• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ANAK SECARA ISLAMI : Studi Literatur terhadap Pemikiran Al-Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ANAK SECARA ISLAMI : Studi Literatur terhadap Pemikiran Al-Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN ANAK SECARA ISLAMI

(Studi Literatur terhadap Pemikiran Al-Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ‘Ulwān)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

oleh NUR’AISAH

1001256

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014

(2)

Konsep Pendidikan Anak Secara Islami

(Studi Literatur terhadap Pemikiran Al-

Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣ

i

‘Ulwān)

Oleh

Nur’aisah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Nur’aisah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

NUR’AISAH 1001256

KONSEP PENDIDIKAN ANAK SECARA ISLAMI

(Studi Literatur terhadap Pemikiran Al-Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. H. A. Syamsu Rizal, M.Pd. NIP.1955 1002 1986 01 1 001

Pembimbing II

Dr. Fahrudin, M.Ag. NIP.1959 1008 1988 03 1 003

Mengetahui

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

(4)

ABSTRACT

The background of this research is education problems that urgently need reform effort thinking how to educate children. Therefore, researchers peer into the mind of Al-Gazali and Abdullah Na I Ulwan. It is considered that the two figures Islam is very influential in the world of education. The purpose of this study was to obtain synthesis in parenting issues between the two figures are different backgrounds. That is understanding background and the lives of both, would be a new thing if the researchers were able to uncover the goodness of the ideas generated by the two figure as a reference in educating children in the present. In this study, the writer used descriptive analytic study, by describing the thinking of Al-Gazali and Abdullah Na I Ulwan about the children education in Islam the form of analytical purposes, methods, and responsibilities of parents in educating children. Data collection techniques are used in this research is the literature study (library research). The education purpose according to Abdullah Al-Gazali and Nashih Ulwan is essential that Muslims formed closer to the Allah (taqarrubila Allah) and grown in perfect Islam temperament and sublime social manners, balanced human form, able to assume responsibility, independent, able to control the passions, and achieve happiness in the world and the life hereafter. Then the methods are used to educate children is exemplary methods, advice, habit, amar makruf nahi munkar, attention or supervision, games, gift-giving, forgiveness and punishment. Parental education responsibilities include education of faith, intellect, worship, moral funds which have unity and can not be separated. Based on the above, Al-Gazali and Abdullah Na I Ulwan has shared his thinking to improve the quality of education. Implications for Islamic education both theoretically and practically that all parents and educators should understand about the Islamic concept of child education.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah pendidikan yang sangat membutuhkan upaya pembaharuan pemikiran cara mendidik anak. Oleh karena itu, peneliti menelaah pemikiran Al-Gazālī dan Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān. Hal ini, dipertimbangkan pada dasarnya kedua tokoh Islām tersebut sangat berpengaruh besar dalam dunia pendidikan. Tujuan penelitian ini, untuk mendapatkan sintesis dalam permasalahan mendidik anak antara kedua tokoh yang berbeda latar belakang tersebut. Baik latar belakang pemahaman dan kehidupan keduanya, tentu menjadi hal yang baru jika kita mampu mengungkap kebaikan dari pemikiran yang dihasilkan oleh kedua tokoh tersebut sebagai acuan dalam mendidik anak di masa kini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, dengan cara mendeskripsikan tentang pemikiran Al-Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān tentang pendidikan anak dalam Islām berupa analisis tujuan, metode, maupun tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah studi kepustakaan (library research). Tujuan pendidikan menurut Al-Gazali dan Abdullah Nashih Ulwan ialah membentuk muslim hakiki yang mendekatkan diri kepada Allāh (taqarrub ila Allāh), tumbuh dalam perangai Islāmi yang sempurna dan adab sosial yang luhur, membentuk manusia yang seimbang, mampu memikul tanggung jawab, mandiri, mampu mengendalikan hawa nafsu, serta mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kemudian metode yang digunakan untuk mendidik anak ialah metode keteladanan, nasihat, kebiasaan, amar ma’ruf nahi munkar, perhatian atau pengawasan, permainan, pemberian hadiah, pengampunan, dan hukuman. Tanggung jawab pendidikan orang tua meliputi pendidikan iman, akal, ibadah, dan akhlak yang memiliki kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Bertolak dari hal di atas, kedua tokoh ini, Al-Gazālī dan Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān telah berbagi pemikirannya untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Implikasi terhadap pendidikan Islam baik secara teoritis maupun praktis bahwa setiap orang tua dan pendidik semestinya memahami tentang konsep pendidikan anak secara Islami.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...

PERNYATAAN ...

UCAPAN TERIMA KASIH ...i

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR BAGAN ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB KE LATIN INDONESIA ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM ... 12

(7)

1. Pengertian Pendidikan Islam ... 12

2. Dasar Pendidikan Islam... 16

3. Tujuan Pendidikan Islam... 18

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ... 22

5. Materi Pendidikan Islam ... 23

6. Metode Pendidikan Islam ... 25

7. Pendidik dalam Pendidikan Islam ... 29

8. Peserta didik dalam Pendidikan Islam ... 31

B. Konsep Pendidikan Anak ... 33

1. Pandangan Islam tentang Anak ... 33

2. Tujuan dan Urgensi Pendidikan Anak dalam Islam... 37

3. Peran Orang Tua terhadap Pendidikan Anak ... 42

4. Materi Pendidikan Anak... 50

5. Tahapan dalam Pendidikan Anak ... 53

6. Kepribadian Anak dalam Islam ... 63

7. Penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Pokok Bahasan ... 65

BAB III METODE PENELITIAN ... 68

A. Desain Penelitian ... 68

(8)

C. Definisi Operasional... 70

D. Instrumen Penelitian... 73

E. Jenis dan Sumber Data ... 74

F. Teknik Pengumpulan Data ... 75

G. Metode Analisis Data ... 77

H. Prosedur Penelitian... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Hasil Penelitian ... 85

1. Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī ... 85

a. Pandangan Al-Gazālī tentang Anak ... 85

b. Tujuan Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī... 86

c. Metode Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī ... 89

d. Materi Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī ... 93

2. Pendidikan Anak menurut ‘Abdullāh Nāṣiḥ‘Ulwān ... 103

a. Pandangan ‘Abdullāh Nāṣiḥ‘Ulwān tentang Anak ... 103

b. Tujuan pendidikan anak menurut ‘Abdullāh Nāṣiḥ‘Ulwān ... 105

c. Metode Pendidikan Anak menurut ‘Abdullāh Nāṣiḥ‘Ulwān ... 107

(9)

B. Pembahasan...120

1. Konsep Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ‘Ulwān 120 a. Pandangan Al-Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ‘Ulwān tentang anak ... 120

b. Tujuan pendidikan anak menurut Al- Gazālī dan‘Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān 123 c. Metode Pendidikan Anak menurut Al- Gazālī dan‘Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān ... 130

d. Materi pendidikan anak menurut Al- Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ ‘Ulwān 139 a) Pendidikan Iman... 142

b) Pendidikan Akal ... 143

c) Pendidikan Ibadah ... 144

d) Pendidikan Akhlak ... 145

2. Perbedaan dan Persamaan Konsep Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī dan ‘Abdullāh Nāṣiḥ‘Ulwān ... 149

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 156

A. Simpulan... 156

B. Saran ... 163

(10)
(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi

pembawaan dan lingkungan, ini adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya, manusia itu cenderung beragama, inilah hakikat wujud yang lain (Tafsir, 2010 hlm. 35). Manusia memiliki keutamaan dibandingkan dengan

makhluk ciptaan Allāh SWT yang lain. Sofyan Sauri (2004, hlm. 21) mengungkapkan bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki

kemampuan rasional, karena ia memiliki akal. Akal adalah daya yang memberikan kemampuan bagi manusia untuk berfikir. Kemudian, Al-Gazālī

menyatakan, bahwa manusia merupakan ciptaan Allāh SWT yang terdiri atas unsur jasmani dan rohani. Namun, jika manusia ingin hidup sesuai dengan

fitrahnya, sehingga akan membedakan dirinya dengan makhluk Allāh lainnya, maka hendaklah ia mempergunakan unsur psikisnya secara dominan (Ramayulis, 2011, hlm.15). Demikian juga, Muchtar (2005, hlm. 1) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses untuk mendewasakan manusia, dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan

sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia (Khalīfaħ fī

al-arḍ) di muka bumi ini.

Islām sebagai agama dan sekaligus sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan. Demikian pula, pendidikan Islām menjadi kebutuhan yang

mendasar saat ini. Pendidikan Islām berorientasi kepada duniawi dan ukhrawi.

Islām sebagai agama yang bersifat universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dewasa

ini, pendidikan Islām semakin menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi semua orang. Karena prinsip pendidikan Islām universal artinya menyeluruh terhadap

(12)

2

Dunia pendidikan sangat membutuhkan upaya pembaharuan pemikiran

cara mendidik anak, karena seiring perkembangan zaman, segala sesuatu pasti berubah, permasalahan pun semakin bertambah. Jika kita berbicara tentang

pendidikan, pasti tidak akan lepas dari komponen-komponen pendidikan itu sendiri. Salah satunya, dalam pendidikan itu ada yang namanya peserta didik, yang identik kita sebut sebagai anak didik. Meskipun dalam kenyataannya peserta didik itu tidak harus anak-anak, bisa jadi orang dewasa pun ketika sedang melaksanakan pendidikan dikatakan sebagai peserta didik. Pendidikan anak adalah amanah di pundak orang tua yang akan Allāh minta

pertanggungjawabannya pada hari kiamat kelak (Abdurrahman, 2013, hlm. 15-22). Al-Qurˋān juga menyeru kepada kita dengan firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allāh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At-Tahrīm [66]:6). 

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa terdapat pengaruh langsung dari pihak orang tua sebagai pendidik terhadap masa depan dan nasib anak pada berbagai jenjang kehidupannya, baik pada periode kanak-kanak, remaja maupun

dewasa. Oleh karena itu, Islām menganggap tugas pendidikan anak sebagai suatu kewajiban yang harus didahulukan. Tugas seorang mukmin sebagaimana

dijelaskan di atas adalah menjaga diri, isteri, dan anak-anak, serta anggota

Seluruh teks dan terjemah Al-Qurˋān dalam skripsi ini dikutip dari Al-Qurˋān in word, yang

disesuaikan dengan Al-Qurˋān Tajwid dan Terjemahnya Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan

(13)

3

keluarganya dari api neraka. Maka tidaklah cukup bagi dirinya menjadi seorang

yang memiliki komitmen dan bertakwa, apabila ia membiarkan anak isterinya berjalan menuju penyimpangan dan kehancuran.

Pendidikan dan pengajaran adalah hadiah terbesar yang dapat dipersembahkan orang tua terhadap anaknya, hadiah yang lebih baik dari dunia dan segala isinya, agar anak dapat mendapatkan haknya. Sebagaimana dikatakan Abu Huraerah (2012, hlm. 32) bahwa hak anak secara universal telah ditetapkan melalui sidang Umum PBB pada tanggal 20 November 1959, dengan memproklamasikan hak-hak anak. Di samping menguraikan hak-hak anak melalui

UU Nomor 4 tahun 1979 di atas, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) PBB melalui Kepres Nomor 39 tahun 1990. Menurut

KHA yang diadopsi dari Majelis Umum PBB tahun l989, setiap anak tanpa memandang ras, jenis kelamin, asal usul keturunan, agama maupun bahasa,

mempunyai hak–hak yang mencakup empat bidang, yakni hak atas kelangsungan hidup, berkembang, perlindungan dan hak partisipasi.

Pendidikan agama Islām perlu diarahkan agar anak dididik menjadi anak yang āliḥ. Pendidikan agama perlu diberikan sejak masa kanak-kanak, karena kehidupan dan pendidikan pada masa kanak-kanak sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan pembentukkan kepribadiannya. Orang tua merupakan

pendidik utama dan pertama untuk anak-anaknya. Selain itu, Daradjat dan Hasan (1977, hlm. 239) mengemukakan bahwa anak adalah generasi muda yang akan

meneruskan sejarah orang tuanya. Apabila orang tua mempunyai sejarah yang baik, maka sebaiknya anak mempunyai sejarah yang lebih baik lagi. Di antara

perasaan yang ditanamkan oleh Allāh SWT ke dalam hati orang tua adalah perasaan sayang dan belas kasihan terhadap anak (Abdurrahman, 2012, hlm. 117).

Senada dengan pendapat tersebut, Husain Mazhahiri (2008, hlm. 2)

menambahkan bahwa upaya orang tua dalam mendidik anak merupakan muqtaḍā (tuntutan) bagi dibangunnya lahan yang layak untuk masa depan anak pada

(14)

4

mendidik anak harus dijadikan sebagai sarana untuk taqarrub kepada Allāh SWT

(Husain, 2004, hlm. 21).

Anak merupakan aset masa depan yang harus kita didik dengan penuh rasa

tanggung jawab dan kasih sayang, seperti nasihat Imam Jafar adiq “Berikan pendidikan agama kepada anak-anakmu sesegera mungkin, sebelum lawan-lawanmu menggantikanmu dan menanamkan ide-ide yang salah dan keliru pada

pikiran mereka” (Saifullah, 2005, hlm. 1). Demikian juga, orang tua sebaiknya menjauhkan diri dari mendidik anak dengan kekerasan. Karena, hal itu memberikan dampak negatif. Seperti halnya Ibnu Khaldun mengungkapkan

bahwa:

Anak yang dididik dengan kekerasan atau paksaan cenderung tumbuh menjadi orang yang suka berbuat kasar, tidak mampu mengontrol emosi, kehilangan kreativitas, suka berbohong, dan berbuat muslihat agar terhindar dari hukuman orangtua. Anak seperti itu akan terdorong melakukan kebohongan, muslihat, dan kejahatan (Basya, 2009, hlm. 23).

Namun, dewasa ini menurut Soetarso (Huraerah, 2012 hlm. 21) seorang pakar profesi Pekerjaan Sosial mengungkapkan bahwa:

Permasalahan anak sangat dilematis dan memilukan, karena dialami oleh semua manusia yang kemampuan fisik, mental, dan sosialnya masih terbatas untuk merespon berbagai risiko dan bahaya yang dihadapinya. Lebih tragis lagi jika dicermati bahwa dalam berbagai kasus, permasalahan tersebut justru dilakukan oleh pihak-pihak yang seyogyanya berperan mengasuh dan melindungi anak, terutama orang tua atau keluarga.

Senada dengan pendapat di atas, Suyanto (2010, hlm. 113) mengungkapkan dalam catatan ILO (1999), di seluruh dunia lebih dari 250 juta anak berusia 5-14 tahun terpaksa harus bekerja dan kehilangan masa kanak-kanaknya karena mereka harus mencurahkan waktunya terlibat dalam proses produksi, baik di keluarganya sendiri maupun di tempat lain. Dari jumlah yang

dilaporkan ILO tersebut 61% tersebar di kawasan Asia, dan untuk Indonesia sendiri diperkirakan terdapat sekitar 5-6,5 juta pekerja anak bahkan ada yang

(15)

5

ialah sodomi yang dilakukan kepada anak-anak di JIS (Jakarta International

School) (Amelia, 2014).

Demikian pula, secara real situasi anak Indonesia masih dan terus

memburuk. Suharto (Huraerah, 2012 hlm. 21) mengungkapkan bahwa:

Krisis multidimensi yang mendera Indonesia sejak tahun 1997 sangat memukul kehidupan anak. Sejak tahun 1999, jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat 85 %. Di DKI Jakarta, misalnya pada tahun 2002 jumlah anak jalanan diperkirakan sekitar 150.000-300.000 yang berasal dari sekitar Jabotabek (42%), Jabar (19%), Pulau Jawa (27%), Luar Jawa (12%). Menurut BPS, pada tahun 2002 terdapat 3.488.309 anak terlantar usia 5-18 tahun, balita terlantar 1.178.82, dan anak nakal 193.155 yang tersebar di 30 provinsi. Anak yang membutuhkan perlindungan khusus 6.686.936 dan yang potensial terlantar 10.322. 674.

Di samping itu, akhir-akhir ini masih sering kita mendengar kasus

kekerasan terhadap anak (child abuse). Sebagaimana yang diungkapkan Richard J. Gelles (Huraerah, 2012, hlm. 42) bahwa kekerasan terhadap anak adalah perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun emosional yang dilakukan oleh orang dewasa bahkan orang tuanya sendiri. Bentuk kekerasan terhadap anak beragam, mulai dari penelantaran anak, kekerasan di sekolah, hingga yang menyebabkan anak bunuh diri.

Adapun sebab-sebab kesenjangan masalah di atas, karena beberapa hal, diantaranya:

1. Degradasi Nilai-Nilai Agama dan Adat Istiadat

Saat ini dapat kita temukan diberbagai daerah baik di desa atau di kota,

nilai-nilai keagamaan mulai menurun, jika ditelusuri hal ini dipicu dari sikap anak zaman sekarang yang sudah mulai enggan untuk menuntut ilmu agama itu sendiri. Terlihat di pemandangan sekitar kita, sudah memudarnya nilai-nilai adab dan

perilaku anak, baik terhadap sesama atau dengan yang lebih tua. Hal ini mengakibatkan tanpa disadari nilai-nilai agama dan adat istiadat terus memudar

(16)

6

2. Keluarga yang Belum Matang Secara Psikologis Sehingga Kurangnya Pengetahuan Mengenai Cara Mendidik Anak Secara Benar

Begitu banyak di lingkungan sekitar kita, seseorang yang menikah di bawah umur dan belum bisa dikatakan matang secara psikologis, meskipun secara biologis mereka sudah memenuhi syarat. Namun, pernikahan sebaiknya ditopang

dengan kematangan psikologis, biologis, dan sosialis supaya dapat menyikapi kehidupan dengan penuh kebijaksanaan dan kearifan. Di samping itu, kurangnya

pengetahuan cara mendidik anak juga dapat mengakibatkan anak tumbuh melalui pendidikan orang tua yang hanya sekedar tahu, bukan faham akan pendidikan

anak yang benar dalam Islām. Padahal hal ini sangatlah penting, mengingat yang

dididik oleh kita manusia yang berakal dan akan meneruskan generasi sebelumnya (Abdurrahman, 2012, hlm. 117).

3. Masalah Sosial, Misalnya Kemiskinan Keluarga, Orang Tua Menganggur, Penghasilan Tidak Cukup, dan Banyak Anak

Kita dapat melihat fenomena saat ini, dimana banyak kasus kekerasan atau

penelantaran anak, yang salah satu faktornya adalah masalah ekonomi dan lain sebagainya. Jika dilihat kepada sebab awal, semua ini terjadi karena sikap orang

tua sendiri yang tidak memperhatikan cara mereka mendidik anak, kematangan psikologis dan sosialisnya. Sehingga dengan sendirinya timbul kesenjangan yang

mengakibatkan kekeluargaan menjadi kurang harmoni dan terjadi pertentangan yang tentunya mengorbankan anak yang semestinya dididik dengan sebaik-baiknya (Huraerah, 2012, hlm. 42).

4. Masalah Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak

Permasalahan ini, seperti terlihat klasik dan sederhana. Namun, jika

(17)

7

melarang anak berbuat sesuatu yang sebenarnya baik dan terlalu sering

mengucapkan kata “jangan”, maka dengan sendirinya akan terbentuk pola hidup

anak yang minder dan takut untuk berbuat sesuatu meskipun hal itu baik.

(Suyanto, 2010, hlm. 113).

5. Masalah Kesibukan yang Melekat Pada Masyarakat Modern Saat Ini

Ini merupakan permasalahan yang berkembang dewasa ini, mengingat zaman yang berubah terkadang dengan sendirinya pola hidup semakin berubah, banyak orang tua yang lebih mempercayakan pendidikan anaknya dididik oleh seorang “baby siter” tanpa peduli latar belakang pengasuh anak yang mereka

percaya. Fakta di lapangan sudah banyak anak yang lebih taat kepada pembantunya dibandingkan orang tuanya sendiri. Hal ini terjadi, sebagai bukti

bahwa tercukupinya materi seorang anak belum menjamin kesuksesan dalam mendidik, ketika secara psikologis anak tidak mendapatkan perhatian dan kasih

sayang. Banyak orang tua yang sangat sibuk dengan urusannya dan tidak tersisa waktu untuk anak-anaknya, ini juga dapat menjadi pemicu kegagalan dalam mendidik anak (Huraerah, 2012, hlm. 42).

6. Masalah Pola Pengasuhan Anak

Pola pengasuhan anak juga berpengaruh besar dalam upaya mendidik anak menjadi manusia yang sempurna, karena seperti apa pengasuhan orang tua

menentukkan pembentukkan karakter anak. Secara khusus pengasuhan ini berada di rumah terlebih dahulu atau di keluarga, mengingat keluarga merupakan

pendidik pertama bagi anak. Jika dilihat secara kasat mata tatkala seorang anak lahir ke dunia, maka secara otomatis yang pertama kali memberikan asuhan ialah

orang tua (Abdurrahman, 2012, hlm. 117).

Ada beberapa solusi yang mungkin dapat dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan pendidikan anak tersebut, di antaranya:

1. Perlunya pemahaman yang baik dan benar tentang konsep pendidikan anak 2. Memperbaiki pola asuh orang tua terhadap anak

(18)

8

4. Memahami konsep kematangan psikologis dalam membina rumah tangga

5. Mengetahui cara pendidikan spiritual anak

Menurut pemikiran peneliti, mungkin hal yang paling penting untuk dibahas dalam pendidikan anak yakni pembahasan mengenai perlunya pemahaman yang baik dan benar tentang konsep pendidikan anak. Terutama anak yang dimaksud anak disini ialah anak usia dini. Alasan peneliti untuk memilih pemikiran tersebut, mengingat di zaman kita saat ini masih banyak orang tua atau pendidik yang kurang memahami cara mendidik anak dengan benar berkaitan

dengan menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak, serta hal fundamental yang harus menjadi solusi saat ini yakni memperbaiki pendidikan akhlak terhadap

anak.

Begitu banyak teori di lapangan yang mengkaji tentang masalah

pendidikan anak, baik dari teori Islām maupun barat. Namun pada kesempatan ini, peneliti membatasi hanya akan mengkaji konsep pendidikan anak menurut

Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān. Mempertimbangkan bahwasanya kedua

tokoh Islām tersebut sangat berpengaruh besar dalam dunia pendidikan.

Al-Gazālī merupakan seorang filusuf pada zaman dahulu, seorang ulama

dan pemikir dalam dunia Islām yang sangat produktif dalam menulis serta telah

menghasilkan berbagai karya pemikirannya ke dalam beberapa kitab. Salah satu karya besarnya I ya „Ulūm al-Dīn (membahas ilmu-ilmu agama). Bahkan dalam buku Filsafat Islām Dedi Supriyadi (2009, hlm. 143) mengungkapkan bahwa

Al-Gazālī adalah salah seorang pemikir besar Islām yang dianugerahi gelar hujjah

al-Islām (bukti kebenaran agama Islām) dan zayn al-din (perhiasan agama).

Di samping itu, terlepas dari sosok Al-Gazālī sebagai ahli filusuf, beliau juga menaruh perhatian untuk membahas tentang pendidikan anak dalam beberapa

kitabnya, salah satunya I yā „Ulūm al-Dīn sebagai rujukan utama, karya lainnya berjudul Ayyuhā al-Walad (Duhai Anakku). Sedangkan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān

(19)

9

tentang pendidikan anak dalam Islām. „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān mengemukakan bahwa:

Pendidikan anak sebenarnya adalah bagian dari pendidikan individu yang

di dalam agama Islām berupaya mempersiapkannya dan membentuknya agar menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat dan manusia yang shalih dalam kehidupan ini. Bahkan, pendidikan anak jika diarahkan dengan baik pada dasarnya adalah sebuah fondasi yang kokoh dalam meyiapkan individu yang āliḥ yang siap memikul tanggung jawab dan beban-beban hidup („Ulwān, 2012, hlm. 21).

Atas dasar kedua pemikiran tokoh tersebut, peneliti merasa penting untuk mengkaji lebih dalam tentang pemikiran Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān dalam pendidikan anak. Tujuannya untuk mendapatkan sintesis dalam permasalahan mendidik anak antara kedua tokoh yang berbeda latar belakang

tersebut. Baik latar belakang pemahaman dan kehidupan keduanya, tentu menjadi hal yang baru jika kita mampu mengungkap kebaikan dari pemikiran yang dihasilkan oleh kedua tokoh tersebut sebagai acuan dalam mendidik anak di masa kini.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan meneliti secara ilmiah yang akan dituangkan ke dalam sebuah skripsi dengan

judul “Konsep Pendidikan Anak dalam Islām (Studi Literatur terhadap Pemikiran Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ„Ulwān)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, Secara umum rumusan

pokok dalam penelitian ini ialah “Bagaimanakah Konsep Pendidikan Anak dalam

Islām menurut Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān?”

Rumusan masalah pokok tersebut dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ

„Ulwān?

(20)

10

3. Bagaimana Implikasi Konsep Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī dan

„Abdullāh Nā iḥ „Ulwān terhadap Pendidikan Islām?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menemukan “Konsep Pendidikan Anak dalam Islām, secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī dan „Abdullāh

Nā iḥ„Ulwān

2. Untuk menganalisis Perbedaan dan Persamaan Pendidikan Anak menurut

Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān

3. Untuk mendefinisikan Implikasi Konsep Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ„Ulwān terhadap Pendidikan Islām

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, peneliti berharap memperoleh manfaat baik bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi terhadap khazanāh keilmuan khususnya berkaitan

dengan peran dan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak

b. Memperluas dan memperdalam wawasan ilmu pengetahuan tentang

pendidikan anak 2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini sebagai acuan dalam memperluas wawasan dan pengalaman penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi bekal dalam mendidik anak.

b. Bagi UPI khususnya prodi IPAI, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumbangan pemikiran serta dokumentasi tentang pendidikan

anak, dengan cara:

(21)

11

2) Melatih penerapan cara pendidikan anak dengan program nyata yang ada

di IPAI, sebagai contoh adanya PACA.

c. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan, rujukan

bagi para orang tua dan masyarakat sebagai pedoman untuk mendidik anak dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Islām, dengan cara:

1) Pemberian bekal mendidik kepada anak muda dan orang tua tentang cara mendidik anak yang benar dengan langkah sosialisasi atau mengadakan training.

2) Menuntun para orang tua membaca tentang konsep pendidikan anak

secara Islāmi ini, misalnya dengan upaya penyebaran buku tentang cara mendidik anak yang benar.

d. Peserta didik, dapat memberikan pelajaran untuk mengetahui betapa besar tanggung jawab sebagai orang tua, sehingga suatu hari peserta didik dapat

mengaplikasikan konsep pendidikan tersebut setelah dewasa.

e. Pemerintah, dapat memberikan peringatan untuk terus berupaya mementingkan pendidikan anak yang baik dan benar. Sehingga dapat melahirkan generasi dan berguna bagi agama, bangsa dan negara serta mampu mengurus pemerintahan dengan baik.

E. Struktur Organisasi Skripsi

1. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi

dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II merupakan kajian pustaka dari judul yang diambil peneliti yaitu

meliputi penjelasan isi dari berbagai referensi atau literatur yang berhubungan dengan pokok bahasan.

3. Bab III Metode Penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang merupakan isi bagian utama

(22)

12

5. Bab V Kesimpulan dan Saran, pada bahasan ini akan dibahas mengenai

(23)

68

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Mardalis (2003, hlm. 2) mengungkapkan bahwa penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dilaksanakan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran. Adapun desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya (Silalahi, 2009, hlm. 180).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008, hlm. 22) penelitian kualitatif akan

mengungkap makna dan pemahaman para aktor serta mengungkap pola pikir subjektif-individualistik sebagai gejala yang penuh makna. Aktor yang dimaksud

dalam penelitian ini ialah pemikiran Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān tentang pendidikan anak.

Adapun karakteristik penelitian kualitatif sendiri menurut Putra dan Lisnawati (2012 hlm. 11-13) dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islām, yaitu:

1. Peneliti adalah instrumen penelitian utama dan selama penelitian berlangsung, ia hadir dalam latar penelitian untuk mengamati.

2. Desain terbuka dan fleksibel, penelitian kualitatif bertolak dari pertanyaan terbuka, memiliki desain yang terbuka. Artinya dapat berkembang selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu, desain penelitian kualitatif biasanya bersifat fleksibel. Ini menunjukkan bahwa penelitian kualitatif sangat memperhatikan dan mendahulukan temuan dan perkembangan data yang diperoleh ketika penelitian berlangsung. 3. Catatan kualitatif sebagai data untuk dianalisis, peneliti adalah

instrumen utama, peneliti melakukan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan data.

Setelah kita mengetahui karakteristik penelitian di atas, dapat diketahui bahwa desain penelitian merupakan rencana terstruktur dalam melaksanakan

(24)

69

fleksibel dan terbuka. Umar (2008, hlm. 7) mengemukakan bahwa desain

penelitian dibagi menjadi tiga yaitu eksploratif, deskriptif, dan kausal.

Adapun desain yang digunakan berkaitan dengan permasalahan dalam

penelitian ini ialah desain deskriptif, yaitu upaya-upaya untuk mendeskripsikan data yang diperoleh berkaitan dengan konsep pendidikan anak antara dua tokoh Islām yakni Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān.

B. Metode Penelitian

Metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk

menemukan solusi atas suatu masalah (Silalahi, 2009, hlm. 12). Demikian juga, Hasan (2002, hlm. 19) mengungkapkan bahwa:

Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian. Sedangkan prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian dan teknik penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian metode penelitian melingkupi prosedur dan teknik penelitian

Senada dengan pendapat di atas, Sugiyono (2002, hlm. 1) mengatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian deskriptif

melalui pendekatan kualitatif. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai

situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabarata, 2010, hlm. 76). Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif (Descriptive

Research) adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,

fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat (Zuriah, 2009, hlm. 2).

(25)

70

digali dari kedua tokoh tersebut guna menemukan konsep pendidikan anak secara Islāmi.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah konsep atau variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep atau variable (Noor, 2013, hlm. 97). Sesuai dengan judul penelitian “Konsep Pendidikan Anak secara Islāmi (Studi Literatur terhadap Pemikiran Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān)”, maka batasan pengertiannya

meliputi: 1. Konsep

Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan tertentu)

(Hasan, 2002, hlm. 17). Demikian pula Silalahi (2009, hlm. 111) menjelaskan bahwa konsep merupakan abstraksi tentang fenomena sosial yang dirumuskan melalui generalisasi dari sejumlah karakteristik peristiwa atau keadaan fenomena sosial tertentu.

Jadi pengertian konsep yang dimaksud penulis disini ialah gambaran suatu ide (gagasan tertentu) pemikiran Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān tentang

pendidikan anak yang dirumuskan dari sejumlah fakta yang ada.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia atau dengan

kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia (Muchtar, 2005,

hlm. 1). Selanjutnya Hasan Al Banna mengungkapkan bahwa pendidikan dipandang sebagai proses aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki anak dengan

(26)

71

Jadi pengertian pendidikan yang dimaksud oleh penulis disini ialah suatu

upaya memanusiakan manusia melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki anak dengan jalan mewariskan nilai-nilai ajaran Islām.

3. Anak

Anak hakikatnya merupakan amanah Allāh yang diberikan kepada orang tua dalam kehidupan sesuai fiṭrahnya, kemudian dalam kehidupan tersebut akan menentukkan predikat seorang anak, menjadi anugerah, penenang hati, penentram jiwa, perhiasan dunia atau bahkan menjadi fitnah bagi orang tua, semua

tergantung pada pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anaknya (Rachman, 2009, hlm. 20). Anak yang dimaksud disini ialah anak usia dini,

pembahasannya pun mengenai pendidikan anak di usia dini.

4. Islāmi

Islām secara maknawi dapat diartikan agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allāh SWT kepada Nabī Muḥammad AW sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, dimana pun

dan kapan pun yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, bersumberkan kitab suci al-Qur`ān yang merupakan kodifikasi wahyu Allāh Swt. sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah Nabī Muḥammad AW (Mukni'ah, 2011, hlm. 18). Demikian juga kata Islām yang berada di belakang kata pendidikan menjadi visi, misi, tujuan, dan karakter pendidikan itu sendiri (Nata, 2010, hlm. 35).

Adapun pengertian Islāmi disini ialah pendidikan yang difahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam

sumber dasarnya, yaitu al-Qur`ān dan al- sunnaħ yang digali dari pemikiran Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān.

5. Al-Gazālī

(27)

72

masalah pendidikan mulai dari pendidikan anak sampai pemikiran yang universal

tentang Islām dan „ilmu. Seorang pemikir Islām yang berlatarbelakang tasawuf telah menguraikan pemikirannnya dengan bahasa yang membutuhkan pemikiran

mendalam bagi pembacanya. Beliau telah mengukir sejarah bagaimana memperbaiki perilaku akhlak manusia, sebagaimana tertuang dalam kitab andalannya yaitu Ihyā„Ulum al-Dīn.

Buah dari pemikirannya, beliau menuangkannya dalam beberapa kitab karangannya, diantaranya Ihyā „Ulūm al-Dīn, Ayyuhā al Walad, Tarbiyaħ al Aulād fῑ al-Islām, Makāsyifatu al Qulūb, Minhāju al „ābidῑn, Tahāfut al -Falāsifaħ, Syaraħ Asma Allāh al usnā, al-Basiṭ, al-Wasiṭ, al-Wajiz, Khula ah „Ilmu Fiqħ, Al-Munqil fi „Ilm al-Jadal (Ilmu Berdebat), Ma'kha al-Khalaf, Lubab al-Na ar, Tas in al-Ma'akhi , dan al-Mabādi' wa al-Gayat fi fann al-Khalaf,dll.

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan untuk mengkaji beberapa

kitab buah pemikirannya yakni Ihyā „Ulūm al-Dīn, Ayyuhā al Walad, Tarbiyaħ al Aulād fῑ al-Islām, Makāsyifatu al Qulūb, Minhāju al „ābidῑn, Tahāfut al -Falāsifaħ, Syaraħ Asma Allāh al usnā yang berkaitan dengan konsep pendidikan anak.

6. „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān

Beliau adalah orang pertama yang memperkenalkan tarbiyaħ al Islāmiyah (Pendidikan Islām) dengan prinsip utama guru (pendidik) sebagai layaknya orang

tua bagi para pelajar. Beliau juga telah mengarang sebuah kitab tentang pendidikan anak dengan pemaparan yang lengkap. „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān

merupakan praktisi pendidikan yang telah mengukir sejarah Islām di masa kontemporer dengan begitu banyak karyanya tentang pemikiran Islām. Salah satu buah pemikiran yang digunakan banyak orang yakni pembahasannya mengenai

pendidikan anak dalam Islām.

„Abdullāh Nā iḥ „Ulwān kurang lebih sudah menulis 50 kitab (buku) berisi tentang pemikirannya, diantaranya Tarbiyaħ al Aulād fῑ al-Islām, At-Takāful Ijtimā‟i fi al Islām, Ta‟ādud Al-Zaujat fil Islām, alahudin al-Ayyubi, Ṡaqafātud

(28)

73

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan untuk mengkaji salah satu

kitabnya yakni Tarbiyaħ al Aulād fῑ al-Islām sebagai bahan penelitian, dikarenakan kitab-kitab karyanya yang lain tidak fenomenal di Indonesia sehingga

penulis kesulitan untuk mendapatkannya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2009, hlm. 101). Kualitas

instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul, sehingga tepatlah jika hubungan antara instrumen dengan data ini dikemukakan dengan ungkapan:

garbage tool garbage result.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai perencana,

pengumpul data, penafsir data, yang menganalisis sekaligus melaporkan hasil analisis. Menurut Nasution (2003, hlm. 12) dalam penelitian kualitatif, instrumen harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Tiap situasi merupakan keseluruhan, tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia. 3. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk menguji hipotesis yang timbul seketika.

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai perencana, yakni peneliti merancang penelitian ini dengan beberapa rencana dan tahapan. Kemudian peneliti sebagai pengumpul data, berupa usaha penulis dalam mencari data yang

relevan di berbagai tempat dan kebetulan penulis juga menjadi staf educator di SAUNGAJI (Saung Belajar Islām), yang merupakan satu lembaga yang menggunakan kurikulum Al-Gazālī dalam pembelajarannya. Sebagai penafsir data yang menganalisis sekaligus melaporkan hasil analisis data berdasarkan proses

(29)

74

salafiyah Al-Barokah, yang membantu kemampuan penulis untuk menerjemahkan

kitab-kitab kuning untuk mengolah data hasil penelitian. Sehingga, berdasarkan cirri-ciri atau kriteria di atas, peneliti merasa sudah memenuhi syarat sebagai

instrumen peneliti untuk kemudian melakukan penelitian.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yakni data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar (Sugiyono, 2002, hlm. 3). Adapun sumber data adalah tempat, orang, atau benda dimana peneliti dapat

mengamati, dan membaca hal-hal yang berkaitan dengan variabel yang diteliti. (Arikunto, 2009, hlm. 99).

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari kajian literatur menggunakan teknik Library Research. Dalam menghimpun data, agar

lebih mudah sumber data dikategorikan menjadi dua macam, yaitu: 1. Sumber data primer

Sumber primer adalah suatu objek atau dokumen original, material mentah dari pelaku yang disebut “first hand information” (Silalahi, 2009, hlm. 289). Adapun rujukan utama data primer dalam penelitian ini ialah kitab. Adapun buku yang menjadi rujukan utama ialah kitab dan terjemah “Ihyā „Ulūm al-Dīn jilid 1, 2

dan 3 (penerjemah: Purwanto), Ayyuhā al Walad (penerjemah: Abu „Abdillāh al

-husainī), Makāsyifatu al Qulūb (penerjemah: Mahfudli Sahli), Minhāju al „ābidῑn (penerjemah: Abul Hiyaḍ), Tahāfut al-Falāsifaħ (Ahmad Maimun), Syarah Asma Allāh al usnā (penerjemah: Abdullah Zaky Al-Kaaf), Al-MunqiŻ min Al-Ḍalal

(penerjemah: Achmad Khodori Soleh) karangan Al-Gazālī dan “Tarbiyaħ al Aulād fῑ al-Islām” (penerjemah: Arif Rahman Hakim) karangan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder ialah data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari

(30)

75

sekunder yang digunakan, diantaranya ialah Mau‟iẓatu al Mu‟minīn (penerjemah:

Muḥammad Jamaluddin Alqasimi Addimasyqi), Pemikiran Al-Gazālī tentang

pendidikan (penulis: Abidin Ibnu Rusn), Sistem Pendidikan Al-Gazālī (penulis:

Faṭiyah Hasan Sulaiman), Teologi Al-Gazālī (Zurkani Jahja), Pintar mendidik anak (Penulis: Husain Mazhahiri), Ajaran-Ajaran Akhlak (penulis: Ahmad

Bahreisj), dan Metode penelitian Kepustakaan (penulis: Mestika Zed).

F. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk

menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, pengumpulan data dapat didefinisikan sebagai satu proses

mendapatkan data empiris (Silalahi, 2009, hlm. 280). Adapun menurut Arikunto (2009, hlm. 100), yang dimaksud dengan metode pengumpulan data adalah

cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini ialah studi kepustakaan (library research). Menurut Mestika Zed (2008, hlm. 1) dalam bukunya Metode Penelitian Kepustakaan mengungkapkan bahwa:

Penelitian pustaka lebih dari sekedar melayani fungsi-fungsi untuk menyiapkan kerangka penelitian (research design) guna memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis atau mempertajam metodologi. Akan tetapi, riset pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian.

Senada dengan pendapat di atas, Winarno Surakhmad (2002, hlm. 17) menjelaskan bahwa studi kepustakaan membutuhkan bahan-bahan yang harus

digali dari perpustakaan, misalnya dengan membaca arsip-arsip, dokumen-dokumen, majalah ilmiah, buku-buku terbaru, dan sebagainya. Adapun penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan

bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah lainnya (Mardalis, 2003,

hlm. 4).

(31)

76

1. Relevansi

Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara hal-hal (variabel-variabel) yang diteliti dengan teori-teori yang dikemukakan. Makin cocok / sesuai antara hal-hal (variabel-variabel) yang diteliti dengan teori-teori yag dikemukakan, makin baik studi kepustakaan tersebut.

2. Kelengkapan

Kelengkapan berkenaan dengan banyaknya kepustakaan yang dibaca. Makin banyak kepustakaan yang dibaca atau dikemukakan, berarti makin lengkap kepustakaan, makin baik studi kepustakaan tersebut.

3. Kemutakhiran

Kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu (waktu atau lama) kepustakaan yang digunakan. Makin baru kepustakaan yang digunakan, makin mutakhir kepustakaan tersebut, makin baik studi kepustakaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga kaidah di atas, peneliti

berusaha mencapai prinsip relevansi, kelengkapan dan kemutakhiran data-data yang ada dengan melakukan seleksi data untuk memperoleh sumber bacaan yang aktual dan terpercaya.

Adapun langkah-langkah yang digunakan penulis sebagai teknik mencatat bahan penelitian sebagaimana yang diungkapkan Mestika Zed (2004, hlm. 68), diantaranya:

1. Mempersiapkan alat tulis, kertas atau kartu catatan.

2. Selalu menjaga interaksi pikiran dengan bahan yang sedang dibaca di satu

pihak dan problematik penelitian di lain pihak.

3. Tidak menulis kartu catatan timbal balik atau pada kedua sisi halaman kartu.

4. Selalu mencek kembali (review) ketiga jenis catatan penelitian anda. Adapun contoh kartu catatan penelitian, dapat dilihat di bawah ini:

(32)

77

Ini merupakan contoh kartu catatan yang bisa dijadikan pedoman dalam proses penelitian, adapun langkah dan strategi riset kepustakaan penulis

menggambarkannya di Lampiran.

Dalam pelaksanaannya, penulis membagi dua kegiatan dalam pengumpulan data penelitian ini sehubungan dengan dua tokoh Islām yang di teliti. Kegiatan pertama, penulis mengumpulkan data mengenai pemikiran Al-Gazālī terlebih dahulu yang penulis dapatkan dari beberapa kitab karangan beliau. Kegiatan selanjutnya penulis mengumpulkan data berkaitan dengan

pemikiran „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān.

Setelah data terkumpul sesuai langkah-langkah di atas, peneliti melakukan

seleksi dan kemudian melakukan sintesis atau penggabungan mengenai hasil penelitian sesuai bagian yang telah dikategorikan. Hal ini akan dibahas lebih

lanjut dalam analisis data di bawah ini.

G. Metode Analisis Data

Semua jenis catatan penelitian yang telah terkumpulkan barulah merupakan bahan mentah yang masih perlu diolah pada tahap selanjutnya, yaitu tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah upaya sistematik untuk mempelajari

pokok persoalan penelitian dengan memilah-milahkan atau menguraikan komponen informasi yang telah dikumpulkan ke dalam-bagian-bagian atau

unit-unit analisis. Sedangkan sintesis ialah upaya menggabung-gabungkan kembali hasil analisis ke dalam struktur konstruksi yang dimengerti secara keseluruhan

(Zed, 2008, hlm. 70). Sedangkan dalam pengertian lain dikatakan bahwa analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan mengelompokannya dalam satu bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi

(Silalahi, 2009, hlm. 332).

Dilihat dari rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan analisis

(33)

78

mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media masa.

Selain itu, analisis hermeneutik mengarah pada penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh manusia (Sutopo, 2006 hlm. 28).

Menurut Afifudin dan Sabeni (2009, hlm. 166) ada beberapa syarat analisis isi, yaitu:

1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript). 2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori yang menerangkan

metode pendekatan terhadap data tersebut.

3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan atau data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat khas/spesifik.

Dalam penelitian ini, pentingnya analisis isi dikarenakan bahan yang dikaji

membutuhkan pembahasan mendalam tentang pemikiran kedua tokoh Islām yang berbeda latar dalam pemikirannya. Adapun analisis hermeneutic dilakukan untuk mempermudah pembaca dalam memahami konteks bacaan, dikarenakan bahasa yang digunakan para tokoh ini, terutama Al-Gazālī menggunakan bahasa yang membutuhkan penafsiran mendalam.

Selain itu, penulis juga menggunakan analisis perbandingan, guna

membandingkan antara pemikiran Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān berkaitan dengan persamaan dan pemikiran keduanya. Dalam analisis data

kualitatif, proses yang perlu dilakukan diantaranya: 1. Reduksi dan Kategorisasi Data

Reduksi data merupakan bagian dari analisis, pilihan-pilihan peneliti tentang data mana yang akan dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar. Seiring dengan proses reduksi, peneliti juga melakukan kategorisasi, menurut Moleong (2007, hlm. 251) kategorisasi berarti penyusunan kategori, kategori tidak lain ialah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau

kriteria tertentu.

Penyusunan koding dilakukan untuk mempermudah dalam proses

(34)

79

Kemudian berkaitam dengan kategori khusus yakni, Pandangan Anak (PAN),

Tujuan Pendidikan Anak (TPA), Metode Pendidikan Anak (MPA), Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak (TOTA) meliputi: Pendidikan Iman

(PI), Pendidikan Akal (PA), Pendidikan Ibadah (PIB), Pendidikan Akhlak (PAK). Selain itu, berkaitan kategori sumber primer, diantaranya: (Ihya Ulumuddin = IU, Ayyuhal Walad = AW, Tarbiyatul Aulad fil Islām = TAFI, Makasyifatul Qulub = MQ, Minhajul Abidin = MA, Tahafut Al-Falasifah = TF). Kemudian berkaitan dengan data sekunder, koding sebagai berikut: (Mauizhatul Mukminin = MM, pemikiran Al-Gazālī = PAG, Sistem pendidikan Al-Gazālī = SPG, Teologi Al-Gazālī = TAG, Pintar Mendidik Anak = PMA). Untuk lebih jelasnya mengenai koding, ada di lampiran 3.

Secara teknis, proses reduksi dan kategorisasi yang penulis lakukan dalam analisis data dalam penelitian ini setelah data terkumpul melalui teknik

pengumpulan data yang sudah penulis paparkan yakni melalui teknik Library Research.

2. Penyajian data (Data Display)

Setelah melakukan reduksi dan kategorisasi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data berdasarkan kategorisasi yang sudah dibuat. Huberman dan

Miles (1992, hlm. 16) mengatakan bahwa penyajian data merupakan bagian dari analisis. Penyajian tersebut bisa dibahas dalam bentuk matriks, grafik, jaringan

dan bagan. Semuanya dirancang guna menggambungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu.

Dalam penelitian ini, penulis menampilkan penyajian data dalam bentuk naratif, tujuannya agar mudah dipahami oleh pembaca. Sesuai dengan teknis analisis yang dilakukan penulis yakni analisis isi, maka yang ditampilkan pun

mengenai pembahasan isi dari konteks yang dibahas. Disini, tentu penyajian data mengenai pemikiran Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān tentang pendidikan

(35)

80

Secara teknis, proses penyajian data ini tidak hanya dalam bentuk naratif,

akan tetapi dalam bentuk tabel, bagan, gambar yang penulis deskripsikan dan ilustrasikan berdasarkan kesimpulan penjabaran secara naratif.

3. Penafsiran data

Analisis data terjalin secara terpadu dengan penafsiran data. Data ditafsirkan menjadi kategori yang berarti sudah menjadi bagian dari teori dan dilengkapi dengan penyusunan hipotesis kerjanya sebagai teori yang akan diformulasikan secara deskriptif (Moleong, 2007, hlm. 251).

Dalam penelitian ini, proses penafsiran data menggunakan analisis hermeneutis, penafsiran dilakukan terhadap keseluruhan data yang sudah

dituangkan naratif ke dalam display data. Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa hermeneutis ialah suatu proses analisis data dengan penafsiran ekspresi

yang penuh makna yang dilakukan manusia. Tujuan teknis adanya penafsiran ini supaya setiap pembaca mampu menyelami makna yang diungkapkan oleh pemikiran tokoh tentang pendidikan anak, sehingga tidak adanya ketimpangan yang menyebabkan salah tafsir terhadap makna kata.

4. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan, hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan penelitian kualitatif adalah temuan baru yang belum

pernah ada (Huberman dan Miles, 1992, hlm. 20).

Penulis mengupayakan dalam penelitian ini akan menghasilkan sesuatu

yang baru dan menambah khazanah pengetahuan Islām yang lebih luas, maka penarikan kesimpulan dilakukan dengan penyederhanaan dari keutuhan hasil analisis yang diperoleh.

(36)

81

Masa pengumpulan data

Reduksi data

Antisipasi selama Pasca

Display data

selama Pasca Verifikasi

selama Pasca

Sumber: Huberman dan Miles (1992, hlm. 16)

H. Prosedur Penelitian

Pada bagian prosedur ini, penulis akan memaparkan tahapan-tahapan yang

dilakukan dalam penelitian. Adapun tahapan ini, dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu persiapan, penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

1. Persiapan Penelitian

Pada tahapan ini, memaparkan langkah awal yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

a. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahapan ini merupakan langkah awal dalam penelitian yakni penulis mengajukan rancangan tema penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan

Skripsi (TPPS) program studi Ilmu Pendidikan Agama Islām (IPAI), Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI).

Hal ini merupakan salah satu prosedur yang baku sebelum masuk ke dalam

penelitian. Adapun tema yang di angkat penulis ialah tentang Konsep Pendidikan Anak Secara Islāmi (Studi Literatur terhadap Pemikiran Al-Gazālī dan Abdullah Nashih „Ulwan), yang kemudian dituangkan oleh penulis dalam bentuk proposal.

b. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang sudah dibuat, berisi tentang kerangka dasar yang menjadi acuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan melakukan laporan penelitian. Proposal penelitian memuat latar belakang masalah, rumusan

(37)

82

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka,

organisasi penulisan, dan daftar pustaka. Setelah itu, proposal yang sudah jadi diajukan kepada TPPS untuk disetujui. Setelah diajukan proposal disetujui dan

mendapatkan beberapa masukan dari dosen diantaranya Dr. Ahmad Syamsu Rizal M.Pd. dan Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya keluarlah Surat Keputusan (SK) penunjukkan dosen pembimbing oleh ketua jurusan, untuk pembimbing yang dimaksudkan ialah Dr. Ahmad Syamsu Rizal M.Pd. dan Dr. fahrudin, M.Ag.

c. Konsultasi (Bimbingan)

Untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini, penulis di bombing oleh Dr.

Ahmad Syamsu Rizal M.Pd. sebagai pembimbing I dan Dr. fahrudin, M.Ag. sebagai pembimbing II. Proses bimbingan dilaksanakan melalui kesepakatan

bersama antara dosen pembimbing dan penulis, yang biasanya dengan cara menghubungi terlebih dahulu dosen pembimbing untuk menentukan bimbingan.

Bimbingan dilakukan secara rutin dilakukan pada hari selasa terhadap pembimbing I dan terhadap pembimbing II pada hari Senin atau Kamis. Setiap hasil penelitian dan penulisan yang telah penulis sesuaikan diajukan pada saat melakukan bimbingan untuk mendapat masukan dan saran dari dosen

pembimbing. Setiap saran dan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing dicatat dalam lembar bimbingan. Secara umum bimbingan terhadap skripsi ini

dilakukan secara bertahap atau per-bab. Untuk kemudian dilakukan revisi jika memang masih terdapat kekurangan atau langsung dilanjutkan pada bab

berikutnya, sesuai dengan saran dari dosen pembimbing.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif. Untuk mempermudah

(38)

83

a. Pengumpulan sumber

Sebelum melakukan pencarian dan pengumpulan sumber, langkah yang dilakukan adalah menentukan tema atau topik penelitian. Dalam skripsi ini penulis

mengambil topic tentang Pendidikan Anak, yang kemudian lebih difokuskan pada Pendidikan anak menurut dua tokoh Islām yaitu Al-Gazālī dan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān. Setelah mendapatkan topik penelitian, tahap berikutnya adalah mengumpulkan sumber (heuristik). Tahapan ini merupakan proses pengumpulan sumber-sember yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji. Pada tahapan ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber yang relevan dengan masalah yang

dikaji. Berkaitan tentang pendidikan anak, metode penelitian kepustakaan, kitab maupun buku karangan Al-Gazālī dan Abdullah Nashih „Ulwan. Untuk

mendapatkan sumber tersebut penulis mencarinya di perpustakaan UPI, perpustakaan jurusan IPAI UPI, toko buku Palasari, toko kitab Al-Falah, Dahlan,

perpustakaan UIN Bandung, UNISBA, serta tak lupa penulis mencari data dari sunber internet.

Adapun rujukan utama data primer dalam penelitian ini ialah kitab maupun buku-buku yang relevan. Adapun buku yang menjadi rujukan utama ialah kitab dan terjemah “Ihyā „Ulūm al-Dīn jilid 1, 2 dan 3 (penerjemah: Purwanto), Ayyuhā al Walad (penerjemah: Abu „Abdillāh al-husainī), Makāsyifatu al Qulūb (penerjemah: Mahfudli Sahli), Minhāju al „ābidῑn (penerjemah: Abul Hiya), Tahāfut al-Falāsifaħ (Ahmad Maimun), Syarah Asma Allāh al usnā (penerjemah: Abdullah Zaky Al-Kaaf), Al-MunqiŻ min Al-Ḍalal (penerjemah:

Achmad Khodori Soleh) karangan Al-Gazālī dan “Tarbiyaħ al Aulād fῑ al-Islām” (penerjemah: Arif Rahman Hakim) karangan „Abdullāh Nā iḥ „Ulwān.

Adapun beberapa data sekunder yang digunakan, diantaranya ialah Mau‟iẓatul Mu‟minīn (penerjemah: Muḥammad Jamaluddin Alqasimi Addimasyqi), Pemikiran Al-Gazālī tentang pendidikan (penulis: Abidin „Ibnu

Rusn), Sistem Pendidikan Al-Gazālī (penulis: Faṭiyah Hasan Sulaiman), Dua Tokoh Besar Agama Islām, Al-Gazālī dan Thaha Hussein (penulis: Tim Nuansa),

(39)

84

Mazhahiri), Ajaran-Ajaran Akhlak (penulis: Ahmad Bahreisj), dan Metode

penelitian Kepustakaan (penulis: Mestika Zed).

b. Kritik

Data-data yang telah diperoleh oleh penulis, tidak langsung dituangkan ke dalam tulisan menjadi karya baru, namun dilakukan kritik sumber terlebih dahulu, baik buku, karya ilmiah, maupun temuan dari internet. Pada dasarnya kritik sumber dilakukan bertujuan untuk menilai otentitas dan kredibiltas sumber itu sendiri. Kritik sumber dilakukan terhadap dua aspek, yaitu aspek internal dan

eksternal. Pelaksanaan kritik internal dilakukan oleh penulis dengan cara melihat sumber dan membandingkannya dengan sumber lain, dalam konteks

permasalahan yang sama. Sedangkan pelaksanaan kritik eksternal, dalam pelaksanaannya penulis melihat tahun terbitan serta melihat pengarangnya.

c. Interpretasi dan penulisan

Interpretasi adalah proses menafsirkan data dan fakta yang telah ditetapkan. Tahapan ini merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian. Setelah melakukan Interpretasi, maka tahapan selanjutnya adalah penulisan laporan penelitian. Pada tahap ini penulis

menyajikan hasil temuannya dengan cara penulisan yang baik dan benar berdasarkan Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI) 2013.

d. Laporan penelitian

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam suatu penelitian. Hasil penelitian disusun secara sistematis menjadi suatu karya ilmiah berbentuk skripsi.

Adapun sistematika yang digunakan adalah sebagaimana tercantum dalam Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

(40)

156

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan diambil dari analisis dan penafsiran terhadap hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan pada Bab I. Oleh karena itu,

kesimpulan ini mencakup (a) Konsep pendidikan anak secara Islāmi menurut Al

-Gazālī dan „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān; (c) Perbedaan dan persamaan konsep

pendidikan anak menurut Al-Gazālī dan „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān; (d) Persamaan teori Al-Gazālī dan „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān dengan para pakar pendidikan; (e)

Implikasi Konsep Pendidikan Anak menurut Al-Gazālī dan „Abdullāh Nāṣiḥ

„Ulwān terhadap pendidikan Islām.

Al-Gazālī dan „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān merupakan dua ahli pendidikan

yang memiliki cara pandang berbeda berkaitan cara mendidik anak secara Islāmi. Namun mereka memiliki tujuan sama dalam mendidik anak yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah. Al-Gazālī memandang anak bagaikan permata

yang sangat indah dan akan bercahaya saat anak diberikan pendidikan terbaik oleh pendidik atau orang tuanya. Menurut Al-Gazālī, hati (qalb) seorang anak

merupakan titik keberhasilan dalam mendidik, seperti halnya beliau mengatakan bahwa hati seorang anak diibaratkan tanah liat yang lunak yang dapat ditumbuhi

tanaman. Namun, berkembang baik atau tidaknya tergantung dari pemilihan bibit, penanaman bibit, dan pemeliharaannya. Dalam hal pemeliharaan atau pengasuhan anak, „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān menekankan perlunya kasih sayang yang tertanam

pada diri orang tua dan pendidik, karena jika Al-Gazālī mengatakan bahwa hati adalah muara dari hasil penanaman pendidikan, maka „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān

mengatakan jikalau hati hanya akan dapat disentuh oleh hati lagi yakni dengan kasih sayang yang terpancar dari hati yang tulus.

Menurut Al-Gazālī, manusia terlebih dahulu harus memahami hakikat tentang keberadaannya di muka bumi ini. Demikian juga manusia harus memahami akan fitrahnya sebagai manusia yakni untuk menikah dan mempunyai keturunan serta mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baik pendidikan. Menikah

(41)

157

kelangsungan hidup manusia, menjaga nasab, melindungi masyarakat dari

kerusakan moral, berbagai penyakit, menjaga ketentraman jiwa dan ruhani, menumbuhkan naluri keibuan dan kebapaan. Demikian halnya dengan mendidik

anak memiliki banyak manfaat, salah satunya ialah menghindarkan diri dari meninggalkan generasi yang lemah dan dapat menyelamatkan pendidik atau orang tua dari siksa api neraka.

Adapun tujuan pendidikan anak menurut Al-Gazālī dan „Abdullāh Nāṣiḥ

„Ulwān ialah membentuk muslim hakiki yang mendekatkan diri kepada Allāh

(taqarrub ilā Allāh), tumbuh dalam perangai Islāmi yang sempurna dan adab

sosial yang luhur, dan membentuk manusia yang seimbang, mampu memikul tanggung jawab, mandiri, mampu mengendalikan hawa nafsu, serta mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan kahirat. Dalam hal ini yang menjadi inti dari pendidikan anak ialah membentuk manusia sempurna (insān kamīl) serta hal yang

paling penting dalam mendidik anak semestinya dilandasi dengan keikhlasan. Metode yang yang diterapkan Al-Gazālī dan „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān dalam mendidik anak, diantaranya: Pertama, metode keteladanan yang merupakan cara yang paling efektif dalam mendidik. Kedua, metode nasihat yang menurut „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān pemberian nasihat yang baik tentu akan menggugah anak untuk mengetahui prinsip-prinsip Islām dan tentunya dengan

diiringi niat yang tulus dalam memberi nasihat, kata-kata penuh ketenangan, nasihat yang membimbing, kisah yang mengandung pelajaran, dialog yang

menarik, gaya bahasa yang bijak, dan arahan yang efektif. Ketiga, dengan metode kebiasaan. Hal ini merupaka metode yang utama, Karena kebiasaan berkaitan erat

dengan pengamalan, „Abdullāh Nāṣiḥ „Ulwān juga mengutarakan jika pembiasaan ini perlu ditanamkan kepada anak semenjak ia masih kecil.

Keempat, metode amar ma‟ruf nahī munkar, menurut Al-Gazālī orang

smestinya menanamkan perbuatan baik kepada anak, meskipun anak itu belum mukallaf serta melarang anak jika hendak melakukan perbuatan tercela. Hal ini

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengujian permeabilitas untuk tanah lempung (Batutegi) nilai koefisien permeabilitas mengalami kenaikan dan tanah lanau-pasir (Rajabasa) nilai koefisien

Dari lirik lagu juga, tidak jarang kita mengenal kata-kata tertentu yang terkesan baru atau asing, padahal sebenarnya sudah lama ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia..

Faktor- faktor ini yang menyebabkan kualitas informasi dan kualitas layanan interaksi tidak signifikan terhadap kepuasan mahasiswa, sehingga server pihak Institut Bisnis dan

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

Dengan melakukan Tradisi ini ada beberapa hal yang akan membawa kesejahteraan kepada masyarakat Kangean, seperti adanya pelatihan penunggangan kuda (joki), melatih memainkan alat

CD Interaktif Tuntunan Ibadah Haji ini mencakup berbagai aspek yang perlu diketahui seseorang sebelum ia berangkat ke Tanah Suci, antara lain : dasar hukum haji, wajib haji, rukun

Oleh karena itu, untuk mengetahui penyebab terjadinya hal tersebut diperlukan adanya sebuah penelitian mengenai analisis kepuasan dan loyalitas pengunjung di Kawasan Wisata

Sebagaimana dijelaskan oleh Marselus R.payong dalam bukunya yang berjudul Sertifikasi Profesi Guru bahwa guru merupakan komponen yang sangat penting dalam