sakoto, nyimo di Zimbabwe, jugo di Afrika Selatan, dan bambara di Timbuktu (NAS 1979; De Kock 2004; Abdulsalami dan Sheriff 2010).

Terdapat kontroversi dari penamaan tanaman ini, nama ilmiah awal adalah Glycine subterranea, yang kemudian berubah menjadi Voandzeia subterranean (L.) Thours, kemudian berubah lagi menjadi Vigna subterranea (L.) Verdc karena ditemukan kesamaan antara kacang bogor dengan jenis vigna (Goli 1995). Kacang bogor memiliki dua bentuk botani yaitu var. spontanea (kultivar liar) yang terbatas di wilayah Kamerun, dan var. subterranea (kultivar budidaya) yang banyak ditemukan di daerah Afrika Sub-Sahara (Basu et al. 2004).

Morfologi Kacang Bogor

(13)

3 beralur. Daun berbentuk menjorong atau melanset yang berukuran hingga 8 cm x 4 cm. Polong dalam tanah, berbentuk agak membulat, berdiameter sekitar 2.5 cm, dan umumnya dihasilkan hanya satu biji berwarna putih, kuning, merah kehitaman atau bermoreng-moreng. Berikut adalah morfologi tanaman kacang bogor.

Gambar 1 Morfologi tanaman kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). Sifat pembungaan (1); Bunga (2); Buah (3); Benih (4). Sumber: Van der Maesen dan Somaatmadja (1989).

Syarat Tumbuh

(14)

4

200C sampai 280C. Purseglove (1974) mengemukakan bahwa tanaman ini dapat tumbuh pada tanah dengan kondisi rendah hara pada iklim yang panas, juga mampu tumbuh pada daerah kering dimana lahan tersebut tidak optimum untuk tanaman kacang-kacangan lainnya.

METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang Dramaga Bogor pada bulan Maret-Juli 2013. Dilanjutkan dengan penanganan pasca panen dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo Dramaga Bogor pada bulan Juli-Agustus 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 100 galur dari percobaan sebelumnya yang berasal dari Sukabumi (Lampiran 4). Pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang ayam, Urea, SP-18, dan KCL. Bahan lain yaitu karbofuran, fungisida, jaring, plastik, ajir dan label. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu timbangan, oven, alat tulis, kamera, meteran dan alat budidaya.

Pelaksanaan

Uji daya berkecambah

Benih kacang bogor yang akan ditanam terlebih dahulu dilakukan uji daya berkecambahnya. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk menghitung kebutuhan jumlah benih per lubang yang akan dipakai (Lampiran 3f).

Pengolahan Lahan

Luas lahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 750 m2, jenis tanah latosol dengan ketinggian 250 m dpl. Lahan terlebih dahulu diolah dengan cara dibajak sampai merata, kemudian dibagi menjadi 15 petak untuk 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri 5 petak dengan luasan masing-masing petak 10 m x 5 m. Jarak tanam yang digunakan yaitu 50 cm x 25 cm. Lahan yang sudah selesai dipetak kemudian dicampur dengan pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton ha-1 yang dilakukan 2 minggu sebelum tanam.

Penanaman

Benih ditanam satu biji per lubang. Saat penanaman ditambahkan karbofuran sebanyak 0.25 g tanaman-1. Pemupukan diawal tanam diberikan

pupuk dasar yaitu KCL, SP-18, dan Urea masing-masing dosisnya 75 kg ha-1, 150 kg ha-1, dan 100 kg ha-1. Pupuk Urea diberikan 1/3 bagian

(15)

5

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan mencakup penyiangan pada saat gulma mulai menutupi permukaan tanah, tujuan penyiangan ini agar tanaman tidak terhambat pertumbuhannya akibat persaingan dalam memperoleh energi matahari, air serta hara dalam tanah. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pembumbunan, karena jarak tanam yang tergolong sempit 50 cm x 25 cm untuk jenis tanaman kacang bogor dengan tipe kanopi menyebar kemungkinan akan menghambat pertumbuhan tanaman kacang bogor. Pemupukan Urea 2/3 bagian sisa penanaman dilakukan pada 3 MST. Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mengambil langsung hama yang menempel pada tanaman, selain itu dilakukan penyemprotan fungisida di tengah masa pertanaman, pengaplikasian ini dilakukan ketika hari cerah. Pemeliharaan terus dilakukan hingga tanaman siap panen.

Pemanenan

Beberapa kriteria yang sering digunakan dalam kegiatan pemanenan pada kacang bogor, diantaranya: daun telah layu menguning, namun bukan karena penyakit, polong sudah keras, dan jika kulit polong dikupas tampak kulit biji berwarna gelap. Atau dengan melihat dari seberapa banyak polong yang masak dari jumlah semua polong yang ditandai dengan perubahan kulit ari biji. Tanaman yang dipanen dirontokan polongnya untuk masing-masing tanaman, kemudian dimasukkan ke dalam plastik beserta brangkasannya. Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 16 MST.

Pasca Panen

Hasil panen yang akan dijemur, terlebih dahulu polong-polongnya dibersihkan dari tanah yang menempel, kegiatan ini dilakukan guna menghindari pembusukan diawal disebabkan karena penyakit atau hama yang terbawa pada polong. Setelah dibersihkan, polong dimasukkan ke dalam jaring buah untuk dijemur. Tujuan dari penggunaan jaring agar memudahkan dalam penyerapan sinar matahari, sehingga mempercepat proses pengeringan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada 6 tanaman contoh dari setiap satuan percobaan. Peubah yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Diameter kanopi (cm), diukur dari dua arah berbeda yaitu Timur-Barat dan Utara-Selatan yang kemudian hasilnya dirata-ratakan.

2. Persentase berbunga, dilakukan dengan melihat berapa persen tanaman berbunga pada saat tanaman berumur 53-54 hari.

3. Jumlah buku per tanaman, pengukuran ini dilakukan dengan menghitung jumlah buku dari cabang terpanjang.

4. Jumlah daun, penghitungan ini dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang masih menempel maupun yang sudah terlepas dengan melihat tanda bekas daun yang ada pada tanaman tersebut. 5. Jumlah cabang, penghitungan ini dilakukan dengan cara

(16)

6

hilang akibat kegiatan pemanenan, yaitu dengan melihat tanda yang ada di batang tanaman kacang bogor tersebut.

6. Bobot polong kering (g) ditentukan setelah benih dijemur di bawah terik matahari hingga mencapai kadar air ±11%.

7. Jumlah polong bernas, penghitungan ini dilakukan dengan cara menghitung semua jumlah polong yang masih menempel ataupun yang sudah terlepas.

8. Jumlah polong cipo, penghitungan ini dilakukan bersamaan dengan jumlah polong bernas. Penentuan polong cipo dilakukan dengan mengoyang-goyangkan setiap polong satu per satu. Polong yang berbunyi (berisi) dimasukan ke dalam polong bernas, sedangkan polong yang hampa (tanpa isi) dimasukan ke dalam polong cipo.

Analisis Data

Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT), faktor tunggal yaitu galur terdiri dari 100 galur yang diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 300 satuan percobaan yang masing-masing berupa baris tunggal yang terdiri dari 20 tanaman. Model aditif linier percobaan sebagai berikut:

Yij = μ + i + βj + εij Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan pada blok ke-i ulangan ke-j µ : Rataan umum

i : Pengaruh galur ke-i

βj : Pengaruh ulangan ke-j

εij : Pengaruh galat pada galur ke-i dan ulangan ke-j (i = 1,2,…100; j = 1,2,3)

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang, lahan yang digunakan memiliki ketinggian 250 meter di atas permukaan laut (m dpl) dengan jenis tanah latosol. Penelitian dimulai pada bulan Maret-Agustus 2013 dengan rata-rata curah hujan selama penelitian berdasarkan data dari badan meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) Dramaga Bogor tahun 2013 mencapai 267 mm bulan-1 (Lampiran 2).

Gambar 2 Benih yang siap ditanam (a) Lahan penelitian yang baru diolah (b) Tanaman kacang bogor berumur 4 MST (c) Penelitian diawali dengan pengolahan lahan dengan cara dibajak, kemudian dicampur pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton ha-1 yang dilakukan dua minggu sebelum tanam. Usaha untuk penyempurnaan penyerapan air pada masa pertumbuhan plumula dan radikula, benih yang akan digunakan terlebih dahulu dikupas dari kulit polongnya (Gambar 2a). Secara keseluruhan benih berkecambah dan mulai muncul di atas tanah lebih dari 2 minggu setelah tanam (MST). Hal ini sejalan dengan penelitian (Tjahya 1983; Damayanti 1991; Priyatna 1993; Setiaji 1994; dan Hamid 2008) yang menyatakan bahwa benih mulai berkecambah dan muncul di atas tanah pada umur lebih dari 2 MST.

Dari total populasi yang ditanam, untuk masing-masing galur yang hidup mencapai ±75%, hal ini disebabkan karena selama penelitian berlangsung rata-rata temperatur harian cocok untuk tanaman kacang bogor yaitu 260C. PROHATI (2010) menyatakan bahwa tanaman kacang bogor menyukai sinar matahari yang rata-rata temperatur hariannya antara 200C hingga 280C. Curah hujan yang tepat untuk kacang bogor adalah 600-750 mm tahun-1 (50-62.5 mm bulan-1), tetapi untuk hasil yang optimum

(a) (b)

(18)

8

rata-rata curah hujan yang diperlukan antara 900 hingga 1200 mm tahun-1 (75-100 mm bulan-1). Saat penelitian berlangsung curah hujan rata-rata di lahan mencapai 267 mm bulan-1 hal ini melebihi jauh dari standar yang telah disebutkan sehingga banyak tanaman yang terkena penyakit, namun serangan ini tergolong dalam serangan yang tidak membahayakan.

Terdapat beberapa jenis gulma yang tumbuh di lahan percobaan, diantaranya Ageratum conizoides, Axonopus compressus, Borria alata, Corton hirtus, Cyperus rotundus, Echinocloa colonum, dan Phylantus niruri (Lampiran 3d). Pertumbuhan gulma yang tidak terkendali dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan kacang bogor karena terjadi persaingan hara, air, cahaya serta ruang tumbuh. Selain itu juga akar gulma akan bertautan dengan cabang tanaman kacang bogor sehingga mengakibatkan terlepasnya polong dari cabangnya. Robles dalam Florescia

et al. (1986) menambahkan bahwa beberapa tanaman pangan kacang-kacangan tidak kuat berkompetisi dengan gulma dan menyebabkan

penurunan produksi. Menurut Gardner (1985) bahwa unsur hara, air dan cahaya sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang dialokasikan dalam bentuk bahan kering selama fase pertumbuhan, kemudian pada akhir fase vegetatif akan terjadi penimbunan hasil fotosintesis pada organ-organ tanaman seperti batang buah dan biji. Oleh karenanya dalam hal ini penyiangan merupakan hal yang sangat penting agar tidak terjadi persaingan unsur hara, air, dan cahaya matahari. Pengendalian dilakukan secara manual dengan mencabut langsung, serta dilakukan pula secara mekanik menggunakan alat bantu. Penyiangan dilakukan dua kali dalam masa pertanaman yaitu pada saat tanaman berumur 3 MST dan 7 MST, kegiatan ini dilakukan secara hati-hati guna menghindari terjadinya kerusakan pada tanaman kacang bogor.

Berikut adalah beberapa jenis hama yang menyerang tanaman kacang bogor di lahan penelitian diantaranya belalang (Valanga nigricornis) jenis hama ini merusak tanaman bagian daun. Ordo hymenopera famili Braconidae, ordo Hemiptera, famili Coreidae, tipe mulut kedua jenis hama ini yaitu menggigit-mengunyah serta menusuk menghisap. Gejala yang ditimbulkan terdapat bekas lubang pada daun. Ada juga dari ordo Lepidoptera, yaitu kelompok kupu-kupu dan ulat. Kelompok Coleoptera (kumbang) namun jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga termasuk ke dalam tingkat hama yang tidak membahayakan (Lampiran 3c). Diawal masa pertumbuhan ada beberapa tanaman yang terserang penyakit layu fusarium. Hal ini juga dilaporkan oleh Billington Beggemann (1988) dalam Karikari et al. (1995) menyatakan bahwa penyakit umum yang menyerang tanaman kacang bogor adalah layu fusarium, yang menyerang kecambah muda pada musim hujan, khususnya pada keadaan tergenang, serta bercak daun cercospora sp.. Hasil penelitian yang dilakukan di Ukiriguru, Tanzania menunjukkan bahwa kacang bogor yang ditanam setelah bulan Desember akan terkena serangan bercak daun cercospora sp. awal dan embun tepung, yang dapat menurunkan hasil secara signifikan (Ntundu 1995).

(19)

9 pentingnya pembumbunan untuk jenis leguminase ini, maka kegiatan pembumbunan perlu dilakukan terutama saat mencapai fase generatif, karena di fase ini polong-polong yang terbentuk perlu ditutup oleh tanah guna menyempurnakan proses pengisian polong. Oleh karena itu jika tidak dilakukan pembumbunan maka akan mengganggu proses pengisian polong. Redjeki (2007) menambahkan tindakan pembumbunan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan menutup polong agar cepat masak sangat diperlukan. Pada penelitian ini tidak dilakukan pembumbunan, karena jarak tanam yang tergolong sempit 50 cm x 25 cm, selain sulit dilakukan juga khawatir akan merusak pertumbuhan tanaman, dengan demikian, diduga hal ini menjadi penyebab sedikitnya jumlah polong yang terbentuk, karena polong-polong yang tidak dibumbun oleh tanah tidak dapat menyempurnakan proses pengisiannya sehingga pembentukan polong menjadi tidak sempurna.

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 16 MST, waktu panen ini lebih cepat dari waktu panen yang disarankan, yaitu 18 MST. Hal ini dilakukan karena kondisi tanaman banyak yang terserang penyakit seperti jamur, bercak daun, dan busuk pangkal batang, maka salah satu upaya untuk menyelamatkan hasil panen yaitu dengan cara dilakukan pemanenan lebih awal. Panen dilakukan dengan cara mencabut semua brangkasan. Berbeda dengan tanaman kacang tanah, struktur polong pada kacang bogor sedikit lebih rapuh sehingga sebagian besar polong kacang bogor ini terlepas dari percabangannya saat pencabutan brangkasan. Untuk mengatasi hal ini, maka dilakukan penggalian tanah sedalam ±10 cm untuk menghindari adanya polong yang tertinggal di dalam tanah. Polong-polong untuk masing-masing tanaman kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik yang telah disiapkan sebelumnya. Brangkasan dipisahkan untuk kemudian diamati.

Gambar 3 Tanaman kacang bogor terkena penyakit sclerotium (a) Tanaman kacang bogor terkena penyakit bercak daun (b) Hama pada tanaman kacang bogor (c)

(a) (b)

(20)

10

Tabel 1 Kisaran, F-hitung, dan koefisien keragaman (KK) karakter kuantitatif 100 galur kacang bogor

Peubaha Kisaran Fhitung KK (%) JC: jumlah cabang (cabang); JD: jumlah daun (daun); JPB: jumlah polong bernas (polong);

PB: persentase berbunga (%); JPC: jumlah polong cipo (polong); tn: tidak nyata; #: transformasi (log (X+ 0.5). Sumber: Gomez dan Gomez (1995).

Karakter Kuantitatif Galur-galur Kacang Bogor

Ada dua karakter yang termasuk dalam karakter kuantitatif, yaitu karakter vegetatif yang diamati mencakup diameter kanopi, jumlah buku, jumlah cabang, serta jumlah daun. Karakter generatif yang diamati mencakup jumlah polong bernas, jumlah polong cipo, persentase berbunga, serta bobot polong kering. Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter yang diamati. Pengujian peubah pengamatan berdasarkan uji F dari semua genotipe menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati (Tabel 1). JC: jumlah cabang (cabang); JD: jumlah daun (daun); JPB: jumlah polong bernas (polong); PB: persentase berbunga (%); JPC: jumlah polong cipo (polong); ragam genetik ( 2g);

ragam lingkungan ( 2e); ragam fenotipik ( 2

(21)

11 Berdasarkan sidik ragam dari beberapa peubah yang diamati, terlihat bahwa nilai koefisien keragaman (KK) berkisar antara 9.69% hingga 29.65%, menurut Gomez dan Gomez (1995) pada bidang pertanian nilai KK yang dianggap wajar adalah 20-25 %. Khasanah (2013) menambahkan bahwa adanya variasi nilai KK menunjukkan bahwa lingkungan memberi pengaruh berbeda terhadap peubah yang diamati. Dari hasil percobaan terlihat bahwa nilai KK terbesar terdapat pada peubah jumlah polong cipo yaitu mencapai 29.65%, dan nilai KK terendah ada pada peubah diameter kanopi yaitu mencapai 9.69% (Tabel 1).

Seleksi merupakan kegiatan utama dalam setiap program pemuliaan tanaman. Seleksi dalam bidang genetika menurut Allard (1960) adalah pemilihan individu-individu pada populasi keturunan yang digunakan untuk generasi berikutnya. Bahar dan Zen (1993) menambahkan bahwa seleksi akan efektif apabila keragaman dalam suatu populasi sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik yang diekspresikan sebagai keragaman fenotipe, sementara penampilan suatu sifat tidak dapat dikatakan secara mutlak akibat faktor lingkungan atau faktor genetik. Hasil percobaan ini terlihat bahwa nilai heritabilitas tertinggi terdapat pada peubah jumlah polong cipo (Tabel 2) dan terdapat beberapa peubah seperti jumlah buku, jumlah polong bernas, yang memiliki nilai heritabilitas rendah (nol) dibandingkan dengan peubah yang lain. Whirter (1979) menggolongkan nilai heritabilitas menjadi tiga bagian, yaitu rendah jika nilai Heritabilitasnya kurang dari 20%, sedang antara 20-50 %, dan tinggi diatas 50%. Dengan demikian nilai heritabilitas dalam percobaan ini tergolong kategori nilai heritabilitas rendah. Hal ini juga berarti bahwa faktor lingkungan lebih banyak mempengaruhi kanampakannya dibandingkan faktor genetik. Pendugaan nilai heritabilitas menurut Poehlman (1979) akan mengantarkan pada kesimpulan apakah sifat-sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor genetik atau lingkungan, sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana sifat tersebut dapat diturunkan pada generasi selanjutnya. Zen (1995) juga menyatakan bahwa seleksi terhadap populasi yang memiliki heritabilitas tinggi akan lebih efektif dibandingkan dengan populasi dengan heritabilitas rendah.

Diameter Kanopi

(22)

12

dilakukan dari dua arah berbeda yaitu Timur-Barat dan Utara-Selatan yang kemudian nilainya dirata-ratakan (Gambar 4b).

Ezedinma dan Maneke (1985) menggolongkan tanaman berdasarkan diameter kanopi kedalam tiga tipe, yaitu bunch (kompak), jika diameter kanopi kurang dari 40 cm, semi bunch (semi kompak) jika diameter kanopi antara 40 hingga 80 cm, dan open (menyebar) jika diameternya lebih dari 80 cm. Dalam percobaan ini, nilai tengah diameter kanopi yang diperoleh mencapai 45.28 cm (Tabel 1), sehingga tergolong ke dalam tipe semi kompak. Peubah diameter kanopi diamati untuk melakukan seleksi secara tidak langsung peubah produksi. Nilai heritabilitas pada peubah ini mencapai 10%, heritabilitas yang rendah terjadi karena ragam lingkungan yang lebih besar dari ragam genetiknya. Peubah ini digunakan sebagai kriteria seleksi tidak langsung untuk menyeleksi bobot polong kering. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati.

Persentase Berbunga

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap peubah persentase berbunga pada hari ke 53-54, kisarannya antara 65% sampai 98.3% dengan nilai tengah 84.20%. Nishitani et al. (1981) dalam Ratih (1991) melaporkan bahwa kacang bogor bila ditanam pada kondisi banyak hujan akan berbunga kira-kira pada umur 55 hari setelah tanam (HST), bila ditanam pada saat kering akan berbunga pada 45 HST. Pada saat penelitian berlangsung, curah hujan rata-rata mencapai 256 mm bulan-1, sedangkan menurut PROHATI (2010) curah hujan yang tepat untuk menghasilkan kacang bogor yang optimal berkisar anatar 900 hingga 1200 mm tahun-1. Hamid (2008) menyatakan pada 56 HST, 75% populasi tanaman kacang bogor telah berbunga, dan 100% populasi tanaman kacang bogor berbunga pada 70 HST. Karikari et al. (1995) menambahkan bahwa tanaman kacang bogor memasuki umur berbunga pada 44-60 HST, umumnya pada 80 HST

50% populasi telah berbunga. Biji masak fisiologis pada umur 120-155 HST. Peubah hari berbunga diamati untuk menghitung waktu

pengisian polong kacang bogor yang berguna sebagai patokan waktu panen. Waktu pengisian polong diperkirakan selama delapan minggu setelah berbunga. Berdasarkan hasil analisis ragam peubah ini menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Gambar bunga kacang bogor disajikan pada (Lampiran 3a).

Jumlah Cabang, Jumlah Buku dan Jumlah Daun

(23)

13 nilai tengah pada penelitian sebelumnya yang mencapai 5.7 (Lampiran 6). Jumlah cabang pada tanaman kacang bogor berhubungan erat dengan jumlah buku, dan jumlah polong, karena diantara percabangan terdapat buku-buku yang kemudian disanalah terbentuk bunga yang akan berkembang menjadi polong. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati.

Penghitungan jumlah buku dilakukan bersamaan dengan penghitungan jumlah cabang, yaitu setelah tanaman atau brangkasan dicabut. Untuk peubah jumlah buku ini hanya diamati pada cabang terpanjang untuk masing-masing tanaman contoh, hal ini dilakukan karena diduga semakin panjang cabang yang dihasilkan, maka akan semakin banyak pula buku produktif yang terbentuk yang kemudian akan menghasilkan polong yang banyak pula. Poulus (1994) menyatakan bahwa jumlah buku per tanaman dapat diduga besarnya produksi karena buku merupakan tempat munculnya bunga. Nilai KK pada peubah ini mencapai 25.7%, dengan nilai tengahnya hanya 6.9 nilai ini lebih kecil dari percobaan sebelumnya dengan nilai tengah 8.7 (Lampiran 6). Kisarannya jumlah buku pada percobaan ini yaitu antara 4.9 hingga 9.7. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Pengamatan jumlah buku disajikan pada gambar 4a.

Gambar 4 Bunga serta percabangan kacang bogor (a). Cara pengukuran diameter kanopi (b)

Penghitungan jumlah daun dilakukan bersamaan dengan jumlah cabang dan buku yaitu setelah tanaman dipanen. Rataan jumlah daun tanaman mencapai 61 helai (Tabel 2). Goli et al. (1995) melaporkan bahwa jumlah daun paling sedikit dari tanaman kacang bogor yang diamati pada 11 MST berjumlah 8 lembar dan jumlah daun paling banyak 328 lembar, sedangkan jumlah cabang paling sedikit 2 dan paling banyak 12. Kisaran jumlah daun pada percobaan ini berkisar antara 44 sampai 82 helai (Tabel 1). Nilai KK peubah ini mencapai 21.02% dengan kisarannya antara 45 hingga 82 lembar daun. Nilai duga heritabilitas mencapai 12.26% tergolong tinggi dibandingkan dengan peubah yang lain, meski menurut Whirter (1979) nilai heritabilitas dibawah 20% digolongkan ke dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati.

(24)

14

Jumlah Polong Bernas dan Jumlah Polong Cipo

Penghitungan jumlah polong bernas dilakukan bersamaan dengan penghitungan jumlah polong cipo. Penghitungan ini dilakukan pada saat

polong telah dipisahkan dari brangkasannya dengan cara mengoyang-goyangkan setiap polong satu per satu yang kemudian

dipisahkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu jika polong berisi (berbiji) dimasukan kedalam polong bernas, sedangkan jika polong tidak berisi (tanpa biji) dimasukan kedalam polong cipo. Panjangnyaumur panen pada tanaman kacang bogor (4-5 bulan), serta musim hujan yang tidak pasti dapat mengakibatkan produksi rendah. Saat pengisian polong adalah saat kritis, kekurangan air pada masa ini akan mengakibatkan jumlah polong menjadi sedikit.

Kisaran pada jumlah polong bernas yaitu antara 17-32 polong (Tabel 1) dan nilai tengahnya mencapai 25 polong (Tabel 2). Berbeda dengan penelitian sebelumnya nilai tengah hingga mencapai 59 polong (Lampiran 6). Peningkatan kerapatan tanaman sampai batas tertentu dapat meningkatkan produksi setiap satuan luas, tetapi selanjutnya produksi akan menurun sejalan oleh meningkatkannya persaingan tanaman (Sudjana 1993; Turmudi et al. 1996). Dengan melihat jarak tanam yang digunakan dalam percobaan ini hanya 50 cm x 25 cm maka bisa diduga jumlah polong yang dihasilkan sedikit, diakibatkan oleh faktor jarak yang sempit. Faktor jarak ini sangat berpengauh terhadap jumlah polong yang terbentuk, karena dengan semakin lebar jarak tanam yang digunakan akan semakin banyak pula asupan hara serta cahaya matahari, sehingga pertumbuhan akan optimal karena tidak mengalami persaingan dengan tanaman yang lainnya.

Semakin lebar jarak tanam yang digunakan, maka akan semakin banyak pula fotosintat yang dihasilkan untuk kemudian disalurkan ke sink untuk pembentukan polong, sehingga polong yang terbentuk pun akan maksimal (banyak). Maryanto et al. (2002) menyatakan bahwa jumlah polong dan biomassa tanaman banyak didapat pada jarak tanam renggang dibandingkan dengan jarak tanam rapat. Gardner et al. (1985) menambahkan bahwa peningkatan kerapatan tanaman akan diikuti oleh peningkatan kompetisi antar tanaman. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Harjadi (1979) bahwa pada kerapatan tinggi, tingkat kompetisi diantara tanaman terhadap cahaya, air dan unsur hara semakin ketat sehingga tanaman dapat terhambat pertumbuhannya. Berdasarkan hasil analisis ragam tidak terdapat keragaman diantara galur-galur yang diuji pada peubah ini. Nilai ragam genetik yang rendah dibandingkan dengan ragam lingkungannya mengakibatkan nilai duga heritabilitas menjadi negatif atau nol.

(25)

15 nilai tengahnya hanya 0.22 (Tabel 2). Polong cipo tidak dapat dihilangkan dari komoditas ini, karena polong-polong yang sudah matang akan membentuk tunas lain. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah polong cipo.

Bobot Polong Kering

Bobot kering polong ditentukan setelah polong dijemur dibawah terik matahari selama sekitar dua minggu hingga mencapai kadar air ±11%. Hasil percobaan menunjukkan kisaran peubah bobot polong kering ini antara 19.8 hingga 33.1 g per tanaman (Tabel 1). Nilai heritabilitas peubah ini tergolong rendah, hanya mencapai 3.10%, hal ini menunjukkan bahwa ragam lingkungan lebih berperan dibandingkan ragam genetik dalam penampakannya. Pengamatan dilakukan dengan menimbang polong pada masing-masing tanaman contoh menggunakan timbangan digital. Nilai KK peubah ini mencapai 21.88%. Pada bidang pertanian nilai KK yang dianggap wajar adalah 20-25 % (Gomez dan Gomez 1995). Nilai tengah yang dihasilkan 28.83 g. Peubah bobot polong kering berhubungan dengan peubah diameter kanopi, karena diduga semakin lebar diameter kanopi, maka akan semakin banya pula polong-polong yang terbentuk yang kemudian akan berimplikasi pada semakin bertambahnya bobot polong yang dihasilkan, diameter kanopi dijadikan sebagai kriteria seleksi tidak langsung untuk menyeleksi peubah bobot polong kering. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati.

KESIMPULAN

Kesimpulan

(26)

16

DAFTAR PUSTAKA

Abdusalami MS, Sheriff HB. 2010. Effect of processing on the proximate composition and mineral content of Bambara groundnut (Voandezeia subterranean). Bayero Journal of Pure and Applied Sciences. 3(1):188-190.

Actarita D. 2012. Evaluasi galur-galur kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt asal Sukabumi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Allard RW. 1960. Principles of Plant Breeding. John, Willey, Sons, Inc. United States of America. 485 p.

Azam-Ali S, Manjareez JA, Awal MB. 2001. A Global Mapping System for Bambara Groundnut Production. Roma: FAO Agricultural Information Management Series.

Bahar H, Zen S. 1993. Parameter genetik, pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil jagung. Zuriat 4(1):4-8.

Basu S, Roberts J, Mithen R, Ali SA, Pasquet R. 2004. The Subterra of Bambara Groundnut and the Construction A Subterr Linkage Map. New Directions for A Diverse Planet: Proceedings of the 4th International Crop Science Congress. Brisbane, Australia. [diunduh 2013 Desember 20]. Tersedia pada: www.cropscience.org.au.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Data Iklim. Bogor (ID): BMKG Pr.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Rata-rata konsumsi protein per kapita menurut kelompok makanan 1999, 2002-2009. Badan Pusat Statistik [Internet]. [diunduh 2013 Desember 2]. Heritable Traits to Increase Symbiotic Nitrogen Fixation, Yields and Pest Resistance of Indigenous African Legumes: Progress Report for Year 1. The Mcknight Foundation CCRP. 90 p.

Damayanti A. 1991. Pengaruh pemilihan warna benih terhadap hasil dan komponen hasil kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

De Kock C. 2004. Bambara Groundnut. Food of Afrika Pvt Ltd. Zimbabwe. 6 p.

Doku EV, Karikari SK. 1971. Bambara groundnut. Economy Botany. 25(3): 255-262.

Ezedinma FOC, Maneke FO. 1985. Preliminary studies on bambara groundnut (Voandzeia subterranean Thours) in derivied savanna belt of Nigeria. Trop. Grain Legume Bull. 31:39-44.

(27)

17 Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture. Philippines. 239 p.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, Penerjemah. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Fhysiology of Crop Plants.

Goli AEF. 1995. Babliographv Review. Proceedings of the Workshop on Conservation and Improvement of Bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc. ) 14-16 November 1995. International Plant Genetik Resources Institute. Harare, Zimbabwe. Afrika. Halaman 4-10.

Goli AEF, Begemann NQ Ng. 1995. Characterization and Evaluation of

IITA’s Bambara Groundnut Collection. Proceedings of the

Workshop on Conservation and Improvement of Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc.) International Plant Genetic Resources Institutes. Zimbabwe, Afrika. Vol 9:101–118. Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian

Pertanian Edisi ke Dua. Jakarta (ID): UI-Press.

Hamid MN. 2008. Menggali potensi genetik tanaman kacang bogor (Vigna subterranean (L.) Verdcourt). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Handoko. 1993. Klimatologi dasar landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur iklim. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Harjadi SS. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): Gramedia. hlm 197. Jonah PM, Adeniji OT, Wammanda DT. 2005. Variability and genetic

correlations for yield characters in some bambara groundnut (Vigna subterranean) cultivars. Int. J. Agric. Biol. 12:303-307.

Karikari SK. 1995. Country Repost of Bostwana. Proceedings of the Workshop on Conservation and Improvement of Bambara Groundnut (Vigna subterranean (L.) Verdc.) International Plant Genetic Resources Institutes. Zimbabwe. Afrika. Vol. 9:11-18. Khasanah U. 2013. Evaluasi karakter dan daya hasil beberapa genotipe

tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di kebun percobaan IPB Tajur, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Linneman AR, Azam Ali S. 1993. Bambara Groundnut. Di dalam: J.T. Williams Editor. Pulses dan Vegetables. London (GB): Chapman and Hall.

Maesen VD, Somaatmadja. 1989. Plant Research of South-East Asia No.1 Pulses. Pudoc, Wageningen. p75.

[NAS] National Academy of Sciences. 1979. Bambara Groundnut. Tropical legumes: resources for the future. Washington D.C (USA): National Academy of Sciences.

Ntundu WH. 1995. Country Repost of Tanzania. Proceedings of the Workshop on Conservation and Improvement of Bambara Groundnut (Vigna subterranean (L.) Verdc.). Volume 9:53-58. Zimbabwe, Afrika. International Plant Genetic Resources Institutes. Poehlman JM. 1979. Breeding Field Crop. Avi Publishing Company, Inc.

(28)

18

Poulus JM. 1979. Breeding Field Crops. 2ndeds. The Avi Publishing Company. Inc. USA 483 p.

Priyatna W. 1993. Pengaruh pemupukan ost dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan, komponen produksi, dan produksi kacang bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purwati E. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. Hal 42-58 dalam Duriat AS,. Hadisoeganda WW, Sinaga RM, Hilman Y, Basuki RS editor.

Purseglove JW. 1974. Tropical Crops Dicotyledons (3rd ed). London (GB): Longmann Group Limited.

Ratih SWW. 1991. Pengaruh umur panen dan populasi tanaman terhadap viabilitas benih kacang bogor (Voanzeia subterranea (L.) Thouars). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Redjeki ES. 2007. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bogor (Vigna subterranean (L.) Verdcourt) galur gresik dan bogor pada berbagai warna biji. [prosiding seminar hasil penelitian yang dibiayai oleh hibah kompetitif]. Gresik (ID): Universitas Muhammadiyah Gresik. Setiaji TR. 1994. Pengaruh populasi terhadap pertumbuhan tiga kultivar

kacang bogor (Vigna subterranean (L.) Verdcourt) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Steel RGD, Torrie JH. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B, Penerjemah. Jakarta (ID): PT Gramedia. Terjemahan dari: Principles and Prosedures of Statistics.

Sudjana. 1992. Metode Statistika Edisi ke 5. Bandung (ID): Tarsito.

Swanevelder CJ. 1998. Bambara-Food for Africa. Government Printer, National Departement of Agriculture Republic of South Africa-ARC Grain Crops Institute. Pretoria. Afrika. 16p.

Tjahya W. 1983. Pengaruh pupuk N dan kerapatan tanam terhadap produksi kacang bogor (Voandzeia subterranea). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Turmudi, Edhi, Suprijono, Eko. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bogor pada berbagai tingkat kerapatan tanaman dan frekuensi penyiangan. [skripsi]. Bengkulu (ID): Universitas Bengkulu.

Whirter KS. 1979. Breeding of cross-pollinated crop. Di dalam: Knight R, editor. Course manual in plant breeding. Australia (GB): Vide

Chancellor’s Committee.

(29)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perbandingan komponen ragam, rataan, dan kisaran beberapa karakter kacang bogor dari beberapa hasil percobaan

Sifata 2g 2p 2e Rataan Maks Min Sumber

JPB (128 HST)

11.55 36.60 25.06 19.99 25.63 15.43 Tjahya 1983

BKT (128 HST)

12.44 41.47 29.03 24.36 31.29 20.53 Tjahya 1983

BBT/ha (128 HST)

0.24 0.84 0.59 4.27 5.08 3.54 Tjahya 1983

BBT

70.77 176.75 105.98 22.90 48.40 4.50 Setiaji 1994

BBT (110 HST)

429.22 1028.63 599.40 50.07 103.20 7.80 Setiaji 1994

BKT (120 HST)

-4.54 4.65 9.19 14.32 25.10 5.20 Setiaji 1994

JPB (120 HST)

40.63 149.96 109.33 36.40 28.70 41.30 Priyatna 1993

BKT (120 HST)

685.81 1417.47 731.67 69.12 88.94 48.52 Priyatna 1993

JPT

122.00 15.12 63.00 0.00 Juwita 2012

BKT (111 HST)

112.00 13.00 71.00 0.00 Juwita 2012

a

(30)

20

Lampiran 2 Data iklim stasiun klimatologi Dramaga Bogor Lokasi : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Lintang : 06031’ LS

Bujur : 106044’BT Elevasi : 207 mdpl

Bulan Curah hujan (mm bulan -1) Suhu (0C)

Maret 290.0 26.2

April 216.0 26.4

Mei 399.0 26.2

Juni 62.4 25.4

Juli 370.0 25.4

Lampiran 3 Kondisi tanaman kacang bogor

a

a: bunga kacang bogor (tanda lingkaran); b: penyakit pada tanaman kacang bogor, c: hama pada tanaman kacang bogor (tanda lingkaran), d: gulma pada tanaman kacang bogor, e: pengujian kadar air dan f: pengujian uji daya berkecambah.

(a) (b)

(c) (d)

(31)

21 Lampiran 4 Daftar 100 kode galur yang digunakan pada penelitian

Kode galur Kode galur Kode galur Kode galur

A126 R20 A35 A5

(32)

22

Lampiran 6 Nilai tengah dan kisaran pada penelitian sebelumnya

Peubah T G T G

Nilai tengah Nilai tengah Kisaran Kisaran BBT 109.58 119.31 49.95-227.70 -0.41-504.79

JPT 59.33 60.32 29.83-104.25 1.79-138.79

JPB 38.67 40.60 14.00-76.50 -2.09-107.41

JPC 20.65 19.74 6.33-46.75.10 1.90-53.40

BKT 30.29 34.13 10.30-63.99 -1.85-89.52

BKB 28.44 32.06 8.96-61.13 -2.13-86.09

BKC 1.91 1.99 0.44-4.89 0.00-5.64

PK 0.17 0.95 0.00-3.41 0.00-4.00

HB 47.58 48.36 43.50-55.00 43.05-54.95

TT 21.48 20.66 15.50-25.00 11.44-25.44

DK 58.19 56.19 43.00-68.00 23.42-80.40

JC 5.73 5.45 4.00-8.50 3.22-10.22

JB 8.71 9.42 5.50-13.00 5.32-18.32

a

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 bulan Oktober tahun 1990 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Ramli Mahmud dan Mulyani. Pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas ditempuh penulis di Jasinga dari tahun 1997 hingga tahun 2009. Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009 dan terdaftar di Program Studi Agronomi dan Hortikultura.

Gambar

Gambar 1 Morfologi tanaman kacang bogor ( Vigna subterranea (L.) Verdcourt).  Sifat pembungaan (1); Bunga (2); Buah (3);  Benih (4)
Gambar 2 Benih yang siap ditanam (a) Lahan penelitian yang baru
Gambar 3  Tanaman kacang bogor terkena penyakit sclerotium (a)
Gambar 4 Bunga serta percabangan kacang bogor (a).

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya perbedaan yang signifikan kualitas spermatozoa kelompok perlakuan 1 terhadAp kelompok kontrol mungkin disebabkan dosis yang diberikan kurang sehingga kandungan

Diasumsikan bahwa sifat optis aktif total pada minyak goreng secara umum ditunjukkan dengan perubahan polarisasi total cahaya  akibat keberadaan kolesterol dan

Gambaran Metode Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Remaja Di SMK N 3 Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2017 Sebelum

Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan angin yang lebih rendah dari gambar grafik

Gambaran sumbangan pikiran Indonesia tersebut dengan jelas dapat dikemukakan sebagal berikut:&#34; (a)' pengertiari dan kesadaran negara berkembang tentang Hukum Lingkungan yang

Yang merupakan masalah dalam penelitian ini adalah Perbandingan Model Pembelajaran Think-Pair-Share dan Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa

2) Mengatur komunikasi jaringan dengan komputer server maupun client melalui ethernet.Pengaturan berupa : MAC, IP, Gateway dan Subnet. 3) Mengontrol nyala atau mati