PENGARUH PENYULUHAN BAHAYA NARKOBA
TERHADAP MOTIVASI NARAPIDANA
BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB
PANGKALAN BRANDAN KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Oleh
Nanda Prianto Saragih 111121091
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas selesainya skripsi
dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi
Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat” sebagai tugas akhir yang harus
dipenuhi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada saat penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta
dorongan kepada penulis.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi
dan juga selaku pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji 1 dan Ibu Lufthiani,
S.Kep, Ns, M.Kes selaku penguji 2 skripsi.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
5. Pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan yang telah
memberi izin penelitian dan informasi bagi penulis.
6. Kepada kedua orangtua peneliti, ayahanda Sahmaruddin Saragih dan Ibunda
motivasi kepada penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga
besar penulis atas seluruh motivasi yang diberikan kepada penulis.
7. Rekan – rekan stambuk 2011 ekstensi pagi isan, syahdam, anita, zainal, tia
dan lain-lain yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu.
8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu
yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih dirasakan kurang
sempurna. Karena itu peneliti menerima segala kritik dan saran dari semua pihak
guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian proposal ini.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu
dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis
berharap mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis khususnya.
Medan, Februari 2013
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1
2. Pertanyaan Penelitian ... 6
3. Tujuan Peneltian ... 7
4. Manfaat Peneltian ... 7
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual ... 39
2. Defenisi Operasional ... 40
3. Hipotesa ……….. 41
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 42
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
2.1. Populasi ... 42
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Petunjuk Pengisian Kuesioner (Inform Consent) 3. Kuesioner Penelitian
4. Leaflet Penyuluhan Kesehatan 5. Hasil Uji Validitas
6. Hasil Uji Reliabilitas
7. Surat Survey Awal / Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 8. Surat Balasan Survey Awal dari Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Pangkalan Brandan
9. Surat Balasan Izin Penelitian dari Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pangkalan Berandan
10. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pangkalan Berandan
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
……… 50
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan, dan Lama
Menggunakan Narkoba ………. 50
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Narapidana Berhenti
Menggunakan Narkoba Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Penyuluhan Kesehatan ……….. 51
Tabel 5.4 Hasil Pengukuran Motivasi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Kesehatan Pada Kelompok Observasi ……… 52
Tabel 5.5 Hasil Uji Dependent t-test untuk Motivasi Sesudah Penyuluhan
DAFTAR SKEMA
Judul : Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Untuk Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat.
Peneliti : Nanda Prianto Saragih
NIM : 111121091
Fakultas : Fakultas Keperawatan
Tahun Ajaran : 2012/2013
Abstrak
Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang meresahkan masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan individu sebagai pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihak-pihak lain. Seperti, keluarga dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda. Masyarakat dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat menggunakan metode Pre Experimental Design (quasi eksperimental) dengan pretest-postest group. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampel 42 orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat motivasi narapidana. Dari hasil penelitian didapat sebanyak 31 orang (73,8%) responden memiliki tingkat motivasi tinggi, 10 orang (23,8%) responden memiliki tingkat motivasi sedang, dan 1 orang (2,4%) responden memiliki tingkat motivasi rendah. Peneliti merekomendasikan kepada pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat untuk memberikan pendidikan kesehatan secara berkesinambungan Untuk Lebih meningkatkan motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba.
Judul : Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Untuk Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat.
Peneliti : Nanda Prianto Saragih
NIM : 111121091
Fakultas : Fakultas Keperawatan
Tahun Ajaran : 2012/2013
Abstrak
Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang meresahkan masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan individu sebagai pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihak-pihak lain. Seperti, keluarga dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda. Masyarakat dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat menggunakan metode Pre Experimental Design (quasi eksperimental) dengan pretest-postest group. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampel 42 orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat motivasi narapidana. Dari hasil penelitian didapat sebanyak 31 orang (73,8%) responden memiliki tingkat motivasi tinggi, 10 orang (23,8%) responden memiliki tingkat motivasi sedang, dan 1 orang (2,4%) responden memiliki tingkat motivasi rendah. Peneliti merekomendasikan kepada pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat untuk memberikan pendidikan kesehatan secara berkesinambungan Untuk Lebih meningkatkan motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
NAPZA ( Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya ) atau yang
lebih dikenal di masyarakat dengan istilah NARKOBA ( narkotika dan bahan /
obat berbahaya ) menurut UU RI Nomor 22 Tahun 1997 adalah zat atau obat yang
berasaal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
“Say no to drug” adalah suatu istilah yang mudah diucapkan tetapi susah untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat
tersebut ternyata banyak pengaruhnya pada diri manusia dan sering membuat
manusia seolah-olah berpindah ke suatu alam lain sehingga manusia dapat
melupakan rasa sakit maupun beratnya tekanan hidup. Sifat khas obat itulah yang
membuat orang menyalahgunakannya untuk mencari kenikmatan yang sifatnya
sementara belaka.
Penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundangan-undangan. Saat ini penyalahgunaan narkoba
melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan
anak-anak. Penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
Penggunaan narkoba secara berlebihan dapat mengakibatkan efek yang
berbahaya, baik terhadap individu maupun masyarakat. Menurut Budiarta (2000)
narkoba atau obat-obatan terlarang itu merupakan zat yang berasal dari tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Zat yang terkandung dalam obat tersebut ternyata
banyak pengaruhnya pada diri manusia dan seringkali dapat membuat manusia
seolah-olah berpindah kesuatu alam lain sehingga manusia dapat melupakan rasa
sakit maupun beratnya tekanan hidup. Sifat khas obat itulah yang membuat orang
menyalahgunakannya untuk mencari kenikmatan yang sifatnya sementara belaka.
Masalah penyalahgunaan Narkoba semakin banyak dibicarakan baik di
kota besar maupun di kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai
darai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah sampai tingkat sosial ekonomi
menengah ke atas (Depkes, 2002). Oleh karena itu Narkoba sudah membahayakan
kehidupan bangsa karena penyebaranya sudah merata dan menyeluruh sehingga
cepat atau lambat penyalahgunaan Narkoba akan menghancurkan generasi bangsa
atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005).
Akibat orang yang menggunakan narkoba akan merasakan sakaw (putus
zat). Pengguna narkoba pada individu yang merasakan sakaw merasakan
tubuhnya terasa nyeri, seperti ditusuk-tusuk pisau dan bahkan yang dirasakan
tubuh seperti diinjak-injak kuda. Penggunaan narkoba yang terlalu banyak atau
lemah kondisi sistem pertahanan tubuh seseorang. Selain permasalah fisik,
narkoba. Dalam hal ini Willy (2007) sebagai anggota badan penelitian narkoba
Nasional memberikan bukti nyata banyaknya pengguna narkoba yang meninggal
dunia dalam sehari sebanyak 40 orang tewas akibat penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan terlarang (narkoba). Banyaknya orang yang meninggal ini apabila
dikalkulasi dalam jangka waktu setahun 15.000 orang meninggal dunia karena
menggunakan narkoba dan kasus kematian karena penggunaan narkoba dalam
lima tahun terakhir naik rata-rata 51,3% per tahun.
Hasil penelitian di atas memberikan informasi bahayanya narkoba bagi
penggunannya. Wresniwiro dan Sumarna (1996) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang dapat menimbulkan ketergantungan terhadap narkoba. Secara singkat
dapat di katakan bahwa faktor-faktor yang dapat memungkinkan penyalahgunaan
obat-obatan atau narkoba adalah faktor individu, faktor obat-obatan atau narkoba,
dan faktor lingkungan setempat. Faktor individu meliputi penyakit-penyakit
badaniah, keadaan psikologis atau kepribadian individu itu sendiri. Faktor obat
yaitu adanya obat-obatan terlarang di pasaran gelap dan sifat farmakologis
obatobatan tersebut. Faktor lingkungan misalnya pandangan masyarakat tentang
pemakaian obat-obatan terlarang, mode di antara remaja saat ini, gaya hidup (life
style), dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat.
Hasil survei prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia yang
dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional menunjukkan semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Dalam survei BNN sejak tahun 2009, prevalensi penyalahgunaan
tahun atau sekitar 3,6 juta orang. Pada tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan
narkoba meningkat menjadi 2,21 % atau sekitar 4,02 juta orang. Pada tahun 2011,
prevalensi penyalahgunaan meningkat menjadi 2,8 % atau sekitar 5 juta orang.
Pusat Informasi masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU)
menyebutkan pada tahun 2009 anggka tersangka kejahatan narkoba di Sumatera
Utara mencapai 1753 orang. Kota Medan menduduki peringkat pertama dengan
jumlah tersangka mencapai 757 orang. Di Kabupaten Langkat pada survey yang
dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2012 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Pangkalan Berandan diperoleh total jumlah narpidana adalah 165 orang,
dimana 42 orang diantaranya merupakan narapidana kasus narkoba ( LP Kls IIB
Pangkalan Berandan ).
Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang
meresahkan masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan
individu sebagai pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihak-pihak lain. Seperti,
keluarga dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda.
Masyarakat dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas,
contohnya: pencurian, perampokkan, dan pembunuhan. Pengguna narkoba
menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika termasuk
tindak kriminalitas. Dilanjutkan oleh Kartono (2003) bahwa tindak kriminalitas
ini termasuk kejahatan yang dapat merusak mental dan merugikan orang lain.
Akibat-akibat yang ditimbulkan pengguna narkoba tersebut membuat
langkah-langkah untuk dapat mensosialisasikan dampak buruk penggunaan
narkoba secara terus-menerus baik itu melalui penyuluhan-penyuluhan tentang
bahaya narkoba sehingga pengguna narkoba dapat termotivasi untuk berhenti dari
pemakaian narkoba. Adapun bagi orang-orang yang sudah menggunakan narkoba
perlu dilakukantindakan dengan cara memotivasi pengguna narkoba untuk lepas
dari obat yangmerusak mental tersebut. Pemahaman dan pengertian terhadap
dampak negatif yang disebabkan oleh narkoba dapat menimbulkan minat dan
memotivasi individu untuk tidak lagi mengkonsumsi narkoba.
Penanggulangan penyalahgunaan narkoba memerlukan pendekatan yang
komprehensif, serta keterpaduan lintas sektor pemerintah, komitmen kuat semua
pihak, serta peran keluarga dan seluruh masyarakat. Salah satu upaya
penanggulangan masalah narkoba yang umumnya dilakukan adalah dengan
memberikan penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang
bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta
pertolongan (Effendy, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), untuk merubah perilaku, seseorang harus
mengikuti tahap-tahap proses perubahan : Motivasi (knowledge), sikap (attitude)
metode penambahan dan peningkatan Motivasi seseorang sebagai tahap awal
terjadinya perubahan perilaku.
Dengan melakukan penyuluhan kesehatan diharapkan terjadi kontak
antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh
klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima prilaku
tersebut (mengubah perilaku) (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
motivasi yang muncul pada diri pengguna narkoba tidak muncul dengan
sendirinya. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya motivasi dan keinginan
individu untuk terbebas dari jeratan narkoba. Dari kesimpulan tersebut maka
peneliti menindaklanjutinya dengan sebuah penelitian yang berjudul : “Pengaruh
Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti
Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan
Brandan Kabupaten Langkat”.
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah : Bagaimanakah pengaruh
penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan
narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten
3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap
motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat.
3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
3.2.1 Mengidentifikasi tingkat motivasi narapidana sebelum
diberikan penyuluhan.
3.2.2 Mengidentifikasi tingkat motivasi narapidana setelah diberikan
penyuluhan.
3.2.3 Mengidentifikasi perbedaan tingkat motivasi narapidana
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Pendidikan Keperawatan
Sebagai informasi bagi pendidikan keperawatan tentang
pentingnya dukungan dari tim kesehatan khususnya perawat pada klien
penyalahgunaan narkoba seladma masa tahanan ( rehabilitasi ), sehingga
dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang digunakan pada saat
pelaksanaan tahanan/rehabilitasi pada klien penyalahgunaan narkoba.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya
keluarga pada klien penyalahgunaan narkoba selama tahanan/rehabilitasi
sehingga keluarga dapat membantu klien dalam menjalani masa
tahanan/rehabilitasi.
4.2 Pelayanan Keperawatan
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya
perawat keluarga dan jiwa dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan
keluarga pada klien penyalahgunaan narkoba selama tahanan/rehabilitasi
sehingga keluarga dapat membantu klien dalam menjalani masa
tahanan/rehabilitasi.
4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
dan data tambahan dalam penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penyuluhan
1.1.Pengertian Penyuluhan
Salah satu bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi adalah
penyuluhan. Teknik pemberian penyuluhan untuk menyampaikan ide dan
gagasan adalah suatu tindakan yang paling sering dilakukan oleh komunikator
untuk melakukan perubahan perilaku. Penyuluhan juga sering dilakukan oleh
petugas kesehatan untuk merubah perilaku pola hidup sehat.
Penyuluhan adalah suatu upaya perubahan perilaku manusia yang
dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan Edukatif diartikan sebagai
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana dan terarah
dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk
memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor
sosial-ekonomi-budaya setempat. (Suhardjo, 2003).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang biasa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan
Melakukan penyuluhan kesehatan diharapkan terjadi kontak antara
klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien
dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima prilaku
tersebut (mengubah perilaku) (Notoatmodjo, 2003).
1.2Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat
dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan
masyarakat binaan terutama di lembaga pemasyarakatan. Penyuluhan
kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti
keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi
lingkungan yang buruk dan sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada
kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok
masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia,
kelompok yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak
sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada
sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas,
masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan
1.3Metode dan Media Penyuluhan
1.3.1. Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmojo (2003), menguraikan ada beberapa metode
pendidikan yang bisa digunakan untuk penyuluhan sesuai dengan
kebutuhan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Ceramah
Cara ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi. Cara ini
menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara
lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang
kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok
Cara yang dipersiapkan untuk 5-20 peserta (sasaran) yang akan
membahas suatu topik yang telah disiapkan dengan seorang pemimpin
diskusi yang telah ditunjuk.
3. Metode Curah Pendapat
Cara yang memungkinkan setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan dalam pemecahan masalah yang terpikir oleh
masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapat-pendapat yang telah
4. Metode Panel
Cara yangdirencanakan didepan pengunjung atau peserta
tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang
pemimpin.
5. Metode Bermain Peran
Cara yang dilakukan dengan memerankan sebuah situasi dalam
kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua
orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6. Metode Demonstrasi
Cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang
sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang
tidak terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium
Cara yang dilakukan dengan ceramah yang diberikan oleh 2
sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan
8. Metode Seminar
Cara ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah keatas dengan suatu penyajian (persentasi) dari
suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting
dan biasanya dianggap hangat dimasyarakat.
1.3.2. Media /Alat Bantu Penyuluhan
Yang dimaksud dengan alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan/pengajaran, berfungsi untuk membantu dan memperagakan
sesuatu didalam peroses pendidikan/ pengajaran (Notoatmodjo 2003).
Media sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
agar lebih mudah untuk diterima atau dipahami oleh masyarakat, untuk itu
media yang bisa digunakan sangat bervariasi antara lain (Luice, 2005) :
1. Leaflet
Adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembar
yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran
dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi
kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat
Kelemahan dari leafleat adalah : tidak cocok untuk sasaran
individu per , tidak tahan lama dan mudah hilang, dan akan menjadi
percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses
penggandaan yang baik.
2. Flift Chart (lembar balik)
Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk
buku dimana setiap lembar berisi gambar peragaan dan lembar baliknya
berisikan kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.
Keunggulan dari penyuluhan dengan menggunakan media ini
antara lain mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan
efesien, dan tidak perlu peralatan yang rumit.
Kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah
relatif besar serta mudah sobek dan tercabik.
3. Film dan Video
Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan realita yang
memungkinkan sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat
memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, dan dapat merepleksikan
kepada diri mereka tentang keadaan yang benar-benar terjadi.
Kelemahan media ini antara lain, memerlukan sambungan listrik,
peralatannya beresiko untuk rusak, dan perlu adanya kesesuaian antara
mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan
banyak biaya karena menggunkan alat-alat yang canggih.
4. Slide
Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan realita
walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar dan
pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah
digunakan. Kelemahan media ini antara lain memerlukan sambungan
listrik, peralatannya beresiko mudah rusak, serta memerlukan sumber daya
manusia yang terampil dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap.
5. Transparan OHP
Keunggulan media ini antara lain dapat dipakai untuk mencatat
point-point penting saat diskusi sedang berjalan, murah dan efesien karena
alatnya mudah didapat dan digunakan untuk sasaran yang relatif kecil
maupun besar, peralatannya mudah digunakan dan dipelihara.
Kelemahan media ini antara lain memerlukan aliran listrik, sukar
memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual, lensa OHP dapat
menghalangi pandangan kelompok sasaran apabila pengaturan tempat
duduk komunikan yang tidak baik.
6. Papan Tulis
Keunggulan media ini antara lain murah dan efesien, baik untuk
Kelemahan media ini antara lain terlalu kecil untuk sasaran dalam
jumlah relatif besar, tidak efektif karena penyuluh harus membelakangi
kelompok sasaran saat sedang menulis sesuatu, terkesan kotor apabila
tidak dibersihkan dengan baik.
1.4Pengelolaan Penyuluhan
1.4.1. Perencanaan Penyuluhan
Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan
yang dituangkan kedalam bentuk tindakan-tindakan. Perencanaan
merupakan langkah awal dari suatu kegiatan. Tahap perencanaan itu ditata
secara sistimatis tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan (Luice, 2005).
Perencanaan berarti pula bagaimana dan strategi dalam
mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan segala sumber daya
yang ada agar lebih efektif dan efesien dengan memperlihatkan keadaan
sosial budaya, psikis dan biologi dari sasaran penyuluhan (Luice, 2005).
Menurut Lucie (2005) ada pun langkah-langkah dalam
melakukan penyuluhan, adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data keadaan
b. Analisis data dan evaluasi fakta-fakta atau keadaan
d. Pemilihan masalah yang ingin dipecahkan
e. Perumusan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
f. Perumusan alternatif pemecahan masalah
g. Penetapan cara menyampaikan tujuan atau rencana kegiatan
h. Pengesahan program penyuluhan
i. Pelaksanaan kegiatan
j. Perumusan rencana evaluasi
k. Rekonsiderasi
1.4.2. Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sasaran
penyuluhan dalam rangka meningkatkan minat untuk mengadopsi suatu
informasi atau Motivasi sehingga dapat merubah perilaku seseorang
menjadi kearah yang lebih baik. Kegiatan ini mengacu kepada
perencanaan yang telah ditentukan oleh peneliti (Luice, 2005).
1.4.3. Evaluasi Penyuluhan
Penilaian (evaluasi) adalah proses menentukan nilai atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya yang
digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan.
terukur, dilengkapi dengan indikator keberhasilannya. Sebaiknya, pada
saat perencanaan program, sudah ada suatu gambaran tentang rencana
evaluasi yang akan dilakukan, sehingga antara keinginan perencanaan
program dengan target sasaran yang telah dicapai dapat diukur dengan
indikator yang jelas (Luice, 2005).
1.5Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Prilaku
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan
yang berkesinambungan dan continue. Dalam proses perubahan prilaku
dituntut agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya
penambahan Motivasi saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada
keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau
kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan (Luice, 2005).
Penyuluhan menduduki peranan yang penting sekali. Ia tidak
dilakukan hanya secara verbalistis, melainkan dengan cara praktis.
Masing-masing pesan penyuluhan diarahkan kepada pembentukan perilaku yang
mudah diamati dan diukur. Penyuluhan sebagai pendekatan edukatif
dijalankan secara tatap muka, baikperorang maupun kelompok. Ini akan lebih
berhasil lagi, apabila disamping itu ditunjang dengan penyuluhan lewat media
masa (Suhardjo, 2003).
Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode
penambahan dan peningkatan Motivasi seseorang sebagai tahap awal
akan menyangkut aspek Motivasi, keterampilan dan sikap mental, sehingga
mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam
kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin
dicapai malalui pembangunan kesehatan.
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini
menuntut suatu persiapan yang panjang dan sarana yang memadai bagi
penyuluh maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku,
selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan
yang matang, terarah dan berkesinambunngan (Lucie, 2005).
2. Motivasi
2.1Pengertian Motivasi
Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang
membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons (Nancy, 2001).
Menurut Sarwono (2000), motivasi menunjuk pada proses gerakan,
termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah
laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada
gerakan atau perbuatan. Sedangkan menurut Nursalam (2002)
mendefenisikan motivasi sebagai karakteristik psikologi manusia yang
memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan
merupakan suatu proses yang dapat menampilkan perilaku untuk mencapai
tujuan dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan dirinya, sehingga
mendapatkan tujuan yang dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang
ada.
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Stoner & Freeman (1995, dalam Suarli 2009),
berdasarkan bentuknya motivasi terdiri dari :
a. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
1. Hasrat individu sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk
melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa
persepsi dan keinginan yang kuat dari dalam diri. Persepsi seseorang
tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan
seseorang untuk bertindak.
2. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan
dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih
potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan
seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan
memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya
3. Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini
sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan
dari perilaku.
b. Faktor Eksternal;
Faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:
1. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk
berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi
secara efektif dengan lingkungannya;
2. Sistem penghargaan yang diterima; imbalan yang berupa karakteristik
atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang
dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku
dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang
lebih besar. Sistem penghargaan atau pemberian imbalan dapat
mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan;
perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai
maka akan timbul imbalan atau penghargaan.
2.3. Teori Motivasi
2.3.1. Teori Motivasi Abraham Maslow (Swansburg, 2001)
Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Maslow menunjukkannya dalam 5
tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari
tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan
Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar
setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat
berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
c. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
d. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
e. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan
orang lain, diterima, memiliki).
f. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan).
g. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
2.3.2. Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg (Swansburg, 2001)
Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor ekstrinsik dan faktor
motivator (faktor intrinsik). Faktor ekstrinsik memotivasi seseorang
untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan
antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya, sedangkan
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah pengakuan dan kemajuan
tingkat kehidupan.
2.3.3. Teori Motivasi Harapan Vromm
Teori ini menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan
sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari
pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya
motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu :
h. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
i. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk
mendapatkan outcome tertentu).
j. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif,
netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan
sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
2.3.4. Teori Motivasi Prestasi Mc Clelland (Swansburg, 2001)
Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang
menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
a.Kebutuhan akan prestasi (Need for achievement)
b.Kebutuhan akan afiliasi (Need for affiliation)
2.3.5. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)
B.F Skinner mengungkapkan bagaimana konsekuensi perilaku
di mada lampau mempengaruhi tindakan di masa depan dalam suatu
proses belajar. Teori ini menyangkut ingatan orang mengenai
pengalaman stimulus, respons, dan konsekuensi. Penguatan adalah
sesuatu yang meningkatkan kekuatan respons dan cenderung
menyebabkan pengulangan perilaku yang didahului oleh penguatan.
2.4. Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi dilihat dari dasar pembentukan :
2.4.1. Motivasi Bawaan
Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk
hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Motivasi untuk terhindar dari
serangan penyakit. Motivasi ini akan terus berkembang sebagai
konsekuensi logis manusia.
2.4.2. Motivasi Yang Dipelajari
Motivasi ini akan ada dan berkembang karena adanya
keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.
2.4.3. Motivasi Kognitif
Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul
karena adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat
2.4.4. Motivasi Ekspresi Diri
Motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan
hanya untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan
bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan kegiatan
tersebut.
2.5.Fungsi Motivasi
Dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku, motivasi
memiliki beberapa fungsi antara lain (Dermawan, 2008) :
2.5.1. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat
Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi
dalam kegiatannya.
2.5.2. Motivasi sebagai penentu arah perbuatan
Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan
yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya.
2.5.3. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan
Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk
memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.
2.5.4. Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi
Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam
2.6. Bentuk-Bentuk Motivasi 2.6.1. Memberi Angka
Angka adalah deret ukur yang bisa dijadikan motivasi belajar
untuk dapat meraihnya. Angka yang tinggi tidak bisa dijadikan patokan
keberhasilan sebuah proses pembelajaran, tetapi harus didukung dengan
dengan dilaksanakannya nilai-nilai yang sesuai dengan pencapaian angka
yang tinggi tersebut.
2.6.2. Memberi Hadiah
Hadiah bisa dijadikan sebagai motivasi bagi individu untuk
melakukan suatu kegiatan. Hadiah merupakan salah satu bentuk
penguatan untuk seseorang untuk sungguh-sungguh melaksanakan
kegiatannya.
2.6.3. Menjadikan Kompetisi
Dengan adanya kompetisi peserta didik akan saling memacu diri
untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.
2.6.4. Memberi Evaluasi
Evaluasi akan memberikan gambaran sejauh mana peserta didik
mampu menerima informasi yang telah disampaikan oleh pengajar dan
merupakan satu hal yang akan memotivasi peserta didik untuk dapat
2.6.5. Memberikan Pujian
Pujian merupakan bentuk reinforcement bagi peserta didik yang
telah berhasil melalui suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan harus
pada waktu dan kejadian yang tepat sehingga pujian akan berdampak
sebagai motivasi belajar bagi peserta didik.
2.6.6. Memberikan Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement negatif. Hukuman akan
bermakna kalau diberikan dengan prinsip-prinsip yang benar. Hukuman
yang tepat akan membuat peserta didik menyadari akan kesalahan yang
telah diperbuat dan memperbaiki kesalahan menjadi keberhasilan yang
tertunda.
3. Narkoba
3.1Pengertian Narkoba
Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa
Inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan pembiusan.
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi
seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam
tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena,
dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008).
Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif). Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (Undang-undang Nomor 22
Tahun 1997, tentang Narkotika).
3.2Penggolongan Narkoba : 3.2.1 Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, atau ketagihan yang sangat berat (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997).
Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :
a. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya,
daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat
digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu
pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni
berupa bubuk.
b. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
c. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contoh : codein dan turunannya (Martono, 2006).
3.2.2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis,
bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).
Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :
a. Golongan I
Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk
menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk
pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy
menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk
kristal berisi zat menthaphetamin).
b. Golongan II
Psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan
Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian.
c. Golongan III
Psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.
d. Golongan IV
Psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam (Martono,
2006).
3.2.3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam
organisme hidup menimbulkan keraj biologi yang apabila disalahgunakan
dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan
mengkomsumsi terus menerus. Didalam Undang-Undang no.5 Tahun 1997
tentang psikotropika, jenis obat yang memiliki zat adiktif antara lain :
amfetamin, amobarbital, flunitrazeam, diahepam, bromazepam,
fenobarbital, minuman beralkohol, tembakau, halusinogen, bahan pelarut
(solvent, bensin, thiner, cariaqn lem dan cat ) (Wreswiniro dkk,1999).
3.3. Penyalahgunaan Narkoba
3.3.1. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Narkoba menimbulkan dampak antara lain,
merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar,
ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk,
perubahan perilaku menjadi anti sosial, merosotnya produktivitas kerja,
tindak kekerasan lainnya, baik kuantitatif maupun kualitatif (Hawari,
2000:16)
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar
keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan
melanggar hukum (Pasal 59, Undang-Undang No.5 Tahun 1997, tentang
Psikotropika dan pasal 84, 85 dan 86, Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997, tentang Narkotika.
Penyalahgunaan narkoba biasanya diawali oleh penggunaan
coba-coba sekedar mengikuti teman atau mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri, kelelahan, ketegangan jiwa, atau sebagai hiburan, atau untuk
pergaulan. Bila taraf coba – coba tersebut disajikan secara terus – menerus
akan berubah menjadi ketergantungan.
Dalam penyalahgunaan narkoba terdapat ganggun prilaku dan
perbuatan anti sosial, seperti : berbohong, membolos, minggat, malas, sex
bebas, melanggar aturan dan disiplin, merusak, melawan orang tua,
mencuri, suka mengancam dan suka berkelahi, sehingga menggangu
ketertiban, ketentraman serta keamanan masyarakat. (Mardani, 2008: 99).
3.3.2. Golongan Penyalahgunaan Narkoba
Secara umum dalam Penyalahgunaan NAZA (Narkoba) dapat
dibagi dalam tiga golongan besar (Mardani, 2008: 101), yaitu :
1. Ketergantungan primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan
depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan
2. Ketergantungan simtomatis, yaitu penyalahgunaan NAZA
(narkoba) sebagai slah satu gejala dari tipe kepribadian yang
mendasarinya, pada umumnya terjadi pada orang yang dengan
kepribadian psikopatik (antisosial), krimnal dan pemakaian NAZA
(narkoba) untuk kesenagan semata
3. Ketergantungan reaktif yaitu (terutama) terdapat pada remaja
karena dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan
teman kelompok sebaya (peer group pressure).
Menurut Sudarsono, bahwa penyalahgunaan narkoba
dilatarbelakangi oleh beberapa sebab (Mardani ; 2008: 101), yaitu :
1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan –
tindakan yang berbahaya seprti ngebut da bergaul dengan wanita.
2. Menunjukkan tindakan menentang orang tua, guru, dan norma
sosial
3. Mempermudah penyaluran dan perbuatan seks
4. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalamn –
pengalaman emosional
5. Mencari dan menemukan arti hidup
6. Mengisi kekosongan dan kesepian hidup
7. Menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepet hidup
8. Mengikuti kemauan kawan – kawan dalam rangka pembinaan
solidaritas
3.3.3. Faktor – Faktor Penyalahgunaan Narkoba
Menurut pendapat Sumarno Ma’sum, bahwa factor terjadinya
penyalahgunaan NAZA (narkoba) secara garis besar dikelompokkam
kepada tiga bagian, (Mardani, 2008: 108) yaitu :
1. Obat kemudahan didapatinya obat secara sah atau tidak, status
hukumannya yang masih lemah dan obatnya mudah menimbukan
ketergantungan dan adiksi.
2. Kepribadian meliputin pekerbangan fisik dan mental yang labil,
kegagalan cita – cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain – lain,
menutup diri dengan dari lari dari kenyataan, kekurangan informasi
tentang penyalahgunaan obat keras, bertulang dengan sensasi yang
penuh resiko dalam mencari identiias kepribadian, kurangnya rasa
disiplin, kepercayaan agamanya minim.
3. Lingkungan, meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau,
masyarakat yang kacau, tidak adanya tanggung jawab orang masih
lemah, berbagai bantuan dan kesulitan zaman.
3.4.Bahaya Narkoba
Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat
bahaya pribadi bagi si pemakai dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap
masyarakat atau lingkungan. (Makaro,dkk,2003:44) Secara umum, dampak
kecanduan narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan
1. Secara fisik :
a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti:
kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses),
alergi, eksim
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu
tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan
padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi
seksual
g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan
antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya
pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah
tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat
i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over
Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over Dosis bisa menyebabkan kematian
2. Secara Psikis :
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh
diri
3. Secara Sosial :
a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
4. Narapidana
4.1Pengertian Narapidana
Pengertian narapidana berasal dari dua suku kata yaitu Nara =
orang dan Pidana = hukuman dan kejahatan (pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, narkoba, korupsi dan sebagainya). Jadi pengertian narapidana
menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai orang hukuman
(orang yang menjalani hukuman) karena melakukan tindak pidana (Kamus
Menurut UU no. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan,
narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
lembaga permasyarakatan, sedangkan Wilson (2005) mengatakan bahwa
narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari masyarakat
untuk belajar bermasyarakat dengan baik.
Menurut Harsono (1995), narapidana adalah manusia yang tengah
berada di persimpangan jalan karena narapidana harus memilih akan
meninggalkan atau tetap pada perilakunya yang dahulu dan tengah
mengalami krisis disosialisasi dengan masyarakat. Harsono juga mengatakan
bahwa narapidana adalah seseorang yang telah dijatuhkan vonis bersalah oleh
hukum dan harus menjalani hukuman atau sanksi, yang kemudian akan
ditempatkan di dalam sebuah bangunan yang disebut rutan, penjara atau
lembaga pemasyarakatan. Bangunan penjara dirancang secara khusus sebagai
tempat untuk membuat jera para pelanggar pidana, baik secara fisik maupun
psikologis.
5. Lembaga Pemasyarakatan
5.1Pengertiam Lembaga Pemasyarakatan
Pengertian lembaga, lebih menunjuk pada suatu bentuk dan
sekaligus juga mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal
adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri
daripada lembaga tersebut.
Norma-norma dalam masyarakat: yang mengatur pergaulan hidup
apabila diwujudkan dalam hubungan antar manusia dinamakan
social-organization. Di dalam perkembangan selanjutnya, norma-norma tersebut berkelompok-kelompok pada berbagai keperluan pokok daripada kehidupan
manusia seperti misalnya; kebutuhan hidup, kekerabatan, kebutuhan
pencaharian hidup, kebutuhan akan pendidikan, dsb. Misalnya kebutuhan
hidup kekerabatan menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti
keluarga batih, pelamaran, perkawinan, perceraian, dll. Kebutuhan
pencaharian hidup menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti
pertanian, peternakan, koperasi, industry (Soekanto, 1995:217).
5.2Ciri-Ciri Lembaga Pemasyarakatan
Gillin di dalam tulisannya yang berjudul General feature of Social
Institution yang dipetik dari Soerjono Soekanto 1995 telah menguraikan beberapa ciri umum daripada lembaga kemasyarakatan :
1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi daripada
pola-pola pemikiran dan pola-pola-pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga
kemasyarakatan terdiri dari adat istiadatnya, tata kelakuan,
kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara
langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang
fungsional.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua
lembaga kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka
kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama.
Misalnya suatu sistem pendidikan tertentu baru akan dapat
diterapkan seluruhnya, setelah mengalami suatu masa percobaan.
Lembaga-lembaga kemasyarakatan biasanya juga berumur lama
sekali, oleh karena pada umumnya orang menganggapnya sebagai
himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok
masyarakat yang sudah sewajarnya harus dipelihara (Ibid, hal.
230).
5.3Fungsi Lembaga Pemasyarakatan
Fungsi-fungsi lembaga kemasyarakatan antara lain:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana
mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi
masalah-masalah dalam masyarakat, yang terutama menyangkut
kebutuhan pokoknya.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan
sistem pengendalian tingkah laku anggota-anggotannya (Ibid. hal.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan
diteliti adalah pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana
berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan
Brandan Kabupaten Langkat, namun untuk mengetahui tingkat motivasi sebelum
dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana pengaruh
penyuluhan tersebut dilakukan post-test.
Skema 1. Kerangka konsep penelitian tentang “ Pengaruh penyuluhan bahaya
narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat
Pre-Test : Tingkat Motivasi
Narapidana
Penyuluhan Bahaya Narkoba
Post-Test Tingkat Motivasi
2. Defenisi Operasional
tujuan dalam hal
2. Penyuluhan
bahaya
narkoba
Upaya atau
kegiatan yang
memberikan
informasi
mengenai bahaya
penggunaan
narkoba.
Evaluasi
leaflet
Dilakukan,
Tidak
dilakukan
3. Hipotesa
Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa
penelitian sebagai berikut yaitu :
3.1. Ha : Ada pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi
narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat. .
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre
Experimental Design (quasi eksperimental) dengan pretest-postest group untuk mengetahui pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana
kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan
Kabupaten Langkat.
Model rancangannya adalah sebagai berikut ( Arikunto, 2006 ) :
Keterangan :
01 = pre-test kelopok observasi 02 = post-test kelompok observasi X = pendidikan kesehatan (intervensi)
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh narapidana kasus
narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan
2.2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total
populasi (total sampling) dengan jumlah 42 orang responden yang merupakan
narapidana dengan kasus narkoba.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Desember 2012.
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian kepada responden. Jika calon responden bersedia maka
responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent)
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Bila responden tidak
bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan
persetujuan secara lisan (verbal). Jika calon responden tidak bersedia, maka calon
responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses
pengumpulan data langsung.
Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara peneliti
tidak akan mencantumkan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya
informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang
disusun secara terstruktur. Pada bagian pertama instrumen penelitian berisi data
domegrafi yang meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lama menggunakan narkoba. Dimana responden hanya
memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda check list ( √ ) terhadap
alternatif jawaban.
Bagian kedua instrumen dibuat berdasarkan tinjauan pustaka. Bagian
instumen ini berisi pernyataan untuk mengidentifikasi pengaruh penyuluhan
bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba.
Bagian ini terdiri dari 20 pernyataan yang menggunakan bentuk pernyataan
tertutup (closed ended). Dari 20 pernyataan tersebut terdiri dari 10 pernyataan
positif nomor 2,4,6,8,10,12,14,16,18,20 dan 10 pernyataan negatif nomor
1,3,5,7,9,11,13,15,17,19.
Dalam pertanyaan ini hanya disediakan dua jawaban/alternatif yaitu Ya
atau Tidak (skala guttman), dan responden hanya memilih satu diantaranya.
Dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda
check list ( √ ) terhadap alternatif jawaban yang dipilih benar atau salah.
Bobot nilai yang diberikan bagi pertanyaan untuk jawaban ya = 1, dan
tinggi pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana
berhenti menggunakan narkoba.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang
mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2006). Uji validitas dilakukan
terhadap tiga puluh orang responden yang memenuhi kriteria yang sama dengan
sampel. Responden yang digunakan adalah narapidana. Instrument pada penelitian
ini dibuat mengacu pada isi yang sesuai dengan variable yang diteliti.
Dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dengan meminta
bantuan pada ahli dalam bidangnya (terlampir). Selain itu juga dilakukan uji
validitas Untuk mengukur sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan
tingkat kehandalan dan kesahihan suatau alat ukur dilakukan dengan cara
mengukur korelasi antara variable dengan skor total variable pada analisis
reliability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel maka pernyataan dinyatakan valid. Nilai r tabel untuk
jumlah responden 30 orang dengan taraf signifikan 5% adalah 0,444. Hasil r
hitung dari 25 pernyataan terdapat 5 pernyataan yang tidak valid sehingga
pernyataan tersebut tidak digunakan (hasil terlampir), maka peryataan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 20 pernyataan.
Uji reliabilitas instrument menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau
reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya
memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil akan
tetap sama (Arikunto, 2005). Reliabilitas data merupakan indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan
dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu
menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan,
jika r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2004). Nilai r tabel
dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 95% maka untuk sampel 30
orang yang di uji nilai r-tabelnya adalah sebesar 0,6. Setelah dilakukan uji
reliabilitas pada kuesioner yang digunakan diperoleh hasil 0,959. maka dapat
disimpulkan bahwa butir-butir kuesioner tersebut reliabel untuk digunakan (hasil
terlampir).
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih mengajukan
permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program Studi
Ilmu Keperawatan) Universitas Sumatera Utara, setelah itu surat izin yang
diperoleh, diajukan ke Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pangkalan
Brandan Kabupaten Langkat. Kemudian peneliti menentukan calon responden
yang memenuhi kriteria, maka akan dipilih sabagai responden sesuai dengan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
responeden melalui kuesioner.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi jumlah narapidana kasus
narkoba dan data lain yang mendukung yang diperoleh dari Lembaga
Pemasyarakatan.
Sebelum melakukan intervensi peneliti terlebih dahulu melakukan
pre-test dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk mengetahui tingkat motivasi narapidana sebelum dilakukan intervensi. Setelah itu peneliti melakukan
intervensi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya narkoba
kepada responden selama lebih kurang 1 jam, dan kemudian dilanjutkan oleh
asisten peneliti untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang dampak
pemakaian narkoba. Asisten peneliti dalam penelitian ini adalah tim kesehatan
yang ada Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan. Hal ini
dimaksudkan, asisten peneliti untuk membantu menambahkan topik pendidikan
kesehatan dan dikarenakan oleh keterbatasan peneliti. Setelah itu, peneliti
melakukan post-test dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui tingkat motivasi narapidana setelah diberikan intervensi.
8. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa
tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data
yang sesuai diberi kode (koding) untuk memudakan peneliti dalam melakukan
tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam
komputer dan melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
komputerisasi (Danim, (2003).
Setelah dilakukan pemeriksaan dan tabulasi data, maka dilakukan analisa
data yaitu sebagai berikut :
a. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu
variabel atau per variabel atau disebut juga dari analisis berdistribusi
tunggal. Analisa univariat dilakukan untuk mendapat gambaran data
tentang demografi dan tingkat motivasi responden sebelum dan
sesudah diberikan intervensi yang selanjutnya dipaparkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
b. Analisis Bivariat.
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk
melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Sebelum
dilakukan analisis bivariat terlebih dahulu diuji distribusi normal data
untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat motivasi responden sebelum
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, dan kemudian akan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pengaruh penyuluhan
pendidikan kesehatan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti
menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan
Kabupaten Langkat dengan jumlah responden 42 orang.
1.1. Karakteristik Demografi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah narapidana kasus narkoba di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kab. Langkat,
karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan, dan lama menggunakan narkoba.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden
adalah 30.76. Mayoritas responden adalah laki-laki sebesar 92.9% (39 orang)
, lebih dari setengah responden beragama Islam sebesar 61.9% (26 orang) ,
lebih dari setengah responden bersuku batak sebesar 66,7% (28 orang),
setengah responden bertingkat pendidikan SMA sebesar 52,4% (22 orang),
lebih dari setengah responden telah menggunakan narkoba selama 3-6 Bulan
sebesar 64,3% (27 orang), dan lebih dari setengah responden tidak bekerja
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur (n=42)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Usia 18 46 30.76 8.189
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan, dan Lama Menggunakan
Narkoba (n=42)
Karaktersitik Jumlah
F %
1. Jenis Kelamin Laki-laki