• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan Pada Sektor Komersil (Studi Kasus: Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan Pada Sektor Komersil (Studi Kasus: Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR

SUNGAI PESANGGRAHAN PADA SEKTOR KOMERSIL

(Studi Kasus Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran

Lama Utara, Jakarta Selatan)

WILLY TAMAELA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan Pada Sektor Komersil (Study Kasus Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran lama Utara, Jakarta Selatan) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan merupakan penelitian yang berada di bawah penelitian Estimation of Floof River Damage in Jakarta dengan sumber pendanaan dari Environmental Economics Program for South East Asia (EEPSEA). Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skirpsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Willy Tamaela

(3)

ABSTRAK

WILLY TAMAELA, Estimasi kerugian ekonomi akibat banjir sungai pesanggrahan pada sektor komersil (studi kasus: Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.

Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara merupakan dua kelurahan di Jakarta Selatan yang dilalui oleh Sungai Pesanggrahan. Kedua kelurahan tersebut merupakan daerah yang rentan banjir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi risiko banjir, mengestimasi nilai kerugian ekonomi banjir dan mengidentifikasi strategi pelaku usaha dalam menghadapi banjir. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40 pelaku sektor komersil. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Banjir yang diteliti adalah banjir yang terjadi pada tanggal 17-19 januari 2013. Banjir yang terjadi disebabkan oleh meluapnya Sungai Pesanggrahan. Pemerintah saat ini sedang melaksanakan program Jakarta Emegency Dredging Initiative (JEDI) sebagai salah satu upaya pencegah banjir sungai yang sering terjadi di Jakarta. Sektor komersil atau sektor ekonomi produktif di Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan merupakan salah satu sektor yang terkena dampak banjir dari Sungai Pesanggrahan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis korelasi spearman, stage damage function (SDF), dan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi risiko banjir masyarakat untuk melakukan upaya mitigasi secara privat lebih rendah dibanding persepsi kebutuhan masyarakat terhadap upaya mitigasi banjir oleh pemerintah. Kerugian rata-rata per responden adalah sebesar Rp 22 761 173 per kejadian banjir tanggal 17-19 Januari 2013 dan kerugian total dua kelurahan sebesar Rp 1 229 103 342 per kejadian banjir tanggal 17-19 Januari 2013. Diketahui kerugian ekonomi pada sektor komersil dipengaruhi oleh kedalaman banjir, durasi banjir, luas bangunan dan omzet perhari. Diketahui kerugian banjir akan berkurang menjadi 38% bila terjadi penurunan durasi banjir dan 39% bila terjadi penurunan ketinggian banjir dan penurunan kerugian sebesar 72% apabila kedua asumsi penurunan tersebut terjadi secara bersamaan. Melalui hasil wawancara dan pengamatan lapang diketahui strategi adaptasi yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha adalah membuat meja atau bangku penopang aset, membuat loteng, menambah lantai bangunan, meninggikan lantai bangunan, membuat tanggul penahan air masuk dan melakukan upaya penyelamatan aset setelah aset terendam.

(4)

ABSTRACT

WILLY TAMAELA, Flood losses Estimated of an Commercial Sector in Pesanggrahan River (Case Study on Ulujami and Kebayoran Lama Utara Urban Village South Jakarta). Supervised by UJANG SEHABUDIN.

Ulujami and Kebayoran Lama Utara urban village are two villages in Southern Jakarta, that passed by the Pesanggrahan River. This urban village is a flood prone area. The objective of this research was to analize the risk perception, value of flood losses, reduction of flood losses from the JEDI program and business people strategy in facing the flood. This research using 40 businessman sample that choosen by purposive sampling method. Flood river that choosen was flood that was happen on 17 january till 19 january 2013. Flood caused by Pesanggrahan River overflow. As one of the flood risk management in order to reduce the impact of the upcoming flood damages, the government now is implementing Jakarta Emergency Dredging Initiave (JEDI) program. Commercial sector in Ulujami and Kebayoran lama Utara urban village is one of the sector of life support which was affected by flood of Pesanggrahan River. The method of this research was spearman correlation, stage damage function (SDF) and descriptive analysis. According to the result, risk perception analysis showed that respondents perception of the flood mitigation effort was lower than respondents perception of expectations of the government flood mitigation policy. According to the loss variables, the loss per business unit was Rp 22 761 173 and the total loss of two villages was Rp 1 229 103 342. Result of the flood estimation losses on commercial sector known that flood loss was affected by the flood depth, duration of the flood, building size and business unit revenue per day. Based on the government JEDI program, estimated losses would be reduced by 38% for the duration of flood reduce, 39% for flood depth reduce and 72% for both of assumption reduce. According to interview result and the observations, that known that business people strategy to facing flood was created table and chair to protect asset, created attic, add of the building floor, raised building floor, created flood dams and incidental strategy.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR

SUNGAI PESANGGRAHAN PADA SEKTOR KOMERSIL

(Studi Kasus Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran

Lama Utara, Jakarta Selatan)

WILLY TAMAELA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan Pada Sektor Komersil (Studi Kasus: Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan)

Nama : Willy Tamaela

NIM : H44090053

Disetujui oleh

Ir. Ujang Sehabudin Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan pada Sektor Komersil (studi kasus: Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan)”. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

· Kedua orang tua yaitu Ir. Prawito dan Ir Nurlaelatul Ch yang selalu memberikan didikan, doa, dukungan, kasih sayang, dan perhatian.

· Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

· Ibu Pini Wijayanti, SP, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian serta kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

· Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen perwakilan departemen ESL.

· Terima kasih kepada lembaga EEPSEA (Economy and Environment Program For Southeast Asia).

· Seluruh Perangkat Kecamatan Pesanggrahan dan Kebayoran Lama, Perangkat Kelurahan Ulujami dan Kebayoran Lama Utara, BPS, serta Pemprov DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan informasi yang diberikan. Terima kasih khusus untuk Bapak Oding dan sekeluarga yang telah membantu selama penelitian.

· Teman-teman satu tim penelitian banjir Indah, Sandra, Dita, Nur Cahaya, Ibu Hastuti, Bapak Tono, Bapak Danang, Bapak Bahroin, Ibu Lidya, Ibu Tina, Bapak Rizki, Bapak Andrian, Bapak Erfan dan Bapak Hendra atas dukungan, bantuan dan kerjasamanya selama ini.

(8)

· Keluarga ESL 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi.

· Keluarga besar Departemen ESL Bapak Erwin, Bapak Husen, Ibu Odah, Ibu Kokom, Ibu Putri, Ibu Aam, Ibu Merry, Ibu Angga, Bapak Muhajirin, Bapak Dayat, Ibu Santi dan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

· Keluarga besar Pondok AA IPB yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. · Terima kasih untuk Rinda Dewi Astuti, Mirza Listio Talis, Ahmad Tri,

Friest Titian Satria Kusuma yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak yang terkait dengan penelitian ini.

Bogor, November 2013

(9)
(10)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir di DKI Jakarta ... 7

2.2. Konsep Kerentanan (Vulnerability) ... 9

2.2.1. Indikator Exposure Banjir dan Indikator Elemen Risiko Banjir ... 9

2.2.2. Indikator Kerentanan ... 10

2.3. Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ... 11

2.4. Stage Damage Function (SDF) ... 12

2.5. Strategi Adaptasi Masyarakat Terhadap Banjir Sungai ... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu ... 18

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 18

4.3. Metode Pengambilan Contoh ... 19

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 19

4.4.1. Persepsi Pelaku Sektor Komersil Terhadap Risiko Banjir ... 20

4.4.2. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Jakarta Selatan ... 22

4.4.3. Prediksi Penurunan Kerugian Setelah Program JEDI ... 25

4.4.4. Analisis Deskriptif ... 25

4.4.5. Pengujian Parameter ... 26

(11)

ii

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 32

5.2. Karakteristik Responden ... 34

5.2.1. Jenis Usaha ... 34

5.2.2. Waktu Operasional Usaha Berjalan Per Hari ... 35

5.2.3. Jumlah Tenaga Kerja ... 36

5.2.4. Omzet Per Hari ... 36

5.2.5. Lama Usaha ... 38

5.2.6. Jarak Terhadap Sungai ... 38

5.2.7. Luas Bangunan Unit Usaha ... 39

5.2.8. Unit Usaha Berdasarkan Jumlah Lantai Tingkat ... 40

5.2.9. Pengetahuan Pelaku Usaha Terhadap Kerentanan Banjir ... 40

5.2.10. Kedalaman dan durasi banjir ... 41

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Persepsi Responden Terhadap Risiko Banjir Sungai Pesanggrahan ... 42

6.2. Struktur Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ... 45

6.3. Stage Damage Function ... 46

6.3.1. Kedalaman Banjir (KDLM) ... 49

6.3.2. Durasi Lamanya Banjir Terjadi (DRBJ) ... 49

6.3.3. Luas Bangunan (LSBG) ... 50

6.3.4. Omzet Perhari (OMPH) ... 50

6.4. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Sektor Komersil Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Jakarta Selatan ... 50

6.5. Prediksi Penurunan Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Dengan Adanya Progam Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) ... 52

6.6. Strategi Adaptasi Pelaku Usaha Terhadap Banjir ... 54

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan ... 57

7.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 61

(12)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Sebaran pelaku usaha ... 19

2 Matriks metode analisis data ... 20

3 Skala penilaian kelompok persepsi ... 21

4 Perincian biaya kerusakan struktural bangunan, biaya kerusakan aset, biaya kerugian omzet, biaya tenaga kerja dan biaya perbaikan ... 23

5 Skenario penurunan banjir setelah pelaksanaan program JEDI ... 26

6 Sebaran jenis usaha ... 34

7 Waktu operasional unit usaha per hari ... 35

8 Jumlah tenaga kerja ... 36

9 Sebaran omzet unit usaha per hari ... 37

10 Sebaran lama usaha berjalan ... 37

11 Sebaran jarak unit usaha terhadap sungai... 38

12 Sebaran luas bangunan unit usaha ... 39

13 Sebaran jumlah lantai tingkat ... 40

14 Sebaran pengetahuan pemilik usaha terhadap kerentanan Banjir ... 41

15 Rata-rata persepsi responden pelaku usaha ... 42

16 Persepsi responden pelaku usaha ... 44

17 Struktur kerugian ekonomi langsung banjir sungai pesanggrahan pada sektor komersil ... 46

18 Hasil uji signifikansi dengan regresi linear berganda ... 49

19 Data rata-rata masing-masing variabel independent ... 51

20 Estimasi kerugian ... 51

21 Prediksi penurunan kerugian setelah program JEDI ... 54

(13)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kondisi banjir tahun 2002 (kiri) dan kondisi banjir tahun 2007 (kanan) ... 7

2 Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan banjir ... 11

3 Diagram alur pikir ... 17

4 Peta daerah lokasi penelitian di Kelurahan Ulujami dan KebayoranLama Utara ... 33

5 Persentase responden dalam melakukan pilihan strategi adaptasi dalam menghadapi banjir ... 55

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Output korelasi spearman persepsi risiko banjir ... 62

2 Hasil analisis regresi linear berganda ... 62

3 Data kerusakan unit usaha ... 68

4 Data karakteristik responden unit usaha ... 70

(14)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi DKI Jakarta merupakan ibu kota Negara Republik Indonesia. Provinsi ini memiliki jumlah penduduk tertinggi di Indonesia saat ini (Sakethi 2010). Tingkat pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta rata-rata mencapai 6,35% per tahun, mengindikasikan begitu tingginya aktifitas perekonomian di ibukota tersebut lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang rata-rata 6% (BPS 2010). Namun, tingkat pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta yang tinggi tersebut berbanding terbalik dengan kondisi lingkungan di wilayah setempat. Artinya pertumbuhan ekonomi Jakarta yang tinggi namun kondisi kerusakan lingkungan yang terjadi juga tinggi.

Salah satu contoh permasalahan lingkungan di DKI Jakarta adalah banjir. Penanganan yang kurang tepat dari tahun ke tahun menjadikan Banjir di DKI Jakarta menjadi permasalahan yang kompleks dan tak pernah tuntas. Salah satu penyebab banjir yang terjadi di Jakarta adalah tumpukan sampah yang diperkirakan sekitar 23.400 m3 tumpukan sampah perhari, dimana sebanyak 14.700 m3diantaranya berasal dari sektor perkantoran dan sampah tersebut dibuang oleh warga di tempat pembuangan sampah, sungai bahkan kanal (Steinberg 2007). Belum lagi maraknya pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan, seperti pembangunan jalan dengan material padat yang mengurangi jumlah area resapan air, alih fungsi lahan dan sebagainya, semuanya itu menimbulkan permasalahan dengan efek multiplier yang luas dan berimbas kepada semua sektor penunjang kehidupan. Salah satu permasalahan yang sering terjadi dan sangat serius adalah ketika musim hujan tiba. Air hujan yang turun dalam beberapa jam segera akan menggenang, dan semakin lama berubah menjadi banjir. Banjir yang terjadi hampir setiap tahun merupakan bukti bahwa Jakarta sangat rentan terhadap banjir.

(15)

2

akibat tindakan oleh manusia seperti pencemaran lingkungan dan ekstraksi air tanah yang berlebihan (Firman et al 2011). Jakarta memiliki luas daratan sekitar 40% (24.000 ha) yang letaknya lebih rendah dari permukaan laut (Sakethi, 2010) sehingga dapat dipastikan Jakarta merupakan wilayah yang rawan banjir. Adapun penyebab umum banjir di Jakarta tersebut dipengaruhi oleh beberapa penyebab inti diantaranya adalah kurangnya daya dukung pengendalian banjir, pengurangan kapasitas sistem yang ada untuk mengontrol pembuangan sampah, pengurangan lahan serapan air hujan akibat urbanisasi dan laju kerusakan hutan dan sistem banjir kanal kota yang tidak memadai (Steinberg 2007). Infrastruktur yang sangat berguna untuk mengalirkan derasnya aliran air langsung menuju ke laut salah satunya adalah sungai.

Sungai merupakan salah satu drainase utama yang memiliki fungsi penampung dan menyalurkan aliran dari suatu daerah aliran sungai (DAS) yang secara alami mengalir dari hulu ke laut. Debit pengaliran sangat dipengaruhi oleh bentuk dan luas sungai, pola aliran sungai utama dan anak sungai, keadaan topografi dan jenis tanah sungai (Budi 2008). Penyimpangan penggunaan bantaran sungai, seperti terus bertambahnya bangunan-bangunan di pinggir sungai, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, sampah dan pengendapan zat lain, telah menyebabkan menyempitnya aliran sungai menuju ke laut.

(16)

3 sungai tersebut mampu mengalirkan air sampai pada tingkat tertentu sehingga tidak terjadi luapan air dari sungai tersebut.

Kegiatan normalisasi sungai dapat dilakukan dengan cara mengeruk sungai dari endapan lumpur dan memperdalam kedalaman sungai agar kapasitas sungai dalam menampung air dapat meningkat dan air tidak mengalami kemacetan di titik-titik tertentu (Sakethi 2010). Namun tidak semua program normalisasi sungai berjalan dengan lancar, salah satu masalah yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan normalisasi sungai di DKI Jakarta adalah karena sebagian bantaran sungai telah digunakan sebagai pemukiman (BAPPENAS 2007). Hal ini menjadikan pelaksanaan normalisasi sungai terhambat. Selain Normalisasi sungai upaya lain yang dapat diterapkan untuk mengurangi kerugian akibat banjir yaitu strategi adaptasi terhadap perubahan iklim. Faktor yang menentukan tingkat adaptasi masyarakat adalah persepsi risiko. Persepsi risiko mengacu kepada penilaian masing-masing individu dan kelompok yang sifatnya terbatas dan informasi tidak pasti (Messner dan Meyer 2004).

(17)

4

1.2 Perumusan Masalah

Banjir di Jakarta sering disebut dengan banjir siklus lima tahunan. Artinya, setiap dalam setiap kurun lima tahun sekali akan ada siklus banjir besar di Jakarta. Banjir di Jakarta pada tahun 2002 dan 2007 diperkirakan merupakan banjir terburuk yang telah melanda Ibukota dimana banjir telah melumpuhkan beberapa bagian Ibukota (Firman et al 2011). Kerugian yang cukup besar dialami pada sektor ekonomi produktif dengan jumlah kerugian diperkirakan sebesar Rp 2 851 447 juta, yang terdiri dari sektor industri besar, usaha kecil menengah, usaha mikro informal dan perdagangan (BAPPENAS 2007).

Sektor komersil yang terletak di kawasan S.Pesanggrahan tepatnya di daerah Jakarta Selatan pun tak luput dari bencana banjir yang terjadi setiap tahunnya. Kawasan Sungai Pesanggrahan Jakarta Selatan merupakan salah satu daerah dimana sektor komersilnya dalam hal ini sektor UMKM dan UKMnya lumpuh akibat banjir. Tercatat pada tahun 2009 sektor komersil di Jakarta Selatan menyumbang sebesar 22.37% sumbangan persentase terhadap total produk domestik regional bruto (PDRB) DKI Jakarta (BPS 2010). Banjir yang terjadi pada awal tahun 2013 juga telah menyebabkan banyak sektor penunjang kehidupan di DKI Jakarta khususnya Jakarta Selatan lumpuh. Dalam penelitian yang telah dilakukan di Inggris diketahui bahwa sektor komersil berpotensi mengalami kerugian dan kerusakan ekonomi lebih besar, yaitu 67% dibanding pada sektor pemukiman yang hanya 33% (Tobin 1997). Banjir yang terus terjadi menyebabkan kerugian ekonomi yang semakin bersar tiap tahunnya sehingga menjadi penting untuk dilakukannya penilaian kerugian akibat banjir pada sektor komersil.

(18)

5 masing-masing pelaku sektor komersil terhadap bencana banjir juga sangat berbeda. Kerusakan akibat banjir dapat dikategorikan ke dalam efek langsung dan tidak langsung, tangible dan intangible yang mengacu kepada kerugian. Namun kompleksnya permasalahan yang menjadi penyebab dan akibat dari terjadinya banjir yang rutin di Jakarta, menjadi dasar untuk dilakukan penelitian dan penghitungan lebih lanjut terkait kerugian akibat banjir yang terjadi. Secara khusus estimasi nilai kerugian ekonomi yang terjadi akibat banjir memberikan kontribusi yang besar dalam proses penentuan manajemen untuk meminimalisir risiko banjir (Merz et al 2010). Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka perumusan masalah dari penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana persepsi pelaku sektor komersil terhadap risiko banjir sungai ? 2. Berapa nilai kerugian ekonomi banjir sungai yang dialami oleh pelaku

sektor komersil ?

3. Berapa prediksi penurunan kerugian ekonomi banjir sungai dengan adanya program JEDI ?

4. Apa saja strategi adaptasi terhadap banjir yang dilakukan pelaku sektor komersil dalam menghadapi banjir sungai ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persepsi pelaku sektor komersil mengenai risiko banjir sungai.

2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi banjir sungai yang dialami pelaku sektor komersil

3. Memprediksi penurunan kerugian ekonomi banjir sungai dengan adanya program JEDI

(19)

6

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

(20)

7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir di DKI Jakarta

Banjir adalah kondisi dimana terendamnya daratan yang biasanya kering, yang disebabkan oleh naiknya permukaan air laut (rob) maupun meningkatnya volume air di daratan akibat ketidakmampuan penyerapan air ke dalam tanah dan bisa juga merupakan kombinasi dari keduanya (BPBD 2012). Banjir sungai adalah banjir yang disebabkan oleh peningkatan volume air sungai (Marschiavelli 2008). Beberapa indikator penyebab banjir penting untuk diketahui, guna mengetahui seberapa tinggi potensi kerugian dan kerusakan akibat banjir yang akan dialami apabila banjir melanda. Gambar 1 adalah peningkatan kondisi banjir dari tahun 2002 ke 2007.

Sumber: Abidin 2011

Ket: : daerah yang terkena banjir

Gambar 1. Kondisi banjir tahun 2002 (kiri) dan kondisi banjir tahun 2007 (kanan) Penting tidaknya suatu kejadian tergantung kepada persepsi masing-masing individu masyarakat. Salah satu kejadian tersebut adalah bencana alam, bencana alam selalu menimbulkan dampak, baik yang bersifat global, regional maupun lokal. Kemungkinan terjadinya bencana dipengaruhi oleh vulnerability

(21)

8

sejauh mana kesiapan masyarakat dalam menghadapi kejadian bencana tersebut, dan yang mempengaruhi kesiapan masyarakat adalah persepsi masing-masing individu (Messner dan Meyer 2004).

Melalui persepsi dapat diketahui sejauh mana tingkat pengetahuan dan pandangan masyarakat mengenai bahaya bencana, serta dampak lokal yang kemungkinan diterimanya (Messner dan Meyer 2004). Kerentanan dan persepsi masyarakat terhadap bencana mempengaruhi sejauh mana kesiapan masyarakat menghadapi bencana. Semakin tinggi persepsi masyarakat akan rentannya daerah mereka terhadap bencana maka semakin tinggi pula tingkat kesiapan dalam menghadapi bencana, namun sebaliknya semakin rendah persepsi masyarakat terhadap rentannya daerah mereka terhadap bencana maka semakin rendah pula kesiapan dalam menghadapi bencana (Messner dan Meyer 2004). Tinggi atau rendahnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana mempengaruhi besaran kerusakan dan kerugian yang akan diterima (Messner dan Meyer 2004). Oleh sebab itu, fenomena ini penting untuk dipahami guna mengetahui kondisi banjir yang terjadi di Jakarta beberapa waktu terakhir ini.

Persepsi risiko dapat didefinisikan sebagai faktor penting yang mencakup pembelajaran sosial didalamnya dan cara masyarakat dalam mengelola risiko bencana di masa mendatang guna meningkatkan ketahanan terhadap bencana (Fatti 2013). Acuan untuk mengetahui persepsi risiko adalah risiko intutif penilaian individu dan kelompok-kelompok sosial dalam konteks yang terbatas dan informasi yang tidak pasti (Messner dan Meyer 2004).

Banjir bukanlah masalah baru di Jakarta, pemerintah kolonial belanda sedari awal pun dipusingkan dengan masalah banjir dan tata kelola air di Jakarta (Sakethi 2010). Masalah banjir di Jakarta sudah sangat berlarut-larut dan hal tersebut menimbulkan banyak permasalahan lanjutan yang timbul sebagai efek

(22)

9 diketahui jumlah kerusakan dan kerugian yang terjadi akibat banjir sehingga penilaian terhadap kerusakan dan kerugian banjir perlu untuk dilakukan (Suriya 2012). Gambar 1 adalah indikator yang digunakan dalam menganalisis kerentanan banjir.

2.2 Konsep Kerentanan Banjir

Kerentanan dipengaruhi oleh exposure risiko dan ketidakmampuan untuk menghindari atau mengatasi potensi bahaya (Marschiavelli 2008). Dimana kerentanan berakar pada dua konteks yaitu sosial dan fisik yang dirasakan oleh masyarakat (Fatti 2013).Empat puluh persen atau kurang lebih sekitar 24 000 ha dari seluruh wilayah DKI Jakarta adalah dataran yang terletak lebih rendah dari permukaan laut (Sakethi 2010). Ditambah lagi dengan kurang baiknya tata kelola air serta maraknya pembangunan fisik di kawasan tangkapan air di hulu yang juga tidak tertata menjadikan wilayah DKI Jakarta menjadi wilayah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap banjir (Sakethi 2010). Sehingga Penilaian kerentanan penting untuk dilakukan guna mengurangi dampak baik langsung mapun tidak langsung akibat banjir yang sudah terjadi dan yang akan datang dan penilaian terhadap kerentanan terhadap banjir pernah dilakukan sebelumnya oleh Marschiavelli (2008) di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Dari penilaian kerentanan yang dilakukan oleh Marschiavelli (2008) diperoleh hasil bahwa kerentanan tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi geografi dan topografi saja, namun juga oleh tipe bangunan yang berada didaerah tersebut dan karakteristik penduduk (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan) yang bertempat tinggal didaerah tersebut.

2.2.1 Indikator Exposure Banjir dan Indikator Elemen Risiko Banjir

(23)

10

banjir, sehingga elemen berisiko dapat menjadi acuan dalam melakukan penilaian kerusakan dan kerugian ekonomi terhadap banjir (Messner dan Meyer 2004).

Selain elemen yang berisiko perlu juga diketahui indikator dari exposure

atau kondisi sekitar yang dianggap berbahaya seperti jarak dari sumber banjir (sungai/laut), ketinggian daratan, frekuensi terjadinya banjir dan karakteristik banjir itu sendiri (Messner dan Meyer 2004). Indikator exposure secara umum dilihat berdasarkan karakteristik umum banjir yang umumnya fokus kepada durasi atau lama terjadinya banjir, kecepatan air banjir, ketinggian genangan banjir dan area yang terkena banjir. Kedua indikator ini mengarah kepada seberapa rentan suatu daerah terhadap bahaya banjir, karena semakin dekat indikator elemen yang berisiko dengan indikator exposure maka semakin rentan indikator elemen berisiko tersebut terkena bahaya banjir (Messner dan Meyer 2004).

2.2.2 Indikator Kerentanan

Selain indikator exposure dan indikator elemen yang berisiko terhadap banjir ada satu indikator lagi yang digunakan dalam analisis kerentanan banjir, yaitu indikator kerentanan. Indikator kerentanan secara luas menggambarkan karakteristik sistem dan kondisi sosial yang membentuk terjadinya kerugian banjir. Antara lain adalah bagaimana kesiapan dan kesadaran individu dalam hal ini pelaku sektor komersil yang terkena banjir dan dampaknya sebelum, selama dan sesudah banjir terjadi serta upaya yang dilakukan guna memulihkan kembali kondisi fisik dan mental pasca banjir.

(24)

11 digunakan untuk mengukur kesensitifan dari karakteristik elemen yang berisiko terhadap bahaya banjir yang saling terkait satu sama lain (Gambar 1).

Indikator exposure

Gambar 2. Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan banjir

2.3 Kerugian Ekonomi Akibat Banjir

(25)

12

Kerusakan dan kerugian ekonomi akibat banjir dapat dapat terjadi secara langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) dan terbagi dalam intangible damage

dan tangible damage (Messner dan Meyer 2004). Berikut adalah beberapa contoh terkait kerusakan dan kerugian ekonomi akibat banjir :

1. Kerusakan dan kerugian direct, tangible : kerusakan bangunan dan isinya. 2. Kerusakan dan kerugian langsung direct, intangible : hilangnya nyawa dan

cedera.

3. Kerusakan dan kerugian indirect, tangible : hambatan pelayanan publik diluar daerah banjir yang terkoneksi dengan daerah yang terkena banjir. 4. Kerusakan dan kerugian indirect, intangible : trauma psikologis.

Umumnya kerusakan langsung lebih mudah diukur dibandingkan dengan kerusakan tidak langsung hal ini dikarenakan kerusakan tidak langsung memiliki kemungkinan terhadap skala waktu (Merz 2010). Dalam penelitian yang telah dilakukan di Inggris diketahui bahwa sektor komersil berpotensi mengalami kerugian dan kerusakan ekonomi lebih besar, yaitu 67% dibanding pada sektor pemukiman yang hanya 33% (Tobin 1997).

2.4 Stage Damage Function

Salah satu Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengestimasi besaran kerugian dan ekonomi akibat banjir adalah stage damage function. Pendekatan ini menggunakan data empiris dan sintetis seputar kejadian banjir dan sejarahnya, digunakan untuk mengetahui kondisi trend kerusakan yang terjadi akibat banjir sebagai persentase atau perkiraan dari total nilai bangunan yang terkena dampak banjir (Merz et al 2004). Ketinggian genangan dan durasi banjir menjadi indikator utama dalam kerusakan secara langsung yang timbul akibat banjir yang digunakan pada stage damage function (Merz et al 2004).

Stage damage function biasanya digunakan untuk mengetahui kerusakan langsung yang terkait dengan dampak fisik dari bahaya banjir (Jonkman et al

2008). Secara konseptual stage damage function memiliki kesamaan dengan stage damage curve dalam disiplin ilmu lain dan dalam kasus banjir (Jonkman et al

(26)

13 karakteristik banjir (karakteristik yang umumnya digunakan adalah kedalaman air) dan tingkat kerusakan ekonomi (Jonkman et al 2008). Penelitian terkait yang sebelumnya juga menggunakan stage damage function adalah penelitian oleh Jonkman (2008). Ada dua langkah dalam mengestimasi kerusakan fisik langsung, pertama adalah mengestimasi kerusakan struktural pada suatu objek yang terkena banjir seperti bangunan, barang dan lainnya, selanjutnya pada langkah kedua dilakukan pemberian nilai moneter atau harga pasar dari kerusakan fisik tersebut, dan didapat nilai dari kerusakan dan kerugian ekonomi langsung tersebut (Jonkman et al 2008).

Dalam penelitian yang menggunakan stage damage functiondibutuhkan tiga komponen penelitian yaitu ketersediaan data dilapangan, survey langsung kondisi lapang dan loss adjuster (rujukan kerusakan). Namun dalam penelitian ini ada salah satu komponen yang tidak terpenuhi yaitu loss adjuster (rujukan kerusakan) atau surveyor yang memank ahli dalam bidang loss adjuster

dikarenakan memank tidak ada pedoman baku atau terbitan yang melangsir berapa patokan baku untuk standar estimasi kerusakan tiap item responden dan peneliti pun belum termasuk kedalam surveyor yang ahli dalam loss adjuster sehingga untuk penelitian ini jumlah kerusakan dan kerugian yang dialami oleh responden diserahkan sepenuhnya kepada persepsi responden sebagai korban atau yang mengalami secara langsung kejadian banjir. Berikut adalah sistematika penghitungan model stage damage function yang pernah dibuat oleh Tang tahun 1992 dalam penelitiannya estimation of flood damage cost for Bangkok di Bangkok Thailand:

FLD = a + b DEP + c DUR……… ... ..(2.1) Keterangan :

(27)

14

Dalam penelitiannya Tang tahun 1992 menggunakan stage damage function dengan flood damage (FLD) sebagai variabel dependent dan kedalaman banjir (DEP) dan durasi banjir (DUR) sebagai variabel independent menggunakan metode analisis data regresi linear berganda dengan hasil bahwa variabel kedalaman banjir (DEP) berpengaruh nyata pada kerugian di sektor komersil dan variabel durasi banjir (DUR) tidak berpengaruh nyata pada kerugian di sektor komersil.

2.5 Strategi Adaptasi Masyarakat Terhadap Banjir Sungai

Adaptasi adalah proses mengatasi perubahan dengan dan menanggapi (Fatti 2013). Sedangkan strategi adaptasi adalah kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dan proses pembelajaran dengan mengembangkan perilaku untuk bertahan (Fatti 2012). Beberapa cara adaptasi tersebut berpotensi dikembangkan diberbagai daerah khususnya di Jakarta sehingga perlunya pengembangan strategi adaptasi untuk menanggulangi banjir secara mandiri.

(28)

15

III KERANGKA PEMIKIRAN

Banjir yang terjadi di DKI Jakarta telah menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Tercatat pada banjir di Jakarta tahun 2007 diperkirakan kerusakan dan kerugian aset mencapai Rp 5,16 triliun (BAPPENAS 2007). Kerusakan dan kerugian ekonomi yang terjadi diperkirakan semakin meningkat setiap tahunnya, termasuk diantaranya yang sulit dinilai dengan uang.

Mengingat begitu luasnya lingkup kerusakan dan kerugian akibat banjir, penelitian ini membatasi diri pada aspek kerusakan dan kerugian dari tinjauan ekonomi. Lebih spesifik akan mengarah kepada aspek yang lebih sempit lagi, yaitu kerusakan dan kerugian di sektor komersil. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu untuk pencegahan dan pengurangan risiko banjir.

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pelaku usaha sektor komersil di DAS Pesanggrahan Jakarta Selatan terhadap risiko banjir sungai. Hal ini penting sebagai acuan seberapa besar pengetahuan atau informasi pelaku usaha sektor komersil terhadap risiko banjir sungai yang terjadi. Dengan mengetahui persepsi terhadap risiko banjir yang terjadi kita bisa mengetahui tingkat kerentanan suatu daerah terhadap suatu bencana alam (Messner dan Meyer 2004). Oleh sebab itu perlu dilakukan interpretasi mengenai persepsi pelaku sektor komersil di DAS Pesanggrahan Jakarta Selatan, sebagai langkah awal dari proses identifikasi yang selanjutnya. Karena dengan mengetahui persepsi pelaku sektor komersil terhadap risiko banjir yang terjadi, peneliti dapat memperoleh informasi mengenai kondisi dan tingkat kerentanan yang terjadi di lokasi penelitian, yaitu wilayah di sekitar DKI Jakarta umunya dan di DAS Pesanggrahan Jakarta Selatan Khususnya.

(29)

16

program pencegahan banjir di masa depan dan diharapkan dapat mengurangi risiko kerugian dan kerusakan ekonomi dimasa mendatang.

Sedangkan tujuan yang terakhir dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pilihan strategi adaptasi pelaku usaha sektor komersil di DAS Pesanggrahan Jakarta Selatan terhadap banjir sungai dan respon terhadap program normalisasi sungai. Strategi adaptasi akan didapat dari informasi kuesioner dan informasi tersebut akan dimanfaatkan sebagai acuan dalam proses identifikasi selanjutnya. Selain itu hasil identifikasi persepsi tersebut juga dapat digunakan sebagai pendorong dan input komunikasi yang efektif dalam melakukan kegiatan wawancara dengan responden.

(30)

17

Gambar 3. Diagram alur pikir

Keterangan :

Berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian

Kerugian dan kerusakan ekonomi akibat banjir yang setiap tahun

semakin meningkat

Kerugian dan kerusakan ekonomi akibat banjir Sungai Pesanggrahan di sektor komersil yang setiap tahun

(31)

18

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di 4 RW dan 10 RT yang tersebar di Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan Ulujami Jakarta Selatan. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) karena selain merupakan salah satu daerah dengan kejadian banjir sungai cukup parah, penelitian seputar banjir sungai di daerah sekitar Sungai Pesanggrahan di Jakarta Selatan masih belum terintegrasi. Banjir sungai yang terjadi menimbulkan kerugian ekonomi dan strategi adaptasi, serta persepsi yang ditanggung masyarakat khususnya pelaku sektor komersil. Proses pengambilan data primer dan data sekunder berlangsung selama bulan Maret sampai dengan Mei 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

(32)

19

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Sampling frame work dari penelitian ini adalah populasi pelaku sektor komersil mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan berjumlah 54 pelaku usaha yang berada di Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama dan Kelurahan Ulujami Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Metode

purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel dengan melakukan pemilihan elemen populasi secara tertuju (terpilih). Jumlah sampel adalah 40 pelaku usaha, dimana responden merupakan pelaku unit usaha mikro, unit usaha kecil dan unit usaha menengah (UMKM) yang tempat usahanya terkena banjir akibat meluapnya Sungai Pesanggrahan pada tanggal 17-19 Januari 2013. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran pelaku usaha

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(33)

20

dengan program Microsoft Office Excel 2007dan SPSS 20. Tabel 2 menampilkan matriks metode analisis yang digunakan dalam menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini.

Tabel 2. Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Mengetahui persepsi pelaku

sektor komersil mengenai risiko banjir sungai

Data primer Analisis deskriptif dan analisis Korelasi

4.4.1 Persepsi Pelaku Sektor Komersil Terhadap Risiko Banjir

Analisis persepsi bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat terhadap kesiapan menghadapi banjir. Responden diminta memberikan persepsi mengenai peluang terjadinya banjir di masa yang akan datang di area lokasi usaha (PBMP), persepsi mengenai kemungkinan konsekuensi atau kerusakan yang akan terjadi bila terjadi banjir (KYMD), persepsi terkait sejauh mana tingkat upaya pencegahan yang akan dilakukan untuk mengurangi risiko banjir di masa yang akan datang (TDMP), dan persepsi terkait seberapa besar kebutuhan responden terhadap kebijakan pemerintah dalam upaya melakukan mitigasi banjir (KTKP).

(34)

21 sangat parah. Data hasil persepsi ini selanjutnya akan diolah menggunakan analisis korelasi spearman.

Metode ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berskala parametrik untuk mengetahui tingkat kecocokan dari dua variabel terhadap grup yang sama (Riduwan 2011). Dalam analisis persepsi risiko ini digunakan metode korelasi dengan skala parametrik. Responden diminta untuk menilai persepsi risikonya terhadap banjir dengan menggunakan pilihan jawaban berskala 1 sampai 7 (Bubeck et al 2012)

Tabel 3. Skala penilaian kelompok persepsi Kelompok

Persepsi Skala Keterangan

PBMP dan KYMD

1. Pasti akan terjadi tidak memiliki konsekuensi sama sekali

2. sangat tidak mungkin akan terjadi

sangat tidak mungkin memiliki konsekuensi

3. tidak mungkin akan terjadi tidak mungkin memiliki konsekuensi

4. Netral Netral

5. kemungkinan akan terjadi kemungkinan memiliki konsekuensi 6. sangat mungkin akan terjadi sangat mungkin memiliki konsekuensi 7. pasti akan terjadi konsekuensi yang sangat tinggi Kelompok

Persepsi Skala Keterangan

TDMP dan KTKP

1. tidak sama sekali tidak penting sama sekali 2. sangat mungkin tidak sangat tidak penting 3. mungkin tidak agak penting

4. netral Netral

5. mungkin tidak kemungkinan penting 6. sangat mungkin Penting

7. Pasti akan terjadi sangat penting Sumber: Bubeck et al 2012

(35)

22

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Jakarta Selatan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai kerugian ekonomi akibat banjir Sungai Pesanggrahan di Jakarta Selatan yang dialami oleh pelaku sektor komersil khususnya UMKM dan UKM. Pendekatan Stage Damage Function akan digunakan untuk mengetahui trend besaran kerugian dan kerusakan akonomi akibat banjir sungai dalam penelitian ini. Digunakan beberapa variabel untuk mengetahui tingkat persepsi dan kerentanan suatu daerah terhadap banjir guna menginterpretasikan persepsi dan menentukan besaran kerugian ekonomidi sektor komersil akibat banjir Sungai Pesanggrahan Jakarta Selatan. Variabel yang dimasukkan kedalam model estimasi kerugian dan kerusakan ekonomi banjir antara lain adalah kedalaman banjir (KDLM), durasi atau lamanya banjir (DRBJ), luas bangunan yang tergenang banjir (LSBG), lama usaha (THML), omset perhari (OMPH).

(36)

23 Tabel 4. Perincian biaya kerusakan struktural bangunan, biaya kerusakan aset,

biaya kerugian omzet, biaya tenaga kerja dan biaya perbaikan

Jenis Biaya Keterangan

Kerusakan Struktural Bangunan

merupakan biaya kerusakan atau kehilangan yang dialami oleh responden yang terjadi pada struktur bangunan yang menempel pada struktur baku bangunan. Seperti dinding, pintu, jendela, lantai, atap, sistem sanitasi, sistem listrik, sistem hidrologi rumah tangga, pintu gerbang dan pagar (Smith, 1994)

Kerusakan Aset (konten isi bangunan)

merupakan biaya kerusakan atau kehilangan yang dialami oleh responden yang terjadi pada komponen isi bangunan yang terpasang terpisah dari struktur baku bangunan baik yang terdapat di dalam bangunan maupun diluar bangunan tapi masih dalam jarak yang terjangkau. seperti produk jadi siap jual namun gagal terjual atau hilang, bahan baku produksi, alat-alat penunjang kegiatan produksi dan kegiatan usaha (Smith, 1994)

Kerugian Omzet

merupakan biaya kerugian yang diakibatkan karena unit usaha terpaksa berhenti melakukan kegiatan jual beli dan produksi yang mengakibatkan tidak terjualnya produk dan terhentinya produksi pada saat itu yang menyebabkan hilangnya omzet pada hari tersebut. biaya kerugian omzet dihitung dengan menanyakan kepada responden barapa rata-rata omzet perhari atau perbulan lalu setelah itu di kali dengan lamanya unit usaha tidak beroperasi

Tenaga Kerja (Perbaikan)

biaya perbaikan dan waktu yang dihabiskan tenaga kerja dalam unit usaha maupun luar unit usaha untuk memperbaiki atau membersihkan struktur bangunan dan aset (konten isi bangunan)

(37)

24

Standar upah tenaga kerja yang digunakan diperoleh dari peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 189 Tahun 2002 mengenai Upah Minimum Provinsi Tahun 2013 yaitu sebesar Rp 2 200 000 per bulan yang dibagi 30 hari. Didapati upah per hari sebesar Rp 75 000 yang nantinya akan dikalikan dengan jumlah hari kerja. Jumlah hari kerja menggunakan standar jam kerja perhari yang telah ditetapkan oleh Pasal 77 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang mengatur jumlah jam kerja menjadi dua pola yaitu 7 jam perhari atau 6 hari kerja dalam seminggu dan 8 jam perhari atau 5 hari kerja dalam seminggu. Komponen-komponen variabel tersebut akan dibentuk dalam model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda memliki asumsi bahwa variabel dependent Y merupakan fungsi linier dari beberapa variabel independent

X1, X2, …, Xn dan komponen sisaan ε (error). Nilai kerugian yang dimaksud

merupakan hasil penjumlahan dari kerugian struktural bangunan beserta asset yang dimiliki, omset perhari, biaya perbaikan yang digunakan untuk memulihkan kerusakan struktural bangunan beserta aset dan biaya tenaga kerja yang digunakan untuk memulihkan kondisi struktural bangunan dan asset. Dari pemaparan variabel-variabel di atas maka variabel independent dalam penelitian ini adalah:

KRGN = f (KDLM, DRBJ, LSBG, THML, OMPH, ε)……… (4.2)

Variabel-variabel tersebut lalu dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda pada aplikasi SPSS 20. Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besaran kerugian ekonomi di sektor komersil akibat banjir Sungai Pesanggrahan di Jakarta Selatan adalah :

KRGN = b0 + b1KDLM + b2 DRBJ + b3 LSBG + b4THML + b5OMPH + ε .... (4.3) Estimasi parameter yang diharapkan adalah b1, b2, b3, b5,> 0 ; b4 < 0

Dimana :

KRGN = Nilai kerugian ekonomi akibat banjir (Rp 000 per responden)

b0 = Intersep

b1,…….b5 = Koefisien regresi

(38)

25 DRBJ = Durasi lamanya banjir (jam)

LSBG = Luas bangunan yang tergenang banjir (m2) THML = Lama usaha (tahun)

OMPH = Omset usaha perhari (Rp 000 )

ε = Error Term.

4.4.3 Prediksi Penurunan Kerugian Setelah Program JEDI

Salah satu program pemerintah yang dilaksanakan guna menanggulangi banjir di DKI Jakarta adalah Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) atau yang lebih dikenal dengan program normalisasi sungai dan floodways di DKI Jakarta. program ini diperkirakan akan selesai pada tahun 2014 dengan kontrak pengerjaan selama dua tahun yang dimulai dari awal tahun 2013 lalu. Program ini diharapkan dapat mengurangi jumlah titik banjir di Jakarta dengan penambahan lebar sungai, kedalaman dan panjang sungai yang sekarang telah menyempit dan banyak beralih dari fungsi aslinya1.

Diperkirakan apabila program JEDI terlaksana maka akan dapat mengurangi 60% dari kondisi banjir di DKI Jakarta. Sungai Pesanggrahan adalah yang termasuk dalam 13 sungai yang di normalisasi. Diperkirakan dengan normalisasi Sungai Pesanggrahan maka akan mampu menurunkan ketinggian rata-rata limpasan banjir sungai menjadi 20-30 cm dan durasi banjir menjadi 2-3 jam. Hal tersebut berarti dengan kondisi ketinggian rata-rata banjir yang dialami oleh pelaku usaha saat ini yaitu 94.35 cm (cateris paribus) dan durasi banjir rata-rata banjir yaitu 96.6 jam (cateris paribus) akan berkurang masing-masing sebesar 68.2% untuk ketinggian banjir dan 96.89% untuk durasi banjir, sehingga skenario penurunan banjir adalah penurunan kedalaman sebesar 68.20%, penurunan durasi banjir sebesar 96.89% dan penurunan kedalaman serta durasi banjir. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

1

(39)

26

Tabel 5. Skenario penurunan banjir dengan program JEDI

No Skenario penurunan banjir Keterangan

1 I Penurunan kedalaman banjir menjadi 30 cm 2 II Penurunan durasi banjir menjadi 3 jam

3 III Penurunan kedalaman banjir menjadi 30 cm dan penurunan durasi banjir menjadi 3 jam

4.4.4 Analisis Deskriptif

Statistik dengan analisis deskriptif digunakan untuk meresume data secara umum, seperti berapa jumlah responden laki-laki, brapa jumlah responden perempuan dan sebagainya. Disamping itu analisis ini juga memiliki kegunaan untuk menyediakan informasi deskripsi data dan demographic sample yang diambil (Teguh, 2009). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi prilaku dan pilihan strategi adaptasi apa saja yang dilakukan oleh pelaku sektor komersil di DAS Pesanggrahan Jakarta Selatan dalam mempersiapkan dirinya menghadapi banjir, baik sebelum, selama dan sesudah banjir terjadi.

Analisis deskripif diharapkan dapat menjelaskan prilaku dan pilihan strategi adaptif pelaku sektor komersil di DAS Pesanggrahan Jakarta Selatan dalam mempersiapkan dirinya saat menghadapi banjir. Baik dengan memberikan gambaran secara sistematis terkait fakta-fakta dilokasi mengenai prilaku dan pilihan pilihan strategi adaptasi terhadap banjir.

4.4.5 Pengujian Parameter

(40)

27 Pengujian kriteria statistik perlu dilakukan untuk melihat korelasi antar variabel model, yaitu dengan menggunakan uji t, F dan R2.

a. Uji t

Uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel bebas, artinya apakah variabel bebas (eksogen) berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat (endogen). Perbandingan antara nilai t-statistik dengan nilai t-tabel dapat menunjukkan wilayah penolakan.

Hipotesis: H0 : bi = 0

H1 : bi > 0 untuk b1, b2, b3, b5 bi < 0 untuk b4

Kriteria uji:

t-hitung > tα/2 (n-k), maka tolak H0 t-hitung < tα/2 (n-k), maka terima H0

jika H0 ditolak berarti dalam model ini variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Sebaliknya, jika H0 diterima berarti variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas

b. Uji F-statistik

Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel eksogen terhadap variabl endogen secara keseluruhan dengan menggunakan pengujian F hitung. Selain itu, uji F juga untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Rumus yang digunakan untuk menguji F-statistik adalah:

F–Hitung=

………....(4.4)

Dimana:

R = Koefisien determinasi n = Banyak data

k = Jumlah koefisien regresi dugaan Hipotesis:

(41)

28

(tidak ada pengaruh nyata variabel – variabel model) H1 : minimal salah satu bi≠ 0

(paling sedikit ada 1 variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap variabel endogen)

Kriteria uji:

F-Hitung > Fb(k-1, n-k), maka tolak H0 F-Hitung < Fb(k-1, n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak dalam uji F berarti minimal ada satu variabel eksogen yang tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel endogen. Sebaliknya jika H0 diterima tidak ada satupun variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel endogen.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur sejauh mana besar keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan mempertimbangkan derajat bebas. Pada penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah Adjusted R Square. Sifat dari Adjusted R Squareadalah jika Adjusted R Square sama dengan nol berarti tidak ada hubungan antara variabel eksogen dengan endogen. Namun, jika nilai Adjusted R Square

mendekati satu maka terdapat hubungan yang erat antara variabel eksogen dengan variabel endogen.

Uji ekonometrika dilakukan untuk melihat adanya pelanggaran asumsi pada model, antara lain adalah:

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linear yang sama kuat antar variabel

independent dalam persamaan regresi berganda. Multikolinearitas menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nial Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independent. Model dikatakan multikolinearitas apabila nilai VIF relatif besar atau lebih dari 10 (Juanda 2009).

(42)

29 Heteroskedastisitas adalah pelanggaran asumsi dari homoskedastisitas. Homoskedastisitas adalah ragam sisaan (error) konstan dalam tiap pengamatan. Heterokedastisitas mengakibatkan Ordinary Least Square

(OLS) tidak efisien. Heteroskedastisitas dapat dideteksi menggunakan uji Glesjer. Uji Glesjer dilakukan dengan cara meregresi nilai standar residual terhadap variabel independent model. Model mengalami heteroskedastisitas apabila P-value lebih kecil dari taraf nyata (α) (Juanda

2009).

c. Uji Autokolerasi

Uji Autokolerasi dilakukan untuk mengetahui keadaan error pada suatu persamaan yang bersifat independent atau dependent. Autokolerasi diuji dengan melakukan uji Durbin Watson (DW), dengan prosedur:

H0 : tidak ada serial autokolerasi baik positif maupun negatif H1 : terdapat serial autokolerasi.

Nilai hitung statistik Durbin Watson (DW) yang diperoleh dari hasil perhitungan komputer kemudian dibandingkan dengan nilai pada dtabel. Nilai yang dilihat adalah nilai batas bawa (dL) dan batas atas (dU). Penentuan nilai dL dan dU didasarkan pada jumlah variabel bebas dan jumlah pengamatan yang terdapat pada model. Kesimpulan yang dapat diambil dari perbandingan adalah:

1. Jika DW < dL, berarti ada autkolerasi positif 2. Jika DW > dL, berarti ada autokelarsi negatif

3. Jika dL < DW < 4-dU, berarti tidak terjadi autokolerasi

4. Jika dL ≤ DW ≤ dU atau 4-dL ≤ DW ≤ 4-Du, berarti tidak dapat

disimpulkan

4.5 Hipotesis

(43)

30

mencegah dampak ekonomi banjir. Bentuk adaptasi tersebut sangat beragam sehingga ada berbagai pilihan tindakan yang dapat dilakukan oleh pelaku sektor komersil untuk lebih adaptif terhadap banjir sungai.

Adapun hipotesis yang digunakan dalam interpretasi persepsi dan estimasi kerugian dan kerusakan ekonomi akibat banjir adalah:

1. Persepsi keinginan masyarakat terhadap tindakan mitigasi banjir dimasa yang akan datang setara dengan persepsi masyarakat terhadap probability terjadinya banjir memiliki hubungan positif dan persepsi masyarakat terhadap probability konsekuensi terjadinya banjir

2. Persepsi permintaan publik terhadap kebijakan mitigasi banjir oleh pemerintah memiliki hubungan positif dengan dengan persepsi masyarakat terhadap probability terjadinya banjir dan persepsi masyarakat terhadap probability konsekuensi terjadinya banjir

3. Kedalaman banjir diduga berpengaruh positif pada nilai kerugian banjir, karena semakin tinggi kedalaman banjir yang terjadi, maka akan semakin tinggi nilai kerugian yang terjadi.

4. Durasi lamanya banjir diduga berpengaruh positif terhadap nilai kerugian banjir, karena semakin lama genangan banjir terjadi, maka akan semakin tinggi nilai kerugian banjir yang terjadi.

5. Omset perhari diduga berpengaruh positif pada nilai kerugian banjir, karena semakin besar omset atau pendapatan sebuah usaha, maka akan semakin besar kerugian banjir yang terjadi karena terhambatnya kegiatan perekonomian.

6. Lama usaha berjalan diduga berpengaruh negatif pada nilai kerugian banjir, karena semakin mudaunit usaha berjalan, maka semakin rentan unit usaha saat banjir terjadi dan akan berdampak pada semakin besarnya kerugian yang terjadi.

(44)

31 8. Program JEDI atau normalisasi Sungai Pesanggrahan diprediksi dapat menurunkan jumlah kerugian ekonomi akibat banjir Sungai Pesanggrahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian akan dijadikan variabel

(45)

32

V GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan yang berada di dua kecamatan yang berbeda, namun terletak pada bantaran sungai yang sama yaitu bantaran Sungai Pesanggrahan yaitu, Kelurahan Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Kota Madya Jakarta Selatan. Sungai Pesanggrahan merupakan salah satu sungai yang akan segera dinormalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dimana normalisasi ini akan mulai dikerjakan pada tahun 20132.

Kelurahan Kebayoran Lama Utara merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kelurahan Kebayoran Lama Utara disebelah Utara Berbatasan dengan Kelurahan Grogol Selatan dan Kelurahan Cipulir, di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kramat Pela dan Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kebayoran Lama Selatan dan di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Cipulir (Kelurahan Kebayoran Lama Utara 2012).

Kelurahan Ulujami merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Pesanggrahan Kota Madya Jakarta Selatan. Sebelah utara Kelurahan Ulujami berbatasan dengan Kelurahan Srengseng, di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Grogol Selatan dan Kelurahan Cipulir, disebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pesanggrahan dan Kelurahan Bintaro serta di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pertukangan Utara dan Kelurahan Pertukangan Selatan (Kelurahan Ulujami 2013). Kelurahan Kebayoran Lama Utara meiliki luas 178.22 Ha yang terbagi dalam 11 RW namun karena ada 1 RW yaitu RW 04 yang kini sedang dilakukan penataan wilayah maka yang terdata hanya 10 RW dengan 107 RT, lalu Kelurahan Ulujami memiliki luas wilayah 170.50 Ha dengan 9 RW dan 94 RT. Kedua kelurahan tersebut sangat sering dilanda banjir, terutama banjir

2

(46)

33 yang berasal dari luapan air sungai yang disebabkan oleh tingginya curah hujan di daerah Puncak, Bogor, Depok dan sekitar aliran Sungai Pesanggrahan. Terutama pada RW 11 untuk Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan RW 7, 5, 3 di Kelurahan Ulujami hal tersebut dikarenakan letak hunian warga yang berada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Pesanggrahan dengan rata-rata jarak rumah ke sungai adalah 0,5-120 m ditambah dengan kemiringan tanah yang cukup rendah yaitu 15-30 m di atas permukaan laut menyebabkan dua lokasi hunian warga tersebut sangat rentan terhadap banjir, hampir dapat dipastikan jika terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Hulu (Puncak, Bogor dan Depok) maka akan terjadi banjir di daerah ini akibat luapan air Sungai Pesanggrahan. Berikut adalah denah peta daerah penelitian di Kelurahan Ulujami dan Kebayoran Lama Utara (gambar 3)

Sumber: www.google-map.com/ulujami/kebayoranlamautara/ Ket: : lokasi pelaku usaha yang terkena banjir

: Sungai Pesanggrahan

(47)

34

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden di Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara pada penelitian ini diperoleh melalui survey yang telah dilakukan kepada 40 pelaku usaha. Karakteristik umum berikut akan dijelaskan berdasarkan beberapa ciri dari masing-masing unit usaha yang terdiri dari jenis usaha, jam operasional usaha, jumlah tenaga kerja yang dipakai pelaku usaha, omzet per hari, lamanya usaha, jarak lokasi usaha ke sungai, pengetahuan pelaku usaha akan kerentanan lokasi usaha mereka dengan bahaya banjir, jumlah lantai pada unit usaha dan luas bangunan, kedalaman banjir dan durasi banjir.

5.2.1 Jenis Usaha

Jenis usaha berjalan dibagi menjadi beberapa sebaran, antara lain usaha manufaktur, usaha dagang, usaha jasa, usaha restoran atau rumah makan dan usaha lainnya yang letaknya tersebar di Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara. Berikut adalah Tabel 6 sebaran jenis usaha yang berada pada lokasi penelitian:

(48)

35 pengumpul rongsok. Selanjutnya 7.5% dibidang restoran atau rumah makan warung tegal. 5% yang terakhir merupakan unit usaha yang bergerak di bidang jasa yaitu jasa perjalanan liburan (travel agent). Mayoritas unit usaha yang bergerak di bidang manufaktur dikarenakan dekat dengan beberapa pusat perekonomian seperti pasar dan pusat grosir garmen walaupun daerah tersebut merupakan lokasi yang rentan akan banjir. Berbeda dengan pelaku usaha seperti pengrajin tempe, pengrajin tahu dan pengrajin ikan olahan, selain karena lokasi pasar yang tidak jauh dari lokasi produksi, para pengrajin juga memang sengaja memilih lokasi produksi yang dekat dengan sungai karena dapat mudah membuang sisa produksi ke sungai.

5.2.2 Waktu Operasional Usaha Berjalan Per Hari

Karakteristik unit usaha yang berikutnya adalah berdasarkan waktu operasional usaha berjalan setiap harinya, lamanya usaha berjalan per hari berikut dibagi menjadi sesuai dengan jenis usahanya yaitu manufaktur, dagang, jasa dan restoran. Tabel 7 akan menyajikan sebaran waktu operasional unit usaha per hari yang berada pada lokasi penelitian:

Tabel 7. Rata-rata waktu operasional unit usaha per hari

No Karakteristik Unit Usaha

Jam Operasional Unit Usaha (Jam / Hari)

Terkecil Rata-rata Tertinggi 1 Usaha Manufaktur 4 14 24

2 Usaha Dagang 8 13 17

3 Usaha Jasa 8 10 12

4 Restoran / Rumah Makan 9 13 17

Sumber: data primer 2013 (diolah)

(49)

36

operasional terlama 17 jam per hari sama dengan unit usaha restoran. Berikutnya adalah unit usaha jasa dengan waktu operasional terlama 12 jam per hari.

5.2.3 Jumlah Tenaga Kerja

Karakteristik unit usaha yang berikutnya adalah berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan pelaku usaha dalam unit usahanya. Jumlah tenaga kerja dibagi berdasarkan jenis unit usaha yaitu manufaktur, dagang, jasa dan restoran. Tabel 8 menunjukkan sebaran jumlah tenaga kerja yang digunakan unit usaha:

Tabel 8. Jumlah tenaga kerja

No Karakteristik Unit Usaha

Jam Tenaga Kerja (Orang)

Terkecil Rata-rata Tertinggi 1 Usaha Manufaktur 2 11 40

2 Usaha Dagang 1 5 11

3 Usaha Jasa 2 5 8

4 Restoran / Rumah Makan 1 2 4

Sumber: data primer 2013 (diolah)

Hasil olah data menunjukkan bahwa unit usaha di Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan yang klasifikasikan berdasarkan jenis unit usaha memiliki jumlah tenaga kerja terbesar untuk jenis unit usaha manufaktur yaitu 40 orang tenaga kerja, unit usaha dagang 11 orang tenaga kerja, unit usaha jasa 8 orang tenaga kerja dan unit usaha restoran 4 orang tenaga kerja. Komposisi tenaga kerja yang digunakan masing-masing tenaga kerja sangat bervariasi hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya skala usaha dan omzet perhari.

5.2.4 Omzet Per Hari

(50)

37 Tabel 9. Sebaran omzet unit usaha per hari

No Skala Unit

Usaha

Jumlah Per Kelurahan Omzet

(Rp / tahun)

Ulujami Kebayoran Lama

Utara Terkecil Rata-rata Tertinggi

1 Mikro 11 2 73 000 000 168 367 930 292 000 000

2 Kecil 14 10 310 250 000 1 003 141 667 2 190 000 000

3 Menengah 2 1 2 847 000 000 3 382 333 333 3 650 000 000

Sumber: data primer 2013 (diolah)

Besarnya omzet dipengaruhi oleh banyak faktor seperti banyaknya tenaga kerja yang dipekerjakan sampai dengan jumlah transaksi perharinya. Unit usaha mikro yang terdapat pada lokasi penelitian terdiri dari unit usaha yang bergerak dibidang pusat kebugaran, konveksi, pengepul rongsok, toko barang kebutuhan pokok, warung makan tegal, pemancingan dan pengrajin roti rumahan. Unit usaha kecil yang terdapat pada lokasi penelitian terdiri dari unit usaha yang bergerak dibidang konveksi, pengrajin tahu, pengrajin tempe, pengepul rongsok, penyedia jasa agent perjalanan, pengrajin bandeng presto, pengrajin tahu gejrot, pemancingan, warung makan tegal dan home industry perabotan rumah tangga. Terakhir adalah unit usaha menengah yang terdapat pada lokasi penelitian terdiri dari unit usaha yang bergerak dibidang konveksi dan home industry pengolahan ikan asin.

5.2.5 Lama Usaha

Karakteristik unit usaha yang berikutnya adalah berdasarkan lama usaha. Lama usaha dibagi berdasarkan jenis unit usaha yaitu manufaktur, dagang, jasa dan restoran. Tabel 10 menunjukkan sebaran lama usaha:

Tabel 10. Sebaran lama usaha

(51)

38

Karakteristik unit usaha berdasarkan lama usaha berjalan menunjukkan sebaran yang bervariasi dengan umur usaha termuda adalah 1 tahun dan yang tertua adalah 38 tahun. Usaha dengan umur yang termuda mulai berjalan sejak tahun 2012 dan usaha dengan umur usaha tertua mulai berjalan sejak tahun 1975. Umur usaha akan digunakan untuk mengetahui tingkat adaptif pelaku usaha terhadap bahaya banjir. Pelaku yang tinggal lebih lama umumnya akan cenderung lebih adaptif terhadap kejadian-kejadian alam yang sering terjadi disekitarnya disbanding pelaku usaha yang umur usahanya terbilang masih baru.

Perilaku adaptif yang dimaksud adalah upaya mitigasi terhadap bencana atau fenomena-fenomena alam lainnya yang sering terjadi di lingkungan tempat usahanya dalam hal ini adalah bahaya banjir. Selain prilaku adaptif dapat diketahui juga respon terhadap bahaya banjir melalui umur usaha berjalan. Umumnya pelaku usaha yang umur usahanya terbilang tua akan cenderung bersikap biasa saja daripada pelaku usaha yang umur usahanya masih baru. Hal tersebut dikarenakan pelaku usaha dengan umur usaha yang sudah tua sudah terbiasa dan sudah melakukan upaya-upaya mitigasi bencana terlebih dahulu sehingga respon pelaku usaha dengan umur usaha tua cenderung lebih adaptif daripada pelaku usaha dengan umur usaha yang masih muda.

5.2.6 Jarak Terhadap Sungai

Karakteristik unit usaha yang berikutnya adalah berdasarkan jarak unit usaha terhadap sungai. Jarak terhadap sungai berikut dibagi berdasarkan jarak lurus dan jarak liku ke sungai. Tabel 11 menunjukkan sebaran jarak unit usaha terhadap sungai:

Tabel 11. Sebaran jarak unit usaha terhadap sungai

No Karakteristik Unit Usaha

Jarak unit usaha ke sungai (m) Terdekat Rata-rata Terjauh Lurus Liku Lurus Liku Lurus Liku 1 Usaha Manufaktur 1 1 78 107 225 282 2 Usaha Dagang 1 1 86 122 258 352 3 Usaha Jasa 48 67 68 92 89 118 4 Restoran / Rumah Makan 134 170 193 250 273 353

(52)

39 Karakteristik unit usaha berdasarkan jarak lokasi usaha terhadap sungai memiliki jarak terdekat dengan sungai adalah 1 m dan terjauh adalah 353 m dari Sungai Pesanggrahan. Jarak suatu unit usaha ke sungai digunakan untuk melihat seberapa rentan suatu unit usaha tersebut terhadap bahaya banjir sungai yang terjadi dari Sungai Pesanggrahan. Umumnya semakin dekat unit usaha ke sungai maka akan semakin rentan suatu usaha terhadap bahaya banjir. Hal tersebut dikarenakan lokasi usaha yang paling dekat memiliki risiko terlebih dahulu bila terjadi banjir. Hasil kuesioner data yang diperoleh diketahui secara keseluruhan unit usaha yang terletak pada lokasi penelitian memiliki jarak yang relatif dekat dengan Sungai Pesanggrahan dengan jarak terjauh adalah 353 m hal tersebut menandakan bahwa lokasi usaha yang terkena banjir memang berada tidak jauh dari sumber banjir berasal yaitu Sungai Pesanggrahan.

5.2.7 Luas Bangunan Unit Usaha

Karakteristik unit usaha yang berikutnya adalah berdasarkan luas bangunan unit usaha. Luas bangunan unit usaha berikut dibagi berdasarkan jenis usaha yaitu manufaktur, dagang, jasa dan rumah makan. Tabel 12 menunjukkan sebaran luas bangunan unit usaha:

Tabel 12. Sebaran luas bangunan unit usaha

No Karakteristik Unit Usaha Luas bangunan unit usaha (m

2

) Terkecil Rata-rata Tertinggi 1 Usaha Manufaktur 20 84 400

2 Usaha Dagang 4 116 500

3 Usaha Jasa 80 140 200

4 Restoran / Rumah Makan 6 14 20

Sumber: data primer diolah (2013)

Gambar

Gambar 2. Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan banjir
Gambar 3.  Diagram alur pikir
Tabel 2. Matriks metode analisis data
Gambar 4. Lokasi penelitian di Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Sumberdaya Akibat Kegiatan Penambangan Pasir Di Daerah Aliran Sungai

Beberapa permasalahan pokokyang menyebabkan terjadinya banjir di Sub DAS Rangkui sebagian besar disebabkan oleh penyempitan penampang sungai akibat sedimentasi, curah hujan

Beberapa permasalahan pokokyang menyebabkan terjadinya banjir di Sub DAS Rangkui sebagian besar disebabkan oleh penyempitan penampang sungai akibat sedimentasi, curah hujan