• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

112 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam uraian

pembahasan maka diuraikan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Masyarakat adat suku Mee di Distrik Kapiraya berpandangan bahwa tanah sebagai

seorang ibu yang memberi susu (hidup) kepada anaknya, dan juga tanah sebagai

warisan nenek moyang yang di atasnya dilaksanakan sebagai aktivitas. Masyarakat

adat suku Mee berpandangan tanah, hutan, air, dusun, gunung, dan di wilayah

Kapiraya merupakan haknya dalam penguasaan dan pemilikan tanah hak ulayat

maupun tanah adat serta pengaturannya. Dalam penguasaan dan kepemilikan tanah

adat pada masyarakat persekutuan adat suku Mee di Kapiraya dilaksanakan secara

komunal yang disebut hak ulayat dan juga dimiliki secara individual yang dalam

pemanfaatan dan pengalihan hak atas tanah tidak dapat dicampuri oleh pihak lain

(kepala adat dan anggota yang tidak mempunyai hak). Tanah-tanah yang dimiliki

oleh kelompok masyarakat persekutuan hukum adat suku Mee mempunyai hak

milik yang bersifat hak mutlak dan hak pakai yang dimiliki secara hak sementara.

2. Tanah yang dikuasai dan dimiliki oleh masyarakat persekutuan hukum adat suku

Mee agar jelas kedudukan atau status tanahnya, maka tanah-tanah itu dapat

dilakukan dengan cara pemisahan-pemisahan. Dalam hal ini dengan cara

pembuatan pagar sebagai batas tanah, dan juga dengan memberi nama atas

tanah-tanah tersebut seperti tanah-tanah komunal, tanah-tanah marga, tanah-tanah bapak, tanah-tanah ibu, tanah-tanah

(2)

113

istri dan tanah teman. Hak atas tanah komunal (enaimo Makii) itu berupa tanah,

hutan dan kekayaan alam yang merupakan tempat untuk berburu, sedangkan

tanah-tanah individu itu berupa tanah marga, tanah bapak, tanah ibu, tanah istri

dan tanah teman yang tempatnya berdekatan dengan perkampungan. Pada

masyarakat adat suku Mee secara yuridis tujuan utama pendaftaran tanah untuk

menciptakan kepastian hukum dan menjamin perlindungan hukumnya, namun

pada kenyataan pada masyarakat adat suku Mee Kapiraya mengenai kepastian

hukum pendaftaran tanah tersebut belum dapat dirasakan oleh masyarakat. Artinya

dalam kenyataan sepanjang hidup masyarakat adat Suku Mee Kapiraya

menganggap tidak ada kepastian hukum dari adanya pendaftaran tanah khususnya

di Distrik Kapiraya Kabupaten Deiyai pada umumnya Negara Indonesia.

B. Saran

1. Pada masyarakat persekutuan hukum adat suku Mee Kapiraya perlu melakukan

perdaftaran tanah agar tanah adat maupun tanah ulayat dapat dilindungi dan

mewujudkan serta menjamin kepastian hukum terhadap objek hak atas tanah.

Status tanah yang dihaki oleh masyarakat adat suku Mee dapat jelas dan perlu ada

pengendalian tanah adat maupun tanah ulayat secara benar dan tepat agar tidak

terjadi konflik tanah.

2. Perlu adanya aturan adat yang tegas tentang tanah adat dan tanah ulayat, maka

semua kebijakan yang dapat di ambil oleh ketua persekutuan hukum adat melalui

musyawarah mufakat bersama segenap anggota persekutuan hukum adat suku

Mee agar tidak terjadi sengketa tanah, sehingga semua pembangunan dapat

(3)

114

Apabila melakukan pengalihan hak atas tanah adat dan tanah ulayat perlu ada

persetujuan pemilik tanah dengan menggunakan norma-norma adat secara resmi,

sehingga pengalihan hak atas dapat disetujui oleh seluruh masyarakat adat suku

Mee di Distrik Kapiraya Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

3. Tanah adat dan tanah hak ulayat suku Mee telah ada hak-hak atas tanah dari

generasi terdahulu. Tanah yang berstatus hak milik dan hak pakai itu dalam

penerapan batas penguasaan dan penggunaan objek hak atas tanah kemiringan

sehingga dapat mengakibatkan kesulitan pembuktian tentang kebenaran

batas-batas tanah secara hukum karena mudah saja terjadi kekeliruan. Oleh karena itu,

sengketa batas ini tidak saja terjadi antar kampung dengan kampung melainkan

wilayah teritorial berbatasan sering terjadi juga antara satu etnis dengan etnis

lainnya yang tinggal bersama-sama sekampung. Dengan melihat penetapan batas

tanah ini perlu mengadakan rapat atau musyawarah secara adat guna membuat

batas-batas tanah yang jelas secara lisan maupun tertulis.

4. Dengan adanya perkembangan pembangunan pemerintah, badan swasta, dan

agama, maka sebelum dilaksanakan pembangunan perlu ada negosiasi dengan

Kepala adat, kepala marga, kepala suku, tokoh adat, tokoh agama, tokoh

masyarakat dan Lembaga Masyarakat Adat Ogeiye Selatan (LMA-O)

DIYOWEUTOPOKE, sehingga mencegah terjadinya konflik tanah.

5. Perlu ada Kantor Pertanahan di Kabupaten Deiyai agar tanah adat perorangan

dapat dilakukan pendaftaran tanah, sehingga dapat mewujudkan kepastian hukum

dalam eksistensi penguasaan dan pemilikan hak atas tanah yang ada supaya terus

(4)

115

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Amiruddin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

B.Ter Haar Bzn, 1989, Agrarich Wet end Belanda (implementasi pertanahan), Penerbit. Cv. Press Java. Jakarta.

C.Medi Suharyono, Sosiologi Hukum, Diktat Mata Kuliah, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Harsono Boedi, 1992, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan Hukum Tanah, Djamban, Jakarta.

_____________, 2007, Hukum, Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agrarian, Isi Dan Pelaksanaannya), Penerbit : Djamban, Jakarta.

Muhammad Bushar, 1981, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradaya Pramita, Jakarta.

Ruchiyat Eddy, 1995, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah Berlaku UUPA, Alumni Bandung.

Perangin Effendi, 1986, 401 Pertanyaan dan Jawaban Tentang Hukum Agraria, CV. Raja Wali, Jakarta.

Gunawan Wiradi, 1989, Masalah Tanah Di Indonesia, Bharata, Jakarta

Widjaja Haw, 2001, Pemerintahan Desa/Kampung, Marga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Alting Husen, 2011, Dinamika Hukum Dalam Pengakuan Dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah, (Masa Lalu, Kini, Dan Masa Akan Datang), Penerbit : Laksbang Pressindo, Yogyakarta.

Sugeng, Istanto, 2011, Politik Hukum, Diktat Mata Kuliah, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

(5)

116

Fernando.M, Manullang, E, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum Kondrat dan Antinomi Nilai, Penerbit : Buku Kompas, Jakarta.

Marzuki, Piter Mahmud, 2006, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.

Mr.C.C.Maassen, Et.al dalam buku karangan Ruchiyat, 1995, Politik Pertanahan Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UUPA, Alumni Bandung.

Mertokusumo, Sudikno, 2004, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Penerbit : Liberty, Yogyakarta.

__________________, 1999, Mengenal Hukum : Sebuah Pengantar, Penerbit : Liberty Yogyakarta.

Siregar Oscar, 1987, Sistem Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Sentani, Jayapura.

Parlindungan.A.P, 1991, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung.

Rawls, Jhon, 1995, A Theory Of Justice, Revised Edn, oxford:oup.

R. Sutanto, 1980, Hukum Pertanahan (Agraria), Pradaya Paramita, Jakarta.

Saragih, Djaren, 1984, Pengantar Hukum Adat Di Indonesia (Edisi II), Penerbit : Tarsito, Bandung.

Separa. J. S, 1993, Tanah Sebagai Milik Tuhan (Makalah Lokakarya Konsultan Hamba Tuhan), Pedesaan Terpadu Irian Jaya, Jayapura.

Soetiknjo dan Ruwiastuti, 1997, Hukum Tanah dan penguasaan penggunaan hak atas Tanah, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

S. Soekanto, 1983, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan Di Indonesia, Akademika Presindo. Jakarta.

Subadi, 2010, Penguasaan Dan Penggunaan Tanah Kawasan Hutan, Penerbit : Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Subekti. R, 1984, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradaya Paramita, Jakarta.

Sunggono Bambang, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(6)

117

________________, ddk, 2010, Hukum Adat Dan Kearifan Lokal Suku Sentani, Diterbitkan Oleh: Biro Hukum Secretariat Daerah Propinsi Papua.

Supriadi, 2007, Hukum Agraria (Cetakan Pertama), Penerbit : Sinar Grafika, Jakarta.

S.R.H Werdono, 1973, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni Bandung.

Suseno, Franz Magnis, 1988, Kuasa Dan Moral, Penerbit : Kanisius Yogyakarta.

Tolib Setiady, 2008, Intisari Hukum Adat Di Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan) (Cetakan Kesatu), Penerbit : Alfabeta. Bandung.

Van Volennhoven, C, 1926, Miskeningen Van Het Adatrecht, Boekhandel En Drukkerij Voorheen E.J.Brill, Leiden.

__________________, 1926, Suatu Kitab Hukum Adat Untuk Seluruh Hindia Belanda, Terjemahan M. Rasjad St. Suleman, Penerbit Bhatara, Jakarta.

Wiryani Fifik, 2009, Reformasi Hak Ulayat (Pengaturan Hak-Hak Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam), Penerbit : Setara Perss, Malang.

B. HASIL PENELITIAN

Tias Vidawati, M.Kn, 2009, Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah : (Study Kasus Pada Suku Dayak Tobak Desa Tebang Benua Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, Universitas Diponegoro Semarang.

Syafan Akbar, M.Kn, 2010, Penyelesaian Sengketa Tanah Hak Ulayat Dalam Suku Caniago Di Nagari Muara Panas Kabupaten Solok Provonsi Sumatera Barat, Universitas Diponegoro Semarang.

C. KAMUS

M.Marwan, dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum (Cet.I), Penerbit : Reality Publisher, Surabaya.

(7)

118 D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pustaka Merah Putih, Yogyakarta, 1960.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Penerbit : Pustaka Pelajar, Celeban Timur, Yogyakarta, 1960.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, Jakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Visimedia, Jakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Deiyai, Jakarta, 2008.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Jakarta, 1997.

Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Dan Hak Perorangan Warga Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah, Jayapura Papua, 2008.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Amiruddin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

B.Ter Haar Bzn, 1989, Agrarich Wet end Belanda (implementasi pertanahan), Penerbit. Cv. Press Java. Jakarta.

C.Medi Suharyono, Sosiologi Hukum, Diktat Mata Kuliah, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Harsono Boedi, 1992, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan Hukum Tanah, Djamban, Jakarta.

_____________, 2007, Hukum, Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agrarian, Isi Dan Pelaksanaannya), Penerbit : Djamban, Jakarta.

Muhammad Bushar, 1981, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradaya Pramita, Jakarta.

Ruchiyat Eddy, 1995, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah Berlaku UUPA, Alumni Bandung.

Perangin Effendi, 1986, 401 Pertanyaan dan Jawaban Tentang Hukum Agraria, CV. Raja Wali, Jakarta.

Gunawan Wiradi, 1989, Masalah Tanah Di Indonesia, Bharata, Jakarta

Widjaja Haw, 2001, Pemerintahan Desa/Kampung, Marga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Alting Husen, 2011, Dinamika Hukum Dalam Pengakuan Dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah, (Masa Lalu, Kini, Dan Masa Akan Datang), Penerbit : Laksbang Pressindo, Yogyakarta.

Sugeng, Istanto, 2011, Politik Hukum, Diktat Mata Kuliah, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

(9)

Fernando.M, Manullang, E, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum Kondrat dan Antinomi Nilai, Penerbit : Buku Kompas, Jakarta.

Marzuki, Piter Mahmud, 2006, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.

Mr.C.C.Maassen, Et.al dalam buku karangan Ruchiyat, 1995, Politik Pertanahan Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UUPA, Alumni Bandung.

Mertokusumo, Sudikno, 2004, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Penerbit : Liberty, Yogyakarta.

__________________, 1999, Mengenal Hukum : Sebuah Pengantar, Penerbit : Liberty Yogyakarta.

Siregar Oscar, 1987, Sistem Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Sentani, Jayapura.

Parlindungan.A.P, 1991, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung.

Rawls, Jhon, 1995, A Theory Of Justice, Revised Edn, oxford:oup.

R. Sutanto, 1980, Hukum Pertanahan (Agraria), Pradaya Paramita, Jakarta.

Saragih, Djaren, 1984, Pengantar Hukum Adat Di Indonesia (Edisi II), Penerbit : Tarsito, Bandung.

Separa. J. S, 1993, Tanah Sebagai Milik Tuhan (Makalah Lokakarya Konsultan Hamba Tuhan), Pedesaan Terpadu Irian Jaya, Jayapura.

Soetiknjo dan Ruwiastuti, 1997, Hukum Tanah dan penguasaan penggunaan hak atas Tanah, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

S. Soekanto, 1983, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan Di Indonesia, Akademika Presindo. Jakarta.

Subadi, 2010, Penguasaan Dan Penggunaan Tanah Kawasan Hutan, Penerbit : Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Subekti. R, 1984, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradaya Paramita, Jakarta.

Sunggono Bambang, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(10)

________________, ddk, 2010, Hukum Adat Dan Kearifan Lokal Suku Sentani, Diterbitkan Oleh: Biro Hukum Secretariat Daerah Propinsi Papua.

Supriadi, 2007, Hukum Agraria (Cetakan Pertama), Penerbit : Sinar Grafika, Jakarta.

S.R.H Werdono, 1973, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni Bandung.

Suseno, Franz Magnis, 1988, Kuasa Dan Moral, Penerbit : Kanisius Yogyakarta.

Tolib Setiady, 2008, Intisari Hukum Adat Di Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan) (Cetakan Kesatu), Penerbit : Alfabeta. Bandung.

Van Volennhoven, C, 1926, Miskeningen Van Het Adatrecht, Boekhandel En Drukkerij Voorheen E.J.Brill, Leiden.

__________________, 1926, Suatu Kitab Hukum Adat Untuk Seluruh Hindia Belanda, Terjemahan M. Rasjad St. Suleman, Penerbit Bhatara, Jakarta.

Wiryani Fifik, 2009, Reformasi Hak Ulayat (Pengaturan Hak-Hak Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam), Penerbit : Setara Perss, Malang.

B. HASIL PENELITIAN

Tias Vidawati, M.Kn, 2009, Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah : (Study Kasus Pada Suku Dayak Tobak Desa Tebang Benua Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, Universitas Diponegoro Semarang.

Syafan Akbar, M.Kn, 2010, Penyelesaian Sengketa Tanah Hak Ulayat Dalam Suku Caniago Di Nagari Muara Panas Kabupaten Solok Provonsi Sumatera Barat, Universitas Diponegoro Semarang.

C. KAMUS

M.Marwan, dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum (Cet.I), Penerbit : Reality Publisher, Surabaya.

(11)

D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pustaka Merah Putih, Yogyakarta, 1960.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Penerbit : Pustaka Pelajar, Celeban Timur, Yogyakarta, 1960.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, Jakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Visimedia, Jakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Deiyai, Jakarta, 2008.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Jakarta, 1997.

Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Dan Hak Perorangan Warga Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah, Jayapura Papua, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2) PMNA/KBPN Nomor 5 Tahun 1999 tentangPedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat pelaksanaan Hak Ulayat diakui sepanjang

Peraturan Menteri Negara Agraria / Keputusan Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan

Judul Tesis : Penyelesaian Sengketa Penguasaan Tanah Hak Ulayat Keret Rumbiak Sebagai Kepastian Hukum Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kantor Bupati Di

Namun didalam keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat,

Menurut Pasal I Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan nasional (Permen Agraria/Kepala BPN) Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah

Secara umum pengertian hak ulayat ditegaskan dalam Permen Agraria Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut: hak ulayat dan yang serupa dari masyarakat hukum adat

Namun didalam keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat,

Macam-macam hak penguasaan atas tanah  Hak bangsa Indonesia atas tanah  Hak menguasai negara atas tanah  Hak ulayat masyarakat hukum adat  Hak-hak perorangan/individual atas