• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Mengacu pada tujuan penelitian, peneliti berusaha mencari hubungan antar peubah yang terkait dengan karakteristik individu petani, perilaku komunikasi, faktor lingkungan, persepsi petani terhadap cyber extension, perilaku pemanfaatan

teknologi informasi, dan tingkat pemanfaatan cyber extension dengan tingkat

keberdayaan petani. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti merancang penelitian ini dengan mengkombinasikan antara penelitian menerangkan (explanatory research) dengan penelitian deskriptif (descriptive research). Rancangan ini sesuai dengan pendapat Babbie (1992) yang menyatakan bahwa penelitian yang bersifat menerangkan adalah, penelitian survai yang bertujuan menjelaskan pengaruh dan hubungan antar peubah melalui pengujian hipotesis. Penelitian semacam ini dalam deskriptifnya juga mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya terletak pada hubungan antar peubah. Sedangkan peubah yang diujikan adalah 1) karakteristik individu petani, 2) faktor lingkungan, 3) persepsi petani terhadap karakteristik cyber extension, 4) perilaku dalam memanfaatkan

sarana teknologi informasi, 5) tingkat pemanfaatan cyber extension, dan 6) tingkat

keberdayaan petani.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian mengambil kasus di dua kabupaten yaitu di wilayah yang terjangkau atau dapat akses sistem informasi pertanian sebagai rintisan implementasi cyber extension baik secara mandiri maupun melalui program

tertentu yang dikembangkan oleh suatu lembaga. Wilayah yang dijadikan lokasi penelitian merupakan sentra produksi sayuran di Kabupaten Cianjur (Jawa Barat) dan Kota Batu (Jawa Timur) yang keduanya memiliki akses terhadap implementasi cyber extension. Wilayah BPP Pacet Kabupaten Cianjur

merupakan lokasi terpilih untuk mewakili lokasi dengan jangkauan aksesibilitas

cyber extension secara mandiri tanpa ada program khusus untuk meningkatkan

akses masyarakat ke sistem informasi pertanian atau sumber informasi global. Sedangkan wilayah BPP Bumiaji, Kota Batu khususnya di Desa Giripurno merupakan lokasi terpilih yang mewakili lokasi dengan jangkauan aksesibilitas

(2)

cyber extension dengan dukungan program dari world bank yaitu melalui

Telecenter Kartini Mandiri.

Kedua lokasi dipilih sebagai kelanjutan kegiatan pengkajian dan penelitian yang telah dilaksanakan selama tahun 2009 sampai Juni 2010 yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi untuk akses informasi pertanian yang berlokasi di dua wilayah tersebut. Dengan demikian, sistem sosial dan ekosistem wilayah setempat mudah dipahami sehingga mendorong pada kualitas informasi dan data yang lebih akurat dan mendalam. Di samping itu, terbuka kesempatan yang lebih luas khususnya dalam menentukan peubah yang akan diuji melalui pendekatan kuantitatif berdasarkan hasil kajian dan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan.

Waktu pelaksanaan penelitian tahap pertama telah dirintis sejak tahun 2009 hingga Juni 2010. Sedangkan penelitian tahap II, khususnya survei untuk mengumpulkan data kuantitatif dan pengamatan intensif di lapangan dilaksanakan selama tujuh bulan, yaitu pada Bulan Juli 2010 – Januari 2011.

Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini bersifat survei yang dilaksanakan pada satu populasi yaitu petani yang menguasai lahan untuk berusahatani komoditas sayuran dan memiliki akses terhadap teknologi informasi (minimal telepon rumah). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin melihat pemanfaatan cyber extension untuk

mendukung keberdayaan petani sayuran. Sebagai media komunikasi baru, cyber

extension mensinergikan teknologi informasi dalam pengembangan sistem

informasi pertanian. Oleh karena itu secara ringkas, persyaratan dari responden dalam penelitian ini adalah:

1. Petani sayuran (petani yang menguasai lahan untuk berusahatani sayuran) 2. Memiliki kesempatan untuk memanfaatkan sarana teknologi informasi atau

sarana untuk akses sistem informasi berbasis teknologi informasi dari lingkungan sekitar.

3. Menggunakan sarana teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani.

Pemilihan petani sayuran didasarkan atas sifatnya yang lebih responsif terhadap informasi teknologi produksi maupun pemasaran karena komoditas yang

(3)

diusahakan memiliki kerentanan terhadap musim, cuaca, dan daya simpannya yang sangat pendek yang menyebabkan fluktuasi harga produk yang cukup tinggi. Oleh karena itu, petani sayuran cenderung bersifat proaktif terhadap aplikasi teknologi informasi untuk mengakses informasi pertanian, khususnya terkait dengan informasi harga, dan permintaan pasar dibandingkan dengan petani hortikultura lainnya dan memerlukan informasi yang cepat dan akurat sesuai dengan karakteristik usahataninya.

Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan atas kesesuaian dengan kondisi ketersedian data dan perkiraan tingkat homogenitas populasi (Krzanowski 2007, Nasution dan Usman 2006). Kerangka sampling dibuat berdasarkan hasil focus group discussion dengan para penyuluh

di BPP Pacet dan Gapoktan Desa Giripurno wilayah Telecenter Kartini Mandiri serta penyebaran kuesioner awal untuk mengetahui kondisi aksesibilitas petani terhadap teknologi informasi pada umumnya. Dari 112 responden yang disurvei awal di BPP Pacet diketahui sebanyak 46 (41,07 persen) responden menyatakan biasa akses terhadap minimal salah satu sarana teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani. Sedangkan dari 150 responden yang disurvei awal di Desa Giripurno (wilayah Telecenter Kartini Mandiri), diketahui bahwa sebanyak 71 (47,33 persen) responden menyatakan biasa akses terhadap minimal salah satu sarana TI untuk mendukung kegiatan usahatani. Dengan melihat jumlah petani sayuran di masing-masing wilayah penelitian (petani sayuran potensial di BBP Pacet sejumlah 435 orang dan di wilayah Telecenter Kartini Mandiri sejumlah 500 orang), dapat diperkirakan jumlah populasi adalah 178 petani di wilayah BPP Pacet dan 189 petani di wilayah Telecenter Kartini Mandiri (Desa Giripurno).

Ellen (2010) menyatakan bahwa berdasarkan teknik pengambilan contoh dengan metode yang dikembangkan oleh Slovin maka batas minimal contoh (n) dalam penelitian dapat ditentukan dengan interval kepercayaan 95 persen dan toleransi terjadinya galat (taraf signifikansi kesalahan atau error) maksimum yang

diijinkan (e) adalah sebesar < 91 - 0,050)/2 atau < 0,95/2 (< 0,475). Dengan menggunakan nilai e = 0,07 maka jumlah contoh (n) minimal yang diijinkan dalam penelitian ini berdasarkan teknik Slovin adalah sebagai berikut.

(4)

Jumlah responden di Pacet:

Jumlah responden di Batu:

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin tersebut diperoleh total responden minimal adalah sebanyak 191 responden, yaitu:

n = 2 1 + N (e) n1 = 1 + 178 (0,07)2 178 = 95 n2 = 1 + 189 (0,07)2 189 = 96

1. Petani sayur dengan akses sistem informasi berbasis teknologi informasi secara mandiri di Pacet dengan populasi sebanyak 178, maka respondennya sejumlah 95 orang.

2. Petani sayur dengan akses sistem informasi berbasis teknologi informasi dengan dukungan program pengembangan akses informasi melalui Telecenter di Desa Giripurno dengan populasi sebanyak 189, maka respondennya sejumlah 96 orang.

Sebanyak 212 petani sayuran berhasil dipilih untuk menjadi responden yang berasal dari dua lokasi penelitian, dan setelah dibersihkan datanya (cleaning data) sebanyak 12 responden dianggap kurang layak, sehingga menjadi 200 responden dengan jumlah responden untuk masing-masing lokasi penelitian adalah sebanyak 100 petani

Jumlah responden sebanyak 200 orang sudah sesuai dengan rule of thumb

(aturan) dalam SEM sebagaimana yang dinyatakan oleh Wijayanto (2008) dan Kusnendi (2008) bahwa penggunaan SEM dengan metode estimasi maximum

likelihood memerlukan sampel minimal 100-150 responden, atau sebanyak lima

kali indikator-indikator (observed variables). Penelitian ini menggunakan indikator sebanyak 33, sehingga diperlukan sampel minimal 33 x 5 = 165. Dengan melihat jumlah petani sayuran di masing-masing wilayah penelitian dan

(5)

untuk memenuhi uji statistika inferensia tersebut, maka jumlah responden sebanyak 200 orang telah cukup memadai untuk penelitian ini.

Pengumpulan data terhadap petani didasarkan atas pendapat atau persepsi petani terhadap indikator-indikator yang diajukan dalam mengukur peubah-peubah penelitian. Menurut Sarwono (1984), persepsi adalah proses kategorisasi terhadap rangsangan dari luar yang di dalamnya terdapat unsur pemberian arti dan penilaian (inferensiasi) terhadap obyek tersebut. Persepsi dapat diartikan sebagai proses pemberian makna yang di dalamnya terdapat proses seleksi/penilaian terhadap rangsangan berdasarkan pengamatan, wawasan, dan pengalamannya yang di dalamnya terdapat unsur penilaian terhadap peubah penelitian tersebut.

Pemilihan informan penelitian untuk mendukung data kuantitatif dari survei yang dilakukan, adalah secara terarah (purposeful sampling technique) dengan penekanan pada sumber informasi kunci. Sumber informasi kunci adalah tokoh kunci dari lembaga formal, informal dan non-formal di lokasi penelitian. Tokoh kunci formal adalah pimpinan wilayah dan/atau kelembagaan formal. Kelembagaan formal adalah lembaga pemerintahan dari berbagai hierarki, yaitu tingkat kantor kecamatan, kantor desa, dan dinas pertanian setempat, serta norma formal yang berlaku (peraturan, tata tertib organisasi, hukum, dan undang-undang). Kelembagaan informal dan non-formal antara lain kelembagaan adat lokal (norma, tabu, p a m a l i , m a u p u n aturan tidak tertulis) dan tokoh kunci lokal atau tetua adat.

Data yang dihimpun merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari wawancara terstruktur dengan kuesioner yang dilakukan pada individu petani. Sedangkan data kualitatif bersumber pada kelembagaan (termasuk kelembagaan komunikasi lokal), kelembagaan organisasi dan kelembagaan individu tokoh kunci. Data dikumpulkan dengan penggunaan

External Factor Checklist untuk mengetahui keragaman peubah-peubah yang

akan dianalisis dalam bentuk kuesioner semi-terstruktur berdasar topik pengamatan (topic list). Informasi dihimpun melalui teknik wawancara

(6)

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya yaitu responden petani sayuran yang terjangkau oleh implementasi cyber extension. Pengumpulan data primer dilakukan melalui a)

survey terstruktur dengan kuesioner yaitu bentuk pengumpulan data melalui

pengisian kuesioner oleh responden dipandu peneliti/fasilitator di lapangan, b) wawancara terstuktur yaitu bentuk interview terhadap responden dengan pedoman

kuesioner yang telah dibuat, c) focus group discussion di tingkat petani/kelompok

tani; dan d) pengamatan langsung di lapangan pada beberapa tempat di mana petani biasanya berkumpul dan mencari informasi untuk mendukung usahatani.

Data primer juga diperoleh dari ketua kelompok/lembaga/organisasi, penyuluh/pendamping/fasilitator, dan beberapa responden atau informan kunci termasuk pedagang pengepul atau tengkulak. Data yang umumnya bersifat kualitatif dikumpulkan melalui wawancara semiterstruktur, pengamatan, indepth

interview, dokumentasi, catatan harian, analisis kasus, dan focuss group

discussion. Secara terperinci, cara pengumpulan data yang telah dilakukan

adalah sebagai berikut.

1. Pengamatan (observation), yaitu data dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi penelitian, khususnya terkait dengan proses interaksi dalam knowledge sharing antar

petani, antara petani dengan pendamping/fasilitator, dan antara petani dengan tokoh masyarakat.

2. Kuesioner (questioner), yaitu sejumlah pertanyaan tertutup dalam mengukur peubah penelitian untuk diisi responden.

3. Wawancara (interview), yaitu melakukan tanya jawab lisan secara langsung dengan responden penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Wawancara dilakukan terhadap pelaku komunikasi inovasi (petani sayuran) dan juga tokoh masyarakat yang terkait dengan kelembagaan lokal.

4. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu melakukan tanya jawab lisan secara langsung dan mendalam guna memperdalam informasi yang telah

(7)

diperoleh sebelumnya. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap pelaku komunikasi inovasi (petani dan penyuluh/pendamping) dan juga tokoh masyarakat yang terkait dengan kelembagaan lokal.

5. Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode untuk menggali data

kualitatif dari sekelompok orang yang bertanya tentang sikap dan pendapat mereka terhadap suatu isu atau tema terkait dengan penelitian. Pertanyaan diminta dalam grup pengaturan interaktif dimana peserta bebas untuk berbicara dengan anggota kelompok lainnya. Selain komunikasi verbal, dalam FGD juga dapat diamati pula komunikasi nonverbalnya.

6. Dokumentasi (documentation), yaitu mengumpulkan data dengan cara penelusuran dan pencatatan data, dokumen, arsip, maupun referensi yang relevan di instansi yang ada kaitannya dengan penelitian.

Data primer yang dituangkan dalam kuesioner dan dikumpulkan dari responden adalah:

1. Karakteristik individu petani yang meliputi: umur, pendidikan formal, kepemilikan sarana teknologi informasi, lama menggunakan sarana teknologi informasi, luas lahan yang dikuasai dan diusahakan untuk tanaman sayuran, tingkat kekosmopolitan, dan tingkat keterlibatan petani dalam suatu kelompok.

2. Faktor lingkungan yang meliputi: tingkat ketersediaan media komunikasi konvensional, tingkat ketersediaan sarana akses informasi berbasis teknologi informasi, tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan keterjangkauan terhadap fasilitasi training

3. Karakteristik cyber extension yang meliputi: kesesuaian dengan kebutuhan,

kemudahan untuk diaplikasikanm keuntungan relatif, kemudahan untuk dilihat hasilnya, dan kesesuaian dengan budaya lokal petani.

4. Perilaku dalam memanfaatkan sarana teknologi informasi yang meliputi: pengetahuan terhadap apalikasi teknologi informasi, sikap terhadap aplikasi teknologi informasi, keterampilan menggunakan sarana teknologi informasi untuk akses/pengelolaan informasi, intensitas dalam menggunakan sarana teknologi informasi.

(8)

5. Pemanfaatan cyber extension yang meliputi: tingkat akses sarana teknologi

informasi yang domonan dimanfaatkan, intensitas memanfaatkan sarana teknologi informasi, tingkat manfaat yang dirasakan, tingkat pengelolaan informasi dengan sarana teknologi informasi, jangkauan sumber informasi yang diakses, dan aktivitas berbagi informasi secara interaktif.

6. Tingkat keberdayaan petani, yaitu kemampuan petani dalam proses pengambilan keputusan untuk: menentukan jenis komoditas yang diusahakan, mengatur input produksi, memasarkan hasil pertanian, bekerjasama/ bersinergi, mengelola informasi, mengolah hasil pertanian, dan mengakses teknologi.

Data sekunder yang dihimpun dalam penelitian ini meliputi dokumen data dan informasi yang terdapat di:

1. Instansi lingkup Kementerian Pertanian, yaitu: Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jawa Timur, dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

2. Instansi lingkup Pemerintah Daerah: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dan Batu-Malang, serta Pemda Kabupaten, Kecamatan termasuk Balai Penyuluhan Pertanian, dan Desa di lokasi penelitian.

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui: a) studi dokumentasi, b) wawancara mendalam, dan c) focus group discussion yang dilakukan terhadap

pejabat dan penyuluh atau pelaku komunikasi inovasi dan pembuat program komunikasi inovasi pertanian di lingkup instansi terkait. Jenis data sekunder ini meliputi: 1) Kebijakan peraturan Kementan terkait program komunikasi inovasi pertanian, 2) Program pengembangan informasi bidang pertanian mendukung implementasi cyber extension dari Kementan maupun Dinas Pertanian tingkat

provinsi, 3) Keadaan wilayah pertanian di lokasi penelitian, 4) Program

pengembangan wilayah pertanian di lokasi penelitian, 5) Data hasil penelitian atau evaluasi tentang program pembangunan pertanian.

(9)

Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu peubah. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai peubah-peubah penelitian untuk kebutuhan penelitian (Djaali dan Mulyono 2004). Data primer dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebagai pedoman wawancara secara terstruktur. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup dan beberapa pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disiapkan jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai. Sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan responden menguraikan secara bebas dalam menjawab pertanyaan untuk memperjelas jawaban pertanyaan tertutup.

Kuesioner dirancang sedemikian rupa dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh responden. Kuesioner disusun secara jelas dengan kata-kata yang tidak bermakna ganda, tidak menyinggung perasaan responden, dan menghindari bias kepentingan peneliti.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang diperkuat dengan data kualitatif. Penelitan kuantitatif dilakukan secara survai yang datanya dikumpulkan dari responden dengan menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner sebagai pedoman dalam melakukan wawancara atau alat pengumpulan data primer dan skunder. Kuesioner disusun sedemikian rupa sebelum digunakan saat penelitian, alat pengukur atau instrumen yang digunakan sudah teruji kesahihan (validity) dan keterandalannya (reliability) untuk memperoleh data dan informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dalam penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai dengan adanya validitas dan reliabilitas.

Validitas instrumen atau kesahihan kuesioner barkaitan dengan mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur. Validitas instrumen yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity).

Validitas isi dilakukan dengan mengkaji peubah-peubah penelitian melalui konsep dan teori yang relevan dan selanjutnya diturunkan menjadi definisi

(10)

operasional dan indikator pengukuran. Validitas isi juga didasarkan atas: 1) pendapat ahli baik dari berbagai kajian pustaka maupun pendapat pakar (pembimbing dan nara sumber lainnya) dalam rangka mencapai tujuan penelitian, 2) uji kesahihan logika, yaitu membandingkan teori komunikasi partisipatif dan teori konvergensi komunikasi dan kaitannya dengan aplikasi teknologi informasi dalam komunikasi inovasi pertanian khususnya cyber extension dan dengan teori

keberdayaan petani. Pada garis besarnya, beberapa dasar teori yang digunakan antara lain:

(1) Logika teori komunikasi partisipatif dan konvergensi komunikasi dalam kerangka pemanfaatan teknologi informasi untuk komunikasi inovasi:

Servaes (2002, 2005, dan 2007): tentang komunikasi partisipatif dengan mengintegrasikan perbedaan budaya dan aplikasi teknologi informasi.

Rogers and Kincaid (1981) tentang konvergensi komunikasi dan aspek pengembangan jaringan informasi.

(2) Logika teori media baru untuk komunikasi inovasi pertanian:

Browning et al. (2008), McMillan (2004), dan Rogers (2003): ciri inovasi

terkait dengan ciri Cyber extension sebagai media baru untuk komunikasi

inovasi.

Wijekon et al. (2009) dan Taragola et al. (2009): konsep Cyber extension

(3) Logika teori keberdayaan petani:

Chambers (1995): konsep pemberdayaan Mayouk (2010): indikator tingkat keberdayaan

Berdasarkan validitas isi yang telah dilakukan, maka substansi alat ukur yang digunakan telah mencerminkan seluruh isi yang dimiliki, serta informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari kajian konsep dan teori serta hasil diskusi dengan pakar maka instrumen penelitian telah memenuhi validitas isi.

Validitas konstruk menggambarkan mengenai kemampuan sebuah alat ukur untuk menjelaskan suatu konsep (Ferdinand 2006). Uji validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan ujicoba kuesioner terhadap 35 orang responden yang relatif sama dengan obyek penelitian sesungguhnya. Langkah-langkah cara menguji validitas konstruk menurut Ancok (1995) adalah:

(11)

(1) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur; (2) Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden; (3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

(4) Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan teknik korelasi Rank Spearman

Berdasarkan uji validitas konstruk dengan menggunakan SPSS Versi 19 diketahui bahwa instrumen penelitian terbukti valid (Tabel 9) dengan nilai koefisien validitas rata-rata untuk masing-masing peubah antara 0,500-0,875 yang berarti bahwa instrumen dapat dipercaya. Artinya alat ukur ini dapat dipercaya untuk mengukur konsep atau peubah yang akan diukur.

Tabel 9 Nilai Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Peubah Kisaran nilai validi-tas

(koefisien r) Keterangan Karakteristik Individu Petani (X1) 0,530** - 0,780** Valid

Faktor Lingkungan (X2) 0,605** - 0,875** Valid

Persepsi Petani terhadap Karakteristik

Cyber extension (X3)

0,530** - 0,644** Valid

Perilaku dalam memanfaatkan teknologi informasi/TI (X4)

0,717** - 0,867** Valid

Tingkat Pemanfaatan Cyber extension (Y1) 0,500** - 0,719** Valid

Tingkat Keberdayaan Petani (Y2) 0,591** - 0,799** Valid

Keterangan: ** nyata pada P<0,05

Ancok (1989) menyatakan bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Ini berarti bahwa uji reliabilitas ditujukan untuk mengetahui dan mengukur tingkat akurasi atau konsistensi dari jawaban sesponden. Sedangkan Ferdinand (2006) mendefinisikan reliabilitas sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, atau kekonsistensian. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang dapat dipercaya, ajeg, atau konsisten mengukur suatu konsep. Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen itu secara konsisten memunculkan hasil yang sama setiap kali dilakukan pengukuran.

Uji reliabilitas dilakukan terhadap 35 orang petani yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian yang sesungguhnya. Hasil ujicoba instrumen diolah dan diuji reliabilitasnya dengan teknik Cronbach’s

(12)

Alpha menggunakan SPSS 19. Menurut Hadjar (1999), teknik Cronbach’s Alpha

merupakan teknik yang paling cocok untuk menguji reliabilitas instrumen yang masing-masing butirnya lebih dari satu alternatif jawaban yang mungkin terjadi (tidak ada jawaban yang salah atau benar). Hal ini juga sesuai dengan ciri dari pilihan jawaban kuesioner yang bukan merupakan skor 1 dan 0, melainkan dalam bentuk kategori dan uraian sebagaimana dinyatakan pula oleh Arikunto (1998). Oleh karena itu teknik ini tepat untuk pengukuran reliabilitas instrumen dalam mengukur tingkat keberdayaan petani, tingkat pengetahuan, keterampilan, dan aksesibilitas, atau pendapat seseorang terhadap suatu peubah yang tidak bertujuan untuk mengukur jawaban yang besar atau salah.

Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha diukur

berdasarkan skala Cronbach’s Alpha 0 sampai 1. Jika skala tersebut

dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran

kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut. 1. Nilai Cronbach’s Alpha 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

2. Nilai Cronbach’s Alpha 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

3. Nilai Cronbach’s Alpha 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

4. Nilai Cronbach’s Alpha 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

5. Nilai Cronbach’s Alpha 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel (Triton 2005)

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas instrumen dengan menggunakan SPSS 19, diketahui bahwa instrumen yang disiapkan untuk keperluan penelitian sudah reliabel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha)

adalah antara 0,660 - 0,862 (Tabel 10). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrument penelitian secara empirik sudah reliabel dan dapat digunakan untuk memperoleh data yang akurat.

(13)

Tabel 10 Nilai Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Peubah Nilai reliabilitas Keterangan

Karakteristik Individu Petani (X1) 0,660** - 0,862** Reliabel

Faktor Lingkungan (X2) 0,750** - 0,853** Reliabel

Persepsi Petani terhadap Karakteristik

Cyber extension (X3)

0,760** - 0,800** Reliabel

Perilaku dalam Memanfaatkan TI (X4) 0,747** - 0,810** Reliabel

Tingkat Pemanfaatan Cyber Extension (Y1) 0,710** - 0,757** Reliabel

Tingkat Keberdayaan Petani (Y2) 0,826** - 0,710** Reliabel

Keterangan: ** nyata pada p<0,01

Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi dijabarkan dan diinterpretasikan menurut alur logika melalui penerapan statistik induktif (Bailey 1992) dan deskriptif dengan menerapkan pendekatan dan analisis sistem. Analisis data digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis. Pengolahan data digunakan analisis kuantitatif dan untuk mendukung dan mempertajam analisis kuantitatif dilengkapi dengan informasi berdasarkan data kualitatif (Dey 1993 dan Moleong 1991). Analisis kuantitatif menggunakan statistik yang meliputi: 1) analisis statistik deskriptif, 2) analisis korelasi, 3) analisis uji beda (uji t), dan 4) analisis Structural Equation Models (Kusnendi 2008, Sarwono 2007,

Johnson dan Wichen 2002). Sedangkan peubah-peubah yang dianalisis dan alat analisisnya adalah sebagai berikut.

1. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis peubah a) karakteristik individu petani, b) faktor lingkungan, c) persepsi terhadap karakteristik cyber

extension, d) Perilaku dalam memanfaatkan teknologi informasi, e) tingkat

pemanfaatan cyber extension; dan e) tingkat keberdayaan petani sayuran.

2. Analisis Koefisien Korelasi Pearson Product Moment (r) digunakan untuk

mengetahui hubungan peubah independen dengan peubah dependen sehingga dapat digunakan pula untuk menguji hubungan antar peubah dengan rumus sebagai berikut.

(14)

Keterangan:

N = jumlah responden; X = skor mentah peubah X; Y = skor mentah peubah Y =

N

XY – (

X

) (

Y

)

r

xy

[

N

X2 – (

X

)

2

][

N

(

Y2

– (

Y

)

2

]

(Johnson dan Wichern 2002)

3. Analisis perbedaan dua rata-rata (Uji t) digunakan untuk menganalisis perbedaan antara dua buah mean hasil pengukuran peubah penelitian di dua daerah penelitian dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

t = Nilai statistik t (t

hitung)

X1 = Mean dari pengamatan sampel 1 X2 = Mean dari pengamatan sampel 2 SX1-X2 = Standard error kedua kelompok

Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel untuk mengetahui perbedaan antara mean sampel masing-masing peubah. Apabila nilai thitung < ttabel maka terdapat perbedaan antara mean contoh. Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka tidak terdapat perbedaan antara mean contoh yang diuji pada level p<0,05 atau p<0,01.

t

=

X1 – X2

S

X1-X2

4. Structural Equation Models (SEM) untuk menganalisis pengaruh secara

struktural antarpeubah baik secara langsung maupun tidak langsung (Salimun 2002). SEM merupakan pendekatan terintegrasi antara analisis data dengan konstruksi konsep. Pada penelitian ini, SEM digunakan untuk pengujian model hubungan antarpeubah laten (peubah eksogen dan peubah endogen) dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prakiraan. Analisis SEM dengan LISREL terdiri atas dua komponen utama yaitu Model Persamaan Struktural (a structural equation model) dan Model Pengukuran (a measurement model).

(15)

Tahap pertama dalam analisis SEM adalah pengujian secara simultan model pengukuran atau Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang bertujuan

untuk menghasilkan informasi indikator yang paling dominan merefleksikan peubah penelitian. Pengujian CFA dilakukan dengan tahapan:

1. Memeriksa adanya koefisien bobot faktor terstandarkan atau standardized

loading factor (SLF) > 1. Apabila ada, maka dilakukan perbaikan model

dengan cara menetapkan SLF=1 atau error variance = 0

2. Memeriksa kemampuan indikator merefleksikan variabel, dengan cara: a) menguji secara individual kebermaknaan dari setiap indikator (apabila nilai uji t dari SLF < 1,96 dikeluarkan dari model) dan b) mengevaluasi SLF dari indikator dalam model. Kusnendi (2008) menyatakan bahwa apabila nilai SLF kurang dari nilai cut of (0,5), maka indikator tersebut dikeluarkan dari model.

3. Menguji kecocokan saluran model (overall model fit test) pengukuran dengan

menggunakan ukuran Goodness of Fit Test (GFT) utama dengan kriteria

P-value dari statistik uji chi-square > 0,05; nilai Root Mean Square Error of

Approximation (RMSEA) <0,08, nilai Comparative Fit Index (CFI) > 0,9;

nilai Goodness-of-Fit Index (GFI) > 0,9; dan nilai Adjusted Goodness-of-Fit

Index (AGFI) > 0,9. Di samping itu, digunakan pula nilai Normed Fit Indeks

(NFI) sebagai ukuran perbandingan antara model yang diusulkan dengan

baseline model. Sebagai koreksi nilai NFI dengan melibatkan derajat

kebebasan, digunakan nilai Non Normed Fit Indeks (NFI). Model dinyatakan

fit apabila nilai NNFI mencapai > 0,90.

GFT ditunjukkan untuk mengevaluasi kesesuaian antara data yang dikumpulkan dengan model yang diajukan. Apabila nilai-nilai yang diperoleh belum memenuhi kriteria GFT, maka dilakukan perbaikan model. Sebaliknya apabila nilai-nilai yang diperoleh sudah memenuhi kriteria GFT, maka model telah fit dan dapat diberlakukan untuk populasi penelitian (Kusnendi 2008)

Untuk memudahkan analisis dan pengolahan data, disusun model hipotetik persamaan struktural dengan mengacu pada kerangka berpikir, sehingga jalur pengaruh antara variabel laten eksogen dan variabel laten endogen, serta variabel laten (eksogen dan endogen) dengan indikator refleksinya (Gambar 12).

(16)

X1.1

βi = Beta (besar), suatu matriks koefisien yang menggambarkan pengaruh

dari peubah endogenous terhadap peubah endogenous lainnya.

γi = Gamma (besar), suatu matriks koefisien yang menggambarkan

pengaruh dari peubah exogenous (peubah laten X) X = Variabel manifes/indikator untuk variabel laten eksogen Y = Variabel manifes/indikator untuk variabel laten endogen

λX = Lambda-X, koefisien bobot faktor variabel manifes eksogen

λY = Lambda-Y, koefisien bobot faktor variabel manifes endogen

б = Theta-delta, kekeliruan pengukuran variabel manifes/indikator eksogen X

ξ = Ksi, suatu vektor dari peubah exogenous (peubah laten X)

ε = Theta-epsilon, kekeliruan pengukuran variabel manifes endogen Y

Gambar 12 Diagram Jalur Model Hipotetik Persamaan Struktural Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemanfaatan Teknologi Informasi, Tingkat Pemanfaatan Cyber Extension, dan Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran

λx4.2 λx4.1 λx4.3 γ.4.2 β2.5 γ1.2 ζ1 X1.3 δ.1.4 X2.2 X1.4 λx1.1 δ.1.1 δ.1.2 δ.1.3 δ.1.3 X1.5 λx3.4 Y2 Y2.3 Y2.4 Y2.1. Y2.2 Y2.5. Y2.6 Y2.7. Y2.8 ε2.8 ε2.7 ε2.6 ε2.5 ε2.4 ε2.3 ε2.1 λy2.8 λy2.7 λy2.6 λy2.5 λy2.4 λx1.2 ε2.2 λy2.1 λx1.3 λy2.3 λy2.2 ζ3 γ4.1 X1.6. X1.7 X1 λx1.6 λx1.7 δ2.1 δ2.2 β1.5 β2.1 X.4.2 X4 X4.1. X4.3 δx4.3 δx4.2 δx4.1 λx1.4 λx1.5 γ 1.1 δ2.1 X2.1 X2 λx2.1 δ2.2 X γ2.2 2.2 λx2.2 λx.2.4 λ.x2.3 X2.3 X2.4 δ2.3 δ2.4 y1.1 y1.2 y1.3 y1.4 y1.5 y1.6 ε1.1 ε1.2 ε1.3 ε1.4 ε1.5 ε 1.6 Y1 ζ2 γ 1.2 γ.4.3 γ.1.3 δ λ.y1.1 λ.y1.6 λ.y1.5 λ.y1.2 λ.y1.3 λ.y1.4 X3.1 X3.2 X3.3 X.3.4 X3.5 X3 λx3.1 λx3.2 λx3.3 λx3.5 3.1 γ .2.3 δ3.2 δ3.3 δ3.4 δ.3.5

(17)

Berdasarkan path diagram dari model hipotetik persamaan struktural

tersebut, dapat diidentifikasikan tiga model yang menjadi dasar analisis data dan pengujian hipotesis. Ketiga model tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

Gambar 13 Model Perilaku dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi

Gambar 14 Model Tingkat Pemanfaatan Cyber Extension X1 X2 X3 X4 ζ1 X1 X2 X3 Y1 ζ2 X1 X2 Y2 ζ3 X4 Y3 = γ2.1 X1 + γ2.2X2 + γ2.3X3 + β2.4X4+ β2.1 Y1 + β4.1 Y1 + ζ3 ζ2 Y1 γ.1.1 γ.1.2 γ.1.3 β.1.4 γ.4.1 γ.4.2 γ.4.3 β.2.4 γ.2.1 γ.2.2 γ.2.3 β.2.1 K X4 = γ.4.1 X1+ γ.4.2X2 + γ.4.3X3 -ζ1 Keterangan:

X1 = Karakteristik individu petani

X2 = Lingkungan

X3 = Persepsi terhadap karakteristik cyber extension

X4 = Perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi

Y1 =Tingkat Pemanfaatan cyber extension

Keterangan:

X1 = Karakteristik individu petani

X2 = Lingkungan

X3 = Persepsi terhadap karakteristik cyber extension

X4 = Perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi

Y1 = γ1.1 X1+ γ1.2X2 + γ1.3X3 + β1.4 X4 + ζ2

β.4.1 X4

Y1 = Pemanfaatan cyber extension

Y2 = Tingkat Tingkat keberdayaan petani

e erangan: individu petani t X1 = Karakteristik X2 = Perilaku komunikasi = X3 Lingkungan

= Persepsi terhadap karakteristik cyber extension X4

X5 = Perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi

Keterangan:

X1 = Karakteristik individu petani

X2 = Lingkungan

X3 = Persepsi terhadap karakteristik cyber extension

X4 = Perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi

X3

(18)

Analisis data secara deskriptif, analisis atau uji korelasi, dan uji beda antar lokasi (uji t) menggunakan aplikasi SPSS versi 19. Sedangkan analisis SEM menggunakan program LISREL (Linear Structural Relationship) versi 8.7. Diharapkan melalui beberapa teknik analisis data tersebut dapat menjawab tujuan penelitian secara akurat.

Proses analisis data yang terkait dengan data kualitatif untuk memperkuat analisis secara kuantitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Catatan dibedakan menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif (Noeng Muhadjir 2000). Terkait dengan penelitian ini, analisis data kualitatif dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan, dokumentasi, wawancara mendalam. dan focus group discussion.

Konseptualisasi dan Definisi Operasional

Pengukuran dalam penelitian ini merujuk pada Kerlinger (1996), dimana pengukuran adalah pemberian angka pada obyek-obyek atau kejadian-kejadian menurut suatu aturan. Aturan tersebut adalah suatu metode untuk memetakan suatu sifat atau petunjuk tentang obyek tertentu. Data yang bersifat faktual dan terukur maupun data yang bersifat penilaian responden terhadap kondisinya, kemudian dikelompokkan dalam skala interval 1, 2, 3 berdasarkan kuartil atau pertimbangan tertentu lainnya. Pengelompokan ini untuk menyederhanakan data yang sangat beragam sehingga mudah untuk diinterpretasikan atau dideskripsikan

Peubah dalam penelitian ini secara umum dikelompokkan dalam dua, yaitu peubah bebas (yang mempengaruhi) atau X dan peubah terikat (yang dipengaruhi) atau Y. Masing-masing peubah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik Individu Petani (X1) 2. Faktor Lingkungan (X2)

3. Persepsi Petani terhadap Karakteristik Cyber Extension (X3) 4. Perilaku Petani dalam Memanfaatkan Teknologi Informasi (X4) 5. Tingkat Pemanfaatan Cyber Extension (Y1)

(19)

Karakteristik individu petani (X1)

Karakteristik individu petani adalah ciri-ciri yang melekat dan sumberdaya yang dimiliki pada individu petani yang membedakan dirinya dengan orang lain. Terkait dengan tujuan penelitian, indikator dari karakteristik individu petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, kepemilikan sarana teknologi informasi, lama menggunakan sarana teknologi informasi, luas penguasaan lahan, tingkat kosmopolitan petani, dan keterlibatan dalam kelompok. Definisi operasional masing-masing peubah karakteristik individu petani disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Definisi Operasional dan Parameter Kelompok Peubah Karakteristik Individu Petani (X1)

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori

pengukuran X1.1

Umur Masa hidup yang telah dilalui responden sampai menjadi responden

Dihitung berdasarkan jumlah tahun dari usia petani sampai dengan ulang tahun kelahiran terdekat saat menjadi responden.

1. Muda 2. Dewasa 3. Tua X1.2 Pendidikan Lamanya responden memperoleh pendidikan formal baik yang telah maupun sedang diikuti

Diukur berdasarkan jumlah tahun petani mengikuti pendidikan formal yang pernah ditempuh sampai jenjang pendidikan terakhir yang telah dan sedang diikuti. 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi X1.3 Kepemilikan sarana teknologi informasi Jenis teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki untuk mendukung kegiatan usahatani

Dihitung berdasarkan jumlah sarana teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki (telepon rumah, telepon genggam, telepon genggam berinternet, Komputer, komputer berinternet, radio, televisi, dan VCD/DVD) pada saat dilakukan wawancara. Tidak memiliki diberi skor 0 dan memiliki diberi skor 1. Skor total adalah jumlah total sarana teknologi informasi yang dimiliki. 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi X1.4 Lama menggunakan sarana teknologi informasi Rentang waktu petani menggunakan sarana teknologi informasi untuk akses informasi sampai dengan saat wawancara dilakukan

Jumlah waktu (bulan) sejak pertama kali petan menggunakan salah satu dari sarana teknologi informasi (telepon rumah, telepon genggam, komputer) yang dihitung sejak bulan pertama kali menggunakan salah satu sarana teknologi informasi .

1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi

(20)

Lanjutan Tabel 11

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori

pengukuran X1.5

Luas penguasaan lahan

Lahan yang dapat diusahakan oleh petani untuk berusahatani tanaman sayuran.

Luas penguasaan lahan diukur dengan menjumlahkan seluruh lahan yang diusahakan untuk menanam sayuran baik lahan yang dimiliki, disewa, maupun yang digarap dalam ukuran m2.

1. Sangat sempit 2. Sempit 3. Sedang 4. Luas X1.6 Tingkat kekosmo-politan Akrivitas responden dalam melakukan hubungan atau kontak dengan berbagai sumber informasi baik yang berada di dalam lingkungannya maupun di luar lingkungannya

Dihitung berdasarkan skor:

(1) Jumlah kali petani keluar desa untuk kepentingan mendukung kegiatan usahataninya dalam satu bulan terakhir (2) Jumlah kali petani menerima

tamu dan atau berhubungan dengan tamu yang datang dari luar desa atau luar sistem sosialnya terkait dengan kegiatan usahatani atau bidang pertanian dalam satu bulan terakhir

(3) Jumlah kali petani aktif mencari informasi untuk mendukung kegiatan usahatani melalui berbagai media yang tersedia di lingkungannya dalam satu bulan terakhir

1.Sangat rendah 2.Rendah 3.Sedang 4.Tinggi X1.7. Keterlibatan dalam kelompok Keikutsertaan dan status petani dalam suatu kelompok tertentu yang menjadikan dirinya dapat bersinergi dengan pihak lain.

Keterlibatan dalam kelompok diukur dengan:

(1) Jumlah kelompok yang diikuti oleh petani

(2) Status petani dalam kelompok yang diikuti

(3) Keaktifan petani dalam merencanakan, melaksanakan, menerima manfaat, dan mengevaluasi kegiatan kelompok 1. Sangat sempit 2. Sempit 3. Sedang 4. Luas Faktor lingkungan (X2)

Faktor lingkungan adalah kondisi faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada paradigma pemanfaatan cyber extension dan tingkat

keberdayaan petani. Terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam implemebtasi cyber extension, maka faktor lingkungan dalam penelitian ini diukur

melalui: tingkat ketersediaan media komunikasi konvensional, tingkat ketersediaan sarana akses informasi berbasis teknologi informasi, tingkat

(21)

ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan keterjangkauan terhadap fasilitasi training. Definisi operasional dan parameter dari masing-masing indikator tersebut disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Definisi Operasional dan Parameter Kelompok Peubah Faktor

Lingkungan (X2)

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori

pengukuran X2.1 Tingkat keterse-diaan media komunikasi konven-sional Jenis saluran komunikasi baik secara tatap muka maupun melalui media tercetak dan elektronis satu arah yang dapat

dijangkau dan diakses untuk mendukung kegiatan usahatani.

Diukur melalui identifikasi:

(1) Keberadaan dan intensitas kegiatan pertemuan dengan penyuluh (2) Keberadaan dan intensitas kegiatan

pertemuan dengan kelompok tani (1) Keberadaan media cetak (surat

kabar, majalah, brosur) yang dapat dimanfaatkan dan intensitas pemanfaatannya untuk mendukung kegiatan usahatani 1.Sangat kurang memadai 2.Kurang memadai 3.Cukup memadai 4.Sangat memadai X2.2 Tingkat ketersedia-an sarketersedia-ana akses informasi pertanian berbasis teknologi informasi

Jenis saluran atau tempat yang memungkinkan petani menggunakan media komunikasi berbasis teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani.

Diukur berdasarkan jumlah jenis sarana yang ada di lingkungan dan dapat digunakan untuk akses informasi berbasis TI, yaitu:

(1) Telepon rumah (2) Telepon genggam

(3) Komputer dan, komputer berinternet (4) Wartel (5) Warnet/telecenter 1.Sangat tidak memadai 2.Kurang memadai 3.Memadai 4.Sangat memadai X2.3 Tingkat keterse-diaan infrastruk-tur jaringan komunikasi Keterjangkauan dan kondisi infrastruktur jaringan komunikasi untuk akses informasi pertanian berbasis teknologi informasi Diukur berdasarkan:

(1) Jumlah jenis infrastruktur jaringan komunikasi untuk akses informasi berbasis teknologi informasi (jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan internet) yang tersedia di lingkungan petani. Setiap jenis infrastruktur untuk akses diberi skor 1: tidak tersedia dan skor 2:

tersedia.

(2) Kualitas dari masing-masng jenis infrastruktur yang dapat diakses. Kualitas diberikan untuk tiap jenis infrastruktur yang tersedia dengan skor 1: kurang baik; 2: cukup baik. Skor total adalah jumlah skor antara jumlah jenis infrastruktur dan kualitas infrastruktur yang ada dengan skor maksimum adalah 12.

1.Sangat tidak baik 2.Kurang baik 3.Baik 4.Sangat baik

(22)

Lanjutan Tabel 12

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori

pengukuran X2.4 Keterjang-kauan terhadap fasilitasi training Kemudahan petani dalam memperoleh pelatihan terkait dengan penggunaan teknologi informasi, yaitu dalam penggunaan komputer, akses internet, dan akses informasi pertanian melalui telepon genggam.

Diukur berdasarkan tingkat

keikutsertaan petani dalam pelatihan pemanfaatan teknologi informasi, yaitu:

(1) Penggunaan komputer untuk pengolahan data dan akses informasi

(2) Pemanfaatan telepon genggam untuk akses informasi

(3) Pemanfaatan dan pengelolaan informasi melalui internet

1.Sangat tidak terjangkau 2.Kurang terjangkau 3.Cukup terjangkau 4.Sangat terjangkau

Persepsi petani terhadap karakteristik cyber extension (X3)

Persepsi petani terhadap karakteristik cyber extension adalah pandangan

petani terhadap ciri-ciri dari aplikasi teknologi informasi dalam pemanfaatan

cyber extension untuk akses dan pengelolaan informasi. Sesuai dengan tujuan

penelitian, indikator dari karakteristik cyber extension yang dimaksud dalam

penelitian ini meliputi: kesesuaian dengan kebutuhan, kemudahan untuk diaplikasikan, keuntungan relatif, kemudahan untuk dilihat hasilnya, dan kesesuaian dengan budaya lokal petani. Definisi operasional dan parameter dari masing-masing indikator disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Definisi Operasional dan Parameter Kelompok Peubah Persepsi Petani terhadap Karakteristik Cyber Extension (X3)

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori pengukuran

X3.1

Kesesuaian dengan kebutuhan

Penilaian petani terhadap ketepatan ciri cyber extension sebagai media

untuk mendukung kegiatan usahatani.

Diukur dengan mengidentifikasi aspek:

(1) Tingkat kesesuaian antara pemanfaatan sistem informasi menggunakan HP dengan kebutuhan petani untuk mendukung usahatani (2) Tingkat kesesuaian antara

pemanfaatan sistem informasi menggunakan HP berinternet dengan kebutuhan petani untuk mendukung usahatani. (3) Tingkat kesesuaian antara

pemanfaatan sistem informasi menggunakan komputer dengan kebutuhan petani untuk mendukung usahatani 1. Sangat tidak sesuai 2. Kurang sesuai 3. Sesuai 4. Sangat sesuai

(23)

Lanjutan Tabel 13

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori pengukuran

(4) Tingkat kesesuaian antara pemanfaatan sistem informasi menggunakan komputer berinternet dengan kebutuhan petani untuk mendukung usahatani X3.2 Kemudahan untuk diaplikasi-kan

Penilaian petani terkait dengan mudah tidaknya sarana TI dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan usahatani.

Diukur dengan mengidentifikasi aspek:

(1) Tingkat kemudahan

pemanfaatan sistem informasi dengan menggunakan HP untuk mendukung usahatani (2) Tingkat kemudahan

pemanfaatan sistem informasi dengan menggunakan HP berinternet untuk mendukung usahatani

(3) Tingkat kemudahan

pemanfaatan sistem informasi dengan menggunakan komputer untuk mendukung usahatani

(4) Tingkat kemudahan

pemanfaatan sistem informasi dengan menggunakan komputer untuk mendukung usahatani 1. Sangat sulit 2. Sulit 3. Mudah 4. Sangat mudah X3.3 Keuntungan relatif

Penilaian petani terhadap kelebihan dan manfaat dalam menggunakan teknologi informasi untuk akses informasi

dibandingkan dengan tanpa menggunakan teknologi informasi.

Diukur berdasarkan tingkat manfaat dan keterjangkauan biaya dari: (1) Penggunaan telepon genggam

untuk melakukan aktivitas yang mendukung usahatani

(2) Penggunaan telepon genggam berinternet untuk melakukan aktivitas yang mendukung usahatani

(3) Penggunaan komputer untuk melakukan aktivitas yang mendukung usahatani (4) Penggunaan komputer

berinternet untuk melakukan aktivitas yang mendukung usahatani 1. Sangat tidak menguntungkan 2. Kurang menguntungkan 3. Cukup menguntungkan 4.Sangat menguntungkan

(24)

Lanjutan Tabel 13

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori pengukuran

X3.4

Kemudahan untuk dilihat hasilnya

Tingkat kemampuan petani dalam melihat efek dari pemanfaatan

teknologi informasi untuk akses dan pengolahan informasi dalam mendukung kegiatan usahatani.

Diukur berdasarkan:

(1) Kemudahan untuk melihat efek pemanfaatan sistem informasi dengan menggunakan telepon genggam untuk mendukung usahatani

(2) Kemudahan untuk melihat efek pemanfaaatan sistem informasi dengan menggunakan telepon genggam berinternet untuk mendukung usahatani

(3) Kemudahan untuk melihat efek dari pemanfaatan sistem informasi dengan menggunakan komputer untuk mendukung usahatani

(4) Kemudahan untuk melihat efek dari pemanfaatan sistem informasi dengan menggunakan komputer untuk mendukung usahatani 1. Sangat sulit 2. Sulit 3. Cukup mudah 4. Sangat mudah X.3.5 Kesesuaian dengan budaya lokal

Pendapat petani terkait dengan ketepatan ciri

cyber extension (aplikasi

teknologi informasi dalam sistem informasi) dengan norma dan kebiasaan masyarakat setempat

Diukur berdasarkan identifikasi: (1) Kesesuaian menggunakan

telepon genggam untuk mendukung usahatani dengan budaya lokal

(2) Kesesuaian menggunakan telepon genggam berinternet untuk mendukung usahatani dengan budaya lokal (3) Kesesuaian menggunakan

computer untuk mendukung usahatani dengan budaya lokal (4) Kesesuaian menggunakan

kompu-ter berinternet untuk mendukung usahatani dengan budaya lokal 1.Sangat tidak sesuai 2.Kurang sesuai 3.Sesuai 4.Sangat sesuai

Perilaku dalam memanfaatkan sarana teknologi informasi (X4)

Perilaku dalam memanfaatkan sarana teknologi informasi adalah respon pengguna yang dimanifestasikan sebagai tingkat pengetahuan terhadap sarana teknologi informasi, sikap terhadap pemanfaatan teknologi informasi, dan kemampuan atau keterampilan responden dalam menggunakan sarana teknologi informasi. Definisi operasional dan parameter perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi disajikan pada Tabel 14.

(25)

Tabel 14 Definisi operasional dan Parameter Perilaku dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi (X4)

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori

pengukuran X4.1 Pengetahuan terhadap aplikasi teknologi informasi Jenis teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki untuk mendukung kegiatan usahatani

Diukur berdasarkan jumlah skor total dari: (1) Pengetahuan petani terhadap fungsi

telepon genggam

(2) Pengetahuan petani terhadap fungsi telepon telepon genggam berinternet (3) Pengetahuan petani terhadap fungsi

komputer

(4) Pengetahuan petani terhadap fungsi komputer berinternet

Masing-masing item jenis pengetahuan diberi nilai skor 1. Semakin banyak pengetahuannya terhadap pemanfaatan HP maupun komputer semakin tinggi skornya. Indeks peubah adalah total skor dari seluruh item jenis pengetahuan yang dimiliki. 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi X4.2 Sikap terhadap aplikasi teknologi informasi Kecenderungan keberpihakan (setuju tidaknya) petani terhadap penggunaan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani.

Diukur melalui keberpihakan petani terhadap:

(1) Kecenderungan sikap setuju tidaknya terhadap pemanfaatan telepon rumah untuk mendukung kegiatan usahatani (2) Kecenderungan sikap setuju tidak-nya

terhadap pemanfaatan telepon genggam untuk kegiatan usahatani (3) Kecenderungan sikap setuju tidaknya

terhadap pemanfaatan telepon genggam berinternet untuk mendukung usahatani

(4) Kecenderungannya sikap setuju tidaknya terhadap pemanfaatan komputer untuk mendukung kegiatan usahatani

(5) Kecenderungannya sikap setuju tidaknya terhadap aplikasi atau pemanfaatan komputer berinternet untuk mendukung kegiatan usahatani

1. Tidak setuju 2. Ragu-ragu 3. Setuju 4. Sangat setuju X4.3 Keterampilan dalam pemanfaatan teknologi informasi Tingkat kemampuan responden dalam menggunakan sarana TI. Keterampilan menggunakan sarana TI diukur melalui: tingkat kemampuan petani dalam menggunakan telepon seluler/HP baik Diukur melalui:

(1) Jenis penggunaan telepon genggam yang dapat dilakukan atau dikuasai oleh petani.

(2) Jenis penggunaan telepon genggam berinternet yang dapat dilakukan atau dikuasai oleh petani

(3) Jenis penggunaan komputer yang dapat dilakukan oleh petani. (4) Jenis penggunaan komputer

berinter-net yang dapat dilakukan petani.

1.Sangat rendah 2.Rendah 3.Sedang 4.Tinggi

(26)

Lanjutan Tabel 14

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori

pengukuran

berinternet maupun

tidak dan komputer yang berinternet maupun tidak berinternet

Masing-masing tingkat keterampilan untuk jenis penggunaan diberi skor: Tidak dapat menggunakan: diberi skor 1, Menggunakan dengan bantuan diberi skor 2 dan dapat menggunakan secara mandiri dibesi skor 3.

Indeks peubah adalah total skor dari seluruh jenis kemampuan responden untuk menggunakan telepon genggam dan komputer

Pemanfaatan cyber extension (Y1)

Pemanfaatan cyber extension adalah jenis kecenderungan petani

memanfaatkan teknologi informasi dalam sistem informasi pertanian melalui

cyber extension yang ditunjukkan dengan tingkat kecenderungan petani untuk

menggunakan media komunikasi (berbasis teknologi informasi maupun konvensional) untuk akses dan pengelolaan informasi pertanian. Indikator tipe implementasi cyber extension dalam penelitian ini meliputi: tingkat akses sarana

teknologi informasi, intensitas pemanfaatan teknologi informasi, tingkat manfaat yang dirasakan, tingkat pengelolaan informasi melalui sarana teknologi informasi, dan jangkauan sumber informasi. Definisi operasional dan parameter dari indikator paradigma cyber extension disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Definisi Operasional dan Parameter PemanfaatanCyber Extension (Y1)

Indikator Definisi operasional Parameter Kategori

pengukuran Y1.1 Tingkat akses sarana teknologi informasi Peralatan berbasis teknologi informasi yang biasa digunakan petani untuk

mendukung kegiatan usahatani.

Saluran atau media komunikasi yang paling sering dimanfaatkan untuk mencari informasi pertanian atau komunikasi inovasi pertanian pada tahun terakhir dengan kriteria:

Dasar : dominan media konvensional

Menengah : mulai dominan dengan teknologi informasi

Lanjut : dominan menggunakan teknologi informasi (HP) dan mulai mengenal komputer dan atau internet

1.Dasar 2.Menengah 3.Lanjut

(27)

Lanjutan Tabel 15 Indikator Definisi operasional Parameter Kategori pengukuran Y1.2 Intensitas pemanfaatan media berbasis teknologi informasi Curahan waktu yang dikeluarkan untuk menggunakan sarana teknologi informasi mendukung kegiatan usahatani. . Dihitung berdasarkan:

(1) Jumlah waktu yang dicurahkan untuk pemanfaatan telepon rumah maupun telepon genggam/HP untuk mendukung kegiatan usahatani dalam satu hari terakhir yang diukur dengan jumlah total menit.

(2) Jumlah waktu yang dicurahkan untuk pemanfaatan komputer untuk mendukung kegiatan usahatani dalam satu minggu terakhir yang diukur dengan jumlah total menit 1. Dasar 2. Menengah 3. Lanjut Y1.3 Tingkat manfaat yang dirasakan Ragam atau variasi jenis manfaat cyber extension yang dapat dirasakan oleh petani dengan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani.

Jumlah ragam atau variasi akses informasi yang dilakukan petani dengan menggunakan teknologi informasi untuk akses informasi melalui cyber extension

Jumlah ragam atau variasi akses informasi yang dilakukan petani dengan menggunakan teknologi informasi untuk komunikasi melalui

cyber extension

Jumlah ragam atau variasi akses informasi yang dilakukan petani dengan menggunakan teknologi informasi untuk promosi usahatani melalui cyber extension

1. Dasar 2. Menengah 3. Lanjut Y1.4. Tingkat pengelolaan informasi dengan pemanfaatan sarana teknologi informasi

Ragam atau jenis pemanfaatan peralatan berbasis teknologi informasi untuk mengolah atau mengelola informasi.

Jumlah ragam atau variasi pengelolaan informasi yang dilakukan petani dengan menggunakan teknologi informasi dalam menyimpan atau mendokumentasikan informasi penting misalnya kontak person (pelanggan)

Jumlah ragam atau variasi pengelolaan informasi yang dilakukan petani dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengambil foto dan atau merekam suara

Jumlah ragam atau variasi pengelolaan informasi yang dilakukan petani dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengolah data dan pesan

1. Dasar 2. Menengah 3. Lanjut

(28)

Lanjutan Tabel 15 Indikator Definisi operasional Parameter Kategori pengukuran Y1.5 Jangkauan sumber informasi Sumber informasi terjauh yang pernah dihubungi atau diakses oleh petani untuk mencari informasi pertanian pada tiga bulan terakhir

Jangkauan sumber informasi yang digunakan untuk memperoleh informasi inovasi pertanian dengan kriteria:

Dasar : terbatas dan hanya dalam wilayah lokal (desa)

Menengah : Cukup luas namun masih terbatas dalam wilayah regional – nasional (kecamatan-kabupaten-provinsi)

Lanjut: sangat luas dengan sudah dapat menjangkau secara nasional bahkan dunia global dengan pemanfaatan internet 1. Dasar 2. Menengah 3. Lanjut Y1.6 Kualitas berbagi informasi secara interaktif Frekuensi dan jangkauan berbagi informasi atas informasi yang diperoleh melalui aplikasi teknologi informasi kepada sesama petani maupun kepada penyuluh dan pihak terkait yang

mendukung kegiatan usahatani dalam satu bulan terakhir.

Jenis aktivitas berbagi informasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung kegiatan usahatani dalam berbagi pengetahuan.

Jenis aktivitas berbagi informasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung kegiatan usahatani dalam berkoordinasi.

Jenis aktivitas berbagi informasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung kegiatan usahatani dalam bekerjasama

1. Dasar 2. Menengah 3. Lanjut

Tingkat keberdayaan petani dalam berusahatani (Y2)

Tingkat keberdayaan petani adalah kemampuan yang dimiliki petani dalam proses pengambilan keputusan usahatani. Terkait dengan tujuan penelitian, indikator tingkat keberdayaan petani yang dimaksud adalah kemampuan petani dalam proses pengambilan keputusan untuk: menentukan jenis komoditas yang diusahakan, mengatur input produksi, memasarkan hasil pertanian, menentukan harga jual hasil usahatani, bekerjasama, mengelola informasi, mengolah hasil pertanian, dan mengakses teknologi pertanian. Definisi operasional dan parameter indikator tingkat keberdayaan petani secara lengkap disajikan pada Tabel 16.

(29)

Tabel 16 Definisi Operasional dan Parameter Kelompok Peubah Tingkat Keberdayaan Petani (Y2) Indikator Definisi operasional Parameter Kategori pengukuran Y2.1 Kemampuan menentukan jenis komoditas yang diusahakan Daya yang dimiliki petani dalam menentukan jenis komoditas yang diusahakan dalam satu tahun terakhir.

Dihitung berdasarkan jumlah skor:

(1) Intensitas keterlibatan penyuluh dalam proses pengambilan keputusan petani untuk

menentukan jenis komoditas yang diusahakan pada masa tanam terakhir.

(2) Intensitas keterlibatan petani lain dalam proses pengambilan keputusan petani untuk menentukan jenis komoditas yang diusahakan pada masa tanam terakhir.

(3) Intensitas keterlibatan pedagang pengumpul dalam proses pengambilan keputusan petani untuk menentukan jenis komoditas yang diusahakan pada masa tanam terakhir. (4) Intensitas keterlibatan pedagang/konsumen

dalam proses pengambilan keputusan petani untuk menentukan jenis komoditas yang diusahakan pada masa tanam terakhir.

1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi Y2.2 Kemampuan dalam mengatur input produksi Daya yang dimiliki petani dalam mengatur input produksi dalam satu tahun terakhir.

Dihitung berdasarkan jumlah skor:

(1) Intensitas keterlibatan penyuluh dalam proses pengaturan input produksi pada masa tanam terakhir.

(2) Intensitas keterlibatan petani lain dalam proses pengaturan input produksi pada masa tanam terakhir.

(3) Intensitas keterlibatan pedagang pengumpul dalam proses pengaturan input produksi pada masa tanam terakhir.

(4) Intensitas keterlibatan pedagang/konsumen dalam proses pengaturan input produksi pada satu musim terakhir

1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi Y2.3 Kemampuan dalam memasarkan hasil pertanian Daya yang dimiliki petani dalam menjual produk atau komoditas usahatani dalam satu tahun terakhir.

Dihitung berdasarkan jumlah skor:

(1) Intensitas keterlibatan penyuluh dalam proses pengambilan keputusan usahatani untuk memasarkan hasil pertanian pada masa panen terakhir.

(2) Intensitas keterlibatan petani lain dalam proses pengambilan keputusan usahatani untuk memasarkan hasil pertanian pada masa panen terakhir

(3) Intensitas keterlibatan pedagang pengumpul dalam proses pengambilan keputusan usahatani untuk memasarkan hasil pertanian pada masa tanam terakhir. (4) Intensitas keterlibatan pedagang/konsumen

dalam proses pengambilan keputusan usahatani untuk memasarkan hasil pertanian pada masa panen terakhir

1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi

(30)

Lanjutan Tabel 16

No Indikator Parameter Kategori

pengukuran Y2.4 Kemampuan menentukan harga produk yang dihasilkan Daya yang dimiliki petani dalam menentukan harga jual hasil usahatani dalam satu tahun terakhir.

Dihitung berdasarkan jumlah skor: (1) Intensitas keterlibatan penyuluh

dalam proses pengambilan keputusan usahatani untuk menentukan harga jual hasil pertanian pada masa panen terakhir.

(2) Intensitas keterlibatan petani lain dalam proses pengambilan keputusan usahatani untuk menentukan harga jual hasil pertanian pada masa panen terakhir

(3) Intensitas keterlibatan pedagang pengumpul dalam proses pengambilan keputusan usahatani untuk menentukan harga jual hasil pertanian pada masa panen terakhir.

(4) Intensitas keterlibatan pedagang/konsumen dalam proses pengambilan keputusan usahatani untuk menentukan harga jual hasil pertanian pada masa panen terakhir

1.Sangat rendah 2.Rendah 3.Sedang 4.Tinggi Y2.5 Kemampuan bekerjasama/ bersinergi Keaktifan dalam melakukan kegiatan bersama dengan pihak lain untuk mendukung kegiatan usahataninya.

Dihitung berdasarkan jumlah skor: (1) Keaktifan bekerjasama untuk memasarkan hasil pertanian, mengelola usaha produktif, dan mengadakan input produksi (2) Manfaat dan keuntungan yang

dirasakan dalam bekerjasama untuk memasarkan hasil pertanian, mengelola usaha produktif, dan mengadakan input produksi 1.Sangat rendah 2.Rendah 3.Sedang 4.Tinggi Y2.6 Kemampuan mengelola informasi Aktivitas petani dalam mengelola informasi yang diperolehnya baik untuk dirinya sendiri maupun pihak lain.

Dihitung berdasarkan jumlah skor: (1) Kemampuan petani dalam

memanfaatkan informasi yang diperolehnya untuk mendukung kegiatan usahataninya atau dibagikan pada orang lain. (2) Kemampuan petani dalam

mengelola informasi untuk dibagikan pada petani/pihak lain untuk mendukung kegiatan usahatani.

1.Sangat rendah 2.Rendah 3.Sedang 4.Tinggi

(31)

Lanjutan Tabel 16

No Indikator Parameter Kategori

pengukuran Y2.7 Kemampuan mengolah hasil pertanian Aktivitas petani dalam melakukan pascapanen hasil pertanian yang diperolehnya untuk memperpanjang masa jual dan atau meningkatkan nilai tambah produk.

Dihitung berdasarkan jumlah skor: (1) Jumlah jenis aktivitas petani untuk

memperpanjang masa jual atau meningkatkan nilai tambah produk pertanian

(2) Frekuensi aktivitas petani untuk memperpanjang masa jual atau meningkatkan nilai tambah produk pertanian. 1.Sangat rendah 2.Rendah 3.Sedang 4.Tinggi Y2.8 Kemampuan mengakses teknologi Tingkat kemudahan dalam memperoleh teknologi untuk mendukung kegiatan usahatani.

Dihitung berdasarkan jumlah skor: (1) Jenis teknologi yang diakses untuk

mendukung kegiatan usahatani dalam setahun terakhir

(2) Jenis pemanfaatan teknologi yang diakses untuk mendukung kegiatan usahatani dalam setahun terakhir atau dibagikan pada orang lain.

1.Sangat rendah 2.Rendah 3.Sedang 4.Tinggi

Data kuantitatif yang diperoleh dari lapangan melalui kuesioner merupakan data skala ordinal dengan simbol 1, 2, dan 3. Untuk keperluan analisis statistik (statistik parametrik), dilakukan transformasi data ke data interval atau rasio. Dalam transformasi indeks indikator, tiap indikator memiliki nilai 0 – 100. Nilai indeks terkecil 0 diberikan untuk jumlah skor terendah dan nilai 100 untuk jumlah skor tertinggi dari setiap indikator (Sumardjo 1999). Pembulatan angka menyesuaiakan pembulatan dalam program komputer. Transformasi indeks dilakukan dengan rumus:

Jumlah skor indikator yang dicapai – jumlah skor indikator minimal Indeks indikator =

Jumlah skor indikator maksimal – jumlah skor indikator minimal × 100

Indeks peubah =

Jumlah skor peubah yang dicapai

× 100

(32)

Dengan penghitungan rumus tersebut, maka sebaran data berubah menjadi skala rasio dengan skor berkisar antara 0 – 100. Untuk keperluan interpretasi, skor dikelompokkan menggunakan empat jenjang tingkatan sebagai berikut: (1) Sangat rendah berada pada kisaran nilai 0 – 25; (2) Rendah berada pada kisaran nilai 26 – 0; (3) Sedang berada pada kisaran nilai 51 – 75; dan (4) Tinggi berada pada kisaran 76 – 100.

Gambar

Tabel 10  Nilai Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Gambar 12 Diagram Jalur Model Hipotetik Persamaan Struktural Faktor yang  Mempengaruhi Perilaku Pemanfaatan Teknologi Informasi, Tingkat  Pemanfaatan Cyber Extension, dan Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran
Gambar 13  Model Perilaku dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi
Tabel 11  Definisi Operasional dan Parameter Kelompok Peubah Karakteristik
+5

Referensi

Dokumen terkait

9 Nathan Linarto SMAK 1 BPK Penabur DKI Jakarta Perak 10 Sa'aadah Sajjana Carita SMA Semesta Semarang Jawa Tengah Perak 11 Andrego Halim SMAK 7 BPK Penabur DKI Jakarta Perak 12

Apa yang diharapkan muncul dibenak konsumen saat pertama kali suatu merek itu diberikan dapat membentuk gambaran produk tersebut dalam benak pelanggannya dan jika seorang

[r]

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Hal ini menandakan bahwa besarnya risiko kerugian yang ditanggung yang menyebabkan nilai CAR mengalami penurunan, maka bank akan

Hasil penilaian untuk karakter disiplin dan tanggung jawab, baik penilaian yang dilakukan oleh pengamat, siswa secara individu dan teman sebangku memberikan hasil

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami kenaikan didorong oleh masih menunjukkan penguatan nilai tukar

Pembahasan studi ini menjelaskan, permohonan hak cipta atas kekayaan intelektual secara elektronik dapat dilakukan secara elektronik dengan terlebih dahulu

sebagaimana fungsinya, media sebagai suatu alat unuk menyampaikan pesan- pesan komunikasi (informasi). Kegiatan ini dilakukan oleh komunikator untuk diampaikan kepada