• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Prestasi Belajar Matematika. a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Prestasi Belajar Matematika. a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi. Tujuan evaluasi untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Sedangkan belajar secara lebih khusus diartikan sebagai proses menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan

(2)

8

pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “Hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”. Sedangkan menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa. W.J.S Winkel Purwadarminto menyatakan: “ Prestasi adalah hasil yang dicapai “. Selain pendapat diatas, menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767 ) rnenyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan . Berdasarkan pendapat diatas, penulis berkesirnpulan hahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.

(3)

9

Sedangkan untuk definisi Matematika, Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa pengertian. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. (www.wikipedia.org). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002:723).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar matematika merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar tentang

(4)

10

bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasionalnya dalam hal ini matematika. Prestasi belajar matematika seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi matematika dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengalami proses belajar mengajar.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Secara umum dikemukakan oleh Winkel bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik tentunya beraneka ragam, tetapi secara garis besar ada dua faktor, yaitu: “Faktor-faktor pada fihak peserta didik (faktor internal) dan faktor-faktor di luar peserta didik (faktor eksternal)”. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

a) Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan

(5)

11

kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “Salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi”.

Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “Semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses”.

Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “Tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah”. Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan

(6)

12

yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu”. Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata”. Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan”.

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk

(7)

13

melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”. Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “Suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri”. Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang”.

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk

(8)

14

menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

d) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

(9)

15 2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa. Faktor ekstern tersebut yaitu dapat berupa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya, dan sebagainya.

Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “Keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat”.

a) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia”. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

(10)

16

Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan”.

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

(11)

17

Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar”. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

c) Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya

(12)

18

yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

Lebih spesifik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar khususnya matematika memiliki kecenderungan berasal dari dalam diri siswa atau merupakan faktor intern siswa. Faktor intern siswa tersebut lebih menitikberatkan pada minat siswa terhadap pembelajaran matematika itu sendiri. Dikutip dari majalah PMRI vol 6 halaman 19 bahwa “Pembelajaran yang menyenangkan meskipun membuat kelas menjadi ramai tidak menyebabkan prestasi (matematika) menurun, akan tetapi sebaliknya (naik)”.

Lebih lanjut Hadi (2005) mengungkapkan bahwa “Model-model yang muncul dari aktifitas matematika siswa mendorong terjadinya interaksi di kelas, sehingga mengarah pada level berpikir matematik yang lebih tinggi” dalam hal ini terjadi peningkatan prestasi belajar matematika. Dari fakta dan teori tersebut terlihat jelas bahwa pembelajaran yang menyenangkan akan mendorong minat siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika, sehingga siswa akan merasa senang dan tidak menjadikanya sebagai beban.

2. Alat Peraga Kertas Karton Berwarna a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga atau disebut juga teaching aids atau audio visual aids aids (AVA) adalah alat-alat yang digunakan guru ketika

(13)

19

mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pencapain tersebut, alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Banyak ahli mendefinisikan alat peraga diantaranya:

Sudjana (2002:59) Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan agar membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Aristo Rohadi (2003:10), Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agat tampak lebih nyata atau konkrit. I.L.Pasaribu, B.Simanjuntak

(14)

20

(1983:35), Alat peraga yaitu alat untuk membantu pengajar menyampaikan pengetahuan dan mengalihkan keterampilan.

E.T.Ruseffendi (1994:229), Alat peraga, yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep Matematika. Benda-benda itu misalnya batu- batuan dan kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar, dan wujud dari kubus itu sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan; benda-benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk menerangkan konsep lingkaran dan sebagainya.

Wens Tanlain,at. al. (1989:51) menyatakan, bahwa perbuatan mendidik berlangsung dengan menggunakan alat pendidikan. Alat pendidikan merupakan factor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan factor-faktor pendidikan lainnya seperti guru, anak didik, tujuan, dan lingkungan, dapat menjadi alat pendidikan bilaman digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan mendidik. ( Syaiful Bahri Djamarah, 2005:184).

Sudirman,at. al, yang dikutip Moh. Uzer Usman (2002: ) mengistilahkan alat bantu ini dengan perkataan “media.” Jadi, media yang disebutkan Sudirman ini sebenarnya pula dipahami tidak lain adalah alat bantu pendidikan. Alat peraga untuk menerangkan konsep Matematika itu dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau diagramnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk menyampaikan pengetahuan, fakta, konsep, prinsip kepada siswa agar lebih nyata atau konkrit.

b. Fungsi Alat Peraga

Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran Matematika, di antaranya:

1) Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari Matematika semakin besar. Anak akan senang,

(15)

21

terangsang, tertarik dan bersilap positif terhadap pengajaran Matematika.

2) Dengan disajikannya konsep abstrak Matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.

3) Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang, sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya.

4) Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

5) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model Matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.

c. Macam-macam Alat Peraga

Sudirman,at. al, yang dikutip Moh. Uzer Usman (2002:) mengistilahkan alat bantu dalam pembelajaran dengan perkataan “media”. Jadi, media yang disebutkan Sudirman ini sebenarnya pula dipahami tidak lain adalah alat bantu pendidikan (alat peraga)

(16)

22

Lebih jelas mengenai bentuk dan alat bantu pendidikan ini menurut pendapat Sudirman,at. al, yang dikutip Moh. Uzer Usman (2002: ) sangat perlu diketahui, karena klasifikasi yang dikemukakan mengenai alat peraga tersebut cukup dalam. Klasifikasi tersebut yang dimaksud adalah:

1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:

a) Media audatif; yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan audio. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.

b) Media visual; yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.

c) Media audio-visual; yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam (a) audio-visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara, dan (b) audio-visual gerak, yaitu media

(17)

23

yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette. Pembagian lain dari media ini adalah (a) audio-visual murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film, video cassette, dan (b) audio-visual tidak murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide projector dan unsur suaranya berasal dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.

2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi ke dalam:

a) Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Penggunaan media tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta menjangkau jumlah anak didik dalam waktu yang sama. Contoh media ini ialah radio dan televisi.

b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, yaitu media yang dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.

c) Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

(18)

24

3) Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi ke dalam: a) Media yang sederhana, yaitu media yang bahan dasarnya

mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.

b) Media yang kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.

d. Alat Peraga Kertas Karton Berwarna

Alat peraga merupakan alat bantu dalam pembelajaran, dimana pengklasifikasian alat peraga sangat bervariasi. Dengan bervariatifnya alat peraga maka pemilihan jenis alat peraga yang akan digunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi dimana pembelajaran tersebut akan dilaksanakan. Pemilihan media yang sederhana belum tentu memiliki tingkat keberhasilan yang rendah, demikian pula dengan alat peraga yang kompleks belum tentu hasil yang dicapai menjadi maksimal. Hal tersebut dipengaruhi oleh bagaimana pengelolaan media tersebut.

Kertas merupakan benda yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dimana sangat mungkin untuk dijadikan sebagai alat peraga. Kertas yang digunakan sebagai alat peraga ini tergolong sebagai alat peraga yang sederhana dilihat dari bahan pembuatannya.

(19)

25

Selain murah dan mudah didapat, kertas juga lebih mudah untuk dibuat dan mudah juga dalam penggunaannya.

Dilihat dari macamnya, kertas mempunyai jenis yang bervariasi diantaranya :

1) Dilihat dari ketebalan kertas a) Kertas cetak

Kertas ini biasanya lebih tipis dan berwarna putih. Kertas ini biasa digunakan untuk proses copy dan printing dokumen berupa tulisan. Kertas ini biasa disebut dengan kertas HVS. b) Kertas karton

Kertas karton merupakan kertas yang memiliki ketebalan yang lebih dibanding jenis kertas lainnya. Karena kertas katon lebih tebal sehingga terkesan lebih kaku. Kertas karton memiliki ketebalan yang bervariasi. Kertas karton memiliki berbagai jenis warna, kertas karton ini disebut dengan kertas manila.

2) Dilihat dari fungsinya

a) Kertas copy dan printing

Digunakan untuk kegiatan copy dan printing, dikarenakan jenis kertas ini sudah mempunyai ukuran yang sedemikian rupa sehingga mudah disimpan sebagai dokumen.

(20)

26 b) Kertas hias

Kertas ini biasanya memiliki warna yang bermacam-macam sehingga lebih menarik, kertas ini biasa memiliki ukuran yang lebih besar.

c) Kertas tisu

Kertas yang sangat tipis dan berserat dan biasa digunakan untuk membersihkan sesuatu.

Berdasarkan jenis-jenis kertas tersebut, jenis kertas yang paling memungkinkan untuk dijadikan alat peraga dalam pembelajaran pecahan adalah kertas karton yang berwarna. Hal ini dikarenakan kertas karton berwarna lebih tebal daripada kertas biasa sehingga tidak mudah sobek. Selain itu, bahan kertas yang berwarna akan membuat siswa menjadi tertarik dan tidak terkesan monoton sekaligus digunakan sebagai pembanding agar konsep menjadi lebih jelas.

Di dalam penelitian ini, alat peraga kertas karton berwarna akan diberi pola yakni berupa lingkaran yang dipotong-potong dengan besaran yang sama dalam satu lingkaran namun dengan nilai yang berbeda dibandingkan lingkaran yang lain. Sebagai contoh: membuat pecahan dengan nilai seperempatan maka pola lingkaran yang sudah digambarkan kemudian diberi pola lagi sehingga membagi lingkaran tersebut tepat menjadi empat bagian sama besar.

(21)

27

e. Implementasi Alat Peraga Kertas Karton Berwarna dalam Pembelajaran Matematika Kelas Tiga

Penerapan pembelajaran matematika menggunakan alat peraga kertas karton berwarna diimplementasikan pada materi pecahan. Materi pecahan merupakan materi yang cukup mudah akan tetapi susah bagi siswa untuk memahami materi tersebut sehingga memerlukan media berupa alat peraga kertas karton berwarna.

Pembelajaran menggunakan alat peraga kertas karton berwarna merupakan metode yang dipandang tepat dalam pembelajaran materi pecahan kelas III SD. Penekanan pembelajaran menggunakan alat peraga kertas karton berwarna ini lebih pada proses aktifitas memahamkan siswa terhadap konsep pecahan. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih aktif.

Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan alat peraga kertas karton berwarna adalah sebagai berikut :

Pertama, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa dimana salah satu dari anggota kelompok tersebut merupakan ketua kelompok.

Kedua, guru memberikan pengarahan mengenai langkah kerja yang harus dilakukan. Sebelum siswa melakukan kegiatan, guru membagikan lembar kerja dan alat peraga berupa kertas karton berwarna yang sebelumnya telah diberi pola. Ketua kelompok diminta untuk mengambil lembar kerja dan kertas karton berwarna tersebut.

(22)

28

Ketiga, siswa melakukan kegiatan sesuai pertunjuk yang ada pada lembar kerja siswa. Petunjuk pada lembar kerja siswa sebagai berikut:

1) Siapkan gunting dan lem kertas

2) Potonglah kertas karton berwarna sesuai dengan polanya.

3) Tempelkanlah potongan-potongan kertas tersebut sesuai dengan perintah yang ada disetiap nomor

4) Jawablah pertanyaan pada setiap nomor

5) Laporkanlah hasil kerja kelompokmu di depan kelas

Keempat, masing-masing ketua kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas

Kelima, guru bersama dengan siswa membahas hasil kerja para siswa dan memberikan koreksi pada hasil yang kurang tepat.

Keenam, siswa diberikan evaluasi berupa soal yang harus dikerjakan, dan hasil evaluasi tersebut dikumpulkan.

B. Kerangka Pemikiran

Materi pembelajaran Matematika SD khususnya kelas rendah merupakan materi yang wajib dikuasai oleh siswa. Hal ini disebabkan karena materi Matematika SD merupakan dasar dari materi-materi Matematika pada tingkat lanjut, sehingga apabila penanaman konsep pada tingkat dasar ini tidak optimal maka akan dapat dipastikan lebih sulit untuk memahami materi-materi Matematika pada tingkat lanjut. Dalam pembelajaran Matematika SD terdapat pokok bahasan mengenai pecahan. Bagi siswa khususnya kelas rendah, pokok

(23)

29

bahasan ini merupakan pengetahuan awal sehingga kesalahan pendidik dalam menerapkan konsep akan mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa yang berujung pada kebingungan. Apalagi jika pendidik hanya terfokus pada materi dan mengabaikan aspek siswa maka akan mengakibatkan gagalnya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi hasil belajar peserta didik kelas III SD Negeri Depok 1, Kemampuan pemahaman konsep pecahan masih berada dalam standar kurang dibandingkan dengan konsep yang lain. Hal ini dikarenakan rendahnya daya minat peserta didik dan kurang perhatian guru dalam mengoptimalkan kemampuan peserta didik. Metode ceramah digunakan guru dalam pembelajaran dimaksudkan agar pembelajaran menjadi cepat selesai dan mencapai target mengajar yang telah ditetapkan dalam program semester. Hal ini membuat peserta didik merasa bosan dan kreativitas peserta didik dalam mengaktualisasikan diri kurang dikembangkan secara optimal.

Pemahaman mengenai konsep pecahan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka dibutuhkan perhatian yang penuh dari siswa sehingga mampu memahami konsep yang disampaikan. Agar siswa dapat memahami konsep pecahan dengan baik diperlukan media penyampaian informasi berupa alat peraga.

Alat peraga sebagai salah satu media penyampaian informasi yang sekaligus berfungsi sebagai alat bantu mempermudah pemahaman suatu konsep dalam penelitian ini sengaja digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya pada materi pecahan kelas III. Alat peraga yang

(24)

30

digunakan dalam penelitian ini berupa kertas karton berwarna dimana kertas tersebut telah diberi pola yang nantinya harus dipotong-potong oleh siswa dengan panduan yang tercantum pada lembar kerja. Penggunaan alat peraga kertas karton berwarna diharapkan akan menjadikan siswa lebih aktif dan pembelajaran menjadi tidak membosankan. Dengan suasana yang demikian maka siswa belajar dalam suasana hati yang menyenangkan sehingga konsep yang sedang ditanamkan lebih mudah terserap dan dipahami oleh siswa. Dengan pemahaman yang optimal maka akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah penulis kemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan alat peraga berupa kertas karton berwarna pada pokok bahasan pecahan, maka dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas 3 di SD Negeri Depok 1.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk meminimalisir nilai osilasi dilakukan dengan metode Moving average sub-metode Weighted Moving Average (WMA) dan hasil pengolahan isyarat sensor Load cell cukup baik

Dari segi eksternal, industri tempe di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar mempunyai peluang permintaan produk yang tinggi serta ancaman yang harus dihadapi yaitu

Agar dalam penyusunan laporan ini mempunyai arah yang jelas, maka perlu adanya lingkup dan batasan pembahasan, yang meliputi : perencanaan dan perancangan Museum

Dalam pelaksanaan pengerjaan LKS 3, peneliti berkeliling untuk membantu siswa yang masih bingung dengan materi, sehingga bagi siswa-siswa dengan kemampuan Logical

beserta besar air yang tersedia dalam waduk : dam dan perhitungan besar air yang akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak

Penelitian pengembangan ini memiliki tujuan yaitu menghasilkan buku ajar berbasis scientific approach pada mata pelajaran pratikum akuntansi lembaga/instansi

Kesesuaian kemampuan mengajar guru terhadap mata pelajaran yang