PERILAKU IBU DALAM MENGATASI KESULITAN MAKAN PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI KELURAHAN
HUTA TONGA-TONGA SIBOLGA
SKRIPSI OLEH
HANNA MARIANA SIMANGUNSONG 111121013
]
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala rahmat dan penyertaan-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Perilaku Ibu Dalam
Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga”, Yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dr. Dedy Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara .
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral,masukan dan arahan yang sangat membanatu sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai.
4. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku penguji I dan Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji II dan yang telah memvalidasi instrumen penelitian ini.
6. Suami saya tercinta “ Erwynd T.C Sipahutar, SE” yang dengan panjang sabar dan bijaksana, serta selalu memberikan motivasi yang tiada ternilai dengan kata-kata. 7. Putra dan Putri saya yang tersayang “Kevin Pritz E. Sipahutar dan Beautrix Pritz
D. Sipahutar yang selalu mengerti keadaan mamanya selama menjalani pendidikan.
8. Seluruh keluarga yang mencintai dan menyayangiku yang telah memberikan doa restu dan dukungan di sepanjang kehidupanku dan selama menjalani pendidikan. 9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Sibolga M.Yusuf Batubara yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
10.Bapak Ronal Panggabean selaku kepala kelurahan Huta Tonga-tonga yang telah memberikan izin penelitian.
Akhir kata penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan dan penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Medan, Februari 2013
DAFTAR ISI
2.2.4 Upaya Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak ...17
2.2.5 Penanganan Kesulitan Makan Pada Anak ...21
2.2.6 Pengaturan Makan Bayi dan Balita ...21
4.2.2 Sampel Penelitian...27
4.6 Uji Validitas dan Realibilitas ...30
4.6.1 Uji Validitas ...30
4.6.2 Uji Realibilitas ...30
4.7 Teknik Pengumpulan Data ...31
4.8 Analisa Data ...32
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...35
5.1 Hasil Penelitian ...35
5.1.1 Karakteristik Responden ...35
5.1.2 Pengetahuan Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...36
5.1.3 Sikap Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...37
5.1.4 Tindakan Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...37
5.2 Pembahasan ...38
5.2.1 Pengetahuan Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...38
5.2.2 Sikap Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...40
5.2.3 Tindakan Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...44
6.1 Kesimpulan ...44
6.2 Saran ...45
DAFTAR PUSTAKA ...46 LAMPIRAN
1. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Jadwal Penelitian
3. Taksasi Dana
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 25 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik data
demografi di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga... 36 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tingkat
pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia
dibawah lima tahun diKelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ... 36
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun
diKelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ... 37
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan tingkat tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka penelitian Perilaku Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak Usia dibawah Lima Tahun diKelurahan Huta Tonga-tonga
Judul : Perilaku Ibu dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga
Nama : Hanna Mariana Simangunsong
NIM : 111121013
Jurusan : Keperawatan Tahun Akademik : 2011
Abstrak
Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkomsumsi sejumlah makanan yang diperlukan, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulut secara sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pengambilan sampelnya menggunakan teknik total sampling. Besar sampel yang digunakan adalah 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan anak usia dibawah lima tahun. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 68%, 83% ibu memiliki sikap cukup dan 55% ibu memiliki tindakan cukup dalam mengatasi kesulitan makan pada anak dibawah usia lima tahun. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pendidikan kesehatan tentang cara mengatasi kesulitan makan pada anak dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di wilayah yang lebih luas dan dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak balita.
Judul : Perilaku Ibu dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga
Nama : Hanna Mariana Simangunsong
NIM : 111121013
Jurusan : Keperawatan Tahun Akademik : 2011
Abstrak
Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkomsumsi sejumlah makanan yang diperlukan, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulut secara sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pengambilan sampelnya menggunakan teknik total sampling. Besar sampel yang digunakan adalah 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan anak usia dibawah lima tahun. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 68%, 83% ibu memiliki sikap cukup dan 55% ibu memiliki tindakan cukup dalam mengatasi kesulitan makan pada anak dibawah usia lima tahun. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pendidikan kesehatan tentang cara mengatasi kesulitan makan pada anak dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di wilayah yang lebih luas dan dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak balita.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada balita, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak balita, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurangnya nutrisi dalam tubuh, seperti : kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng, defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kalium, dan lain-lain yang dapat menghambat proses perkembangan anak balita. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada anak balita diharapkan dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah morbilitas dan mortalitas (Hidayat,2005).
mampu untuk makan, padahal yang tidak disukai tersebut mengandung zat yang seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana (Hidayat,2005).
Menurut hasil penelitian oleh Soedibyo (2009) di Jakarta, kelompok usia terbanyak mengalami kesulitan makan adalah usia 1 sampai 5 tahun (58%), dengan jenis kelamin terbanyak laki-laki (54%). Kesulitan makan didapatkan pada 50 orang dari 109 orang subjek (45,9%). Gejala klinis esofagitis refluks ditemukan dalam jumlah yang sama (45,9%). Keluhan berupa menghabiskan makanan kurang dari sepertiga porsi (27,5%), menolak makan (24,8%) dan anak rewel, merasa tidak senang atau marah (22,9%), hanya menyukai satu jenis makanan (7,3%), hanya mau minum susu (18,3%), memerlukan waktu > 1 jam untuk makan (19,3%) dan mengemut (15,6%). Keluhan 72% telah dialami lebih dari 6 bulan, 50% memiliki gangguan kenaikan berat badan, 22% rewel, 12% nyeri epigastrium, dan 6% nyeri menelan dan sering muntah.
timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu penyebab keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tetapi tingkat kesulitan makan anak tidak membaik. Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang timbul, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan dimasa yang akan datang. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nanti .
Perkembangan mental anak dapat dilihat dari kemampuannya mengatakan “tidak” terhadap makanan yang ditawarkan. Penolakan itu tentu saja tidak boleh
dijadikan alasan oleh para orang tua untuk memulai “perang di meja makan”,
karena ketegangan justru akan memicu dan memacu sikap yang lebih defensif. Ada baiknya diadakan kompromi, anak diberikan pilihan satu atau dua macam makanan.
Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan selama berminggu-minggu. Orang tua tidak perlu merasa takut, asalkan makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sementara itu, orang tua (pengasuh anak) tidak boleh menyerah menawarkan kembali jenis makanan lain setiap kali makan (Arisman, 2002).
sukai dan tidak disukai. Pada usia ini anak juga merupakan golongan konsumen pasif yaitu belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri, mereka juga masih sukar diberikan pengertian tentang makanan di samping kemampuan menerima berbagai jenis makanan juga masih terbatas (Maryunani, 2010).
Pada umumnya masalah makan pada anak adalah masalah kesulitan makan. Kesulitan makan adalah ketidakmampuan anak untuk makan dan menolak makanan tertentu (Santoso, 2004). Menurut (Sulistijani,2001) masalah sulit makan pada anak Balita antara lain adalah anak suka bermain dengan makanannnya, porsi makan berlebih, susah makan, dan anak suka jajan.
Masalah sulit makan pada anak merupakan masalah yang sering dikeluhkan oleh banyak ibu-ibu. Banyak ibu-ibu mengeluh anaknya sulit sekali untuk diajak makan, padahal mereka sudah berusaha secara maksimal untuk mengupayakan agar anaknya mau makan (Irianto, 2006).
Perilaku makan telah terbina sejak awal kehidupan, dan ini cukup memberikan pengaruh terhadap pembentukan serta perkembangan kepribadian secara menyeluruh. Kondisi dan peran psikologi anak merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting bagi terlaksananya perilaku makan yang negatif, sehingga anak menjadi sulit makan. Perkembangan perilaku makan merupakan panduan dari sikap seorang ibu, kondisi psikologi anak serta pemberian makan (Irianto, 2006).
keadaan psikologis anak di mana anak yang tidak diharapkan tidak menerima belai kasih saat menerima ASI dan tekhnik pemberian makanan yang salah (Irianto,2006).
Dikaitkan dengan kesehatan maka pada usia ini anak amat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi terutama apabila kondisinya kurang gizi. Masalah sulit makan pada anak dapat mengakibatkan anak tumbuh dengan berat badan yang tidak ssesuai dengan usianya (Suhardjo,1992)
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui tentang pentingnya mengatasi kesulitan makan pada anak terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak. Atas dasar inilah, kemudian penulis tertarik untuk mengkaji tentang masalah perilaku ibu untuk mengatasi kesulitan makan pada anak usia balita.
1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita.
2. Mengidentifikasi sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita. 3. Mengidentifikasi tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak
1.3Pertanyaan Penelitian
Bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga?
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Perawat Komunitas
Dapat memberikan masukan informasi bagi perawat komunitas tentang bagaimana perilaku ibu untuk mengatasi kesulitan makan pada anak. Sehingga dapat ditemukan bagaimana tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak atau pasien yang menjadi prioritas sasaran pendidikan kesehatan. 1.4.2 Pendidikan Keperawatan
Dapat memberikan informasi kepada tenaga pendidik tentang fenomena yang ada di masyarakat, sehingga dapat membantu dalam menentukan penekanan materi yang akan diberikan pada mahasiswa keperawatan terkait dengan masalah tentang perilaku untuk mengatasi kesulitan makan pada anak.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku
Perilaku adalah bentuk responden atau reaksi terhadap stimulasi atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa semestinya stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda (Notoatmodjo,2003).
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan, perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan peran manusia sebagai mahkluk individu, sosial, dan kebutuhan (Purwanto,1999).
Perilaku dibagi dalam 3 ranah, meskipun ranah tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembatasan ranah ini dilakukan untuk pembatasan pendidikan yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
2.1.1 Pengetahuan
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa dan lingkungan (Notoadmodjo, 2003).
Pengetahuan hanya dapat menjawab pernyataan apa saja, apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang ada disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuklah disiplin ilmu (Notoadmodjo, 2003).
1. Tahu (Know)
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Diartikan sebagai suatu kemampuan atau menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan ada menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus ada menjelaskan dan menyebutkan.
3. Aplikasi (Application)
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisa (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menggambarkan materi atau suatu objek dalam komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini ada dilihat untuk penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Menunjukkan suatu kemampuan atau meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan ada dilakukan dengan wawancara atau angket yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden.
2.1.2 Sikap
sikap negatif cenderung untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu dalam kehidupan masyarakat (Purwanto, 1999).
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup untuk seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, manifestasi sikap tidak ada langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus dalam kehidupan sehari-hari.
Selain bersifat positif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dst.). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering sekali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya, sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Notoatmodjo,2003).
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.
Sikap ini terdiri dari 4 tingkatan yaitu: a. Menerima (Receiving)
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap ada dilakukan secara langsung dengan mengatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoadmojo,2003).
2.1.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior), untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas, disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Tingkat-tingkat praktek tindakan:
1. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
3. Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai tingkat ini.
4. Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.2 Kesulitan Makan
2.2.1 Pengertian Kesulitan Makan
Makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang jika dilihat sepintas tampaknya sangat sederhana, namun sebenarnya makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks, melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis dan lingkungan. Selain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan terhadap nutrien, makan juga memiliki fungsi psikologis dan sosial/edukasi yang dapat memberikan kepuasan bagi anak itu sendiri maupun bagi pemberinya. Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkomsumsi sejumlah makanan yang diperlukan, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulut secara sukarela.
makan yang parah ditemukan mengalami esofagitis refluks tanpa disertai penyakit lain. Penyebab kesulitan makan secara garis besar dibedakan oleh faktor organik, nutrisi, dan psikologis (Soedibyo,2007).
Jika anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekhawatiran ibu.
Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam, diantaranya : a. Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan.
b. Makan tidak mau ditelan.
c. Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan. d. Penolakan atau melawan pada waktu makan. e. Kebiasaan makan makanan yang aneh/siap saji. f. Hanya mau makan jenis makanan tertentu saja. g. Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan. h. Keterlambatan dalam tingkat keterampilan makan. 2.2.2 Penyebab Kesulitan Makan
Faktor yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
A. Faktor nutrisi
Berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan menentukan jumlah makanan, anak-anak dapat dikelompokkan : 1. Konsumer pasif : pada bayi berusia 0-1 tahun
Pada bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis berkaitan
dengan keterampilan makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik. Selain itu dapat juga oleh kekurangan pembinaan / pendidikan makan antara lain:
a. Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.
b. Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu dini atau lambat.
c. Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat. d. Cara pemberian makan yang kurang tepat.
2. Konsumer semi pasif/semi aktif : anak balita usia 1-5 tahun.
3. Konsumer aktif : anak sekolah dan remaja 6-18 tahun.
Pada usia ini berkurangnya nafsu makan disamping karena sakit juga oleh karena faktor lain misalnya waktu / kesempatan untuk makan karena kesibukan belajar atau bermain dan faktor kejiwaan.
Kesulitan makan karena faktor kejiwaan biasanya pada anak gadis usia sekitar 10-12 tahun sesuai dengan awal masa remaja. Kesulitan makan mungkin mereka lakukan dengan segaja untuk mengurangi berat badan untuk mencapai penampilan tertentu yang diabaikan. Sebaliknya mungkin terjadi nafsu makan yang berlebihan yang mengakibatkan kelebihan berat yang berlanjut menjadi obesitas. B. Faktor penyakit/kelainan organik.
Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem saraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan, untuk praktisnya dikelompokkan menjadi:
a. Kelainan / penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut. b. Kelainan / penyakit pada bagian lain saluran cerna.
c. Penyakit infeksi pada umumnya.
a) akut : infeksi saluran pernafasan. b) kronis : tubercolosis paru, malaria. d. Penyakit /kelainan non infeksi.
b) Penyakit neuromauskuler : cerebral palsy. c) Penyakit keganasan : tumor willems. d) Penyakit hematologi : anemia, leukemia.
e) Penyakit metabolik/endokrin : diabetes mellitus. f) Penyakit kardiovaskuler.
C. Faktor gangguan/kelainan psikologis.
a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya.
Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang menimbulkan ketidakseimbangan. Orang membutuhkan makanan selanjutnya muncul perasaan lapar karena di dalam tubuh ada kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang yang didalam tubuhnya sudah cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum membutuhkan makanan dan tidak timbul keinginan makan.
Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak, misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.
c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak dalam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam keadaan ini anak dipaksa untuk makan.
d. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.
2.2.3 Dampak Kesulitan Makan
Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP).
2.2.4 Upaya Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak
Menurut Irianto (2007) anak-anak sering mengalami kesulitan atau tidak mau makan meskipun orang tua sudah menyiapkan makanan terbaik. Hal tersebut dapat diatasi dengan berbagai upaya, antara lain:
a. Porsi kecil
b. Beri pujian
Apabila anak mampu menghabiskan porsi makannya, berilah pujian sehingga menyenangkan hati anak.
c. Biarkan anak mengambil porsinya sendiri
Berikan kebebasan kepada anak untuk mengambil makanannya sendiri sebab anak akan merasa dihormati dan bertanggung jawab terhadap habisnya makanan tersebut.
d. Beri makan saat lapar
Apabila hendak menyajikan jenis makanan baru yang belum dikenal anak, sebaiknya diberikan pada saat anak lapar.
e. Hindari rasa bersalah
Apabila anak memecahkan peralatan makan, jangan dimarahi. Untuk itu, gunakan peralatan yang terbuat dari plastik.
f. Sajikan hanya makanan yang terbaik
Berikan makanan yang padat kalori seperti daging, ikan, selai kacang, keju, pisang, kacang-kacangan.
g. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Biarkan anak makan sambil bermain-main atau apa saja yang disukainya. h. Kurangi Hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian
i. Biarkan anak makan lambat
Anak yang baru belajar makan biasanya sangat lambat menyelesaikan tugas makannya. Untuk itu, sebaiknya biarkan ia makan dengan caranya sendiri. Luangkan waktu menemaninya.
j. Mengganti suasana
Agar anak tidak bosan, berupayalah mengganti suasana makan, misalnya bagi anak yang biasa makan di meja makan dapat divariasi dengan makan di teras, minuman yang biasanya diminum langsung dari cangkir diganti dengan memakai sedotan, makan yang biasanya hanya menggunakan tangan dapat menggunakan sendok.
k. Biarkan anak memilih makanannya sendiri
Berikan alternatif makanan yang dapat dipilih anak, boleh saja mengajak anak untuk mengkonsumsi makanan seperti yang dimakan anggota keluarga lainnya, tetapi jangan sekali-kali memaksanya.
l. Bersikap cerdik
m.Turuti keinginan anak
Pada umumnya anak menolak makanan campuran dalam satu piring, misalnya nasi, sayur dan lauk jadi satu. Turuti keinginan anak dengan menyajikan berbagai jenis makanan yang terpisah.
n. Jangan memaksa rapi
Anak lebih menyukai makan dengan caranya sendiri yang terkadang menjadi berantakan. Untuk itu, diperlukan toleransi orang tua untuk tidak memaksa anak makan dengan rapi sebab dengan cara tersebut anak akan lebih banyak menghabiskan makananya.
o. Mau menerima jawaban tidak
Apabila anak mengatakan “Sudah Kenyang” dan tidak mau makan lagi, jangan paksa untuk makan mesti hanya satu suap lagi.
p. Bersabar
Selera makan anak cepat berubah sehingga jenis makanan yang kemarin digemari, sekarang bisa saja dihindari. Untuk itu, dituntut kesabaran dari orang tua.
q. Memberi hadiah
2.2.5 Penanganan Kesulitan Makan pada Anak
Beberapa langkah yang harus dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak adalah:
1. Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan, kemudian cari penyebab kesulitan makanan pada anak
2. Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi 3. Pemberian pengobatan terhadap penyebab
4. Bila penyebab gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau celiac), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.
Gangguan fungsi pencernaan kronis pada anak merupakan salah satu penyebab paling penting dalam kesulitan makan.
Menurut Judawanto (2007), gangguan fungsi saluran cerna kronis yang terjadi seperti alergi makanan, intoleransi makanan, dan sebagainya. Reaksi simpang makanan tersebut tampaknya sebagai penyebab utama gangguan-gangguan tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan ini terbanyak saat usia diatas 6 bulan ketika mulai dikenalkannya variasi makanan tambahan baru.
2.2.6 Pengaturan Makan Bayi dan Balita A.Tujuan Pengaturan Makan Bayi dan Balita
Terdapat 2 tujuan pengaturan makan untuk bayi dan balita, yaitu:
a. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk pemeliharaan dan/atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktifitas fisik. b. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik, menyukai dan menentukan
makanan yang dibutuhkan.
Menurut Titi dalam Mayurnani (2010) menguraikan tujuan pengaturan makan atau tujuan upaya gizi pada bayi dan balita ada 3 yaitu:
1. Tujuan fisiologis:
Memberikan kalori dan zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dan balita untuk bergerak, tumbuh dan berkembang.
2. Tujuan psikologis:
Memberikan kepuasan kepada bayi dan balita menikmati makanan yang diberikan.
3. Tujuan edukatif:
- Mendidik keterampilan mengkonsumsi makanan.
- Membina kebiasaan waktu makan/jadwal makan (sarapan, makan siang dan makan sore/malam).
- Membina selera terhadap makanan yang baik, khususnya yang merupakan selera dan kebiasaan keluarga.
B. Syarat untuk Makanan pada Bayi dan Balita
a. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur.
b. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera terhadap makanan.
c. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faal bayi/balita.
d. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan. 2.3 Balita
2.3.1 Pengertian Balita
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati atau diukur malalui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema kerangka konseptual dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian akan mengidentifikasi Perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita.
Perilaku Ibu dalam mengatasi
kesulitan makan pada anak balita: - Baik
Pengetahuan - Cukup Sikap - Kurang
Tindakan
3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 3.1. Tabel Defenisi Operasional Variabel
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. 4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita yang ada di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Berdasarkan data yang didapat dari Kantor Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga, total populasi ibu yang mempunyai anak usia dibawah lima tahun (Balita) yaitu sebanyak 60 orang .
4.2.2 Sampel Penelitian
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga, dengan pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut banyak terdapat ibu yang memiliki anak Balita dan juga lokasi tersebut lebih mudah dijangkau oleh peneliti sehingga proses pengambilan data dan pelaksanaan penelitian menjadi lebih efisien. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2012.
4.4 Pertimbangan Etik
diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. 4.5Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen peneliti terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner data ibu yang meliputi pengetahuan,sikap dan tindakan.
4.5.1 Kuesioner Data Demografi
Kuesioner data demografi yang meliputi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan penghasilan perbulan.
4.5.2 Kuesioner Perilaku Ibu
Bagian instrumen ini berisi pernyataan yang bertujuan untuk mengidentifikasi prilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita. Bagian ini terdiri dari 30 pertanyaan yang meliputi pengetahuan sebanyak 10 (sepuluh) pernyataan terdiri dari pilihan jawaban Benar bernilai 1, Salah bernilai 0 , sikap sebanyak 10 (sepuluh) pernyataan terdiri dari pilihan jawaban Sangat Setuju diberi nilai 3 Setuju bernilai 2, Tidak Setuju bernilai 1 dan tindakan sebanyak 10 (sepuluh) pernyataan yang terdiri dari pilihan jawaban Ya bernilai 1 dan Tidak bernilai 0.
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur (Setiadi, 2007). Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dan instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2009). Untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur, instrumen pengumpulan data harus memiliki kemampuan untuk mengukur apa yang harus diukur (Dempsey, 2002). Validitas yang dipakai pada instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Untuk menguji validitas isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka. Selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, kuesioner divalidasi oleh dosen dari Departemen Anak di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yaitu, Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep dan telah dinyatakan valid dengan CVI 0,86.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Alpha karena kuesioner tersebut menggunakan skor dalam rentangan tertentu (Arikunto, 2010). Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan diperoleh hasilnya, reliabel untuk kuesioner pengetahuan 0,760 dan reliabel untuk kuesioner sikap sebesar 0,715 dan reliabel untuk kuesioner tindakan sebesar 0,707.
4.7 Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap awal penelitian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU), kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirim ke tempat penelitian. Setelah mendapat izin peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.
Pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pendataan jumlah ibu yang mempunyai anak balita yang ada di kelurahan tersebut. Selanjutnya peneliti mendatangi alamat-alamat tersebut, peneliti menjelaskan pada calon responden tentang waktu, tujuan, manfaat dan proses kuesioner. Kemudian calon responden diminta kesediannya untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent), selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti.
4.8 Analisa Data
Data yang telah terkumpulkan diolah dengan cara sebagai berikut:
1. Editing yaitu memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai petunjuk.
2. Coding yaitu memberi kode tertentu pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data. 3. Tabulating yaitu untuk mempermudah analisa data, pengolahan dan
pengambilan kesimpulan maka hasil pengumpulan data dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi dan presentase.
4. Presentasi Data yaitu setelah data dikumpulkan dan selanjutnya data diolah. Pengolahan data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase (%).
Untuk mengkategorikan hasil variabel penelitian digunakan rumus statistik menurut Sudjana (2005). Pada variabel pengetahuan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 10 dan nilai terendah adalah 0.
P= Rentang kelas/Banyak kelas
0 – 3 = Pengetahuan kurang 4 – 6 = Pengetahuan cukup 7 – 10 = Pengetahuan baik
Untuk variabel sikap nilai tertinggi yang diperoleh adalah 30 dan terendah adalah 1. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) :
P = Rentang kelas/Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 20 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 3, maka didapatkan panjang kelas sebesar 8. Dengan menggunakan P=8 dan 1 sebagai batas interval pertama, maka sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan anak usia dabawah lima tahun (balita) dikategorikan atas interval sebagai berikut :
21 – 30 = Sikap baik 11 – 20 = Sikap cukup 1 - 10 = Sikap kurang
Dan variabel tindakan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 10 dan terendah adalah 1. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) :
P = Rentang kelas/Banyak kelas
0 – 3 = Tindakan kurang 4 – 6 = Tindakan cukup 7 – 10 = Tindakan baik
Maka statistik yang digunakan untuk analisa data pada penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskriptifkan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 1995). Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentasi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga, yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak bulan September sampai Oktober 2012 di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Penyajian data hasil penelitian meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita).
5.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi berdasarkan Karakteristik data demografi di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. (n=60)
Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Umur dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga (n=60)
Pengetahuan Ibu f (%)
Baik 19 31,7
Cukup 41 68,3
Jumlah 60 100
5.1.3 Sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga
Hasil penelitian sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) menunjukkan mayoritas responden memiliki sikap cukup (83,3%). Hasil penelitian sikap responden dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga (n=60)
Sikap Ibu f (%)
Baik 10 16,7
Cukup 50 83,3
Jumlah 60 100
5.1.4 Tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga (n=60).
Tindakan Ibu f (%)
Dalam penelitian ini dijabarkan hasil peenelitian tentang perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.
5.2.1 Pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa ibu yang mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga mempunyai pengetahuan cukup sebesar 68,3%.
orang atau 56,7 %, Akademi/perguruan tinggi 12 orang atau 20 %, SLTP 9 orang atau 15 % dan SD 5 orang atau 8,3 %.
Namun bila dilihat secara rinci dari masing-masing pertanyaan masih ada beberapa pertanyaan dimana tingkat ketidaktauan ibu tentang bila anak yang hanya mau minum susu,maka akan terjadi anemia defisiensi besi sebanyak 70% menjawab salah dan 30% menjawab benar. Hal ini disebabkan banyak para ibu membuat pilihan untuk lebih memilihi memberikan susu bila anak mereka tidak mau makan. Menurut Jonathon (2012), susu memang memenuhi kebutuhan vitamin D yang baik bagi tulang dan gigi. Tetapi bila dikomsumsi terlalu berlebihan, susu akan memberikan efek buruk bagi darah, berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada 3800 anak dikanada, dia menemukan fenomena berkurangnya kadar zat besi dalam darah pada anak yang mengkomsumsi susu yang berlebihan.
dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Ibu sangat membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk mengetahui perannya. Peran dalam hal ini yaitu untuk mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Notoadmojo 2003).
5.2.2 Sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.
Hasil penelitian diperoleh bahwa 83,3% menunjukkan sikap cukup pada ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun, sebanyak 16,7% memiliki sikap baik pada ibu yang mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun. Sikap baik dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) perlu ditingkatkan karena akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) sehingga kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun dapat teratasi.
Hasil penelitian pada pernyataan saya akan memuji anak saya jika dia dapat menghabiskan porsi makanannya didapatkan 58% menjawab tidak setuju, setuju 28% dan sangat setuju 13%. Menurut Santoso (2004) Berikan pujian apabila anak melakukan cara makan dengan baik serta dapat menghabiskan makanannya. Gunakan alat makan yang menarik, disukai oleh anak, dan sesuai dengan kondisi anak sehingga memudahkan anak untuk menggunakannya pada saat makan.
Pada pernyataan jika anak susah makan, maka saya akan membujuknya, sebesar 50% responden tidak setuju bahwa jika anak susah makan, maka saya akan membujuk dengan lembut. Hal ini kemungkinan besar responden menganggap jika anak dibujuk untuk makan akan menyebabkan anak menjadi manja dan membuang-buang waktu saja. Sementara menurut Sulistijani (2001) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua/pengasuh harus membujuk, tenang dan sabar pada saat memberikan makan anak serta ciptakan suasana makan yang menyenangkan dan bersih bagi sianak.
5.2.3 Tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.
Hasil penelitian tentang tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga mempunyai tindakan cukup sebesar 55%, tindakan merupakan aturan yang dilakukan dalam melakukan /mengadakan aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak (Notoadmojo,2003). Pekerjan juga sangat berpengaruh terhadap tindakan dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun(Balita) dimana 50% responden adalah ibu rumah tangga dan penghasilan keluarga sekitar Rp.700.000-Rp.1.200.000 sebesar 57%.
Pada pernyataan saya memberikan jenis makanan baru yang belum dikenal anak saya pada saat dia lapar didapatkan 50% responden menjawab tidak dan 50% responden menjawab ya. Menurut Pratiwi (2009) Dengan jenis makanan yang berbeda, semakin bertambah usia ia harus mengkomsumsi makanan yang berbeda rasa, tekstur, bentuk dan warna. Perbedaan jenis makanan membuat Balita belajar beradaptasi dengan makanan, sehingga mencegah terjadinya pilih-pilih makanan. Atau kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan saja selama berminggu-minggu. Sementara itu orang tua tidak boleh menyerah untuk menawarkan kembali jenis makanan lain setiap kali makan.
53% menjawab ya. Menurut Irianto (2006) Dengan memberikan kebebasan kepada anak dalam hal mengambil makanannya sendiri dapat menyebabkan anak akan merasa dihormati dan bertanggung jawab terhadap habisnya makanan tersebut.
Dan pernyataan saya memberikan hadiah apabila anak saya mau menghabiskan makanannya ditemukan sebanyak 42% responden menjawab tidak dan 58% menjawab ya. Menurut Irianto (2006) jangan sesekali memberikan upah atau hadiah kepada anak bila si anak sedang makan atau dapat menghabiskan makanannya. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan sianak dikemudian hari. Jadi jika ada hadiah berupa buah-buahan atau makanan lainnya maka sebaiknya diletakkan didekat hidangan dan sebelum makan anak diingatkan untuk memakannya nanti setelah selesai makan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan cukup dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) 68 % (n=41) dan responden yang memiliki pengetahuan baik 32 % (n=19) .
Hasil analisa data menunjukkan bahwa sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga menunjukkan bahwa sebagian besar responden 83% (n=50) memiliki sikap cukup dan 17 % (n=10) memiliki sikap yang baik dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita).
Hasil analisa data menunjukkan bahwa tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga menunjukkan bahwa sebagian besar responden 55% (n=33) memiliki tindakan cukup dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun, 43% (n=26) memiliki tindakan yang baik dan 2% (n=1) memiliki tindakan yang kurang dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.
6.2 Saran
a. Bagi praktek keperawatan
makanan bagi anak Balita dalam menjalani perawatan mengatasi kesulitan makan anak dibawah lima tahun.
b. Bagi pendidikan keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi mahasiswa keperawatan agar dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam peningkatan mutu pelayanan dan meningkatkan pendidikan keperawatan dalam mengatasi kesulitan makan anak dibawah lima tahun (Balita).
c. Bagi peneliti keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2005). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Arisman, (2002). Gizi dalam Daur Kehidupan, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Ambarwati, (2011). Ilmu Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Surabaya. Cakrawala Ilmu.
Azwar, S. (2006). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Dahlan, Muhammad Sopiyudin. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika.
Dempsey & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock, BE.(1999). Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga Irianto, Djoko Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan
Olahragawan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Judarwanto,W. (2004). Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak. Jakarta: Puspa Swara
Mutiara, Citra. (2007). htpp// Kesulitan Makan Pada Anak/co.id.html
Nurasalam, (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. .(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:
Rineka Cipta.
. (2003). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Polit&Hungler. (1995). Nursing Research: Principles and Methods. Philadelphia: Lippincot.
Potter, Perry. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Purwanto, Heri. (1998). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Pratiwi.( 2009). Menu sehat untuk Balita. Jakarta: Puspa Swara
Santoso, Ranti.( 2002). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sediaoetomo, D.A. (2006). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Soedibyo, Supardi.(2009). http///Kesulitan Makan pada Pasien/co.id.html. Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk keluarga dan Masyarakat.
Direktorat dan Kebudayaan.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suhardjo. (2004). Pemberian makanan pada bayi dan Balita. Yokyakarta: Kanisius
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
PERILAKU IBU DALAM MENGATASI KESULITAN MAKAN
PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI
KELURAHAN HUTA TONGA-TONGA SIBOLGA
Oleh :
HANNA MARIANA SIMANGUNSONG
Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.
Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan saudara menandatangani kolom dibawah ini.
Tanda tangan :
Tanggal :
Kuesioner Penelitian 1. Data Demografi
Petunjuk pengisian:
a. Semua pertanyaan harus diberi jawaban.
b. Isilah pertanyaan dengan memberi tanda check list (√ ).
c. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda.
d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tanda ( √ ) pada tempat yang
disediakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
1. Usia Ibu : 22 - 27 tahun 28 – 34 tahun > 35 tahun 2. Pendidikan Ibu : SD SLTA
SLTP Akademi/Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI Ibu Rumah Tangga
Swasta
5. Kuesioner Perilaku Ibu
Petunjuk pengisian :
a. Semua pertanyaan harus dijawab.
b. Isilah pertanyaan dengan memberi tanda check list (√ ).
c. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda.
d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. A. Pengetahuan Ibu
1. Kesulitan makan adalah :
a. Ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi makanan yang diperlukan. b. Ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi ikan.
c. Ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi sayur-sayuran. d. Ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi buah-buahan. 2. Penyebab kesulitan makan pada anak balita adalah :
a. Faktor kejiwaan.
b. Berkurangnya nafsu makan. c. Kesibukan belajar.
d. Tidak lapar.
3. Bila anak hanya tidak menyukai buah dan sayur, maka akan terjadi kekurangan vitamin :
4. Bila anak yang hanya mau minum susu, maka akan terjadi : a. Kegemukan
b. Kurang darah c. Kurang gizi. d. Cacingan.
5. Upaya ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita adalah : a. Memaksa anak jika anak tidak mau makan.
b. Memarahi anak jika makanan tidak dihabiskan. c. Mengancam anak jika memilih-milih makanan. d. Memberi pujian jika mampu menghabiskan makanan. 6. Tujuan pengaturan makan untuk balita adalah :
a. Untuk memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan anak b. Membuat anak kenyang saja
c. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari d. Agar anak tidak rewel
7. Syarat untuk makanan balita : a. Porsi makan harus banyak
b. Memenuhi kecukupan energy dan semua zat gizi sesuai umur c. Cukup dengan makan nasi dan kerupuk saja
b. Dicampurkan dalam satu piring c. Makanan berbentuk keras dan pedas d. Diberikan dalam tempat terpisah-pisah
9. Upaya ibu dalam memberikan sayur dan buah kepada anak : a. Dipaksa biar anak mau memakan sayur dan buah
b. Diperkenalkan hanya pada satu sayur dan buah itu saja c. Sayur dan buah disajikan dalam bentuk jus atau dihaluskan d. Sebaiknya diberikan kadang – kadang saja
10. Usia yang paling tepat dalam pemberian makan pada anak balita adalah : a. Dimulai dari usia 1 bulan
b. Dimulai dari usia 3 bulan c. Setelah usia 6 bulan d. Sejak bayi lahir
B. Sikap Ibu
Keterangan : SS = bila pernyataan sangat setuju S = bila pernyataan setuju
TS = bila pernyataan tidak setuju
No Pernyataan SS S TS
1. Jika anak susah makan, maka saya akan membujuk dengan lembut.
porsi makanan yang sudah saya tentukan.
3. Jika anak saya tidak mau makan, saya akan mengancam tidak boleh main dengan temannya.
4. Saya akan membiasakan anggota keluarga saya untuk makan bersama.
5. Saya akan memuji anak saya jika dia dapat menghabiskan porsi makanannya
6. Jika anak saya tidak mau makan, saya tidak akan memaksanya karena jika dia lapar dia akan memintanya sendiri.
7. Jika anak saya tidak mau makan, maka saya akan mencubitnya.
8. Saya akan memberikan jajanan bila anak saya tidak mau makan.
9. Saya akan menyuapi anak saya makan sampai porsi makanannya habis.
10. Saya akan memberi hadiah jika makanan anak saya habis.
No. Pernyataan Ya Tidak 1. Saya memberi makan dalam porsi secukupnya (tidak
langsung banyak sekaligus).
2. Saya memberikan pujian kepada anak saya jika dia dapat menghabiskan makanannya.
3. Saya memberikan kebebasan kepada anak saya untuk mengambil makanannya sendiri.
4. Saya memberikan jenis makanan baru yang belum dikenal anak saya pada saat dia lapar.
5. Saya memberi makan anak saya sambil bermain. 6. Saya menyajikan buah-buahan dalam bentuk jus. 7. Saya membiarkan anak saya makan sendiri walau
berantakan.
8. Saya memberikan hadiah apabila anak saya mau menghabiskan makanannya.
9. Saya memberikan makanan yang terbaik pada anak saya, seperti daging, ikan. Sayur dan buah. 10. Saya menyajikan makanan dalam bentuk yang
menarik sehingga anak saya tidak bosan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hanna Mariana Simangunsong
Tempat / Tanggal Lahir : Sei Bamban/ 04 September 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Keristen Protestan
Alamat : Jln Pdt.Yohannes Pasaribu no.6 Sibolga
Riwayat Pendidikan :
1. 1987 – 1993 : SD negeri Tebing Tinggi
2. 1993 – 1996 : SLTP Swasta Katolik Bagansiapi-api Riau 3. 1996 – 1999 : SPK Swasta HKBP Balige