• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi Tiletamin-Zolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi Tiletamin-Zolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

AJENG KANDYNESIA. Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi Tiletamin-Zolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal. Dibimbing oleh DENI NOVIANA.

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek anestesi tiletamin-zolazepam (Zoletil®) terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studi radiografi kontras. Hewan coba yang dipakai adalah tiga kucing jantan lokal dengan bobot badan 2.5-3.5 kg. Setiap kucing diberikan dua perlakuan yaitu tanpa anestesi dan selang satu minggu dengan anestesi (Atropin 0.02 mg/kg BB dan Zoletil® 10 mg/kg BB). Sebelum dilakukan radiografi, kucing diberikan bahan kontras positif (BaSO4) secara intra oral sebanyak 12 ml/kg BB (30% w/v).

Radiografi dilakukan pada saat 5, 30, 60, 120, 180 menit. Kucing diposisikan secara laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD). Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan intepretasi zona dan kuantitatif menggunakan perbedaan antara diameter usus saat kontraksi dan relaksasi. Diameter usus diukur dan diuji statistik menggunakan Anova. Hasil yang diperoleh pada menit ke-180, pada perlakuan tanpa anestesi BaSO4 telah mengisi zona empat sedangkan dengan perlakuan

anestesi masih kosong. Perbedaan diameter usus dari perlakuan tanpa anestesi memiliki hasil yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Hal ini disebabkan kontraksi usus pada perlakuan tanpa anestesi lebih kuat daripada perlakuan anestesi. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa anestesi tiletamin-zolazepam memperlambat kerja motilitas dan menurunkan kekuatan kontraksi saluran pencernaan.

Kata kunci: barium sulfat, motilitas gastrointestinal, radiografi kontras, tiletamin-zolazepam

ABSTRACT

AJENG KANDYNESIA. Contrast Radiography Study for the Effect of Tiletamine-Zolazepam on Gastrointestinal Motility in Domestic House Cat. Supervised by DENI NOVIANA.

This research was conducted to figure the effect of tiletamine-zolazepam (Zoletil®) on the gastrointestinal motility in a Domestic House Cat (DHC) through contrast radiography study. Three male DHC weighing between 2.5 and 3.5 kg were used in this study. Radiography procedure was performed twice on each cat: without anesthesia and one week later with anesthesia (0.02 mg/BW Atropine and 10 mg/BW Zoletil®). Cats were given a positive contrast, barium sulphate (BaSO4) (12 ml/kg BW intra orally, 30% w/v) followed by radiography study.

Radiography was performed at 5, 30, 60, 120, and 180 minutes after administration of BaSO4. Cats were positioned on laterolateral and ventrodorsal

(2)

differences of the unanesthetized cat was higher compared to the anesthetized which means the intestinal contraction in the unanesthetized cat was higher. This means that tiletamine-zolazepam anaestetic reduces the motility and strength contraction of the gastrointestinal.

(3)

AJENG KANDYNESIA

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

STUDI RADIOGRAFI KONTRAS PENGARUH ANESTESI

TILETAMIN-ZOLAZEPAM TERHADAP MOTILITAS

(4)
(5)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi Tiletamin-Zolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2012

Ajeng Kandynesia

(6)

AJENG KANDYNESIA. Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi Tiletamin-Zolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal. Dibimbing oleh DENI NOVIANA.

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek anestesi tiletamin-zolazepam (Zoletil®) terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studi radiografi kontras. Hewan coba yang dipakai adalah tiga kucing jantan lokal dengan bobot badan 2.5-3.5 kg. Setiap kucing diberikan dua perlakuan yaitu tanpa anestesi dan selang satu minggu dengan anestesi (Atropin 0.02 mg/kg BB dan Zoletil® 10 mg/kg BB). Sebelum dilakukan radiografi, kucing diberikan bahan kontras positif (BaSO4) secara intra oral sebanyak 12 ml/kg BB (30% w/v).

Radiografi dilakukan pada saat 5, 30, 60, 120, 180 menit. Kucing diposisikan secara laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD). Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan intepretasi zona dan kuantitatif menggunakan perbedaan antara diameter usus saat kontraksi dan relaksasi. Diameter usus diukur dan diuji statistik menggunakan Anova. Hasil yang diperoleh pada menit ke-180, pada perlakuan tanpa anestesi BaSO4 telah mengisi zona empat sedangkan dengan perlakuan

anestesi masih kosong. Perbedaan diameter usus dari perlakuan tanpa anestesi memiliki hasil yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Hal ini disebabkan kontraksi usus pada perlakuan tanpa anestesi lebih kuat daripada perlakuan anestesi. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa anestesi tiletamin-zolazepam memperlambat kerja motilitas dan menurunkan kekuatan kontraksi saluran pencernaan.

Kata kunci: barium sulfat, motilitas gastrointestinal, radiografi kontras, tiletamin-zolazepam

ABSTRACT

AJENG KANDYNESIA. Contrast Radiography Study for the Effect of Tiletamine-Zolazepam on Gastrointestinal Motility in Domestic House Cat. Supervised by DENI NOVIANA.

This research was conducted to figure the effect of tiletamine-zolazepam (Zoletil®) on the gastrointestinal motility in a Domestic House Cat (DHC) through contrast radiography study. Three male DHC weighing between 2.5 and 3.5 kg were used in this study. Radiography procedure was performed twice on each cat: without anesthesia and one week later with anesthesia (0.02 mg/BW Atropine and 10 mg/BW Zoletil®). Cats were given a positive contrast, barium sulphate (BaSO4) (12 ml/kg BW intra orally, 30% w/v) followed by radiography study.

Radiography was performed at 5, 30, 60, 120, and 180 minutes after administration of BaSO4. Cats were positioned on laterolateral and ventrodorsal

(7)

differences of the unanesthetized cat was higher compared to the anesthetized which means the intestinal contraction in the unanesthetized cat was higher. This means that tiletamine-zolazepam anaestetic reduces the motility and strength contraction of the gastrointestinal.

(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi

STUDI RADIOGRAFI KONTRAS PENGARUH ANESTESI

TILETAMIN-ZOLAZEPAM TERHADAP MOTILITAS

SALURAN PENCERNAAN KUCING LOKAL

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(9)
(10)

Zolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal

Nama Mahasiswa : Ajeng Kandynesia

NIM : B04080050

Disetujui oleh

Drh. Deni Noviana, Ph.D Pembimbing

Diketahui oleh

Drh. H. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet (K) Wakil Dekan

(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Drh. Deni Noviana, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penelitian serta penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan masukan dan semangat selama menempuh pendidikan sarjana. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drh. Mokhamad Fakhrul Ulum, M.Si dan Drh. Devi Paramitha dan staf Bagian Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada teman-teman seperjuangan di Avenzoar 45 terutama Maritrana Putri, Khansaa Mirajziana, Ester Br Sembiring dan teman-teman satu bimbingan penelitian (Rio Aditya, Lynn Kaat Laura, Ruri, Nisa, Andi R, Pras, Ayip, Erli, Ka Vully, dkk), atas kebersamaannya, serta semua pihak yang tidak bisa penulis sampaikan satu per satu, terima kasih atas segala dukungan, doa, dan semangat dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Papa, Mama, dan adik tercinta Garyndo atas doa, cinta, dan curahan kasih sayangnya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga perlu kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan, terutama di bidang medis veteriner.

Bogor, November 2012

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tiletamin-Zolazepam 2

Saluran Pencernaan Kucing 3

Dasar Radiografi 3

Peralatan Radiografi 4

Kamar Gelap 5

Persiapan Pengambilan Gambar Radiografi 5

Posisi atau Standar Pandang Pemotretan secara Umum 5

Faktor- Faktor Pembentuk dalam Radiografi 6

Perubahan yang terjadi dalam Interpretasi Radiografi 6

Bahan Kontras 6

METODE

7

Waktu dan Tempat 7

Alat dan Bahan 8

Pemilihan Sampel dan Pengambilan Radiograf 8

Pencucian Film 8

Analisis Sampel 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Hasil 9

Laju BaSO4 dengan Intepretasi Radiografi Abdomen 9

Ukuran Diameter Usus Kucing Lokal 16

Pembahasan 17

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(13)

1 Waktu transit barium sulfat(BaSO4) 7

2 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf tanpa anestesi arah

pandang laterolateral (LL) 10

3 Laju pergerakan barium sulfat(BaSO4) pada radiograf tanpa anestesi arah

pandang ventrodorsal (VD) 12

4 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah

pandang laterolateral (LL) 14

5 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah

pandang ventrodorsal (VD) 14

6 Diameter usus kucing lokal arah pandang laterolateral (LL) 16 7 Diameter usus kucing lokal arah pandang ventrodorsal (VD) 17

DAFTAR GAMBAR

1 Skema anatomi lambung dan usus halus dengan posisi laterolateral (LL) pada

hewan kecil 4

2 Skema anatomi lambung dan usus halus dengan posisi ventrodorsal (VD) pada

hewan kecil 4

3 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal tanpa

perlakuan anestesi 10

4 Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal tanpa

perlakuan anestesi 11

5 Radiograf usus besar pada zona tiga arah pandang ventrodorsal (VD) tanpa perlakuan anestesi yang terlihat seperti kait 12

6 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal dengan

perlakuan anestesi 13

7 Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal dengan

perlakuan anestesi 15

8 Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang laterolateral

(LL) antar perlakuan 21

9 Selisih diameter usus terhadap waktu pada arah pandang laterolateral (LL)

antar waktu 25

10 Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang ventrodorsal

(VD) 26

11 Selisih diameter usus terhadap waktu pada sudut pandang ventrodorsal (VD) 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang laterolateral (LL) 21 2 Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit

(14)

anestesi dan anetesi) pada sudut pandang ventrodorsal (VD) 26 4 Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anestesi menyediakansaranayang handaldan reversibelyang dapat menyebabkan hewan menjadi tidak sadarpada saatoperasidan berbagai prosedur lainyang rumitataupun yangberpotensimenyakitkan. Kombinasi tiletamin-zolazepam merupakan salah satu anestesi umum dalam bentuk injeksi. Tiletamin sebagai golongan cyclohexaminebekerja sebagai agen anestetikum dan zolazepam sebagai agen sedativa dan muscle relaxant (Komariah 2008). Zolazepam adalah golongan anestesi benzodiazepinesebagai antikonvulsan tanpa berpengaruh pada jantung secara signifikan (Gorda et al. 2010). Zolazepam membantu kerja tiletamin untuk mendepres sistem saraf pusat dan meningkatkan pemulihan dari pengaruh anestesi.Anestesi tiletamin-zolazepam sangat efektif diberikan kepada hewan karnivora yang memiliki keuntungan yaitu indeks terapeutik yang tinggi, efek pernapasan yang minimal, dan kardiovaskular yang baik seperti halnya pada kucing (Forsyth 1995).

Penggunaan anestesi sering dilakukan sebagai tindakan menjaga kesehatan hewan oleh pemilik (owner) dengan tujuan mengurangi penderitaan apabila diharuskan untuk melakukan tindakan medis. Tindakan anestesi tersebut dapat dilakukan sebelum prosedur radiografi dalam mengidentifikasi massa abdominal. Pergerakan massa dengan melihat motilitas saluran pencernaan dapat diidentifikasi secara cepat dan langsung dengan menggunakan radiografi.

Radiografi merupakan gambaran yang terbentuk akibat interaksi antara Roentgen (sinar X) dengan bagian atau organ tubuh atau dengan benda lain. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar X untuk meningkatkan daya atenuasi sinar X (bahan kontras positif). Kontras berarti berbeda pada densitas jaringan dapat menghasilkan opasitas yang berbeda pula, yang disebut radiografi kontras (Kealy et al. 2011). Bahan kontras positif yang dipergunakan dalam radiografi adalah barium sulfat (BaSO4) yang merupakan media kontras positif

(16)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari efek anestesi tiletamin-zolazepam terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studiradiografi kontras.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan radiografi kontras kucing lokal Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat mengetahui efek yang ditimbulkan dari anastesi kombinasi tiletamin-zolazepam yang umum digunakan pada kucing. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk menjadi data pendukung untuk radiografi kontras kucing lokal dan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA

Tiletamin-Zolazepam

Anestesi merupakan tahap ketidaksadaran yang diinduksikan pada hewan. Tiga komponen dari anestesi yaitu analgesik berupa hilangnya rasa sakit, amnesia yaitu hilangnya memori, dan immobilisasi. Obat yang biasa digunakan untuk anestesi biasanya memiliki efek yang berbeda-beda pada tiap area. Beberapa obat mungkin digunakan tersendiri untuk menimbulkan efek ketiganya dan beberapa obat lain hanya digunakan untuk anestesi atau sedatif saja atau dikombinasikan dengan obat lain untuk memperoleh efek anestesi secara lengkap (Plumb 2005).

Anestesi umum yang sering digunakan pada kucing adalahkombinasi tiletamin-zolazepam yang komposisi dari tiap vial mengandung tiletamin (hydrochloride) sebanyak 125 mg, zolazepam (hydrochloride) sebanyak 125 mg dan pelarut steril sebanyak 5 mL. Zolazepam merupakan derivate benzodiazepinsebagai antikonvulsan yang efeknya dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan golongan Diazepin (Gorda et al. 2010). Kombinasi tiletamin-zolazepam memiliki waktu induksi yang pendek, dosis rendah, tingkat keamanan tinggi, waktu immobilisasi yang relatif konstan, dan pemulihan yang baik. Dosis efektif pada anjing berkisar 6.6-9.9 mg/kg BB IM atau 2-4 mg/kg BB IV dan pada kucing dari 6.0 sampai 11.9 mg/kg IM (Lukasik 1999).

(17)

waktu operasi dan kondisi hewan seperti umur, berat badan, lemah, gagal hati atau gagal ginjal sehingga diperlukan pemeriksaan fisik sebelum anestesi diberikan.

Saluran Pencernaan Kucing

Abdomen merupakan salah satu bagian tubuh hewan, dimana di dalamnya terdapat berbagai macam organ yang berperan penting dalam menjalankan fungsi fisiologis. Organ yang berada didalam rongga abdomen yaitu organ pencernaan yang terdiri atas rongga mulut (cavum oris), kerongkongan (esophagus), lambung (gastrium), usus halus (intestinum), usus besar (colon), rektum, dan anus (Komariah 2008). Kucing termasuk mamalia,sistempencernaan kucing meliputimulut, gigi, kelenjar ludah, kerongkongan, lambung, usus, pankreas, hati, dan kandung empedu.Sistempencernaanmenyerap, mencerna makanan,dan menghilangkanzat buangan padatdari tubuh.

Dasar Radiografi

Radiografiatau sinar X telah ditemukanlebihdari satu abadyang lalu dan telah digunakan dalam penanganan terhadap pasien untuk tujuan medis (Reed 2011). Revolusi dalam dunia kedokteran, radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Radiografi adalah penggunaan sinar pengion seperti sinar X dan sinar gamma untuk membentuk bayangan objek yang dikaji pada film. Sinar X merupakan salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar 10 nm–100 pm (Reed 2011).

Ada beberapa sifat fisik dan kimia sinar X, yaitu sinar X tidak dipengaruhi oleh medan magnet, bergerak lurus, memiliki daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, serta dapat menghitamkan kertas potret. Adapun manfaat penggunaan sinar Xdalam dunia medis adalah sebagai sarana untuk terapi penyakit tumor serta untuk memberikan pencitraan organ yang mengalami kelainan seperti metastatik pulmonary neoplasia, heart disease, intestinal obstruksi, fraktura. Aplikasisinar X harus hati-hati dikarenakan sinar X dapat menimbulkan kelainan biologi seperti kerusakan sel-sel hidup, penghitaman kulit, kerontokan rambut, serta dapat menyebabkan nekrosa yang kemudian berkembang menjadi kanker kulit (Corwin 2001).

(18)

Gambar 1 Skema anatomi lambung dan usus dengan posisi laterolateral (LL) pada hewan kecil.St: lambung, C: kolon, 1: zona satu, 2: zona dua, 3: zona tiga, 4: zona empat, 5: zona lima (Thrall 2002).

Gambar 2 Skema anatomi lambung dan usus dengan posisi ventrodorsal (VD) pada hewan kecil. St: lambung, Py: pylorus, D: duodenum, C: kolon, 1: zona satu, 2: zona dua, 3: zona tiga, 4: zona empat (Thrall 2002).

Peralatan Radiografi

Menurut Thrall 2002, beberapa kelengkapan yang harus dipenuhi dalam radiografi diantaranya adalah mesin sinar X, film, kaset film, alat pelindung anggota badan, markersebagai alat bantu pada saat pengkodean posisi tubuh,illuminatorsebagai alat bantu dalam membaca hasil, alat pengering film, hanger/frame sebagai penjepit film dalam proses pencucian, dan pengeringan film.

(19)

Film adalah bagian tipis dari polyester yang dilapisi silver halide crystal

dengan bahan perekat adhesif. Kedua sisi film dilindungi dengan lapisan gelatin pada permukaan luarnya. Silver halide crystal bersifat sensitif terhadap paparan sinar X. Kristal halide yang terpapar sinar akan mengendap membentuk silver metalic. Kaset adalah pelindung film dari paparan cahaya tampak dan sangat sensitif terhadap cahaya tampak. Kaset film terdiri dari dua jenis yaitu tipe non screendan tipe image intensifiying screen/rigid(McCurnin 2002).

Dalam melakukan radiografi sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu menggunakan alat pelindung anggota badan. Alat pelindung anggota badan yang dimaksud adalah apron yang terbuat dari timbal (Pb) yang mampu menghambat paparan sinar X ke tubuh, eyeprotektor

berfungsi sebagai pelindung mata, apron kelenjar tiroid berfungsi untuk melindungi kelenjar tiroid dari paparan sinar X yang mengindikasikan terjadinya tumor tiroid, serta glove berfungsi untuk melindungi tangan dari paparan sinar X(Thrall 2002).

Kamar Gelap

Konstruksi kamar gelap berbentuk huruf ‘S’ yang terbagi atas daerah basah dan daerah kering. Daerah basah merupakan ruangan yang digunakan untuk proses pencucian film. Daerah kering merupakan ruangan untuk pemotretan dan penggantian film, yang dilengkapi dengan lemari untuk menyimpan film, kaset film, dan hanger.

Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam konstruksi kamar gelap harus memadai serta harus terlindung dari radiasi, sinar matahari, dan bahan kimia lain (Thrall 2002).

Persiapan Pengambilan Gambar Radiografi

Menurut Thrall (2002), ada beberapa tahap persiapan dalam pengambilan gambar radiografi diantaranya:

1. Rambut hewan harus bersih dan kering 2. Handling hewan

3. Menggunakan alat pelindung tubuh 4. Tanda identifikasi dari setiap radiografi

5. Teknik pengukuran sebelum pemotretan (jarak pasien dengan mesin, kontrol panel pada mesin, jarak mesin terhadap kaset film, ketebalan objek, serta penggunaan bahan kontras)

6. Menentukan standar pandang pemotretan

Posisi atau Standar Pandang Pemotretan secara Umum

(20)

Faktor- Faktor Pembentuk dalam Radiografi

Faktor-faktor pembentuk dalam radiografi adalah densitas, opasitas, dan kontras radiografi (Thrall 2002).Densitas merupakan istilah yang menunjukan kehitaman film yang ditentukan oleh banyaknya kristal perak yang terbentuk akibat berinteraksi dengan sinar X yang dapat mencapai film setelah melalui tubuh hewan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas atau jumlah sinar X yang terbentuk diantaranya miliamperage (MA) yang merupakan standar satuan jumlah elektro yang keluar dari katoda menuju anoda, lamanya exposure

(S) yaitu waktu mengalirnya arus dari katoda menuju anoda, mikroamperage second (MAS) yang merupakan perkalian antara MA dan S, bahan anoda yang mampu menerima pancaran elektron dari katoda.Kilovoltage peak (KVP) merupakan energi yang dihasilkan oleh sinar X untuk melakukan penetrasi melalui bagian tubuh sehingga akhirnya mencapai permukaan film.Focal spot film distance (FFD) merupakan jarak spot tabung sinar X dengan permukaan film, semakin kecil FFD maka densitas film akan semakin meningkat karena intensitas sinar akan meningkat (Thrall 2002).

Opasitas merupakan istilah untuk gambaran radiografi yang ditimbulkan dari pasien. Opasitas dibagi menjadi dua yaituradiolucent digunakan jika objek mengabsorbsi sedikit radiasi dan radiopaque digunakan jika objek menahan banyak radiasi. Opasitas sangat dipengaruhi oleh tingkat kerapatan dari suatu media. Media padat umumnya bersifat lebih radiopaque, media cair berada di pertengahan antara radiopaque dan radiolucent, media gas lebih bersifat

radiolucent.

Kontras radiografi merupakan perbedaan opasitas antara dua area dalam radiografi. Faktor utama yang mempengaruhi kontras radiografi yaitu

kilovoltagepeak (KVP) meningkat apabila daya tembus meningkat sehingga menyebabkan kontras film akan rendah dan gradasi bayangan abu-abu akan banyak sedangkan KVP menurun apabila daya tembus menurun sehingga menyebabkan kontras film akan tinggi dan pada bayangan abu-abu akan sedikit.

Perubahan yang terjadi dalam Interpretasi Radiografi

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam interpretasi radiografi yaitu ukuran, bentuk atau kontur, jumlah, lokasi, marginasi, radiopaque atau

radiolucent.Bentukan radiografi normal abdomen itu bervariasi dan banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya spesies, ras, derajat distensi lambung, volume dan tipe lambung, posisi dalam pengambilan radiografi serta medium kontras yang dipakai. Biasanya untuk mengenali abdomen terlihat dari lokasi dan bentukan yang berisi gas, makanan atau keduanya (Thrall 2002).

Bahan Kontras

(21)

medik yang dipakai pada pencitraan dengan sinar X untuk meningkatkan daya atenuasisinar X (bahan kontras positif). Bahan kontras barium sulfat (BaSO4),

berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Barium sulfat adalah agen kontras yang digunakan dalam bentuk suspensi untuk evaluasi traktus gastrointestinal. Barium sulfat tidak cocok digunakan dalam rongga tubuh atau sendi karena dapat memicu terjadinya reaksi granulomatous (Kealy et al. 2011).

Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan, biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feses. Radiografi yang dilakukan menggunakan BaSO4 dengan posisi laterolateral (LL) dan

ventrodorsal (VD) untuk melihat perbedaan usus besar dari gas dengan isi usus halus. Selain itu, bahan kontras dapat menunjukan massa kolon atau rektum dan

intussusceptio ileocaecocolic.

Kontras yang rendah di dalam abdomen menyatakan bahwa jaringan lunak dan cairan tidak dapat dibedakan secara radiografis berarti media kontras dibutuhkan untuk melihat permukaan lumen pada traktus gastrointestinal. Studi pewarnaan kontras sangat umum digunakan untuk mengindentifikasi anatomi yang tidak terlihat tanpa pewarnaan dan dapat juga digunakan untuk meneliti fungsi organ seperti waktu pengosongan lambung dan waktu transit (McConnell 2009).

Tabel 1 Waktu transit barium sulfat (BaSO4)

Waktu Struktur yang terlihat

Langsung Lambung

5 menit Lambung, duodenum

30 menit Seluruh bagian usus halus

60 menit Usus halus dan kolon

Sumber: Thrall (2002)

Secara umum pada pasien normal, pengosongan lambung seharusnya terjadi dalam waktu 15 menit setelah pemberian BaSO4 berlangsung. Gastrografi

menggunakan BaSO4 pada hewan kecil secara general lambung akan kosong

dalam waktu 1-4 jam (Thrall 2002). Waktu transit BaSO4 secara umum dapat di

lihat pada Tabel 1.

METODE

Waktu dan Tempat

(22)

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, termometer, stetoskop, alat pengukur waktu, tabung erlenmeyer, esophagotube, syringe 20 cc, mesin sinar X unit mobile, illuminator, apron, film, kaset film,hanger/frame,

marker, alat pengering film, dan processing machine (mesin pencucian) manual, dan kamera.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah barium sulfat, sediaan premedikasi atropin, sediaan anestesi tiletamin HCl 2,5% dan zolazepam HCl 2,5% (Zoletyl 50®, Virbac animal health, Caros-Prancis), sediaan antelmintik (Zypiran Plus®), alkohol 70%, film yang terbuat dari bahan tipis polyester yang dilapisi silver halide crystaldengan bahan perekat (adhesif). Bahan pencuci film seperti larutan developer (hidroquinon dan sodium carbonat), larutan rinser, larutan fixer (garam ammonium thiosulfat), dan washer (air keran).

Pemilihan Sampel dan Pengambilan Radiograf

Radiograf diperoleh dari sampel tiga ekor kucing lokal jantan dengan bobot badan 2.5-3.5 kg. Sampel dikondisikan dengan pemberian antelmintik dan dipelihara dalam kandang selama dua minggu. Hewan percobaan dipuasakan selama 12-24 jam sebelum dilakukan radiografi.

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan radiografi kontras tanpa perlakuan anestesi. Tahap kedua dilakukan anestesi dengan menggunakan tiletamin-zolazepam (10 mg/kg BB IM) dengan premedikasiAtropine sulfate

secara subkutan (0.02 mg/kg BB) dengan rentan waktu satu minggu setelah perlakuan tanpa anestesi(Lukasik 1999). Radiografi kontras ini dilaksanakan menggunakan esophagotube lalu dimasukkan suspensi BaSO4 (12 ml/kg BB, 30%

w/v) (McConnell 2009). Posisi pengambilan radiograf bagian abdomen dilakukan pada posisi laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD) dengan 2 jari setelah rusuk terakhir sebagai titik pusat. Radiografi dilakukan pada saat 5, 30, 60, 120, dan 180 menit. Pengambilan radiograf menggunakan focal spot film distance (FFD) dan nilai kilovoltage peak (KVP) serta milliamperage second (MAS) yang disesuaikan sesuai tebal jaringan dan regio pemeriksaan.

Pencucian Film

Setelah melakukan pengambilan radiograf, film dicuci secara manual. Tahapan pencucian film dimulai dengan memasukkan film ke larutan developer

(23)

menggunakan washer(air keran) yang berfungsi untuk membersihkan dari sisa-sisa perak bromida pada film dengan waktu pencucian 30-40 menit dan selanjutnya film dikeringkan.

Analisis sampel

Pembacaan radiograf dilakukan di ruang Laboratorium Radiologi Bagian Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Radiograf yang akan dianalisis digantung pada illuminator sesuai prosedur standar di ruang gelap. Prosedur standar yang harus dipenuhi adalah pada saat membaca radiograf arah pandang laterolateral (LL) bagian cranial hewan harus berada di sebelah kiri dan bagian caudal berada di bagian kiri dari pembaca. Pada arah pandang ventrodorsal (VD), radiograf bagian cranial hewan berada di atas dan bagian caudal hewan berada di bawah sudut pandang pembaca. Pengamatan difokuskan pada daerah abdomen. Analisis sampel menggunakan dua parameter yaitu deskriptif dan kuantitatif.

Analisis deskriptif dilakukan dengan menentukan laju bahan kontras sesuai dengan anatomi traktus gastrointestinal kucing pada setiap waktu pengamatan. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk menentukan laju bahan kontras berdasarkan pembagian zona dalam interpretasi radiografi abdomen dengan melihat derajat opasitas menggunakan satuan presentase (%) dari setiap luasan zona. Menurut Thrall (2002), pembagian zona abdomen pada arah pandang LL terbagi atas lima zona sedangkan pada arah pandang VD terbagi atas empat zona. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengukur diameter usus pada saat kontraksi dan relaksasi pada zona tiga.Pengukuran diameter diambil dengan tiga kali pengulangan pada masing-masing kucing. Pengukuran diameter usus kucing dari hasil radiograf menggunakan Software MacBiophotonicImage-J© (National Institute of Health 2012)dan di uji statistik menggunakan Anova.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari penelitian disajikan dengan menggunakan dua parameter yaitu pembagian zona berdasarkan anatomi organ gastrointestinal (GI) dan penilaian derajat opasitas dalam interpretasi radiografi abdomen melalui gambaran laju barium sulfat (BaSO4) pada arah pandang laterolateral (LL) dan ventrodorsal

(VD) serta mengukur diameter usus pada keadaan kontraksi dan relaksasi.

Laju BaSO4 dengan Intepretasi Radiografi Abdomen

Gambar 3 radiograf arah pandang LL menunjukkan laju pergerakan BaSO4

yang mulai memasuki lambung pada menit 5 sampai usus besar pada menit ke-180 tanpa perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 3A), radiograf terlihat

(24)

Lambung memiliki empat bagian yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Gambar 3B memperlihatkan BaSO4 yang mengisi bagian usus halus. Seiring

berjalannya waktu, pada menit ke-60 BaSO4 mulai meninggalkan lambung

menuju usus besar yang dapat ditunjukkan pada gambar 3C. Pada menit ke-180 (Gambar 3D), BaSO4 telah meninggalkan lambung sepenuhnya ditandai dengan radiolucent pada daerah g (Gambar 3D).

A B

C D

Gambar 3 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal tanpa perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B: menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia

lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.

Tabel 2 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah

pandang laterolateral (LL)

Waktu (menit) Tanpa Anestesi

Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4

5 ++ +++ - -

30 + +++ ++ -

60 + + +++ -

180 - - ++ +

- : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GIdalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.

Tabel 2 menunjukkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4pada radiograf arah pandang LL tanpa perlakuan anestesi pada setiap waktu

terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Pada zona satu dari radiograf arah pandang LL organ gastrointestinal yang terlihat adalah lambung dan sebagian usus. Barium sulfat mulai mengisi zona satu pada menit ke-5 sebesar 25-50% dari luas organ gastrointestinal. Jumlahnya akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu pengamatan dan benar-benar tidak ditemukan bahan kontras di menit ke-180.

(25)

BaSO4 memasuki zona dua pada menit ke-5 sebesar 50-75% dari luas organ

gastrointestinal dan akan berkurang pada menit ke-60 hingga terlihat radiolucent

pada menit ke-180. Pada zona tiga yang dipenuhi oleh usus halus dan usus besar, belum terlihat adanya BaSO4 di menit ke-5 dan baru terlihat pada menit ke-30.

Tidak berbeda dengan zona tiga, zona empat yang hanya berisi usus besar yaitu kolon dan rektum baru dilewati BaSO4 pada menit ke-180 sebesar 5-25% dari luas

organ gastrointestinal.

Gambar 4 Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal tanpa perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B:menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia

lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung, h: colon ascendens, i: colon transversal, j: colon descendens.

Gambar 4 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang

VD mulai mengisi lambung pada menit ke-5 hingga usus besar pada menit ke-180 tanpa perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 4A), terlihat adanya BaSO4

(26)

berada pada lambung dan sebagian masuk ke usus halus. Pergerakan BaSO4 mulai

meninggalkan lambung menuju usus besar di menit ke-60 terlihat pada gambar 4C. Pada menit ke-180 (Gambar 4D), BaSO4 telah meninggalkan lambung

sepenuhnya ditunjukkan dengan radiolucent pada daerah g dan telah melewati usus besar yaitu kolon. Kolon terdiri atas kolon ascendens, kolon transversal, dan kolon descendens yang membentuk seperti kait (Gambar 5) .

Gambar 5 Radiograf usus besar pada zona tiga arah pandang ventrodorsal (VD) tanpa perlakuan anestesi yang terlihat seperti kait. a: colon ascendens, b: colon transversal, c: colon descendens.

Tabel 3 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah

pandang ventrodorsal (VD)

Waktu (menit) Tanpa Anestesi

Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4

5 +++ ++ - -

30 ++ +++ ++ -

60 + + +++ -

180 - - ++ +++

- : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.

Tabel 3 memperlihatkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD tanpa perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap

masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Pada zona satu dari radiograf arah pandang VD organ gastrointestinal yang terlihat hanya pylorus

(27)

Tidak berbeda dengan zona satu, pada zona dua juga terdapat lambung. Perbedaannya, zona dua arah pandang VD terdapat lambung bagian corpus dan

pylorus. Laju pergerakan BaSO4 memasuki zona dua sebesar 25-50% dari luas

organ gastrointestinal dan terlihat radiolucent pada menit ke-180. Sama halnya pada arah pandang LL, pada arah pandang VD zona tiga belum terlihat adanya BaSO4 di menit ke-5. Organ intestinal yaitu kolon dan rektum yang berada pada

zona empat baru dilewati BaSO4 pada menit ke-180 sebesar 50-75% dari luas

organ gastrointestinal.

Gambar 6 menunjukkan radiograf laju pergerakan setelah diberikan BaSO4mulai dari menit ke-5 hingga menit ke-180pada arah pandang LL dengan

perlakuan anestesi. Gambar 6A terlihat adanya radiopaque yang memenuhi seluruh bagian lambung. Berbeda pada tanpa perlakuan anestesi, gambar 6B belum memperlihatkan adanya BaSO4 yang mengisi usus halus tetapi perlahan

mulai menuruni lambung dan memadat di bagian pylorus. Baru pada menit ke-60 sedikit demi sedikitBaSO4 bergerak menuju usus halus (Gambar 6C).

A B

C D

Gambar 6 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B:menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia

lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.

Secara perlahan pada menit ke-180 BaSO4 mulai meninggalkan lambung

dan memenuhi usus halus (Gambar 6D). Pada Gambar 6D belum terlihat adanya pergerakan BaSO4 yang dapat ditandai radiolucent pada daerah kolon di zona

empat. Pada perlakuan anestesi ini juga,radiopaque masih terlihat di bagian lambung pada menit ke-180. Fenomena tersebut berbeda saat perlakuan tanpa anestesi yang terlihat radiolucent di lambung pada akhir waktu pengamatan (Gambar 3D).

Penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang LL

perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona menggunakan satuan presentase (%) ditunjukan pada Tabel 4. Zona satu dari radiograf arah pandang LL perlakuan anestesi disepanjang waktu pengamatan keberadaan BaSO4

(28)

pada menit ke-60 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal dan jumlahnya bertambah hingga menit ke-180. Zona terakhir yaitu zona empat tidak terlihat adanya BaSO4 yang dikarakteristikkan oleh radiolucent

Pergerakan BaSO4 arah pandang LLsecaraperlahan lebih terlihat pada

perlakuan anestesi. Terlihat pada zona satu dan zona dua di menit ke-180 masih terdapat adanya BaSO4 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal dan di zona

tiga juga masih terlihat radiolucent hingga menit ke-30. Selain itu, pada zona empat perlakuan anestesi sampai akhir waktu pengamatan tidak ditemukan keberadaaan BaSO4. Hal ini berbeda pada perlakuan tanpa anestesi arah pandang

LL (Tabel 2) yang sudah menunjukkanradiopaque dari BaSO4di zona empat.

Tabel 4 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi

arah pandang laterolateral (LL)

- : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona..

Tabel 5 menunjukkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4

arah pandang VD perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Barium sulfat mulai memasuki zona satu pada menit ke-5 sebesar 50-75% dari luas organ gastrointestinal. Presentase tersebut semakin berkurang seiring berjalannya waktu pengamatan. Berbeda pada perlakuan tanpa anestesi, pada perlakuan anestesi arah pandang VD zona satu dan dua terlihat masih ada BaSO4 yang tersisa di menit ke-180 yaitu sebesar 5-25%

- : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.

Tidak berbeda pada arah pandang LL perlakuan anestesi (Tabel 3), pada zona dua arah pandang VD perlakuan anestesi jumlah BaSO4 juga berfluktuasi di setiap waktu pengamatan. Jika pada perlakuan tanpa anestesiBaSO4 mengisi zona

tiga di menit ke-30 berbeda pada perlakuan anestesi yang baru terjadi di menit

(29)

60 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal. Pada perlakuan anestesi juga daerah zona empat terlihat radiolucent disepanjang waktu pengamatan.

A B

C D

Gambar 7 Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B: menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia

lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.

Gambar 7 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang

VD mulai dari menit ke-5 hingga menit ke-180 dengan perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 7A), seluruh bagian lambung dipenuhi oleh BaSO4 yang

ditunjukkan adanya radiopaque. Tidak berbeda jauh dengan Gambar7A, Gambar 7B (menit ke-30) juga masih terlihat radiopaque dan belum mengisi usus halus. Pergerakan BaSO4 sangatlah lamban yang mengakibatkan hanya sedikit BaSO4

yang berada di usus halus terlihat pada gambar 7C. Pada menit ke-180 (Gambar 7D), sedikit demi sedikit BaSO4 telah meninggalkan lambung dan mengisi usus

(30)

BaSO4 yang cukup lama akibat pengaruh anestesi sehingga belum memasuki usus

besar.

Ukuran Diameter Usus Kucing Lokal

Tabel 6Diameter usus kucing lokal arah pandang laterolateral (LL)

Waktu

60 7.37±0.28 3.07±0.55 4.30±0.48a 6.72±0.48 2.94±0.50 3.77±0.60a

120 7.02±2.27 3.22±0.40 3.82±0.73a

5.80±2.88 2.69±0.63 3.22±2.25a

180 7.27±0.42 3.22±0.73 3.94±0.48a

7.26±0.63 3.63±0.44 3.62±0.32a

Rataan 7.28±0.27 3.27±0.09 4.02±0.09 6.59±0.74 3.09±0.48 3.50±0.53

huruf superscript (a, b) yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antar perlakuan dan antar waktu pengamatan, A: diameter usus relaksasi (mm), B: diameter usus kontraksi (mm).

Tabel 6 menunjukkan ukuran diameter usus kucing lokal dan hasil uji statistik dari kedua perlakuan pada arah pandang LL. Diameter usus tersebut terbagi atas dua, yaitu diameter usus kucing lokal saat relaksasi (Diameter A) dan saat kontraksi (Diameter B). Pada perlakuan tanpa anestesi rataan diameter Adiperoleh 7.28±0.27 mmyang nilainya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan anestesi yaitu 6.59±0.74 mm. Tidak berbeda pada diameter B yang nilainya lebih kecil daripada diameter A, tanpa perlakuan anestesi juga memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Bila dilihat dari sudut pandang waktunya, nilai rataan diameter usus pada kedua perlakuan juga tidak terlalu berbeda.

Hasil uji statistik dari selisih kedua diameter pada zona tiga arah pandang LL pada Tabel 6 menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan yang ditunjukkan dengan huruf superscript yang sama. Begitu pula dengan uji statistik terhadap antar waktu pengamatan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0.05). Akan tetapi, diperoleh rataan selisih diameter usus relaksasi dan kontraksi pada perlakuan tanpa anestesi yaitu 4.02±0.09 mmyang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan anestesi yang hanya sebesar 3.50±0.53 mm.

Tabel 7 memperlihatkan ukuran diameter usus kucing lokal dan hasil uji statistik dari kedua perlakuan arah pandang VD. Tidak berbeda dengan arah pandang LL, pada arah pandang VD juga rataan diameter Aperlakuan tanpa anestesi nilainya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan anestesi yaitu 8.45±0.82mm. Nilai dari rataan diameter A ataupun diameter B pada arah pandang VD sedikit lebih besar dibandingkan pada arah pandang LL. Tidak berbeda pada diameter B yang nilainya lebih kecil daripada diameter A, pada perlakuan tanpa anestesi juga memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Begitu pula bila dilihat dari sudut pandang waktunya juga nilai rataan diameter dikedua perlakuan juga tidak terlalu berbeda.

(31)

perlakuan anestesi. Uji statistik berdasarkan antar waktu pengamatan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0.05) pada perlakuan anestesi sedangkan pada perlakuan tanpa anestesi menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0.05).

Tabel 7Diameter usus kucing lokal arah pandang ventrodorsal (VD)

Waktu

120 7.52±0.90 4.07±0.84 3.82±0.85ax 6.86±2.82 2.90±0.79 3.74±0.83ax

180 8.82±2.32 3.99±2.24 4.82±0.58cx 7.70±2.23 3.62±2.24 4.08±0.82ax

Rataan 8.45±0.82 4.26±0.39 4.32±0.43 7.20±0.52 3.27±0.36 3.77±0.70

huruf superscript (a, b, c) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antarawaktu, huruf superscript (x, y, z) yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antaraperlakuan, A: diameter usus relaksasi (mm), B: diameter usus kontraksi (mm).

Pembahasan

Pada penelitian kali ini obat anestesi yang dipakai Zoletil® yaitu kombinasi 1:1 dari tiletamin sebagai antagonis reseptor N-metil-d-aspartate (NMDA) dan zolazepam yang biasa digunakan sebagai anestesi hewan (Lee et al. 2012).

Kadang-kadang kombinasi suatu senyawa obat dengan obat yang lain dibutuhkan untuk meminimalisir kekurangan masing-masing. Metabolisme obat kombinasi tiletamin-zolazepam dapat menimbulkan efek yang berbeda pada spesies yang berbeda pula. Tiletamin-zolazepam dapat diberikan dengan mudah secara intramuskular (IM) dan akan menghilangkan refleks penderita serta kesadaran penderita hilang dalam waktu ±5 menit (Hilbery et al. 1992; Sardjana 2003).

Hasil yang didapat dari laju pergerakan BaSO4 pada perlakuan tanpa

anestesi dibutuhkan waktu untuk pengosongan lambung setelah menit ke-60 sedangkan dengan perlakuan anestesi hingga akhir waktu pengamatan belum terjadi pengosongan lambung. Menurut Thrall (2002), setelah pemberian BaSO4

seharusnya pengosongan lambung sudah terjadi dalam 15 menit di sebagian besar pasien normal tetapi tidak pada ketiga kucing yang diamati pada penelitian kali ini terjadi setelah menit ke-60.

Laju pengosongan lambung adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti volume isi, unsur kimia, berbagai mekanisme refleks, medikasi tertentu, dan tipe dari media kontras yang digunakan. Faktor psikologis dan penyakit pada pylorus juga dapat menyebabkan keterlambatan. Stres emosional dan lingkungan yang berisik dapat menghambat pergerakan lambung.

(32)

zolazepam yang merilis gamma-aminobutyric acid (GABA) endogenous sebagai inhibitor neurotransmitter di otak yang menyebabkan menurunnya sekresi dan fungsi motoris dari gastrointestinal (Lukasik 1999; McKelvey & Hollingshead2003).

Selain itu, perbedaan laju pergerakan BaSO4 dapat terlihat pada pengisian

organ usus halus (zona tiga) apabila pada perlakuan tanpa anestesi mulai mengisi usus halus di menit ke-30 berbeda pada perlakuan anestesi baru terjadi di menit ke-60. Berdasarkan hasil yang diperoleh di akhir waktu pengamatan dengan perlakuan anestesi bahan kontras masih berada di usus halus (zona tiga) dan belum mengisi usus besar sedangkan pada perlakuan tanpa anestesi bahan kontras telah mengisi usus besar pada menit ke-60.

Perbedaan kecepatan pengisian BaSO4 antar kedua perlakuan tersebut

disebabkan dengan perlakuan anestesi general dan transquilizers akan menurunkan pergerakan BaSO4. Kerja daripada kombinasi anestesi

tiletamin-zolazepam juga menekan kerja susunan saraf pusat (Sardjana 2003). Semua zat anestesi umum menghambat susunan saraf secara bertahap, mula-mula fungsi yang kompleks akan dihambat dan yang paling akhir adalah medula oblongata (MO) yang mengandung pusat vasomotor dan pusat pernapasan yang vital (Rivanda 2011).

Kombinasi tiletamin-zolazepam merupakan obat yang bekerja pada sistem saraf otonom yaitu parasimpatolitik atau antikolinergik. Salah satu efek dari parasimpatolitik adalah penurunan motilitas saluran pencernaan.Parasimpatolitik merupakan antagonis kompetitif pada reseptor asetilkolin tipe muskarinik (Schmitz etal.2003). Asetilkolin tersebut merupakan neurotransmitter yang diproduksi oleh parasimpatis (McKelvey & Hollingshead 2003).

Perbedaan antar kedua perlakuan juga terjadi pada parameter penilaian kuantatif dari laju pergerakan BaSO4 yang menggunakan selisih diameter usus

kucing lokal pada zona tiga. Hal ini disebabkan pada zona tiga berisi sebagian besar usus halus dan usus besar. Terdapat perbedaan hasil rataan diameter A (relaksasi) dan diameter B (kontraksi) yaitu lebih tinggi pada perlakuan tanpa anestesi dibandingkan dengan perlakuan anestesi. Begitu pula dengan rataan selisih dari kedua diameter tersebut nilai yang dihasilkan lebih tinggi pada perlakuan tanpa anestesi daripada dengan perlakuan anestesi. Hal ini dikarenakan menurunnya kekuatan kontraksi usus pada kondisi teranestesi.

Penurunan kekuatan kontraksi usus tersebut dikarenakan adanya efek zolazepam yang merelaksasi otot dan menurunkan peristaltik saluran pencernaan(McKelvey & Hollingshead 2003). Tidak hanya efek dari kombinasi tiletamin-zolazepam saja tetapi dengan adanya pemberian atropin sebagai premedikasi juga memiliki mekanisme kerja menghambat saraf vagus dan antagonis reseptor kolinergik. Atropin memblokir asetilkolin yang dikeluarkan oleh saraf postganglion di reseptor muskarinik pada saluran pencernaan. Kombinasi tersebut dapat saling melengkapi antara efek analgesik maupun relaksasi otot dengan baik dan efektif sehingga memiliki rentang keamanan yang lebar (Gorda et al. 2010).

(33)

menambahkan kerja depresi organ vital yang lain (Riviere & Papich 2009).Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh bahwa pada perlakuan anestesi dapat memperlambat motilitas saluran pencernaan dan menurunkan kekuatan kontraksi usus kucing lokal secara signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan pergerakan BaSO4 yang sangat lamban yang hingga akhir

waktu pengamatan (menit ke-180) BaSO4 masih mengisi lambung, usus halus, dan

belum mencapai usus besar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Radiografi kontras pada saluran pencernaan kucing lokal dapat digunakan untuk melihat efek anestesi tiletamin-zolazepam. Berdasarkan dari parameter laju pergerakan BaSO4 dan perbedaan dari selisih kedua diameter usus terlihat adanya

perlambatan motilitas saluran pencernaan dan penurunan kekuatan kontraksi usus kucing lokal akibat dari kombinasi tiletamin-zolazepam.

Saran

Kombinasi tiletamin-zolazepam memperlambat motilitas saluran pencernaan dan menurunkan kekuatan kontraksi usus kucing lokal sehingga disarankan bagi dokter hewan praktisi agar dapat memperhatikan efek yang ditimbulkan oleh obat anestesi tersebut.Penelitian lebih lanjut untuk melihat efek anestesi terhadap motilitas saluran pencernaan secara real time dapat menggunakan fluoroscopy.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin EJ. 2001. Buku Radiografi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Forsyth S. 1995. Administration of low dose tiletamine-zolazepam combination to

cats. NZ Vet J.43(3): 101-3.

Gorda IW, Wardhita GY, Dharmayudha GO. 2010. Perbandingan efek pemberian anestesi xylazin-ketamin hidroklorida dengan anestesi tiletamin-zolazepam terhadap capillary refill time (CRT) dan warna selaput lendir pada anjing.

Bul Vet Udayana. 1(2): 21-27.

Hilbery ADR, Waterman AE, Brouwer GJ. 1992. Manual of Anaesthesia for Small Animals Practise. Ed ke-3. Cheltenham: British Small Animal Veterinary Association.

(34)

Komariah O. 2008. Teknik operasi hernia inguinalis. Di dalam: Priosoeryanto BP, editor. Proceeding of AZWMC and KIVNAS 2008; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Organization Committee of AZWMC & KIVNAS X PDHI. hlm 331. Lee HC, de la Peña JB,de la Peña IC,Woo TS,Yoon SY,Lee HL,Han JS,Lee

JI,Cho YJ,Shin CYet al. 2012. Rewarding and reinforcing effects of the NMDA receptor antagonist-benzodiazepine combination, zoletil®: Difference between acute and repeated exposure. Behav Brain Res. 233(2): 434-42.

Lukasik V. 1999. Premedication and sedation. Di dalam: Seymour C, Gleed R, editor. Manual of Small Animal Anaesthesia and Analgesia. UK: BSAVA. hlm 80-84.

McConnell JF. 2009. Abdominal radiography. Di dalam: O’Brien R, Barr F,

editor.Manual of Canine and Feline Abdominal Imaging. Quedgeley: BSAVA. hlm 5.

McCurnin DM. 2002. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. USA: Saunders Elsevier.

McKelvey D&Hollingshead. 2003. Veterinary Anesthesia and Analgesia. 3th ed. Philadelphia (US): Saunders.

[NIH] National Institute of Health. 2012. Image-J software [internet]. [diacu 2012 Juni 15]. Tersedia dari: http://rsbweb.nih.gov/ij.

Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook. 5th ed. USA: Blackwell Pub. Reed AB. 2011. The history of radiation use in medicine. J Vasc Surg.53(1):

3S-5S.

Rivanda R. 2011. Obat anestesia [Referat]. Padang (ID): Bagian Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Riviere JE & Papich MG. 2009. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 4th ed. USA: Wiley-Blackwell.

Sardjana IKW. 2003. Penggunaan zoletil dan ketamine untuk anestesia pada felidae. Berk. Penel. Hayati.(9): 37-40.

Schmitz G, Lepper H, Heidrich M. 2003.Farmakologi dan Toksikologi.Setiadi L, penerjemah; Sigit JI, Hanif A, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Terjemahan dari: Pharmacards: Lernkartensystem Pharmakologie und Toxikologie. Ed ke-3.

(35)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang laterolateral (LL)

Oneway

[DataSet3] G:\data\ajeng\input_LL (perbedaan antar perlakuan).sav

Test of Homogeneity of Variances

Menit ke Levene Statistic df1 df2 Sig.

60 .674 1 16 .424

180 2.839 1 16 .111

120 3.735 1 16 .071

(36)

Gambar 8Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang laterolateral (LL) antar perlakuan. A: menit ke-60, B: menit ke-120, C: menit ke-180

ANOVA

Menit ke Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

60 Between

Groups

1.280 1 1.280 4.395 .052

Within Groups

4.660 16 .291

Total 5.940 17

180 Between

Groups

.467 1 .467 2.813 .113

Within Groups

2.658 16 .166

Total 3.125 17

120 Between

Groups

2.205 1 2.205 2.371 .143

Within Groups

14.878 16 .930

(37)

Lampiran 2 Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit ke-180) pada sudut pandang laterolateral (LL)

Oneway

[DataSet4] G:\data\ajeng\input_LL (perbedaan antar waktu).sav

Test of Homogeneity of Variances

Perlakuan Levene Statistic df1 df2 Sig.

Tanpa anestesi 1.486 2 24 .246

Anestesi 10.585 2 24 .001

ANOVA

Perlakuan Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Tanpa

anestesi

Between Groups

1.150 2 .575 1.731 .199

Within Groups

7.971 24 .332

Total 9.121 26

Anestesi Between Groups

2.136 2 1.068 1.802 .187

Within Groups

14.224 24 .593

(38)

Post Hoc Tests

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(39)

Anestesi

A B

Gambar9 Selisih diameter usus terhadap waktu pada arah pandang laterolateral (LL) antar waktu. A: tanpa anestesi, B: dengan anestesi

LL N

Subset for alpha = 0.05

1

Duncana 120' 9 3.1111

180' 9 3.6222

60' 9 3.7667

Sig. .099

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(40)

Lampiran 3 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang ventrodorsal (VD)

Oneway

[DataSet1] E:\penelitian 2\input VD 1 antar perlakuan.sav

Test of Homogeneity of Variances

Menit ke Levene

Statistic df1 df2 Sig.

60 1.531 1 16 .234

120 1.505 1 16 .238

180 .902 1 16 .356

A B C

(41)

ANOVA

Menit ke Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

60 Between

Groups

3.125 1 3.125 2.934 .106

Within Groups

17.044 16 1.065

Total 20.169 17

120 Between

Groups

.027 1 .027 .053 .821

Within Groups

8.258 16 .516

Total 8.285 17

180 Between

Groups

2.494 1 2.494 4.956 .041

Within Groups

8.051 16 .503

(42)

Lampiran 4 Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit ke-180) pada sudut pandang ventrodorsal (VD)

Oneway

[DataSet7] E:\penelitian 2\input VD antar waktu.sav

Test of Homogeneity of Variances

Perlakuan Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Anestesi .019 2 24 .982

Tanpaanestesi 3.607 2 24 .043

ANOVA

Perlakuan Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Anestesi Between

Groups

1.627 2 .813 1.217 .314

Within Groups

16.033 24 .668

Total 17.660 26

Tanpa Anestesi

Between Groups

4.501 2 2.250 3.118 .063

Within Groups

17.320 24 .722

(43)

Post Hoc Test *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

(44)

Anestesi

VD N

Subset for alpha = 0.05

1

Duncana 60' 9 3.4778

120' 9 3.7444

180' 9 4.0778

Sig. .153

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,000.

Means Plots

(45)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 April 1990. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bambang Triasmoro Edy dan Emy Winarni. Pada tahun 1996 penulis masuk ke SDN Harjamukti IV Depok dan lulus tahun 2002. Penulis melanjutkan studinya di SMPN 49 Jakarta hingga tahun 2005. Selanjutnya, penulis masuk ke SMAN 99 Jakarta dan lulus tahun 2008.

Penulis melanjutkan studi dengan mengikuti jalur Undangan Seleksi Masuk IPB tahun 2008 dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalamkepanitiaan berbagai kegiatan kampus dan luar kampus.

(46)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anestesi menyediakansaranayang handaldan reversibelyang dapat menyebabkan hewan menjadi tidak sadarpada saatoperasidan berbagai prosedur lainyang rumitataupun yangberpotensimenyakitkan. Kombinasi tiletamin-zolazepam merupakan salah satu anestesi umum dalam bentuk injeksi. Tiletamin sebagai golongan cyclohexaminebekerja sebagai agen anestetikum dan zolazepam sebagai agen sedativa dan muscle relaxant (Komariah 2008). Zolazepam adalah golongan anestesi benzodiazepinesebagai antikonvulsan tanpa berpengaruh pada jantung secara signifikan (Gorda et al. 2010). Zolazepam membantu kerja tiletamin untuk mendepres sistem saraf pusat dan meningkatkan pemulihan dari pengaruh anestesi.Anestesi tiletamin-zolazepam sangat efektif diberikan kepada hewan karnivora yang memiliki keuntungan yaitu indeks terapeutik yang tinggi, efek pernapasan yang minimal, dan kardiovaskular yang baik seperti halnya pada kucing (Forsyth 1995).

Penggunaan anestesi sering dilakukan sebagai tindakan menjaga kesehatan hewan oleh pemilik (owner) dengan tujuan mengurangi penderitaan apabila diharuskan untuk melakukan tindakan medis. Tindakan anestesi tersebut dapat dilakukan sebelum prosedur radiografi dalam mengidentifikasi massa abdominal. Pergerakan massa dengan melihat motilitas saluran pencernaan dapat diidentifikasi secara cepat dan langsung dengan menggunakan radiografi.

Radiografi merupakan gambaran yang terbentuk akibat interaksi antara Roentgen (sinar X) dengan bagian atau organ tubuh atau dengan benda lain. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar X untuk meningkatkan daya atenuasi sinar X (bahan kontras positif). Kontras berarti berbeda pada densitas jaringan dapat menghasilkan opasitas yang berbeda pula, yang disebut radiografi kontras (Kealy et al. 2011). Bahan kontras positif yang dipergunakan dalam radiografi adalah barium sulfat (BaSO4) yang merupakan media kontras positif

(47)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari efek anestesi tiletamin-zolazepam terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studiradiografi kontras.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan radiografi kontras kucing lokal Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat mengetahui efek yang ditimbulkan dari anastesi kombinasi tiletamin-zolazepam yang umum digunakan pada kucing. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk menjadi data pendukung untuk radiografi kontras kucing lokal dan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA

Tiletamin-Zolazepam

Anestesi merupakan tahap ketidaksadaran yang diinduksikan pada hewan. Tiga komponen dari anestesi yaitu analgesik berupa hilangnya rasa sakit, amnesia yaitu hilangnya memori, dan immobilisasi. Obat yang biasa digunakan untuk anestesi biasanya memiliki efek yang berbeda-beda pada tiap area. Beberapa obat mungkin digunakan tersendiri untuk menimbulkan efek ketiganya dan beberapa obat lain hanya digunakan untuk anestesi atau sedatif saja atau dikombinasikan dengan obat lain untuk memperoleh efek anestesi secara lengkap (Plumb 2005).

Anestesi umum yang sering digunakan pada kucing adalahkombinasi tiletamin-zolazepam yang komposisi dari tiap vial mengandung tiletamin (hydrochloride) sebanyak 125 mg, zolazepam (hydrochloride) sebanyak 125 mg dan pelarut steril sebanyak 5 mL. Zolazepam merupakan derivate benzodiazepinsebagai antikonvulsan yang efeknya dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan golongan Diazepin (Gorda et al. 2010). Kombinasi tiletamin-zolazepam memiliki waktu induksi yang pendek, dosis rendah, tingkat keamanan tinggi, waktu immobilisasi yang relatif konstan, dan pemulihan yang baik. Dosis efektif pada anjing berkisar 6.6-9.9 mg/kg BB IM atau 2-4 mg/kg BB IV dan pada kucing dari 6.0 sampai 11.9 mg/kg IM (Lukasik 1999).

(48)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari efek anestesi tiletamin-zolazepam terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studiradiografi kontras.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan radiografi kontras kucing lokal Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat mengetahui efek yang ditimbulkan dari anastesi kombinasi tiletamin-zolazepam yang umum digunakan pada kucing. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk menjadi data pendukung untuk radiografi kontras kucing lokal dan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA

Tiletamin-Zolazepam

Anestesi merupakan tahap ketidaksadaran yang diinduksikan pada hewan. Tiga komponen dari anestesi yaitu analgesik berupa hilangnya rasa sakit, amnesia yaitu hilangnya memori, dan immobilisasi. Obat yang biasa digunakan untuk anestesi biasanya memiliki efek yang berbeda-beda pada tiap area. Beberapa obat mungkin digunakan tersendiri untuk menimbulkan efek ketiganya dan beberapa obat lain hanya digunakan untuk anestesi atau sedatif saja atau dikombinasikan dengan obat lain untuk memperoleh efek anestesi secara lengkap (Plumb 2005).

Anestesi umum yang sering digunakan pada kucing adalahkombinasi tiletamin-zolazepam yang komposisi dari tiap vial mengandung tiletamin (hydrochloride) sebanyak 125 mg, zolazepam (hydrochloride) sebanyak 125 mg dan pelarut steril sebanyak 5 mL. Zolazepam merupakan derivate benzodiazepinsebagai antikonvulsan yang efeknya dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan golongan Diazepin (Gorda et al. 2010). Kombinasi tiletamin-zolazepam memiliki waktu induksi yang pendek, dosis rendah, tingkat keamanan tinggi, waktu immobilisasi yang relatif konstan, dan pemulihan yang baik. Dosis efektif pada anjing berkisar 6.6-9.9 mg/kg BB IM atau 2-4 mg/kg BB IV dan pada kucing dari 6.0 sampai 11.9 mg/kg IM (Lukasik 1999).

(49)

waktu operasi dan kondisi hewan seperti umur, berat badan, lemah, gagal hati atau gagal ginjal sehingga diperlukan pemeriksaan fisik sebelum anestesi diberikan.

Saluran Pencernaan Kucing

Abdomen merupakan salah satu bagian tubuh hewan, dimana di dalamnya terdapat berbagai macam organ yang berperan penting dalam menjalankan fungsi fisiologis. Organ yang berada didalam rongga abdomen yaitu organ pencernaan yang terdiri atas rongga mulut (cavum oris), kerongkongan (esophagus), lambung (gastrium), usus halus (intestinum), usus besar (colon), rektum, dan anus (Komariah 2008). Kucing termasuk mamalia,sistempencernaan kucing meliputimulut, gigi, kelenjar ludah, kerongkongan, lambung, usus, pankreas, hati, dan kandung empedu.Sistempencernaanmenyerap, mencerna makanan,dan menghilangkanzat buangan padatdari tubuh.

Dasar Radiografi

Radiografiatau sinar X telah ditemukanlebihdari satu abadyang lalu dan telah digunakan dalam penanganan terhadap pasien untuk tujuan medis (Reed 2011). Revolusi dalam dunia kedokteran, radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Radiografi adalah penggunaan sinar pengion seperti sinar X dan sinar gamma untuk membentuk bayangan objek yang dikaji pada film. Sinar X merupakan salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar 10 nm–100 pm (Reed 2011).

Ada beberapa sifat fisik dan kimia sinar X, yaitu sinar X tidak dipengaruhi oleh medan magnet, bergerak lurus, memiliki daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, serta dapat menghitamkan kertas potret. Adapun manfaat penggunaan sinar Xdalam dunia medis adalah sebagai sarana untuk terapi penyakit tumor serta untuk memberikan pencitraan organ yang mengalami kelainan seperti metastatik pulmonary neoplasia, heart disease, intestinal obstruksi, fraktura. Aplikasisinar X harus hati-hati dikarenakan sinar X dapat menimbulkan kelainan biologi seperti kerusakan sel-sel hidup, penghitaman kulit, kerontokan rambut, serta dapat menyebabkan nekrosa yang kemudian berkembang menjadi kanker kulit (Corwin 2001).

Gambar

Gambar 3 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal tanpa perlakuan
Gambar 4 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang
Tabel 3  Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah
Gambar 6   Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kertas yang sangat tipis dan berserat dan biasa digunakan untuk membersihkan sesuatu. Berdasarkan jenis-jenis kertas tersebut, jenis kertas yang paling memungkinkan untuk

Pada hari ini Selasa tanggal Tiga puluh bulan Mai tahun Dua Ribu Tujuh Belas, yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja Empat Lingkungan Peradilan Propinsi Aceh Unit

Dengan demikian harus dilakukan pengkajian fenomena alam dalam rangka pengembangan IPA dalam konteks mempertebal iman, takwa, dan sikap rohaniyah kepada Tuhan

Sebagai pemilik website tentu ingin websitenya dikunjungi banyak orang, tapi kita tidak bisa tahu berapa banyak pengakses website kita tanpa bantuan aplikasi

Karena indikasi-indikasi pada layar osiloskop mengukur waktu antara pantulan pulsadari permukaan depan dan belakang, maka  jarak indikasi adalah merupakan ketebalan

Sebuah prosedur normal penyusunan anggaran pengeluaran modal tahunan dalam sebuah perusahaan adalah manajer fungsional dan divisi menyusun daftar

[r]

Jika jumlah luas daerah yang tidak diarsir pada bangun di samping adalah 50 cm 2 , maka luas daerah yang diarsir adalah…A. Sebuah taman berbentuk persegi panjang yang panjangnya 30