• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG

NURUL AINI MUHTAR

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Nurul Aini Muhtar

(4)

NURUL AINI MUHTAR. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA.

Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai Cidurian menyebabkan peningkatan debit air yang mengalir dan terjadinya banjir di salah satu daerah hilir yaitu di Kecamatan Kresek. Tanggul Sungai Cidurian sepanjang 60 meter mengalami kerusakan sehingga air meluap ke daerah sekitarnya. Kawasan pertanian khususnya padi sawah merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari banjir Sungai Cidurian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian akibat banjir, mengestimasi besarnya kerugian ekonomi setelah banjir pada sektor pertanian akibat banjir Sungai Cidurian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada sektor pertanian, dan menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian setelah banjir adalah buruk. Banjir di Kecamatan Kresek melibatkan semua pihak baik kelompok pemerintah maupun kelompok non-pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir. Hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap kelompok memiliki peran masing-masing dan bersinergi dalam mengatasi banjir. Kerugian banjir dipengaruhi secara signifikan oleh jarak sungai terhadap sawah, luas lahan yang terkena banjir, ketinggian banjir, dan lama banjir. Hasil estimasi kerugian ekonomi petani pemilik lahan sebesar Rp 8 927 087.50 dan kerugian ekonomi total satu kecamatan sebesar Rp 1 904 574 711 sedangkan hasil estimasi kerugian ekonomi per responden sebesar Rp 6 994 231.27 dan kerugian ekonomi total satu kecamatan sebesar Rp 2 081 848 142. Tindakan perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu memperbaiki tanggul yang rusak sebesar Rp 1 385 989 000. Selain itu, perbaikan kondisi lingkungan terutama normalisasi Sungai Cidurian perlu dilakukan agar dapat meminimalkan luapan air ke daratan.

(5)

due to Flooding of Cidurian River in Kresek Subdistrict, Tangerang Regency.

Supervised byAHYAR ISMAIL and NUVA.

The raise of rainfall intensity in the upper area of Cidurian watershed causes an increase water discharge and flood in Kresek subdistrict as a

downstream areas. Cidurian river’s levee is damaged for about sixty meters, that

makes the water overflows into the surrounding area. One of the sectors affected by the river flood is the agricultural sector, especially in rice planting area. The objectives of this study are to identify farmers' perceptions about the condition of their farmlands during flood periods, to estimate the economic losses of agricultural sector due to the flooding of Cidurian river, to analyze the factors that affect the magnitude of economic losses in the agricultural sector, and analyze the stakeholder’s role to overcome the problem of floods in Kresek subdistrict. The result shows that respondents have bad perceptions about the condition of post-flood of the agricultural sector. Flood disaster in Kresek subdistrict involves both governmental and non-governmental parties to overcome the flood problem. Based on the interview, each of them has a role and works together to solve the problem. The total economic losses of the subdistrict is estimated for about IDR 1 904 574 711 with the average loss of IDR 8 927 087.50 per landowner farmer while the total economic losses of the subdistrict is estimated for about IDR 2 081 848 142 with the average loss of IDR 6 994 231.27 per sharecropper. Moreover, the economic losses due to the flood are significantly influenced by the wide of affected land area, flood frequency, and age of the rice planting. The government has taken service action by spending IDR 1 385 989 000 to fix the broken levee. In addition, the improvement of environmental conditions, including the normalization of Cidurian River needs to be implemented in order to minimize the overflowing river.

(6)
(7)

KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG

NURUL AINI MUHTAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Nama : Nurul Aini Muhtar

NIM : H44090115

Disetujui oleh

Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr Nuva, SP, MSc

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanallahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Muhtarman dan Sumaryani, serta kakak dan adik, yaitu Sendi Firdaus dan Fathan Robbiansyah yang senantiasa memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan perhatian.

2. Bapak Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr dan Ibu Nuva SP, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini.

3. Bapak Rizal Bahtiar, Spi, MSi dan Ibu Hastuti, SP, MP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukannya dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Adi Hadianto, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik serta segenap dosen dan staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu, kesabaran, dan bimbingan yang telah diberikan.

5. Pihak pemerintah Kecamatan Kresek dan pihak pemerintah Desa Patrasana, Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Renged, Desa Kresek, dan Desa Talok yang sudah banyak membantu dalam pengumpulan data primer dan sekunder untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

6. Bapak Suhayar selaku penyuluh pertanian Kecamatan Kresek yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian serta seluruh staff

Balai Penyuluhan Pertanian Kaliasin.

(11)

9. Teman-teman satu bimbingan Annisia, Nita, Rizqiyyah, Galuh, Dita, dan Sandra yang selalu memberikan semangat.

10. Tria, Syfa, Mutiara, Linda, Dara yang telah memberikan doa dan semangat. 11. Tina, Kukuh, Lusi, Fitri, Frima, Nasita, Gugat, atas doa, dukungan, dan

semangat serta rekan-rekan ESL angkatan 46 yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya.

12. Agus Nuramin yang telah memberikan doa dan motivasi serta berbagi cerita dengan penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.

Bogor, Februari 2014

Nurul Aini Muhtar

(12)
(13)

Halaman 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Bencana Banjir ... 2.2 Dampak Banjir terhadap Sektor Pertanian ... 2.3 Konsep Penilaian Kerugian Ekonomi ... 2.4 Penelitian Terdahulu ... III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 3.1.1 Analisis Deskriptif ... 3.1.2 Pendekatan Produktivitas (Productivity Approach) ... 3.1.3 Metode Regresi Linear Berganda ... 3.1.4 Analisis Stakeholder ... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... IV.METODE PENELITIAN ... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4.2 Jenis dan Sumber Data ... 4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 4.4.1 Identifikasi Penilaian Petani terhadap Kondisi Lingkungan

Pertanian Padi Sawah ... 4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi pada Pertanian Padi Sawah

Akibat Banjir ... 4.4.2.1Kerugian tangible secara langsung (direct) ... 4.4.2.2Kerugian tangible secara tidak langsung (indirect) ... 4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kerugian

Banjir ... 4.4.3.1 Model Kerugian Ekonomi ... 4.4.3.2 Hipotesis ... 4.4.3.3 Evaluasi Model ... 4.4.4 Analisis Stakeholder dalam Mengatasi Permasalahan Banjir di

Kecamatan Kresek ... V. GAMBARAN UMUM ... 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Kresek ...

(14)

5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian ... 5.3 Karakteristik Responden Petani ... 5.3.1 Jenis Kelamin ... 5.3.2 Usia ... 5.3.3 Pendidikan Formal ... 5.3.4 Jenis Pekerjaan ... 5.3.5 Jumlah Tanggungan ... 5.4 Karakteristik Lahan Pertanian ... 5.4.1 Status Kepemilikan Lahan ... 5.4.2 Lama Bertani ... 5.4.3 Luas Lahan Pertanian ... 5.5 Karakteristik Banjir ... 5.5.1 Jarak Sungai terhadap Lahan Pertanian ... 5.5.2 Ketinggian Banjir ... 5.5.3 Lama Banjir ...

VI. ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP KONDISI

LINGKUNGAN PERTANIAN ... 6.1 Persepsi Responden Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian

Sebelum dan Setelah Banjir ... 6.2 Persepsi Responden Petani terhadap Keberhasilan Lingkungan

Sebelum dan Setelah Banjir ... 6.3 Persepsi Responden Petani terhadap Upaya Pencegahan... 6.4 Penilaian Responden Petani terhadap Gangguan Kenyamanan ... VII. ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI ... 7.1 Kerugian yang Dialami oleh Petani... 7.1.1 Perubahan Produksi ... 7.1.2 Biaya Produksi Setelah Banjir ... 7.1.3 Perubahan Pendapatan Petani ... 7.2 Biaya Kerusakan yang Dikeluarkan oleh Pemerintah ...

VIII.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KERUGIAN

BANJIR ...

IX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM MENGATASI

(15)

Nomor Halaman 1. Luas tanaman padi yang terendam dan luas puso akibat banjir di

Indonesia tahun 2011 ... 2. Luas lahan per kecamatan yang terkena puso di Kabupaten Tangerang

akibat banjir bulan januari 2013 ... 3. Matriks metode analisis data ... 4. Indikator persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian padi

sawah setelah banjir ... 5. Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir... 6. Sembilan nama desa beserta luas wilayahnya yang berada di Kecamatan

Kresek ... 7. Jumlah responden petani berdasarkan kelompok usia ... 8. Jumlah responden petani berdasarkan pendidikan formal terakhir ... 9. Jumlah responden petani berdasarkan jenis pekerjaan utama dan

pekerjaan sampingan ... 10. Jumlah responden petani berdasarkan jumlah tanggungan ... 11. Jumlah responden petani berdasarkan kepemilikan lahan ... 12. Jumlah responden petani berdasarkan lama bertani ... 13. Jumlah responden petani menurut luas kepemilikan lahan ... 14. Jumlah responden petani berdasarkan jarak sungai terhadap lahan

pertanian ... 15. Jumlah responden petani berdasarkan ketinggian banjir ... 16. Jumlah responden petani berdasarkan lama banjir ... 17. Persepsi responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian

sebelum dan setelah banjir ... 18. Persepsi responden petani terhadap kebersihan lingkungan sebelum dan

setelah banjir ... 19. Upaya pencegahan responden petani terhadap banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 ... 20. Persepsi responden terhadap gangguan kenyamanan akibat banjir ... 21. Perubahan produksi padi per responden petani pemilik akibat banjir

tahun 2013 dalam satu musim tanam ... 22. Perubahan produksi padi per responden petani penggarap akibat banjir

(16)

23. Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani pemilik sebelum banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ... 24. Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani penggarap sebelum banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ... 25. Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani pemilik setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ... 26. Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani penggarap setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ... 27. Perubahan pendapatan responden petani pemilik di Kecamatan Kresek akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam ... 28. Perubahan pendapatan responden petani penggarap di Kecamatan Kresek akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam ... 29. Total kerugian pendapatan petani berdasarkan kepemilikan lahan yang terkena dampak banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam... 30. Peran dan fungsi stakeholder pemerintah dan non-pemerintah dalam

mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek ... 46

46

47

48

48

49

49

(17)

Nomor Halaman 1. Diagram alur kerangka berpikir ... 2. Peta wilayah Kecamatan Kresek ...

20 33

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kuesioner penelitian responden petani ... 2. Penerimaan responden petani pemilik sebelum banjir ... 3. Penerimaan responden petani penggarap sebelum banjir ... 4. Penerimaan responden petani pemilik lahan setelah banjir ... 5. Penerimaan responden petani penggarap setelah banjir ... 6. Biaya produksi responden petani pemilik sebelum banjir ... 7. Biaya produksi responden petani penggarap sebelum banjir ... 8. Biaya perbaikan responden petani pemilik ... 9. Biaya perbaikan responden petani penggarap ... 10. Produktivitas padi responden petani pemilik ... 11. Produktivitas padi responden petani penggarap ... 12. Hasil model regresi ... 13. Dokumentasi penelitian...

(18)
(19)

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia terutama berperan dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sebagai penyedia pangan, penyedia bahan baku, penyedia lapangan pekerjaan, dan sumber devisa bagi negara. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2013) menjelaskan sektor pertanian menyumbang cukup besar untuk perekonomian nasional dan perekonomian daerah pada triwulan II tahun 2013 sebesar 23.77 persennamun Armah et al. (2010) menjelaskan sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Perubahan iklim merupakan implikasi dari pemanasan global. Pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemantulan dan penyerapan gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) kembali ke permukaan bumi sehingga menjadikan permukaan bumi semakin panas (Susandi et al. 2008). Perubahan iklim memberikan dampak pada kenaikan suhu dan peningkatan curah hujan yang berpotensi menyebabkan banjir. Frekuensi dan intensitas banjir dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang dapat mengancam wilayah Indonesia dan berbagai sektor pertanian.

(20)

Banjir pada lahan pertanian terutama sawah merupakan salah satu ancaman yang sangat serius sebagai salah satu dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian karena berpotensi mendatangkan masalah bagi keberlanjutan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Banjir pada sektor pertanian menyebabkan kerusakan pada sumber daya lahan pertanian, berkurangnya luas areal panen, penurunan produksi dan produktivitas, dan pergeseran waktu tanam. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2010, luas tanaman padi yang terkena banjir dan puso sebagai dampak dari banjir mencapai 290 446 hektar dan luas yang mengalami puso mencapai 89 228 hektar. Banjir tahun 2009 menyebabkan tanaman padi terendam seluas 222 481 hektar dan 67 821 hektar yang mengalami puso. Luas tanaman padi yang terendam dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan seperti data yang ditunjukkan di Tabel 1.

Tabel 1 Luas tanaman padi yang terendam dan luas puso akibat banjir di Indonesia tahun 2011

Komoditi Tahun 2010 Tahun 2009 Rata-rata 5 tahun

T (ha) P (ha) T (ha) P (ha) T (ha) P (ha)

Padi 296 491 91 088 222 481 67 821 309 937 99 598

Keterangan: T= luas yang terkena banjir, P= luas yang terkena puso Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Salah satu provinsi yang mengalami banjir adalah Provinsi Banten. Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak adalah daerah terdampak banjir di Provinsi Banten pada bulan Januari 2013 (BNPB 2013). Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Banten yang mengalami banjir di sektor pertanian. Banjir yang terjadi disebabkan oleh meluapnya air sungai akibat curah hujan yang tinggi. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menjadi penyebab banjir adalah DAS Cidurian. Wilayah administratif kabupaten yang dilalui Sungai Cidurian adalah Kabupaten Bogor, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Tangerang (Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten 2013).

(21)

perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut mengenai kerugian pada sektor pertanian akibat banjir tahun 2013 serta perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak berupa kebijakan sehingga dapat diketahui usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan meminimalkan dampak tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Banjir yang terjadi pada bulan Januari 2013 merupakan banjir besar di Kabupaten Tangerang. Banjir luapan air Sungai Cidurian ini tidak hanya berdampak pada sektor perumahan saja tetapi juga pada sektor pertanian yang dirasakan oleh para petani. Data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang (2013) menunjukkan terdapat 24 kecamatan di Kabupaten Tangerang yang terendam banjir khususnya pada sektor pertanian. Banjir Januari 2013 mengakibatkan total lahan pertanian di Kabupaten Tangerang yang ditanami padi mengalami gagal panen atau puso seluas 3328.45 hektar. Tabel 2 menunjukkan luas lahan yang mengalami puso akibat banjir di 24 kecamatan Kabupaten Tangerang.

Tabel 2 Luas lahan per kecamatan yang terkena puso di Kabupaten Tangerang akibat banjir bulan Januari 2013

No Kecamatan Luas Puso (ha) No Kecamatan Luas Puso (ha)

1 Cisoka 192.00 13 Legok 10.00

2 Jambe 50.00 14 Kelapa Dua 6.00 3 Tigaraksa 206.00 15 Panongan 75.00

4 Balaraja 236.50 16 Kronjo 79.00

5 Sukamulya 124.15 17 Pakuhaji 224.00

6 Rajeg 92.00 18 Sepatan 13.00

7 Sindang Jaya 67.00 19 Mauk 110.00 8 Pasar Kemis 99.00 20 Sukadiri 70.00 9 Kemeri 486.00 21 Pagedangan 20.00 10 Teluk Naga 6.00 22 Jayanti 315.80 11 Kresek 511.00 23 Mekar Baru 157.00 12 Kosambi 19.00 24 Gunung Kaler 144.00

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang (diolah) 2013

(22)

yang mengakibatkan debit air Sungai Cidurian meningkat secara berlebih namun penyempitan daerah resapan air menjadikan badan sungai tidak mampu menampung air berlebih yang berasal dari hulu sehingga air merusak tanggul sungai dan menggenangi lahan pertanian yang berada di daerah hilir. Lahan pertanian berupa areal persawahan seluas 798 hektar terendam selama kurang lebih dua minggu saat musim tanam yang menyebabkan kegagalan panen seluas 511 hektar (Kecamatan Kresek 2013). Dampak banjir biasanya juga menyebabkan pergeseran waktu musim panen dan terjadi penurunan luas panen sehingga produksi padi dan produktivitas mengalami penurunan. Dampak dari pergeseran waktu musim panen mendatangkan serangan organisme pengganggu tanaman yaitu hama penggerek dan walang sangit yang berasal dari wilayah lain yang sudah melakukan panen. Tanaman padi yang umumnya berusia dua bulan terendam sehingga sudah tidak dapat dimanfaatkan oleh petani yang akhirnya memaksa petani harus mengeluarkan biaya produksi kembali untuk mengganti tanaman yang terendam oleh air. Banjir yang terjadi merupakan ancaman bagi para petani karena akan mempengaruhi pendapatan usaha tani mereka.

(23)

seberapa besar dampak yang dialami oleh petani. Berdasarkan uraian perumusan masalah, beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dikaji diantaranya adalah:

1. Bagaimana persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah akibat banjir di sekitar Kecamatan Kresek?

2. Berapa estimasi nilai kerugian ekonomi pertanian padi sawah akibat banjir di Kecamatan Kresek?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada pertanian padi sawah?

4. Siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah di sekitar Kecamatan Kresek akibat banjir.

2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi pertanian padi sawah akibat banjir di Kecamatan Kresek.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada pertanian padi sawah.

4. Menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya:

1. Bagi peneliti, sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mejadi pelengkap khasanah keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan.

(24)

sosial ekonomi dari sebuah bencana serta bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan.

4. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai besarnya nilai kerugian sosial ekonomi yang diderita akibat bencana dan sebagai bahan pertimbangan dalam menjaga kelestarian lingkungan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengestimasi kerugian tangible

petani akibat banjir luapan air Sungai Cidurian pada bulan Januari 2013 yaitu musim tanam pertama. Kerugian tangible terdiri dari kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian langsung meliputi kerusakan pada lahan pertanian yang diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan. Kerugian tidak langsung meliputi pendekatan perubahan produktivitas dan kehilangan pendapatan petani akibat penurunan produktivitas. Pertanian difokuskan pada komoditas padi sawah jenis ciherang. Penelitian ini tidak mengestimasi nilai kerugian dari ketertinggalan masa panen. Kerugian dibedakan menjadi kerugian petani pemilik lahan dan petani penggarap lahan. Satu responden petani ada yang mengolah kedua lahan yaitu lahan milik sendiri dan lahan milik orang lain. Oleh karena itu, jumlah responden akan lebih dari responden petani yang diwawancarai dalam perhitungan. Total lahan masing-masing kepemilikan dalam satu kecamatan dihitung berdasarkan asumsi perbandingan antara jumlah masing-masing kepemilikan lahan responden petani dengan jumlah seluruh lahan responden dikalikan total lahan yang mengalami kerusakan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan data.

Penelitian ini mengestimasi biaya perbaikan yang dikeluarkan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Biaya perbaikan yang dilakukan dinas terkait yaitu biaya pembuatan tanggul Sungai Cidurian. Analisis

(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana Banjir

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut Subiyantoro (2010), dampak yang diakibatkan oleh suatu bencana dapat memberikan kerugian dan kerusakan bagi manusia dan lingkungannya, seperti kehilangan jiwa, cidera serta gangguan terhadap kesehatan, kerugian harta benda, bahkan kerusakan bangunan serta fasilitas layanan masyarakat seperti putusnya aliran listrik dan rusaknya jaringan komunikasi.

Salah satu bencana yang frekuensi kejadiannya sering terjadi pada beberapa tahun terakhir ini di seluruh wilayah Indonesia yaitu bencana banjir. Banjir merupakan bencana klimatologis karena banjir dipengaruhi oleh faktor iklim seperti tingginya intensitas curah hujan. Menurut Kodoatie dan Sjarief (2008), penyebab banjir dan genangan yang terjadi di su atu lokasi diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai atau drainase, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan, pengaruh fisiografi atau geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut), drainase lahan, bendung dan bangunan air, dan kerusakan bangunan pengendali banjir.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Banjir (2010), berdasarkan sumber air, banjir dikategorikan menjadi empat, yaitu:

(26)

2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.

3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.

4. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya atau longsornya tebing sungai.

2.2 Dampak Banjir terhadap Sektor Pertanian

Menurut Armah et al. (2010), bagi negara agraris, sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian penduduk. Sebagian besar pendapatan penduduknya dihasilkan dari sektor pertanian. Sektor pertanian menyumbang cukup besar untuk pendapatan nasional namun sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim atau bencana khususnya bencana banjir. Apabila musim penghujan datang dan intensitas hujan yang lebih sering, wilayah perdesaan yang dekat dengan aliran sungai selalu digenangi banjir yang mengakibatkan hilangnya nyawa, perpindahan tempat tinggal, hancurnya infrastruktur utama, kerusakan pada sistem irigasi dan pasokan air, dan hancurnya lahan pertanian serta hilangnya cadangan makanan dan ternak di seluruh wilayah. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian, pergeseran mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian, dan secara signifikan akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Tanaman pangan (jagung, sorgum, millet, kacang tanah, ubi, singkong, dan padi) yang terkena banjir diperkirakan rentan mengalami kerawanan pangan dan kekurangan gizi pascabencana.

(27)

dan melaksanakan langkah-langkah adaptasi. Faktor yang menentukan kapasitas adaptasi manusia yaitu kekayaan ekonomi, teknologi dan infrastruktur, informasi, pengetahuan dan keterampilan, kelembagaan, keadilan, dan modal sosial.

Menurut Kumar et al. (2009), bencana alam hidrometeorologi seperti banjir menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan dan kerugian cukup besar terhadap kehidupan manusia dan dapat menghambat pembangunan daerah bahkan negara. Banjir yang menggenangi sumberdaya alam seperti lahan pertanian, peternakan, dan perikanan menimbulkan banyak kerugian yang sangat besar bagi masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Dampak banjir terhadap lahan pertanian yaitu perubahan pola tanam secara drastis dan tanaman padi sebagian besar terendam oleh banjir. Itu artinya petani mengalami penurunan produksi padi sehingga dapat menyebabkan beberapa kasus seperti kelaparan, menurunkan pendapatan petani yang terkena dampak, dan mengurangi kemampuan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan makanan dan input pertanian. Dampak banjir terhadap peternakan yaitu menurunnya populasi jumlah ternak karena hewan ternak beserta kandangnya hanyut terbawa arus banjir yang mengakibatkan pendapatan petani berkurang dan mengalami kerugia cukup besar. Dampak banjir terhadap perikanan menimbulkan kerugian bagi petani karena ikan terbawa hanyut arus banjir.

2.3 Konsep Penilaian Kerugian Ekonomi

(28)

Kementerian Lingkungan Hidup (2007) menjelaskan penetapan nilai ekonomi total maupun nilai ekonomi dari kerusakan lingkungan digunakan pendekatan harga pasar dan pendekatan non pasar. Pendekatan harga pasar dapat dilakukan melalui harga pasar yang sebenarnya atau pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia (human capital) atau pendekatan nilai yang hilang

(foregone earning), dan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost).

Sedangkan pendekatan harga non pasar dapat digunakan melalui pendekatan preferensi masyarakat (non-market method). Beberapa pendekatan non-pasar yang dapat digunakan antara lain adalah metode nilai hedonis (hedonic pricing),

metode biaya perjalanan (travel cost), metode kesediaan membayar atau kesediaan menerima ganti rugi (contingent valuation), dan metode benefit transfer.

Suriya et al. (2012) menjelaskan kerusakan akibat banjir terbagi menjadi dua yaitu tangible dan intangible. Kerusakan tangible dapat dibagi ke dalam kerusakan langsung (direct damages) dan kerusakan secara tidak langsung (indirect damages). Kerusakan langsung diakibatkan oleh kontak langsung air banjir dengan properti yang mengalami kerusakan dan tingkat kerusakan diasumsikan menjadi biaya restorasi atau perbaikan dari properti yang rusak tersebut, pada kondisi sebelum banjir atau kerusakan yang dihitung dengan harga pasar apabila biaya restorasi atau perbaikan tidak dapat dilaksanakan. Kerusakan tidak langsung adalah kerugian yang disebabkan oleh hubungan gangguan fisik dan ekonomi yang termasuk kehilangan produksi, kehilangan pendapatan, kehilangan bisnis dan penundaan transportasi. Kerusakan intangible termasuk ketakutan, kegelisahan, gangguan kesehatan, dan kehilangan nyawa.

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang membahas mengenai penilaian kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian yang dijadikan referensi adalah penelitian yang dilakukan oleh Kumar

(29)

rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, tanah longsor, dan kebakaran hutan. Banjir besar dan gempa bumi dengan 9.2 skala

richter terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di Pulau Andaman yang mengakibatkan tenggelamnya lahan pertanian, peternakan, dan perikanan. Survei dilakukan pada 150 responden saat sebelum terjadi Tsunami dan setelah bencana Tsunami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banjir besar pada lahan pertanian menghilangkan sumber mata pencaharian petani dan sumber kelangsungan hidup petani. Kontribusi sumber pendapatan dari sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu 40.30 persen menjadi 7.13 persen sedangkan sumber pendapatan dari sektor peternakan dan sektor perikanan sedikit meningkat dari 6.51 sampai 6.61 persen dan 2.21 sampai 4.19 persen. Hal tersebut terjadi karena departemen pembangunan telah memberikan bantuan berupa anak-anak kambing, unggas, dan bibit ikan pasca-Tsunami. Dampak Tsunami pada lahan pertanian yaitu menurunnya pendapatan petani, menggeser sumber mata pencaharian dari pertanian ke non-pertanian karena Tsunami telah menghilangkan lahan pertanian mereka, mengubah pola tanam secara drastis karena tanaman padi yang sebagian besar terendam oleh banjir digantikan oleh tanaman baru, dan hilangnya nilai tanah serta tanaman yang mengakibatkan petani merugi. Dampak Tsunami terhadap peternakan yaitu menurunnya populasi jumlah ternak, seperti sapi, kambing, unggas, dan lain-lain. Hal ini terjadi karena ternak dan kandang ternak hanyut oleh arus Tsunami yang menyebabkan pendapatan petani berkurang dan mengalami kerugian yang cukup besar. Dampak Tsunami terhadap budi daya perikanan yaitu petani mengalami kerugian karena beberapa kolam hanyut dan terkena gempa. Implikasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah India yaitu melakukan tindakan rehabilitasi yang dapat meningkatkan mata pencaharian di desa yang terkena Tsunami dan menciptakan kesempatan kerja pada sektor pertanian dan non-pertanian.

(30)

Kerusakan dan kerugian pada sektor sosial khususnya perumahan, pendidikan, kesehatan, sarana ibadah dan lembaga sosial merupakan kerusakan yang terparah sebesar Rp 1.74 miliar. Sektor lain yaitu infrastruktur, produktif, dan lintas sektoral. Kerusakan dan kerugian di sektor infrastruktur seperti transportasi, komunikasi, energi, sanitasi dan air, pengontrol banjir, irigasi, dan pelindung laut sebesar Rp 876.8 juta. Sektor produktif yaitu pertanian dan peternakan, perikanan, dan perusahaan swasta sebesar Rp 1.18 miliar, sedangkan lintas sektoral yaitu lingkungan, pemerintahan dan administrasi, serta bank dan badan keuangan sebesar Rp 652 juta.

Laksono (2010) melakukan penelitian mengenai estimasi nilai kerusakan dan kerugian bencana Situ Gintung dengan menggunakan metode analisis deskriptif, Habitat Equivalency Analysis, loss of earnings, pendekatan produktivitas dan pendekatan biaya pemulihan dengan software Habitat Equivalency Analysis 2.5 dan Microsoft Office Excel. Penelitian ini mengestimasi nilai kerusakan dan kerugian terhadap sumberdaya buatan seperti sektor perumahan, sektor infrastruktur, sektor ekonomi, dan sektor sosial yang terdiri dari beberapa subsektor. Nilai kerusakan dan kerugian dari sektor perumahan sebesar Rp 12 554 003 833, sektor infrastruktur Rp 315 771 870, sektor ekonomi Rp 10 330 361 675, dan sektor sosial sebesar Rp 10 151 250 000. Total nilai kerusakan dan kerugian yang diestimasi dari sumberdaya alam dan sumberdaya buatan sebesar Rp 149 681 265 728.48.

(31)

menyebabkan hewan ternak mati, kandang hancur, dan membawa penyakit serta hama yang menyebar dengan cepat.

(32)
(33)

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini terdiri atas empat tujuan. Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah di sekitar Kecamatan Kresek akibat banjir. Tahap untuk mengidentifikasi persepsi petani terhadap kondisi lingkungan adalah mendeskripsikan karakteristik petani. Karakteristik petani sangat berpengaruh terhadap kepedulian petani terhadap lingkungannya. Pendekatan ini dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan wawancara langsung kepada responden. Tujuan kedua adalah mengestimasi nilai kerugian ekonomi setelah banjir pada pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek dengan menggunakan pendekatan perbaikan, pendekatan perubahan produktivitas, dan pendekatan kehilangan pendapatan. Tujuan ketiga adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada pertanian padi sawah. Hasil ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir. Hasil ini didapat dari hasil regresi liniear berganda. Tujuan keempat adalah menganalisis stakeholder

yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Pendekatan analisis deskriptif digunakan dalam menganalisis tujuan ini.

3.1.1 Analisis Deskriptif

(34)

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif juga dituntut memiliki nilai kuantitatif walaupun teknik pengumpulan data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi, angket, uji atau testing (Suratmo 2002).

3.1.2 Pendekatan Produktivitas (Productivity Approach)

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2007), penilaian nilai ekonomi kerusakan lingkungan dengan menggunakan pendekatan produktivitas bertujuan untuk memberikan harga sumberdaya alam dan lingkungan yang menggunakan harga pasar sesungguhnya. Tahapan pelaksanaannya adalah:

1. Menyiapkan data dan informasi mengenai kuantitas sumberdaya (SDA). 2. Melakukan survei sederhana untuk membantu mendapatkan informasi yang

diperlukan mengenai kuantitas dan harga SDA yang belum tersedia. 3. Mengalikan jumlah kuantitas SDA dengan harga pasarnya.

Selanjutnya KLH (2007) menjelaskan terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam pendekatan produktivitas ini, yaitu perubahan produktivitas, biaya pengganti, dan biaya pencegahan.

a) Perubahan Produktivitas (Change of Productivity)

Metode perubahan produktivitas ini menggunakan nilai pasar yang ada dari suatu SDA dengan mengetahui harga pasar dan kuantitas SDA kemudian dapat diketahui nilai dari SDA tersebut. Kuantitas SDA dipandang sebagai faktor produksi. Perubahan dalam kualitas lingkungan mengubah produktivitas dan biaya produksi yang kemudian mengubah harga dan tingkat hasil yang dapat diamati dan diukur. Tahapan pelaksanaannya, yaitu: 1. Menggunakan pendekatan langsung dan menuju sasaran.

2. Menentukan perubahan kuantitas SDA yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu.

3. Memastikan bahwa perubahan merupakan hal yang berkaitan dengan perubahan lingkunga yang terjadi.

4. Mengalikan perubahan kuantitas dengan harga pasar. b) Biaya Pengganti (Replacement Cost)

(35)

1. Mengidentifikasi fungsi SDA yang hilang karena perubahan kualitas lingkungan.

2. Menentukan pengganti fungsi SDA yang hilang atau terganggu.

3. Menyiapkan data fisik termasuk harga pasar untuk masing-masing komponen yang dibutuhkan sehubungan dengan fungsi pengganti.

4. Menghitung jumlah nilai moneter untuk menciptakan semua fungsi dan manfaat yang diganti.

c) Biaya Pencegahan (Prevention Cost Expenditure)

Metode ini dapat dipakai apabila nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga nilainya, baik pengeluaran aktual maupun potensi pengeluaran. Nilai lingkungan dihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan. Tahapan pelaksanaannya adalah:

1. Menentukan cara untuk melakukan pencegahan (meminimkan dampak), baik cara preventif secara fisik maupun perilaku menghindari risiko. 2. Mengidentifikasi data dan harga pasar untuk setiap komponen data yang

dibutuhkan.

3. Menjumlahkan semua nilai pengeluaran untuk melaksanakan upaya pencegahan tersebut.

3.1.3 Metode Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda mempertimbangkan kemungkinan adanya lebih dari satu variabel penjelas yang mempengaruhi variabel tak bebas (Gujarati 2007). Fungsi linear berganda adalah:

Y = β0 + β1 X1+ β2 X2 + ... + βn Xn + ε ...(1) Keterangan:

Y = variabel tak bebas/dependent β0 = konstanta

β1,...,βn = koefisien regresi

(36)

Metode analisis regresi paling sering digunakan adalah metode kuadrat terkecil (LS) atau yang lebih dikenal dengan sebutan metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least squares/OLS). Metode kuadrat terkecil biasa (OLS) digunakan umtuk menaksir parameter-parameter dalam regresi linear berganda yang ciri utamanya adalah bersifat tak bias linear yang terbaik (best linear unbiased estimator, BLUE).

3.1.4 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder diperlukan ketika akan memutuskan siapa saja

stakeholder yang harus diikutsertakan dalam pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan analisis pengaruh dan kepentingan dari masing-masing

stakeholder. Kebijakan yang berlaku dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek tidak terlepas dari peran seluruh stakeholder. Masing-masing

stakeholder memiliki tugas dan fungsi tersendiri yaitu dalam pelaksanaannya berada dalam sistem kerja yang terintegritas.

Grimbel dan Chan (1995) menjelaskan analisis stakeholder sebagai suatu pendekatan dan prosedur untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara mengidentifikasi aktor-aktor kunci atau stakeholder kunci di dalam sistem serta menilai kepentingan masing-masing di dalam sistem tersebut. Stakeholder yang dimaksud adalah semua stakeholder mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan dan tindakan sistem tersebut. Hal ini dapat bersifat individual, masyarakat, kelompok sosial atau institusi. Stakeholder meliputi pembuat kebijakan, perancang, dan administrator dalam pemerintah serta kelompok pengguna objek dalam sistem.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

(37)

adalah tingginya intensitas curah hujan, buruknya sistem drainase, dan kurangnya daerah resapan air di wilayah tersebut sehingga mengakibatkan air Sungai Cidurian meluap dan tanggul Sungai Cidurian rusak. Bencana banjir ini menimbulkan berbagai dampak dimana salah satu sektor yang terkena dampak cukup parah adalah pertanian padi sawah. Penelitian ini mengkaji dampak banjir luapan sungai terhadap lahan pertanian yang mengakibatkan turunnya produktivitas kemudian menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar bagi petani serta siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir.

Penelitian ini memiliki empat tujuan yakni mengidentifikasi kondisi lingkungan pertanian berdasarkan persepsi petani, mengestimasi nilai kerugian ekonomi yang dialami petani, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir, dan menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir. Kajian mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah berdasarkan persepsi petani dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan kondisi pertanian setelah bencana. Kajian mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi dianalisis melalui pendekatan pendekatan biaya perbaikan, pendekatan perubahan produktivitas (change of productivity) pada lahan pertanian, dan pendapatan yang hilang. Kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besar kerugian banjir dianalisis dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Selanjutnya, kajian mengenai stakeholder dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan pihak atau aktor yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir.

(38)

Keterangan: Batasan Penelitian Aliran

Gambar 1 Diagram alur kerangka berpikir

Menganalisis

Banjir di sektor pertanian Kecamatan Kresek akibat luapan air sungai

Kerugian ekonomi akibat banjir luapan sungai pada pertanian padi sawah

Penilaian Kerugian Ekonomi Petani Padi Sawah Akibat Bencana Banjir Dampak banjir luapan sungai terhadap

pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek

(39)

IV.

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Wilayah penelitian meliputi enam desa yang terkena banjir, yaitu Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Talok, dan Desa Kresek. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) karena pada awal bulan Januari tahun 2013 wilayah ini digenangi banjir akibat luapan air Sungai Cidurian yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar di sektor pertanian padi sawah. Pengambilan data primer dilaksanakan dari bulan Mei hingga Agustus 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara menggunakan kuesioner kepada petani yang mengelola lahan milik sendiri, lahan garapan, dan mengelola keduanya serta mengalami kerugian akibat bencana banjir. Data primer adalah data cross section yang meliputi karakteristik petani, karakteristik lahan pertanian, persepsi petani terhadap kondisi lingkungan, biaya perbaikan, dan perubahan produktivitas pada lahan pertanian.

(40)

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling

yaitu purposive sampling. Teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria dari responden, yaitu responden petani pemilik dan/atau penggarap yang mengusahakan pertanian padi secara langsung dan mengalami dampak banjir serta menderita kerugian produksi padi. Sampel yang diambil sebanyak 84 responden yang sudah mencakup perwakilan semua kelompok tani yang lahannya terkena dampak banjir. Jumlah tersebut diharapkan sudah dapat mewakili populasi petani secara keseluruhan di satu kecamatan. Gujarati (2007) menjelaskan rata-rata sampel dari besaran sampel yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 observasi akan mendekati normal apapun distribusi probabilitas yang mendasarinya.

4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan dalam mengidentifikasi persepsi petani petani mengenai kondisi lingkungan pertanian akibat banjir serta menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi banjir. Analisis kuantitatif digunakan dalam mengestimasi kerugian ekonomi pada pertanian padi sawah melalui analisis pendekatan perubahan produktivitas, biaya perbaikan, dan kehilangan pendapatan serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan

(41)

Tabel 3 Matriks metode analisis data

No. Tujuan Penelitian Variabel yang Digunakan Sumber Data Metode Analisis Data 1. Mengidentifikasi kondisi lingkungan

pertanian padi sawah di sekitar

Kecamatan Kresek akibat banjir

2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi

pada pertanian padi sawah akibat

banjir di Kecamatan Kresek.

Tangerang , BPS, Dinas Bina Marga

dan Pengairan, Kecamatan Kresek,

Petani

Pendekatan harga pasar yaitu pendekatan

perubahan produktivitas (Change of Productivity), pendekatan biaya perbaikan, pendekatan kehilangan

pendapatan

3. Menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya kerugian

akibat banjir terhadap pertanian padi

sawah di Kecamatan Kresek.

4. Menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi banjir di

(42)

4.4.1 Identifikasi Persepsi Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian Padi Sawah

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan pertanian di Kecamatan Kresek dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Nazir (2011) menjelaskan analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Data dan informasi yang diperlukan meliputi indikator persepsi terhadap kondisi lingkungan pertanian padi sawah. Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama dan dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dari masing-masing variabel yang dianalisis. Tabel 4 menyajikan informasi mengenai pengukuran persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian setelah banjir.

Tabel 4 Indikator persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian padi sawah setelah banjir

No Persepsi Indikator

1 Kondisi lingkungan Dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:

Sangat buruk Seluruh tanaman padi rusak dan busuk, sawah dipenuhi sampah plastik, pematang sawah hancur

Sangat baik Tanaman padi utuh walaupun terndam banjir, masih pada posisi tegak, sawah bersih dari sampah

2 Kebersihan lingkungan Dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:

Sangat buruk Tempat tinggal ikut terendam banjir dan terbawa oleh arus bersama barang rumah tangga, meninggalkan sampah dan lumpur sehingga mengeluarkan bau tidak sedap Buruk Tempat tinggal ikut terendam banjir, sedikit

meninggalkan sampah dan lumpur namun tidak mengeluarkan bau tidak sedap

Baik Tempat tinggal tidak terendam banjir,

lingkungan tidak kotor

(43)

No Persepsi Indikator

3 Gangguan kenyamanan Sangat

mengganggu

Mengganggu kegiatan sehari-hari (kegiatan bertani dan kegiatan lainnya terhenti) dan terisolir

Mengganggu Mengganggu kegiatan sehari-hari khususnya kegiatan bertani terhenti namun kegiatan lainnya bisa berjalan

Tidak mengganggu

Kegiatan sehari-hari berjalan seperti biasa

Sangat tidak mengganggu

Tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dan tidak merasakan dampak tidak langsung dari banjir

Sumber: data primer diolah 2013

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi pada Pertanian Padi Sawah Akibat Banjir

Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir luapan sungai terhadap pertanian padi sawah merupakan kerugian tangible yang terdiri dari direct dan

indirect yang menggunakan beberapa metode. Kerugian langsung (direct) meliputi kerusakan pada lahan pertanian yang diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan. Selanjutnya kerugian tidak langsung (indirect) meliputi penurunan produktivitas dan kehilangan pendapatan petani yang menggunakan pendekatan perubahan produktivitas.

4.4.2.1Kerugian tangible secara langsung (direct)

Kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan fisik pada lahan pertanian diestimasi dari pengeluaran biaya petani untuk memperbaiki kualitas lahan pertanian yang mengalami kerusakan akibat genangan air banjir selama satu periode. Biaya perbaikan ini nantinya dimasukkan ke dalam biaya produksi setelah banjir untuk menghitung pendapatan petani yang hilang. Metode yang digunakan dalam mengestimasi kerugian ini adalah pendekatan harga pasar yang berlaku dengan menggunakan rumus di bawah ini:

...(2) Keterangan:

= Rata-rata biaya perbaikan (Rupiah/Kepala Keluarga) = Biaya perbaikan responden i (Rupiah)

(44)

Selain itu, kerugian juga dilihat dari pengeluaran biaya Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang untuk memperbaiki tanggul rusak akibat terkena banjir yang bertujuan untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi akibat banjir di masa yang akan datang. Biaya perbaikan tanggul diestimasi melalui biaya yang dikeluarkan dinas untuk membuat tanggul.

4.4.2.2Kerugian tangible secara tidak langsung (indirect)

Perubahan hasil produksi pada lahan pertanian akibat dari kerusakan sumberdaya alam yang ditimbulkan oleh genangan banjir menyebabkan terjadinya penurunan pada hasil produksi padi yang dapat diestimasi menggunakan pendekatan perubahan produktivitas (change of productivity). Nilai perubahan hasil produksi tersebut diestimasi dengan menggunakan harga pasar untuk barang dan jasa yang memiliki pasar atau mengestimasi nilai non-pasar untuk barang dan jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Bencana banjir akibat rusaknya tanggul Sungai Cidurian telah berdampak pada perubahan produktivitas lahan pertanian di enam desa Kecamatan Kresek. Nilai kerugian dari perubahan produktivitas dapat dihitung dengan rumus:

KHP= ΔP x L x H ...(3) ΔP = P1– Pt+1 ...(4) Keterangan:

KHP = Nilai kerugian turunnya hasil panen padi (Rp) ΔP = Perubahan jumlah hasil panen padi (kw/ha)

P1 = Jumlah hasil panen padi sebelum terjadi bencana (kw/ha) Pt+1 = Jumlah hasil panen padi setelah terjadi bencana (kw/ha) L = Luas sawah padi yang terkena banjir (ha)

H = Harga produk padi (Rp/kw)

4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kerugian Banjir

(45)

fungsi linear dari beberapa variabel independent X1, X2, ..., Xn, dan komponen sisaan ε (error). Metode ini juga bisa dijelaskan bahwa metode yang menjelaskan hubungan linear antara satu variabel dependent dengan dua atau lebih variabel

independent (Juanda 2009). Nilai kerugian dalam penelitian ini merupakan penjumlahan dari kehilangan pendapatan akibat perubahan produktivitas dan biaya perbaikan pada lahan pertanian. Nilai kerugian tersebut merupakan fungsi dari beberapa variabel independent, yaitu: jarak sungai ke lahan (jss), luas lahan yang terkena banjir (luban), ketinggian banjir (tiban), lamanya banjir (lamban), umur padi (umpad).

4.4.3.1Model Kerugian Ekonomi

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap besarnya nilai kerugian adalah jarak sungai terhadap sawah, luas sawah yang terkena banjir, ketinggian banjir, lamanya banjir, dan umur padi.

Fungsi persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Ln RUGI = β0+ β1 Ln JSSᵢ+ β2 Ln LUBANᵢ+ β3 Ln TIBANᵢ+ β4 Ln LAMBANᵢ + β5 Ln UMPADᵢ+ εᵢ ...(5) Estimasi parameter yang diharapkan adalah β0, β2, β3, β4, β5> 0 dan β1 < 0

Keterangan:

Ln RUGI = nilai kerugian (Rp/responden)

β0 = intersep

β1,...,β5 = koefisien regresi

Ln JSS = jarak sungai ke lahan (m)

Ln LUBAN = luas lahan yang terkena banjir (m²) Ln TIBAN = ketinggian banjir (m)

Ln LAMBAN = lamanya banjir (hari) Ln UMPAD = umur padi (hari)

εᵢ = error

(46)

4.4.3.2Hipotesis

Hipotesis penelitian ini diduga β1 < 0 yaitu jarak lahan sawah berpengaruh negatif terhadap nilai kerugian banjir karena semakin jauh jarak sungai terhadap sawah akan menurunkan besar nilai kerugian yang dialami oleh petani sedangkan β2, β3, β4, β5 > 0 karena luas sawah yang terkena banjir, ketinggian banjir, lamanya banjir, dan umur padi diduga berpengaruh positif terhadap nilai kerugian banjir. Semakin luas lahan sawah yang terkena banjir, semakin tinggi banjir yang terjadi, semakin lama hari banjir, dan semakin bertambah umur padi diduga akan menimbulkan kerugian yang semakin besar.

4.4.3.3Evaluasi Model

Evaluasi model dalam penelitian ini menggunakan kriterian uji statistik dan uji ekonometrika. Kriteria uji statistik dilakukan dengan melihat nilai R2-Adjusted

untuk mengukur keragaman variabel dependent, nilai F-hitung untuk menguji model secara keseluruhan (uji-F), dan nilai t-hitung untuk menguji masing-masing koefisien regresi (uji-t). Kriteria uji ekonometrika dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran asumsi pada model.

1. Kriteria Uji Statistik

R2-Adj dapat mengukur proporsi keragaman Y yang dijelaskan oleh model regresi berganda. R2-Adj mempunyai karakteristik yang diinginkan sebagai ukuran kesesuaian model (goodness of fit) (Juanda 2009).

Uji-F dilakukan untuk menguji model secara keseluruhan yang dapat mengetahui variabel bebas secara keseluruhan memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis statistiknya adalah:

H0 : βi = 0 atau variabel bebas Xi secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y

H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas Xi secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap variabel Y

Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai F-hitung yang didapatkan dari hasil regresi dengan nilai kritis F-tabel. Jika nilai F-hitung <

(47)

F-tabel maka tolak H0/terima H1, artinya secara keseluruhan variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Pengujian statistik dapat digunakan dengan membandingkan Pvalue dengan α, yaitu tolak H0 jika Pvalue< α dan terima H0 jika Pvalue> α.

Uji-t dilakukan untuk menguji masing-masing koefisien regresi yang dapat mengetahui masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis statistiknya adalah:

H0 : βi = 0 atau variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y

H1 : βi≠ 0 atau variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung yang didapatkan dari hasil regresi dengan nilai kritis t-tabel. Jika nilai t-hitung <

t-tabelmaka terima H0/tolak H1, artinya variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Jika t-hitung > t-tabel maka tolak H0/terima H1, artinya variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Selain itu, dapat digunakan dengan membandingkan Pvaluedengan α, yaitu tolak H0 jika

Pvalue< α dan terima H0 jika Pvalue> α.

2. Kriteria Uji Ekonometrika

Uji ekonometrika dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran asumsi pada model. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data residual menyebar normal atau tidak. Uji normalitas dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai asymp. sig (2-tailed) yaitu tolak H0 jika Pvalue < α dan terima H0 jika Pvalue > α. Hipotesis uji

normalitas adalah sebagai berikut: H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal b. Uji Multikolinearitas

(48)

hubungan tersebut ada, peubah-peubah bebas dikatakan berkolinearitas ganda atau multikolinearitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat

Varian Inflation Factor (VIF). Jika VIF < 10 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas (Juanda 2009).

c. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linear berganda adalah ragam sisaan sama atau homogen. Asumsi ini disebut homoskedastisitas. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Cara mendeteksinya adalah dengan menggunakan uji Gold Feld-Quant, uji

Breush Pagan, uji White, uji Park, dan uji Gleiser (Juanda 2009). d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi apabila adanya korelasi yang tinggi antara nilai errornya. Cara mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan uji

Durbin Watson (DW). Nilai statistik DW berada diantara 1.55 dan 2.46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus 2004).

4.4.4 Analisis Stakeholder dalam Mengatasi Permasalahan Banjir di Kecamatan Kresek

Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis stakeholder dilakukan dengan mengidentifikasi peran dan fungsi masing-masing stakeholder baik kelompok pemerintah maupun kelompok non-pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Matriks analisis stakeholder disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir

Stakeholder Peran Fungsi

Pemerintah 1. 2. 3.

(49)

V.

GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Kecamatan Kresek

Kecamatan Kresek secara administratif terletak di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kecamatan Kresek berbatasan dengan Kabupaten Serang disebelah Barat, Kecamatan Gunung Kaler sebelah Utara, Kecamatan Sukamulya sebelah Timur, dan Kecamatan Jayanti di sebelah Selatan. Kecamatan Kresek sebagian besar wilayahnya merupakan areal persawahan dan pemukiman penduduk. Letak ketinggian laut sekitar tujuh meter dengan curah hujan rata-rata 15 milimeter. Jarak Kecamatan Kresek dari ibu kota kabupaten sekitar 25 kilometer yang dihubungkan dengan jalan negara, jalan provinsi, dan jalan kabupaten. Desa-desa yang termasuk wilayah Kecamatan Kresek dapat dilihat di Tabel 6.

Tabel 6 Sembilan nama desa beserta luas wilayahnya yang berada di Kecamatan Kresek

No Desa Luas Wilayah

1 Desa Kresek 381 hektar

2 Desa Renged 381 hektar

3 Desa Talok 248 hektar

4 Desa Kemuning 448 hektar

5 Desa Patrasana 234 hektar

6 Desa Rancailat 309 hektar

7 Desa Jengkol 357 hektar

8 Desa Pasir Ampo 245 hektar

9 Desa Koper 260 hektar

Sumber: Kecamatan Kresek 2012

(50)

Penelitian secara khusus difokuskan pada wilayah enam desa yaitu wilayah Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Pasir Ampo, Desa Koper, Desa Kresek, dan Desa Talok. Wilayah-wilayah ini merupakan desa yang mengalami banjir dan letaknya dekat dengan Sungai Cidurian. Oleh karena itu, jika terjadi luapan air yang besar dari Sungai Cidurian, desa-desa tersebut terkena dampak banjir. Desa Patrasana, Desa Pasir Ampo, Desa Koper merupakan desa yang paling parah diantara tiga desa lainnya yaitu Desa Renged, Desa Kresek, dan Desa Talok. Tiga desa yang paling parah merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Sungai Cidurian, sedangkan tiga desa lainnya tidak terlalu parah.

5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian

Kecamatan Kresek merupakan daerah yang hampir tiap tahun mengalami banjir khususnya pada musim hujan. Banjir di wilayah Kecamatan Kresek disebabkan tingginya intensitas hujan dan meningkatnya debit air Sungai Cidurian. Hal lain yang menyebabkan banjir di wilayah ini adalah rusaknya tanggul Sungai Cidurian sepanjang 12 meter yang dibangun oleh Dinas Sumberdaya Air Provinsi Banten pada tahun 2012. Lamanya banjir menggenangi wilayah ini antara 7 sampai 14 hari dengan ketinggian banjir rata-rata mencapai 0.5 meter sampai 5 meter tergantung intensitas air hujan dan lokasi sawah. Perubahan fungsi lahan di sekitar bantaran sungai menjadi perumahan menyebabkan pendangkalan sungai dan penyempitan aliran sungai sehingga tidak dapat menampung debit air yang mengalami peningkatan dari bagian hulu sungai.

(51)

Sumber: Kecamatan Kresek 2013

Gambar 2 Peta wilayah Kecamatan Kresek

5.3 Karakteristik Responden Petani

Karakteristik sosial ekonomi responden di Kecamatan Kresek didapatkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 84 orang responden yang diwakili oleh beberapa petani dari berbagai kelompok tani. Kelompok responden ini didapat dari enam desa Kecamatan Kresek yang terkena banjir. Karakteristik responden petani ini dilihat dari berbagai aspek yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jenis pekerjaan, dan jumlah tanggungan.

5.3.1 Jenis Kelamin

(52)

5.3.2 Usia

Tingkat usia responden petani tergolong cukup bervariasi dengan sebaran usia 29 tahun sampai 65 tahun. Persentase tertinggi terdapat pada kelompok usia >50 tahun, yaitu sebesar 48 persen. Responden yang berusia lebih dari 50 tahun memiliki banyak pengalaman dalam melakukan usaha tani. Suratiyah (2006) menjelaskan umur seseorang dapat menentukan kinerja seseorang tersebut. Semakin tua tenaga kerja dan berat pekerjaan fisik maka semakin turun pula kinerjanya namun dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena semakin berpengalaman. Sebaran kelompok usia responden petani dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah responden petani berdasarkan kelompok usia

No Kelompok Umur Jumlah (orang) Persen (%)

1 ≤ 30 1 1.19

2 31-40 12 14.29

3 41-50 31 36.90

4 > 50 40 47.62

Total 84 100.00

Sumber: data primer diolah 2013

5.3.3 Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan terakhir responden petani diklasifikasikan berdasarkan lama tahun menempuh pendidikan formal dimulai dari jenjang tidak sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara pandang responden petani terhadap persepsi kejadian banjir dan cara menghadapi suatu permasalahan banjir. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan lulusan sekolah dasar atau sederajat sebesar 64 persen. Sebaran jumlah responden tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah responden petani berdasarkan pendidikan formal terakhir

No Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)

1 Tidak Sekolah 4 4.76

2 SD 54 64.29

3 SLTP 13 15.48

4 SLTA 10 11.90

5 S1 3 3.57

Total 84 100.00

(53)

5.3.4 Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden petani dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama responden petani sebagian besar adalah petani. Pekerjaan sampingan terdiri dari guru, wirausaha, dan pegawai swasta. Mayoritas responden petani memiliki pekerjaan utama petani dan tidak memiliki pekerjaan sampingan sebesar 82 persen. Hal ini dikarenakan sebagian besar curahan waktu responden petani digunakan untuk mengelola lahan sawah. Sebaran jenis pekerjaan responden petani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah responden petani berdasarkan jenis pekerjaan utama dan

pekerjaan sampingan

No Pekerjaan Utama - Pekerjaan Sampingan Jumlah (orang) Persen (%)

1 Petani - Tidak ada 69 82.14

2 Petani - Wirausaha 5 5.95

3 Petani - Lainnya 3 3.57

4 Wirausaha - Petani 3 3.57

5 Lainnya - Petani 3 3.57

6 Pegawai swasta - Petani 1 1.19

Total 84 100.00

Sumber: data primer diolah 2013

5.3.5 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dimaksud mecakup keluarga inti (anak dan istri) serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal satu rumah maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai oleh responden petani. Presentase jumlah tanggungan responden petani mayoritas berada pada selang 2-3 orang yaitu sebesar 56 persen. Sebaran jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah responden petani berdasarkan jumlah tanggungan

No Tanggungan Jumlah (orang) Persen (%)

1 ≤ 1 11 13.10

2 2-3 47 55.95

3 4-5 22 26.19

4 ≥ 6 4 4.76

Total 84 100.00

Gambar

Tabel 2 Luas lahan per kecamatan yang terkena puso di Kabupaten Tangerang
Gambar 1 Diagram alur kerangka berpikir
Tabel 3 Matriks metode analisis data
Tabel 4 Indikator persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Sumberdaya Akibat Kegiatan Penambangan Pasir Di Daerah Aliran Sungai

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji persepsi petani mengenai variabilitas cuaca, mengkaji dan mengidentifikasi dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan