• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai ekonomi air hutan pendidikan gunung walat dan kontribusinya terhadap masyarakat sekitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai ekonomi air hutan pendidikan gunung walat dan kontribusinya terhadap masyarakat sekitar"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI EKONOMI AIR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG

WALAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR

HALIM AMRAN MUTASODIRIN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi Air Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

ABSTRAK

HALIM AMRAN MUTASODIRIN. Nilai Ekonomi Air Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar. Dibimbing oleh IIN ICHWANDI dan OMO RUSDIANA.

Air menjadi manfaat langsung yang dirasakan masyarakat sekitar dengan adanya Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Selama ini, air dari sumber air di HPGW dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga namun tidak dipungut biaya. Sedangkan masyarakat umum yang menggunakan air dari PDAM harus dipungut biaya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kuantitas dan kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dan nilai ekonomi air di HPGW. Metode yang digunakan untuk menghitung debit air secara sederhana dan metode yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi air dengan pendekatan harga pasar. Terdapat enam sumber air yang sudah dimanfaatkan masyarakat dengan total debit 17.927 x 10-3 m3/s disalurkan menggunakan paralon, selang, dan bambu dengan panjang total 6 429 meter. Masyarakat yang sudah menggunakan air dari sumber air di HPGW sebesar 35% dengan rata-rata debit setiap KK adalah 4.7 x 10-5 m3/s dan konsumsi air sebesar 0.27 m3/hari/KK. Air yang dimanfaatkan masyarakat tidak layak sebagai air minum karena mengandung COD yang tinggi. Potensi nilai ekonomi air yang terhitung di sumber air sebesar Rp 120 803 468 /bulan namun yang baru dikonsumsi masyarakat sebesar Rp 5 584 480/bulan. Kata kunci : air, debit, ekonomi, konsumsi, kualitas.

ABSTRACT

HALIM AMRAN MUTASODIRIN. Water Economic Value in Walat Mountain of Education Forest and Its Contribution Toward The Sorrounding Society. Supervised by IIN ICHWANDI and OMO RUSDIANA.

Water has become direct benefit to the surrounding society by the appearance of Walat Mountain of Education Forest (HPGW). Recently, water from water resource in WMEF was utilized by the society for the household need without having any charge. While the majority of society utilized water from PDAM and having charge. The objective of this research was to determine the quantity and quality of water consumed by the society and water economic value in HPGW. The method used to count the water discharge was in a simple way and the method used to determine water economic value by market price approachment. There were six water resources have been utilized by the society with the total discharge of 17.927 x 10-3 m3/s distributed though pipe, tube and bamboo with the total length of 6 429 meter. Society which used water from water resource in HPGW was 35% with an average each head family was 4.7 x 10-5 m3/s and water consumption was 0.27 m3/day/Head Family. Water utilized by society but not appropriate as drinking water because it content with high COD (Chemical Oxygen Demand). The economic value potency which counted in water resource was Rp 120 803 468/month while the water being consumed by the society was only Rp 5 584 480/month.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

NILAI EKONOMI AIR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG

WALAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(5)

Judul Skripsi : Nilai Ekonomi Air Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar

Nama : Halim Amran Mutasodirin NIM : E14100075

Disetujui oleh

Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc Dr.Ir. Omo Rusdiana, M.Sc

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc. F.Trop Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb yang Maha Kuasa yang telah menganugerahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada teladan umat Nabi Muhammad SAW.

Penelitian ini berjudul Nilai Ekonomi Air Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 sampai Agustus 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi,M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Omo Rusdiana,M.Sc selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak pimpinan beserta karyawan Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah memfasilitasi dan membantu selama pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Batasan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) 2

Konsep Nilai 3

Nilai Ekonomi Air 3

Nilai Ekonomi Air Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) 3

Kuantitas dan Kualitas Air 4

METODE 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Bahan dan Alat Penelitian 5

Prosedur Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kependudukan 9

Pemanfaatan Sumber Air di HPGW 11

Analisis Kualitas Air 14

Nilai Ekonomi Air HPGW dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar 17

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

RIWAYAT HIDUP 19

(8)

DAFTAR TABEL

1 Karakter responden berdasarkan kelas umur dan pekerjaan 9 2 Jumlah KK di 4 kampung dan status pemakaian air HPGW 10

3 Rata-rata konsumsi air 10

4 Identifikasi pipa 11

5 Identifikasi bak penampungan 12

6 Debit air 13

7 Hasil analisis uji kelayakan konsumsi air 15

DAFTAR GAMBAR

1 Empat kampung sebagai lokasi penelitian 5

2 Ilustrasi aliran air 6

3 Pengukuran debit air 7

4 Pengambilan sampel air dari bak penampungan 7

5 Data curah hujan 12

6 Foto bak penampungan 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner 20

2 Bak penampungan 23

3 Peta jalur pipa dan bak penampungan air 25

(9)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

HPGW (Hutan Pendidikan Gunung Walat) merupakan hutan yang memiliki manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial. Menurut penelitian Adirianto B (2012), HPGW memiliki manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung, yaitu: manfaat kayu, getah, kayu bakar, air, dan pendidikan lingkungan. Sedangkan manfaat tidak langsung, yaitu: manfaat penyerap karbon, pencegah erosi, dan manfaat keanekaragaman hayati. Air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi salah satu manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat dari adanya HPGW.

Sehubungan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, semakin lama kebutuhan air bersih masyarakat sekitar HPGW semakin besar, khususnya untuk kebutuhan rumah tangga dan irigasi. HPGW memiliki sejumlah titik sumber air bersih yang mengalir ke pemukiman masyarakat sekitarnya. Selama ini, sumber air di HPGW sudah menyalurkan air bersih untuk hidup masyarakat tanpa dipungut biaya. Padahal mayoritas masyarakat cenderung hanya menghargai manfaat dari suatu barang jika dilihat dari sisi ekonominya (tangible), sedangkan air yang dimanfaatkan secara gratis dari sumber air di HPGW cenderung tidak dihargai. Di sisi lain masyarakat yang menggunakan air bersih dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dikenakan biaya. Padahal belum tentu kualitas dan kuantitas airnya lebih baik dari pada air dari sumber air di HPGW.

Dalam hal ini HPGW sebagai lokasi yang memiliki banyak titik sumber air yang perlu diketahui debitnya. Di lain pihak ada permintaan air bersih dari masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga dan irigasi yang juga harus diketahui volumenya untuk mengetahui besarnya air bersih yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Menurut data dari FMSC (2012), HPGW memiliki 24 titik sumber air dan debitnya sebesar 7.98 liter/detik. Air ini di manfaatkan untuk rumah tangga dan irigasi.

Menurut penelitian Adirianto B (2012) kebutuhan air di Desa Hegarmanah adalah 14 460 liter/bulan dengan nilai ekonomi air total Rp 11 500 144 267/tahun atau 20.22% dari nilai ekonomi total di HPGW dengan metode WTP (willingness to pay). Menurut data dari FMSC (2012) juga, jumlah masyarakat Desa Hegamanah yang memanfaatkan air dari HPGW sebanyak 1 168 KK dari 2 479 KK atau 47.1 % penduduknya memanfaatkan air dari HPGW.

(10)

2

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi debit sumber air di HPGW yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dan memetakan jalur pipa dan bak penampungan air di HPGW.

2. Menghitung besarnya konsumsi air masyarakat sekitar HPGW. 3. Menghitung nilai ekonomi air di HPGW.

Manfaat Penelitian

Penelitian tentang nilai ekonomi air yang dihasilkan oleh HPGW dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, sebagai berikut :

1. Pengelola HPGW, sebagai bahan acuan dalam pengelolaan sumberdaya hutan di HPGW.

2. Masyarakat setempat, untuk menambah pengetahuan mengenai nilai ekonomi air dari sumber air HPGW.

3. Pemerintah daerah, sebagai bahan acuan dalam penerapan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan.

4. Akademisi dan peneliti, sebagai referensi penelitian berikutnya.

Batasan Penelitian

1. Nilai ekonomi yang dihitung hanya nilai ekonomi air yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga MCK dan masak.

2. Analisis kualitas air menggunakan parameter kelas I sesuai dengan PP No 82 Tahun 2001.

3. Responden dibatasi dari masyarakat desa sekitar HPGW difokuskan di 4 kampung di Desa Hegarmanah yaitu kampung Cipeureu, Citalahab, Sampay, dan Nanggerang karena mendapatkan kelimpahan air yang cukup besar dari sumber air di HPGW.

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

(11)

3 Menteri Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan No. 188/Menhut-II/2005 tertanggal 8 Juli 2005 tentang penunjukan dan penetapan kawasan Hutan Produksi Terbatas Komplek Hutan Pendidikan Gunung Walat seluas 359 ha sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDK) untuk Hutan Pendidikan dan Latihan Gunung Walat Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor untuk jangka waktu 20 tahun. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor diberi hak pengelolaan penuh terhadap kawasan Hutan Pendidikan dan Latihan Gunung Walat.

Konsep Nilai

Menurut Davis dan Johnson (1987), nilai merupakan persepsi seseorang atau harga yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek pada suatu tempat dan waktu tertentu. Keguanaan, kepuasan, dan kesenangan dapat diterima jika sudah bisa dikonversikan menjadi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkan.

Davis dan Johnson (1987) dalam mengklasifikasikan nilai berdasarkan cara penilaian atau penentuan besar nilai dilakukan, yaitu :

1. Nilai pasar, nilai yang ditetapkan melalui transaksi pasar.

2. Nilai kegunaan, nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya tersebut oleh individu tertentu.

3. Nilai sosial, nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum, ataupun perwakilan masyarakat.

Nilai Ekonomi Air

Air adalah salah satu barang yang bisa dirasakan dari manfaat adanya hutan. Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis) yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan dalam menentukan nilai sumberdaya karena konsep biaya dan manfaat sering tidak memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi 2006). Oleh karena itu lahirlah pemikiran konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-pasar (non-market valuation).

Nilai ekonomi air bersih yang digunakan oleh sektor rumah tangga dapat dihitung dengan dua metode, yaitu metode harga pasar (market price)dan metode biaya pencegahan (preventive cost). Metode pertama mengestimasi nilai ekonomi air bersih dari aspek kuantitas dengan ukuran pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi air PDAM. Metode kedua mengestimasi nilai air bersih dari aspek kualitas yang diukur dengan pengeluaran untuk pemakaian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Air Minum Isi Ulang (AMIU). (Kusumawardani D 2010).

Nilai Ekonomi Air di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

(12)

4

Menurut penelitian Roslinda (2002), masyarakat sekitar HPGW memanfaatkan air dari sumber air HPGW untuk kegiatan rumah tangga seperti memasak, mandi, cuci, dan kakus. Masyarakat juga menggunakan air tersebut untuk pertanian. Masyarakat sebagian besar menggunakan air tersebut berasal dari mata air dan sungai yang mengalir dari HPGW. Menurut penelitian Hutapea M (2011), rata-rata debit air di HPGW khususnya sub DAS Cipeureu sebesar 2.96 mm/hari dan sub DAS Cibadak sebesar 5.66 mm/hari.

Desa Hegarmanah merupakan salah satu desa yang berada di sekitar HPGW di bagian selatan. Ada beberapa desa lain yang berdekatan di antaranya Desa Batununggal dan Sekarwangi (di bagian utara), Desa Cicantayan, Desa Cijati (di bagian timur). Jumlah penduduk Desa Hegarmanah sampai bulan Maret 2011 adalah 8 314 jiwa terdiri dari (49.89%) atau 4 148 jiwa laki-laki dan (50.1%) atau 4 215 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 2 479 KK. Menurut penelitian Andirianto B (2012) kebutuhan air Desa Hegarmanah adalah 14 460 liter/bulan dengan nilai ekonomi air total 11.5 milyar rupiah/tahun atau 20.22 % dari nilai ekonomi total di HPGW.

Kualitas dan Kuantitas air

Teknik pengukuran kuantitas air (debit) aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat kategori (Asdak C 2010) :

1. Pengukuran volume air menggunakan alat berbentuk bangun ruang.

2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai.

3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method)

4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir (aliran air lambat) dan flume (aliran air cepat).

Dalam PP No 82 Tahun 2001 mengatakan bahwa pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Kualitas air dalam hal ini mencangkup keadaan fisik, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia.

Total Dissolved Solids(TDS) adalah benda padat yang terlarut yaitu semua mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut di luar molekul air murni (H2O). Bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring Millipore dengan ukuran pori-pori 0.45 μm. Pada umumnya, tinggi angka TDS disebabkan oleh kandungan potasium, klorida, dan sodium yang terlarut di dalam air. Ion-ion ini memiliki efek jangka pendek (short-term effect), tapi ion-ion yang bersifat toksik seperti timah arsenik, kadmium, nitrat banyak juga yang terlarut di dalam air.

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Baku mutu kelas I pada parameter pH+ bernilai 6 sampai 9.

Biological Oxygen Demand (BOD5) adalah banyaknya oksigen yang

(13)

5 Besi (Fe) + pada air yang tidak mengandung oksigen O2 seperti seringkali

air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH 6 sampai 8. Bahkan dapat menjadi ferihidroksida Fe(OH)3, atau

salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Gejala yang sering terlihat di lapangan adalah timbulnya kerak yang menempel pada sistem perpipaan.

Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Bila coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya. Standar baku mutu kandungan total coliform pada air tanah adalah sebesar 1000 MPN/100 ml.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yaitu di empat kampung yang berada di Desa Hegarmanah (Kampung Cipeureu, Citalahab, Sampay, dan Nanggerang), Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian termasuk penyusunan proposal penelitian telah dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014.

Gambar 1 Empat kampung sebagai lokasi penelitian

Bahan dan Alat

(14)

6

Prosedur Penelitian

Data yang dikumpulkan dapat digolongkan menjadi data primer dan sekunder. Data primer meliputi data dari pengukuran di lapangan di areal HPGW dan hasil kuisioner dan wawancara dengan penduduk sekitar HPGW (Lampiran 1). Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari studi literatur dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait nilai ekonomi sumberdaya alam dan hidrologi di HPGW dan instansi pemerintahan seperti kantor Kelurahan Desa Hegarmanah.

Data Primer

1. Pengukuran Konsumsi Air oleh Masyarakat Sekitar HPGW

Penghitungan konsumsi air oleh masyarakat sekitar HPGW dengan cara wawancara dengan responden dan pengukuran langsung di bak mandi atau ember yang digunakan responden untuk menampung air.

2. Pengukuran Debit Air

Pengukuran debit air menggunakan metode sederhana. Ada beberapa cara karena harus disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian. Pengukuran di sumber air (A) menggunakan teknik pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai , bak penampungan air (B) dan rumah warga (C) menggunakan teknik pengukuran volume air dengan alat bangun ruang.

Gambar 2 Ilustrasi aliran air

Pengukuran debit air di titik A dengan menggunakan bola pingpong yang di alirkan dengan penampang melintang sudah diukur panjang, tinggi, dan lebarnya. Catat waktu yang dibutuhkan bola pingpong tersebut mengalir melintasi penampang melintang tersebut sesuai dengan jarak yang telah ditentukan.

Pengukuran debit air di titik B menggunakan ember dengan volume 8,3x10-3 m3. Aliran air yang keluar dari paralon langsung ditampung dengan ember dan ukur waktu yang diperlukan air memenuhi ember tersebut.

(15)

7

Mengukur debit air di bak penampungan Mengukur debit air di rumah warga Gambar 3 Pengukuran debit air

3. Identifikasi Bak Penampungan dan Pipa

Indentifikasi terkait fisik dari sumber air, bak penampungan, dan perpiaan langsung dilakukan di lapangan. Pengukuran volume bak menggunakan meteran. Kemudian menandai titik sumber air dan bak penampungan menggunakan GPS dan melakukan tracking untuk memetakan jalur pipa.

4. Pengambilan Sampel Air

Pengambilan sampel air dilakukan di tiga titik yang berbeda yang mewakili sampel di dalam kawasan HPGW dan di luar kawasan HPGW. Sampel air dimasukkan ke botol sampel khusus dari Lab.Proling Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Dalam perjalanan dari titik sampel menuju laboratorium air perlu diawetkan. Pengawetan dengan cara dibekukan. Sampel air tersebut dimasukkan ke coolbox yang berisi es batu.

Botol Sampel air Mengambil Sampel Air Gambar 4 Pengambilan sampel air dari bak penampungan

5. Penentuan Responden

Metode pengambilan sampel yang telah digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu keterwakilan masyarakat dari empat kampung yang menjadi responden. Responden yang dipilih pada penelitian ini berusia 17 tahun ke atas yang bersedia untuk mengikuti proses wawancara. Empat kampung tersebut berada di Desa Hegarmanah yaitu Kampung Cipeureu, Citalahab, Sampay, dan Nanggerang .

(16)

8

sudah memanfaatkan air dari HPGW dan 5 KK yang belum memanfaatkan air dari HPGW di setiap kampungnya, sehingga didapatkan 40 KK yang menjadi responden. Pengambilan data juga meliputi wawancara dengan informan kunci seperti kepala desa, ketua RW, dan tokoh masyarakat.

6. Pengolahan dan Analisis Data A. Pengolahan Data Debit Air

Rumus mengukur debit air di sumber air HPGW (A), sebagai berikut :

Keterangan :

Q = Debit aliran (m3/detik)

A = Luas penampang melintang rata-rata (m2) V = Kecepatan aliran rata-rata (m/detik)

Rumus sederhana mengukur debit air di bak penampungan (B) dan rumah warga (C), sebagai berikut :

Vol = Volume bak / ember ( m3) T = waktu air memenuhi bak ( s ) Rumus sederhana mengukur volume ember :

)

Nilai ekonomi air dapat di hitung dari pendekatan harga pasar atau harga air yang diberlakukan oleh PDAM dengan rumus sebagai berikut :

(17)

9 HPGW yaitu Kampung Cipeureu, Kampung Citalahab, Kampung Sampay, dan Kampung Nanggerang.

1. Karakteristik Responden

Responden dapat dikelompokkan berdasarkan usia dan pekerjaan dari keempat lokasi penelitian yaitu Kampung Cipeureu, Kampung Citalahab, Kampung Sampay, dan Kampung Nanggerang. Pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden adalah kepala keluarga dalam masa usia produktif.

Tabel 1 Karakter responden berdasarkan kelas umur dan pekerjaan

Kelas Umur Cipeureu Citalahab Sampay Nanggerang N %

20-29 th 1 1 1 2 5 12.5

30-39 th - 2 2 5 9 22.5

40-49 th 1 3 1 1 6 15

50-59 th 6 3 2 2 13 32.5

60 th > 2 1 4 - 7 17.5

Total 10 10 10 10 40 100

Pekerjaan

Buruh tani 9 6 9 8 32 80

Karyawan 1 1 - 2 4 10

Pedagang - 3 1 - 4 10

Total 10 10 10 10 40 100

Sumber : Data Primer

Pengambilan responden dilakukan ke setiap rumah warga sehingga responden adalah warga yang saat itu berada dirumahnya. Sebagian besar responden adalah buruh tani karena mayoritas masyarakat dikeempat kampung tersebut beraktivitas sebagai buruh tani. Wawancara dilakukan di pagi dan sore hari.

2. Konsumsi Masyarakat Terhadap Air dari HPGW

(18)

10

Tabel 2 Jumlah KK di 4 kampung dan status pemakaian air HPGW Kampung ∑ KK ∑ Penduduk

Sumber : Monografi Desa Hegarmanah (2014) dan data primer

Masyarakat di sekitar HPGW memanfaatkan air hanya dari dua sumber yaitu air dari HPGW dan sumur bor atau galian. Warga di keempat kampung tersebut yang memafaatkan air PHGW adalah warga yang rumahnya dekat dengan bak penampungan dan tidak memiliki sumur. Namun beberapa warga di Kampung Nanggerang memanfaatkan air dari dua sumber yaitu air HPGW dan sumur. Sedangkan warga yang tidak memanfaatkan air HPGW karena sudah memiliki sumur sendiri. Masyarakat sekitar HPGW memanfaatkan sumber air dari HPGW untuk kegiatan rumah tangga seperti MCK dan kegiata konsumsi.

Pendapat dari warga yang memanfaatkan air HPGW, menyatakan bahwa air HPGW kondisinya bersih serta dapat digunakan untuk MCK dan kegiatan konsumsi. Namun permasalahannya jika musim kemarau debit airnya mengecil atau bahkan kering sehingga untuk alternatifnya warga mengambil air dari warga lain yang memiliki sumur. Sedangan warga yang memiliki sumur lebih bertahan tidak memanfaatkan air HPGW. Hal ini disebabkan jika memanfaatkan air HPGW harus membeli selang yang panjang untuk menyambungkan dari bak penampungan ke rumah warga dengan biaya yang mahal. Ditambah lagi kondisi sumur yang tidak kering ketika kemarau sehingga tidak ada masalah kekurangan air.

Tabel 3 Rata-rata konsumsi air

Kampung

Rata-rata konsumsi air untuk MCK dan air minum (m3/hari/KK)

Status pemakaian air dari HPGW (KK)

Ya Tidak Rata-rata

(19)

11 air dari HPGW sebesar 0.215 m3 tidak jauh berbeda. Sebagian rumah warga yang menggunakan air dari HPGW mendapatkan air selama 24 jam dan tidak ditutup sehingga air tersebut meluap dan terbuang. Sedangkan sebagian rumah lainnya merasa kekurangan air. Hal ini menandakan bahwa pengelolaan yang tidak baik yang mengakibatkan tidak meratanya pembagian air ke rumah-rumah warga.

Pemanfaatan Sumber Air di HPGW 1. Jalur Pipa dan Bak Penampungan Air

Masyarakat sekitar HPGW memanfaatkan sumber air HPGW dengan cara membuat bak penampungan dan disalurkan dengan memasang pipa paralon, bambu, dan selang dari sumber air yang berada di dalam areal HPGW menuju bak penampungan yang berada di perumahan warga. Pada lampiran 3 yang berbentuk peta, titik yang berwarna hitam adalah letak sumber air yang berada di dalam kawasan HPGW (1A, 2A, 3A, 4A, 5A, 6A), sedangkan titik yang berwarna hitam yang berada di batas dan luar kawasan HPGW (1B, 2B, 3B, 4B, 5B, 6B) adalah letak bak penampungan yang dekat dengan rumah warga. Masyarakat menampung sumber air dengan beberapa cara yaitu membendung air dan membuat bak penampungan.

Bak penampungan yang berada di Kampung Sampay (2A & 2B) baru dibuat karena mendapat bantuan dari salah satu partai politik di awal tahun 2014. Bak penampungan luar Kampung Citalahab (3B) dibuat dengan bantuan dana dari PNPM Mandiri. Bak penampungan selain yang dijelaskan di atas dibuat oleh masyarakat sekitar dengan sukarela.

Pada Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa jalur pipa yang dipasang oleh masyarakat untuk menyalurkan air. Panjang salurannya juga berbeda-beda. Pipa yang terpanjang adalah 2A-2B yang terdapat di Kampung Sampay.

Tabel 4 Identifikasi pipa

Sumber : Data Primer

Pada umumnya kondisi pipa tersebut sudah banyak kebocoran. Kondisi pipa yang mudah bocor disebabkan oleh aktifitas hewan liar sehingga menyebabkan tidak maksimalnya air yang tersalurkan. Sedangkan saluran yang berbentuk bambu dibuat sendiri oleh warga, yang setiap bulannya bambu tersebut harus diganti karena kondisi bambu yang mudah rapuh.

No Nama Jalur Panjang Pipa (m) Bahan Pipa

1A-1B Nanggerang 952 Paralon

2A-2B Sampay 1513 Paralon

3A-3B Citalahab 793 Paralon

4A-4B Citalahab-Sindang 1341 Paralon

5A-5B Cipeureu bambu 711 Bambu

6A-6B Cipeureu Masjid 1119 Selang

(20)

12

Tabel 5 Identifikasi bak penampungan.

Sumber : Data Primer

Volume bak berbeda-beda di setiap lokasi karena tidak ada lembaga yang mengkoordinir pembuatan bak penampungan. Selain bak penampungan, di titik 1A tidak berbentuk bak namun hanya bendungan dari batu-batu yang ditumpuk sehingga tidak semua air yang keluar dari sumber air masuk ke dalam pipa. Hasil dokumentasi bentuk bak penampungan dapat dilihat di Lampiran 2.

2. Debit Air

Sumber air yang sudah di manfaatkan oleh keempat kampung tersebut berjumlah 6 sumber air yang masing-masing sumber air berbeda debitnya. Pada Tabel 6 dapat terlihat bahwa debit di setiap titik berubah menjadi semakin sedikit. Hal ini disebabkan tidak semua air dari sumber air masuk ke pipa dan kondisi pipa dari sumber air ke bak penampungan juga banyak yang bocor.

Ilustrasi diberikan pada gambar 3 untuk mudah dipahami bahwa titik A merupakan sumber air yang berada di dalam kawasan HPGW. Kemudian titik B merupakan bak penampungan yang berada di dekat pemukiman warga di luar kawasan HPGW dan titik C merupakan rumah warga yang memanfaatkan air HPGW. Perhitungan debit dilakukan pada saat bulan Juli 2014. Kondisi kecenderungan curah hujan bulanan di wilayah HPGW bisa dilihat pada data curah hujan tahun 2005 sampai 2010. Data ini diambil di stasiun curah hujan Sekarwangi. Pada bulan Juli hujan masih ada dan cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi kesediaan air dan debit sumber air di HPGW.

Sumber : Stasiun Curah Hujan Sekarwangi dalam Hutapea M (2011) Gambar 5 Data curah hujan bulanan

No. Nama Bak Volume bak (m3) Koordinat bak Bentuk bak

A B A B A B

X y X Y

1 Nanggerang Bendungan 0.083 702236 9235150 701959 9234401 Bendungan Bak

2 Sampay 55.5 1.29 701622 9235274 700989 9234061 Bendungan Bak

3 Citalahab 1 1.96 1.67 701213 9235373 700944 9234710 Bak Bak 4 Citalahab 2 0.49 1.905 700768 9235429 700851 9234631 Bak Bak

5 Cipeureu 1 DAS 0.218 700767 9235466 700585 9234963 DAS Bak

(21)

13 Tabel 6 Debit air

Sumber : Data Primer

Dapat dilihat titik 1A debit airnya mencapai 3.912 x 10-3 m3/s, namun ketika disalurkan ke pipa dan ditampung di titik 1B debit airnya hanya 0.944 x 10

-3 sampai titik 4B debit airnya hanya 0.89 x 10-3 m3/s. pada titik 5A debit airnya 5.24 x 10-3 m3/s namun setelah dialirkan sampai titik 5B debit airnya hanya 3.3 x 10-3 m3/s. Pada titik 6A debit airnya 4.149 x 10-3 m3/s namun setelah dialirkan sampai titik 6B debit airnya hanya 0.944 x 10-3 m3/s. Pada titik C dapat dijelaskan air yang masuk ke rumah warga. Rata-rata debit air yang masuk ke tiap-tiap rumah adalah 4.7 x 10-5 m3/detik.

Dari kedua belas titik di atas ada perbedaan antara debit air di sumber air dan di bak penampungan setelah disalurkan. Hal ini disebabkan karena kebocoran pipa yang ada disebabkan oleh aktivitas hewan dan tidak semua air dari sumber air masuk ke dalam pipa untuk disalurkan sehingga air yang tidak masuk ke dalam pipa mengalir membentuk aliran air untuk irigasi persawahan.

Pada Tabel 2 dan Tabel 3 didapatkan kebutuhan air untuk konsumsi pada setiap kampung. Ada 138 KK yang sudah memanfaatkan air dari HPGW di Kampung Cipeureu dengan konsumsi air rata-rata 0.23 m3/hari/KK sehingga total air yang sudah dimanfaatkan adalah 31.74 m3/hari. Sedangkan pada Tabel 5, kesediaan air pada bak penampungan Luar Cipeureu sebesar 0.944 x 10-3 m3/s atau 81.56 m3/hari. Padahal, jika semua KK Kampung Cipeureu yang berjumlah 200 KK menggunakan air dari HPGW masih bisa tercukupi karena total konsumsinya hanya mencapai 48 m3/hari. Hal ini menjelaskan bahwa sebenarnya air dari HPGW bisa mencukupi kebutuhan air seluruh warga di Kampung Cipeureu.

Jika semua KK di Kampung Citalahab yang berjumlah 94 KK menggunakan air dari HPGW maka total konsumsi air sebesar 21.15 m3/hari dengan ketersediaan air lebih dari konsumsinya yaitu sebesar 1.09 x 10-3 m3/s atau 94.1 m3/hari. Kampung Sampay yang memiliki total jumlah KK sebesar 318 KK dengan rata-rata konsumsi air 0.195 m3/hari/KK sehingga jika semua KK menggunakan air dari HPGW maka total konsumsi airnya sebesar 62.01 m3/hari dengan ketersediaan airnya mencapai 0.297 x 10-3 m3/s atau 25.6 m3/hari. Dengan demikian ketersediaan air belum bisa memenuhi kebutuhan semua KK yang ada di Kampung Sampay.

(22)

14

Kampung Nanggerang memiliki total Jumlah KK sebesar 157 KK dengan konsumsi air 0.31 m3/hari/KK sehingga jika semua KK menggunakan air dari HPGW maka total konsumsi airnya sebesar 48.69 m3/hari dengan ketersediaan air masih melebihi total konsumsi yaitu mencapai 0.944 x 10-3 m3/s atau 81.56 m3/hari. Dari data di atas membuktikan bahwa hanya ada tiga kampung yang konsumsi airnya dapat menggunakan air dari HPGW yaitu Kampung Citalahab, Cipeureu, dan Nanggerang. Namun, air HPGW belum bisa memenuhi kebutuhan air seluruh KK yang ada di Kampung Sampay. Hal ini bisa disebabkan oleh jumlah KK yang paling banyak, lokasi kampung yang paling jauh, dan debit air yang masuk ke bak penampungan di Kampung Sampay paling kecil.

3. Manajemen Air

Pemanfaatan air HPGW dirasakan belum optimal karena manajemen air yang belum jelas. Manajemen air yang maksud meliputi perawatan bak penampungan, pipa, dan pembagian air ke setiap rumah warga. Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan seperti Ketua RT 02 Kampung Citalahab, Ketua RW 01 Kampung Sampay, dan tokoh masyarakat di Kampung Cipeureu dan Nanggerang menjelaskan bahwa pemanfaatan air HPGW belum dikelola dengan baik. Belum ada lembaga atau kelompok masyarakat yang khusus mengelola pemanfaatan air HPGW. Namun, hanya kampung Nanggerang yang sudah baik pengelolaan airnya karena dikoordinir oleh Ketua RT 02.

Warga menyalurkan air dari bak penampungan ke rumahnya menggunakan selang. Ukuran selang yang berbeda-beda mengakibatkan berbeda pula debit air yang masuk ke tiap-tiap rumah. Tidak adanya pengelolaan air yang baik sehingga pembagian air tidak merata. Masyarakat tidak diwajibkan untuk membayar iuran uang untuk perawatan pipa dan bak penampungan. Iuran dibayar hanya ketika ada kerusakan pipa saja. Tidak ada kelompok masyarakat yang khusus bertugas mengelola air tersebut. Namun, ada perorangan yang ketika itu bersedia memperbaiki kerusakan pipa.

Belum baiknya pengelolaan air yang ada menyebabkan banyak sekali masalah yang timbul antar warga. Pembagian air yang tidak merata, kondisi bak penampungan yang kotor tidak terawat, dan pipa banyak yang bocor. Hal ini menjadi penyebab tidak optimalkan air yang dimanfaatkan oleh warga. Pembentukan kelompok masyarakat yang khusus mengelola pemanfaatan air dengan kesepakatan-kesepakatan yang ada dapat menjadi solusi terbaik untuk mengoptimankan pemafaatan air sehingga masalah-masalah yang ada bisa teratasi.

Analisis Kualitas Air

Menurut PP No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada pasal 8 ayat 1 menjelaskan klasifikasi mutu air yang ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas, antara lain :

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

(23)

15 c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Masyarakat sekitar HPGW memanfaatkan sumber air HPGW untuk MCK, konsumsi makan dan minum. Untuk melihat kelayakan konsumsi air maka dilakukan uji kelayakan konsumsi air menggunakan parameter PP No 82 Tahun 2001 dengan baku mutu kelas I. Seperti yang sudah dijelaskan dalam PP di atas bahwa kategori Kelas I diperuntukkan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Tiga titik yang dijadikan sebagai tempat diambilnya sampel air yaitu Bak Base Camp, Bak Kampung Sampay, dan Bak Citalahab. Pengambilan lokasi tersebut mewakili bak yang ada di dalam dan yang diluar kawasan HPGW, serta kondisi bak yang terbuka dan tertutup. Uji kelayakan baku air minum dilakukan oleh Laboratorium Produktivitas Lingkungan (Proling) Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB sehingga data yang digunakan adalah data primer hasil analisis Lab.Proling. Peneliti hanya mengambil sampel air di lapang dan mendeskripsikan hasil dari analisis kualitas air tersebut.

Tabel 7 Hasil analisis uji kelayakan konsumsi air No. Parameter Satuan

*Kategori kelas 1 menurut UU No 82 Tahun 2001

(24)

16

Parameter yang di analisis adalah TDS +, pH +, BOD5, COD +, Besi (Fe)

+, dan Total Coliform. Satuan yang digunakan pada setiap parameter adalah mg/L kecuali pH dan Total Coliform. pH tidak memiliki satuan sedangkan Total Coliform menggunakan satuan MPN (Most Probable Number) per 100mL. Metode dan alat yang digunakan pada setiap parameter berbeda-beda.

Baku mutu kelas I pada parameter TDS+ bernilai 1000 mg/L. Hasil analisis kulitas air pada parameter TDS+ pada Bak Base Camp bernilai 10 mg/L, pada Bak Citalahab bernilai 12 mg/L, dan Bak Sampay bernilai 14 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa TDS+ pada Bak Base Camp, Bak Citalahab, dan Bak Sampay tidak melebihi batas minimum baku mutu kelas I pada parameter TDS+ dan kondisinya sangat jernih sehingga masuk dalam Kelas I. Data yang lebih lengkap terlampir pada Lampiran 4.

Hasil deskripsi analisis uji kelayakan baku air minum di atas menunjukkan bahwa kualitas air yang berasal dari HPGW termasuk baik. Namun dari ketiga lokasi sampel diatas hanya air yang berada di Bak Base Camp yang sudah masuk dalam standar baku air minum kelas I untuk layak konsumsi makan dan minum. Sedangkan air pada Bak Citalahab dan Bak Sampay belum masuk dalam standar baku air minum kelas I untuk layak konsumsi makan dan minum karena mengandung COD tinggi. Penyebab tingginya COD bisa berasal dari limbah rumah tangga, hujan asam akibat tercemarnya udara, sampah, dan aktivitas penyadapan getah menggunakan stimulan di HPGW. Kemungkinan COD tinggi bisa disebabkan oleh tercemarnya air oleh limbah kimia dari aktivitas manusia di Base Camp HPGW karena lokasi Bak Sampay berada di bawah Base Camp HPGW. Namun perlu di diteliti lebih mendalam lagi asal dari limbah kimia tersebut.

Bak Base Camp Bak Sampay Bak Citalahab Gambar 6 Foto bak penampungan

Perbandingan dilakukan antara Bak Base Camp dengan Bak Sampay yang keduanya berada di dalam kawasan HPGW dan Bak Citalahab yang berada di luar kawasan HPGW dengan Bak Sampay yang berada di dalam kawasan HPGW. Dari Keenam parameter di atas hanya COD yang menjadi penyebab tidak lolosnya uji kualitas air.

(25)

17 penampungan yang sumbernya terhindar dari limbah kimia yang disebabkan oleh aktivitas manusia di HPGW.

Nilai Ekonomi Air HPGW dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar

HPGW memberikan manfaat kepada masyarakat baik yang dirasakan secara lansung maupun tidak langsung. Sampai saat ini HPGW sudah berkontribusi sebagai penyedia sumber air bersih bagi masyarakat sekitar dengan kuantitas dan kualitas yang sukup baik, namun nilai air tersebut belum dihitung atau di konversi menjadi nilai rupiah.

Nilai ekonomi air HPGW dihitung berdasarkan harga terbaru dari PDAM Sukabumi tahun 2013 sampai sekarang. Harga yang dikenakan oleh konsumen air PDAM adalah Rp 2 600/m3 sehingga dapat dihitung potensi nilai ekonomi air dan nilai ekonomi air yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar HPGW. Potensi nilai ekonomi air atau kontribusi HPGW kepada masyarakat sekitar untuk penyediaan air bersih sebesar Rp 120 803 468/bulan atau Rp 1 449 641 616/ tahun. Angka tersebut didapatkan dari perhitungan debit dari keenam sumber air sebesar 17.927 x 10-3 m3/s dikalikan harga dari PDAM sebesar Rp 2 600/m3.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Adirianto (2012) yang menghitung nilai ekonomi air dengan cara WTP dengan nilai ekonomi air sebesar Rp 11.5 milyar /tahun, maka masih lebih besar menggunakan metode WTP. Hal ini disebabkan oleh perhitungan yang dilakukan oleh Adirianto (2012) mencakup seluruh Desa Hegarmanah sehingga terlihat besar. Penelitian tersebut kurang spesifik. Penelitian ini lebih spesifik karena pengukurannya langsung keempat kampung yang paling banyak memanfaatkan sumber air dari HPGW.

Nilai ekonomi air yang sudah dimanfaatkan masyarakat sebesar Rp 5 507 580/bulan atau Rp 66 090 960/tahun. Kontribusi HPGW kepada masyarakat sebesar Rp 84 240/bulan/KK . Angka tersebut didapatkan dari perhitungan konsumsi air dari masyarakat di keempat kampung tersebut per bulan dikalikan harga dari PDAM sebesar Rp 2 600/m3. Dari data di atas dapat terlihat bahwa sangat sedikit air yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan potensinya sangat melimpah. Hal ini perlu ada optimalisasi pengelolaan pemanfaatan sumber air dari HPGW dengan cara membentuk lembaga atau kelompok masyarakat yang khusus mengelola pemanfaatan sumber air HPGW.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sumber air yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar HPGW ada enam sumber air dengan total debit 17.927 x 10-3 m3/s. Masyarakat menyalurkan air dari sumber air ke kampung menggunakan paralon, selang, dan bambu dengan panjang total pipa adalah 6 429 meter. Saat ini, hanya 35 % dari total KK di keempat kampung yang sudah menggunakan air dari sumber air di HPGW dengan rata-rata debit setiap KK adalah 4.7 x 10-5 m3/s dan konsumsi air sebesar 0.27 m3/hari/KK.

(26)

18

Tingginya COD bisa disebabkan oleh tercemarnya air akibar limbah kimia dari aktivitas manusia di HPGW. selama ini HPGW sudah berkontribusi menyediakan air bersih kepada masyarakat sekitar dengan potensi nilai ekonomi air yang terhitung dari sumber air sebesar Rp 120 803 468/bulan. Sedangkan Nilai ekonomi air yang terhitung dari konsumsi masyarakat sebesar Rp 5 584 480/bulan.

Saran

1. Pengelola HPGW memberikan bimbingan kepada masyarakat sekitar untuk optimalisasi pengelolaan pemanfaatan sumber air di HPGW dengan cara membentuk lembaga atau kelompok masyarakat yang khusus mengelola pemanfaatan sumber air HPGW.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait factor penyebab tercemarnya sumber air di HPGW dan pengukuran debit saat musim hutan dan kemarau.

DAFTAR PUSTAKA

[FMSC] Forest Management Student Assossiation. 2012. The Exploration of Resources and Communities Interaction in Gunung Walat University Forest. Ecological Social Mapping 2012. Bogor (ID) : Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

[RI] Republik Indonesia. 2010. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Penemaran Air (ID): RI

Adirianto B. 2012. Potensi Nilai Ekonomi Total Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat.[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Asdak.2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sedimentasi di Sub DAS Berhutan dan Tidak Berhutan (Studi Kasus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kelurahan Hegarmanah. 2014. Data Kependudukan Desa Hegarmanah 2014 (ID). Kelurahan Hegarmanah

Kusumawardani D. 2010. Valuasi Ekonomi Air Bersih di Surabaya (Studi Kasus Pada Air PDAM). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Yogyakarta (ID): UGM.

PDAM. 2013. PDAM Tirta Jaya Mandiri Sesuaikan Harga Tarif Air Ledeng. [internet]. [diunduh 2014 Juni 14]. Tersedia di http://www.pikiran-rakyat.com/node/253574

(27)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 30 Maret 1992 di Pekalongan dari ayah Samsul Mutasodirin dan ibu Sri Utakari Amanah. Penulis adalah putra kedua dari empat bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tegal pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi mahasiswa aktivis dengan menjadi ketua Komisi Pemilihan Raya Fakultas Kehutanan IPB 2012, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB 2012-2013, Ketua Komisi Hubungan Luar Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Tegal 2011-2012, anggota UKM Karate IPB 2010-2011, dan anggota International Forestry Sudents Assosiation (IFSA) LC IPB 2011-2012. Penulis pernah menjadi asisten Pendidikan Agama Islam 2012-2013 dan asisten Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) Fakultas Kehutanan IPB 2014 dan juga menjadi pengajar privat bahasa Inggris dan matematika. Penulis mendapatkan beasiswa Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri periode 2012-2014.

Penulis juga aktif menulis untuk mengikuti kegiatan-kegiatan konferensi internasional. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain ialah presentator paper di Aceh Development International Conference, Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan Maret 2013 dan Hong Kong International Conference on Education, Psychology and Society, Hong Kong pada bulan Desember 2013. Pada bulan Februari sampai dengan April 2014 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang di PT Ratah Rimber, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

(28)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Data Primer Untuk Perhitungan Kuantitas dan kualitas air , yaitu : 1. Data supply air dari sumber air HPGW

No Lokasi Koordinat Debit kualitas air Keterangan

Sumber air X Y

- Jarak rata-rata bak dengan masyarakat pengguna sumber air HPGW = …....m - Pembuat bak = pihak HPGW / masyarakat

- Kualitas air =

3. Data demand air dari sumber air HPGW oleh masyarakat

Pertama wawancara oleh informan yaitu kepala kampung / RT/ RW. Data yang diambil antara lain :

Beberapa pertanyaan untuk informan terkait sistem pengelolaan pemanfaatan sumber air HPGW, antara lain :

- Adakah kelompok masyarakat sebagai pengelola pemanfaatan sumber air HPGW?

- Adakah permasalahan antar warga terkait pembagian airnya? - Bagaimana pengelolaan bak penampungan yang ada ?

- Bagaimana cara membagi air dari bak penampungan atau sumber air diluar bak penampungan kepada masyarakat?

(29)

21 Kedua, melakukan wawancara dengan masyarakat yang SUDAH dan BELUM memanfaatkan air dari sumber air HPGW. Pertanyaanya sesuai dengan kuisioner di bawah ini :

Data ini didapatkan dengan cara wawancara dengan responden. Kuisionernya sebagai berikut :

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Dramaga, Bogor. KUESIONER PENELITIAN MASYARAKAT (RUMAH TANGGA)

6. Apakah jenis pekerjaan utama Saudara sehari-hari ? a) Petani (Pemilik / Penggarap) e) PRT

b) Pegawai Negeri Sipil f) Ibu RT

c) Pedagang g) Lainnya,

d) Buruh Pabrik

Pertanyaan untuk responden yang SUDAH memanfaatkan sumber air HPGW.

1. Apakah Saudara menerima manfaat dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh sumber air HPGW?

a) Ya b) Tidak

2. Manfaat apa saja yang Saudara terima dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh sumber air HPGW?

a) Air bersih untuk minum dan masak d) Mandi

b) Mancuci pakaian e) Lainnya, sebutkan…. c) Mencuci piring

3.Dalam 1 rumah, ada berapa orang yang menggunakan air tersebut?

4. Menurut Saudara, Bagaimanakah penilaian terhadap kualitas air dari sumber air HPGW yang Saudara manfaatkan?

a) Sangat Jernih d) Kotor b) Jernih e) Sangat Kotor c) Biasa

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Nilai

(30)

22

5. Kira-kira berapa liter yang Saudara manfaatkan per hari untuk keperluan rumah tangga? …… liter.

6. Bagaimana kualitas dan kuantitas (debit) air ketika kemarau? 7. Mengapa Saudara memanfaatkan sumber air HPGW?

8. kira-kira air dari HPGW sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saudara?

Pertanyaan untuk responden yang BELUM memanfaatkan air dari sumber air HPGW.

1. Apakah Saudara menerima manfaat dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh sumber air HPGW?

a) Ya b) Tidak

2. Mengapa tidak menggunakan sumber air HPGW untuk kebutuhan rumah tangga?

3. Darimana mengambil air untuk kebutuha sehari-hari?

4. Adakah keinginan Saudara untuk memanfaatkan sumber air HPGW? 5. Dalam 1 rumah, ada berapa orang yang menggunakan air tersebut?

6. Menurut Saudara, Bagaimanakah penilaian terhadap kualitas air dari yang Saudara manfaatkan?

a) Sangat Jernih d) Kotor b) Jernih e) Sangat Kotor c) Biasa

7. Kira-kira berapa liter yang Saudara manfaatkan per hari untuk keperluan rumah tangga? …… liter/hari.

8. Bagaimana kualitas dan kuantitas (debit) air ketika kemarau?

9. Kira-kira pemanfaatan air tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saudara?

(31)

23 Lampiran 2 Bak penampungan

1A 1B

2A 2B

3A 3B

(32)

24

5A 5B

(33)
(34)

Lampiran 4 Hasil Analisis Laboratorium

HASIL ANALISIS LABORATORIUM

No. : M.336/VII/AT/2014

Kode Lab : M. 336 - (1-3)

Kegiatan : Penelitian S1

Jenis Sampel : Air Tawar

Tanggal

Penerimaan : 14 Juli 2014

Asal Sampel : Halim Amran-Mahasiswa Fahutan IPB

NO. Parameter Satuan DL

M.336-1 M.336-2 M.336-3 Baku Mutu **)

Metode/Alat Bak

Camp

Bak Citalahab

Bak Sampay

Kelas

I II III IV

I FISIKA

1 TDS + mg/L 10 10 12 14 1000 1000 1000 2000 APHA, ed. 22, 2012, 2540-C

II KIMIA

1 pH + - - 7.5 7.72 7.74 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 - 9 APHA, ed. 22, 2012, 4500-H+-B

2 BOD5 mg/L - 1.20 1.00 1.20 2 3 6 12 APHA, ed. 22, 2012, 5220-B

3 COD + mg/L 4,99/R <4,99 19.10 - 10 25 50 100 APHA, ed. 22,2012, 5220-D

90,09/T - - 110.42 10 25 50 100 APHA, ed. 22,2012, 5220-D

4 Besi (Fe) + mg/L 0.050 0.156 0.211 0.202 0.3 (-) (-) (-) APHA, ed. 22, 2012, 3500-Fe-B

III MIKRO

BIOLOGI

1 Total

Coliform MPN/100mL 0 350 170 920 1000 5000 10000 10000 APHA, ed. 22,2012, 9222 - B

(35)

+ :Parameter Terakreditasi

DL : Deteksi Limit

*) :Data insitu oleh tim lapang

**) : Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air COD: ^Tinggi 600nm (>90 mg/L)

COD: ^Rendah 420nm (<90 mg/L)

Bogor, 24 Juli 2014

Dr.Ir. Sigid Hariyadi, MSc.

Manajer Mutu

Gambar

Gambar 1 Empat kampung sebagai lokasi penelitian
Gambar 2 Ilustrasi aliran air
Gambar 3 Pengukuran debit air
Tabel 1 Karakter responden berdasarkan kelas umur dan pekerjaan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis Berkat dan Karunia- Nya pada penulis dapat

1) Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja), dan harga komoditi secara serempak terhadap hasil pendapatan usaha tani perkebunan kopi

Berdasarkan observasi awal, banyak UMKM belum mampu untuk mengelola pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan – Entitas tanpa Akuntabilitas (SAK- ETAP).

STM: bila suatu sg tidak dapat lagi di tambah baik vertek maupun edge, sedemikian rupa Sg tersebut membentuk himpunan vertek dan edge yang berhubungan. Sg a Sg b

Sejalan dengan hipotesis dan penelitian sebelumnya, hasil penelitian dengan menggunakan analisis jalur terhadap 63 manajer pusat pertanggungjawaban pada kantor cabang bank umum

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT Sang Hyang Seri (Persero) dapat diketahui bahwa penerapan mutasi karyawan yang terjadi pada perusahaan tersebut

logistik dari PT Arindo Pratama cabang Solo setiap saat, dimana sistem ini akan. berisi data-data logistik, informasi dan pengelolaan data koordinator,

13.20 GUBERNUR, UNDANGAN VVIP DAN PARA RAJA MENUJU BANGSAL KERATON PROTOKOL KERATON KASEPUHAN BANGSAL KERATON 13.30 JAMUAN MAKAN SIANG DAN KLININGAN GAMELAN KERATON E