• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna Di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna Di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN

TUNA DI ATAS KAPAL

HAND LINE

(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)

NORMAWATI KANDAR MBOTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

(4)

Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan

Donggala). Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI, SUGENG HARI WISUDO dan

MUSTARUDDIN.

Tuntutan akan mutu produk yang tinggi dengan harga yang bersaing cenderung meningkat. Salah satu komoditi unggulan yang memiliki tuntutan mutu yang ketat yaitu produk tuna. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah sistem penanganan ikan tuna ditingkat nelayan hand line PPI Donggala masih kurang baik, sehingga mutu ikan tuna hasil tangkapan yang dihasilkan memiliki nilai jual yang rendah.

Tujuan dari penelitian ini adalah membantu meningkatkan kualitas penanganan ikan tuna hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala. Adapun manfaatnya yaitu agar hasil tangkapan nelayan tersebut memiliki mutu yang baik. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014 yang bertempat di PPI Donggala Sulawesi Tengah. Metode pengambilan data yaitu melalui observasi dan wawancara. Pengambilan datadilakukan terhadap pihak-pihak yang benar-benar mewakili (puposive sampling). Jenis data terdiri atas dua yaitu data primer dan sekunder.

Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis fishbone untuk mengetahui faktor penyebab atau permasalahan penangkapan dan penanganan yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan. Langkah selanjutnya mencari masalah yang sangat berpengaruh dalam proses penurunan mutu hasil tangkapan nelayan tersebut dengan menggunakan uji banding berpasangan. Kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan strategi sistem penanganan ikan yang baik di atas kapal pada nelayan hand line PPI Donggala.

Berdasarkan hasil dari analisis strengths weaknesses opportunities threats (SWOT) dihasilkan empat strategi. Strategi tersebut yaitu SO, ST, WO dan strategi WT. Keempat strategi ini baik untuk diterapkan, akan tetapi melihat posisi sistem berada pada kuadran lima (V), maka strategi yang paling tepat adalah WO dan ST. Kombinasi strategi WO tersebut yaitu peningkatan pengetahuan tentang mutu dan keterampilan penangan ikan tuna. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu penambahan alat bantu seperti ring tuna dan killing spike. Ring tuna berfungsi untuk menahan gerakan ikan saat proses hauling dan killing spike untuk mematikan ikan tuna. Kombinasi strategi ST itu sendiri yaitu pembuatan standar operating prosedure (SOP) penanganan yang baik; serta peningkatan kompetensi kerja.

(5)

NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analysis Handling Problems Of Tuna On Board Hand Line (Case Studies Fishing Port Donggala). Supervised by TRI WIJI NURANI, SUGENG HARI WISUDO and MUSTARUDDIN.

There is increasing demand for high quality products at a competitive price. Tuna is a prime commodity with strict quality standards. The research question addressed is whether the tuna handling system used by hand line fishermen operating out of Donggala fishing port (PPI Donggala) is still poor, affecting quality and thus lowering the market value of the fish they catch.

The goal of this research was to contribute towards improvements in tuna handling by hand line fishermen from the Donggala fishing port. Thus the main benefit should be an improvement in the quality of the fish landed. The research was carried out during April-May 2014 at the Donggala fishing port in Central Sulawesi. Data were collected through observation and interviews. Data were collected from representative individuals through purposive sampling. Both primary and secondary data were collected.

The fishbone method was used to analyse the data and determine the main issues associated with tuna capture and handling which caused or affected the processes leading to a degradation of catch quality. The next step was to determine the main causes of loss of quality in the catch landed by these fishermen using a test matrix appeal in pairs. The final stage was the formulation of a strategic system for proper fish handling on board the hand line fishing vessels operating out of Donggala fishing port.

Based on the strengths of the analysis of threats opportunities weaknesses (SWOT) produced four strategy. The strategy is SO, ST, WO and the strategy WT. The fourth strategy is good to be applied, but see the position of the system is in a quadrant five (v), then the most appropriate strategy is WO and ST. The combination strategy WO are increased knowledge about the quality and skill handlers tuna fish. Another thing that needs to be done that is the addition of the tools like ring tuna dan killing spike. Ring the functioning to hold the movement of the process of hauling and killing spike to deadly fish tuna. Combination strategy that is making ST it self standard operating prosedure (SOP) handling of good; as well as improving work competence.

(6)

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisa kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN

TUNA DI ATAS KAPAL

HAND LINE

(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)

NORMAWATI KANDAR MBOTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam penelitian ini yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014 yaitu Analisis Permasalahan Penanganan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Mustaruddin STP selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc selaku penguji dan Dr. Ir. Yopi Novita, MSi yang mewakili dari program studi Teknologi Perikanan Laut (TPL), atas saran yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Kamsina selaku bagian fungsional pengembangan usaha penangkapan ikan bidang perikanan tangkap dan Bapak Nuzlan selaku fungsional umum sumber daya ikan perikanan tangkap DKP Sulawesi Tengah yang telah banyak memberikan penjelasan tentang kondisi perikanan tuna di PPI Donggala. Penghargaan penulis sampaikan kepada pengumpul dan nelayan hand line PPI Donggala yang telah memberikan partisipasi selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya dan tidak lupa buat teman-teman yang juga banyak membantu selama penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, amin.

Bogor, April 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 3 2 METODE PENELITIAN 5 waktu dan Tempat 5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 6 Analisis Data 6 3 KEDAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 6 Keadaan Umum PPI Donggala Sulawesi Tengah 6 Unit Alat Tangkap Hand Line 7 Bagan Alir Sistem Operasi Penangkapan 9

Bagan Alir Sistem Penanganan Ikan Tuna 12

4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA 13 Pendahuluan 13

Metode Penelitian 14 Kesimpulan 23 5 STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE NELAYAN PPI DONGGALA 24 Pendahuluan 24

Metode Penelitian 24 Hasil 27 Kesimpulan 36 6 PEMBAHASAN UMUM 37

7 KESIMPULAN DAN SARAN 39

Kesimpulan 39

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 43

(11)

1 Matrik perbandingan berpasangan 15 2 Skala penilaian perbandingan berpasangan 16

3 Rasio konsistensi (CR) 18

4 Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan yang

dihadapi nelayan hand line PPI Donggala 20 5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan

yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala 21 6 Matrik evaluasi faktor internal (IFAS) 25 7 Matrik evaluasi faktor ekternal (EFAS) 26

8 Matrik internal-eksternal 26

9 Matrik analisis lingkungan internal sistem penanganan ikan tuna segar

ditingkat nelayan hand line PPI Donggala 29

10 Matrik analisis lingkungan eksterna lsistem penanganan ikan tuna

segar ditingkat nelayan hand line PPI Donggala 31

11 Matrik SWOT 32

DAFTAR GAMBAR

1 Sebaran potensi komiditi unggulan di WPP RI 713 selat Makassar, WPP RI 714 teluk Tolo WPP RI 715 teluk Tomini, WPP RI

716 laut Sulawesi, Sulawesi Tengah 2

2 Diagram alir kerangka penelitian 4

3 Lokasi penelitian 5

4 Profil pangkalan pendaratan ikan Donggala 7

5 Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan PPI Donggala 7

6 Kapal utama dan perahu pemancing nelayan hand line PPI Donggala 8

7 Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala 8 8 Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala 9

9 Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah penangkapan yang

dilakukan oleh kapten kapal utama 10

10 Kapal utama merapat ke perahu pemancing 10

11 Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan dikapal utama 11 12 Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama 12 13 Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan

hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama dan perahu

pemancing 18

14 Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal utama

nelayan hand line PPI Donggala 19

15 Grafik nilai VP permasalahan yang dihadapi nelayan hand line

PPI Donggala 21

16 Matrik internal-eksternal 31

17 Bentu ring tuna 34

18 Cara penggunaan ring tuna 34

19 Cara menggunakan killing spike saat mematikan ikan tuna 35

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Fasilitas penunjang PPI Donggala dalam melayani kebutuhan 44

2 Data Kapal hand line nelayan PPI Donggala 45

3 Analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh

nelayan hand line PPI Donggala 48

4 Ilustrasi cara mematikan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan

PPI Donggala 51

5 Wadah penyimpanan ikan tuna di kapal utama nelayan hand line PPI

Donggala 51

6 Es balok yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala 51

7 Pisau yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala saat

menyiangi insang dan isi perut ikan tuna 52

8 Kayu pemukul yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala

saat menyiangi insang dan isi perut ikan tuna 52

9 Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan saat tiba di pangkalan yang

(13)

DAFTAR ISTILAH

DJPT : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yaitu yang

mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Ditjen Perikanan Tangkap.

DKP : Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu dinas yang

yang membidangi urusan kelautan dan perikanan baik di tingkat kabupaten atau provinsi

Pangkalan : Tempat pangkalan kapal-kapal nelayan setelah

melakukan penangkapan ikan. Fishing ground : Daerah penangkapan ikan.

Ganco : Alat bantu penanganan yang beberntuk pancing,

digunakan untuk mengangkat ikan ke atas kapal atau juga digunakan saat mengeluarkan ikan tuna dalam wadah penyimpanan.

Hand line : Alat tangkap yang terdiri atas penggulung, tali pancing dan pancing yang cara pengoperasiannya

sangat sederhanana menggunakan tali yang

diulurkan dengan menggunakan umpan untuk menangkap ikan atau biasa disebut dengan pancing ulur.

Kayu pemukul : Kayu yang didesain sedemikian rupa hingga

memiliki permukaan yang rata, digunakan nelayan hand line untuk mematikan ikan tuna.

Killing spike : Alat bantu penanganan yang digunakan untuk mematikan ikan tuna/paku pembunuh

Ring tuna : Alat bantu yang digunakan untuk menahan gerakan

ikan tuna saat proses hauling sehingga waktu yang digunakan lebih efisien.

Operasi penangkapan : Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun.

Potensi ikan : Sumberdaya ikan yang dimilki oleh suatu daerah.

Sistem : Kesatuan yang utuh, terdiri atas

komponen-komponen yang memiliki keterkaitan dalam

mencapai suatu tujuan.

Perahu pemancing : Perahu yang digunakan saat melakukan

pemancingan ikan tuna di daerah penangkapan. Yellow fin : Jenis ikan tuna sirip kuning atau dengan nama lathin

(Thunnus albacares)

WPP-RI : Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia

yaitu wilayah yang meliputi seluruh perairan

Indonesia yang dapat yang dimanfaatkan

(14)
(15)

Latar Belakang

Ikan tuna adalah salah satu komoditi unggulan Indonesia dari sektor perikanan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi ikan tuna di perairan Indonesia cukup besar dan belum termanfaatkan dengan baik dibeberapa daerah tertentu (Lintang et al. 2012). Salah satu daerah Indonesia yang memiliki potensi ikan tuna adalah Sulawesi Tengah.Potensi ikan tersebut tersebar di empat wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yang masih dapat dimanfaatkan secara lestari.Empat WPP tersebut yaitu (1) WPP RI 713 Selat Makassar dan Laut Flores; (2) WPP RI 714 Teluk Tolo dan Laut Halmahera; (3) WPP RI 715 Teluk Tomini; dan (4) WPP RI 716 Laut Sulawesi (Howara dan Lappo 2008).

WPP RI 713 Selat Makassar merupakan daerah penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line PPI Donggala. Jenis ikan tuna yang banyak diproduksi oleh nelayan hand line PPI Donggala adalah jenis yellow fin tuna. Ikan tuna yang dihasilkan oleh nelayan hand line memiliki harga jual yang termasuk rendah bila dibandingkan dengan beberapa daerah seperti Bitung, Gorontalo dan Makassar. Mutu ikan tuna yang kurang baik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nilai jual ikan tuna nelayan menjadi rendah.

Mutu ikan yang baik adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama dengan ikan hidup, baik rupa, bau, rasa dan teksturnya. Dijelaskan oleh Olodosu et al. (2011) bahwa mutu produk yang baik yang dapat dipertahankan secara konsisten akan meningkatkan kepercayaan konsumen. Menurut Maulana et al. (2012), aspek mutu merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam memajukan dunia perikanan Indonesia di pasar internasional. Nurani et al. (2011) menambahkan bahwa dalam manajemen kualitas ikan sejak ikan tertangkap sampai pada pemasaran sangat penting untuk dipahami oleh para pelaku terkait baik nelayan, penampung ataupun bagian pemasaran.

(16)

Gambar 1 Sebaran potensi komoditi unggulan di WPP RI 713 Selat Makassar, WPP RI 714 Teluk Tolo, WPP RI 715 Teluk Tomini, WPP RI 716 Laut Sulawesi dan Sulawesi Tengah

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan dengan melihat aspek penanganan hasil tangkapan dari nelayan itu sendiri. Aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1) Apakah penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala di atas kapal sudah merupakan langkah yang tepat dalam usaha menjaga mutu hasil tangkapan.

2) Bagaimana proses penanganan ikan tuna pada saat pasca penangkapan yang seharusnya serta faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penurunan mutu ikan tuna tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi KasusPangkalan Pendaratan Ikan Donggala) yaitu:

1) Menentukan akar permasalahan dari sistem penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line di atas kapal.

(17)

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi KasusPangkalan Pendaratan Ikan Donggala)” adalah sebagai berikut:

1) Membantu nelayan hand line di PPI Donggala dalam meningkatkan kualitas penanganan agar hasil tangkapan memiliki mutu yang baik.

2) Sebagai salah satu bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang perikanan tuna secara umum dan khususnya untuk sistem penanganan ikan tuna di atas kapal hand line.

3) Sebagai sumber informasi bagi stakeholder yang terkait untuk menciptakan kebijakan perikanan yang tepat khususnya bagi penanganan perikanan tuna hand line di PPI Donggala Sulawesi Tengah.

Ruang Lingkup Penelitian

(18)

Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian

Langkah awal dalam merumuskan suatu strategi penanganan ikan tuna yang baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala, adalah harus menentukan permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh nelayan tersebut. Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan yang berkaitan dengan metode penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan di atas kapal hand line, yang mempengaruhi proses penurunan mutu ikan tuna. Untuk mengetahui permasalahan tersebut, maka dilakukan analisis dengan pendekatan fishbone diagram. Langkah selanjutnya yaitu permasalahan yang dihasilkan dari analisis fishbone diagram tersebut, ditentukan masalah prioritas dengan menggunakan analisis uji banding berpasangan. Tahap terakhir adalah merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang baik di atas kapal hand line dengan pendekatan SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan menganalisis masalah internal-eksternal dari masalah prioritas yang dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan. Harapan perumusan strategi ini yaitu dapat membantu meningkatkan kualitas penanganan ikan tuna yang dilakukan di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala.

Analisis Deskriptif Komparatif:

• Deskripsi tentang metode penangkapan dan penanganan ikan tuna pada

nelayan hand line PPI Donggala

• Analisis sistem penangkapan dan penanganan ikan tuna pada nelayan

hand line dengan:

- fishbone diagram (untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala)

- matriks uji pasang berpasangan (untuk melihat masalah yang lebih berpengaruh terhadap penurunan mutu ikan tuna nelayan hand line

PPI Donggala)

Strategi pengembangan sistem penanganan ikan tuna di atas kapal hand line dengan Analisis SWOT

Masalah:

Penanganan ikan tuna pada nelayan hand line

PPI Donggala masih terdapat kekeliruan sehingga mutu hasil tangkapan kurang baik, menjadikan harga jual rendah

Kebijakan strategi penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan tuna hand line di PPI Donggala

Mulai

(19)

2 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan April sampai dengan bulan Mei 2014. Lokasi yang menjadi objek penelitian yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala Sulawesi Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara dan deskriptif kualitatif. Metode observasi dilakukan dengan mengikuti trip penangkapan pada kapal nelayan hand line PPI Donggala.

Observasi dilakukan terhadap unit penangkapan hand line yang beroperasi di Selat Makassar. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam menggambarkan kegiatan penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala.

Gambar 3 Lokasi Penelitian (diolah dengan menggunakan prianti lunak yang mendukung)

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

(20)

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pertama adalah memberikan gambaran secara deskripsi tentang profil PPI Donggala serta metode penangkapan dan penanganan yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala. Pada tahap berikutnya analisis dilakukan dengan pendekatan fishbone (Gazpers 1997) yang bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab permasalahan penangkapan dan penanganan yang dihadapi oleh nelayan hand line. Langkah selanjutnya analisis uji banding berpasangan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang lebih berpengaruh terhadap proses penurunan mutu. Tahap terakhir yaitu merumuskan strategi penanganan yang baik dengan mengutamakan masalah prioritas yang dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan dengan pendekatan SWOT (Rangkuti 1997).

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kedaan umum PPI Donggala Sulawesi Tengah

Provinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi, dengan luas wilayah 6.552.672 ha. Luas perairan laut Sulawesi Tengah mencapai 193.923,75 km2 dengan jumlah pulau sebanyak 1.402. Secara geografis Provinsi Sulawesi Tengah terletak antara 2°22` Lintang Utara dan 3048` Lintang Selatan serta 119°22` dan 124°22` Bujur Timur. Batas-batas Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo. - Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Maluku Utara.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat (DKP 2009).

Potensi laut diperkirakan masih tersedia sebesar 1.593.796 ton per tahun terdapat pada zona I yaitu Selat Makassar dan Laut Sulawesi sebesar 929.700 ton, kemudian zona II yaitu Teluk Tomini sebesar 595.620 ton dan terakhir zona III yaitu Teluk Tolo sebesar 68.456 ton per tahun (BKPM 2009).

(21)

Gambar 4 Profil Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala

PPI Donggala memiliki beberapa fasilitas penunjang dalam melayani kebutuhan nelayan. Fasilitas penunjang tersebut di antaranya yaitu dermaga, area pangkalan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, lampu suar, penanda perkiraan cuaca, kapal pengawas, pompa bensin dan pabrik es (Lampiran 1).

Unit alat tangkap hand line nelayan PPI Donggala

Berdasarkan hasil wawancara diperkirakan unit alat tangkap hand line PPI Donggala terdiri atas kurang lebih 250 unit akan tetapi yang terdaftar hanya 101 unit (Lampiran 2). Seratus satu (101) unit alat tangkap hand line tersebut merupakan nelayan tetap di PPI Donggala sedangkan sisanya adalah nelayan andong yang berasal dari Sulawesi Barat. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan sama seperti dengan alat tangkap hand line pada umumnya (Gambar 5). Alat tangkap tersebut terdiri atas penggulung, tali pancing, kili-kili, timah dan mata pancing. Kapal hand line yang digunakan oleh nelayan pada umunya memiliki beban ± 12 GT. Satu unit kapal hand line memiliki 6-8 perahu pemancing (Gambar 6).

Gambar 5 Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan PPI Donggala

(22)

Gambar 2.3 Kapal induk dan perahu pemancing Nelayan

hand line PPI Donggal

Gambar 6 Kapal utama dan perahu pemancing yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala

Daerah penangkapan ikan dan hasil tangkapan

Daerah penangkapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line berpusat di perairan Selat Makassar. Penentuan daerah penangkapan ikan tuna dilakukan dengan cara menggunakan alat bantu GPS serta terkadang nelayan menggunakan tanda-tanda alam seperti air berbuih dan kumpulan ikan lumba-lumba.

Hasil tangkapan dari nelayan hand line PPI Donggala yaitu ikan tuna jenis yellow fin (Gambar 7). Setiap satu trip penangkapan, nelayan tersebut memperoleh 6-7 ekor tuna. Ukuran bobot tuna yang ditangkap oleh nelayan tersebut pada umumnya ± 40 kg.

Jumlah ikan tuna yang tertangkap di perairan Selat Makassar tidak menentu. Pada musim-musim tertentu jumlah hasil tangkapan nelayan meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh faktor biologi ikan itu sendiri dan juga dari nelayan tersebut, dimana saat hari-hari besar agama atau hari penting tidak dilakukan operasi penangkapan.

(23)

Sistem operasi penangkapan

Kegiatan operasi penangkapan ikan tuna di perairan Selat Makassar dilakukan setiap hari oleh nelayan. Saat kapal hand line lainnya kembali ke pangkalan sebaliknya sebagian kapal hand line lainnya berangkat menuju daerah penangkapan. Adapun tahap-tahap saat nelayan melakukan penangkapan ikan tuna sebagai berikut (Gambar 8).

Gambar 8 Bagan alirsistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line PPI Donggala

Persiapan dilakukan nelayan sebelum menuju daerah penangkapan. Perahu pemancing yang akan digunakan diikat di samping kiri dan kanan kapal induk. Jika persiapan sudah selesai barulah nelayan menuju daerah penangkapan pada pukul ± 20.00 WITA. Saat tiba di daerah penangkapan nelayan langsung beristrahat dan akan memulai aktivitas pemancingan pada pukul 05.00 WITA.

Teknik operasi penangakapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan terbagi dalam tiga waktu sebagaimana tertera pada Gambar 8. Aktivitas penangkapan di mulai dengan kapten kapal utama akan menyebar perahu-perahu pemancing (Gambar 9). Tiap satu perahu pemancing terdiri oleh satu orang pemancing (nelayan).

Persiapan

Berangkat ke daerah penangkapan pada pukul ± 20.00 WITA

Tiba di daerah penangkapan pukul ± 01.00 WITA

Istirahat

Mulai pemancingan ikan tuna pukul 05.00-10.00 WITA

Istirahat

Lanjut pemancingan ikan tuna pukul 15.00-18.00 WITA

Istirahat

Kembali memancing pada besok paginya pukul 05.00-10.00 WITA

Istirahat

Kembali ke pangkalan Persiapan

(24)

Gambar 9 Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah penangkapan yang dilakukan oleh kapten kapal

Kapten kapal yang berada dikapal utama akan menunggu nelayan pemancing selama operasi penangkapan dilakukan. Jika salah satu nelayan pemancing mendapatkan ikan tuna maka kapal utama tersebut akan merapat ke perahu pemancing tersebut untuk membantu proses hauling (Gambar 10).

Gambar 10 Kapal utama merapat ke perahu pemancing

(25)

Gambar 11 Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan di kapal utama

Sistem penanganan ikan tuna segar

Nelayan hand line PPI Donggala memiliki cara penanganan sendiri berdasarkan atas pengalaman. Aktivitas penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan di atas kapal utama dapat dilihat pada Gambar 12 dengan uraian adalah sebagai berikut:

1) Pembersihan dek kapal: Pada saat proses hauling sedang berlangsung, salah satu nelayan membersihkan dek kapal untuk untuk persiapan peletakkan ikan tuna. Pembersihan dek kapal dilakukan dengan menggunakan air laut yang di ambil dengan menggunakan ember lalu disiramkan ke dek kapal sampai di anggap bersih.

2) Persiapan alat bantu penanganan: Selain membersihkan dek kapal, pada saat itu juga nelayan tersebut telah menyiapkan alat bantu penanganan untuk mengangkat dan mematikan ikan tuna.

3) Ikan tuna di tahan dengan ganco: Saat ikan sudah berada di permukaan tepat di samping kapal, ikan tersebut langsung di ganco pada bagian insang dan pada bagian mulut.

4) Mematikan ikan: Bersamaan saat ikan tuna ditahan dengan ganco di permukaan tepat di samping kapal, ikan tersebut langsung dimatikan dengan menggunakan kayu pemukul.

5) Pelepasan mata pancing: Setelah ikan tuna dimatikan, nelayan melepaskan mata pancing yang masih melekat di mulut ikan tuna. Pelepasan mata pancing dilakukan nelayan dengan tangannya langsung (tanpa menggunakan alat bantu). 6) Ikan tuna dinaikkan ke atas kapal: nelayan menaikkan ikan tuna di atas kapal

dengan menggunakan ganco sebagai alat bantu. Ikan tuna yang sudah diganco diangkat dan diletakkan di dek kapal.

(26)

8) Pencucian ikan tuna: Setelah penyiangan insang dan isi perut, barulah pencucian ikan tuna dilakukan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air laut yang diambil dengan menggunakan ember. Ikan disiram dengan air laut sampai ikan tersebut dianggap bersih.

9) Pendinginan awal: Ikan tuna diletakkan pada bagian atas wadah penyimpanan dalam keadaan belum tersusun rapi. Setelah itu nelayan kembali melakukan aktivitas pemancingan dengan menggunakan perahu pemancing.

10)Penyimpanan dalam wadah pendingin: Setelah waktu istrahat pemancingan tiba, barulah ikan tuna tersebut disusun dengan rapi dalam wadah pendingin. Penyusunan ikan dilakukan dengan cara berlapis-lapis yaitu es kemudian ikan tuna dan seterusnya pada bagian atas dilapisi dengan es.

11)Pembersihan alat dan area kerja: Setelah selesai proses penanganan ikan tuna dilakukan, nelayan membersihkan area kerja dan semua alat yang digunakan dengan air laut dan menyimpannya kembali ke tempatnya.

12)Pembongkaran ikan tuna: Setelah tiba di pangkalan, nelayan langsung melakukan pembongkaran. Pembongkaran dilakukan pada pukul ± 16.00 WITA.

(27)

Ikan tuna segar yang dihasilkan oleh nelayan berdasarkan proses penanganan pada Gambar 12 sebagian besar memiliki nilai jual rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengumpul dan pihak terkait dari instansi DKP, nilai jual yang rendah ini pada umumnya dikarenakan oleh mutu hasil tangkapan yang kurang baik.

4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA DI

ATAS KAPAL

HAND LINE

PPI DONGGALA

Pendahuluan

Masalah adalah gambaran dari suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan suatu keadaan yang tidak diinginkan, dan dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Permasalahan penanganan ikan tuna yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala adalah suatu masalah yang harus diselesaikan dengan mencari tahu penyebab dari permasalahan tesebut. Mengingat ikan tuna merupakan salah satu hasil tangkapan yang memiliki nilai jual tinggi jika mutu ikan yang dihasilkan baik.

Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala termasuk dalam usaha penangkapan yang tergolong sederhana. Ikan tuna hasil tangkapan nelayan tersebut berupa ikan tuna segar utuh. Penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan dilakukan atas dasar pengalaman yang mereka dapatkan selama ini.

Penanganan ikan segar yang baik harus mengacu pada suatu ketentuan penanganan atau standar yang berlaku agar mutu ikan yang dihasilkan baik. Jika penanganannya kurang tepat, protein yang terkandung dalam ikan akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk berkembang biak dan menjadikan kualitas ikan menurun. Kualitas ikan yang menurun dapat menyebabkan sakit pada orang yang mengkonsumsinya.

Ikan tuna merupakan salah satu jenis pangan yang mudah mengalami penurunan mutu. Hasil tangkapan tuna, membutuhkan penanganan khusus untuk menjaga ikan tuna tersebut tetap segar. Penanganan tuna di atas kapal dilakukan mulai dari menaikkan ikan di atas kapal sampai dengan tahap pembongkaran hasil tangkapan.

Penanganan hasil tangkapan di kapal merupakan proses yang sangat penting dari seluruh proses perjalanan ikan sampai ke konsumen. Hal ini dikarenakan penanganan ikan di atas kapal merupakan penanganan awal yang sangat menentukan terhadap penanganan dan pengolahan ikan selanjutnya (Huda et al. 2013; Hastrini et al. 2013).

Penanganan adalah serangkaian atau perlakukan terhadap ikan tanpa mengubah struktur dan bentuk dasar. Salah satu bentuk penanganan adalah dengan menggunakan suhu rendah atau dikenal dengan pendinginan. Pendinginan yang dilakukan sebelum rigor mortis berlalu merupakan cara yang paling efektif jika disertai dengan teknik yang benar.

(28)

dipertahankan dengan baik, padahal tingkat kesegaran ikan tersebut sangat menentukan nilai jual ikan (Surti dan Ari 2004).

Analisis aspek penangkapan dan penanganan ikan pada nelayan hand line PPI Donggala adalah bertujuan untuk mencari tahu penyebab dari permasalahan penangkapan dan penanganan yang mempengaruhi proses penurunan mutu pada hasil tangkapan nelayan. Sehingga dengan mengetahui penyebab dari permasalahan tersebut, maka dapat dilakukan upaya perumusan strategi penanganan yang baik.

Metode Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut benar-benar mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012). Jumlah data yang diteliti disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang diambil mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal hand line, bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan, ukuran kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan, terbitan jurnal dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.

Analisis fishbone

Mengacu pada Gazpers (1997), langkah-langkah analisis fishbone adalah sebagai berikut:

Langkah 1 : Menggambar sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya yang berisikan tentang masalah yang akan diteliti.

Langkah 2 : Menggambar penyebab utama (SDM, Metode, Bahan dan Alat serta Lingkungan) dalam kotak yang dihubungkan dengan garis utama.

Masalah yang diteliti

SDM

Metode

Bahan dan Alat

Masalah yang diteliti

(29)

Langkah 3 : Menambahkan penyebab kecil disekitar penyebab utama dan menghubungkanya dengan penyebab utama (SDM, Metode, Bahan dan Alat serta Lingkungan)

Langkah 4 : Melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan tujuan agar menjadi lebih baik.

Matriks Banding Berpasangan

Matriks banding berpasangan digunakan untuk melihat prioritas masalah proses penanganan yang sedang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Mengacu pada Satria et al. (2012), langkah-langkah pembuatan matriks banding berpasangan adalah sebagai berikut:

1) Membuat matriks banding berpasangan dengan membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Matriks bersifat sederhana, berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk merubah pertimbangan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level paling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3, A4, A5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah matriks seperti Tabel 1.

Tabel 1 Matriks banding berpasangan

2) Mengisi matriks banding berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya

C A1 A2 A3 A4 A5

A1 1

A2 1

A3 1

A4 1

A5 1

Metode

Masalah yang diteliti

Lingkungan SDM

Bahan dan Alat

Penyebab kecil

(30)

yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kriteria di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matriks dan dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikannya. Pada Tabel 2 memberikan definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.

Tabel 2 Skala penilaian perbandingan berpasangan

3) Penentuan prioritas dengan menentukan vektor bobot, sehingga didapatkan prioritas lokal. Kemudian ditentukan prioritas global dengan melakukan sintesis diantara prioritas lokal. Nilai-nilai perbandingan kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Formulasi untuk menentukan vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks yaitu formulasi dengan menggunakan rata-rata aritmetik dengan persamaan aritmetik sebagai berikut:

a) Menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom (Nkj).

n

Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j

aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j

Nkj : Nilai kolom ke j

c) Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai sepanjang baris (Vpi).

Vpi : Vektor prioritas dari elemen i

Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j Intensitas

Kepentingan Definisi

1 Kedua elemen sama penting

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya 5 Elemen yang satu jelas lebih penting dari lainnya 7 Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari lainnya 9 Mutlak lebih penting dari lainnya

(31)

4) Pengukuran konsistensi

Penilaian antara satu kriteria dengan kriteria lain tidak bisa semuanya konsisten. Ketidak konsistenan ini dapat disebabkan karena kesalahan pada waktu penilaian, atau karena kurangnya informasi, dan kurangnya konsentrasi. Dalam masalah pengambilan keputusan perlu untuk mengetahui seberapa besar konsistensi yang ada, sehingga keputusan yang dihasilkan berdasarkan pada pertimbangan dengan konsistensi yang baik.Konsistensi yang logis memiliki dua makna yaitu:

 Pertama: obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya,

 Kedua: konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang dari 10% dan jika rasio konsistensi lebih dari 10 %, pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu diperbaiki.

Perhitungan nilai eigen (eigen value) maksimum (α maks):

VA = aij x Vp dengan VA = (V aij) ...(4)

Perhitungan Rasio Konsistensi (CR), dengan rumus:

CR =CI

RI ...(8)

(32)

Tabel 3 Rasio konsistensi (CR)

Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang cara penangkapan yang dilakukan oleh nelayan hand line, yang kemudian di analisis dengan diagram fishbone maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan mutu hasil tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penangkapan ikan tuna nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat diketahui bahwa sistem operasi penangkapan yang mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala adalah (1) SDM (nelayan); dan (2) metode.

Gambar 13 Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama

memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama.

(33)

2) Metode

Proses hauling yang cukup lama

Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan tuna kelelahan karena adanya perlawanan yang akan merubah susunan komposisi kimia yang ada pada ikan tuna. Perubahan susunan komposisi kimia yang terjadi pada ikan tuna akhirnya akan lebih cepat memicu terjadinya proses penurunan mutu.

Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lima kapal nelayan hand line PPI Donggala tentang cara penanganan, yang kemudian di analisis dengan diagram fishbone

maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan mutu hasil tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penanganan ikan tuna nelayan hand line

PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis tersebut, sistem penanganan ikan yang mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala adalah sebagai berikut:

1) SDM (nelayan)

- Keterampilan dalam menangani ikan tuna masih kurang baik - Pengetahuan yang masih rendah

- Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel

- Kayu pemukul masih kurang efektif

4) Lingkungan

- Suhu penyimpanan tidak terkontrol

- Adanya kontak langsung dengan sinar matahari.

(34)

Matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan

hand line PPI Donggala

Tabel 4 Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala

Keterangan: n: permasalahan

1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari) 2: proses hauling yang yang cukup lama

3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik 4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim 5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat 6: penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih 7: tidak melakukan pembuangan darah

8: pendinginan awal kurang efektif

9: wadah penyimpanan yang kurang terawat 10: es yang digunakan kurang tepat

11: pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel

12: kayu pemukul masih kurang efektif 13: suhu penyimpanan tidak terkontrol

14: adanya kontak langsung dengan sinar matahari

Berdasarkan matriks uji banding berpasangan di atas dapat tentukan prioritas masalah yang dihadapi oleh nelayan hand line dengan cara menghitung VP (Vektor Prioritas). Nilai VP dihitung dengan rata-rata aritmetik dari matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala dengan ketentuan dinormalisasi (Lampiran 3). Nilai VP dari 14 (empat belas) permasalahan yang telah dikaji sebelumnya dengan menggunakan analisis fishbone beserta urutan prioritasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

(35)

Tabel 5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala

No. Deskripsi permasalahan VP Prioritas/ranking

1 Trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari) 0,0385 8 2 Proses hauling yang yang cukup lama 0,0967 4 3 Keterampilan menangani tuna masih kurang baik 0,1582 2 4 Pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim 0,1876 1 5 Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat 0,0978 3 6 Penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih 0,0297 10 7 Tidak melakukan pembuangan darah 0,0416 7 8 Pendinginan awal kurang tepat 0,0312 9 9 Wadah penyimpanan yang kurang terawat 0,0882 6 10 Es yang digunakan kurang tepat 0,0882 6 11 Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel 0,0183 11 12 Kayu pemukul masih kurang efisien 0,0169 12 13 Suhu penyimpanan tidak terkontrol 0,0924 5 14 Adanya kontak langsung dengan sinar matahari 0,0146 13

Gambar 15 Grafik nilai VP dari permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala

Grafik sebaran nilai VP dari tiap permasalahan dapat dilihat pada Gambar 15. Prioritas tertinggi dari permasalahan yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala yaitu (1) permasalahan nomor 4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim; (2) permasalahan nomor 3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik; (3) permasalahan nomor 5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat; (4) permasalahan nomor 2: proses hauling yang cukup lama; dan (5) permasalahan

nomor 13: suhu penyimpanan yang tidak terkontrol. Nilai indeks konsistensi (CI) dari matriks uji banding berpasangan di atas adalah 0,0921. Jumlah n (permasalahan) sebanyak 14 sehingga untuk perhitungan nilai rasio konsistensi (CR) menggunakan

(36)

nilai indeks acak (Random Consitency Index) (RI) untuk ordo 14 yaitu 1,57 (Saaty et al. 1994). Nilai CR yang dihasilkan adalah 0,0587 atau 5,87% (< 10%) berarti bahwa penilaian prioritas yang diakukan pada contoh matriks banding berpasang konsisten.

Pembahasan

Berdasarkan hasil dari analisis diagram fishbone diketahui berbagai permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Ada empat belas (14) permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line tersebut. Permasalahan tersebut yaitu trip penangkapan yang kurang tepat, proses hauling yang cukup lama, keterampilan menangani ikan tuna masih kurang baik, pengetahuan tentang mutu pengetahuan tentang mutu yang masih sangat minim, cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat (Lampiran 4), penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih, tidak melakukan pembuangan darah, pendinginan awal kurang efektif, wadah penyimpanan yang kurang terawat (Lampiran 5), es yang digunakan kurang tepat (Lampiran 6), pisau yang tidak bersih (Lampiran 7), kayu pemukul masih kurang efektif, suhu penyimpanan tidak terkontrol dan terakhir adanya kontak langsung dengan sinar matahari (Lampiran 8).

Penanganan ikan tuna yang baik dan benar merupakan faktor penentu untuk menghasilkan ikan tuna segar yang sesuai dengan permintaan pasar. Oleh karena itu keterampilan dalam menangani ikan tuna serta pengetahuan yang baik sangat dibutuhkan dalam proses penanganan untuk mempertahankan kesegaran ikan tuna hasil tangkapan. Karena jika nelayan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik maka kecil kemungkinanan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat memicu cepatnya terjadinya proses penurunan mutu ikan tuna.

Pengaturan trip penangkapan kurang tepat karena lebih dari 24 jam. Hal ini dikarenakan wadah penyimpanan yang kurang baik dan es yang digunakan kurang tepat. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan tuna hasil tangkapan nelayan dalam waktu yang lama. DJPT (2014) menjelaskan bahwa kapal penangkap atau kapal penampung yang menyimpan hasil tangkapan lebih dari 24 jam harus memiliki wadah penyimpanan yang baik dan menjamin bahwa wadah tersebut tidak menulari ikan yang disimpan didalamnya. Selain itu tidak adanya pengontrolan suhu selama ikan tersebut disimpan dalam wadah penyimpanan.

Penyimpanan ikan tuna segar dalam wadah harus memiliki suhu 0-2 0C. Suhu tersebut harus dipertahankan selama belum dilakukan pembongkaran ikan tuna. Menurut Zhang et al. (2011), terjadinya kenaikan suhu secara signifikan dapat menyebabkan cepatnya terjadi proses penurunan mutu. Gram dan Dalgaard (2002) menambahkan bahwa penggunaan suhu rendah yang baik akan menghambat pertumbuhan beberapa mikroba yang terdapat pada ikan air laut. Hal ini juga dipertegas oleh Taher (2010) bahwa penggunaan suhu rendah yang baik dan benar akan memperpanjang masa penyimpanan ikan.

(37)

lebih cepat mengalami proses penurunan mutu daripada ikan yang mati dengan cara di tusuk tepat pada otaknya. Hal ini disebabkan karena ikan yang mati dengan cara ditusuk, ikan tersebut langsung mati sehingga mutu ikan tetap terjaga. Lain halnya dengan ikan yang dipukul dengan kayu pemukul, proses kematiannya berlangsung 15-20 menit sehingga ikan mati dalam keadaan lemas. Ikan yang mati dengan keadaan lemas akan lebih cepat mengalami proses penurunan mutu (Reo 2010).

Pisau yang digunakan nelayan saat menyiangi ikan tuna terlihat karatan karena terbuat dari bahan yang mudah berkarat. Alat bantu penanganan seperti pisau dan harus terjaga kebersihannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Winarno dan Surono (2004) bahwa semua peralatan yang digunakan yang berhubungan langsung dengan produk harus dipastikan bahwa tidak menulari produk yang ditangani. Hal ini juga ditegaskan dalam Kepmen KP Nomor: 52A/KEPMEN-KP/2013 yang menjelaskan tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Pada BAB II disebutkan Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, bagian A nomor 6 tentang Peralatan dan Perlengkapan pada poin a dan b yang menyatakan bahwa peralatan yang digunakan yang berhubungan lansung dengan ikan harus terbuat dari bahan tahan karat, tidak beracun dan mudah dibersihkan serta harus ditata sedemikian rupa untuk dapat mencegah kontaminasi.

Es yang digunakan nelayan untuk mendinginkan ikan memiliki partikel-partikel yang tidak halus. Hal ini dikarenakan es yang digunakan adalah es balok yang akan dihancurkan secara manual ketikan akan digunakan. Es yang baik untuk mendinginkan ikan tuna harus menggunakan es curah karena memiliki partikel-partikel yang lebih halus. Halusnya partikel-partikel-partikel-partikel es tersebut akan lebih cepat mendinginkan ikan karena tersusun rapat saat berada dalam wadah penyimpanan (Moeljanto 1992).

Faktor lingkungan seperti sinar matahari juga harus diperhatikan dalam mempertahan kesegaran ikan tuna hasil tangkapan. Adanya kontak langsung dengan sinar matahari dapat merusak sistem rantai dingin yang ada pada ikan tersebut yang pada akhirnya akan mempecepat proses penurunan mutu.

Kesimpulan

(38)

5

STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA YANG

BAIK DI ATAS KAPAL

HAND LINE

NELAYAN

PPI DONGGALA

Pendahuluan

Hasil analisis uji banding berpasangan pada bab sebelumnya, diperoleh masalah prioritas dari sistem penanganan ikan tuna pada nelayan hand line yang mempengaruhi proses penurunan mutu hasil tangkapan. Permasalahan prioritas tersebut yaitu pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim, keterampilan menangani tuna masih kurang baik, cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat, proses hauling yang yang cukup lama dan suhu penyimpanan yang tidak terkontrol.

Melihat permasalahan prioritas di atas, maka diperlukan perencanaan strategi untuk memperbaiki sistem penangkapan dan khususnya penanganan ikan tuna pada nelayan hand line PPI Donggala. Perencanaan strategi merupakan proses penyusunan perencanaan jangka panjang. Penyusunan strategi ini menggunakan proses analisis lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal dari sistem penanganan itu sendiri. Dijelaskan oleh Mulyadi et al. (2012) bahwa strategi adalah suatu tindakan keputusan yang memiliki dasar yang dibuat dan diimplementasikan dengan tujuan agar menjadi lebih baik.

Perumusan strategi harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar tindakan atau keputusan yang diambil betul-betul sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sebagaimana ditekankan oleh Sondang (2003), perumusan strategi merupakan sekumpulan tindakan atau keputusan yang dibuat dan digunakan dalam waktu yang panjang dengan tujuan mencapai sasaran yang diinginkan.

Tujuan perumusan strategi ini adalah merumuskan strategi sistem penanganan ikan yang baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala. Manfaat dari perumusan strategi ini yaitu untuk membantu nelayan dalam meningkatkan kualitas penanganan di atas kapal dengan harapan hasil tangkapan dari nelayan tersebut memiliki mutu yang baik dan konsisten serta memberikan penekanan terhadap sering terjadinya kesalahan teknis. Mutu ikan tuna yang baik dan konsisten adalah salah satu faktor penentu dalam meningkatkan nilai jual.

Metode Penelitian

(39)

Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui tahapan sebagai berikut:

1) Tahap pengumpulan data yaitu pengumpulan data, pengklasifikasian dan pra-analisis faktor eksternal dan internal.

2) Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal dan eksternal dan matriks SWOT.

3) Tahap pengambilan keputusan

Tahapan pembuatan matriks faktor strategi Internal Strategic Factor Summary (ISFS) dan matriks faktor strategi Eksternal Strategic Factors Summary (ESFS) adalah sebagai berikut:

1) Matriks ISFS

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1. b. Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut pada kolom 2, dengan skala

mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh terhadap posisi strategis sistem. (Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruhnya terhadap sistem. Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif (semakin besar kekuatan semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan untuk kelemahan dilakukan sebaliknya.

d. Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor terbobot pada masing-masing faktor (kolom 4).

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman (kolom 1)

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruhnya terhadap faktor strategis. (Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi sistem. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif

Faktor-faktor internal Bobot Rating Bobot*rating Kekuatan :

Kelemahan :

(40)

(semakin besar peluang semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan untuk ancaman dilakukan sebaliknya (semakin besar ancaman semakin kecil nilai rating).

d. Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor terbobot pada masing-masing faktor (kolom 4).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk menentukan kondisi eksternal sistem. Jika total skor terbobot > = 2,5 berarti sistem mampu merespon kondisi yang ada.Kemudian dilakukan penjumlahan total skor pembobotan untuk masing-masing faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) (Tabel 12). Untuk memperoleh strategi yang tepat maka nilai tersebut diplotkan pada kuadran yang sesuai untuk kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang akan menjelaskan alternatif strategi yang dilakukan.

Tabel 7 Matriks evaluasi faktor ekternal (ESFS)

Faktor-faktor eksternal Bobot Rating Bobot*rating Peluang :

Ancaman :

Jumlah :

Bedasarkan matriks ISFS dan matriks ESFS, dapat diketahui posisi kuadran kondisi sistem saat ini. Posisi sistem juga dapat diketahui dari matriks internal-eksternal (IE Matriks).

3) Matriks IE

(41)

4) Matriks SWOT

Langkah selanjutnya setelah membuat matriks IE yaitu membuat matriks SWOT yang menjelaskan berbagai alternatif yang mungkin untuk strategi pengelolaan. Menurut Nurani (2010), penyusunan matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk mengembangkan empat tipe strategi, dimana pencocokan memerlukan kecermatan dan tidak ada satupun kecocokan terbaik. Dalam matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis (Rangkuti 2006) yaitu:

1. Strategi S-O, strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan untuk mendapatkan dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi S-T, strategi ini menggunakan unsur kekuatan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan meminimalkan unsur kelemahan.

4. Strategi W-T, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensiv dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tahapan selanjutnya adalah pengambilan keputusan, dalam tahapan ini perlu merujuk kembali matriks internal eksternal yang menghasilkan posisi sistem saat ini, dengan melihat posisi kuadran dari sistem sehingga dapat diketahui kombinasi strategi yang tepat (Marimin 2004).

Hasil

Analisis strengths weaknesses opportunities threats (SWOT) adalah analisis yang didasarkan pada logika dalam membentuk strategi. Penentuan strategi sistem penanganan ikan pada perikanan tuna hand line di PPI Donggala Sulawesi Tengah dimulai dengan tahap awal yaitu pengumpulan data dan indentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang sangat mempengaruhi sistem penanganan ikan tuna segar di kapal hand line secara langsung. Faktor internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar yang dapat mempengaruhi sistem penanganan ikan tuna secara tidak langsung yang terdiri atas peluang dan ancaman.

Berdasarkan hasil analisis uji banding berpasangan pada bab sebelumnya didapatkan faktor eksternal dan faktor internal sistem penanganan ikan yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu hasil tangkapan. Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal yang didapatkan akan digunakan sebagai input untuk memformulasikan strategi penanganan ikan tuna segar di kapal hand line nelayan PPI Donggala.

(42)

1. Kekuatan

a. Hand line merupakan alat tangkap ikan tuna yang tepat untuk ikan tuna. Alat tangkap pancing khususnya hand line merupakan alat tangkap yang tepat untuk ikan tuna dibandingkan dengan alat tangkap lain karena tidak menyebabkan cacat fisik pada ikan seperti alat tangkap purse seine.

b. Memiliki kapal utama yang berfungsi sebagai penampung. Nelayan hand line memiliki dua kapal, satu sebagai perahu pemancing sedangkan satu kapalnya sebagai kapal yang digunakan saat proses hauling dan sebagai kapal penampug hasil tangkapan. Adanya kapal ini sangat memudahkan nelayan, karena nelayan tidak harus kembali ke pangkalan saat mendapatkan ikan tuna. Ikan tersebut akan di simpan pada kapal utama tersebut, setelah itu kembali melakukan pemancingan.

c. Memiliki banyak perahu pemancing. Perahu pemancing yang dimiliki oleh nelayan yaitu terdiri atas 7-8 perahu. Banyaknya perahu pemancing ini sangat membantu nelayan dalam meningkatkan produksi hasil tangkapaan tuna. d. Tersedianya umpan untuk memancing ikan tuna. Umpan yang digunakan oleh

nelayan hand line untuk memancing ikan tuna tersedia di pangkalan. Umpan tersebut diperoleh dari nelayan purse seine. Tersedianya umpan di pangkalan sangat membantu nelayan hand line dalam melakukan pemancingan ikan tuna. e. Umur nelayan yang masih produktif. Berdasarkan pengamatan dan wawancara

pada nelayan hand line PPI Donggala, nelayan hand line pada umumnya memiliki kisaran umur antara 20-40 tahun, dimana merupakan umur yang produktif dalam melakukan aktivitas.

2. Kelemahan

a. Pengetahuan nelayan yang masih minim. Pengetahuan yang baik sangat berperan penting dalam meningkatkan mutu hasil tangkapan. Jika nelayan memiliki pengetahuan tentang cara mempertahankan kesegaran hasil tangkapan maka kecil kemungkinan terjadi kesalahan. Pengetahuan nelayan masih sangat minim hal ini dibuktikan dengan mutu hasil tangkapan yang kurang baik. Selain itu pada umumnya nelayan hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah dasar.

b. Keterampilan menangani ikan tuna yang masih kurang baik. Keterampilan penanganan sangat diperlukan dalam dalam menghasilkan mutu ikan tuna yang baik. Keterampilan nelayan dalam menangani ikan tuna masih sangat minim hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kekeliruan dalam melakukan penanganan ikan tuna di atas kapal.

c. Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Pengamatan yang dilakukan ikan tuna hasil tangkapan dimatikan dengan cara dipukul menggunakan kayu pemukul. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa penggunaan kayu pemukul untuk mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Hal ini dikarenakan ikan yang mati dipukul akan mati dalam keadaan lemas sehingga cepat terjadinya proses penanganan.

(43)

e. Suhu penyimpanan tidak terkontrol. Pengontrolan suhu penyimpanan ikan merupakan hal yang penting dalam mempertahan kesegaran ikan. Kenaikan suhu penyimpanan akan menyebabkan meningkatnya aktivitas bakteri yang menyebabkan terjadinya proses penurunan mutu. Pengontrolan suhu tidak dilakukan oleh nelayan hand line selama penyimpanan hasil tangkapan.

Tabel 9 Matriks analisis lingkungan internal penanganan ikan tuna segar ditingkat nelayan hand line PPI Donggala

Unsur SWOT Bobot Rating Skor

Kekuatan

Hand line merupakan alat tangkap ikan tuna yang tepat 0,26 4 1,04 Memiliki kapal utama yang berfungsi sebagai penampung 0,12 4 0,48 Memiliki banyak perahu pemancing 0,07 4 0,28 Tersedianya umpan untuk memancing ikan tuna 0,03 3 0,09 Umur nelayan yang masih produktif 0,03 3 0,09

Kelemahan

Pengetahuan nelayan yang masih minim 0,15 1 0,15 Keterampilan menangani ikan tuna yang masih kurang baik 0,13 1 0,13 Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat 0,07 2 0,14 Proses hauling yang cukup lama 0,07 2 0,14 Suhu penyimpanan tidak terkontrol 0,07 2 0,14

TOTAL 1 2,68

Tabel 9 menyajikan matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (ISFS). Berdasarkan matriks ISFS diketahui bahwa dalam sistem penanganan ikan tuna segar pada nelayan hand line PPI Donggala memiliki skor 2,68. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal sistem masih memiliki kekuatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Analisis selanjutnya yaitu melihat kondisi ekternal sistem penanganan tuna pada nelayan hand line tersebut. Analisis eksternal berguna untuk melihat peluang apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir ancaman yang akan terjadi. Faktor eksternal (peluang dan ancaman) dijabarkan sebagai sebagai berikut:

1. Peluang

a. Memiliki tempat pendaratan ikan hasil tangkapan. Adanya tempat pendaratan ikan sangat membantu nelayan. Hal ini dikarenakan saat membongkar hasil tangkapan, nelayan hand line tidak lagi kebingungan mencari tempat untuk mendaratkan hasil tangkapannya.

b. Tersedianya pabrik es di PPI Donggala. PPI Donggala memiliki pabrik es yang dapat memenuhi kebutuhan es nelayan hand line untuk penanganan ikan. Dengan demikian nelayan tidak lagi mencari es di tempat yang jauh dari pangkalan.

(44)

d. Potensi ikan tuna yang masih tersedia. Berdasarkan pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesaia (WPP-RI) salah satu WPP RI yang dekat dengan PPI Donggala yaitu WPP 713 (Selat Makassar). WPP ini merupakan daerah penangkapan bagi nelayan hand line PPI tersebut yang masih memiliki potensi ikan tuna dengan syarat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

e. Adanya pembeli yang menetap di pangkalan. Adanya penampung yang menetap di pangkalan tersebut sangat membantu nelayan karena nelayan tidak harus pergi jauh untuk menjual ikan hasil tangkapan.

2. Ancaman

a. Belum adanya tenaga ahli dari instansi terkait. Tenaga ahli yang dimaksudkan adalah tenaga teknis yang memiliki kompetensi dibidang pengendalian mutu ikan tuna itu sendiri sehingga dapat mengawasi dan memberikan pendampingan langsung selama proses penanganan ikan tuna di kapal agar mutu ikan tuna yang dihasilkan baik.

b. Tidak adanya standar resmi yang digunakan dalam penanganan ikan tuna. Berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara yang dilakukan dengan nelayan, penanganan ikan tuna di lakukan atas dasar pengalamannya sendiri. Sementara itu dari penampung hanya memberikan arahan bahwa ikan tuna yang dihasilkan harus utuh dan tidak cacat tanpa ada prosedur atau tata cara penanganan ikan tuna yang diberikan kepada nelayan.

c. Instansi terkait lebih mengutamakan nelayan purse seine. Hasil dari wawancara dengan nelayan serta pihak instansi bagian penangkapan menyatakan bahwa kebijakan yang dibuat oleh DKP Provinsi lebih mengarah kepada pengadaan kapal purse seine dengan alasan ingin meningkatkan produksi hasil tangkapan. Ini dibuktikan dengan adanya kapal-kapal purse seine yang dilengkapi dengan wadah penampungan dan alat bantu penanganan lainnya dengan keadaan baik. d. Tidak adanya pelatihan khusus penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan

hand line. Hasil wawancara dengan pihak terkait, pelatihan khusus penanganan pada nelayan hand line belum dilakukan oleh instansi terkait. Pelatihan penanganan hanya lebih mengarah kepada penampung yang mengolah tuna loin dengan tujuan untuk meningkatkan pasar ikan tuna yang ada di Palu dan Donggala. Selain itu kegiatan lebih mengarah ke penyuluhan tentang budidaya rumput laut.

Gambar

Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian
Gambar 4 Profil Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala
Gambar 2.3 Kapal induk dan perahu pemancing  Nelayan
Gambar 8 Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
+7

Referensi

Dokumen terkait