• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan Terhadap Bisnis di Pasar Cipulir Jakarta Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan Terhadap Bisnis di Pasar Cipulir Jakarta Selatan."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI KERUGIAN BANJIR SUNGAI PESANGGRAHAN

TERHADAP BISNIS DI PASAR CIPULIR JAKARTA SELATAN

RIZKI SANDRA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan Terhadap Bisnis di Pasar Cipulir Jakarta Selatan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan merupakan penelitian yang berada di bawah penelitian Estimation of flood river damage in Jakarta dengan sumber dana dari Environmental Economics Program for South East Asia (EEPSEA). Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Rizki Sandra

(4)
(5)

ABSTRACT

RIZKI SANDRA, Estimated Losses of Flood Pesanggrahan River of Business in Cipulir Market South Jakarta. Supervised byAHYAR ISMAIL.

An Assessment to estimate the economic losses from flooding of the commercial business sector is needed to determine the benefits of flood mitigation which is expected to reduce the economic losses in that sectore. The general objective of this study was to estimate the economic losses due to flooding. The specific objective of this research were to to know the perception of flood risk businesses, to estimate the direct economic loss of perceived business, and to identify adaptation strategies which conducted by business and market managers. This study applied a stage damage function which is the independent in a model of total economic loss were the sum of the loss of structural damage, loss of building contents damage, losses due to lost earnings, and labor expenses for repairs. Data analysis techniques was used a correlation analysis with spearman correlation, multiple linear regression analysis, and descriptive analysis. An Assessment to estimate the economic losses from flooding of the commercial business sector is needed to determine the benefits of flood mitigation which is expected to reduce the economic losses in that sectore. The general objective of this study was to estimate the economic losses due to flooding . Houses on business in PD Pasar Jaya Cipulir. The specific objective of this research were to to know the perception of flood risk businesses, to estimate the direct economic loss of perceived Results showed that perceptions of business people towards flood mitigation efforts were very low, business people really hope for response of a flood control efforts from the the government Estimation result from the the ground floor up to one day the total loss, total loss of the ground floor would be reduced by 16%. While, if normalization can reduce the height of the flood up to 50%, the total expected loss is reduced 6% from the total initial loss. The adaptation strategies that have made by business people were conducted with raising the ground floor stalls and making dike.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ESTIMASI KERUGIAN BANJIR SUNGAI PESANGGRAHAN

TERHADAP BISNIS DI PASAR CIPULIR JAKARTA SELATAN

RIZKI SANDRA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan Terhadap Bisnis di Pasar Cipulir Jakarta Selatan.

Nama : Rizki Sandra NIM : H44090073

Disetujui oleh

Dr. Ir Ahyar Ismail, M. Agr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselsaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April-Mei 2013 ini ialah banjir Jakarta, dengan judul “Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan Terhadap Bisnis di Pasar Cipulir Jakarta Selatan”. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

 Kedua orang tua tercinta yaitu Mama Nora dan Papa Sanusi, kedua saudara tersayang Sally dan Debby, serta segenap keluarga besar atas segala doa, dukungan, perhatian serta kasih sayang.

 Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

 Pini Wijayanti, SP, M.Si selaku dosen pembimbing lapang atas bimbingan,saran,arahan, dan motivasi dalam penelitian ini.

 Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku penguji utama dan pembimbing akademik.

 Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku penguji wakil departemen.

 Seluruh staff dan Pedagang PD Pasar Jaya Kecamatan Pesanggrahan dan Kebayoran Lama, Kelurahan Ulujami dan Cipulir, serta BPS, Pemprov DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan informasi yang diberikan. Terima kasih khusus untuk Bapak Oding dan sekeluarga yang telah membantu selama penelitian.

 Keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB khususnya dosen-dosen ESL dan rekan atas semua arahan, masukan, dan bantuannya.

 Bayu Aditya Destian atas dukungan, semangat, perhatian, kebersamaan, serta motivasinya.

 Rekan satu bimbingan Rizqy Yasmin, Nita, Anis, Dita, Nunu, Galuh.

(10)

 Rekan satu tim Dita Maulida, Nur Cahaya, Indah Alsita, Willy, ka iki, ka Danang, ka Ryan,ka Tono, ka Beph, ka Lidya, dan ka Tina terimakasih atas kerjasama, bantuan, dan bimbingannya.

 Teman-teman febriana, Citra, Tata, iyey, Adina, Chara, Aisya, Icha, yuki, dyah, Eyi, Yulis, serta seluruh teman-teman ESL 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaan dan motivasinya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait dan para pembaca.

Bogor, September 2013

(11)
(12)

i

DAFTAR ISI

Nomor Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pemahaman Mengenai Banjir ... 7

2.2. Persepsi Risiko Banjir ... 7

2.3. Pengaruh Banjir Terhadap Sektor Bisnis dan Komersial ... 8

2.4. Jenis Kerusakan Banjir ... 9

2.5. Kerugian Ekonomi Banjir ... 10

2.6. Stage Damage Function ... 11

2.7. Normalisasi Sungai ... 11

2.8. Adaptasi ... 12

2.9. Upaya Mitigasi Banjir ... 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

IV. METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 17

4.3. Metode Pengambilan Contoh ... 18

4.4. Metode Pengolahan dan Data Analisi ... 19

(13)

ii

4.4.2. Mengestimasi Nilai Kerugian Ekonomi Banjir ... 22

4.4.2.1. Kriteria Uji Statistik ... 24

4.4.2.2. Kritera Uji Ekonometrik ... 24

4.4.3. Mengidentifikasi Upaya Adaptasi Pelaku Bisnis serta Pengelolah Pasar Cipulir ... 25

V. GAMBARAN UMUM ... 26

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 26

5.2. Karakteristik Umum Unit Usaha di Pasar Cipulir ... 27

5.2.1. Lama Usaha ... 27

5.2.2. Jumlah Karyawan ... 28

5.2.3. Jumlah Unit Kios ... 29

5.2.4. Status Kepemilikan ... 39

5.2.5 Omzet per hari ... 30

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

6.1. Persepsi Pelaku Bisnis di Pasar Cipulir Terhadap Banjir ... 31

6.1.1. Hasil Korelasi Persepsi Pelaku Bisnis Terhadap Banjir yang Terjadi Pasar Cipulir ... 33

6.1.2. Persepsi Pelaku Bisnis Terhadap Banjir di Pasar Cipulir Berdasarkan Perbedaan Lokasi Lantai... 35

6.1.3. Persepsi Pelaku Bisnis Terhadap Banjir di Pasar Cipulir Berdasarkan Perbedaan Omzet ... 37

6.1.4. Persepsi Pelaku Bisnis Terhadap Banjir di Pasar Cipulir Berdasarkan Perbedaan Lama usaha ... 38

6.2. Estimasi Kerugian Ekonomi Pelaku bisnis di Pasar Cipulir Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan ... 40

6.2.1. Total Kerugian Ekonomi Pasar Cipulir Akibat Banjir ... 43

6.2.2. Analisis Kerugian Ekonomi Banjir di Pasar Cipulir Setelah Program Normalisasi Sungai Pesanggrahan ... 45

6.3. Strategi Adaptasi ... 47

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

7.1. Kesimpulan ... 52

(14)

iii

(15)

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah sampel lantai dasar Pasar Cipulir ... 18

2. Jumlah sampel lantai 1 ... 19

3. Jumlah sampel lantai 2 ... 19

4. Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data... 20

5. Skala persepsi risiko terhadap banjir ... 21

6. Interpretasi dari nilai r ... 21

7. Rata-rata persepsi pelaku bisnis di Pasar Cipulir terhadap banjir tahun 2013 ... 31

8. Hasil korelasi persepsi pelaku bisnis di Pasar Cipulir terhadap banjir tahun 2013 ... 34

9. Hasil korelasi persepsi pelaku bisnis lantai dasar terhadap banjir di Pasar Cipulir tahun 2013 ... 36

10. Hasil korelasi persepsi pelaku bisnis lantai non dasar terhadap banjir di Pasar Cipulir tahun 2013 ... 36

11.Hasil korelasi pelaku bisnis di Pasar Cipulir berdasarkan omzet tahun 2013 ... 38

12.Hasil korelasi persepsi pelaku bisnis berdasarkan lama usaha di Pasar Cipulir tahun 2013 ... 39

13.Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian ekonomi akibat banjir di Pasar Cipulir pada Januari tahun 2013 ... 40

14.Rata-rata kerugian ekonomi banjir lantai dasar Pasar Cipulir pada Januari tahun 2013 ... 43

15.Rata-rata kerugian ekonomi banjir dengan skenario durasi banjir berkurang satu hari setelah program normalisasi selesai ... 46

16.Total dugaaan penurunan kerugian banjir lantai dasar Pasar Cipulir dengan skenario penurunan durasi dan penurunan tinggi banjir setelah program normalisasi ... 47

(16)

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram alur berpikir ... 16

2. Persentase lama usaha unit bisnis di Pasar Cipulir ... 28

3. Persentase jumlah karyawan unit bisnis di Pasar Cipulir ... 28

4. Persentase jumlah unit kios yang dimiliki pelaku bisnis di Pasar Cipulir ... 29

5. Persentase status kepemilikan pelaku bisnis di Pasar Cipulir ... 30

6. Persentase jumlah omzet per hari pelaku bisnis di Pasar Cipulir... 30

7. Stage damage curve ... 45

8. Persentase jumlah responden dalam melaklukan adaptasi ... 49

9. (a) Adaptasi membuat tanggul yang digunakan sebagai meja untuk beroprasi dan meninggikan lantai dasar dan (b) Adaptaasi dengan meninggikan lantai dasar ... 50

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Peta Pasar Cipulir ... 57

2. Karaktersitik pelaku bisnis ... 57

3.Deskriptif statistik persepsi pelaku bisnis di Pasar Cipulir terhadap banjir .. 59

4. Persentase persepsi pelaku bisnis di Pasar Cipulir terhadap Banjir ... 60

5. Hasil korelasi persepsi pelaku bisnis dengan analisis korelasi spearman.... 62

6. Hasil regresi linear berganda ... 64

7. Kondisi lokasi penelitian ... 68

8. Denah lantai dasar Pasar Cipulir ... 68

(17)
(18)

1

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jakarta merupakan ibu kota sekaligus pusat pemerintahan Negara Repubik Indonesia. Kota ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata +7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6°12′ Lintang Selatan dan 106°48′ Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 171 tahun 2007 adalah berupa daratan seluas 662,33 km2 dan berupa lautan seluas 6 977.5 km2. Wilayahnya terbagi menjadi enam wilayah kota administrasi yaitu: Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Kota ini memiliki 40% daratan (240 km2) yang letaknya lebih rendah dibandingkan permukaan air (Firman et al. 2011). Wilayah Jakarta memiliki 27 sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan (BPS 2010).

Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2011 mencapai 10 187 595 juta jiwa. Kepadatan penduduknya mencapai 13 157.63 ribu/km2 dengan luas wilayah 662.33 km2, sehingga menjadikan provinsi ini sebagai wilayah terpadat penduduknya di Indonesia (BPS 2012). Pesatnya kawasan perkotaan memberikan dampak positif serta dampak negatif bagi pembangunan kota Jakarta. Dampak positif yang terjadi adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi sedangkan dampak negatifnya adalah permasalahan lingkungan. Pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan akan menyebabkan ketidakseimbangan yang dapat merusak lingkungan.

(19)

2

tidak terkendali di sepanjang bantaran sungai, sedimentasi berat serta tidak berfungsinya kanal-kanal dan sistem drainase yang kurang memadai. Hal ini mengakibatkan Jakarta rentan terhadap banjir1.

Jakarta dilanda banjir besar pada tahun 1621, 1654, dan 1918. Selanjutnya banjir besar juga terjadi pada tahun 1976, 1996, 2002, dan 2007. Sebanyak 60% daratan di wilayah ibu kota terendam air akibat banjir siklus lima tahunan pada tahun 2007 (Steinberg 2007). Banjir di Jakarta disebabkan oleh faktor alam dan akibat tingkah laku manusia. Banjir yang disebabkan oleh faktor alam terjadi karena Jakarta terletak di bawah permukaan laut, akibat perubahan iklim, serta curah hujan yang tinggi. Banjir yang disebabkan oleh tingkah laku manusia antara lain karena adanya pemukiman liar di pinggir sungai, sampah yang menghambat saluran air, sistem drainase yang buruk, ekstraksi air tanah, serta alih fungsi lahan. Berkembangnya kawasan perkotaan selalu diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan lahan, baik untuk lahan permukiman maupun kegiatan ekonomi. Keterbatasan lahan di perkotaan menyebabkan terjadi intervensi kegiatan perkotaan pada lahan yang seharusnya berfungsi sebagai daerah konservasi dan ruang terbuka hijau. Alih fungsi lahan tersebut menyebabkan daerah resapan air semakin sempit sehingga terjadi peningkatan aliran permukaan dan erosi. Hal ini berdampak pada pendangkalan dan penyempitan sungai yang menyebabkan air sungai meluap dan memicu terjadinya bencana banjir, khususnya pada daerah hilir (DPU 2009)2.

Sungai di Jakarta rata-rata hanya memiliki lebar sungai sekitar lima meter. Setidaknya dibutuhkan lebar sungai sepanjang 20 meter agar sungai dapat berfungsi sebagai area tangkapan yang normal. Banyaknya bangunan liar di sepanjang tepi sungai membuat lebar sungai terpangkas, sampah-sampah yang dibuang di sungai juga ikut berperan sebagai penyebab utama banjir Jakarta. Meluapnya sungai disebabkan karena penyempitan dan pendangkalan sungai.

(20)

3 Selain itu, banjir juga disebabkan oleh perubahan iklim yang berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan (Satterthwaite2008)3.

Banjir memberikan dampak kerugian terhadap berbagai land use seperti perumahan, industri, pertanian dan sektor bisnis. Kerugian akibat banjir berupa kerugian ekonomi dan non ekonomi yang dapat diklasifikasikan menjadi kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerugian ekonomi akibat banjir telah meningkat secara signifikan selama dekade terakhir. Kondisi ini menekankan perlunya meningkatkan pengelolaan risiko banjir khususnya terhadap penilaian kerusakan, manajemen risiko banjir yang berguna untuk menilai kerentanan banjir, pemetaan risiko banjir, dan memilih keputusan yang optimal untuk langkah-langkah mitigasi (Merz et al. 2010).

Analisis kerugian banjir digunakan berdasarkan kejadian banjir yang berbeda serta berguna untuk mengukur manfaat dari tindakan perlindungan banjir (Messner dan Meyer 2004). Penelitian dan pengkajian lebih lanjut terhadap penghitungan biaya kerugian akibat banjir diperlukan untuk mengetahui manfaat dari tindakan pencegahan banjir guna mengurangi kerugian ekonomi di masa yang akan datang. Salah satu Sungai di Jakarta yang sering meluap adalah Sungai Pesanggrahan, sehingga perlu dilakukan penelitian dan pengkajian terhadap penghitungan biaya kerugiannya.

1.2Perumusan Masalah

Sungai Pesanggrahan merupakan salah satu sungai yang terdapat di Jakarta. Wilayah Kota Administratif Jakarta yang dilalui sungai tersebut yaitu Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Bagian hulu dari Sungai Pesanggrahan terletak di Desa Rancamaya, Bogor, Jawa Barat. Bagian hilir dari sungai terletak di Daerah Kembangan, Jakarta Barat yang kemudian bermuara ke Cengkareng Drain. Sungai ini memiliki panjang saluran sekitar ± 76 km (Faza 2012). Luas daerah aliran sungai sebesar 177 km2 dengan kapasitas debit sungai saat ini hanya mampu menampung 20% dari debit banjir yang ada (BNPB 2012)4. Kondisi sungai tersebut sudah buruk dan sering meluap. Daerah-daerah yang dilalui Sungai

3

(21)

4

Pesanggrahan kerap mengalami genangan akibat luapan sungai. Jakarta Selatan yang merupakan salah satu wilayah aliran Sungai Pesanggrahan sering kali mengalami banjir. Hal yang terjadi akibat luapan sungai tersebut bukan hanya menimbulkan kerugian bagi masyarakat pada kawasan pemukiman tetapi kerugian banjir juga dirasakan oleh sektor bisnis dan komersial seperti pasar, pertokoan, dan unit bisnis lainnya. Salah satu sektor bisnis dan komersial terbesar di kawasan sepanjang Sungai Pesanggrahan adalah Pasar Cipulir.

Kerusakan akibat banjir mencakup berbagai macam dampak seperti efek berbahaya pada manusia, kesehatan dan barang-barang, kerusakan pada infrastruktur publik, warisan budaya, sistem ekologi, produksi industri dan kekuatan daya saing perekonomian yang terkena. Kerusakan banjir dapat dibedakan menjadi kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung. Kedua jenis kerusakan lebih lanjut diklasifikasikan ke dalam kerusakan berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) (Parker et al. 1987).

Dampak banjir yang terjadi pada sektor bisnis dan komersial yaitu berupa kerugian ekonomi dan non ekonomi. Dalam menghitung kerugian banjir perlu dilakukan sebuah analisis kerusakan banjir yang bertujuan untuk mengukur manfaat dari tindakan pencegahan banjir (Messner dan Meyer 2004). Penilaian kerusakan pada sektor bisnis dan komersial membutuhkan persepsi para pelaku bisnis untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi permasalahan akibat banjir yang terjadi. Persepsi seseorang individu dipengaruhi oleh perbedaan informasi yang dimiliki tiap individu, perbedaan nilai dalam bersikap, dan kepentingan tiap individu. Perbedaan di atas akan melahirkan perbedaan penilaian terhadap risiko bencana dimana suatu daerah yang memiliki tingkat persepsi risiko banjir rendah dan kesiapan menghadapi banjir rendah, cenderung mengalami tingkat kerusakan banjir di atas rata-rata (Messner dan Meyer 2004).

Saat ini, banjir Jakarta masih terjadi di daerah sekitar enam sungai: Sungai Krukut, Sungai Angke, Sungai Cipinang, Sungai Sunter, Sungai Pesanggrahan, dan Sungai Ciliwung. Daerah di sekitar Sungai Pesanggrahan merupakan salah satu daerah yang rutin terkena banjir. Pemerintah sedang melaksanakan program normalisasi sungai ini sepanjang 26.7 km. Proyek ini bertujuan untuk memperluas

4

(22)

5 sungai dan meningkatkan debit air. Sungai akan diperlebar dari 10 sampai 15 meter menjadi 30 sampai 40 meter, dan diperkirakan bahwa debit air akan meningkat dari 30 m3/detik sampai 220.3 m3/detik5. Genangan daerah sepanjang sungai ini diharapkan dapat berkurang sehingga kerugian banjir terhadap sektor bisnis dan komersial pun juga berkurang.

Berdasarkan penjelasan di atas tersebut, maka permasalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana persepsi pelaku bisnis di Pasar Cipulir terhadap banjir yang rutin terjadi akibat luapan Sungai Pesanggrahan?

2. Berapa nilai kerugian ekonomi yang dirasakan pelaku bisnis di Pasar Cipulir akibat banjir Sungai Pesanggrahan?

3. Apa saja strategi adaptasi yang dilakukan pelaku bisnis serta pengelola PD Pasar Jaya Cipulir dalam mengatasi banjir ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini, adalah: 1. Mengetahui persepsi risiko banjir yang dialami pelaku bisnis di Pasar

Cipulir terhadap banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Pesanggrahan. 2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi yang dirasakan pelaku bisnis di Pasar

Cipulir.

3. Mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan pelaku bisnis dan pengelola PD Pasar Jaya Cipulir.

1.4Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dan batasan penelitian ini, adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di Pasar Cipulir, Jakarta Selatan.

2. Responden adalah pedagang di Pasar Cipulir yang terkena dampak banjir Sungai Pesanggrahan pada banjir 17-19 Januari 2013.

3. Penelitian tidak mengestimasi kerugian intangible.

5

(23)

6

(24)

7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Mengenai Banjir

Banjir adalah peristiwa atau keadaan terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat (BNPB 2012). Banjir terjadi pada saat air melebihi volume air yang dapat ditampung dalam sungai, danau, rawa, drainase, tanggul, maupun saluran air lainnya pada selang waktu tertentu (Rahayu et al. 2009). Bencana banjir dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alam dan manusia. Penyebab banjir yang disebabkan oleh alam yaitu curah hujan di atas normal dan adanya pasang air laut. Banjir yang disebabkan oleh tingkah laku manusia antara lain karena penggunaan lahan yang tidak tepat, penggundulan hutan, pembuangan sampah ke dalam sungai, serta pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir. Hal ini menyebabkan berkurangnya daerah resapan air yang dapat menimbulkan terjadinya banjir.

Kategori banjir di Jakarta terbagi menjadi dua yaitu banjir sungai dan banjir

rob. Banjir di Jakarta disebabkan karena keadaan geografis wilayah ini yang kaya akan sumberdaya air dan akibat perbuatan manusia. Penyebab lainnya yaitu kurangnya daya dukung infrastuktur pengendalian banjir, kurangnya area resapan air hujan akibat urbanisasi dan deforestasi di hulu, serta pembuangan sampah yang tidak terkontrol (Steinberg 2007).

2.2 Persepsi Risiko Banjir

Persepsi adalah proses mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan yang kita berikan kepada seseorang ketika mereka mencapai kesadaran (Devito 1997). Persepsi didefinisikan sebagai cara responden menilai sesuatu tentang perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain atau lingkungannya (Nazir 1988).

(25)

8

mitigasi (peringanan) banjir dan efektivitas, dan latar belakang sejarah yang berbeda mengenai pengalaman hidup di dataran banjir dan dari kemungkinan banjir (Messner dan Meyer 2004). Memahami persepsi yang dimiliki oleh individu dan komunitas yang berbeda merupakan dasar penting untuk membangun struktur yang efektif dan perilaku untuk mengurangi kerentanan serta membangun ketahanan terhadap risiko (Vogel et al. 2007). Pengalaman individu dari bencana mempengaruhi persepsi risiko di masa depan, yang pada gilirannya mempengaruhi respon dan pengelolaan risiko masa depan (Messner dan Meyer 2004).

Bubeck et al (2012) melakukan penelitian mengenai persepsi dan sikap masyarakat di Provinsi Thua Thien Hue,Vietnam Tengah terhadap mitigasi banjir. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner terhadap 300 reponden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak responden yang telah mempersiapkan langkah-langkah mitigasi risiko banjir di masa depan. Penelitian juga melakukan analisis korelasi serta analisis linear berganda yang dapat memberikan informasi dalam memprediksi pengukuran dua komponen persepsi risiko.

Penelitian lain tentang persepsi risiko banjir dilakukan oleh Fatti dan Patel (2013). Penelitian ini mengenai hubungan antara persepsi risiko banjir dan pengelolaan banjir. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui cara masyarakat dan pemerintah setempat dalam menanggapi risiko banjir, serta mengetahui interaksi antar masyarakat dan pemerintah dalam memahami efektivitas pengelolaan banjir. Hasil berdasarkan penelitian ini menunjukkan perbedaan persepsi antara pemerintah dan masyarakat mengenai tanggung jawab terhadap pengelolaan banjir menyebabkan tindakan penanggulangan banjir menjadi kurang efektif.

2.3 Pengaruh Banjir Terhadap Sektor Bisnis dan Komersial

(26)

9 bencana banjir. Bencana tersebut dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi pelaku bisnis.

Hasil penelitian Smith (1994) yang menilai kerusakan akibat banjir di wilayah pedesaan dan perkotaan di Afrika Selatan dengan menggunakan metode

stage-damage menghasilkan bahwa kerugian tidak langsung yang terjadi di sektor komersial dan industri akibat banjir telah sangat tinggi, kerugian tidak langsung tersebut terkait dengan hilangnya ekonomi secara keseluruhan di tingkat regional maupun nasional. Hasil berdasarkan penelitian tersebut telah membuktikan bahwa banjir yang terjadi pada unit bisnis dan komersial mempengaruhi perekonomian nasional.

2.4 Jenis Kerusakan Banjir

Banjir memberikan dampak kerugian terhadap berbagai land use seperti perumahan, industri, pertanian dan sektor bisnis. Menurut Merz et al (2010), kerusakan banjir dapat dibedakan menjadi kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung. Kerusakan langsung pada banjir adalah kerusakan yang terjadi karena kontak fisik air banjir dengan manusia, properti atau benda lainnya. Kerusakan tidak langsung disebabkan oleh dampak langsung dan terjadi dalam ruang atau waktu di luar peristiwa banjir. Kedua jenis kerusakan lebih lanjut diklasifikasikan ke dalam kerusakan berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) (Parker et al. 1987). Kerusakan berwujud adalah kerusakan modal buatan manusia atau arus sumber daya yang dapat dengan mudah ditentukan dalam istilah moneter, sedangkan kerusakan tidak berwujud adalah kerusakan aset yang tidak diperdagangkan di pasar dan sulit untuk mentransfer nilai-nilai moneter (Jonkman et al. 2007). Beberapa contoh jenis kerusakan yang berbeda menurut Merz et al. (2010) antara lain:

1. Kerusakan langsung dan dapat dihitung, misalnya kerusakan bangunan dan isinya, kerusakan infrastruktur.

2. Kerusakan langsung dan tidak dapat dihitung, misalnya hilangnya nyawa, tekanan psikologis, serta kerusakan warisan budaya.

(27)

10

4. Kerusakan tidak langsung dan tidak dapat dihitung, misalnya trauma, dan kehilangan kepercayaan kepada pihak yang berwenang.

2.5 Kerugian Ekonomi Banjir

Smith (1981) melakukan penelitian mengenai penilaian dampak banjir besar di Lismore, NSW, Australia. Penilaian ini dilakukan dengan melakukan perhitungan kerusakan aktual dan potensial terhadap sektor perumahan, komersial, dan industri. Berdasarkan hasil penelitian, besarnya kerusakan langsung untuk keseluruhan daerah banjir di Lismore adalah US$ 600 per properti perumahan, US$ 5 500 untuk setiap unit komersial, dan US$ 13 000 untuk setiap perusahan industri.

Penelitian Tang et al. (1992), memperkirakan biaya kerusakan akibat banjir di Bangkok. Survei dilakukan pada sampel dari 3 522 perusahaan dimana 1 041 berasal dari kawasan perumahan, 951 sektor komersial, 1 018 sektor pertanian, dan 512 sektor industri. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan biaya kerusakan akibat banjir dengan memperkirakan fungsi biaya kerusakan banjir dalam hal kedalaman dan jangka waktu menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian, kedalaman banjir dan durasi mempengaruhi kerusakan di daerah pemukiman. Umumnya pada sektor komersial, durasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Kerusakan yang ditimbulkan yaitu barang dan properti di dalam bangunan. Pada properti industri, biaya kerusakan mesin dan peralatan tetap bergerak bergantung pada faktor kedalaman dan durasi. Berdasarkan hasil studi Tang et al. (1992), dapat disimpulkan bahwa fungsi biaya kerusakan banjir melalui analisis regresi berganda menjadi alat yang berguna dalam perhitungan sistematis kerusakan banjir.

(28)

11 banjir memerlukan informasi mengenai indikator elemen yang berisiko (element at risk), exposure indicators, dan indikator kerentanan (susceptibility indicators).

Elemen berisiko (elemet at risk) menentukan jumlah unit sosial, unit ekonomi, unit ekologi atau sistem yang berisiko terkena dampak yang dapat mengenai masyarakat, rumah tangga, perusahaan, produksi ekonomi, gedung publik dan swasta, infrastruktur publik, aset budaya, dan spesies. Exposure indicators membedakan dua kategori. Kategori pertama diperlukan untuk melambangkan jenis elemen tindakan yang berbeda risikonya. Indikator memberikan informasi tentang lokasi berbagai elemen berisiko, ketinggian, kedekatan dari sungai (jarak ke sungai), kedekatan dengan daerah genangan air. Secara keseluruhan, indikator ini menginformasikan frekuensi banjir di daratan dan ancaman terhadap berbagai elemen berisiko yang terendam. Indikator kerentanan (susceptibility indicators) mengukur seberapa sensitif elemen berisiko (element at risk) berperilaku ketika dihadapkan dengan beberapa jenis bahaya. Indikator kerentanan (susceptibility indicators) dalam arti yang luas yaitu indikator yang berhubungan dengan kemampuan atau kapasitas para aktor untuk mengatasi konsekuensi dari bahaya serta untuk membangun kembali kondisi sebelumnya.

2.6 Stage Damage Function

Smith (1994) mengembangkan konsep Stage Damage Function (SDF) yang digunakan untuk mengevaluasi kerugian akibat banjir perkotaan di Afrika Selatan. SDF merupakan suatu model dimana kedalaman banjir digunakan sebagai variabel bebas di dalam fungsi. Menurut Suriya et al (2012), data SDF diperoleh berdasarkan informasi dari survei menggunakan kuesioner. SDF merupakan bagian penting dalam penilaian kerusakan. Hal ini diperlukan untuk menilai manfaat langkah-langkah pencegahan banjir (Smith 1994).

2.7 Normalisasi Sungai

(29)

12

sungai tersebut. Normalisasi sungai merupakan kegiatan membersihkan sungai dari endapan lumpur dan memperdalamnya agar kapasitas sungai dalam menampung air dapat meningkat. Hal Ini dilakukan dengan cara mengeruk sungai tersebut di titik-titik rawan kemacetan aliran air. Upaya pemulihan lebar sungai merupakan bagian penting dari program normalisasi sungai. Pelebaran sungai juga meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung dan mengalirkan air ke laut. Saat ini, Sungai Pesanggrahan memiliki luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dibagian hulu 67.515 km2 dan panjang sungai 66,7 km2. Proses normalisasi Sungai Pesanggrahan dilakukan di dua wilayah, yaitu Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Sungai tersebut rencananya akan dilebarkan menjadi 65 meter. Total panjang proyek normalisasi sungai mencapai 26,74 kilometer yang dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) dari Kementrian Pekerjaan Umum6. Melalui normalisasi maka kapasitas tampung debit air menjadi meningkat dari 30 m3/detik menjadi 220 m3/detik7.

Pekerjaan normalisasi dibagi dalam tiga paket meliputi pengerukan alur sungai, perkuatan tebing, jalan inspeksi, jembatan dan pintu air dan saluran. Paket I dimulai dari Jembatan H.Hamid – Jembatan Pos Pengumben (7 750 km). Paket II mulai dari Jembatan Pos Pengumben – Jembatan Bintaro Raya (7 730 km). Sedangkan paket III, dimulai dari Jembatan Bintaro Raya – Jembatan Cireundeu Raya/Lebak Bulus sepanjang 11 260 km8.

2.8 Adaptasi

Adaptasi adalah proses dimana suatu perubahan diatasi dengan respon dari perubahan tersebut (Gallopin 2006). Adaptasi dilatarbelakangi oleh berbagai faktor termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan keselamatan. Hal tersebut dapat dilakukan secara individu atas dasar kepentingan pribadi, atau

6

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/04/04/21194575/Normalisasi.Sungai.Pesanggrahan.Te rkendala.Para.Pemukim.Liar diakses tanggal 4 April 2013

7

http://wartakota.tribunnews.com/detil/berita/108676/Normalisasi-Kali-Pesanggrahan-Terganggu-Banjir diakses tanggal 9 April 2013

8

(30)

13 tersusun dalam aksi pemerintah dan publik untuk melindungi penduduknya (Adger et al. 2003).

Adaptasi merupakan salah satu bentuk respon masyarakat dalam menyikapi perubahan lingkungan. Dibutuhkan sejumlah pengeluaran dalam melakukan tindakan respontif ini, khususnya yang bersifat pencegahan terhadap nilai kerugian yang lebih tinggi (Berina 2011).

2.9 Upaya Mitigasi Banjir

Menurut PP no 21 tahun 2008 Pasal 20 ayat (1), mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman tertentu9. Mitigasi banjir yang dimaksud adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana banjir terhadap individu yang berada pada kawasan banjir. Contoh upaya mitigasi seperti pembuatan tanggul, meninggikan lantai, serta mengambil asuransi.

9

(31)

14

III KERANGKA PEMIKIRAN

Jakarta merupakan ibu kota sekaligus pusat pemerintahan Negara Indonesia. Hampir semua aktifitas ekonomi terpusat di Jakarta. Pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan akan menimbulkan ketidakseimbangan yang dapat merusak lingkungan. Daerah-daerah di sekitar sungai di Jakarta kini rentan terhadap banjir. Hal ini disebabkan sungai-sungai telah mengalami pendangkalan dan penyempitan. Sungai Pesanggrahan merupakan salah satu sungai yang rutin mengalami banjir. Banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Pesanggrahan ikut menggenangi kawasan sektor bisnis seperti Pasar Cipulir yang berada di Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Banjir tersebut menyebabkan kerugian yang dirasakan oleh para pelaku bisnis di pasar tersebut. Para pelaku bisnis merugi akibat tidak dapat beroperasi saat banjir, kehilangan omzet harian, serta merugi akibat rusaknya barang-barang akibat banjir. Kesejahteraan para pedagang menjadi menurun akibat banjir yang terjadi. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian dan pengkajian lebih lanjut terhadap penghitungan nilai kerugian akibat banjir terhadap unit bisnis dan komersial yang dapat menjadi informasi dalam menentukan tindakan pencegahan guna mengurangi kerugian ekonomi.

Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini merupakan keterkaitan antara tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian. Tujuan pertama dari penelitian ini adalah melihat persepsi pelaku bisnis di Pasar Cipulir terhadap banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Pesanggrahan. Persepsi digunakan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi permasalahan akibat banjir yang terjadi pada sektor unit bisnis dan komersial di daerah rentan banjir. Perbedaan persepsi setiap individu tergantung kepada informasi yang dimiliki, perbedaan nilai dalam bersikap, dan kepentingan tiap individu. Perbedaan persepsi para pelaku bisnis dapat melahirkan perbedaan penilaian terhadap risiko bencana.

(32)

15 adalah kerusakan yang terjadi karena kontak fisik air banjir dengan manusia, properti atau benda lainnya.

Tujuan akhir dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi adaptasi yang dilakukan pelaku bisnis dan pengelola PD Pasar Jaya Cipulir dalam rangka menyikapi serta mempersiapkan tindakan pencegahan terhadap banjir yang akan datang.

(33)

16

: Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 1. Diagram Alur Berpikir

(34)

17

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Cipulir, Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan daerah tersebut merupakan daerah sentra bisnis yang rentan terhadap banjir luapan Sungai Pesanggrahan. Banjir sungai yang terjadi menimbulkan berbagai persepsi serta kerugian ekonomi yang dialami para pelaku bisnis. Pengambilan data primer dan data sekunder dilaksanakan selama bulan April-Mei 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

(35)

18

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Responden pada penelitian ini adalah pelaku bisnis atau pedagang yang terdapat di Pasar Cipulir, Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Metode pengambilan contoh dilakukan dengan metode random sampling.

Didapatkan sebanyak 90 responden yang merupakan 40 responden lantai dasar, 25 responden lantai satu, dan 25 responden lantai dua. Random sampling digunakan untuk mendapatkan sebaran sampel yang representatif.

Pengambilan data melalui teknik random sampling dilakukan dengan cara penghitungan menggunakan microsoft excel. Tahap awal, didapatkan data jumlah seluruh kios dan jumlah blok di setiap lantai. Pasar Cipulir memiliki empat lantai, dengan jumlah kios lantai dasar sebanyak 666 dan jumlah kios lantai non dasar (lantai 1 dan 2) sebanyak 1 570, dimana setiap lantai terdiri dari 5 blok. Data jumlah kios tiap lantai dihitung untuk didapatkan proporsi jumlah sampel tiap blok. Hasil random dikumpulkan dalam sebuah list, kemudian responden didatangi mengikuti urutan list yang tersedia.

Kondisi pasar yang sangat sibuk, menyebabkan banyakannya penolakan, sehingga sulit mendapatkan responden yang bersedia diwawancarai. Apabila respoden tidak bersedia diwawancarai maka responden yang berada di list selanjutnya didatangi untuk diminta kesediaannya untuk diwawancara. Proporsi jumlah sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 Jumlah sampel lantai dasar Pasar Cipulir

No Blok Jumlah Kios (Unit) Jumlah Sampel (unit)

1 BLO_AKS 188 11

2 BLO_BKS 202 12

3 DLO_AKS 69 5

4 ALO_AKS 104 6

5 ALO_BKS 103 6

Total 666 40

(36)

19 Tabel 2 Jumlah sampel lantai 1 Pasar Cipulir

No Blok Jumlah Kios (unit) Jumlah Sampel (unit)

1 BLO1_AKS 225 8

2 BLO1_BKS 218 7

3 DLO1_AKS 120 4

4 ALO1_AKS 92 3

5 ALO1_BKS 85 3

Total 740 25

Sumber : Data Sekunder dan primer (diolah), 2013

Tabel 3 Jumlah sampel lantai 2 Pasar Cipulir

No Blok Jumlah Kios (unit) Jumlah Sampel

1 BLO2_ACT 234 7

2 BLO2_CCT 239 7

3 DLO2_AKS 109 3

4 ALO2_ACT 134 4

5 ALO2_BCT 114 3

Total 830 25

Sumber: Data Sekunder dan Primer (diolah), 2013

4.4 Metode Pengelolaan dan Data Analisis

(37)

20

Tabel 4 Keterkaitan tujuan, sumber data dan metode analisis data

4.4.1 Persepsi Pelaku Bisnis Terhadap Banjir

Analisis persepsi pelaku bisnis terhadap banjir akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis korelasi dengan metode korelasi Spearman. Metode analisis korelasi Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiyono 2011). Analisis persepsi dengan menggunakan metode korelasi ini menggunakan skala parametrik. Responden diminta untuk menilai persepsi risiko terhadap banjir tersebut dalam suatu skala yang bernilai antara 1 hingga 7 (Bubeck et al. 2012). Skala satu menunjukkan korelasi bernilai rendah, sedangkan skala tujuh menunjukkan korelasi bernilai tinggi. Skala persepsi dapat dilihat pada tabel 5.

NO Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis 1 Mengetahui persepsi risiko

banjir yang dialami pelaku

(38)

21 Tabel 5 Skala persepsi risiko terhadap banjir

Tingkat

Sangat tidak mungkin akan terjadi Tidak mungkin akan terjadi Netral

Kemungkinan akan terjadi Sangat mungkin akan terjadi Pasti akan terjadi

Tidak memiliki konsekuensi sama sekali Sangat tidak mungkin memiliki konsekuensi Tidak mungkin memiliki konsekuensi Netral

Kemungkinan memiliki konsekuensi Sangat mungkin memiliki konsekuensi Konsekuensi yang sangat tinggi

Tingkat

Korelasi akan dinyatakan dalam bentuk r. Bilai r terbesar adalah 1 dan yang terkecil -1 atau dapat ditulis -1 ≤ r ≤ 1. Jika nilai r adalah 1 maka antar variabel memiliki hubungan yang sempurna dan positif, sedangkan jika nilai r adalah -1 maka antar variabel memiliki hubungan yang sempurna dan negatif (Usman dan Akbar 1996). Interpretasi dari nilai r dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Interpretasi dari nilai r

R Interpretasi

Nilai r untuk menganalisis persepsi risiko pelaku komersil dihitung menggunakan rumus korelasi Spearman yaitu sebagai berikut:

(39)

22

di mana: rs= nilai korelasi Spearman

d2= selisih tiap pasang rank

n= jumlah pasang rang untuk Spearman (5 < n < 30)

Persepsi yang dinilai dalam penelitian ini merupakan persepsi pelaku bisnis terhadap banjir yang terjadi di Pasar Cipulir. Persepsi digunakan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang dimiliki pelaku bisnis terhadap banjir yang terjadi serta kesiapannya dalam menghadapi banjir. Suatu daerah yang memiliki tingkat persepsi risiko banjir rendah dan kesiapan menghadapi banjir rendah, cenderung mengalami tingkat kerusakan banjir di atas rata-rata (Messner dan Meyer 2004).

Persepsi pelaku bisnis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persepsi pelaku bisnis terhadap peluang terjadinya banjir yang sama di lokasi bisnis mereka (PEL), persepsi terhadap konsekuensi dari banjir yang akan datang (KON), persepsi terhadap upaya pencegahan (mitigasi) untuk mencegah bahaya yang akan datang (MIT), dan persepsi terhadap kebutuhan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah (PEM). Hipotesis yang dibangun yaitu, pertama, pelaku bisnis yang memiliki persepsi risiko tinggi terhadap peluang terjadinya banjir di masa depan dan konsekuensi kerusakan, maka diduga akan melakukan upaya mitigasi yang tinggi juga untuk mengurangi risiko banjir. Kedua, pelaku bisnis yang memiliki persepsi risiko tinggi terhadap peluang terjadinya banjir di masa depan dan konsekuensi kerusakan, maka diduga akan meningkatkan permintaan terhadap kebijakan pemerintah dalam rangka melakukan upaya mitigasi untuk mengurangi kerugian banjir.

4.4.2 Mengestimasi Nilai Kerugian Ekonomi Kerusakan Banjir

(40)

23 dan pengeluaran biaya tenaga kerja. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mengestimasi kerugian ekonomi. Masing-masing total kerugian yaitu biaya kerugian struktural, kerugian kerusakan isi bangunan, kerugian akibat kehilangan omzet, dan pengeluaran biaya tenaga kerja didapatkan berdasarkan pengakuan responden.

Nilai kerugian ekonomi banjir diestimasi menggunakan stage damage function dengan analisis regresi berganda. Fungsi persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

Y = β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4 +  ... (4.1) Estimasi parameter dugaan yang diharapkan berdasarkan hipotesis: β1,β2,β3,β 4 > 0

Dimana:

Y = Total kerugian ekonomi (Rp 000/Responden) X1 = Kedalaman banjir (Cm)

X2 = Durasi banjir (Jam)

X3 = Omzet (Rp 000/Responden)

X4 = Jumlah unit kios yang dimiliki (Unit)

 = error

Faktor yang berpengaruh dalam kerugian ekonomi tersebut dianalisis melalui metode regresi linear berganda pada aplikasi Stastistical Product and Service Solutions(SPSS). Model akan diuji berdasarkan kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrika. Kriteria ekonomi dinilai dengan melihat tanda dan besaran yang terdapat pada tiap koefisien dugaan sesuai dengan teori ekonomi. Apabila model tersebut memenuhi kriteria ekonomi, maka model tersebut dapat dikatakan baik. Kriteria uji statistik dilakukan dengan memperhatikan R2 atau Ajdusted R2 (R2 adj), nilai F-hitung model yang digunakan, dan nilai t-hitung masing-masing parameter yang diestimasi. Kriteria uji ekonometrika digunakan untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran asumsi yang terjadi pada model (Koutsiyiannis 1997).

Seluruh variabel independent diduga berhubungan positif dengan variabel

(41)

24

pada durasi banjir diduga akan meningkatkan besaran kerugian ekonomi. Omzet diduga berbanding lurus dengan kerugian, dimana semakin besar omzet yang dihasilkan unit bisnis diduga akan meningkatkan kerugian ekonomi banjir. Jumlah unit yang dimiliki responden juga diduga berbanding lurus dengan kerugian ekonomi banjir, dimana semakin banyak jumlah unit yang dimiliki di lokasi pasar maka kerugian semakin meningkat.

4.4.2.1 Kriteria Uji Statistik

Dalam kriteria uji statistik, koefisien determinasi atau R2adj menunjukkan proporsi keragaman variabel dependent yang diterangkan variabel independent. R2 adj berada pada selang 0<R2adj<1. Model dikatakan baik apabila R2adjmemiliki nilai yang tinggi atau mendekati angka 1. Nilai F-hitung pengujiannya dilakukan menggunakan distribusi F dengan membandingkan antara nilai kritis F-tabel dengan nilai F-hitung yang terdapat pada hasil analisis. Uji t-hitung digunakan untuk menunjukkan secara statistik pengaruh nyata atau tidaknya masing-masing variabel independent terhadap variabel dependentnya. Sama seperti uji F-hitung, pengujian uji t-hitung dilakukan dengan membandingkan hasil antara nilai kritis uji t-tabel dengan t-hitung yang terdapat pada hasil analisis (Koutsiyiannis 1997).

4.4.2.2 Kriteria Uji Ekonometrika

Uji yang dilakukan untuk melihat adanya pelanggaran asumsi pada model adalah :

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antar variabel independen. Multikolinearitas terjadi pada analisis regresi berganda dan tidak terjadi pada analisis regresi sederhana karena melibatkan beberapa variabel independen

2. Uji Heteroskedastisitas

(42)

25 Model mengalami heteroskedastisitas apabila P-value lebih kecil dari taraf nyata (Juanda 2009).

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui keadaan error pada suatu persamaan bersifat independent atau dependent. Autokorelasi diuji dengan melakukan uji Durbin Watson (DW).

H0 : tidak ada serial autoorelasi baik positif maupun negatif

H1 : terdapat serial autokorelasi.

4.4.3 Mengidentifikasi Upaya Adaptasi Pelaku Bisnis serta Pengelola Pasar Cipulir

(43)

26

V GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Cipulir, Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama. Lokasi ini merupakan salah satu sentra bisnis terbesar di kawasan aliran Sungai Pesanggrahan. Sungai tersebut merupakan sungai yang sedang dilaksanakan proyek normalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai tahun 2013. Normalisasi bertujuan untuk meningkatkan kapasitas aliran sungai. Kelurahan Cipulir merupakan satu dari enam Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Secara geografis, Kelurahan Cipulir memiliki luas 193.3 Ha. Secara administratif Kelurahan Cipulir berbatasan dengan Jl. Kangkung (Kelurahan Grogol Selatan) di sebelah Utara, Jl. Kebayoran Lama (Kel. Kebayoran Lama Utara) di sebelah Timur, Jl. Kebayoran Lama (Kel. Kebayoran Lama Utara) di sebelah Selatan, dan Sungai Pesanggrahan (Kelurahan Ulujami) di sebelah Barat. Daerah-daerah di kawasan Cipulir yang terletak berdekatan dengan aliran Sungai Pesanggrahan sering kali dilanda banjir akibat luapan sungai. Pasar Cipulir merupakan salah satu kawasan bisnis yang sering terkena dampak akibat luapan Sungai Pesanggrahan, hal ini dikarenakan kawasan pasar tersebut terletak persis di sebelah aliran Sungai Pesanggrahan.

Pasar Cipulir yang berdiri sejak tahun 1983 adalah salah satu pusat grosir tekstil di Jakarta dengan penjualan skala nasional yang melayani pembelian dalam dan luar kota. Pasar dengan luas wilayah sebesar 12 531 m2 memiliki 3 tipe tempat usaha yaitu Pasar Existing Cipulir blok A, Pasar Existing Cipulir blok B, dan Pasar blok hasil PT.MPI. Pasar ini memiliki sebanyak 3 311 unit tempat usaha yang terdiri dari kios, counter, dan pujasera dengan jumlah unit setiap blok yang berbeda-beda. Jumlah kios di Pasar Existing Cipulir blok A sebanyak 593 unit, Pasar Existing blok B sebanyak 1 532 unit, dan Pasar Cipulir blok MPI sebanyak 1 186 unit. Pasar ini terdiri dari empat lantai yaitu, lantai dasar, lantai satu, dua, dan tiga. Setiap lantai di Pasar Cipulir dibagi lagi menjadi lima blok yang terdiri dari blok bloo AKS, aloo AKS, bloo BKS, aloo BKS, dan dloo AKS.

(44)

27 ini merupakan satu dari 150 pasar yang dikelola oleh PD. Pasar Jaya yaitu perusahaan daerah milik pemda DKI. Terdapat sebanyak 2 020 pedagang yang membuka usaha di Pasar Cipulir. Adapun beberapa fasilitas yang tersedia di Pasar Cipulir yaitu seperti tempat ibadah, halaman parkir, keamanan, kebersihan, dan pemadam kebakaran.

Pada tanggal 17 sampai 19 Januari 2013 sebanyak 666 kios yang terdapat di lantai dasar terendam banjir. Banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Pesanggrahan bukan hanya menimbulkan pengaruh terhadap keberlangsungan bisnis di lantai dasar. Kios-kios yang berada di lantai selain dasar ikut merasakan dampak dari banjir yang menggenangi lantai dasar. Banjir yang hampir rutin terjadi di Pasar Cipulir menyebabkan para pelaku bisnis sudah lebih siap terhadap banjir yang akan terjadi. Dalam setahun Pasar Cipulir dilanda banjir sebanyak tiga sampai empat kali. Letak pasar yang berada di bibir sungai menjadi salah satu penyebab Pasar Cipulir sering di landa banjir.

5.2 Karakteristik Umum Unit Usaha di Pasar Cipulir

Karakteristik umum unit usaha di Pasar Cipulir didapatkan dari hasil kuesioner kepada 90 responden yang terdiri dari 40 responden lantai dasar dan 50 responden lantai non dasar. Karakteristik umum unit bisnis meliputi lama operasional unit usaha, jumlah karyawan, jumlah unit kios yang dimiliki, status kepemilikan kios, dan jumlah omzet per hari unit bisnis. Beberapa karakteristik umum unit bisnis tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi kerugian ekonomi pada bisnis akibat banjir yang terjadi.

5.2.1 Lama Usaha

(45)

28

Sumber : Data Primer 2013

Gambar 2 Persentase lama usaha unit bisnis di Pasar Cipulir

5.2.2 Jumlah karyawan

Karakteristik unit bisnis dapat dilihat dari jumlah karyawan yang dimiliki. Dari 90 responden unit bisnis di Pasar Cipulir rata-rata memiliki satu hingga dua karyawan dalam kios mereka. Hasil survei menunjukkan, sebanyak 34 responden (38%) memiliki sebanyak satu orang karyawan, 30 responden (33%) memiliki karyawan sebanyak dua orang, sedangkan jumlah responden paling sedikit mimiliki karyawan sebanyak tujuh orang, yaitu sebanyak satu responden. Variasi jumlah karyawan dalam satu unit bisnis dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber : Data Primer 2013

(46)

29

5.2.3 Jumlah Unit Kios

Pelaku bisnis di Pasar Cipulir yang memiliki satu unit kios, yaitu sebanyak 48 responden. Sebanyak 33 responden memiliki kios sebanyak dua unit. Sedangkan sisanya memiliki kios sebanyak tiga unit sebanyak 5 responden, memiliki empat unit kios sebanyak 3 responden, dan memiliki enam unit kios sebanyak satu responden. Responden yang memiliki jumlah kios lebih dari satu rata-rata berada di lantai yang berbeda dengan kios lain yang dimilikinya. Responden juga menjadikan salah satu unit yang dimiliki digunakan sebagai gudang penyimpanan stok dagangan. Gudang tersebut juga dapat berguna untuk evakuasi saat banjir. Variasi jumlah unit kios yang dimiliki pelaku bisnis dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Data Primer 2013

Gambar 4 Persentase jumlah unit kios yang dimiliki pelaku bisnis di Pasar Cipulir

5.2.4 Status Kepemilikan

(47)

30

pakai, sewa kios melakukan pembayaran sewa setiap satu bulan sekali atau satu tahun sekali sesuai dengan perjanjian antara pemilik dan penyewa. Variasi status kepemilikan unit usaha di Pasar Cipulir dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Data Primer 2013

Gambar 5 Persentase status kepemilikan pelaku bisnis di Pasar Cipulir

5.2.5 Omzet per hari

Jumlah omzet perhari unit usaha di Pasar Cipulir didominasi oleh responden yang beromzet kurang dari sama dengan Rp 10.000.000 per hari dengan jumlah responden sebanyak 70 orang. Sisanya, yaitu sebanyak 10 responden beromzet 11-20 juta per hari, dua responden beromzet 21-30 juta per hari, tiga responden beromzet 41-50 juta per hari, dan lima responden beromzet lebih dari 50 juta per hari. Besarnya omzet yang diterima para pelaku bisnis di Pasar Cipulir disebabkan pasar tersebut merupakan pasar grosir yang setiap harinya melayani penjualan dalam dan luar kota. Hal tersebut dapat di lihat pada Gambar 6.

Sumber : Data Primer, 2013

Gambar 6 Persentase jumlah omzet per hari pelaku bisnis di Pasar Cipulir

(48)

31

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Pelaku Bisnis di Pasar Cipulir Terhadap Banjir

Persepsi pelaku bisnis terhadap risiko banjir merupakan suatu penilaian pelaku bisnis terhadap dampak dari banjir yang terjadi sesuai dengan pengalaman dan latar belakang masing-masing pelaku bisnis. Penilaian terhadap Persepsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persepsi pelaku bisnis terhadap peluang terjadinya banjir yang sama di lokasi bisnis mereka (PEL), persepsi terhadap konsekuensi dari banjir yang akan datang (KON), persepsi terhadap upaya pencegahan (mitigasi) untuk mencegah bahaya yang akan datang (MIT), dan persepsi terhadap kebutuhan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah (PEM). Penilaian ini dilakukan dengan memberikan peringkat satu sampai tujuh pada setiap variabel. Peringkat satu menunjukkan bahwa penilaian terhadap persepsi pelaku bisnis rendah, sedangkan peringkat tujuh menunjukkan penilaian terhadap persepsi tinggi. Rata-rata persepsi pelaku bisnis Pasar Cipulir terhadap banjir yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Rata-rata persepsi pelaku bisnis terhadap banjir di Pasar Cipulir tahun 2013

Lantai PEL KON MIT PEM

Rata-rata lantai dasar 6.4 5.8 2.5 6.7

Rata-rata Lantai non dasar 6.3 5.2 1.6 6.6

*Ket : dalam skala 1-7

Sumber : Data Primer (diolah), 2013

(49)

32

kemungkinan memiliki konsekuensi terhadap usaha mereka. Pada persepsi terhadap upaya pencegahan untuk mencegah bahaya yang akan datang (MIT), pelaku bisnis lantai dasar mempunyai peringkat penilaian yang lebih tinggi dibandingkan lantai non dasar. Hal ini disebabkan karena lantai dasar terkena dampak langsung dari banjir sehingga upaya pencegahan masih akan dilakukan. Walaupun persepsi akan upaya pencegahan banjir sedikit berberbeda dan dalam peringkat nilai yang kecil, persepsi pelaku bisnis lantai dasar dan non dasar terhadap kebutuhan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah (PEM) tinggi. Mereka sama-sama mengharapkan penanggulangan banjir dari pemerintah terhadap lokasi usaha mereka. Normalisasi sungai merupakan salah satu upaya penanggulangan banjir dari pemerintah.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 90 pelaku bisnis, terdiri dari 40 reponden lantai dasar dan 50 responden lantai non dasar, didapatkan bahwa persentase persepsi pelaku bisnis terhadap banjir dalam skala satu sampai tujuh adalah sebagai berikut.

a) Persepsi pelaku bisnis terhadap peluang terjadinya banjir yang sama

Persepsi pelaku bisnis terhadap peluang terjadinya banjir yang sama yaitu, sebanyak 64% pelaku bisnis yakin bahwa banjir yang sama pasti akan terjadi lagi pada lokasi bisnis mereka. Banyaknya pelaku bisnis yang yakin akan datangnya banjir yang sama disebabkan karena pelaku bisnis menilai banjir yang datang bukan hanya dari luapan sungai saja tetapi banjir juga datang melalui celah-celah lantai kios yang belum ditinggikan lantainya. Selain itu, pelaku bisnis menilai bahwa lokasi bisnis mereka berada di dataran yang lebih rendah serta berbatasan langsung dengan Sungai Pesanggrahan.

(50)

33 unit bisnis, kesiapan dalam menghadapi banjir, serta beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat konsekuensi akibat banjir.

c) Persepsi pelaku bisnis terhadap upaya pencegahan (mitigasi) akan bahaya banjir

Sebanyak 67% pelaku bisnis berpersepsi bahwa sama sekali tidak akan melakukan upaya mitigasi. Pelaku bisnis yang menyatakan pasti akan melakukan upaya mitigasi hanya 3%. Sedikitnya jumlah pelaku bisnis yang menyatakan akan melakukan mitigasi didasarkan bahwa para pelaku bisnis sudah melakukan upaya adaptasi terhadap banjir yang lebih dulu terjadi. Rutinnya banjir yang terjadi menyebabkan para pelaku bisnis telah melakukan upaya adaptasi seperti membuat tanggul yang sekaligus dijadikan meja untuk beroprasi kegiatan bisnis, memindahkan barang dagangan ketempat yang lebih tinggi setiap hari setelah tutup toko untuk mengantisispasi datangnya banjir setiap waktu, meninggikan lantai kios yang mereka tempati, serta beberapa unit bisnis membawa barang dagangannya ke rumah ataupun memindahkan ke gudang yang ada di lantai atas. d) Persepsi terhadap kebutuhan akan upaya penanggulangan banjir dari

pemerintah

Dari hasil wawancara, sebanyak 78% pelaku bisnis berpersepsi bahwa kebutuhan akan penanggulangan banjir dari pemerintah sangat penting, hal ini membuktikan bahwa para pelaku bisnis sangat ingin memiliki tempat bisnis yang lebih baik dan bebas dari banjir. Para pelaku bisnis mengaku penanggulangan banjir dari pemerintah terhadap unit bisnis terkesan lambat padahal pasar yang mereka tempati merupakan perusahaan daerah yang seharusnya juga mendapatkan perhatian.

6.1.1 Hasil Korelasi Persepsi Pelaku Bisnis Terhadap Banjir yang Terjadi Pasar Cipulir

(51)

34

Ket : *signifikan pada taraf nyata 0.05 ** signifikan pada taraf nyata0.01 Sumber : Data Primer (diolah), 2013

Hasil korelasi persepsi pelaku bisnis terhadap banjir di Pasar Cipulir menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang siginifikan dan positif antara persepsi pelaku bisnis terhadap peluang terjadinya banjir yang sama dilokasi bisnis mereka (PEL) dengan persepsi pelaku bisnis terhadap konsekuensi dari banjir yang akan datang (KON). Hal ini menunjukkan bahwa pelaku bisnis sadar lokasi bisnis mereka rawan banjir. Berdasarkan hasil analisis Spearman, nilai koefisisen korelasi yang diperoleh dari kedua persepsi tersebut sebesar 0.230. Artinya, peningkatan terhadap persepsi pelaku bisnis terhadap peluang banjir yg sama akan meningkatkan persepsi terhadap konsekuensi dari banjir yang akan datang.

Hubungan yang sangat signifikan dan positif terjadi antara persepsi peluang terjadinya banjir yang sama di lokasi bisnis mereka (PEL) dengan persepsi terhadap kebutuhan penanggulangan banjir dari pemerintah (PEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari korelasi kedua persepsi sebesar 0.273. Dapat disimpulkan bahwa pelaku bisnis di Pasar Cipulir sadar bahwa lokasi usaha mereka berada di kawasan rawan banjir, pelaku bisnis lebih mengharapkan akan upaya kebutuhan penanggulangan banjir dari pemerintah dibandingkan dengan upaya pencegahan (mitigasi) yang dilakukan secara sendiri. Hal ini disebabkan karena pelaku bisnis telah melakukan strategi adaptasi sebelumnya sehingga cenderung tidak akan melakukan upaya mitigasi.

(52)

35 pedagang yang sudah lama mendirikan usaha di Pasar Cipulir sehingga tingkat persiapan para pelaku bisnis terhadap banjir sudah tinggi dari pengalaman banjir sebelumnya. Hasil wawancara dengan pelaku bisnis di Pasar Cipulir menunjukkan bahwa para pelaku bisnis tidak melakukan upaya mitigasi dikarenakan para pelaku bisnis sudah melakukan strategi adaptasi yaitu dengan meninggikan lantai kios serta membuat tanggul serbaguna dapat dijadikan sebagai meja untuk kegiatan usaha mereka. Selanjutnya, para pedagang menyerahkan upaya mitigasi kepada pengelola PD Pasar Jaya Cipulir untuk dapat mengurangi risiko banjir yang bertujuan agar lokasi Pasar Cipulir bisa bebas dari banjir. Menurut Weinstein et al (1998), persepsi risiko dari seorang individu yang telah menerapkan langkah mitigasi cenderung menurun. Para pelaku bisnis di Pasar Cipulir paling banyak berpersepsi bahwa banjir yang akan datang kemungkinan memiliki konsekuensi, para pelaku bisnis merasa telah melakukan upaya adaptasi sehingga tidak akan melakukan upaya mitigasi.

Analisis korelasi dibahas lebih lanjut dengan menilai hubungan antara persepsi berdasarkan faktor-faktor tertentu seperti letak lokasi lantai kios yang dimiliki pelaku bisnis, serta berdasarkan omzet yang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap persepsi pelaku bisnis. Berikut adalah pembahasan hasil korelasi berdasarkan faktor yang mempengaruhi tersebut.

6.1.2 Persepsi Pelaku Bisnis Terhadap Banjir di Pasar Cipulir Berdasarkan Perbedaan Lokasi Lantai

Banjir di Pasar Cipulir yang menggenangi lantai dasar pasar bukan hanya memberikan dampak pada lantai dasar saja. Dampak banjir juga dirasakan oleh para pelaku bisnis yang berada dilantai non dasar. Perbedaan letak lokasi lantai dan perbedaan dampak yang dirasakan akibat banjir ternyata memberikan perbedaan hubungan antar persepsi pelaku bisnis di lantai dasar dan lantai non dasar. Pada korelasi dengan menggunakan metode korelasi Spearman, persepsi dianalisis secara khusus dengan membagi persepsi antara lantai dasar dan non dasar.

(53)

36

Diperoleh hasil analisis korelasi persepsi pelaku bisnis lantai dasar di Pasar Cipulir adalah sebagai berikut :

Tabel 9 Hasil korelasi persepsi pelaku bisnis lantai dasar terhadap banjir di Pasar Cipulir tahun 2013

Ket : *korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05

Sumber: Data Primer (diolah), 2013

Hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi pelaku bisnis terhadap peluang terjadinya banjir yang sama di lokasi bisnis mereka (PEL) dengan persepsi terhadap kebutuhan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah (PEM). Nilai koefisien korelasi yang di dapat dari kedua persepsi tersebut sebesar 0.341. Pelaku bisnis sadar bahwa lokasi bisnis mereka berada di kawasan rawan banjir, mereka lebih mengharapkan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah untuk mengurangi risiko banjir di lokasi bisnis dibandingkan dengan melakukan upaya mitigasi sendiri.

b) Lantai non dasar

Hasil analisis korelasi persepsi pelaku bisnis lantai non dasar di Pasar Cipulir adalah sebagai berikut :

Tabel 10 Hasil korelasi persepsi pelaku bisnis lantai non dasar terhadap banjir di Pasar Cipulir tahun 2013

Ket : *korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05

Sumber: Data Primer (diolah), 2013

(54)

37 0.322. Pelaku bisnis di lantai non dasar sangat sadar bahwa lokasi bisnis mereka merupakan daerah yang rawan banjir. Pelaku bisnis di lantai non dasar tidak terkena dampak langsung dari banjir. Meskipun demikian, pelaku bisnis di lantai non dasar tetap merasakan konsekuensi dari banjir tersebut. Omzet yang didapatkan menurun akibat sepinya pengunjung, sehingga persepsi terhadap konsekuensi dari banjir yang akan datang tinggi.

Tanda positif pada nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa hubungan berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan hipotesis yaitu semakin tinggi persepsi pelaku bisnis terhadap peluang terjadinya banjir yang sama di lokasi bisnis mereka maka persepsi terhadap konsekuensi dari banjir yang akan datang juga akan meningkat. Lantai non dasar yang tidak merasakan dampak langsung dari banjir menyebabkan persepsi terhadap upaya pencegahan (mitigasi) untuk mencegah bahaya yang akan datang dan persepsi terhadap kebutuhan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah tidak menghasilkan hubungan yang signifikan terhadap peluang terjadinya banjir yang sama maupun terhadap persepsi konsekuensi dari banjir yang akan datang. Pelaku bisnis lantai non dasar rata-rata berpersepsi tidak akan melakukan upaya pencegahan (mitigasi). Hal ini disebabkan karena bisnis mereka tidak terkena dampak langsung dari air banjir. Persepsi terhadap permintaan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah lantai non dasar tinggi, akan tetapi tidak berkorelasi dengan variabel persepsi lain.

Terdapat perbedaan persepsi lantai dasar dengan lantai non dasar pada persepsi terhadap upaya kebutuhan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah. Pelaku bisnis lantai dasar Pasar Cipulir lebih membutuhkkan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah. Hal ini disebabkan lantai dasar Pasar Cipulir terkena dampak langsung dari air banjir luapan sungai.

6.1.3 Persepsi Pelaku Bisnis Terhadap Banjir di Pasar Cipulir Berdasarkan Perbedaan Omzet

(55)

38

yang memilki omzet di atas rata dan responden dengan omzet di bawah rata-rata. Hasil korelasi persepsi antara variabel-variabel persepsi dalam penelitian ini, yaitu pada pelaku bisnis dengan omzet di bawah rata-rata tidak terdapat hubungan korelasi antar variabel. Menurut hasil pengamatan dilapang, pelaku bisnis yang memiliki omzet di bawah rata-rata cenderung lebih cuek dalam menghadapi banjir dengan alasan tidak ada biaya untuk melakukan upaya mitigasi. Pelaku bisnis cenderung pasrah dengan keadaan yang dialami sekarang. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Ket : *korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05

Sumber: Data Primer (diolah), 2013

Pada pelaku bisnis dengan omzet di atas rata-rata, dari hasil korelasi didapatkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara persepsi peluang terjadinya banjir yang sama di lokasi bisnis mereka (PEL) dengan persepsi terhadap kebutuhan penanggulangan banjir dari pemerintah (PEM). Nilai koefisien korelasi sebesar 0.503 atau berkorelasi agak rendah. Pelaku bisnis dengan omzet di atas rata-rata memiliki rasa khawatir yang lebih tinggi apabila banjir datang. Hal ini disebabkan karena omzet mereka yang tinggi dapat hilang apabila terjadi banjir. Pelaku bisnis dengan omzet di atas rata-rata sangat sadar akan keberadaannya di lokasi rawan banjir sehingga mereka mengharapkan sekali upaya penanggulangan dari pemerintah.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alur Berpikir
Tabel 2 Jumlah sampel lantai 1 Pasar Cipulir
Tabel 4 Keterkaitan tujuan, sumber data dan metode analisis data
Gambar 2 Persentase lama usaha unit bisnis di Pasar Cipulir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Havighurst menyebutkan tugas-tugas perkembangan bagi para remaja, antara lain: mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, baik dengan

memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Meningkatnya partisipasi anggaran yang dimoderasi oleh kapasitas individu tidak mempengaruhi

terhadap usaha yang dikelola oleh calon debiturnya dengan cara yang cukup efektif yaitu dengan mengetahui penghasilan calon debiturnya tersebut. c) Capital (modal),

 Waktu untuk pembuatan letter of credit (LC).  Waktu yang diperlukan supplier untuk membuat atau menyiapkan barang.  Waktu pengepakan untuk pengiriman.  Waktu pengiriman

4 tahun 1960, menjalankan untuk sementara waktu tugas dan pekerjaan Dewan Perwakilan rakyat (selanjutnya disebut (DPR) menurut Undang-Undang Dasar 1945, selama badan

Pada tanggal tersebut seluruh transaksi operasional telah dibukukan oleh perusahaan, termasuk ayat jurnal penyesuaian untuk mengakui beban depresiasi aset tetap,

Desa Belang Malum yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Dairi.. dan terletak di Kwcamatan Sidikalang memiliki suku asli yakni

Hasil kajian terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali dapat disimpulkan sebagai berikut.