• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelimpahan Hama Dan Musuh Alami Pada Pertanaman Padi Varietas Pandanwangi Di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelimpahan Hama Dan Musuh Alami Pada Pertanaman Padi Varietas Pandanwangi Di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA

PERTANAMAN PADI VARIETAS PANDANWANGI DI

KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ACEP MUHAMAD

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Padi Varietas Pandanwangi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Acep Muhamad

NIM A34110066

____________________

(4)
(5)

ABSTRAK

ACEP MUHAMAD. Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Padi Varietas Pandanwangi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh I WAYAN WINASA.

Pandanwangi merupakan salah satu varietas padi lokal aromatik yang berasal dari Kabupaten Cianjur. Padi Pandanwangi rentan terhadap serangan hama. Hal tersebut merupakan salah satu faktor pembatas produksi padi Pandanwangi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelimpahan hama dan musuh alami serta perkembangan populasinya pada tanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan langsung, lubang perangkap (pitfall trap), dan jaring serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama yang banyak ditemukan pada pertanaman padi Pandanwangi fase vegetatif awal adalah trips. Kepinding tanah, wereng batang cokelat dan wereng hijau ditemukan pada fase vegetatif dan generatif. Walang sangit dan kepik hijau ditemukan pada fase generatif. Musuh alami yang banyak ditemukan adalah laba-laba predator yaitu Tetragnathidae, Lycosidae, Oxyopidae, Araneidae, dan serangga predator Formicidae, Carabidae, Coccinellidae dan Staphylinidae.

(6)
(7)

ABSTRACT

ACEP MUHAMAD. Abundance of Pests and Natural Enemies at the Variety of Pandanwangi Rice Field in Warungkondang District of Cianjur. Supervised by I WAYAN WINASA.

Pandanwangi is one of the local aromatic rice varieties from Cianjur. Rice Pandanwangi is susceptible to pest attack wich is one of the limiting factors in Pandanwangi rice production. The aim of this study was to determined the abundance of major pests and natural enemies and their population growth on Pandanwangi rice plants in Bunikasih Village, Warungkondang district, Cianjur. Observations were done by using the methods of direct observation, pitfall traps, and insect sweep nets. The results show that the pests were commonly found in Pandanwangi rice crops in the early vegetative stage is thrips. Rice black bug, brown planthopper, and green leafhopper found in the vegetative and generative stage. Rice bug and green stink bug found in the generative stage. Natural enemies found were predatory spiders were family Tetragnathidae, Lycosidae, Oxyopidae, Araneidae, predatory insect Formicidae, Carabidae, Coccinellidae and Staphylinidae.

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(10)
(11)

KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA

PERTANAMAN PADI VARIETAS PANDANWANGI DI

KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ACEP MUHAMAD

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)
(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Padi Varietas Lokal Pandanwangi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai Juni 2015.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan ilmu, saran, motivasi, dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Titiek S Yuliani, SU selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis. Terima kasih kepada petani padi Pandanwangi khususnya bapak H. Mansyur yang telah bersedia lahan sawahnya dijadikan tempat penelitian.

Terima kasih kepada ibunda tercinta ibu Sutihat yang telah memberikan segala bentuk dukungan dan restunya kepada penulis. Skripsi ini juga saya persembahkan untuk almarhum ayahanda bapak Baden karena berkat bimbingan beliau semasa kecil, saya menjadi cinta dengan dunia pertanian. Terima kasih untuk kakak, dan seluruh keluarga penulis yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran, dan doa untuk penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 48 dan teman-teman di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman IPB yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat selesai.

Bogor, Desember 2015

(16)
(17)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

BAHAN DAN METODE ... 3

Tempat dan Waktu... 3

Lahan Pengamatan ... 3

Metode Penelitian ... 3

Pengamatan Langsung ... 3

Lubang Perangkap (Pitfall Trap). ... 4

Penjaringan ... 4

Identifikasi Artropoda... 4

Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Tanaman Padi Pandanwangi ... 5

Pengamatan langsung ... 5

Lubang Perangkap (Pitfall Trap) ... 6

Penjaringan ... 7

Perkembangan Populasi Hama dan Musuh Alami ... 8

SIMPULAN DAN SARAN ... 13

Simpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(18)

DAFTAR TABEL

1 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode pengamatan

langsung ... 86 2 Kelimpahan musuh alami berdasarkan metode pengamatan langsung ... 6 3 Kelimpahan musuh alami dan Collembola yang tertangkap lubang

perangkap ... 7 4 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode penjaringan ... 7 5 Kelimpahan musuh alami berdasarkan metode penjaringan ... 8

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan populasi trips pada tanaman padi Pandanwangi di Desa

Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur ... 8 2 Perkembangan populasi Scotinophara sp. dan N. lugens pada tanaman

padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur ... 9 3 Perkembangan populasi musuh alami laba-laba pada tanaman padi

Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur ... 10 4 Perkembangan populasi N. viridula, N. virescent dan Leptocorisa sp.

pada tanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur ... 11 5 Perkembangan serangan penggerek batang pada tanaman padi

Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur ... 12

6 ...

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perkembangan kelimpahan hama pada tanaman padi Pandanwangi

berdasarkan metode pengamatan langsung ... 17 2 Perkembangan kelimpahan musuh alami predator pada tanaman padi

Pandanwangi berdasarkan metode pengamatan langsung ... 18 3 Hama tanaman padi Pandanwangi yang dominan ditemukan selama

pengamatan ... 19 4 Musuh alami pada tanaman padi Pandanwangi yang dominan ditemukan

selama pengamatan ... 20

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat Indonesia mengonsumsi beras rata-rata 113 kg/kapita/tahun, sehingga total kebutuhan beras nasional sebanyak 29 juta ton pada tahun 2014 (BPS 2015). Data tersebut menunjukkan bahwa beras merupakan bahan pangan utama masyarakat Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat seiring jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah. Oleh sebab itu, produksi beras sebagai bahan pangan utama harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di sisi lain kesejahteraan sosial masyarakat yang terus meningkat menyebabkan perubahan pola konsumsi jenis beras. Masyarakat menengah ke atas sudah mulai memilih jenis beras khusus kualitas premium untuk dikonsumsi. Untuk itu, peningkatan produksi beras juga harus bisa memenuhi kebutuhan khusus tersebut. Salah satu jenis beras khusus kualitas premium yang dikenal di Indonesia adalah beras aromatik.

Beras aromatik (aromatic rice) merupakan salah satu jenis beras kualitas premium yang memiliki daya saing dari segi harga di pasar (Singh et al. 2000). Beras Pandanwangi Cianjur merupakan salah satu jenis beras aromatik lokal unggul nasional yang berasal dari Kabupaten Cianjur. Menurut BBPTP (2010), keunggulan beras ini dapat dilihat dari segi penampilan fisik yang baik, tekstur yang pulen dan aroma pandan yang menyenangkan (pleasan odour). Perbedaan aroma yang terdapat dalam beras Pandanwangi dengan beras yang tidak memiliki aroma khusus adalah kandungan 2-asetil-1 pirolina (2AP) dan senyawa volatil seperti hidrokarbon, alkohol, ester, aldehid, keton dan senyawa volatil lainnya yang lebih banyak (Wijaya et al. 2008). Beras Pandanwangi memiliki kadar amilosa kategori sedang yaitu 24.6 %. Kandungan amilosa kategori sedang menimbulkan tekstur pulen pada beras Pandanwangi (Wijaya et al. 2008). Beras Pandanwangi banyak diminati oleh masyarakat walaupun harganya lebih tinggi daripada beras pada umumnya. Namun, kebutuhan pasar yang tinggi terhadap beras khusus kualitas premium seperti beras Pandanwangi tidak diimbangi dengan produksi yang cukup. Salah satu permasalahan produksi beras Pandanwangi adalah kerentanan tanaman ini terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

(20)

2

2008). Banyaknya varietas padi yang ditanam, menyebabkan kondisi pertanaman padi di daerah produksi padi Pandanwangi tidak serempak baik dalam penggunaan varietas padi, maupun periode waktu tanam. Kondisi tersebut menyebabkan serangan hama di kawasan sentra produksi padi Pandanwangi cukup tinggi. Dalam konsep pengendalian hama terpadu (PHT) ditekankan bahwa pengendalian hama selayaknya dapat dilakukan secara hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang telah ada di lahan pertanaman. Musuh alami yang menghuni pertanaman padi sangat beragam dan dapat dimanfaatkan untuk menekan populasi hama kalau dikelola dengan baik (Untung 1993). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kelimpahan hama dan musuh alami yang ada di pertanaman padi khususnya padi Pandanwangi.

.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi kelimpahan dan perkembangan populasi hama serta musuh alami pada pertanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

(21)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai Juni 2015. Pengamatan lapang dilakukan di lahan sawah milik petani di desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian laboratorium berupa identifikasi artropoda hama dan musuh alami dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lahan Pengamatan

Lahan pertanaman padi Pandanwangi yang diamati seluas ±3000 m² berada pada ketinggian 682 mdpl. Tanaman diamati mulai umur 2 sampai 19 minggu setelah tanam (MST) yang dibagi ke dalam fase vegetatif dan generatif. Fase pertumbuhan padi meliputi pembibitan (14 hari), vegetatif awal (0-6 MST), dan vegetatif akhir (7-11 MST). Fase generatif meliputi masa reproduktif (12-16 MST) dan pematangan bulir (17 MST-panen).

Teknik budidaya padi yang diterapkan adalah pengembalian jerami setelah musim panen. Penanaman dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm jajar legowo lima dengan jumlah bibit tiap lubang tanam berkisar antara 2-3 bibit. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan yang dilakukan satu kali dalam satu musim tanam yaitu pada 7 MST. Gulma yang tumbuh di lahan terdiri atas golongan rumput, teki, dan gulma daun lebar. Pemupukan dilakukan pada umur tanaman 2 MST dilanjutkan dengan interval setiap 15 hari sekali selama lima kali pemupukan menggunakan pupuk alami campuran mikroorganisme lokal (MOL) dan pupuk organik cair (POC). Dosis yang digunakan dalam satu kali aplikasi adalah 2200 ml/ha POC ditambah 400 ml/ha MOL yang dicampurkan ke dalam air sampai mencapai 100 l.

Metode Pengamatan

Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung dilakukan pada 100 rumpun tanaman contoh yang ditentukan secara acak sistematis. Setiap rumpun diamati mulai dari pangkal batang sampai daun. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai 18 kali pengamatan. Pengamatan langsung meliputi jenis dan jumlah hama dan musuh alami dan gejala serangan pada rumpun tanaman. Hama dan musuh alami yang belum diketahui jenisnya dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label, dikoleksi dalam botol koleksi yang diisi alkohol 70% kemudian diidentifikasi di laboratorium.

Pengamatan tripspada fase vegetatif awal dilakukan dengan cara membuka daun yang terserang yaitu daun yang menggulung kemudian dihitung jumlah nimfa maupun imago trips. Pengamatan trips pada fase generatif dengan menghitung jumlah trips yang terlihat di permukaan daun.

(22)

4

imago yang ada pada permukaan daun. Pengamatan walang sangit dilakukan dengan cara menghitung jumlah nimfa dan imago yang berada pada tajuk tanaman khususnya pada malai.

Pengamatan hama penggerek batang dilakukan dengan menghitung intensitas serangannya, yaitu dengan menghitung jumlah pucuk mati pada fase vegetatif (sundep) dan jumlah malai hampa pada fase generatif (beluk) per rumpun dibagi jumlah total anakan atau tunas dalam satu rumpun dengan rumus sebagai berikut:

Lubang Perangkap (Pitfall Trap)

Artropoda yang hidup dan beraktivitas di permukaan tanah diamati dengan menggunakan lubang perangkap (pitfall trap). Lubang perangkap dibuat dari gelas bekas air mineral (tinggi 9.5 cm dan diameter 6.5 cm). Gelas ditanam di tanah dengan posisi permukaan atas sejajar dengan permukaan tanah. Gelas diisi formalin 2%dengan volume 1/3 gelas, kemudian diberi pelindung seng (panjang 30 cm dan lebar 15 cm) yang berbentuk seperti atap rumah untuk menghindari tetesan air hujan. Dalam setiap pengamatan dipasang 25 perangkap di pematang sawah dengan jarak antar perangkap 10 m. Perangkap dipasang selama 24 jam dan diulang setiap minggu mulai umur tanaman 2 MST sampai 19 MST. Artropoda yang tertangkap kemudian dikoleksi dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70% untuk diidentifikasi di laboratorium dan dicatat jenis dan jumlahnya.

Penjaringan

Penjaringan dilakukan untuk mendapatkan artropoda yang aktif terbang dan yang aktif di sekitar tajuk tanaman. Penjaringan dilakukan dengan menggunakan jaring serangga sebanyak 10 ayunan dengan 20 kali ulangan. Penjaringan dilakukan pada lahan pengamatan dengan penyebaran sistematis. Artropoda yang didapat dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian dikoleksi dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70%. Selanjutnya diidentifikasi, dicata jumlah dan jenisnya.

Identifikasi Artropoda

Identifikasi artropoda menggunakan buku identifikasi Borror et al. (1996), Barrion dan Litsinger (1994), Kalshoven (1981), Reissig et al. (1986) dan Shepard

et al. (1987). Artropoda yang diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan perannya sebagai hama (herbivor), musuh alami (predator dan parasitoid), detritivor, dan peran lainnya.

Analisis Data

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Tanaman Padi Pandanwangi

Pengamatan Langsung

Proporsi trips mencapai 77.40% dari keseluruhan hama yang ditemukan pada pengamatan langsung (Tabel 1). Trips yang banyak ditemukan adalah Thrips oryzae (Bagnall) atau Stenchaetothrips biformis (Thysanoptera: Thripidae) (Lampiran 3). Trips dewasa berwarna cokelat gelap sedangkan nimfanya berwarna kuning. Nimfa dan imago makan jaringan permukaan atas daun dengan cara meraut dan menghisap menyebabkan gejala garis berwarna keperakan, gejala lebih lanjut daun menggulung memanjang untuk perlindungan nimfa dan imago. Gejala serangan trips di lahan pengamatan cukup parah, sehingga tanaman padi terhambat pertumbuhan dan perkembangannya pada fase vegetatif awal. Hampir semua tanaman padi pada fase tersebut menunjukkan gejala daun menggulung, berwarna pucat dan layu bila dibuka di dalam gulungan daun ditemukan trips.

Kepinding tanah (Scotinophara sp.) yang ditemukan proporsinya mencapai 11.97 % dari keseluruhan hama (Tabel 1). Kepinding tanah ditemukan pada pangkal rumpun tanaman padi. Gejala yang muncul akibat serangan hama ini adalah adanya bekas tusukan pada batang dan beberapa rumpun daunnya menguning. Jumlah kepinding tanah masih termasuk dalam kategori rendah sehingga tidak menyebabkan gejala serangan yang parah pada pertanaman.

Wereng batang cokelat Nilaparvata lugens (Stal) yang ditemukan proporsinya mencapai 2.66% dari keselurahan hama (Tabel 1). Wereng batang yang banyak ditemukan terdiri dari berbagai stadia. Namun, yang paling banyak ditemukan adalah stadia nimfa instar akhir dan imago. Wereng batang banyak ditemukan di pangkal batang tanaman. Tidak ditemukan gejala parah akibat serangan wereng batang selama pengamatan.

(24)

6

Tabel 1 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode pengamatan langsung

Serangga Hama Jumlah Proporsi (%)

Thrips oryzae 3167 77.40

Kelimpahan musuh alami pada pertanaman padi Pandanwangi berdasarkan metode pengamatan langsung didominasi oleh artropoda predator (Tabel 2). Artropoda predator yang paling banyak ditemukan adalah laba-laba famili Tetragnathidae dengan proporsi 20.9%. Sementara golongan serangga predator yang paling banyak ditemukan adalah famili Coccinellidae dengan proporsi 17.67% (Tabel 2). Keberadaan musuh alami dari kelompok predator yang melimpah mampu menekan populasi hama tanaman padi Pandanwangi yang relatif rentan terhadap serangan hama. Pengembalian jerami yang dilakukan oleh petani setelah panen menjadi salah satu faktor melimpahnya musuh alami predator di lahan pengamatan. Jerami sisa panen yang dikembalikan dapat mengembalikan peranan hayati tanah bagi kesuburan tanah dan tanaman. Aktifitas berbagai mikroorganisme, mikrofauna dan mikroflora meningkat sehingga mendukung keberlangsungan siklus hara dan membentuk lapisan tanah organik yang sangat baik bagi keberlangsungan hidup musuh alami. Di dalam tanah organik memiliki populasi mangsa alternatif bagi predator lebih tinggi dibandingkan tanah yang sedikit mengandung bahan organik (Nurjaya et al 2012).

Tabel 2 Kelimpahan musuh alami berdasarkan metode pengamatan langsung

Musuh Alami Jumlah Proporsi(%)

Tetragnathidae 269 20.95

Ophionea nigrofasciata 129 10.05

Paederus spp. 61 4.75

Total 1284 100.00

Lubang perangkap (Pitfall trap)

(25)

7

menyesuaikan diri dengan baik atas perubahan kondisi ekosistem sawah (Way et al. 1998).

Artropoda penting lainnya yang banyak ditemukan adalah Collembola. Proporsi Collembola yang terperangkap mencapai 25.75%. Collembola berperan sebagai pengurai dan bioindikator kesuburan tanah, serta menjadi mangsa alternatif bagi berbagai jenis predator (Indriyati dan Wibowo 2008). Serangga famili Scelionidae juga ditemukan terperangkap pada lubang perangkap. Jumlah Scelionidae yang terperangkap sebanyak 47 individu (1.33%). Scelionidae merupakan musuh alami golongan parasitoid yang aktif terbang. Meskipun bukan serangga yang aktif di permukaan tanah namun parasitoid ini cukup banyak yang terperangkap di lubang perangkap.

Tabel 3 Kelimpahan musuh alami dan Collembola yang tertangkap di lubang perangkap

Musuh alami Jumlah Proporsi (%)

Lycosidae 65 1.85

Hama yang paling banyak terjaring adalah wereng hijau dengan proporsi 31.89 % (Tabel 4). Wereng hijau menyerang daun dan aktif terbang dari rumpun tanaman satu ke rumpun lainnya sehingga memungkinkan banyak yang terjaring. Trips yang terjaring proporsinya mencapai 24.34%. Trips yang banyak terjaring adalah trips yang menyerang tanaman pada fase pembungaan, karena trips yang menyerang tanaman pada fase vegetatif berada di dalam gulungan daun. Jenis trips yang banyak ditemukan pada metode penjaringan adalah Haplothrips spp. (Thysanoptera: Phlaeothripidae). Nimfa dan imago Leptocorisa sp. dan N. viridula banyak terjaring pada tanaman fase generatif. Proporsi kedua hama tersebut masing-masing sebesar 29.72% dan 14.05% (Tabel 4).

Tabel 4 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode penjaringan

Jenis serangga hama Jumlah Proporsi (%)

Nephotettix virescens 59 31.89

Haplothrips spp. 45 24.34

Leptocorisa sp. 55 29.72

Nezara viridula 26 14.05

Total 185 100.00

(26)

8

Tetragnathidae ditemukan paling banyak dengan proporsi 64.40% (Tabel 5). Laba- laba ini sering diam dan mencari mangsa pada ujung daun padi sehingga mudah terjaring.

Tabel 5 Kelimpahan musuh alami berdasarkan metode penjaringan

Musuh alami Jumlah Proporsi (%)

Tetragnathidae 119 64.40

Oxyopidae 29 16.38

Coccinellidae 27 15.25

Araneidae 7 3.95

Total 182 100.00

Perkembangan Populasi Hama dan Musuh Alami

Trips ditemukan sejak tanaman umur 2 MST dengan populasi 0.18 individu per rumpun. Populasi trips meningkat drastis dari 3 sampai 5 MST. Populasi tertinggi ditemukan pada 5 MST dengan jumlah rata-rata individu yang ditemukan sebanyak 9.52 individu per rumpun (Gambar 1). Hal tersebut menunjukan bahwa trips lebih banyak menyerang tanaman padi pada fase vegetatif awal. Kondisi macak-macak (sedikit air) pada lahan di awal, menyebabkan populasi trips tinggi. Umur bibit tanaman yang terlalu muda juga berpengaruh terhadap tingginya serangan trips pada fase vegetatif awal.

Gambar 1 Perkembangan populasi trips pada tanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Kepinding tanah (Scotinophara sp.) mulai ditemukan pada 7 MST. Populasinya terus meningkat pada 8, 9, 10, 11, 12 MST dan mencapai puncak populasi pada 13 MST dengan populasi mencapai 0.98 individu per rumpun (Gambar 2). Perkembangan populasi kepinding tanah cenderung menurun pada 14-19 MST dan mencapai jumlah populasi terendahnya pada 19 MST dengan populasi 0.05 individu per rumpun (Lampiran 1).

Ambang ekonomi kepinding tanah menurut Heinrich et al. (1986) adalah rata-rata 6 ekor per rumpun. Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan kepinding tanah masih berada di bawah ambang ekonomi. Jarak tanam jajar legowo dan pembersihan gulma pada 7 MST membuat intensitas cahaya matahari yang masuk ke sela-sela tanaman cukup tinggi. Hal tersebut diduga berpengaruh terhadap perkembangan populasi kepinding tanah. Tingginya populasi semut pada permukaan tanah di pematang sawah juga memungkinkan adanya predasi antara

(27)

9

semut api (Solenopsis geminata) yang banyak ditemukan, dengan telur maupun imago kepinding tanah. Menurut Shepard et al. (1987) semut api dapat memangsa telur dan imago kepinding tanah.

Populasi wereng cokelat mulai ditemukan pada 2 MST dengan jumlah 0.09 individu per rumpun dan mengalami fluktuasi dari awal sampai akhir pengamatan (Gambar 2). Siklus hidup WBC relatif pendek yaitu 23-25 hari pada suhu 28 ˚C dan 28-32 hari pada suhu 25 ˚C. WBC meletakkan sekitar 3-21 telur dalam satu kali peletakan dan selama hidupnya mampu bertelur sebanyak 270-902 butir (Nurbaeti et al. 2010). Kemampuan tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan populasi wereng cokelat dalam waktu yang relatif singkat. Namun, populasi WBC yang ditemukan setiap minggu pengamatan mengalami penurunan. Bahkan, pada minggu ke-10, 12, dan 13 tidak ditemukan WBC. Puncak populasi wereng terdapat pada 15 MST dengan rata-rata populasinya 0.29 individu per rumpun. Pada umur tersebut tanaman sedang mengalami fase pengisian malai. Distribusi unsur hara yang meningkat pada jaringan tanaman pada fase tersebut dimanfaatkan oleh hama wereng. Selain itu, wereng yang muncul pada umur tersebut diduga adalah generasi ketiga. Menurut Baehaki dan Widiarta (2009) wereng generasi ketiga dapat mencapai 500 kali lipat generasi awal. Namun di lahan yang diamati, hal tersebut tidak terjadi karena banyaknya musuh alami. Musuh alami yang ditemukan yaitu predator laba-laba Pardosa sp. (Lycosidae), Kumbang Verania lineata (Coccinellidae), Ophionea nigrofasciata (Carabidae),

dan Paederus sp. (Staphylinidae).Keberadaan musuh alami laba-laba Pardosa sp. cukup melimpah dengan perkembangan populasi yang lebih stabil dibandingkan wereng cokelat. Pada saat tanaman umur 10 MST, populasi laba-laba Pardosa sp. mencapai rata-rata 0.38±0.063 individu per rumpun (Lampiran 2). Pada saat yang sama populasi wereng cokelat nol atau tidak ditemukan. Laba-laba pemburu tersebut berpengaruh terhadap rendahnya populasi wereng cokelat. Menurut Shepard et al. (1987) satu individu Pardosa sp. mampu memangsa sebanyak 5-15 ekor mangsa per hari dengan salah satu mangsa utamanya adalah wereng cokelat. Rendahnya jumlah anakan padi Pandanwangi juga berpengaruh terhadap rendahnya populasi wereng batang cokelat.

(28)

10

Populasi tertinggi wereng hijau terjadi pada tanaman umur 5 MST dengan jumlah rata-rata 0.15 individu per rumpun sedangkan populasi terendah terdapat pada dua minggu pengamatan terakhir tidak ditemukannya wereng hijau (Gambar 4). Fluktuasi populasi wereng hijau di lahan dapat dipengaruhi oleh keberadaan musuh alami yang ditemukan seperti laba-laba Tetragnathidae dan Araneidae, yang aktif memangsa wereng hijau

Gambar 3 Perkembangan populasi musuh alami laba-laba pada tanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur sebagai inang sementara, mendukung keberadaan walang sangit di lahan. Jumlah walang sangit yang ditemukan termasuk kategori rendah. Selain walang sangit, kepik hijau (Nezara viridula) juga menyerang bulir padi. Sama seperti walang sangit, kepik hijau populasinya meningkat pada fase generatif yaitu pada masa pematangan bulir padi. Puncak populasi N. viridula terdapat pada tanaman umur 19 MST dengan populasi 0.62 individu per rumpun (Gambar 4).

Keberadaan musuh alami predator Tetragnathidae (Lampiran 4) diduga mampu menekan populasi Leptocorisa sp. Kelimpahan Tetragnathidae baik pada pengamatan langsung maupun penjaringan, jumlahnya lebih banyak dibandingkan hama tersebut. Gambar 3 menunjukkan perkembangan populasi Tetragnathidae yang mengalami fluktuasi. Fluktuasi populasi Tetragnathidae dan walang sangit berbanding lurus pada 17, 18, dan 19 MST. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan ketersediaan mangsa bagi musuh alami.

0 0.1 0.2 0.3 0.4

2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

(29)

11

Gambar 4 Perkembangan populasi N. viridula, N. virescens dan Leptocorisa sp. pada tanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Penggerek batang merupakan hama utama tanaman padi termasuk pada varietas Pandanwangi. Gejala serangan penggerek mulai ditemukan pada 4 MST. Intensitas serangan tertinggi terjadi pada 11 MST atau pada masa vegetatif akhir dengan intensitas serangan mencapai 5.81% (Gambar 5). Intensitas serangan penggerek batang terendah terdapat pada minggu ke 17 atau pada masa generatif awal. Persentase serangan pada minggu tersebut adalah 0.33%. Penggerek batang yang ditemukan adalah penggerek batang kuning Scirpophaga incertulas dan penggerek batang bergaris Chilo supressalis. Hama S. incertulas diketahui dari adanya penerbangan imago dengan ciri-ciri ngengat berwarna kuning dan titik hitam di kedua sayapnya. Sementara C. supressalis diketahui dengan melihat adanya lima garis membujur berwarna keunguan pada larva yang diambil dari tanaman terserang (Reissig et al. 1986). Intensitas gejala beluk pada saat panen mencapai 1.83%. Persentase serangan penggerek juga dipengaruhi oleh tipe tanaman. Padi dengan jumlah anakan rendah seperti varietas Pandanwangi tidak memiliki kemampuan memperbarui anakan yang terserang seperti yang dimiliki oleh padi varietas dengan jumlah anakan banyak (Pathak dan Khan 1994). Sehingga kerugian tanaman yang terserang pada fase vegetatif tidak dapat digantikan. Rendahnya serangan penggerek diduga karena keberadaan musuh alami seperti Ophionea sp. dan laba-laba Oxyopidae. Laba-laba Oxyopidae mampu memangsa 2-3 ngengat sehingga mampu menekan perkembangan penggerek batang padi (Shepard et al. 1987). Intensitas serangan penggerek masih berada pada kategori rendah. Intensitas serangan di bawah ambang ekonomi yang ditetapkan Baehaki (2002) yaitu 6% fase vegetatif dan 9 % pada fase generatif.

0

2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

(30)

12

Gambar 5 Perkembangan serangan penggerek batang pada tanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

0 1 2 3 4 5 6 7

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 23

Int

ensi

tas

se

ranagn

P

enggger

ek

(

%

)

(31)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hama utama yang ditemukan pada tanaman padi Pandanwangi adalah trips (Thrips oryzae (Bagnall)) atau Stenchaetothrips biformis, kepinding tanah (Scotinophara sp.), wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens), wereng hijau (Nephotettix virescens), kepik hijau (Nezara viridula), dan walang sangit (Leptocorisa sp.). Hama yang paling banyak ditemukan pada fase vegetatif awal adalah trips. Kepinding tanah, wereng batang cokelat dan wereng hijau ditemukan pada fase vegetatif dan generatif. Walang sangit dan kepik hijau dominan ditemukan pada fase generatif. Musuh alami yang banyak ditemukan adalah laba-laba predator yaitu Tetragnathidae, Lycosidae, Oxyopidae, Araneidae, serta serangga predator Formicidae, Carabidae, Coccinellidae dan Staphylinidae.

Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Baehaki SE. 2013. Penggerek batang padi dan teknologi pengendalian. J Litbang Pertanian. 8(1):2-6.

Baehaki SE, Widiarta IN. 2009. Hama wereng dan cara pengendaliannya pada tanaman padi. J Litbang Pertanian. 13(1):347-350.

[BBPTP] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Karakteristik komposisi flavour (2-acetyl-1-pyroline) padi aromatik dan non aromatik di 3 Provinsi di Indonesia [laporan akhir]. Subang (ID): BBPTP.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Konsumsi beras nasional (ton) 2013 [Internet]. [diunduh 2015 Maret 25]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/site/result Tab.

Barrion AT, Litsinger JA. 1994. Taxonomy of rice insect pest and their arthropod parasites and predators. Di dalam: Heinrich EA, editor. Biology and Management of Rice Insect. New Delhi (IN): Wiley Eastern Limited. hlm 13-362.

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalam Pelajaran Serangga.

Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Terjemahan dari: AnIntroduction to the Study of Insects.

[Diperta Cianjur] Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 2012. Komoditas prioritas lokal spesifik (Pandan Wangi) [Internet]. [Diunduh 2015 Mei 25], Tersedia pada: http://disperta.cianjurkab.go.id/index.php?option=com_content&view =article&id =95&Itemid=534.

Heinrichs EA, Katanyukul W, Rezaul KANM, Misra BC. 1986. Management of insect pests in rainfed lowland rice. Di dalam: Progress in Rainfed Lowland Rice. Manila (PH): International Rice Research Institute. hlm 349-358. Indriyati, Wibowo L. 2008. Keragaman dan kelimpahan collembola serta

arthropoda tanah di lahan sawah organik dan konvensional pada masa bera.

J HPT Tropika. 8(2):110-116.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan P.A van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ikhtiar Baru- Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesië.

Nurbaeti B, Nuratmadja IA, Putra S. 2010. Hama Wereng Cokelat (Nilaparvata lugens Stal) dan Pengendaliannya. Bandung (ID): Balai Pengkajian Pertanian Jawa Barat.

Nurjaya, Rochayati S, Pratiwi E. 2012. Teknologi pemanfaatn jerami pada lahan sawah terdegradasi. Di dalam: Wiratno, Husnain. Pengelolaan Lahan pada Berbagai EkosistemMendukung Pertanian Ramah Lingkungan. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah. hlm 47-60.

Pathak MD, Khan ZR. 1994. Insect Pests of Rice. Manila (PH): International Rice Research Institute.

Reissig WH, Heinrichs EA, Litsinger JA, Moody K, Fiedler R, Mew TW, Barrion AT. 1986. Ilustrated Guide to Integrated Pest Management in Rice in Tropical Asia. Manila (PH): International Rice Research Institute.

(33)

15

Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Shepard MD, Barion AT, Litsinger JA. 1989. Mitra Petani Padi Serangga-serangga, Laba-laba, dan Patogen yang Membantu. Untung K, Wirjosuharjo S, penerjemah. Manila (PH): International Rice Research Institute. Terjamahan dari: Farmers Partner, Insects, Spiders and Phatogens.

Singh RK, Singh US, Khus GS. 2000. Aromatic Rice. New Delhi (IN): Oxford & IBH`Publishing.

Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Way MJ, Islam Z, Heong KL. 1998. Ants in tropical irrigated rice: distribution and abundance, especially of Solenopsis geminata (Hymeoptera: Formicidae). Bulletin of Entomological Research [Internet]. 88 (04): 467-476. Tersedia pada: http://www.researchgate.net/publication/231925692 _ants_in_tropical_irigated_rice_Distribution_and_abundance_especially_of _solenopsis_geminata_%Hymenoptera_Formicidae%29.DOI:10.1017/s0007 4530004 22 18.

Wijaya H, Kusbiantoro B, Faridah DN, Handoko DD, Taufik. 2008. Identifikasi komponen aroma aktif beberapa varietas beras (Oryza miristica L) aromatik asli Indonesia sebagai upaya pemanfaatan potensi beras Indonesia [ringkasan penelitian]. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian.

(34)
(35)

Lampiran 1 Perkembangan kelimpahan hama pada tanaman padi Pandanwangi berdasarkan pengamatan langsung

HAMA Rataan populasi hama tanaman padi Pandanwangi pada umur ke- (MST)

2 3 4 5 6 7 8 9 10

Thrips oryzae 0.18±0.065 3.35±0.931 8.76±1.235 9.52±1.288 6.17±0.982 2.23±0.578 0.02 0 0

Scotinophara sp. 0 0 0 0 0 0.04 0.07±0.096 0.08±0.038 0.16±0.036

N. lugens 0.09 0.08±0.037 0.1 0.04 0.09±0.035 0.03 0.01 0.03 0

N.virescens 0.07±0.040 0.03 0.04 0.15 0.08 0.11±0.031 0.05 0.01 0.01

Leptocorisa sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lanjutan lampiran 1

HAMA Rataan populasi hama tanaman padi Pandanwangi pada umur ke- (MST)

11 12 13 14 15 16 17 18 19

Thrips oryzae 0 0 0.03 0.11±0.098 0.27±0.108 0.46±0.124 0.89±0.145 0.15±0.050 0.02

Scotinophara sp. 0.25±0.073 0.73±0.150 0.98±0.122 0.59±0.188 0.76±0.092 0.75±0.091 0.19±0.091 0.35±0.489 0.05±0.058

N. lugens 0.01 0 0 0.05±0.050 0.29±0.47 0.18±0.056 0.06 0.01 0.02

N.virescens 0.05 0.03 0.03 0.02 0 0.04 0.01 0 0

Leptocorisa sp. 0 0.01 0.01 0.01 0 0 0.13±0.067 0.19 0.12±0.15

(36)

18

Lampiran 2 Perkembahan kelimpahan musuh alami predator pada tanaman padi Pandanwangi berdasarkan pengamatan langsung

Musuh Alami Rataan populasi musuh alami (MST)

2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tetragnathidae 0.08 0.11±0.051 0.15±0.037 0.24±0.047 0.27±0.099 0.07 0.1 0.07±0.040 0.09

Lycosidae 0 0 0.02 0.04 0.16±0.049 0.05 0.15±0.045 0.24±0.029 0.38±0.063

Oxyopidae 0 0 0.01 0.11±0.031 0.27±0.069 0.27±0.068 0.11 0.08 0.06

Araneidae 0 0.02 0 0.14 0.05 0 0.02 0.31±0.063 0.05

Coccinellidae 0 0 0.01 0 0 0 0.01 0.02 0.05

Ophionea nigrofasciata 0 0.04 0.01 0.06 0.07 0.01 0.08±0.037 0.05 0.1±0.037

Paederus spp 0 0.02 0.01 0 0.01 0 0.01 0.07 0.04

Lanjutan lampiran 2

Musuh alami Rataan populasi musuh alami (MST)

11 12 13 14 15 16 17 18 19

Tetragnathidae 0.03 0.05±0.037 0.05 0.14±0.069 0.14±0.027 0.35±0.051 0.19±0.045 0.27±0.027 0.18±0.034

Lycosidae 0.18±0.061 0.05 0.29±0.037 0.24±0.021 0.22±0.042 0.25±0.028 0.17±0.025 0.04 0.02

Oxyopidae 0.09±0.044 0.08 0.08 0.12±0.030 0.08 0.20±0.030 0.13±0.028 0.05 0.02

Araneidae 0.09±0.035 0.02 0.08 0.02 0.11±0.031 0.06±0.044 0 0.25±0.040 0.14±0.038

Coccinellidae 0.2±0.064 0.26±0.079 0.39±0.070 0.16±0,04 0.2±0.044 0.25±0.081 0.2±0.077 0.39±0.055 0.13±0.060

Ophionea nigrofasciata 0.06 0.14±0.027 0.12 0.13±0.028 0.14±0.027 0.13±0.028 0.07 0.07 0.01

Paederus sp. 0.03 0.02 0.04 0.08 0.03 0.02 0.06 0.11 0.05

(37)

19

Lampiran 3 Hama tanaman padi Pandanwangi yang dominan ditemukan selama pengamatan

Thrips oryzae Nilaparvata lugens Nephotettix virescens Scirpophaga incertulas

Leptocorisa sp. Nezara viridula Scotinophara sp.

(38)

20

Lampiran 4 Musuh alami pada tanaman padi Pandanwangi yang dominan ditemukan selama pengamatan

Tetragnathidae Lycosidae Oxyopidae Araneidae

Formicidae

Coccinellidae

(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 1 Desember 1991 sebagai anak keempat dari empat bersaudara. Penulis lahir dari pasangan petani dan ibu rumah tangga yaitu bapak Baden (alm) dan ibu Sutihat. Penulis memiliki tiga orang kakak perempuan yaitu Ceuceu Hamidah, Yoyoh Samsyiah dan Dedeh Siti Khadijah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 26 Bandung pada program IPA dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi Proteksi Tanaman melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif berorganisasi, mengajar, mengikuti kegiatan kepanitiaan, menjadi moderator dan pembicara seminar, serta menjadi ketua Program Kereatifitas Mahasiswa-Pengabdian masyarakat pada tahun 2013 dan 2014. Selama tingkat persiapan bersama penulis aktif menjadi KOMTI kelas. Penulis pernah menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) pada tahun 2014, menjadi anggota aktif Paguyuban Mahasiswa Bandung (PAMAUNG) dan Paguyuban Mahasiswa Bidikmisi (Beasiswa DIKTI) IPB. Prestasi yang diperoleh penulis diantaranya Juara 1 solo vokal pada ajang

Gambar

Tabel 1 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode pengamatan  langsung
Gambar  2  Perkembangan populasi Scotinophara sp. dan N.lugens pada tanaman
Gambar 5 Perkembangan serangan penggerek batang pada tanaman padi

Referensi

Dokumen terkait

22 tahun 2001 yang menghendaki supaya rakyat Indonesia merasa dan berpikir bahwa dengan sendirinya kita harus membayar bensin dengan harga dunia, agar dengan demikian

14 Upravo u drugoj slici svoje drame Lukić vrlo vješto oslikava svoje likove s pomoću osobitog jezičnog iskaza sastavljenog od više idioma koji na trenutke te

A survey was conducted in Peninsular Malaysia where 1,355 respondents were interviewed using structured questionnaires to gather important information on their perception and

5 Saya merasa khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada saat

contoh : ikan introduksi yang jadi heboooh, yaitu Piranha, yang baru-baru ini ditemukan di perairan Indonesia.. Siapa

Data latih untuk Teorema Bayes membutuhkan paling tidak perkalian kartesius dari seluruh kelompok atribut yang mungkin, jika misalkan ada 16 atribut yang

Pada sub bab ini akan menjelaskan tentang perancangan program sistem informasi penjualan yang dibangun meliputi perancangan input dan perancangan output yang ada pada

Bimbingan Konseling yang memiliki tugas sebagai Dosen Pembimbing Akademik. Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh. melalui peninggalan tertulis,