• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara Pertanyaan Wawancara

 Sejarah latar belakang terbentuknya KAMMI serta pendirinya.

 Sejarah KAMMI Wilayah Sumatera Utara

 Pembagian KAMMI Daerah/Komisariat yang ada di Sumatera Utara

 Perbedaan KAMMI Wilayah/Daerah/Komisariat (Bidang-bidang dan Program Kerja, fungsi, dll)

 Pemikiran politik KAMMI tentang Negara, pemerintahan, masyarakat, dll.

 Tujuan organisasi KAMMI secara umum.

 Apakah ada kader KAMMI yang sudah terjun ke dunia politik?

 Sebagai organisasi pergerakan, KAMMI tentu memiliki kiblat yang dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan KAMMI ketika beraktivitas. Bisakah anda sebutkan organisasi apa yang mengilhami pemikiran KAMMI? Apakah termasuk didalamnya Ikhwanul Muslimin?

 Apakah buku-buku karya Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, maupun Ikhwanul Muslimin merupakan bacaan wajib bagi kader KAMMI Wilayah Sumatera Utara?

 Apakah pimpinan KAMMI Wilayah Sumatera Utara maupun KAMMI diseluruh Indonesia ada yang alumni Timur Tengah?

 Mengapa KAMMI Wilayah Sumatera Utara menentang penggulingan presiden Mesir, Muhammad Mursi?

(2)

Jawaban Pertanyaan Wawancara

 Sejarah pendirian KAMMI di Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya ialah adanya krisis multidimensi pada tahun 1998, adanya normalisasi kehidupan kampus, karena saat itu mahasiswa dilarang beraktivitas secara berkelompok secara berlebihan, adanya tuntutan gerakan-gerakan mahasiswa yg peduli terhadap kondisi bangsa saat itu, terutama mahasiswa yang terdiri dari UKM dan LDK. Hal tersebutlah yang menyebabkan pada tanggal 29 maret 1998 seluruh LDK melakukan pertemuan yang diadakan di universitas Muhammadiyah Malang. Deklarator yang mendirikan KAMMI adalah Fahri Hamzah. (wawancara dengan

Bapak Supandi selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara dan Bapak Afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)

 Di Sumatera Utara KAMMI terbentuk tahun 1999. Pada awal mulanya disebarkan oleh mahasiswa sumatera utara yang kuliah di jawa, kemudian kembali ke Sumatera Utara. Di Sumatera Utara sendiri, pendiri KAMMI yang pertama adalah Ikri Mahamidi, sekaligus menjadi ketua umum KAMMI pertama di Sumatera Utara.

(wawancara dengan bapak Supandi selaku ketua umum KAMMI wilayah Sumatera Utara dan bapak Afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)

(3)

departemen hubungan masyarakat, dan departemen ekonomi. (wawancara dengan

bapak Supandi selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara dan bapak afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)

 KAMMI Wilayah Sumatera Utara tidak memiliki secara teoritis mengenai konsep kenegaraan, pemerintahan, dan lain-lain. Hal itu dikarenakan, konsentrasi organisasi KAMMI bukanlah kepada konsep atau bentuk Negara, pemerintahan, dan lain sebaginya, namun lebih kepada nilai- nilai positif yang terkandung dalam konstitusi di suatu Negara tersebut, dalam hal ini di Indonesia. Dalam pandangan organisasi KAMMI, bentuk Negara islam (khilafah) bukanlah menjadi suatu keharusan. Jika melihat kepada sejarah Negara islam, bentuk Negara berbeda-beda satu sama lain, mulai dari khilafah, kerajaan, demokrasi, dan lain sebagainya. (wawancara dengan

bapak supandi, selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara)

 Tujuan organisasi KAMMI dapat dilihat melalui visi KAMMI, yaitu “KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader- kader pemimpin dalam

upaya mewujudkan bangsa dan Negara islami”. Fokus KAMMI adalah membina

keislaman para mahasiswa sehingga terwujud bangsa dan Negara yang islami. Adapun Negara dan bangsa yang islami yang dimaksudkan disini bukanlah mendirikan khilafah (Negara Islam), tetapi lebih kepada sebuah Negara yang madani, dan KAMMI hadir adalah untuk memperbaiki bangsa dan Negara indonesia dari hal terkecil sekalipun. (wawancara dengan bapak supandi selaku ketua umum

KAMMI Wilayah Sumatera Utara dan bapak Afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)

 Jika berbicara data, tentu ada alumni KAMMI yang telah terjun kedalam dunia politik, baik itu ditingkat pemerintahan sumatera utara, maupun dipemerintahan pusat.

(wawancara dengan bapak supandi selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara dan Bapak Afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)

(4)

Muslimin baik dalam bidang politik maupun kegamaan cukup baik dan layak untuk dipejarai. Selain itu juga Kader KAMMI diwajibkan membawa buku-buku karya Hasan Al-Banna dan Sayyid Qutb. Namun untuk tujuan akhir mendirikan Negara khilafah, tujuan KAMMI tidak sampai kepada pendirian khilafah. Apapun sistem Negara tersebut, KAMMI mendukung saja, selama nilai dan norma yang terkandung dalam sistem tersebut positif. (wawancara dengan bapak Supandi selaku ketua

umum KAMMI Wilayah Sumatera utara)

 KAMMI bersikap bahwa presiden Mesir dipilih secara demokrasi, namun digulingkan dengan cara yang tidak sesuai dengan konstitusi. Selain itu juga, Muhammad Mursi bukanlah seseorang yang jahat. Jadi bukan karena ada hubungan, atau bukan karena Muhammad Mursi anggota Ikhwanul Muslimin. Kebetulan saja Muhammad Mursi yang menjadi korban, kalau seandainya terjadi di Malaysia, mungkin KAMMI akan bertindak sama. KAMMI ingin menyampaikan kepada dunia, hormati demokrasi.

(wawancara dengan bapak supandi selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara)

 Mengenai status Ikhwanul Muslimin, menurut saya itu hanya tergantung kepada kepentingan penguasa saja. jika penguasa tersebut merasa terancam dengan kehadiran Ikhwanul Muslimin, maka organisasi tersebut dilarang, demikian pula sebaliknya. (wawancara dengan bapak supandi selaku ketua umum KAMMI

(5)

LAMPIRAN 2 KUSIONER PENELITIAN

Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan

Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara

2. Apakah umat Islam diwajibkan untuk memilih seorang pemimpin yang beragama Islam?

a. Iya b. Tidak

1. Apakah anda saat ini mengikuti kegiatan tarbiyah (usrah, mentoring)?

a. Iya b. Tidak

2. Apakah anda pernah tergabung dalam aksi KAMMI Wilayah Sumatera Utara?

a. Iya b. Tidak

3. Apakah anda mengetahui sekilas mengenai Hasan Al-Banna atau Ikhwanul Muslimin?

a. Iya b. Tidak

(6)

III. Petunjuk Pengisian

Berilah tanda √ (Contreng) pada pernyataan yang anda anggap paling sesuai. Setiap responden hanya

memiliki satu jawaban. Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat.

2 Umat Islam harus saling tolong menolong atau saling membela meskipun berbeda Negara.

3 Karena sistem Islam yang bersifat Universal, maka seharusnya yang diterapkan adalah sistem Khilafah.

4 Untuk mendirikan Negara atau pemerintahan yang Islami, usaha yang dilakukan dapat melalui perbaikan individu, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

5 Salah satu usaha untuk memperbaiki Individu Muslim agar memiliki karakter kebangsaan salah satunya adalah dengan menjalankan pola atau sistem usrah (tarbiyah dan mentoring). 6 Al-Qur‟an mengandung nilai-nilai universal, termasuk didalamnya

halal dan haram. Oleh sebab itu sebaiknya hukum yang diterapkan (UU) harus berdasarkan Al- Qur‟an.

7 Seorang pemimpin disuatu Negara haruslah seseorang yang beragama Islam.

8 Syura‟ merupakan cara yang tepat untuk mengambil keputusan, baik dalam kehidupan masyarakat maupun bernegara.

9 Umat Islam harus melakukan Amar ma‟ruf Nahi Mungkar

(mengerjakan kebaikan dan mencegah kejahatan) untuk menciptakan Negara yang madani.

(7)

Gerakan Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara

No. PERNYATAAN SS S TS STS

1 Tarbiyah merupakan salah satu kegiatan/aktivitas KAMMI Wilayah Sumatera Utara dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan yang bernuansa islami di Sumatera Utara.

2 Sebagai Organisasi Islam, KAMMI Wilayah Sumatera Utara harus terlibat dalam melakukan Aksi terkait kondisi di Palestina, dengan tujuan membantu umat Islam di Palestina.

3 KAMMI Wilayah Sumatera Utara termasuk orang-orang yang menentang penggulingan terhadap presiden Mesir, yakni Muhammad Mursi pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan keteladan Mursi sebagai umat Islam dan pemimpin yang beragama Islam. 4 Dalam mengambil keputusan berorganisasi KAMMI Wilayah

Sumatera Utara selalu mendahulukan syura‟.

5 Pembentukan KAMMI salah satunya adalah untuk melakukan amar ma‟ruf nahi mungkar, dengan tujuan agar tercipta Negara yang

Apakah anda setuju lirik lagu diatas merupakan salah satu lagu yang sering dibawakan KAMMI ketika melakukan aksi turun kejalan? 7 Dalam melakukan aktivitas (aksi, pelatihan, audiensi, seminar,

diskusi dll), landasan berfikir KAMMI Wilayah Sumatera Utara adalah berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadist.

8 KAMMI Wilayah Sumatera Utara memiliki media (Web, brosur, majalah dan lain-lain) untuk menyampaikan nilai-nilai Politik dan keislaman di Masyarakat.

9 KAMMI Wilayah Sumatera Utara melakukan berbagai pelatihan dengan tujuan membentuk tokoh-tokoh pemimpin bangsa kedepannya.

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

Lampiran 4 Output SPSS 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Model Summaryb

(14)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 16.447 3.634 4.526 .000

PEMIKIRAN POLITIK

IKHWANUL MUSLIMIN .514 .099 .466 5.207 .000

a. Dependent Variable: GERAKAN ORGANISASI KAMMI

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adam, Ian .2004. Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan masa depannya.

Yogyakarta:Penerbit Qalam.

Banna, Al, Hasan. 1997. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 1. Solo: Intermedia

Etzioni, Amitai. 1982. Organisasi-organisasi modern. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

(UI-Press).

Hadari, Nawawi. 2001. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hasan Nu‟man, Farid. 2009. Seuntai Bungan Rampai Politik Islam: Memahami Politik Islam

Secara Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: Tuhid Media Center.

Hicks, G, Herbert. Gullet. Ray C. 1987. Organisasi: Teori dan Tingkah Laku. Jakarta: Bumi

Aksara.

Horrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media Group.

Huda Noor. 2007. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Iqbal, Muhammad. Nasution, Husein, Amin. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa

Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Jurdi, Syarifuddin. 2008. Pemikiran Politik Islam di Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah,

Masyarakat Madani dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamil, Sukron.2013. Pemikiran Politik Islam Tematik: Agama dan Negara, Demokrasi, Civil

Society, Syariah dan HAM, Fundamentalisme, dan Antikorupsi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Mantra, Bagoes, Ida. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:

(16)

MN, Nasruddin. Marlianto, Eddy. 2008. Statistika. Medan: Usu Press.

Moleng, Lexi. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Nazir, Mohammad. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Qaradhawi, Al, Yusuf. 2008. Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik: Bantahan Tuntas

Terhadap Sekularisme dan Liberalisme. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Rifa‟I, Moh. 1998. Risalah Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra.

Rochaety, Ety. Dkk. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Penerbit Mitra

Wacana Media.

Ruslan, Mu‟iz, Abdul. 2000. Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif

terhadap Proses Pendidikan Politik “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan

Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1028 hingga 1954. Solo: Era

Intermedia.

Silalahi, Ulber. 2002. Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen. Bandung: Penerbit

Mandar Maju.

Sitepu, P, Anthonius. 2012. Studi Ilmu Politik..Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sitomorang, Jubair. 2014. Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam. Bandung: CV

Pustaka Setia.

Tahqiq, Nanang. 2004. Politik Islam. Jakarta: Prenada Media.

Trihendri, Cornelius. 2005. Step by Step Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.

Sugiono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Warjio, 2013. Politik Pembangunan Islam: Pemikiran dan Implementasi. Medan: Perdana

Publishing.

Widyarsa, Riza, Mohammad. Dkk. 2011. “Pengaruh Ideologi Politik Islam terhadap Partai

Politik di Indonesia. Studi Kasus

(17)

Jurnal

Partai Keadilan Sejahtera”. Jurnal Al- Azhar Seri Pranata Sosial. Volume 1 nomor 1 tahun

2011.

Situs Internet

https://agendapamel.wordpress.com/politik-islam/pemikiran-politik-ikhwanul-muslimin/

pada 10 November 2015

https://eprints.uns.ac.id/8648/4/91800308200902404.pdf. Diakses pada 13 November 2015.

Miftahuddin. 2008. “Pengaruh Ideologi Ikhwanul Muslimin terhadap Partai Keadilan

Sejahtera di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah. 2008.

Sutarno, Anok. 2008. “Pengembangan Kepribadian Islam Mahasiswa: Studi Atas Konsep

Muslim Negarawan dalam Buku Manhaj Kaderisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)”. Skripsi Universitas Islam Negerei Sunan Kalijaga.

http//repository.uinsk.ac.id/123456789/18485/3/UNINSUNANKALIJAGA.pdf. pada

16 November 2015 pukul 22.30 Wib.

Wibinso, Nuansa, Adhe. 2011. “Perjuangan Politik Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam Melawan

Rezim Otoritarianisme di Mesir Pada Era Gamal Abdul Nasser sampai Husni

Mubarak (1954-2011)”. Skripsi Fakultas Ilmu Hubungan Internasional Universitas

Gadjah Mada.

http//repository.ugm.ac.id/dspace/bitsream/123456789/18485/1/Adhe.pdf, Diakses

pada 15 November 2016 pukul 23.25 Wib.

Dokumen Organisasi

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KAMMI

(18)

B.2. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin dan Gerakan Organisasi KAMMI

B.2.1. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin (Variabel x)

Untuk melihat pemikiran politik Ikhwanul Muslimin yang mengatakan bahwa Islam

adalah agama yang sempurna dan mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia baik itu

didunia maupun di akhirat, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 3.5.

Jawaban Responden bahwa Islam mengandung nilai-nilai universal, yakni mengatur seluruh aspek kehidupan

apakah islam mengandung nilai-nilai universal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 1 1.0 1.0 1.0

Ya 99 99.0 99.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.5. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa Islam

mengandung nilai-nilai universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan, yakni sebanyak 99

orang menjawab Ya (99%), dan sebanyak 1 orang menjawab tidak (1%).

Selanjutnya untuk melihat pemikiran politik Ikhwanul Muslimin yakni yang

mengemukakan bahwa seorang pemimpin harus seseorang yang beragama Islam, maka

(19)

Tabel 3.6

Jawaban responden bahwa umat Islam harus memilih seorang pemimpin yang beragama Islam

apakah umat islam diwajibkan memilih pemimpin yang beragama islam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 1 1.0 1.0 1.0

Ya 99 99.0 99.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.6. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa umat

Islam diwajibkan untuk memilih seorang pemimpin yang beragama Islam, yakni sebanyak 99

orang menjawab Ya (99%), dan sebanyak 1 orang menjawab Tidak (1%).

Selanjutnya, untuk melihat pemikiran politik Ikhwanul Muslimin tentang bentuk

Negara khilafah, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 3.7

Jawaban Responden tentang apakah sistem khilafah adalah yang terbaik daripada sistem lainnya, seperti demokrasi, otoriter, dan lain sebagainya

apakah pendirian khilafah adalah yang terbaik?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 24 24.0 24.0 24.0

Ya 76 76.0 76.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.7. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa sistem

(20)

otoriter, dan lain-lain. Hal ini terlihat yakni sebanyak 76 orang menjawab Ya (76%), dan

sebanyak 24 orang menjawab Tidak (24%). Sistem khilafah yang dimaksudkan oleh Hasan

Al-Banna yang dalam hal ini merupakan seorang pendiri IM adalah proses penyatuan seluruh

umat Islam didunia dengan satu orang pemimpin utama, namun tidak menghilangkan peran

Negara. Hanya saja peran dan fungsi Negara sangat kecil. Beberapa responden menjawab

tidak setuju dengan pendirian Negara khilafah di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh beberapa

alasan seperti kemajemukan umat Islam di Indonesia, serta nilai- nilai yang terkandung dalam

pancasila juga sudah mengandung nilai- nilai spiritual, seperti yang terdapat dalam butir

pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada dasarnya mereka juga tidak menganggap

bahwa sistem demokrasi yang terbaik, namun mereka mengatakan jika nilai- nilai yang

terkandung didalamnya positif, maka tidak ada salahnya jika diterapkan. Sedangkan

mayoritas Responden lainnya yang setuju dengan pendirian sistem khilafah dikarenakan

universalitas Islam, yaitu bahwa Islam mencakup seluruh aspek kehidupan.

Selanjutnya, Hasan Al-Banna mengemukakan bahwa diperlukan cara atau strategi

yang dapat dilakukan untuk menciptakan Negara dan pemerintahan yang islami. Adapun

salah satu cara tersebut adalah dengan melalui perbaikan individu, perbaikan rumah tangga,

masyarakat, serta Negara. Selanjutnya, untuk mencapai hal-hal diatas, maka cara konkret

yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk pola usrah (tarbiyah). Untuk melihat hal

(21)

Tabel 3.8

Jawaban Responden bahwa salah satu usaha untuk memperbaiki individu Muslim agar memiliki karakter kebangsaan salah satunya adalah dengan menjalankan

pola usrah (tarbiyah, mentoring, liqo”)

usaha untuk memperbaiki individu muslim adalah dengan tarbiyah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

S 31 31.0 31.0 31.0

SS 69 69.0 69.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.8. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju jika

dikatakan bahwa cara yang tepat untuk memperbaiki individu muslim adalah dengan

menjalankan pola usrah, yakni Sangat setuju sebanyak 69 orang (69%), Setuju sebanyak 31

orang (31%), Tidak setuju sebanyak 0, Sangat Tidak Setuju sebanyak 0.

Selanjutnya, Hasan Al-Banna juga mengemukakan bahwa Islam memiliki

universalitasnya. Artinya semua aspek kehidupan diatur dalam Islam, sehingga seharusnya

yang menjadi landasan dalam berkehidupan harus berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah,

termasuk undang-undang yang berlaku utamanya harus berdasarkan Al‟Qur‟an, yakni seperti

yang telah dijelaskan dalam Bab II. Untuk melihat hal tersebut maka peneliti mengajukan

(22)

Tabel 3.9

Jawaban responden bahwa Al-Qur’an mengandung nilai-nilai universal, termasuk didalamnya halal dan haram. Oleh sebab itu sebaiknya hukum yang

diterapkan (UU) harus berdasarkan Al-Qur’an

Al Qur'an universal, oleh sebab itu hukum (uu) harus berdasarkan Al

Qur'an

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

TS 4 4.0 4.0 4.0

S 29 29.0 29.0 33.0

SS 67 67.0 67.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.9. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju jika

dikatakan bahwa Al-Qur‟an mengandung nilai- nilai universal dan seharusnya hukum yang

diterapkan (UU) harus berdasarkan Al-Qur‟an, yakni Sangat setuju sebanyak 67 orang (67%),

Setuju sebanyak 29 orang (29%), Tidak setuju sebanyak 4 orang (4%), Sangat Tidak Setuju

sebanyak 0.

Alasan minoritas Responden menjawab tidak setuju jika Al-Qur‟an dijadikan sebagai

hukum (UU) di Indonesia dikarenakan kemajemukan agama di Indonesia. Namun dapat pula

di analisis mengapa banyak yang tidak setuju dengan pendirian sistem khilafah (berdasarkan

tabel 3.7), namun sedikit yang tidak setuju dengan diberlakukannya Al-Qur‟an sebagai UU.

Adapun alasan tersebut dapat dijawab dengan analisis sederhana, yaitu bahwa kebanyakan

Responden menginginkan Al-Qur‟an menjadi sumber hukum di Indonesia karena nilai-nilai

yang terkandung dalam Al-Qur‟an secara keseluruhan positif dan dapat dijadikan pedoman.

Namun meskipun demikian, bukan berarti pemberlakuan Al-Qur‟an sebagai sumber hukum

di iringi dengan pendirian Negara khilafah, karena bagi mereka yang terpenting adalah nilai-

(23)

B.2.2. Gerakan Organisasi KAMMI di Sumatera Utara (Variabel Y)

Untuk melihat gerakan organisasi KAMMI di Sumatera Utara mengenai aktivitas

Usrah, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 3.10

Jawaban Responden apakah anda saat ini mengikuti tarbiyah, mentoring, Halaqoh, Liqo

apakah anda mengikuti kegiatan tarbiyah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 100 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.10. menggambarkan bahwa seluruh Responden menjawab Ya, yakni mereka

saat ini mengikuti pola usrah (Tarbiyah, mentoring, Halaqoh, liqo‟), yaitu sebanyak 100

orang (100%). Berdasarkan hasil olahan Software SPSS diatas maka sedikit banyak dapat

pula dilihat terdapat konsep- konsep tarbiyah didalam pengkaderan KAMMI Wilayah

Sumatera Utara. hal ini bersamaan dengan pemikiran IM dan juga merupakan aktivitas IM.

Selanjutnya untuk melihat apakah kader KAMMI di Sumatera Utara mengetahui

mengenai Hasan Al-Banna atau Ikhwanul Muslimin, maka peneliti mengemukakan

(24)

Tabel 3.11

Jawaban responden tentang apakah mengatahui sekilas mengenai Hasan Al-Banna atau Ikhwanul Muslimin

Apakah anda tahu tentang Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 3 3.0 3.0 3.0

Ya 97 97.0 97.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.11. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya, yakni

mereka mengetahui mengenai Hasan Al-Banna maupun Ikhwanul Muslimin, yaitu sebanyak

96 orang menjawab Ya (96%), dan 3 orang menjawab Tidak (3%).

Selanjutnya untuk melihat gerakan organisasi KAMMI di Sumatera Utara berupa aksi

serta hubungannya dengan kepemimpinan umat, maka peneliti mengemukakan pertanyaan

(25)

Tabel 3.12

Jawaban responden mengenai aksi KAMMI di Sumatera Utara yang menolak penggulingan terhadap mantan presiden Mesir, yakni Muhammad Mursi karena

keteladanan kepemimpinan yang beragama Islam

KAMMI menentang penggulingan presiden Mesir, M. Mursi, karena

keteladanannya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

STS 1 1.0 1.0 1.0

S 48 48.0 48.0 49.0

SS 51 51.0 51.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.12. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju,

yakni mereka mengetahui mengenai Hasan Al-Banna maupun Ikhwanul Muslimin, yaitu

sebanyak 51 orang menjawab Sangat Setuju (51%), sebanyak 48 orang menjawab Setuju

(48%), 1 orang Sangat Tidak Setuju (1%), serta 0 menjawab Tidak setuju. Adapun alasan

Responden yang menjawab tidak ialah karena menurut mereka, penolakan terhadap

penggulingan mantan presiden Mesir, yakni Muhammad Mursi bukan saja karena

keteladanan Mursi sebagai pemimpin, namun juga karena penggulingan yang terjadi di Mesir

tidak sesuai dengan konstitusi Mesir.

Selanjutnya untuk mengetahui proses pengambilan keputusan organisasi KAMMI di

Sumatera Utara dalam melakukan berbagai gerakan atau aktivitas maka peneliti

(26)

Tabel 3.13

Jawaban Responden terkait dengan pengambilan keputusan KAMMI di Sumatera Utara senantiasa mendahulukan syura’(Musyawarah)

organisasi KAMMI selalu mendahulukan syuro

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

S 32 32.0 32.0 32.0

SS 68 68.0 68.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.13. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju,

yakni bahwa organisasi KAMMI di Sumatera Utara senantiasa mendahulukan syura dalam

mengambil suatu keputusan ketika akan melakukan gerakan atau aktivitas, yaitu sebanyak 68

orang menjawab Sangat Setuju (68%), sebanyak 32 orang menjawab Setuju (32%), 0 Tidak

Setuju (0%), serta 0 menjawab Sangat Tidak Setuju (0%).

Selanjutnya untuk mengetahui landasan organisasi KAMMI di Sumatera Utara dalam

bergerak, seperti pada saat melakukan aksi, seminar, pelatihan dan lain sebagainya, maka

(27)

Tabel 3.14

Jawaban responden terkait dengan landasan berfikir KAMMI di Sumatera Utara dalam melakukan gerakan (aksi, pelatihan, seminar, dll.) adalah Al-Qur’an dan

Hadist

dalam melakukan aktivitas, landasan berfikir KAMMI adalah Al-Qur'an dan

Hadist

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

STS 3 3.0 3.0 3.0

TS 2 2.0 2.0 5.0

S 33 33.0 33.0 38.0

SS 62 62.0 62.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.14. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju,

yakni bahwa landasan organisasi KAMMI di Sumatera Utara dalam melakukan aktivitas

seperti aksi, seminar, diskusi, dan lain-lain berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadist, yaitu sebanyak

62 orang menjawab Sangat Setuju (62%), sebanyak 33 orang menjawab Setuju (33%), 2

orang Tidak Setuju (2%), serta 3 orang menjawab Sangat Tidak Setuju (3%). Alasan

Responden menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah bahwa menurut mereka,

terkadang bukan hanya Al-Qur‟an dan Hadist saja yang menjadi landasan berfikir utama

KAMMI dalam melakukan gerakan atau aktivitas, melainkan kondisi sosial dan politik saat

itu juga mempengaruhi KAMMI dalam melakukan aktivitas dan gerakan, termasuk juga

adanya pemikiran-pemikiran maupun ideologi lain yang dirasa selaras dengan pemikiran

serta gerakan KAMMI.

Selanjutnya untuk melihat gerakan dakwah dan politik KAMMI di Sumatera Utara

terhadap masyarakat melalui berbagai alat, seperti web, browser, majalah, dan lain

(28)

Tabel 3.15

Jawaban Responden terkait dengan KAMMI di Sumatera Utara memiliki media informasi seperti Web, Browsur, Majalah, untuk menyampaikan nilai- nilai politik dan

agama kepada masyarakat

KAMMI memiliki media (web, browsur, majalah, dll) untuk menyampaikan

informasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

TS 4 4.0 4.0 4.0

S 42 42.0 42.0 46.0

SS 54 54.0 54.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Tabel 3.15. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju,

yakni bahwa KAMMI di Sumatera Utara memiiki media yang dapat dijadikan sebagai alat

dalam menyampaikan informasi baik itu dibidang politik maupun keagamaan, yaitu sebanyak

53 orang menjawab Sangat Setuju (53%), sebanyak 42 orang menjawab Setuju (42%), 4

orang Tidak Setuju (4%), serta 0 orang menjawab Sangat Tidak Setuju (0%).

C. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk melihat apakah instrument

penelitian memerlukan instrument yang handal dan dapat dipercaya. Reliabilitas dapat diuji

dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan reliability analisis dengan SPSS 20. Jika

Alpha Cronbach ≥ 0.6 dikatakan reliable, sebaliknya jika Alpha Cronbach ≤ 0.6 maka

(29)

Tabel 3.16 Statistik Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.865 20

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Berdasarkan tabel 3.16 diatas, maka didapatkan Alpha Cronbach adalah 0.865 ≥ 0.6.

sehingga dapat simpulkan bahwa data reliable atau dapat dipercaya.

D. Korelasi product Moment

Korelasi Product Moment merupakan sistilah statistik yang menyatakan derajat

hubungan linier (searah bukan timbal balik) antara dua variabel atau lebih. Untuk

menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel x (Pemikiran Politik Ikhwanul

Muslimin) sebagai variabel bebas dengan variabel Y (Gerakan Organisasi KAMMI di

Sumatera Utara) sebagai variabel terikat yang berskala interval (scale). Korelasi dapat

menghasilkan angka positif (+) atau negative (-). Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1

dengan ketentuan jika angka mendekati satu atau negative satu maka hubungan kedua

variabel semakin kuat tetapi sebaliknya jika angka korelasi mendekat angka 0 maka

hubungan kedua variabel semakin melemah.

Korelasi product moment dihitung dengan rumus:

rxy

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan SPSS Versi 20 dalam pengolahan

(30)

Tablel 3.17

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20

Hasil dari tabel 3.17 tentang korelasi product moment mempunyai makna:

1. Berdasarkan output diatas, korelasi antara variabel X (Pemikiran Politik Ikhwanul

Muslimin) dengan variabel Y (Gerakan Organisasi KAMMI) Wilayah Sumatera

Utara masuk kedalam kategori sedang, yaitu sebesar 0.466 atau 0.46.6% dengan arah

positif. Hal ini menandakan perubahan yang terjadi diantara kedua variabel bersifat

searah. Artinya semakin tinggi pengaruh pemikiran politik Ikhwanul Muslimin, maka

semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap gerakan organisasi KAMMI Wilayah

Sumatera Utara. Angka 0.46.6% menunjukkan hubungan kedua variabel masuk

kedalam kategori sedang.

2. Berdasarkan output diatas, melalui uji signifikansi dapat diketahui bahwa antara

pemikiran politik Ikhwanul Muslimin (variabel X), dengan Gerakan Organisasi

(31)

signifikansi (Sig) 0.000 ≤ 0,1. Jika demikian, maka terdapat hubungan yang signifikan

antar kedua variabel.

3. Berdasarkan tanda bintang SPSS: berdasarkan output diatas dapat dilihat bahwa nilai

pearson correlation yang dihubungkan antara masing-masing variabel mempunyai

tanda bintang. Hal ini menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara variabel

yng dihubungkan.

E. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui sejauhmana perubahan pada

variabel Y (Gerakan Organisasi KAMMI) jika terjadi perubahan pada variabel X (Pemikiran

Politik IM) tiap satuan. Persamaan umunya adalah: Y = a + bX

Tabel 3.18. Analisis Regeri Sederhana

Koefisien B dinamakan koefisien arah regresi yang menyatakan perubahan rata-rata

variabel Y untuk setiap perubahan variabel x sebesar satu unit. Perubahan ini merupakan

pertambahan bila B bertanda positif dan merupakan pengurangan bila B bertanda negatif.

Hasil dari persamaan regresi diatas mempunyai makna:

1. Hasil perhitungan pada tabel 3.18 diperoleh nilai konstanta (a) sebesar sebesar

(32)

Ikhwanul Muslimin tetap (X=0) maka kenaikan gerakan organisasi KAMMI sebesar

16.447 atau sekitar 16%.

2. Koifisien regresi bernilai 514 (positif) mengakibatkan pemikiran politik Ikhwanul

Muslimin berpengaruh positif terhadap gerakan organisasi KAMMI di Sumatera

Utara. Nilai ini menunjukkan bahwa bahwa setiap adanya penambahan satu satuan

pada pemikiran politik Ikhwanul Muslimin, maka akan berpengaruh dan mengalami

kenaikan terhadap gerakan organisasi KAMMI di Sumatera Utara.

F. Uji Normalitas

a. Uji Normalitas Grafik Histogram

Pada grafik histogram data mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah dengan

bentuk melengkung keatas atau seperti lonceng. Adapun grafik histogram pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Grafik Uji Normalitas

(33)

Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa data dengan bentuk melengkung keatas seperti

lonceng menandakan data berdistribusi normal, artinya dapat digunakan dalam perhitungan

statistik.

b. Uji Normalitas P-P Plot

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal.

Gambar dari hasil uji normalitas tersebut dengan menggunakan software SPSS Versi 20 akan

menunjukkan apakah titik menyebar disekitar garis diagonal, ada yang menyebar diatas garis

diagonal dan ada yang menyebar dibawah garis diagonal maka data telah berdistribusi

normal. Adapun hasil Uji P-P Plot dengan menggunakan SPSS Versi 20 adalah sebagai

berikut:

Gambar 3.2

Sumber: Data diolah dengan SPSS Versi 20

Gambar 3.17 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar mengikuti data disepanjang

garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal, artinya dapat digunakan dalam

(34)

G. Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis adalah analisa data yang paling penting karena berperan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian. Dalam

pengujian Hipotesis maka digunakan analisis uji parsial/uji t

Uji-t (Uji Parsial) digunakan untuk melihat secara individual pengaruh secara

positif/negative dan signifikan dari variabel bebas (X) yaitu Pemikiran Politik Ikhwanul

Muslimin terhadap Gerakan organisasi KAMMI di Sumatera Utara, yakni sebagai variabel

terikat (Y).

Tabel 3.19. Uji Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 16.447 3.634 4.526 .000

PEMIKIRAN POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN

.514 .099 .466 5.207 .000

a. Dependent Variable: GERAKAN ORGANISASI KAMMI

Sumber: Data diolah dengan SPSS Versi 22 (2016)

Kriteria penerimaan dan penolakan terhadap hipotesis adalah sebagai berikut:

 Berdasarkan nilai signifikansi

 Tolak H0 jika nilai probabilitas hitung (sig.) ≤ probabilitas yang ditetapkan

sebesar 0.05 (sig. ≤ α 0.1)

 Terima H1 jika nilai probabilitas hitung (sig.) ≥ probabilitas yang ditetapkan

(35)

Dari tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan Tolak H0 yang menyatakan tidak

adanya hubungan, karena sig. 0.000 ≤ 0.1, serta terima H1 yang menyatakan terdapat

hubungan antara kedua variabel, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara

pemikiran politik Ikhwanul Muslimin.

 Berdasarkan nilai t hitung dan tabel

 Tolak H0 jika nilai t hitung ≥ t tabel

 Terima H1jika nilai t hitung ≤ t tabel

Berdasarkan hal diatas, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

T tabel = a/2 : n – k – 1

= 0.05/2 : 100 – 1 – 1

= 0.025 : 98

Dengan demikian, berdasarkan t tabel, maka diperoleh hasil 1.984, dimana hasil t

tabel tersebut lebih kecil dari t hitung, yakni 5207. Sehingga kesimpulan yang dapat

ditarik adalah Tolak H0 yang menyatakan tidak adanya hubungan, karena t tabel

1.984 ≤ t hitung 5207, serta terima H1 yang menyatakan terdapat hubungan antara

kedua variabel, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara pemikiran politik

Ikhwanul Muslimin.

H. Analisis Teoritis

Menurut Profesor Sukron Kamil, baik itu dalam tradisi pemikiran Islam klasik dan

pertengahan, hubungan agama dan Negara merupakan sesuatu yang saling melengkapi,

sehingga keduanya tidak bisa dipisahkan. Agama membutuhkan Negara, demikian juga

sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa agama, khususnya agama Islam mengandung

nilai-nilai universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan bernegara.

(36)

universal, yakni mengatur seluruh aspek kehidupan dibenarkan oleh Responden, yakni

berdasarkan Tabel 3.5, diketahui 99% responden setuju jika dikatakan bahwa Islam mengatur

seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan bernegara.

Berkaitan dengan pemikiran diatas, maka pertanyaan terhadap Responden selanjutnya

ialah mengenai Al-Qur‟an mengandung nilai-nilai universal, termasuk didalamnya halal dan

haram. Oleh sebab itu sebaiknya hukum yang diterapkan (UU) harus berdasarkan Al-Qur‟an.

Sebagai organisasi yang berlandaskan kepada keislaman (Al-Qur‟an dan Hadist), organisasi

KAMMI Wilayah Sumatera Utara setuju jika hukum yang diterapkan berdasarkan Al-Qur‟an

dan Hadist, yakni berdasarkan tabel 3.9 sebanyak 67% responden menjawab sangat setuju,

dan 29% setuju.

Abdul Zallum mengemukakan bahwa menyaksikan keadaan dunia yang berantakan,

dilanda ketidakadilan ekonomi dan politik, perbudakan oleh para tiran, serta hidup dalam

mimpi buruk penderitaan, kehinaan, maka umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan

tanggung jawabnya menyelamatkan dunia dan menyingkirkan kegelapan akibat kesesatan

dan tipu daya muslihat, serta membawa umat manusia kepada cahaya terang kebenaran dan

kebahagiaan. Adapun pertanyaan terhadap responden berkaitan dengan apa yang

dikemukakan Abdul Zallum diatas, yaitu bahwa tujuan pendirian KAMMI adalah untuk

melakukan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, maka sebanyak 74% responden menjawab sangat

setuju, serta 26% menjawab setuju. Artinya, kehadiran KAMMI adalah sebagai upaya untuk

menyelamatkan umat dari tipu daya dunia. Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan

apakah KAMMI harus melibatkan diri terhadap kondisi Palestina saat ini baik itu, maka 54%

menjawab sangat setuju, serta 46% responden menjawab setuju. Dengan demikian, tujuan

KAMMI tentu tidak lepas dari upaya penyelamatan umat atau menyelamatkan dunia dari

(37)

Menurut Jubair, didalam bukunya Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam,

dikatakan bahwa berdasarkan perkembangan dan peta perpolitikannya, pemikiran politik

Islam dapat dikategorikan kedalam tiga bagian, yaitu pemikiran politik islam organic

tradisional, sekuler, dan moderat. Berdasarkan analisis peneliti, baik organisasi Ikhwanul

Muslimin maupun organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Wilayah Sumatera Utara masuk kedalam tipologi organic tradisional, yaitu pemikiran yang

menyatakan bahwa Islam dan Negara merupakan dua entitas yang menyatu. Hubungan Islam

dan Negara benar- benar organic, yaitu Negara berdasarkan syariat Islam dengan ulama

sebagai penasihat resmi. Bagi pemikir Islam tipologi organic tradisional ini, Islam bukan

hanya agama dalam pengertian barat yang sekuler, melainkan juga pola hidup yang lengkap

dengan pengaturan untuk segala aspek kehidupan, termasuk politik.

Selanjutnya Jubair mengemukakan bahwa penetapan asas dalam sistem politik Islam

salah satunya adalah Pengangkatan khalifah, dimana untuk seluruh kaum muslimin

pengangkatan khilafah ini hukumnya wajib. Pertanyaan penelitian mengenai apakah

responden menyetujui bahwa sistem khilafah adalah yang terbaik karena universalitas Islam,

maka sebanyak 46% responden sangat setuju, serta 39% responden menjawab setuju.

Artinya, pendirian khilafah masih menjadi tujuan dalam diri umat Islam itu sendiri,

khususnya kader KAMMI Wilayah Sumatera Utara.

Menurut Herbert G. Hicks dan C. Ray Gullet, jenis-jenis kekuatan organisasi terdiri

dari beberapa hal, salah satunya ialah berdasarkan ideologis, yaitu dapat berupa

agama-agama besar didunia merupakan contoh yang jelas dalam hal kekuatan ideologis, termasuk

organisasi-organisasi serta partai politik. Teori diatas menunjukkan bahwa agama merupakan

salah satu kekuatan dalam organisasi, yakni terdapat kesamaan nilai- nilai dan pemikiran

antar anggotanya, sehingga organisasi maupun partai politik seperti ini dapat bertahan lebih

(38)

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kemunculan Ikhwanul Muslimin sebagai suatu organisasi gerakan ternyata mampu

memberikan pengaruh terhadap organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

(KAMMI) Wilayah Sumatera Utara, baik itu dalam pemikiran maupun gerakan organisasi

tersebut. Meskipun pengaruh yang diberikan tidak menyeluruh, namun sedikit banyak

pengaruh tersebut dapat terlihat. Hal ini dapat dianalisis melalui beberapa hal berikut:

 Diwajibkannya kader KAMMI Wilayah Sumatera Utara membaca karya- karya tokoh

Ikhwanul Muslimin seperti karya Hasan Al-Banna (Risalah pergerakan Ikhwanul

Muslimin) dan Sayyid Qutb (Al- Qiyamah). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

penanaman pemikiran Ikhwanul Muslimin terhadap pola pikir organisasi KAMMI itu

sendiri dalam menjalankan keorganisasiannya.

 Aktivitas tarbiyah KAMMI Wilayah Sumatera Utara dapat di ibaratkan sebagai

perwujudan dari konsep pemikiran Ikhwanul Muslimin yang mengatakan bahwa

untuk memperbaiki bangsa dan Negara maka hal- hal yang harus dilakukan ialah

memperbaiki individu, rumah tangga, masyarakat, serta Negara. Untuk Ikhwanul

Muslimin sendiri, aplikasi dari pemikiran tersebut juga sama dengan apa yang

dilakukan KAMMI, yaitu menjalankan pola usrah (tarbiyah). Oleh sebab itu, baik

secara langsung maupun tidak langsung, terlepas dari konteks kesejarahan pada zama

Rasulallah, ternyata terdapat kesamaan pemikiran maupun gerakan antara Ikhwanul

Muslimin dengan organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara.

 Berbagai aksi dan kegiatan lainnya yang dilakukan KAMMI Wilayah Sumatera Utara

sedikit banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ikhwanul Muslimin, seperti aksi menuntut

(39)

Muslimin mengenai persatuan umat islam diseluruh dunia. hal ini dinilai cukup

realistis, karena selain ajaran agama islam demikian, dengan persatuan umat islam,

maka kehidupan yang islami akan mudah dicapai.

 Kegiatan KAMMI Wilayah Sumatera Utara seperti mengadakan audiensi dengan

pemerintah ternyata merupakan salah satu stategi KAMMI untuk menjalin silaturahmi

dengan pemerintah daerah setempat. Hal ini dilakukan agar organisasi KAMMI

Wilayah Sumatera Utara mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat serta

harapan mereka dapat berkontribusi dalam pemerintahan. Hal ini juga sejalan dengan

apa yang dilakukan Ikhwanul Muslimin.

Selain beberapa hal diatas, untuk memperkuat hasil penelitian mengenai pengaruh

pemikiran politik Ikhwanul Muslimin terhadap gerakan organisasi KAMMI Wilayah

Sumatera Utara ini, penulis juga melakukan penelitian secara kuantitatif dengan

menggunakan bantuan software SPSS Versi 20. Adapun kesimpulan dari penelian tersebut

adalah sebagai berikut:

Melalui hasil analisis Uji Reliabilitas didapatkan bahwa Alpha Cronbach adalah

0.865 ≥ 0.6. hal ini menunjukkan bahwa data yang terdapat dalam penelitian

reliable, yaitu dapat dipercaya.

 Melalui hasil analisis korelasi product moment Berdasarkan output diatas, dapat

dilihat bahwa korelasi antara variabel X (Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin)

dengan variabel Y (Gerakan Organisasi KAMMI) Wilayah Sumatera Utara

masuk kedalam kategori sedang, yaitu sebesar 0.466 atau 0.46.6% dengan arah

positif. Hal ini menandakan perubahan yang terjadi diantara kedua variabel

bersifat searah. Artinya semakin tinggi pengaruh pemikiran politik Ikhwanul

(40)

KAMMI Wilayah Sumatera Utara. Selain itu dilakukan pula uji signifikansi, yaitu

diketahui bahwa antara pemikiran politik Ikhwanul Muslimin (variabel X), dengan

Gerakan Organisasi KAMMI (variabel Y) terdapat korelasi yang signifikan. Hal

tersebut dikarenakan nilai signifikansi (Sig) 0.000 ≤ 0,1. Jika demikian, maka

terdapat hubungan yang signifikan antar kedua variabel. Selanjutnya juga terdapat

tanda bintang, yaitu menunjukkan terdapat hubungan kedua variabel tersebut.

Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji t/ uji parsial dengan hasil

yaitu ditarik kesimpulan Tolak H0 yang menyatakan tidak adanya hubungan, karena

sig. 0.000 ≤ 0.1, serta terima H1 yang menyatakan terdapat hubungan antara kedua

variabel, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara pemikiran politik Ikhwanul

Muslimin. Selain itu juga peneliti melakukan analisis dengan membandingkan uji t

hitung dengan uji t tabel, yaitu dengan perincian jika t tabel ≤ t hitung, maka

Hipotesis H1 yang menyatakan ada hubungan diterima. Berdasarkan perhitungan,

diperoleh nilai t tabel 1.984 dan lebih kecil dari t hitung, yakni 5207.

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah Tolak H0 dan terima H1, yakni

terdapat pengaruh yang sedang antara pemikiran politik Ikhwanul Muslimin terhadap

(41)

BAB II

DESKRIPSI SEJARAH DAN PEMIKIRAN POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN SERTA ORGANISASI KAMMI

A. Sejarah Latar Belakang Munculnya Ikhwanul Muslimin di Mesir

Ikhwanul Muslimin (persaudaraan Muslim), atau yang selanjutnya disingkat dengan

IM merupakan suatu organisasi berbasis keislaman yang lahir di Ismailia pada tahun 1928.

Pendiri organisasi ini adalah Hasan Al Banna beserta keenam murid sekaligus sahabatnya,

yaitu Hafidh Abdul Hamid (tukang kayu), Ahmad Khausari (tukang cukur), Zaki

Al-Maghribi (tukang gerobak), Fuad Ibrahim (penarik pajak), Abdurrahman Hasbullah (seorang

supir), dan Ismail Izz (tukang kebun).55 Ikhwanul Muslimin memiliki lambang organisasi

berupa dua pedang melintang yang menyangga Al-Qur‟an. Adapun arti dari kedua pedang

tersebut adalah melambangkan bahwa gerakan ini siap mengangkat senjata untuk berjihad

kapan saja dan dimana saja demi berdirinya Negara Islam.56

Latar belakang pendirian IM tidak terlepas dari kondisi sosial dan politik di Mesir saat

itu, juga tidak terlepas dari pemikiran Hasan Al Banna sebagai pendiri IM. Terdapat tiga

alasan yang melatarbelakangi lahirnya IM, pertama, berdasarkan kesejarahan Kerajaan Turki

Utsmani. Saat itu Islam tengah mengalami stagnasi kekhilafahan dan Kerajaan Turki Utsmani

tidak lagi mampu menjalankan roda pemerintahan yang stabil. Situasi ini memuncak dengan

runtuhnya khilafah Turki Utsmani dan diproklamasikannya Republik Turki Modern sekuler

oleh Musthafa Kemal Ataturk pada tanggal 2 Maret 1924.

Keruntuhan kekhalifahan Turki Utsmani menyebabkan disintegrasi pemahaman dan

pengalaman di dunia Islam57 serta menandai awal politik Islam modern. Dibawah pimpinan

55

Lihat Miftahuddin, Op.cit., Hal. 24. 56

Ibid., Hal. 25 57

(42)

Kemal Ataturk (1881-1938) orang- orang Turki melangkah dengan pasti menuju pendirian

sebuah negara-bangsa barat yang modern.58 Banyak kalangan masyarakat Muslim terpesona

dengan bentukan budaya barat. Terjadi upaya untuk menggeser hukum Allah dan

menggantikannya dengan hukum wad‟h (buatan manusia). Hal ini tentu tidak dapat diterima

oleh golongan Muslim tradisional, baik itu yang ada di Turki sendiri maupun Muslim

tradisional yang ada di berbagai negara lain, salah satunya adalah Mesir. Kasus keruntuhan

kekhilafahan Turki Utsmani tersebut ternyata membawa perasaan trauma tersendiri

dikalangan umat Islam tradisional yang melihat keadaan Mesir pada saat itu hampir sama

dengan kondisi Turki paska keruntuhan kekhilafahan Turki Utsmani. Hasan Al-Banna,

sekaligus salah satu tokoh Muslim tradisional Mesir sangat mengkhawatirkan keadaan Mesir

ketika itu, dimana saat itu budaya barat berkembang di Mesir dikarenakan jajahan bangsa

asing, yaitu Inggris. Menyikapi hal ini, Hasan Al Banna mengatakan: “pada dekade yang saya

lalui di Kairo kala itu, semakin merajalela arus kerusakan. Kebejatan berpendapat dan

berfikir dianggap sebagai kebenaran rasio. Kerusakan moral dan akhlak dianggap sebagai

kebebasan individu. Gelombang kemurtadan dan gaya hidup bebas melanda sangat deras

tanpa ada penghalangnya, didukung oleh berbagai kasus dan situasi yang mengarah kesana.”

Berdasarkan perkataan Hasan al Banna tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Hasan Al

Banna sendiri pada dasarnya menolak hukum bentukan manusia.59

Kedua, berdasarkan kondisi politik Mesir. Hasan Al Banna percaya bahwa pada saat

itu dunia Islam berada dalam kungkungan kolonialisme. Mesir sendiri ketika itu berada

dalam kungkungan kolonialisme Inggris. Hal ini berdampak pada kondisi sosial budaya

Mesir dan banyak mengikis budaya masyarakat Mesir yang islami. Dalam pandangan Hasan

Al Banna sendiri, para ulama Mesir tidak mampu membendung arus pasang peradaban barat

58

Ian adams, Loc.cit., Hal. 430. 59

(43)

yang melanda Islam. Hal itu menurutnya menyebabkan gerakan putus asa yang

mendirikan”Partai Politik Munafik”, karena mereka bukannya dimotivasi oleh semangat

memerdekakan diri dari Inggris melainkan sebaliknya memberikan loyalitas pada Inggris.

Partai- partai yang dimaksudnya adalah Partai Al-Wafd yang menolak dakwah Al-Jama‟ah

Al-Islamiyah, Partai Al-Ahrar Al-Dusturiyah, serta Partai Al- Sa‟diyyah.60

Ketiga, hal yang juga mempengaruhi berdirinya IM adalah realitas situasi ekonomi

dan sosial di Mesir pada saat itu. Akibat penjajahan Inggris, kondisi rakyat Mesir mengalami

kesemrawutan. Muncul kesenjangan antara golongan kaya dan miskin. Hasan Al Banna

melihat adanya dominasi asing, yaitu para manajer dari Eropa hidup mewah, sementara

penduduk pribumi hidup dalam keprihatinan digubuk-gubuk yang menyedihkan. Sementara

itu, dibidang sosial muncul degradasi sosial dan moral. Pemuda dan rakyat Mesir pada

umumnya sudah meninggalkan ajaran agama Islamnya dan silau terhadap capaian peradaban

barat yang dibawa oleh Inggris.61

Kondisi diatas menyebabkan hilangnya wibawa politik umat Islam. Hasan Al-Banna

memikirkan perlunya gerakan penyadaran umat. Untuk itulah kemudian Hasan Al Banna

mendirikan sebuah gerakan yang dibangun dengan orang-orang yang sepaham dengannya.

Adapun nama organisasi gerakan tersebut adalah Ikhwanul Muslimin atau disingkat dengan

IM. Tentang pendirian ini Hasan Al-Banna mengatakan: “Di Ismailia saya meletakkan

dasar-dasar takwin yang pertama bagi fikrah ini. Pada mulanya ia muncul hanya sebagai lembaga kecil. Kamipun bekerja dan memikul panji-panjinya. Kami berjanji kepada Allah untuk menjadikan kami sebagai tentara-Nya, demi mencapai tujuan ini. Seluruh kegiatan kami lakukan atas nama Al-Ikhwan Al-Muslimun.”62

60

Ian Adams, Op.cit., Hal. 433. 61

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal. 189. 62

(44)

B. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin (IM)

Dalam menetapkan fikrah (pemikiran) IM, Hasan Al Banna menjelaskan sebagai

berikut:63

1. Hukum-hukum Islam dan seluruh ajarannya dapat mengatur urusan hidup manusia

didunia dan diakhirat.

2. Dasar pengajaran Ikhwanul Muslimin dan seluruh pemahamannya adalah Al-Qur‟an

dan Sunnah Nabi SAW.

3. Sebagai agama yang kaffah (menyeluruh), Islam memiliki kemampuan mengatur

seluruh persoalan hidup dan semua bangsa dan umat pada segala zaman.

Ikhwanul Muslimin memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan

menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual

(salat, puasa, haji, zakat) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya

sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang islami,

negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan

negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah

sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Namun meskipun

demikian, Ikhwanul Muslimin lebih mendukung ide perubahan dan reformasi melalui jalan

damai dan dialog yang konstruktif yang bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq

(logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil). Kekerasan atau radikalisme bukan jalan

perjuangan Ikhwanul Muslimin, kecuali jika negara tempat Ikhwanul Muslimin berada,

terancam penjajahan dari bangsa lain. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Hasan

Al-Banna yaitu: “adapun pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap nasionalisme, maka

cukuplah anda mengetahuinya dengan membaca kalimat berikut. Mereka yakin dengan

63

(45)

seyakin-yakinnya bahwa mengabaikan sejengkal tanah milik seorang Muslim yang terjajah

itu adalah tindak kriminal yang tidak akan terampuni, sampai kita mau berbuat dan bisa

mengembalikan kemerdekaannya, atau menghancurkan para perampasnya. Tidak ada

keselamatan dari siksa Allah kecuali dengan cara ini”.64

B.1. Bentuk Negara Menurut Ikhwanul Muslimin

Tujuan final yang digarisbawahi oleh Ikhwanul Muslimin adalah pembentukan

khilafah (Negara) yang terdiri dari kesatuan Negara-negara Muslim yang merdeka dan

berdaulat. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna: “Khilafah

merupakan menara bagi kebudayaan hukum Allah swt. Oleh karena itulah, sahabat

mendahulukan pembicaraan tentang khalifah daripada mengurus jenazah Rasulallah saw.

Hadist-hadist yang menyebutkan tentang wajibnya memilih imamah dan membahas

hukum-hukum imamah telah membuktikan bahwa tidak diragukan lagi umat Islam wajib

memperhatikan soal khilafah. Memikirkan masalah ini sejak ia disingkirkan dari

kedudukannya bahkan dihilangkan sama sekali.”65

Sementara itu, langkah-langkah konkret yang harus dilakukan dalam pembentukan

Negara, antara lain:66

1. Perbaikan individu

2. Perbaikan rumah tangga

3. Perbaikan masyarakat

4. Pembebasan tanah air dari penjajahan bangsa asing

64

Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 165. 65

Ibid., Hal. 311. 66

(46)

5. Perbaikan pemerintah

6. Pengembalian peran internasional bagi umat Islam (dengan cara memerdekakan,

menyatukan dan mengumumkan khalifah)

7. Menjadi sokoguru bagi dunia.

Langkah-langkah konkrit IM seperti yang dituliskan diatas selanjutnya dibebankan

kepada jamaah menjadi sebuah kewajiban. Sementara itu, strategi yang konkret dalam

pembentukan Negara adalah sebagai berikut:67

a. Dakwah umum, yakni bertujuan untuk mendidik umat, membangkitkan rakyat,

mengubah tradisi umum, menyucikan jiwa, membersihkan rohani,

mengumandangkan prinsip-prinsip kebenaran, jihad, berkarya, dan memiliki sifat

keutamaan ditengah masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan pada tahap ini adalah

dengan mengadakan kelas belajar, ceramah, menyebarkan makalah, mengirim

delegasi, rapat akbar, dan kunjungan-kunjungan. Selanjutnya dilakukan pembentukan

usrah dan kelompok yang tidak mengikat antara lainnya. Digunakan pula kegiatan

amal sosial. Pada tahap ini jamaah tidak boleh manggabungkan diri kepada partai

apapun dan lembaga manapun, namun juga tidak menentangnya dan juga tidak

berhubungan dengan tokoh dan anggotanya. Hal ini dilakukan sampai kebenaran

dapat terlihat oleh banyak orang.

b. Dakwah khusus, yakni dilakukan dengan cara menyampaikan pesan kepada para

pejabat, tokoh, penguasa, dan wakil rakyat serta parlemen. Adapun cara

pendekatannya, antara lain:

 Penyebaran dakwah untuk tabligh (diantaranya amal-amal kebajikan dan

bakti sosial)

Pendidikan jiwa sebagai proses pengalaman takwin (penjelasan)

(47)

Perlengkapan manhaj (jalan lurus) yang benar dalam urusan kehidupan

sebagai penetapan arah

 Menemui umat, lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, serta dunia

internasional dalam rangka tanfidz (aksi).

c. Mendirikan Negara, yakni melakukan usaha penerapan hukum Islam disuatu Negara.

d. Mengembalikan khilafah, yakni tujuan akhir dari seluruh tahapan. Jika telah berdiri

negara dengan khilafah, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah koordinasi

antar Negara sehingga tercapai kata sepakat untuk memilih imam yang menjadi

mediator.68

Khilafah yang dimaksudkan harus mampu mengkoordinasikan seluruh Negara Islam

yang ada dibawah komandonya. Polanya adalah bahwa Negara-negara Islam yang sepakat

tersebut bermusyawarah untuk memilih mediator yang disepakati sebagai pemimpin seluruh

kepentingan umat. Oleh karenanya, bentuk Negara ideal yang dimaksudkan oleh IM adalah

Negara koordinatif yang berbentuk khilafah, namun kekuasaan Negara bagian masih

diperhatikan. Pola kerja khilafah yang dimaksud IM adalah sebagaimana yang terjadi pada

masyarakat masa Nabi Muhammad saw. Hal tersebut dikarenakan Hasan Al-Banna, yang

menelurkan gagasan tentang Negara ini tidak ingin terjebak kepada romantisme keruntuhan

khilafah Turki Utsmani.69 Tegaknya kekhalifahan disebuah Negara tentu saja berpengaruh

terhadap sistem pemerintah dinegara tersebut. Menurut IM Negara yang telah menegakkan

khilafah dinegaranya haruslah menjalin kerjasama dengan Negara-negara lain, seperti

kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik. Selanjutnya dibuat fakta dan perjanjian-perjanjian

serta diselenggarakan muktamar-muktamar antar Negara-negara tersebut. Sehingga pada

68

Ibid., Hal. 201-204.

69

(48)

akhirnya akan dipilih seorang Imam yang menjadi mediator segala bentuk ikatan, menjadi

tempat bertanya segala bentuk peliputan dan muara segala hati.70

Negara Islam harus memperhatikan penyediaan pekerjaan dan sarana penghidupan bagi

siapapun yang sanggup bekerja. Negara Islam juga harus meningkatkan produktivitas pekerja

industri dan petani. Hak pekerja antara lain jaminan mendapat pekerjaan dengan upah yang

memadai dan asuransi kesehatan. Negara juga harus mendorong bangkit dan berkembangnya

industry rumah tangga, sehingga dengan begitu wanita dan anak-anak dapat berpartisipasi

dalam perekonomian dan menambah pendapatan keluarga. Selain itu Negara juga harus

berupaya mengurangi perbedaan antara yang kaya dan yang miskin.71 Keseluruhan pemikiran

IM mengenai bentuk Negara yang ideal diatas bersumber dari Hasan Al-Banna yang banyak

menelurkan pemikirannya yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial dan politik di Mesir.

B.2. Pemerintahan

Pemikiran IM terhadap pemerintahan berkaitan erat dengan pemahaman mereka akan

esensi Islam dan aqidahnya. Sejak awal IM menolak ide pemisahan antara agama dengan

Negara, atau dengan politik. Para pemikir IM menyebutnya sebagai konsepsi yang

seakan-akan sudah menjadi aksioma, atau urusan besar agama yang harus benar-benar dipahami.

Konsepsi itu tersimpul dalam ungkapan bahwa Islam adalah aqidah dan sistem, agama dan

Negara. Sehingga penegakan pemerintahan Islam adalah salah satu prinsip aqidah atau

kewajiban Islam.72 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna dalam Risalah

Pergerakan Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa: “Ihwal pemerintahan tertuang dalam

kitab-kitab fiqih kita sebagai persoalan aqidah dan ushul (dasar), bukan masalah furu‟

(cabang). Islam adalah kedaulatan dan pemerintahan, ia juga peraturan dan pengajaran,

70 Ibid., 71

Ibid. Hal. 198-199.

72Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan,

(49)

sebagaimana ia adalah undang-undang dan peradilan. Salah satu diantaranya tidak

terpisahkan dari yang lain.”73

Menurut IM penegakan pemerintahan Islam adalah wajib, sebagaimana pendapat

mereka yang mengatakan bahwa Islam adalah agama dan Negara. Artinya, Islam datang

dengan membawa nash-nash (ayat- ayat) yang mengatur berbagai hubungan individu dengan

pemerintah dan sebaliknya, mengatur tindakan, interaksi, manajemen dan ekonomi,

memutuskan perkara internal dan internasional, perang dan damai, perjanjian dan

perdamaian, menentukan hukum semua urusan pribadi dan sosial, menegakkan jamaah atas

dasar persamaan, tolong menolong, dan saling menanggung. Semua nash itu merupakan

undang-undang dasar pemerintahan dan syariat yang menentukan hukum berbagai tindakan.

Semua itu merupakan urusan-urusan yang tidak mungkin dilakukan kecuali oleh pemerintah

dan Negara. Apabila Islam mendatangkan dan mewajibkan tegaknya Negara dengan dasar

itu.74 Beberapa contoh nash- nash atau ayat- ayat tersebut adalah sebagai berikut:

 Hukum ketatanegaraan, yaitu ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan

pemerintahan. Hukum- hukum seperti ini dimkasudkan untuk mengatur hubungan

penguasa dengan rakyat. Salah satu contoh ayatnya terdapat dalam Surah An-Nahl

Ayat 90:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi

bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran” (QS: An-Nahl: 90)75

73

Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 299. 74

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 288.

75

(50)

 Hukum antarbangsa (internasional), yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan

antar Negara Islam dan Non Islam, serta tata cara pergaulan dengan Non Muslim yang

berada di Negara Islam. Salah satu nash tersebut yaitu terdapat dalam Surah

Al-Hujarat Ayat 13 sebagai berikut:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku agar kamu saling mengenal….” (QS: Al-Hujarat: 13)76

Ikhwanul Muslimin mendefenisikan pemerintahan Islam sebagai pemerintahan yang

para pejabatnya adalah orang-orang Islam, melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam dan

tidak melakukan kemaksiatan, serta konstitusinya sebagaimana yang telah disinggung di atas

bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunah. Atau dengan kata lain menerapkan syari‟at Islam.77 IM

membagi konstitusi ini menjadi dua bagian, yaitu konstitusi pokok (undang-undang dasar)

dan konstitusi organik (undang-undang organik).78

Konstitusi pokok (undang-undang dasar) adalah hak Allah semata. Ia merupakan

hal-hal yang dihal-halalkan dan diharamkan Allah dalam kitab Suci dan Sunah Nabi. IM berpendapat

bahwa hanya Allah sajalah pemegang otoritas memerintah dan melarang, tidak ada pihak lain

yang menyertai-Nya. Kekuasaan tertinggi yang menjadi rujukan umat manusia dalam

kehidupan didunia, Dalam perumusan aturan sosial, dan dalam membentuk pemerintahan,

mereka adalah milik Allah swt. semata. Sedangkan konstitusi organik adalah konstitusi yang

diserahkan kepada manusia untuk membuatnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-

Hudaibi, yakni salah seorang jamaah IM bahwa Allah swt. menyerahkan kepada manusia

banyak hal tentang urusan dunia, diperintahkan mengatur dunia ini sesuai dengan hasil

76

Ibid.,

77 Diakses melalui https://eprints.uns.ac.id/8648/4/91800308200902404.pdf pada 13 November 2015, pukul 21.15 WIB.

78Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan,

(51)

penalaran akal manusia dengan syarat tidak menghalalkan yang haram dan tidak

mengharamkan yang halal. Termasuk undang-undang ini, yang mengatur mekanisme

musyawarah, lalu lintas, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, pengairan,

pengajaran, pengaturan berbagai profesi, undang-undang ketatanegaraan, ruang publik dan

lain sebagainya. Kaum Muslimin berhak membuat perundang-undangan dan aturan-aturan

yang menjamin terwujudnya kepentingan bersama.79

B.2.1. Bentuk Pemerintahan

Pemahaman mengenai bentuk pemerintahan menurut IM dapat dilihat berdasarkan

kaidah-kaidah yang berupa karakteristik atau pilar pemerintahan Islam. Adapun

pilar-pilar tersebut adalah sebagai berikut:80

1. Tanggung jawab pemerintah dalam arti bahwa ia bertanggung jawab kepada Allah

dan rakyatnya. Pemerintahan tidak lain adalah praktek kontrak kerja antara rakyat

dengan pemerintah, untuk memelihara kepentingan bersama. Jika pekerjaan yang

dilakukan pemerintah baik, maka ia berhak mendapatkan upah, sebaliknya apabila

dalam melaksanakan tanggung jawab dan pekerjaannya buruk, maka harus

mendapatkan hukuman.

2. Kesatuan umat. Artinya, ia memiliki sistem yang satu, yaitu Islam yang harus

melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar (Melaksanakan kebaikan dan mencegah

kemungkaran) dan nasihat.

3. Menghormati aspirasi rakyat. Artinya diatara hak rakyat adalah mengawasi para

penguasa dengan pengawasan yang seketat-ketatnya dan juga memberi masukan

tentang berbagai hal yang dipandang baik untuk mereka. Pemerintah harus mengajak

79

Ibid., Hal. 291-292.

80

Gambar

Tabel 3.5. menggambarkan bahwa  mayoritas responden menjawab Ya bahwa Islam
Tabel 3.6. menggambarkan bahwa  mayoritas responden menjawab Ya bahwa umat
Tabel 3.8. menggambarkan bahwa  mayoritas responden menjawab sangat setuju jika
Tabel 3.9. menggambarkan bahwa  mayoritas responden menjawab sangat setuju jika
+7

Referensi

Dokumen terkait

diwawancarai berkenaan dengan kegiatan pembelajaran Tahfizh Al- qur‟an, minat dan hafalan al- qur‟an peserta didik kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung

bupati/walikota atau gubernur berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang ditetapkan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,

Informasi yang tercakup meliputi koleksi â koleksi museum, waktu operasional serta beberapa artikel sejarah yang melatar belakangi berdirinya museum tersebut.. Dengan dibuatnya

(2) Pemegang perizinan atau perjanjian di bidang pertambangan yang AMDAL-nya masih berlaku tetapi belum mendapat izin pinjam pakai kawasan hutan lindung pada saat

Pada kesempatan ini, penulis ingin memanfaatkan cara kriptografi yang berarti penulisan rahasia dalam bahasa Yunani yaitu Crypto dan Graphia, untuk mengamankan data-data

Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, mallpun masyarakat setempat untuk melakukan

SMS Gateway merupakan perangkat hardware dan software yang menghubungkan penerima dengan SMSC, SMS Gateway berada diluar sistem operator, biasanya dibuat oleh

Jumlah saham yang ditawarkan 2.300.178.500 Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp 100,- (seratus rupiah) setiap saham.. Penjamin Pelaksana