• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNA GRAHITA DENGAN MEDIA GAMBAR HEWAN BERKAKI EMPAT PADA SISWA KELAS IV C 1 SLB WIDYA BHAKTI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNA GRAHITA DENGAN MEDIA GAMBAR HEWAN BERKAKI EMPAT PADA SISWA KELAS IV C 1 SLB WIDYA BHAKTI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNA GRAHITA DENGAN MEDIA GAMBAR HEWAN BERKAKI EMPAT PADA

SISWA KELAS IV C-1 SLB WIDYA BHAKTI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

S K R I P S I

Oleh :

Indah Pramugari

NIM : X5108508

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNA GRAHITA DENGAN MEDIA GAMBAR HEWAN BERKAKI EMPAT PADA

SISWA KELAS IV C-1 SLB WIDYA BHAKTI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh :

Indah Pramugari

NIM : X5108508

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 5 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. ………..

Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. ………..

Anggota I : Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. .………..

Anggota II : Drs. R. Djatun, M.Pd. ………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Indah Pramugari. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Anak Tuna Grahita Dengan Media Gambar Hewan Berkaki Empat Pada Siswa Kelas IV SLB C-1 Widya

Bhakti Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA anak tuna grahita dengan media gambar hewan berkaki empat pada siswa kelas IV SLB C-1 Widya Bhakti Semarang tahun pelajaran 20C-10/20C-1C-1.

Dalam proses belajar mengajar, seorang guru dituntut lebih aktif dan kreatif cara memberikan metode pembelajaran, agar siswa tidak merasa jenuh, bosan dan pasif dalam mengikuti pelajaran, maka dari itu penulis mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan alat peraga gambar hewan berkaki empat. Subyek penelitan adalah siswa kelas IV SLB C-1 Widya Bhakti Semarang tahun pelajaran 2010/2011yang berjumlah 5 siswa. Tehnik pengumpulan data dalam penelitan menggunakan lembar tes, lembar observasi, metode demonstrasi tanya jawab dan penugasan. Kemudian dideskripsikan kedalam bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari metode tersebut siswa akan lebih aktif, kreatif dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Indah Pramugari. The Improvement of Science Learning Achievement of Mental Retarded Children Using Four-Leg Animals Picture in IV Graders of SLB C-1 Widya Bhakti Semarang in the School Year of 2010/2011. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, July 2010.

This research aims to improve the science learning achievement of mental retarded children using four-leg animal picture in IV graders of SLB C-1 Widya Bhakti Semarang in the school year 2010/2011.

In teaching-learning process, a teachers is required to be more active and creative by giving learning method, in order to make students not saturated, bored, and passive in attending the lesson; therefore, the writer attempts to carry out a classroom action research using a visual aids of four-leg animals picture. The subject of research was the IV graders of SLB C-1 Widya Bhakti Semarang in the school year of 2010/2011 consisting of 5 students. Techniques of collecting data employed in this research were test, observation sheet, demonstration method, question and answer and assignment. Then they were described into assessment data in the form of score. From such method the students will be more active, creative and interested in attending the learning process.

From the classroom action research conducted, it can be concluded that the application of four-leg animal picture method can improve the learning achievement of mental retarded children in IV the grade of SLB C-1 Widya Bhakti Semarang.

(7)

commit to user

vii MOTTO

- Kegagalan adalah awal dari suatu keberhasilan (Penulis)

- Kejujuran adalah merupakan suatu keharmonisan (Penulis)

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

- Orang tuaku

- Suami dan anak-anakku tersayang

- Teman-teman guru yang telah

membantu sehingga terselesainya

skripsi ini

- Teman-teman seperjuangan PLB

UNS 2008

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala

bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Prof. Dr. Rer, Nat, Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas dan Ilmu

Pendidikan Unversitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian.

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yan telah memberikan ijin

untuk penelitian.

4. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.

5. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa

yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi dan telah memberikan petunjuk

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku pembimbing I yang telah memberikan

petunjuk kepada penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan.

7. Drs. R. Djatun, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

(10)

commit to user

x

8. A. Yuli Purwanti, selaku Kepala SLBC-1 Widya Bhakti Semarang, yang telah

memberikan ijin tempat penelitian dan membantu memberikan informasi yang

dibutuhkan penulis.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

tindakan kelas ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,

karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan.

Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan

menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Januari 2011

(11)
(12)

commit to user

xii

Halaman

BAB III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Subyek Penelitian ... 25

C. Suber Data ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Validitas Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 30

G. Indikator Kinerja ... 30

H. Prosedur Penelitian ... 31

I. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Pelaksanaan Penelitian ... 35

B. Hasil Penelitian ... 40

C. Pembahaan Hasil Penelitian ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Simpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai Prestasi Belajar IPA Mid Semester Pada Kondisi Awal

Siswa Kelas IV Tunagrahita SLB C-1 Widya Bhakti Semarang .... 41

Tabel 2. Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SLB C-1 Widya Bhakti Semarang Pada Siklus I ... 43

Tabel 3. Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I ... 44

Tabel 4. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I ... 44

Tabel 5. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I ... 44

Tabel 6. Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Siklus I ... 45

Tabel 7. Perbandingan Hasil Nilai Pra Siklus dan Siklus I ... 45

Tabel 8. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II .... 44

Tabel 9. Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SLB C-1 Widya Bhakti Semarang Pada Siklus II ... 46

Tabel 10. Hasil Rekap Nilai Tes Siklus II ... 48

Tabel 11. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II ... 48

Tabel 12. Nilai Tertinggi (NTT) Nilai Terendah (NRT) dan Rata-rata Hasil Tes Siklus II ... 48

Tabel 13. Perbandingan Prestasi Belajar IPA Setiap Siklus dengan Menggu- nakan Media Gambar Hewan Berkaki Empat ... 49

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hewan Pemakan Tumbuhan (Herbivora) ... 15

Gambar 2. Hewan Pemakan Daging (Karnivora) ... 17

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Nilai Awal Belajar IPA Siswa Kelas IV Tunagrahita SLB C-1

Widya Bhakti Semarang ... 41

Grafik 2. Prestasi Belajar IPA Siklus I Siswa Kelas IV Tunagrahita SLB

C-1 Widya Bhakti Semarang ... 43

Grafik 3. Prestasi Belajar IPA Siklus II Siswa Kelas IV Tunagrahita SLB

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas IV Tuna Grahita SLB C-1 Widya

Bhakti Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 Sebagai

Sampel Penelitian ... 56

Lampiran 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ... 57

Lampiran 3. Lembar Observasi Kegaitan Guru Dalam Pembelajaran ... 58

Lampiran 4. Lembar Validasi Soal ... 59

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 60

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 62

Lampiran 7. Lembar Soal Pre Tes dan Post Tes ... 64

Lampiran 8. Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian ... 66

Lampiran 9. Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 67

(17)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang dikatakan tuna grahita apabila memiliki keterlambatan fungsi

kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata dan ketidak mampuan dalam

perilaku adaptif. Anak tuna grahita juga perlu dididik sebagaimana anak normal

lainnya, karena pada hakekatnya anak berkelainan itu juga mempunyai potensi

untuk dikembangkan dan potensi-potensi tersebut akan dapat dikembangkan

semaksimal mungkin apabila mendapat pengaruh (pendidikan).

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang berkelainan atau ketunaan

ditetapkan dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan

Nasional pasal 32 disebutkan bahwa: ”Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial”

(UU Sisdiknas, 2003: 21). Ketetapan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003

tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan

yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama

sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan

dan pengajaran.

Anak yang berkelainan mereka dipandang mampu karena memiliki

potensi untuk mempelajari mata pelajaran, salah satunya IPA meskipun dengan

hasil belajar belum memuaskan. Hal ini banyak disebabkan berbagai faktor antara

lain kurang minatnya siswa untuk meningkatkan prestasi belajar terhadap mata

pelajaran tersebut karena cara penyampaian materi pelajaran yang kurang tepat

dan alat peraga serta lingkungan yang kurang mendukung. Oleh karena itu peran

guru di sekolah dalam memberikan pelajaran adalah faktor yang utama, harus

mampu dalam membangkitkan semangat prestasi siswa dan memberikan suasana

pengajaran yang mudah dimengerti agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan

dalam menerima pelajaran.

(18)

commit to user

Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA anak tuna grahita maka seorang

guru harus dituntut lebih aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran

dan juga bisa memilih alat peraga serta dapat menggunakan media pembelajaran

yang tepat sesuai dengan apa yang diajarkan. Oleh karena itu dengan keadaan

intelegensi anak tuna grahita yang di bawah rata-rata normal tadi perlu

diupayakan bagaimana caranya agar prestasi belajar siswa kelas bisa lebih

meningkat dari sebelumnya, sehingga proses pembelajaran berhasil dan lebih

maksimal. Menurut Demaja W. Sehertian (2004: 45) mengatakan “Hasil belajar

seseorang ditentukan oleh berbagai faktor“ Salah satu faktor di luar individu

adalah tersedianya bahan ajar yang memberikan kemudahan bagi individu untuk

mempelajarinya sehingga menghasilkan belajar yang baik serta meningkat. Cara

untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar, media pembelajaran yang paling

umum digunakan adalah media gambar

Tersedianya media ditiap-tiap kelas maka akan mempengaruhi dan

mendukung pembelajaran siswa dimana penempatan media yang sesuai dan tepat

akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian

media pembelajaran yaitu memudahkan pengertian bagi guru dan siswa dalam

menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa lebih terangsang dan

berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar secara aktif.

Pada dasarnya semua anak baik normal maupun berkelainan terdapat

kesamaan secara luas mereka menginginkan pengakuan dan penghargaan serta

membutuhkan rasa aman, ingin tahu, ingin bermain dan bersekolah serta

perlindungan yang layak yang bisa beradaptasi dan bisa diterima dimasyarakat

pada umumnya.

Memberikan proses pembelajaran kepada anak tuna grahita bukanlah

suatu hal yang mudah akan tetapi perlu kesabaran, telatin dan kasih sayang.

Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar Anak Tuna Grahita seorang guru

dituntut lebih cermat dan tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran pada

siswa, karena kemampuan anak tuna grahita dalam menerima pelajaran sangat

terbatas. Oleh karena itu perlu adanya alat penunjang, misalnya media gambar,

(19)

commit to user

3

Tujuan dipergunakan media gambar dalam pembelajaran IPA adalah

membuat siswa lebih tertarik dan berminat sertan meningkatkan prestasi belajar

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekelolah, karena dengan media

tersebut memberikan variasi baru dalam kegiatan belajar mengajar dan bisa

mengurangi kejenuhan sehingga suasana lebih menyenangkan terhadap materi

dapat membantu siswa untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh

guru. Dengan media gambar dapat meningkatkan daya ingat dan imajinasi serta

kreatifitas anak tuna grahita dalam memperjelas masalah. Maka dari itu penulis

beranggapan bahwa dengan media gambar dapat meningkatkan prestai belajar

IPA anak tuna grahita pada siswa kelas IV-C1 SLB Widya Bhakti Semarang .

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dalam hal ini peneliti,

merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah media gambar hewan

berkaki empat dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada anak tuna grahita

kelas IV C-1 SLB Widya Bhakti Semarang tahun pelajaran 2010/2011 ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian adalah: untuk meningkatkan

prestasi belajar IPA menggunakan media gambar hewan berkaki empat pada anak

tuna grahita kelas IV C-1 SLB Widya Bhakti Semarang tahun pelajaran

2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan lebih menambah

(20)

commit to user 2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA

sehingga mencapai hasil belajar yang maksimal.

b. Bagi anak tuna grahita

Dapat meningkatkan semangat dan prestasi belajar IPA dan memberi

kemudahan siswa dalam mempelajari IPA.

(21)

commit to user

a. Pengertian Anak Tuna Grahita

Ada beberapa istilah mengenai anak tunagrahita, yaitu terbelakang

mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan mentaly retarded. Smith,

et.all., (2002: 43) mengemukakan bahwa:

People who are mentally retarded overtime have been rejerred to as dumb, stupid, immature defective, deficientg, subnormal, incompetent, and dull. Terms such as idiot, imbelice, moron and feebleminded were commonly used historically to label this population. Although the word faal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot was directed toward individuals who were severely retarded, these terms

were frequently used interchangeably.

(Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan sitlah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat

(defective), kurang sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal),

tidak mampu (incompetent), dan dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot,

imbecile, moron, dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompok

menyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orang sakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat, keduanya sering digunakan secara bergantian.

Menurut Emi Dasiemi (1997: 138) bahwa retardasi atau tuna grahita

adalah keadaan perkembangan individu yang berhubungan dengan terbatasnya

kemampuan belajar dan daya penyesuian diri dalam proses pendewasaan

individu trsebut.

Tunagrahita (Mental Retardation) arereal children who are experiencing barriers and retardation of mental development far below the average so that experienced difficulties in the tasks of academic, communication, and social, and therefore required special education

services (http://www.ditplb.or.id.).

Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.

(22)

commit to user

Berdasarkan difinisi-definisi diatas, maka terdapat dua kreteria dari

individu yang dianggap retardasi mental yaitu kecerdasan dibawah rata-rata

dan kekurangan dalam kemampuan adaptasi timgkah laku yang terjadi selama

masa perkembangan.

Menurut Kauffam dan Hallahan yang dikutip Mohammad Efendi

(2006: 4) tuna grahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana

perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai

tahap perkembangan yang optimal. Menurut Moh. Amin (2006:1) yang

menguraikan istilah anak terbelakang sebagai berikut:

Sesuai dengan arti anak terbelakang atau terbelakang mental memang mengalami keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan. Jika anak normal umur 10 tahun mencapai kecerdasan sesuai dengan umurnya, maka anak terbelakang hanya mencapai kecerdasan yang sama dengan anak yang lebih muda umurnya.

Dari uraian di atas keterbelakangan mental menunjukkan fungsi

intelektual di bawah rata-rata secara jelas disertai ketidakmampuan dalam

penyesuaian prilaku dan pada masa perkembangan.

b. Klasifikasi Anak Tuna Grahita

Anak tunagrahita memiliki beberapa klasifikasi dan mendapatkan

pelayanan pendidikan yang bervariasi.

To facilitate in providing edecation services, children are classified tunagrahita: tunagrahita mild (mild mental retardation), tunagrahita moderate (moderate mental retardation), tunagrahita weight (severe mental retardation), and tunagrahita very severe (profound mental

retardation). (http://pustakaut.ac.id/puslataionline.php?menu=bmpshort:

Untuk memudahkan dalam memberikan layanan pendidkan, anak-anak diklasifikasikan tunagrahita: tunagrahita ringan (keterbelakangan mental ringan), tunagrahita sedang (keterbelakangan mental moderat), tuna-grahita berat (keterbelakangan mental yang berat), dan tunatuna-grahita sangat berat (mendalam keterbelakangan mental).

Pada umumnya anak tuna grahita menurut Stanford Binet berdasarkan

pada taraf intelegensi dapat dikelompokan yang terdiri dari:

1)Tuna Grahita Ringan

Anak tuna grahita ringan disebut juga moron atau debil; Kelompok

(23)

commit to user

7

membaca, menulis dan berhitung yang sederhana dengan bimbingan guru.

Dengan pendidikan dan latihan secara terus menerus anak tuna grahita

ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya

sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat di didik menjadi tenaga kerja

semi skilled seperti; clining service, pertanian, peternakan, pekerja rumah

tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tuna grahita

ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.

Namun demikian anak terbelakang mental ringan tidak mampu

melakukan penyesuaian sosial secara independen. Menurut Munzayanah

(1997: 21), ”Anak tuna grahita ringan merupakan salah satu golongan anak

tuna grahita yang masih dapat dilatih dalam bidang sosial maupun

intelektual dalam batas-batas tertentu dan dapat dilatih untuk mengerjakan

pekerjaan-pekerjaan yang rutin.“ Emi Desiemi (1997: 138) memberikan

batasan “Anak tuna grahita ringan atau debil yaitu yang mempunyai IQ

antara 50/55-70/75, kurang mampu mencari nafkah sendiri, namun masih

mampu menerima pendidikan dan latihan meskipun terbatas.“

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tuna

grahita ringan adalah anak yang mempunyai kecerdasan mental antara

68/55-50/55-70/75, namun masih mampu menerima pendidikan dan latihan

sesuai dengan program layanan pendidikan di sekolah luar biasa.

Adapun ciri-ciri anak mampu didik (debil) sebagai berikut:

a) Dapat dididik

b) Sukar berpikir abtrak

c) Fantasinya lemah dan konsentrasinya lemah

d) Kurang mampu kendalikan perasaan

Anak tuna grahita sedang disebut juga embisil yang memiliki IQ

(24)

commit to user

mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti kebakaran,

berjalan dijalan raya berlindung dari hujan dan sebagainya. Anak tuna

grahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik

seperti belajar menulis, membaca dan berhitung, walaupun mereka masih

dapat menulis secara sosial misalnya menulis nama dan alamatnya sendiri,

dll., dapat dididik mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan, minum,

mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan sebagaianya.

Menurut Depdikbud (1995: 2-3) dalam buku petunjuk praktis

penyelenggaraan SLB/C dan SLB/C1 bahwa anak tunagrahita sedang

memiliki IQ antara 25-50. Mereka masih dapat dilatih untuk mengurus

dirinya sendiri dan melakukan rutinintas harian, meskipun masih tetap

memerlukan bantuan dan bimbingan serta pengewasan dari orang lain.

Untuk kepentingan pendidikan, anak tuna grahita tipe sedang ini dididik dan

dilatih dikelas SDLB/C1.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita

sedang memiliki kecerdasan IQ antara 51-36/25-50, akan tetapi di dalam

kehidupan sehari-hari membutuhkan pengawasan yang terus menerus,

mereka juga hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik.

Ciri-ciri anak embisil/mampu latih antara lain:

a) Tidak dapat didik, hanya mampu dilatih

b) Hampir tidak ada inisiatif

c) Tidak dapat konsentrasi dan lekas bosan

d) Perkembangan sosial tidak baik

e) Koordinasi motorik lemah

f) Perkembangan bahasa mengalami retardasi

3)Tuna Grahita Berat

Anak tuna grahita berat sering disebut idiot yang memiliki IQ antara

32-20 Menurut skala Binet. Tuna grahita berat memerlukan bantuan

perawatan secara total dalam segala hal dan memerlukan perlindungan

(25)

commit to user

9

memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya. Mereka selalu

bergantung pada orang lain dan tidak bisa memelihara dirinya sendiri.

Anak idiot memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a) Tidak dapat di didik hanya mampu dilatih

b) Selalu tergantung pada orang lain

c) Perkembangan bicara minimal

i) Tidak memiliki daya abstraksi, fantasi

j) Tidak bisa mengurus diri sendiri

c. Faktor-Faktor Penyebab Anak Tuna Grahita

Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari

dalam maupun faktor dari luar diri anak. Adapun faktor penyebab tunagrahita

menurut beberapa ahli adalah:

Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya

ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa

sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan

lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan

psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor

yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi

pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut

Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui

jenjang sebagai berikut:

1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma;

(26)

commit to user

4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio;

5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran; 6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin;

7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa anak tunagrahita dapat disebabkan antara

lain:

Ketunagrahitaan can be caused by heredity and not hereditary. Genetic damage in off spring, such as damage to cell chromosomes, genes, and one or both parents suffer from disorder or simply as a bearer of properties. Factors outside the cell lineage, because of factors including malnutrition, accidents (head trauma), and metabolic

disorders. (http://pustakaut.ac.id/puslataionline.php?menu=bmpshort).

(Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh keturunan dan bukan keturunan. Genetik kerusakan pada keturunannya, seprti kerusakan kromosom sel, gen, dan salah satu atau kedua orangtua menderita kelainan atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor-faktor di luar keturunan, karena faktor termasuk kekurangan gizi, kecelakaan (trauma kepala), dan gangguan metabolisme.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak

tunagrahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan

psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran

tidak sempurna, masa pos natal, anak tunagrahita dapat disebabkan pada waktu

kecil pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan, gangguan

metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan

oleh predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan,

dan waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu

berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat.

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Pengertian prestasi belajar menurut beberapa ahli berbeda-beda

(27)

commit to user

11

pengertian yang hampir sama antara pengertian ahli satu dengan ahli yang lain

yang dapat dijelaskan seperti berikut.

Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) bahwa: “Prestasi belajar

adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam

bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil

yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.”. Kemudian mengutip

pendapat Winkel tentang prestasi (2001: 38) bahwa:

Prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai, sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar. Maka prestasi belajar adalah bukti keberhasilan siswa yang dicapai dalam suatu interaksi subyek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan, pengalaman, nilai yang disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan.

Menurut Winarno Surachmad (1994: 25) prestasi belajar adalah

merupakan:

1) Hasil dari suatu proses belajar

2) Kemampuan nyata langsung yang dapat diukur meliputi asfek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

3) Secara umum dalam pendidikian merupakan perumusan prestasi dalam

bentuk nilai.

Dari uraian pendapat di atas, bahwa prestasi siswa secara operasional

dalam penelitian adalah adanya perubahan perilaku, kemampuan anak sadar

lingkungan dan bertambahnya perbendaharaan kata terkait kehidupan

sehari-hari. Keberhasilan siswa meliputi perubahan asfek, sikap dan penguasaan

pelajaran moral yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari hasil tes.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi belajar

Tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar

mengajar. Menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiwati (1993: 100-101)

Prestasi belajar secara umum dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

(28)

commit to user

1)Faktor Internal, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa antara lain:

a) Kelemahan mental yang berkaitan dengan faktor kecerdasan, intelegensi /

kecakapan dan bakat khusus

b)Kelemahan fisik yang berkaitan dengan panca indra, syaraf dan cacat.

c) Gangguan yang bersifat emosional

d)Sikap dan kebiasaan salah dalam belajar.

2)Faktor Eksternal, yaitu faktor yang terdapat di luar diri siswa anatara lain:

a) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif

b)Kurikulum yang tidak fleksibel dan kaku

c) Beban studi yang terlalu berat, terlalu banyak tugas yang diselesaikan

d)Metode mengajar yang monoton dan membosankan

e) Situasi di rumah kurang memotivasi anak untuk belajar

f) Beberapa sifat buruk siswa dalam belajar.

c. Pengertian Belajar

Berbagai ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar, yang

mengatakan bahwa “belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang

berlangsung, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara

dinamis dan membekas“ (Winkel, 2001: 36). Lebih lamjut dinyatakan bahwa

“belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari perspsi dan

perilaku termasuk juga perbaikan perilaku“ (Oemar Hamalik, 2000: 45).

Pengertian belajar menurut Hilgard (dalam Nasution, 2000: 45)

“Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui

jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah)

yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak

termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan

termasuk latihan belajar).

Dari ketiga uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang

telah belajar jika terdapat perubahan tingkah laku melalui pengalaman atau

(29)

commit to user

13

perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik),

maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

Ada 4 faktor utama yang mempengaruhi belajar seseorang antara lain:

1) Faktor umur

2) Faktor motivasi

3) Faktor pengalaman

4) Faktor kecerdasan

Jadi belajar adalah variabel yang sangat penting dan berpengaruh

terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang didapat dan perubahan

tingkah laku yang yang relatif menetap sebagai akibat dan pengalaman.

3. Tinjauan Tentang IPA

a. Pengertian IPA

Pengertian IPA adalah “IPA“ merupakan singkatan kata “Ilmu

Pengetahuan Alam“. Kata-kata ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan

dari kata bahasa Inggris Natura Scince artinya alamiah. Jadi Ilmu

Pengetahuan Alam secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam

yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini M Iskandar,

2002: 2).

Menurut Nash yang dikutip Hendro Darmodjo, dan Kaligis (1991: 3)

mengemukakan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu cara metode untuk mengamati alam dunia ini bersifat analis, lengkap, cermat, serta menghubunkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu persefektif yang baru tentang obyek yang diamati itu.

Ilmu Pengetahuan Alam biasa disingkat IPA adalah sebuah mata

pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama (SMP/SLTP), namun berbeda dengan istilah yang terdapat

(30)

commit to user

Pengetahuan Alam lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas secara

khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu-ilmu eksata.

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa IPA

merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam melalui metode pengamatan

yang bersifat analis, lengkap, cermat yang membentuk perspektif yang baru

tentang oyek yang diamati.

b. Fungsi atau Manfaat Mempelajari IPA

Adapun fungsi atau manfaat pelajaran IPA berdasarkan Pedoman

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (1999: 2) fungsi pelajaran IPA adalah:

1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan peranan lingkungan

alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatan bagi

kihidupan sehari-hari. Berbagai masalah yang dapat diperoleh dari

lingkungan buatan misalnya pada lingkungan rumah. Gejala-gejala IPA

yang dapat dipelajari dari lingkungan misalnya: deterjen, pelarut lemak

seperti sabun, gas, penyemprot nyamuk, dan baebagai makanan.

2) Mengembangkan ketrampilan proses. Ketrampilan proses ialah

ketrampilan fisik maupun mental yang diperlukan untuk memperoleh

pengetahuan di bidang IPA maupun untuk pengembangannya. Dengan

ketrampilan ini diharapkan siswa akan dapat mengembangkan

pengetahuannya sesuai dengan karakter IPA.

3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai-nilai yang berguna bagi siswa

untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. Memperluas

pandangan (wawasan) alam peduli terhadap lingkungan dan rasa cinta

terhadap mahkluk hidup dan sebagainya.

4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang

saling mempengaruhi antara kemauan IPA teknologi dengan keadaan

lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Dalam

belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi

peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan

metode ilmiah.Pendidikan IPA disekolah diharapkan dapat menjadi

(31)

commit to user

15

c. Pengelompokan Hewan Berdasarkan makanannya

Adapun jenis-jenis hewan berkaki empat menurut jenis makanannya

dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:

1) Hewan pemakan tumbuhan atau herbivora seperti: sapi, kuda, kelinci,

jerapah, gajah, kambing, zebra dan domba, dll.

2) Hewan pemakan daging atau karnivora seperti: harimau, singa, kucing,

dan anjing.

3) Hewan pemakan segala atau omnivora seperti: tikus, dan babi.

Macam macam hewan berkaki empat antara lain seperti gambar

berikut ini:

(32)

commit to user

Jerapah

Gajah

Zebra

(33)

commit to user

17

Kuda

Kambing

2) Hewan pemakan daging (Karnivora) (Gambar 2)

(34)

commit to user

Anjing

Harimau

Singa

3) Hewan pemakan segala (Onivora) (Gambar 3)

4)

(35)

commit to user

19

Babi

4. Tinjauan Tentang Media Gambar

a. Pengertian Media Gambar

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah

berarti “tengah“ perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengiriman kepada penerima pesan.

Gerlach & Ely yang dikutip Sri Anitah (2008: 23) mengatakan bahwa media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku, dan lingkungan

sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam

proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat grafis, photografi

atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali

informasi visual atau verbal.

Para ahli memberi batasan tentang media sebagai berikut: AECT

(Association of Education and Communication Technology, 1977) yang

dikutip Azhar Arsyad (2002: 3) bahwa ”media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.” Di

samping sebagai system penyampaian atau pengantar, media yang sering

diganti kata mediator menurut Fleming yang dikutip Sri Anitah (2008: 24)

adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan

(36)

commit to user

perantaranya ,yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama

dalam proses belajar- siswa dan isi pelajaran.

Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengartian bahwa

setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru

sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasan

media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan

pembelajaran.

Heinich dan kawan-kawan yang dikutip Azhar Arsyad (2002: 36)

mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi

antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio,

gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah

media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi

yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran

maka media itu disebut media pembelajaran.

Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang

paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar

daripada tulisan, apabila jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan

persyaratan yang sudah baik, tentu akan menambah semangat siswa dalam

mengikuti PBM. Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan

pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap

lingkungan. Gambar yang berwarna-warni dapat membuat murid menjadi

semangat, karena gambar menterjemahkan konsep abstrak menjadi nyata.

b. Jenis-Jenis Media Gambar

Media gambar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Penggolongan

media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani

(1997: 16) yaitu:

1) Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, flim

strip atau overhead proyektor.

2) Gambar gerak baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun

yang tidak bersuara.

(37)

commit to user

21

4) Televisi

5) Benda-benda hidup, simulasi maupun model.

6) Instruksional berprogram ataupun CAI (Computer Assisten Instrction).

Menurut Sri Anitah (2010: 7) media gambar dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, antara lain:

1) Gambar mati atau gambar diam (still picture).

2) Ilustrasi

dalam setiap kegiatan pembelajaran, karena media gambar memberikan

manfaat dalam pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2002:43), media

gambar memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak.

2) Mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akan lebih mudah dipahami bila dibantu gambar.

3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. 4) Menyingkat suatu uraian.

Menurut Sri Anitah (2010:9), media gambar memberikan manfaat

sebagai berikut:

1) Menimbulkan daya tarik bagi pebelajar. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pebelajar.

(38)

commit to user

3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas.

4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar

dapat memberikan manfaat merangsang minat atau perhatian anak, membantu

anak memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang

menyertainya, lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar

dengan bayangan, ataupun gambar fotografi yang sebenarnya, pengajaran

menyangkut konsep warna, maka gambar-gambar dengan warna yang realistik

memang lebih disukai, urutan gambar diam, seperti yang dibuat dengan

kamera foto 35 mm dapat mengurangi terlalu banyaknya informasi yang

ditampilkan oleh suatu film bergerak., dan isyarat yang bersifat non-verbal

atau simbol-simbol seperti tanda panah, ataupun tanda-tanda lainnya pada

gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula mengubah–pesan yang

sebenarnya dimaksudkan untuk dikomunikasikan.

d. Kelebihan Media Gambar

Menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2009: 29-30) beberapa kelebihan

media gambar dapat dijelaskan di bawah ini.

1) Sifatnya konkret; gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata.

2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristwia dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-aank dibawa ke obyek/peristiwa tersebut. Gambar dapat mengasi hal tersebut.

3) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. Sel atau penampang daun yang tak mungkin dilihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.

4) Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

5) Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa melukan peralatan khusus.

Menurut Sri Anitah (2010: 8) beberapa kelebihan media gambar

(39)

commit to user

23

1) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak kedalam bentuk yang lebih nyata

2) Banyak tersedia dalam buku-buku

3) Mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan 4) Relatif tidak mahal

5) Dapat dipalai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang ada pada gambar diharapkan

menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warna akan

lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak, sehingga dengan

kelebihan tersebut akan memberikan motivasi kepada anak untuk giat belajar.

e. Kelemahan Media Gambar antara lain :

Media gambar yang memiliki beberapa kelebihan, menurut Sri Anitah

(2010: 9), juga terdapat kelemahan, antara lain:

1) Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan dikelas yang besar

2) Gambar mati adalah gambar dua dimensi, untuk menunjukan dimensi

yang ketiga

3) Tidak dapat menunjukkan gerak

4) Tidak selalu mengetahui bagaimana membaca (menginterpestasi) gambar

f. Ciri-ciri Gambar Yang Baik

Menurut Sri Anitah (2010: 9), gambar yang menarik bagi siswa

memiliki ciri-ciri khusus yang baik, antara lain:

1) Cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan pebelajar.

2) Bersahaja dalam arti tidak terlalu kompleks, karena dengan gambar itu

pebelajar mendapat gambaran yang pokok. Kalau gambar kompleks,

perhatian pebelajar terbagi, akibatnya ada sesuatu yang justru penting

tetapi tidak tertangkap oleh pebelajar.

3) Realistis, maksunya gambar tersebuat seperti gambar yang sebenarnya,

atau sesuai dengan apa yang digambar.

4) Gambar dapat diperlakukan dengan tangan, maksudnya gambar harus

(40)

commit to user B. Kerangka Berfikir

Dengan diterapkannya penggunaan media gambar dalam setiap

pembelajaran terutama mata pelajaran IPA akan memberi kemudahan bagi

guru dalam menyampaikan pelajaran sehingga siswa lebih aktif dan tidak cepat

bosan/jenuh sehingga pada akhirnya siswa dapat meningkatkan semangat

prestasi belajar.

Untuk lebih memperjelas diatas kerangka pemikiran dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perumusan masalah dari uraian dalam kajian pustaka, dapat

dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut: “Media gambar

hewan berkaki empat dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada anak tuna

grahita kelas IV C-1 SLB Widya Bhakti Semarang tahun pelajaran 2010/2011.” Kondisi awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Sebelum diberi media gambar hewan berkaki

empat

Prestasi belajar IPA rendah

Diberi media gambar hewan

berkaki empat

Silus I

Silus II

(41)

commit to user

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SLB

Widya Bhakti Semarang.

2. Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan peneliti dilakukan melalui 3 tahap:

a. Tahan persiapan, meliputi pengajuan judul, menyusun proposal dan perijinan

yang dilakukan pada bulan April - Mei 2010.

b. Tahap penelitian, meliputi uji coba pengambilan data dan analisis data yang

dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2010.

c. Tahap penyusunan laporan penelitian dilakukan bulan Juni – Juli 2010.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu siswa kelas IV C-1 SLB Widya Bhakti Semarang

yang berjumlah 5 orang.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah dari siswa kelas dasar IV

C-1 SLB Widya Bhakti Semarang sebagai subjek penelitian. Data yang berupa

prestasi belajar IPA diperoleh dengan menggunakan tes setelah dalam proses

pembelajaran menerapkan media gambar hewan berkaki empat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang tepat dalam penelitian ini, maka perlu

adanya tehnik pengumpulan yang benar. Adapun tehnik pengupulan data yang

digunakan adalah:

(42)

commit to user 1. Observasi

a. Pengertian Observasi

Observasi memiliki pengertian yang berbeda antara pendapat satu

dengan yang lainnya. Dari beberapa literatur arti observasi dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan

secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun

psikologi dengan pencatatan (Suharsimi Arikunto, 2006: 229). Menurut

Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan

data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah

kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal

fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk

memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.

b. Macam-macam Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan

dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah

perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,

menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: 1)

observasi terbuka, 2) observasi terfokus, 3) observasi terstruktur, dan 4)

observasi sistematik.

Keempat bentuk observasi tersebut peneliti uraikan sebagai berikut:

1) Observasi Terbuka

Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya

menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.

2) Observasi Terfokus

Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.

(43)

commit to user

27

3) Observasi Terstruktur

Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai,

sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat

yang disediakan.

4) Observasi Sistematik

Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya

dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal

dan nonverbal.

c. Observasi yang Digunakan

Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi

menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat

hanya tinggal membubuhkan tanda ( ) pada tempat yang disediakan pada

lembar pengamatan. Oservasi ini dilakukan pada proses pembelajaran IPA,

dalam hal ini yang diamati yakni, penyampaian materi pelajaran, lingkungan

pembelajaran dan sikap siswa terhadap mata pelajaran.

2. Tes

a. Pengertian Tes

Tes memiliki beberapa pengertian menurut beberapa pendapat. Dari

literatur yang diperoleh pengertian tes dapat dijelaskan sebagai berikut:

“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi

Arikunto (2006: 223) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat

yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa

(44)

commit to user b. Macam-macam Tes

Tes terdiri dari berbagai bentuk sesuai dengan materi yang akan

diberikan. Bentuk-bentuk tes antara lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2)

Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes

jawaban singkat (Suharsimi Arikunto, 2006: 223).

c. Tes yang Digunakan

Tes yang digunakan dalam penelitian ini termasuk tes kelompok

dimana siswa seluruh siswa yang menjadi sample peneliitian diberikan tes

yang secara bersama-sama dengan alasan agar pemanfaatan waktu efisien. Tes

merupakan bantuan guru dan berupa tes obyektif yang terdiri dari item-item

yang dapat dijawab dengan cara memilih salah satu alternative jawaban yang

tersedia.

Tes dilakukan untuk mengungkap kemampuan awal anak dalam

belajar perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari serta mengetahui

peningkatan prestasi belajar IPA khususnya setelah menggunakan media

bergambar.

3. Wawancara

a. Pengertian Wawancara

“Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula” (Margono,

2009: 165). Sedangkan pengertian wawancara menurut Masri Singarimbun dan

Sofian Effendi (2005: 192), “Wawancara adalah mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara

adalah alat pengumpul informasi dengan cara bertanya langsung kepada

responden sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

b. Teknik Wawancara

Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di

kelas.Wawancara dilakukan antara peneliti dan observer, serta siswa. Kegiatan

ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang

(45)

commit to user

29

gambar hewan berkaki empat dan sesudah menggunakan media gambar hewan

berkaki empat.

Dari wawancara serta kegiatan pengamatan yang telah dilakukan,

kemudian diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan

dengan pembelajaran IPA. Peneliti juga melakukan wawacara dengan siswa

untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap cara mengajar guru saat

menggunakan media gambar hewan berkaki empat untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar.

E. Validitas data

Data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan

data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data validitas

tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang

kuat dalam menarik kesimpulan.

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah” (Suharsimi Arikunto, 2006: 144-145).

Sebuah instrumen dapat dikatakan valid bila mampu mengukur sesuatu

apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid bila dapat mengungkap

dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas yang

dimaksud.

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan

memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembandingan data itu (Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).

Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data

dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi

(46)

commit to user

faktor penyebabnya. Untuk itu peneliti membandingkan data hasil penelitian dari

berbagai metode antara lain dengan tes, observasi dan dokumentasi. Triangulasi

data dilakukan dengan cara:

1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil

metode pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan

dokumentasi dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan

memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan.

2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai

sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh

data (setting).

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 70) “teknik analisis yang digunakan

untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpullkan antara lain dengan

teknik deskriptif (statsitik deskriptif) dan teknik analisis kritis. Teknik deskriptif

digunakan untuk data kuantitatif, sedangkan teknik analisis kritis berkaitan

dengan data kualitatif”.

Dengan uji deskriptif komparatif prestasi belajar IPA kondisi awal dengan

siklus 1 dan 2, yaitu dengan cara membandingkan nilai pre test pada kondisi awal,

sebelum menggunakan media gambar berkaki empat dengan nilai hasil pre test

pada siklus 1 dan 2 setelah anak menggunakan media gambar berkaki empat.

G. Indikator Kinerja

Indikator pencapaian dalam penelitian ini ditetapkan nilai prestasi belajar

IPA berhasil atau tidaknya siswa dengan kemajuan yang mereka dapatkan. Dalam

hal ini peneliti menentukan indikator tolak ukur keberhasilan 60.00 lebih. Sebagai

batas tuntas perubahan yang dicapai minimal 80% dari keseluruhan siswa.

Pencapaian indikator ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, dimana batas

minimal nilai yang dicapai dan ketentuan belajar tergantung pada guru kelas yang

secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan

(47)

commit to user

31

H. Prosedur Penelitian

Rencana kegiatan penelitian yang penulis lakukan adalah diawali dengan

penjajakan awal untuk memperoleh informasi dan mengetahui tentang

peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV C1 SLB Widya Bhakti Semarang.

Adapun rencana kegiatan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Rencana Tindakan

1) Daftar nilai observasi guru/ peneliti dalam pembelajaran IPA

2) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa saat pembelajaran IPA

3) Membuat rencana pembelajaran IPA tanpa media gambar.

4) Menyiapkan lembar kerja siswa dalam pembelajaran IPA

5) Menyiapkan lembar penelitian

b. Tindakan

1) Guru/peneliti melaksanakan proses pembelajaran IPA dengan media

gambar hewan berkaki

2) Guru/peneliti membimbing siswa dalam menerima dan memahami materi

yang disampaikan

3) Guru/peneliti memberi motivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran

4) Guru/peneliti memberikan suasana atau lingkungan pembelajaran yang

menyenangkan

5) Guru/peneliti memberikan tugas

6) Guru/peneliti memberikan penilaian terhadap hasil pembelajaran dengan

media gambar hewan berkaki empat.

c. Observasi

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengamati perubahan proses

belajar mengajar yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berkut:

1) Penyampaian materi IPA dengan media gambar hewan berkakai empat.

2) Sikap siswa dalam menerima materi dengan media gambar hewan berkaki

(48)

commit to user d. Refleksi

Guru/peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan rencana yang

telah dibuat kemudian melihat, mengamati dan mempertimbangkan dampak

positif dan dampak negatifnya serta kekurangann-kekurangan yang masih

ditemui dengan kegiatan belajar mengajar. Hal-hal yang perlu dikemukakan

pada tahap ini yaitu:

1) Apakah dengan media gambar hewan berkaki empat dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA ?

2) Apakah siswa dapat menerima dan memahami materi IPA yang diberikan

dengan media gambar hewan berkaki empat ?

Apabila dalam penelitian siklus I belum menunjukan hasil yang

maksimal, maka dapat dilakukan siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan perbaikan

1) Setelah dilakukan kegiatan pada siklus I belum menunjukkan hasil yang

maksimal, maka perlu diadakan perencanaan ulang.

2) Identifikasi masalah, yaitu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dari

hasil refleksi siklus I

3) Rencana Tindakan. Tindakan yang harus dilakukan adalah meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam penggunaan media gambar

hewan berkaki empat.

b. Tindakan

1) Guru melaksanakan tindakan seperti pada kegiatan siklus I

2) Guru menggunakan strategi baru dalam pemberian nilai pada keaktifan

siswa dalam Tanya jawab.

3) Mengaktifkan siswa untuk menjawab pertanyaan lesan dari guru.

c. Observasi

(49)

commit to user

33

2) Peneliti memberikan penilaian ulang pada keaktifan siswa saat menjawab

pertanyaan lesan atau Tanya jawab

d. Refleksi

Peneliti menganalisis tindakan kelas pada kegiatan siklus II, seperti

pada siklus I kemudian mengadakan refleksi sebagai berikut:

1) Siswa lebih aktif dan berminat dengan adanya media gambar

2) Tercapainya pembelajaran IPA dengan media gambar, maka refleksi pada

siklus II ini merupakan kegiatan terakhir.

Langkah-langkah tindakan kelas tersebut di atas dapat diilustrasikan

dalam bentuk gambar alur penelitian tindakan kelas (Suharsimi Arikunto,

2007: 16) berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

(50)
(51)

commit to user

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Berdasarkan prestasi belajar IPA sebelum menerapkan media gambar

hewan berkaki empat belum semua siswa mencapai ketuntasan belajar. Dalam

proses pembelajaran masih banyak siswa yang belum memiliki hasil atau prestasi

yang baik (tuntas, mencapai indikator minimal), meskipun sebelumnya guru telah

menjelaskan materi pelajaran.

Prestasi belajar IPA pada kondisi awal menunjukkan bahwa belajar IPA

pada siswa kelas IV tuna grahita SLB C-1 Widya Bhakti Semarang belum

memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian pada kondisi awal ini

dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Data prestasi belajar

IPA pada kondisi awal selengkapkan dilaporan pada hasil penelitian

Berdasarkan prestasi belajar IPA yang masih rendah, maka sebagai guru

berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi belajar IPA dapat

ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas serta didukung oleh kepala sekolah

dan dibantu teman guru, dilakukan inovasi pembelajran dengan menerapkan

media berupa alat peraga atau gambar hewan berkaki empat. Dengan alat peraga

gambar bertujuan dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak tuna grahita

siswa kelas IV SLB C-1 Widya Bhakti Semarang

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Pembelajaran siklus I merupakan usaha perbaikan pembelajaran dari hasil

yang dilaksanakan sebelumnya. Perbaikan pembelajaran siklus I sudah

menggunakan media gambar hewan berkaki empat. Dengan alat peraga gambar

tersebut akan dapat menciptakan suasana pembelajaran dan menumbuhkan

motivasi anak dalam mengikuti proses belajar mengajar.

(52)

commit to user

Langkah-langkah perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap awal kegiatan guru mengabsen siswa dan memberikan

tanya jawab tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya dan

menyinggung materi yang akan dipelajari agar siswa lebih memperhatikan

dan memancing keaktifan pada pelajaran yang akan berlangsung. Antara lain

yang perlu dipersiapkan adalah:

1) Pemeilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). Materi yang dipilih dalam penelitian ini pada siklus I adalah

pengenalan hewan berkaki empat dan jenis makanannya. Berdsarkan

materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun kedalam rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Menyiapkan media belajar yaitu gambar hewan berkaki empat.

3) menyusun alat evaluasi yang berupa:

a) Lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar

b) Lembar kegiatan siswa ( LKS ) dan lembar Quiz

c) Tabel perubahan nilai pra siklus dan nilai siklus quisz individu.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan ini guru memberikan materi pelajaran dengan menggunakan

media gambar dan hewan berkaki empat. Metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru adalah demontrasi, tanya jawab dan penugasan. Adapun

langkah-langkah sebagai berikut:

Pelaksanaan tatap muka yang pertama dan dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebagai berikut:

1) Guru dan siswa bersama-sama menempelkan gambar hewan berkaki

empat dipapan tulis

2) Guru memperkenalkan satu persatu-persatu gambar hewan berkaki empat

dan siswa disuruh maju satu-persatu secara bergiliran.

3) Suasana pembelajaran dibuat kondusif sehingga siswa tidak bosan.

4) Setelah semua siswa maju secara bergantian kemudian guru mengajak

Gambar

Gambar 3.    Hewan Pemakan Segala (Omnivora)  ........................................
Grafik 1.    Nilai Awal Belajar IPA Siswa Kelas IV Tunagrahita SLB C-1
Gambar adalah salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di
gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula mengubah–pesan yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

trabecular meshwork dan papil saraf optik seperti yang terlihat pada glaukoma.. (Oduntan,

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah- Nya laporan Skripsi dengan judul “ Sistem Pemesanan dan Pengendalian

23 Saya membutuhkan telaah dari rekan sekerja (sesama auditor) dalam tim untuk menilai prosedur audit yang telah saya lakukan 24 Saya membutuhkan dari pihak lain. (sesame

(3) Nilai-nilai moral dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi adalah; Gus Jakfar menampilakan sikap untuk berprasangka baik kepada seseorang, Kang Kasanun

Error ini terjadi tak lain, Karena Anda belum menginstal Windows Media Player (jika melakukan streaming melalui internal IIS) atau belum menginstal Unreal Steraming Media

Atribut proses perakitan produk spring bed 5 kaki diidentifikasi dengan menggunakan metode Quality Function Deployment Fase I yang diperoleh dari karakteristik teknis produk

[r]

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang puskesmas, puskesmasadalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya