• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk perikanan merupakan salah satu jenis pangan yang perlu mendapat perhatian terkait dengan keamanan pangan. Mengingat di satu sisi, Indonesia merupakan negara maritim terbesar di Asia Tenggara sehingga sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan nelayan dan sumber devisa negara. Perlunya perhatian pada produk perikanan ini juga karena mengingat ikan merupakan salah produk pangan yang mudah mengalami penurunan mutu (DJPT 2014). Salah satu contoh produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis dan dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan serta pendapatan devisa negara yaitu ikan tuna.

Ikan tuna tersebar dihampir seluruh perairan laut Indonesia. Salah satu perairan laut Indonesia yang masih memiliki sumber daya ikan tuna tersebut yaitu WPP 713 Selat Makassar. Potensi sumber daya ikan tuna di WPP ini masih memiliki potensi yang menjanjikan jika dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pemanfaatan yang berkelanjutan ini salah satunya yaitu menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Salah satu alat tangkap yang tergolong ramah lingkungan adalah alat tangkap hand line.

Hand line merupakan alat tangkap yang sangat baik khsusnya untuk menangkap ikan tuna. Hand line banyak digunakan oleh nelayan bagian timur Indonesia. Salah satu contoh nelayan yang menggunakan alat tangkap hand line yaitu nelayan PPI Donggala. Hasil tangkapan yang banyak dihasilkan oleh nelayan tersebut yaitu ikan tuna jenis yellow fin dengan berat ± 40 kg. Hasil tangkapan nelayan ini memiliki nilai jual yang rendah dikarenakan mutu yang kurang baik.

Penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal merupakan perlakuan terpenting dalam menjaga mutu hasil tangkapan tersebut. Mutu ikan tidak dapat diperbaiki tetapi hanya dapat dipertahankan. Kerusakan atau penurunan mutu ikan dapat terjadi segera setelah ikan mengalami kematian. Mengingat pentingnya mutu ikan maka perlu penanganan yang baik sejak ikan diangkat dari alat tangkap, selama penyimpanan, dan pembongkarannya, sehingga ikan memiliki mutu yang baik sampai ke tangan buyer atau konsumen. Baiknya mutu hasil tangkapan dapat meningkatkan nilai jual dan kepercayaan buyer atau konsumen.

Hasil analisis diagram fishbone sistem penangkapan dan penanganan yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala diperoleh empat masalah yang menyebabkan mutu hasil tangkapan tersebut kurang baik. Empat belas (14) masalah tersebut yaitu (1) keterampilan nelayan yang masih rendah; (2) pengetahuan tentang mutu yang masih minim; (3) trip penangkapan yang kurang tepat; (4) lamanya proses hauling; (5) cara mematikan ikan tuna yang masih kurang tepat; (6) penyiangan insang dan isi perut yang kurang bersih; (7) tidak dilakukan pembuangan darah; (8) pendinginan awal yang kurang tepat; (9) wadah penyimpanan yang kurang terawat; (10) es yang digunakan kurang tepat sasarannya; (11) kayu pemukul yang tidak efektif; (12) pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel; (13) suhu penyimpanan tidak terkontrol; dan (14) adanya kontak langsung dengan sinar matahari. Keempat belas permasalahan ini dapat teratasi dengan hanya melakukan perbaikan terhadap beberapa faktor prioritas permasalahan yang dihadapi oleh nelayan tersebut.

Hasil uji banding berpasangan, dari empat belas masalah tersebut dihasilkan 5 (lima) masalah prioritas. Lima masalah prioritas tersebut yaitu (1) pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim; (2) keterampilan menangani tuna masih kurang baik; (3) cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat; (4) proses hauling yang yang cukup lama; dan (5) suhu penyimpanan yang tidak terkontrol. Kelima masalah ini merupakan inti masalah yang membutuhkan solusi atau perbaikan-perbaikan dengan tujuan agar menjadi lebih baik.

Perbaikan dapat dilakukan dengan pembuatan strategi melalui pendekatan SWOT. Hasil dari analisis SWOT yang telah dibahas pada bab sebelumnya ditemukan empat strategi dalam mengatasi masalah yaitu kombinasi strategi SO, ST, WO dan WT. Ke empat startegi baik untuk diterapkan, namun melihat posis sistem penanganan nelayan hand line berada pada kuadran V (lima), maka kombinasi strategi WO dan ST merupakan strategi yang sangat tepat diterapkan. Strategi WO dapat dilakukan dengan cara yaitu (1) penyuluhan tentang mutu ikan; (2) pelatihan penanganan ikan tuna yang baik; (3) penggunaan ring tuna saat dilakukan hauling; dan (4) penggunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna. Kemudian strategi ST itu sendiri dapat dilakukan dengan cara (1) pembuatan SOP penanganan yang baik; serta (2) peningkatan kompetensi kerja.

Penyuluhan tentang mutu dan pelatihan penanganan ikan tuna yang baik sangat membantu nelayan dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya. Jika pengetahuan dan keterampilan nelayan meningkat, maka kecil kemungkinan untuk melakukan kesalahan-kesalahan teknis dalam melakukan penanganan mutu di atas kapal hand line. Penggunaan ring tuna bertujuan untuk menahan gerakan ikan agar ikan tuna tidak kelelahan yang dapat memicu cepatnya terjadinya proses penurunan mutu saat ikan mati, selain itu agar waktu yang digunakan saat hauling lebih efisien. Pengunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna dengan menusuk tepat pada otak ikan bertujuan agar ikan yang dimatikan langsung. Penggunaan kedua alat bantu penanganan ini sangat membantu nelayan hand line PPI Donggala dalam menjaga mutu hasil tangkapan, sehingga dengan demikian mutu ikan tuna yang dihasilkan bisa bersaing di pasar global.

Hal lain yang perlu juga dilakukan dalam membantu nelayan meningkatkan mutu hasil tangkapan yaitu pembuatan SOP penanganan yang baik dan peningkatan kompetesni kerja. Tujuan dari pembuatan SOP ini agar memudahkan nelayan melakukan poroses penanganan ikan tuna yang sesuai dengan standar yang berlaku, sedangkan peningkatan kompetensi kerja ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kemampuan kerja nelayan secara khusus dalam penangan mutu hasil tangkapan.

Berhasilnya strategi sistem penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan hand line PPI Donggala perlu kerja sama yang antara nelayan dan instansi terkait, dalam hal ini adalah Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah. Sebagaimana diketahui bahwa suatu sistem tidak akan bisa berjalan dengan efektif tanpa ada kesatuan prinsip di dalamnya sehingga terbentuk kerja sama yang baik antara pelaku-pelaku sistem.

Dokumen terkait