Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara Pertanyaan Wawancara
Sejarah latar belakang terbentuknya KAMMI serta pendirinya.
Sejarah KAMMI Wilayah Sumatera Utara
Pembagian KAMMI Daerah/Komisariat yang ada di Sumatera Utara
Perbedaan KAMMI Wilayah/Daerah/Komisariat (Bidang-bidang dan Program Kerja, fungsi, dll)
Pemikiran politik KAMMI tentang Negara, pemerintahan, masyarakat, dll.
Tujuan organisasi KAMMI secara umum.
Apakah ada kader KAMMI yang sudah terjun ke dunia politik?
Sebagai organisasi pergerakan, KAMMI tentu memiliki kiblat yang dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan KAMMI ketika beraktivitas. Bisakah anda sebutkan organisasi apa yang mengilhami pemikiran KAMMI? Apakah termasuk didalamnya Ikhwanul Muslimin?
Apakah buku-buku karya Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, maupun Ikhwanul Muslimin merupakan bacaan wajib bagi kader KAMMI Wilayah Sumatera Utara?
Apakah pimpinan KAMMI Wilayah Sumatera Utara maupun KAMMI diseluruh Indonesia ada yang alumni Timur Tengah?
Mengapa KAMMI Wilayah Sumatera Utara menentang penggulingan presiden Mesir, Muhammad Mursi?
Jawaban Pertanyaan Wawancara
Sejarah pendirian KAMMI di Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya ialah adanya krisis multidimensi pada tahun 1998, adanya normalisasi kehidupan kampus, karena saat itu mahasiswa dilarang beraktivitas secara berkelompok secara berlebihan, adanya tuntutan gerakan-gerakan mahasiswa yg peduli terhadap kondisi bangsa saat itu, terutama mahasiswa yang terdiri dari UKM dan LDK. Hal tersebutlah yang menyebabkan pada tanggal 29 maret 1998 seluruh LDK melakukan pertemuan yang diadakan di universitas Muhammadiyah Malang. Deklarator yang mendirikan KAMMI adalah Fahri Hamzah. (wawancara dengan
Bapak Supandi selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara dan Bapak Afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)
Di Sumatera Utara KAMMI terbentuk tahun 1999. Pada awal mulanya disebarkan oleh mahasiswa sumatera utara yang kuliah di jawa, kemudian kembali ke Sumatera Utara. Di Sumatera Utara sendiri, pendiri KAMMI yang pertama adalah Ikri Mahamidi, sekaligus menjadi ketua umum KAMMI pertama di Sumatera Utara.
(wawancara dengan bapak Supandi selaku ketua umum KAMMI wilayah Sumatera Utara dan bapak Afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)
departemen hubungan masyarakat, dan departemen ekonomi. (wawancara dengan
bapak Supandi selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara dan bapak afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)
KAMMI Wilayah Sumatera Utara tidak memiliki secara teoritis mengenai konsep kenegaraan, pemerintahan, dan lain-lain. Hal itu dikarenakan, konsentrasi organisasi KAMMI bukanlah kepada konsep atau bentuk Negara, pemerintahan, dan lain sebaginya, namun lebih kepada nilai- nilai positif yang terkandung dalam konstitusi di suatu Negara tersebut, dalam hal ini di Indonesia. Dalam pandangan organisasi KAMMI, bentuk Negara islam (khilafah) bukanlah menjadi suatu keharusan. Jika melihat kepada sejarah Negara islam, bentuk Negara berbeda-beda satu sama lain, mulai dari khilafah, kerajaan, demokrasi, dan lain sebagainya. (wawancara dengan
bapak supandi, selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara)
Tujuan organisasi KAMMI dapat dilihat melalui visi KAMMI, yaitu “KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader- kader pemimpin dalam
upaya mewujudkan bangsa dan Negara islami”. Fokus KAMMI adalah membina
keislaman para mahasiswa sehingga terwujud bangsa dan Negara yang islami. Adapun Negara dan bangsa yang islami yang dimaksudkan disini bukanlah mendirikan khilafah (Negara Islam), tetapi lebih kepada sebuah Negara yang madani, dan KAMMI hadir adalah untuk memperbaiki bangsa dan Negara indonesia dari hal terkecil sekalipun. (wawancara dengan bapak supandi selaku ketua umum
KAMMI Wilayah Sumatera Utara dan bapak Afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)
Jika berbicara data, tentu ada alumni KAMMI yang telah terjun kedalam dunia politik, baik itu ditingkat pemerintahan sumatera utara, maupun dipemerintahan pusat.
(wawancara dengan bapak supandi selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara dan Bapak Afri Darmawan selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah)
Muslimin baik dalam bidang politik maupun kegamaan cukup baik dan layak untuk dipejarai. Selain itu juga Kader KAMMI diwajibkan membawa buku-buku karya Hasan Al-Banna dan Sayyid Qutb. Namun untuk tujuan akhir mendirikan Negara khilafah, tujuan KAMMI tidak sampai kepada pendirian khilafah. Apapun sistem Negara tersebut, KAMMI mendukung saja, selama nilai dan norma yang terkandung dalam sistem tersebut positif. (wawancara dengan bapak Supandi selaku ketua
umum KAMMI Wilayah Sumatera utara)
KAMMI bersikap bahwa presiden Mesir dipilih secara demokrasi, namun digulingkan dengan cara yang tidak sesuai dengan konstitusi. Selain itu juga, Muhammad Mursi bukanlah seseorang yang jahat. Jadi bukan karena ada hubungan, atau bukan karena Muhammad Mursi anggota Ikhwanul Muslimin. Kebetulan saja Muhammad Mursi yang menjadi korban, kalau seandainya terjadi di Malaysia, mungkin KAMMI akan bertindak sama. KAMMI ingin menyampaikan kepada dunia, hormati demokrasi.
(wawancara dengan bapak supandi selaku ketua umum KAMMI Wilayah Sumatera Utara)
Mengenai status Ikhwanul Muslimin, menurut saya itu hanya tergantung kepada kepentingan penguasa saja. jika penguasa tersebut merasa terancam dengan kehadiran Ikhwanul Muslimin, maka organisasi tersebut dilarang, demikian pula sebaliknya. (wawancara dengan bapak supandi selaku ketua umum KAMMI
LAMPIRAN 2 KUSIONER PENELITIAN
Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan
Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara
2. Apakah umat Islam diwajibkan untuk memilih seorang pemimpin yang beragama Islam?
a. Iya b. Tidak
1. Apakah anda saat ini mengikuti kegiatan tarbiyah (usrah, mentoring)?
a. Iya b. Tidak
2. Apakah anda pernah tergabung dalam aksi KAMMI Wilayah Sumatera Utara?
a. Iya b. Tidak
3. Apakah anda mengetahui sekilas mengenai Hasan Al-Banna atau Ikhwanul Muslimin?
a. Iya b. Tidak
III. Petunjuk Pengisian
Berilah tanda √ (Contreng) pada pernyataan yang anda anggap paling sesuai. Setiap responden hanya
memiliki satu jawaban. Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat.
2 Umat Islam harus saling tolong menolong atau saling membela meskipun berbeda Negara.
3 Karena sistem Islam yang bersifat Universal, maka seharusnya yang diterapkan adalah sistem Khilafah.
4 Untuk mendirikan Negara atau pemerintahan yang Islami, usaha yang dilakukan dapat melalui perbaikan individu, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.
5 Salah satu usaha untuk memperbaiki Individu Muslim agar memiliki karakter kebangsaan salah satunya adalah dengan menjalankan pola atau sistem usrah (tarbiyah dan mentoring). 6 Al-Qur‟an mengandung nilai-nilai universal, termasuk didalamnya
halal dan haram. Oleh sebab itu sebaiknya hukum yang diterapkan (UU) harus berdasarkan Al- Qur‟an.
7 Seorang pemimpin disuatu Negara haruslah seseorang yang beragama Islam.
8 Syura‟ merupakan cara yang tepat untuk mengambil keputusan, baik dalam kehidupan masyarakat maupun bernegara.
9 Umat Islam harus melakukan Amar ma‟ruf Nahi Mungkar
(mengerjakan kebaikan dan mencegah kejahatan) untuk menciptakan Negara yang madani.
Gerakan Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1 Tarbiyah merupakan salah satu kegiatan/aktivitas KAMMI Wilayah Sumatera Utara dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan yang bernuansa islami di Sumatera Utara.
2 Sebagai Organisasi Islam, KAMMI Wilayah Sumatera Utara harus terlibat dalam melakukan Aksi terkait kondisi di Palestina, dengan tujuan membantu umat Islam di Palestina.
3 KAMMI Wilayah Sumatera Utara termasuk orang-orang yang menentang penggulingan terhadap presiden Mesir, yakni Muhammad Mursi pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan keteladan Mursi sebagai umat Islam dan pemimpin yang beragama Islam. 4 Dalam mengambil keputusan berorganisasi KAMMI Wilayah
Sumatera Utara selalu mendahulukan syura‟.
5 Pembentukan KAMMI salah satunya adalah untuk melakukan amar ma‟ruf nahi mungkar, dengan tujuan agar tercipta Negara yang
Apakah anda setuju lirik lagu diatas merupakan salah satu lagu yang sering dibawakan KAMMI ketika melakukan aksi turun kejalan? 7 Dalam melakukan aktivitas (aksi, pelatihan, audiensi, seminar,
diskusi dll), landasan berfikir KAMMI Wilayah Sumatera Utara adalah berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadist.
8 KAMMI Wilayah Sumatera Utara memiliki media (Web, brosur, majalah dan lain-lain) untuk menyampaikan nilai-nilai Politik dan keislaman di Masyarakat.
9 KAMMI Wilayah Sumatera Utara melakukan berbagai pelatihan dengan tujuan membentuk tokoh-tokoh pemimpin bangsa kedepannya.
Lampiran 4 Output SPSS 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Model Summaryb
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 16.447 3.634 4.526 .000
PEMIKIRAN POLITIK
IKHWANUL MUSLIMIN .514 .099 .466 5.207 .000
a. Dependent Variable: GERAKAN ORGANISASI KAMMI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adam, Ian .2004. Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan masa depannya.
Yogyakarta:Penerbit Qalam.
Banna, Al, Hasan. 1997. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 1. Solo: Intermedia
Etzioni, Amitai. 1982. Organisasi-organisasi modern. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Hadari, Nawawi. 2001. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hasan Nu‟man, Farid. 2009. Seuntai Bungan Rampai Politik Islam: Memahami Politik Islam
Secara Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: Tuhid Media Center.
Hicks, G, Herbert. Gullet. Ray C. 1987. Organisasi: Teori dan Tingkah Laku. Jakarta: Bumi
Aksara.
Horrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media Group.
Huda Noor. 2007. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Iqbal, Muhammad. Nasution, Husein, Amin. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa
Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Jurdi, Syarifuddin. 2008. Pemikiran Politik Islam di Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah,
Masyarakat Madani dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamil, Sukron.2013. Pemikiran Politik Islam Tematik: Agama dan Negara, Demokrasi, Civil
Society, Syariah dan HAM, Fundamentalisme, dan Antikorupsi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Mantra, Bagoes, Ida. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:
MN, Nasruddin. Marlianto, Eddy. 2008. Statistika. Medan: Usu Press.
Moleng, Lexi. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Nazir, Mohammad. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Qaradhawi, Al, Yusuf. 2008. Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik: Bantahan Tuntas
Terhadap Sekularisme dan Liberalisme. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Rifa‟I, Moh. 1998. Risalah Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Rochaety, Ety. Dkk. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
Ruslan, Mu‟iz, Abdul. 2000. Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif
terhadap Proses Pendidikan Politik “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan
Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1028 hingga 1954. Solo: Era
Intermedia.
Silalahi, Ulber. 2002. Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen. Bandung: Penerbit
Mandar Maju.
Sitepu, P, Anthonius. 2012. Studi Ilmu Politik..Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sitomorang, Jubair. 2014. Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Tahqiq, Nanang. 2004. Politik Islam. Jakarta: Prenada Media.
Trihendri, Cornelius. 2005. Step by Step Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.
Sugiono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Warjio, 2013. Politik Pembangunan Islam: Pemikiran dan Implementasi. Medan: Perdana
Publishing.
Widyarsa, Riza, Mohammad. Dkk. 2011. “Pengaruh Ideologi Politik Islam terhadap Partai
Politik di Indonesia. Studi Kasus
Jurnal
Partai Keadilan Sejahtera”. Jurnal Al- Azhar Seri Pranata Sosial. Volume 1 nomor 1 tahun
2011.
Situs Internet
https://agendapamel.wordpress.com/politik-islam/pemikiran-politik-ikhwanul-muslimin/
pada 10 November 2015
https://eprints.uns.ac.id/8648/4/91800308200902404.pdf. Diakses pada 13 November 2015.
Miftahuddin. 2008. “Pengaruh Ideologi Ikhwanul Muslimin terhadap Partai Keadilan
Sejahtera di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. 2008.
Sutarno, Anok. 2008. “Pengembangan Kepribadian Islam Mahasiswa: Studi Atas Konsep
Muslim Negarawan dalam Buku Manhaj Kaderisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)”. Skripsi Universitas Islam Negerei Sunan Kalijaga.
http//repository.uinsk.ac.id/123456789/18485/3/UNINSUNANKALIJAGA.pdf. pada
16 November 2015 pukul 22.30 Wib.
Wibinso, Nuansa, Adhe. 2011. “Perjuangan Politik Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam Melawan
Rezim Otoritarianisme di Mesir Pada Era Gamal Abdul Nasser sampai Husni
Mubarak (1954-2011)”. Skripsi Fakultas Ilmu Hubungan Internasional Universitas
Gadjah Mada.
http//repository.ugm.ac.id/dspace/bitsream/123456789/18485/1/Adhe.pdf, Diakses
pada 15 November 2016 pukul 23.25 Wib.
Dokumen Organisasi
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KAMMI
B.2. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin dan Gerakan Organisasi KAMMI
B.2.1. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin (Variabel x)
Untuk melihat pemikiran politik Ikhwanul Muslimin yang mengatakan bahwa Islam
adalah agama yang sempurna dan mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia baik itu
didunia maupun di akhirat, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.5.
Jawaban Responden bahwa Islam mengandung nilai-nilai universal, yakni mengatur seluruh aspek kehidupan
apakah islam mengandung nilai-nilai universal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 1 1.0 1.0 1.0
Ya 99 99.0 99.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.5. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa Islam
mengandung nilai-nilai universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan, yakni sebanyak 99
orang menjawab Ya (99%), dan sebanyak 1 orang menjawab tidak (1%).
Selanjutnya untuk melihat pemikiran politik Ikhwanul Muslimin yakni yang
mengemukakan bahwa seorang pemimpin harus seseorang yang beragama Islam, maka
Tabel 3.6
Jawaban responden bahwa umat Islam harus memilih seorang pemimpin yang beragama Islam
apakah umat islam diwajibkan memilih pemimpin yang beragama islam
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 1 1.0 1.0 1.0
Ya 99 99.0 99.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.6. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa umat
Islam diwajibkan untuk memilih seorang pemimpin yang beragama Islam, yakni sebanyak 99
orang menjawab Ya (99%), dan sebanyak 1 orang menjawab Tidak (1%).
Selanjutnya, untuk melihat pemikiran politik Ikhwanul Muslimin tentang bentuk
Negara khilafah, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.7
Jawaban Responden tentang apakah sistem khilafah adalah yang terbaik daripada sistem lainnya, seperti demokrasi, otoriter, dan lain sebagainya
apakah pendirian khilafah adalah yang terbaik?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 24 24.0 24.0 24.0
Ya 76 76.0 76.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.7. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya bahwa sistem
otoriter, dan lain-lain. Hal ini terlihat yakni sebanyak 76 orang menjawab Ya (76%), dan
sebanyak 24 orang menjawab Tidak (24%). Sistem khilafah yang dimaksudkan oleh Hasan
Al-Banna yang dalam hal ini merupakan seorang pendiri IM adalah proses penyatuan seluruh
umat Islam didunia dengan satu orang pemimpin utama, namun tidak menghilangkan peran
Negara. Hanya saja peran dan fungsi Negara sangat kecil. Beberapa responden menjawab
tidak setuju dengan pendirian Negara khilafah di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh beberapa
alasan seperti kemajemukan umat Islam di Indonesia, serta nilai- nilai yang terkandung dalam
pancasila juga sudah mengandung nilai- nilai spiritual, seperti yang terdapat dalam butir
pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada dasarnya mereka juga tidak menganggap
bahwa sistem demokrasi yang terbaik, namun mereka mengatakan jika nilai- nilai yang
terkandung didalamnya positif, maka tidak ada salahnya jika diterapkan. Sedangkan
mayoritas Responden lainnya yang setuju dengan pendirian sistem khilafah dikarenakan
universalitas Islam, yaitu bahwa Islam mencakup seluruh aspek kehidupan.
Selanjutnya, Hasan Al-Banna mengemukakan bahwa diperlukan cara atau strategi
yang dapat dilakukan untuk menciptakan Negara dan pemerintahan yang islami. Adapun
salah satu cara tersebut adalah dengan melalui perbaikan individu, perbaikan rumah tangga,
masyarakat, serta Negara. Selanjutnya, untuk mencapai hal-hal diatas, maka cara konkret
yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk pola usrah (tarbiyah). Untuk melihat hal
Tabel 3.8
Jawaban Responden bahwa salah satu usaha untuk memperbaiki individu Muslim agar memiliki karakter kebangsaan salah satunya adalah dengan menjalankan
pola usrah (tarbiyah, mentoring, liqo”)
usaha untuk memperbaiki individu muslim adalah dengan tarbiyah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
S 31 31.0 31.0 31.0
SS 69 69.0 69.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.8. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju jika
dikatakan bahwa cara yang tepat untuk memperbaiki individu muslim adalah dengan
menjalankan pola usrah, yakni Sangat setuju sebanyak 69 orang (69%), Setuju sebanyak 31
orang (31%), Tidak setuju sebanyak 0, Sangat Tidak Setuju sebanyak 0.
Selanjutnya, Hasan Al-Banna juga mengemukakan bahwa Islam memiliki
universalitasnya. Artinya semua aspek kehidupan diatur dalam Islam, sehingga seharusnya
yang menjadi landasan dalam berkehidupan harus berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah,
termasuk undang-undang yang berlaku utamanya harus berdasarkan Al‟Qur‟an, yakni seperti
yang telah dijelaskan dalam Bab II. Untuk melihat hal tersebut maka peneliti mengajukan
Tabel 3.9
Jawaban responden bahwa Al-Qur’an mengandung nilai-nilai universal, termasuk didalamnya halal dan haram. Oleh sebab itu sebaiknya hukum yang
diterapkan (UU) harus berdasarkan Al-Qur’an
Al Qur'an universal, oleh sebab itu hukum (uu) harus berdasarkan Al
Qur'an
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
TS 4 4.0 4.0 4.0
S 29 29.0 29.0 33.0
SS 67 67.0 67.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.9. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju jika
dikatakan bahwa Al-Qur‟an mengandung nilai- nilai universal dan seharusnya hukum yang
diterapkan (UU) harus berdasarkan Al-Qur‟an, yakni Sangat setuju sebanyak 67 orang (67%),
Setuju sebanyak 29 orang (29%), Tidak setuju sebanyak 4 orang (4%), Sangat Tidak Setuju
sebanyak 0.
Alasan minoritas Responden menjawab tidak setuju jika Al-Qur‟an dijadikan sebagai
hukum (UU) di Indonesia dikarenakan kemajemukan agama di Indonesia. Namun dapat pula
di analisis mengapa banyak yang tidak setuju dengan pendirian sistem khilafah (berdasarkan
tabel 3.7), namun sedikit yang tidak setuju dengan diberlakukannya Al-Qur‟an sebagai UU.
Adapun alasan tersebut dapat dijawab dengan analisis sederhana, yaitu bahwa kebanyakan
Responden menginginkan Al-Qur‟an menjadi sumber hukum di Indonesia karena nilai-nilai
yang terkandung dalam Al-Qur‟an secara keseluruhan positif dan dapat dijadikan pedoman.
Namun meskipun demikian, bukan berarti pemberlakuan Al-Qur‟an sebagai sumber hukum
di iringi dengan pendirian Negara khilafah, karena bagi mereka yang terpenting adalah nilai-
B.2.2. Gerakan Organisasi KAMMI di Sumatera Utara (Variabel Y)
Untuk melihat gerakan organisasi KAMMI di Sumatera Utara mengenai aktivitas
Usrah, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.10
Jawaban Responden apakah anda saat ini mengikuti tarbiyah, mentoring, Halaqoh, Liqo
apakah anda mengikuti kegiatan tarbiyah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 100 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.10. menggambarkan bahwa seluruh Responden menjawab Ya, yakni mereka
saat ini mengikuti pola usrah (Tarbiyah, mentoring, Halaqoh, liqo‟), yaitu sebanyak 100
orang (100%). Berdasarkan hasil olahan Software SPSS diatas maka sedikit banyak dapat
pula dilihat terdapat konsep- konsep tarbiyah didalam pengkaderan KAMMI Wilayah
Sumatera Utara. hal ini bersamaan dengan pemikiran IM dan juga merupakan aktivitas IM.
Selanjutnya untuk melihat apakah kader KAMMI di Sumatera Utara mengetahui
mengenai Hasan Al-Banna atau Ikhwanul Muslimin, maka peneliti mengemukakan
Tabel 3.11
Jawaban responden tentang apakah mengatahui sekilas mengenai Hasan Al-Banna atau Ikhwanul Muslimin
Apakah anda tahu tentang Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 3 3.0 3.0 3.0
Ya 97 97.0 97.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.11. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Ya, yakni
mereka mengetahui mengenai Hasan Al-Banna maupun Ikhwanul Muslimin, yaitu sebanyak
96 orang menjawab Ya (96%), dan 3 orang menjawab Tidak (3%).
Selanjutnya untuk melihat gerakan organisasi KAMMI di Sumatera Utara berupa aksi
serta hubungannya dengan kepemimpinan umat, maka peneliti mengemukakan pertanyaan
Tabel 3.12
Jawaban responden mengenai aksi KAMMI di Sumatera Utara yang menolak penggulingan terhadap mantan presiden Mesir, yakni Muhammad Mursi karena
keteladanan kepemimpinan yang beragama Islam
KAMMI menentang penggulingan presiden Mesir, M. Mursi, karena
keteladanannya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
STS 1 1.0 1.0 1.0
S 48 48.0 48.0 49.0
SS 51 51.0 51.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.12. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju,
yakni mereka mengetahui mengenai Hasan Al-Banna maupun Ikhwanul Muslimin, yaitu
sebanyak 51 orang menjawab Sangat Setuju (51%), sebanyak 48 orang menjawab Setuju
(48%), 1 orang Sangat Tidak Setuju (1%), serta 0 menjawab Tidak setuju. Adapun alasan
Responden yang menjawab tidak ialah karena menurut mereka, penolakan terhadap
penggulingan mantan presiden Mesir, yakni Muhammad Mursi bukan saja karena
keteladanan Mursi sebagai pemimpin, namun juga karena penggulingan yang terjadi di Mesir
tidak sesuai dengan konstitusi Mesir.
Selanjutnya untuk mengetahui proses pengambilan keputusan organisasi KAMMI di
Sumatera Utara dalam melakukan berbagai gerakan atau aktivitas maka peneliti
Tabel 3.13
Jawaban Responden terkait dengan pengambilan keputusan KAMMI di Sumatera Utara senantiasa mendahulukan syura’(Musyawarah)
organisasi KAMMI selalu mendahulukan syuro
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
S 32 32.0 32.0 32.0
SS 68 68.0 68.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.13. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju,
yakni bahwa organisasi KAMMI di Sumatera Utara senantiasa mendahulukan syura dalam
mengambil suatu keputusan ketika akan melakukan gerakan atau aktivitas, yaitu sebanyak 68
orang menjawab Sangat Setuju (68%), sebanyak 32 orang menjawab Setuju (32%), 0 Tidak
Setuju (0%), serta 0 menjawab Sangat Tidak Setuju (0%).
Selanjutnya untuk mengetahui landasan organisasi KAMMI di Sumatera Utara dalam
bergerak, seperti pada saat melakukan aksi, seminar, pelatihan dan lain sebagainya, maka
Tabel 3.14
Jawaban responden terkait dengan landasan berfikir KAMMI di Sumatera Utara dalam melakukan gerakan (aksi, pelatihan, seminar, dll.) adalah Al-Qur’an dan
Hadist
dalam melakukan aktivitas, landasan berfikir KAMMI adalah Al-Qur'an dan
Hadist
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
STS 3 3.0 3.0 3.0
TS 2 2.0 2.0 5.0
S 33 33.0 33.0 38.0
SS 62 62.0 62.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.14. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju,
yakni bahwa landasan organisasi KAMMI di Sumatera Utara dalam melakukan aktivitas
seperti aksi, seminar, diskusi, dan lain-lain berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadist, yaitu sebanyak
62 orang menjawab Sangat Setuju (62%), sebanyak 33 orang menjawab Setuju (33%), 2
orang Tidak Setuju (2%), serta 3 orang menjawab Sangat Tidak Setuju (3%). Alasan
Responden menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah bahwa menurut mereka,
terkadang bukan hanya Al-Qur‟an dan Hadist saja yang menjadi landasan berfikir utama
KAMMI dalam melakukan gerakan atau aktivitas, melainkan kondisi sosial dan politik saat
itu juga mempengaruhi KAMMI dalam melakukan aktivitas dan gerakan, termasuk juga
adanya pemikiran-pemikiran maupun ideologi lain yang dirasa selaras dengan pemikiran
serta gerakan KAMMI.
Selanjutnya untuk melihat gerakan dakwah dan politik KAMMI di Sumatera Utara
terhadap masyarakat melalui berbagai alat, seperti web, browser, majalah, dan lain
Tabel 3.15
Jawaban Responden terkait dengan KAMMI di Sumatera Utara memiliki media informasi seperti Web, Browsur, Majalah, untuk menyampaikan nilai- nilai politik dan
agama kepada masyarakat
KAMMI memiliki media (web, browsur, majalah, dll) untuk menyampaikan
informasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
TS 4 4.0 4.0 4.0
S 42 42.0 42.0 46.0
SS 54 54.0 54.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Tabel 3.15. menggambarkan bahwa mayoritas responden menjawab Sangat Setuju,
yakni bahwa KAMMI di Sumatera Utara memiiki media yang dapat dijadikan sebagai alat
dalam menyampaikan informasi baik itu dibidang politik maupun keagamaan, yaitu sebanyak
53 orang menjawab Sangat Setuju (53%), sebanyak 42 orang menjawab Setuju (42%), 4
orang Tidak Setuju (4%), serta 0 orang menjawab Sangat Tidak Setuju (0%).
C. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk melihat apakah instrument
penelitian memerlukan instrument yang handal dan dapat dipercaya. Reliabilitas dapat diuji
dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan reliability analisis dengan SPSS 20. Jika
Alpha Cronbach ≥ 0.6 dikatakan reliable, sebaliknya jika Alpha Cronbach ≤ 0.6 maka
Tabel 3.16 Statistik Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.865 20
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Berdasarkan tabel 3.16 diatas, maka didapatkan Alpha Cronbach adalah 0.865 ≥ 0.6.
sehingga dapat simpulkan bahwa data reliable atau dapat dipercaya.
D. Korelasi product Moment
Korelasi Product Moment merupakan sistilah statistik yang menyatakan derajat
hubungan linier (searah bukan timbal balik) antara dua variabel atau lebih. Untuk
menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel x (Pemikiran Politik Ikhwanul
Muslimin) sebagai variabel bebas dengan variabel Y (Gerakan Organisasi KAMMI di
Sumatera Utara) sebagai variabel terikat yang berskala interval (scale). Korelasi dapat
menghasilkan angka positif (+) atau negative (-). Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1
dengan ketentuan jika angka mendekati satu atau negative satu maka hubungan kedua
variabel semakin kuat tetapi sebaliknya jika angka korelasi mendekat angka 0 maka
hubungan kedua variabel semakin melemah.
Korelasi product moment dihitung dengan rumus:
rxy
√
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan SPSS Versi 20 dalam pengolahan
Tablel 3.17
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data dioleh dengan SPSS 20
Hasil dari tabel 3.17 tentang korelasi product moment mempunyai makna:
1. Berdasarkan output diatas, korelasi antara variabel X (Pemikiran Politik Ikhwanul
Muslimin) dengan variabel Y (Gerakan Organisasi KAMMI) Wilayah Sumatera
Utara masuk kedalam kategori sedang, yaitu sebesar 0.466 atau 0.46.6% dengan arah
positif. Hal ini menandakan perubahan yang terjadi diantara kedua variabel bersifat
searah. Artinya semakin tinggi pengaruh pemikiran politik Ikhwanul Muslimin, maka
semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap gerakan organisasi KAMMI Wilayah
Sumatera Utara. Angka 0.46.6% menunjukkan hubungan kedua variabel masuk
kedalam kategori sedang.
2. Berdasarkan output diatas, melalui uji signifikansi dapat diketahui bahwa antara
pemikiran politik Ikhwanul Muslimin (variabel X), dengan Gerakan Organisasi
signifikansi (Sig) 0.000 ≤ 0,1. Jika demikian, maka terdapat hubungan yang signifikan
antar kedua variabel.
3. Berdasarkan tanda bintang SPSS: berdasarkan output diatas dapat dilihat bahwa nilai
pearson correlation yang dihubungkan antara masing-masing variabel mempunyai
tanda bintang. Hal ini menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara variabel
yng dihubungkan.
E. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui sejauhmana perubahan pada
variabel Y (Gerakan Organisasi KAMMI) jika terjadi perubahan pada variabel X (Pemikiran
Politik IM) tiap satuan. Persamaan umunya adalah: Y = a + bX
Tabel 3.18. Analisis Regeri Sederhana
Koefisien B dinamakan koefisien arah regresi yang menyatakan perubahan rata-rata
variabel Y untuk setiap perubahan variabel x sebesar satu unit. Perubahan ini merupakan
pertambahan bila B bertanda positif dan merupakan pengurangan bila B bertanda negatif.
Hasil dari persamaan regresi diatas mempunyai makna:
1. Hasil perhitungan pada tabel 3.18 diperoleh nilai konstanta (a) sebesar sebesar
Ikhwanul Muslimin tetap (X=0) maka kenaikan gerakan organisasi KAMMI sebesar
16.447 atau sekitar 16%.
2. Koifisien regresi bernilai 514 (positif) mengakibatkan pemikiran politik Ikhwanul
Muslimin berpengaruh positif terhadap gerakan organisasi KAMMI di Sumatera
Utara. Nilai ini menunjukkan bahwa bahwa setiap adanya penambahan satu satuan
pada pemikiran politik Ikhwanul Muslimin, maka akan berpengaruh dan mengalami
kenaikan terhadap gerakan organisasi KAMMI di Sumatera Utara.
F. Uji Normalitas
a. Uji Normalitas Grafik Histogram
Pada grafik histogram data mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah dengan
bentuk melengkung keatas atau seperti lonceng. Adapun grafik histogram pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa data dengan bentuk melengkung keatas seperti
lonceng menandakan data berdistribusi normal, artinya dapat digunakan dalam perhitungan
statistik.
b. Uji Normalitas P-P Plot
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal.
Gambar dari hasil uji normalitas tersebut dengan menggunakan software SPSS Versi 20 akan
menunjukkan apakah titik menyebar disekitar garis diagonal, ada yang menyebar diatas garis
diagonal dan ada yang menyebar dibawah garis diagonal maka data telah berdistribusi
normal. Adapun hasil Uji P-P Plot dengan menggunakan SPSS Versi 20 adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.2
Sumber: Data diolah dengan SPSS Versi 20
Gambar 3.17 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar mengikuti data disepanjang
garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal, artinya dapat digunakan dalam
G. Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis adalah analisa data yang paling penting karena berperan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian. Dalam
pengujian Hipotesis maka digunakan analisis uji parsial/uji t
Uji-t (Uji Parsial) digunakan untuk melihat secara individual pengaruh secara
positif/negative dan signifikan dari variabel bebas (X) yaitu Pemikiran Politik Ikhwanul
Muslimin terhadap Gerakan organisasi KAMMI di Sumatera Utara, yakni sebagai variabel
terikat (Y).
Tabel 3.19. Uji Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 16.447 3.634 4.526 .000
PEMIKIRAN POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN
.514 .099 .466 5.207 .000
a. Dependent Variable: GERAKAN ORGANISASI KAMMI
Sumber: Data diolah dengan SPSS Versi 22 (2016)
Kriteria penerimaan dan penolakan terhadap hipotesis adalah sebagai berikut:
Berdasarkan nilai signifikansi
Tolak H0 jika nilai probabilitas hitung (sig.) ≤ probabilitas yang ditetapkan
sebesar 0.05 (sig. ≤ α 0.1)
Terima H1 jika nilai probabilitas hitung (sig.) ≥ probabilitas yang ditetapkan
Dari tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan Tolak H0 yang menyatakan tidak
adanya hubungan, karena sig. 0.000 ≤ 0.1, serta terima H1 yang menyatakan terdapat
hubungan antara kedua variabel, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara
pemikiran politik Ikhwanul Muslimin.
Berdasarkan nilai t hitung dan tabel
Tolak H0 jika nilai t hitung ≥ t tabel
Terima H1jika nilai t hitung ≤ t tabel
Berdasarkan hal diatas, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
T tabel = a/2 : n – k – 1
= 0.05/2 : 100 – 1 – 1
= 0.025 : 98
Dengan demikian, berdasarkan t tabel, maka diperoleh hasil 1.984, dimana hasil t
tabel tersebut lebih kecil dari t hitung, yakni 5207. Sehingga kesimpulan yang dapat
ditarik adalah Tolak H0 yang menyatakan tidak adanya hubungan, karena t tabel
1.984 ≤ t hitung 5207, serta terima H1 yang menyatakan terdapat hubungan antara
kedua variabel, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara pemikiran politik
Ikhwanul Muslimin.
H. Analisis Teoritis
Menurut Profesor Sukron Kamil, baik itu dalam tradisi pemikiran Islam klasik dan
pertengahan, hubungan agama dan Negara merupakan sesuatu yang saling melengkapi,
sehingga keduanya tidak bisa dipisahkan. Agama membutuhkan Negara, demikian juga
sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa agama, khususnya agama Islam mengandung
nilai-nilai universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan bernegara.
universal, yakni mengatur seluruh aspek kehidupan dibenarkan oleh Responden, yakni
berdasarkan Tabel 3.5, diketahui 99% responden setuju jika dikatakan bahwa Islam mengatur
seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan bernegara.
Berkaitan dengan pemikiran diatas, maka pertanyaan terhadap Responden selanjutnya
ialah mengenai Al-Qur‟an mengandung nilai-nilai universal, termasuk didalamnya halal dan
haram. Oleh sebab itu sebaiknya hukum yang diterapkan (UU) harus berdasarkan Al-Qur‟an.
Sebagai organisasi yang berlandaskan kepada keislaman (Al-Qur‟an dan Hadist), organisasi
KAMMI Wilayah Sumatera Utara setuju jika hukum yang diterapkan berdasarkan Al-Qur‟an
dan Hadist, yakni berdasarkan tabel 3.9 sebanyak 67% responden menjawab sangat setuju,
dan 29% setuju.
Abdul Zallum mengemukakan bahwa menyaksikan keadaan dunia yang berantakan,
dilanda ketidakadilan ekonomi dan politik, perbudakan oleh para tiran, serta hidup dalam
mimpi buruk penderitaan, kehinaan, maka umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan
tanggung jawabnya menyelamatkan dunia dan menyingkirkan kegelapan akibat kesesatan
dan tipu daya muslihat, serta membawa umat manusia kepada cahaya terang kebenaran dan
kebahagiaan. Adapun pertanyaan terhadap responden berkaitan dengan apa yang
dikemukakan Abdul Zallum diatas, yaitu bahwa tujuan pendirian KAMMI adalah untuk
melakukan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, maka sebanyak 74% responden menjawab sangat
setuju, serta 26% menjawab setuju. Artinya, kehadiran KAMMI adalah sebagai upaya untuk
menyelamatkan umat dari tipu daya dunia. Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan
apakah KAMMI harus melibatkan diri terhadap kondisi Palestina saat ini baik itu, maka 54%
menjawab sangat setuju, serta 46% responden menjawab setuju. Dengan demikian, tujuan
KAMMI tentu tidak lepas dari upaya penyelamatan umat atau menyelamatkan dunia dari
Menurut Jubair, didalam bukunya Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam,
dikatakan bahwa berdasarkan perkembangan dan peta perpolitikannya, pemikiran politik
Islam dapat dikategorikan kedalam tiga bagian, yaitu pemikiran politik islam organic
tradisional, sekuler, dan moderat. Berdasarkan analisis peneliti, baik organisasi Ikhwanul
Muslimin maupun organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Wilayah Sumatera Utara masuk kedalam tipologi organic tradisional, yaitu pemikiran yang
menyatakan bahwa Islam dan Negara merupakan dua entitas yang menyatu. Hubungan Islam
dan Negara benar- benar organic, yaitu Negara berdasarkan syariat Islam dengan ulama
sebagai penasihat resmi. Bagi pemikir Islam tipologi organic tradisional ini, Islam bukan
hanya agama dalam pengertian barat yang sekuler, melainkan juga pola hidup yang lengkap
dengan pengaturan untuk segala aspek kehidupan, termasuk politik.
Selanjutnya Jubair mengemukakan bahwa penetapan asas dalam sistem politik Islam
salah satunya adalah Pengangkatan khalifah, dimana untuk seluruh kaum muslimin
pengangkatan khilafah ini hukumnya wajib. Pertanyaan penelitian mengenai apakah
responden menyetujui bahwa sistem khilafah adalah yang terbaik karena universalitas Islam,
maka sebanyak 46% responden sangat setuju, serta 39% responden menjawab setuju.
Artinya, pendirian khilafah masih menjadi tujuan dalam diri umat Islam itu sendiri,
khususnya kader KAMMI Wilayah Sumatera Utara.
Menurut Herbert G. Hicks dan C. Ray Gullet, jenis-jenis kekuatan organisasi terdiri
dari beberapa hal, salah satunya ialah berdasarkan ideologis, yaitu dapat berupa
agama-agama besar didunia merupakan contoh yang jelas dalam hal kekuatan ideologis, termasuk
organisasi-organisasi serta partai politik. Teori diatas menunjukkan bahwa agama merupakan
salah satu kekuatan dalam organisasi, yakni terdapat kesamaan nilai- nilai dan pemikiran
antar anggotanya, sehingga organisasi maupun partai politik seperti ini dapat bertahan lebih
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kemunculan Ikhwanul Muslimin sebagai suatu organisasi gerakan ternyata mampu
memberikan pengaruh terhadap organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) Wilayah Sumatera Utara, baik itu dalam pemikiran maupun gerakan organisasi
tersebut. Meskipun pengaruh yang diberikan tidak menyeluruh, namun sedikit banyak
pengaruh tersebut dapat terlihat. Hal ini dapat dianalisis melalui beberapa hal berikut:
Diwajibkannya kader KAMMI Wilayah Sumatera Utara membaca karya- karya tokoh
Ikhwanul Muslimin seperti karya Hasan Al-Banna (Risalah pergerakan Ikhwanul
Muslimin) dan Sayyid Qutb (Al- Qiyamah). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
penanaman pemikiran Ikhwanul Muslimin terhadap pola pikir organisasi KAMMI itu
sendiri dalam menjalankan keorganisasiannya.
Aktivitas tarbiyah KAMMI Wilayah Sumatera Utara dapat di ibaratkan sebagai
perwujudan dari konsep pemikiran Ikhwanul Muslimin yang mengatakan bahwa
untuk memperbaiki bangsa dan Negara maka hal- hal yang harus dilakukan ialah
memperbaiki individu, rumah tangga, masyarakat, serta Negara. Untuk Ikhwanul
Muslimin sendiri, aplikasi dari pemikiran tersebut juga sama dengan apa yang
dilakukan KAMMI, yaitu menjalankan pola usrah (tarbiyah). Oleh sebab itu, baik
secara langsung maupun tidak langsung, terlepas dari konteks kesejarahan pada zama
Rasulallah, ternyata terdapat kesamaan pemikiran maupun gerakan antara Ikhwanul
Muslimin dengan organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara.
Berbagai aksi dan kegiatan lainnya yang dilakukan KAMMI Wilayah Sumatera Utara
sedikit banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ikhwanul Muslimin, seperti aksi menuntut
Muslimin mengenai persatuan umat islam diseluruh dunia. hal ini dinilai cukup
realistis, karena selain ajaran agama islam demikian, dengan persatuan umat islam,
maka kehidupan yang islami akan mudah dicapai.
Kegiatan KAMMI Wilayah Sumatera Utara seperti mengadakan audiensi dengan
pemerintah ternyata merupakan salah satu stategi KAMMI untuk menjalin silaturahmi
dengan pemerintah daerah setempat. Hal ini dilakukan agar organisasi KAMMI
Wilayah Sumatera Utara mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat serta
harapan mereka dapat berkontribusi dalam pemerintahan. Hal ini juga sejalan dengan
apa yang dilakukan Ikhwanul Muslimin.
Selain beberapa hal diatas, untuk memperkuat hasil penelitian mengenai pengaruh
pemikiran politik Ikhwanul Muslimin terhadap gerakan organisasi KAMMI Wilayah
Sumatera Utara ini, penulis juga melakukan penelitian secara kuantitatif dengan
menggunakan bantuan software SPSS Versi 20. Adapun kesimpulan dari penelian tersebut
adalah sebagai berikut:
Melalui hasil analisis Uji Reliabilitas didapatkan bahwa Alpha Cronbach adalah
0.865 ≥ 0.6. hal ini menunjukkan bahwa data yang terdapat dalam penelitian
reliable, yaitu dapat dipercaya.
Melalui hasil analisis korelasi product moment Berdasarkan output diatas, dapat
dilihat bahwa korelasi antara variabel X (Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin)
dengan variabel Y (Gerakan Organisasi KAMMI) Wilayah Sumatera Utara
masuk kedalam kategori sedang, yaitu sebesar 0.466 atau 0.46.6% dengan arah
positif. Hal ini menandakan perubahan yang terjadi diantara kedua variabel
bersifat searah. Artinya semakin tinggi pengaruh pemikiran politik Ikhwanul
KAMMI Wilayah Sumatera Utara. Selain itu dilakukan pula uji signifikansi, yaitu
diketahui bahwa antara pemikiran politik Ikhwanul Muslimin (variabel X), dengan
Gerakan Organisasi KAMMI (variabel Y) terdapat korelasi yang signifikan. Hal
tersebut dikarenakan nilai signifikansi (Sig) 0.000 ≤ 0,1. Jika demikian, maka
terdapat hubungan yang signifikan antar kedua variabel. Selanjutnya juga terdapat
tanda bintang, yaitu menunjukkan terdapat hubungan kedua variabel tersebut.
Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji t/ uji parsial dengan hasil
yaitu ditarik kesimpulan Tolak H0 yang menyatakan tidak adanya hubungan, karena
sig. 0.000 ≤ 0.1, serta terima H1 yang menyatakan terdapat hubungan antara kedua
variabel, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara pemikiran politik Ikhwanul
Muslimin. Selain itu juga peneliti melakukan analisis dengan membandingkan uji t
hitung dengan uji t tabel, yaitu dengan perincian jika t tabel ≤ t hitung, maka
Hipotesis H1 yang menyatakan ada hubungan diterima. Berdasarkan perhitungan,
diperoleh nilai t tabel 1.984 dan lebih kecil dari t hitung, yakni 5207.
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah Tolak H0 dan terima H1, yakni
terdapat pengaruh yang sedang antara pemikiran politik Ikhwanul Muslimin terhadap
BAB II
DESKRIPSI SEJARAH DAN PEMIKIRAN POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN SERTA ORGANISASI KAMMI
A. Sejarah Latar Belakang Munculnya Ikhwanul Muslimin di Mesir
Ikhwanul Muslimin (persaudaraan Muslim), atau yang selanjutnya disingkat dengan
IM merupakan suatu organisasi berbasis keislaman yang lahir di Ismailia pada tahun 1928.
Pendiri organisasi ini adalah Hasan Al Banna beserta keenam murid sekaligus sahabatnya,
yaitu Hafidh Abdul Hamid (tukang kayu), Ahmad Khausari (tukang cukur), Zaki
Al-Maghribi (tukang gerobak), Fuad Ibrahim (penarik pajak), Abdurrahman Hasbullah (seorang
supir), dan Ismail Izz (tukang kebun).55 Ikhwanul Muslimin memiliki lambang organisasi
berupa dua pedang melintang yang menyangga Al-Qur‟an. Adapun arti dari kedua pedang
tersebut adalah melambangkan bahwa gerakan ini siap mengangkat senjata untuk berjihad
kapan saja dan dimana saja demi berdirinya Negara Islam.56
Latar belakang pendirian IM tidak terlepas dari kondisi sosial dan politik di Mesir saat
itu, juga tidak terlepas dari pemikiran Hasan Al Banna sebagai pendiri IM. Terdapat tiga
alasan yang melatarbelakangi lahirnya IM, pertama, berdasarkan kesejarahan Kerajaan Turki
Utsmani. Saat itu Islam tengah mengalami stagnasi kekhilafahan dan Kerajaan Turki Utsmani
tidak lagi mampu menjalankan roda pemerintahan yang stabil. Situasi ini memuncak dengan
runtuhnya khilafah Turki Utsmani dan diproklamasikannya Republik Turki Modern sekuler
oleh Musthafa Kemal Ataturk pada tanggal 2 Maret 1924.
Keruntuhan kekhalifahan Turki Utsmani menyebabkan disintegrasi pemahaman dan
pengalaman di dunia Islam57 serta menandai awal politik Islam modern. Dibawah pimpinan
55
Lihat Miftahuddin, Op.cit., Hal. 24. 56
Ibid., Hal. 25 57
Kemal Ataturk (1881-1938) orang- orang Turki melangkah dengan pasti menuju pendirian
sebuah negara-bangsa barat yang modern.58 Banyak kalangan masyarakat Muslim terpesona
dengan bentukan budaya barat. Terjadi upaya untuk menggeser hukum Allah dan
menggantikannya dengan hukum wad‟h (buatan manusia). Hal ini tentu tidak dapat diterima
oleh golongan Muslim tradisional, baik itu yang ada di Turki sendiri maupun Muslim
tradisional yang ada di berbagai negara lain, salah satunya adalah Mesir. Kasus keruntuhan
kekhilafahan Turki Utsmani tersebut ternyata membawa perasaan trauma tersendiri
dikalangan umat Islam tradisional yang melihat keadaan Mesir pada saat itu hampir sama
dengan kondisi Turki paska keruntuhan kekhilafahan Turki Utsmani. Hasan Al-Banna,
sekaligus salah satu tokoh Muslim tradisional Mesir sangat mengkhawatirkan keadaan Mesir
ketika itu, dimana saat itu budaya barat berkembang di Mesir dikarenakan jajahan bangsa
asing, yaitu Inggris. Menyikapi hal ini, Hasan Al Banna mengatakan: “pada dekade yang saya
lalui di Kairo kala itu, semakin merajalela arus kerusakan. Kebejatan berpendapat dan
berfikir dianggap sebagai kebenaran rasio. Kerusakan moral dan akhlak dianggap sebagai
kebebasan individu. Gelombang kemurtadan dan gaya hidup bebas melanda sangat deras
tanpa ada penghalangnya, didukung oleh berbagai kasus dan situasi yang mengarah kesana.”
Berdasarkan perkataan Hasan al Banna tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Hasan Al
Banna sendiri pada dasarnya menolak hukum bentukan manusia.59
Kedua, berdasarkan kondisi politik Mesir. Hasan Al Banna percaya bahwa pada saat
itu dunia Islam berada dalam kungkungan kolonialisme. Mesir sendiri ketika itu berada
dalam kungkungan kolonialisme Inggris. Hal ini berdampak pada kondisi sosial budaya
Mesir dan banyak mengikis budaya masyarakat Mesir yang islami. Dalam pandangan Hasan
Al Banna sendiri, para ulama Mesir tidak mampu membendung arus pasang peradaban barat
58
Ian adams, Loc.cit., Hal. 430. 59
yang melanda Islam. Hal itu menurutnya menyebabkan gerakan putus asa yang
mendirikan”Partai Politik Munafik”, karena mereka bukannya dimotivasi oleh semangat
memerdekakan diri dari Inggris melainkan sebaliknya memberikan loyalitas pada Inggris.
Partai- partai yang dimaksudnya adalah Partai Al-Wafd yang menolak dakwah Al-Jama‟ah
Al-Islamiyah, Partai Al-Ahrar Al-Dusturiyah, serta Partai Al- Sa‟diyyah.60
Ketiga, hal yang juga mempengaruhi berdirinya IM adalah realitas situasi ekonomi
dan sosial di Mesir pada saat itu. Akibat penjajahan Inggris, kondisi rakyat Mesir mengalami
kesemrawutan. Muncul kesenjangan antara golongan kaya dan miskin. Hasan Al Banna
melihat adanya dominasi asing, yaitu para manajer dari Eropa hidup mewah, sementara
penduduk pribumi hidup dalam keprihatinan digubuk-gubuk yang menyedihkan. Sementara
itu, dibidang sosial muncul degradasi sosial dan moral. Pemuda dan rakyat Mesir pada
umumnya sudah meninggalkan ajaran agama Islamnya dan silau terhadap capaian peradaban
barat yang dibawa oleh Inggris.61
Kondisi diatas menyebabkan hilangnya wibawa politik umat Islam. Hasan Al-Banna
memikirkan perlunya gerakan penyadaran umat. Untuk itulah kemudian Hasan Al Banna
mendirikan sebuah gerakan yang dibangun dengan orang-orang yang sepaham dengannya.
Adapun nama organisasi gerakan tersebut adalah Ikhwanul Muslimin atau disingkat dengan
IM. Tentang pendirian ini Hasan Al-Banna mengatakan: “Di Ismailia saya meletakkan
dasar-dasar takwin yang pertama bagi fikrah ini. Pada mulanya ia muncul hanya sebagai lembaga kecil. Kamipun bekerja dan memikul panji-panjinya. Kami berjanji kepada Allah untuk menjadikan kami sebagai tentara-Nya, demi mencapai tujuan ini. Seluruh kegiatan kami lakukan atas nama Al-Ikhwan Al-Muslimun.”62
60
Ian Adams, Op.cit., Hal. 433. 61
Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal. 189. 62
B. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin (IM)
Dalam menetapkan fikrah (pemikiran) IM, Hasan Al Banna menjelaskan sebagai
berikut:63
1. Hukum-hukum Islam dan seluruh ajarannya dapat mengatur urusan hidup manusia
didunia dan diakhirat.
2. Dasar pengajaran Ikhwanul Muslimin dan seluruh pemahamannya adalah Al-Qur‟an
dan Sunnah Nabi SAW.
3. Sebagai agama yang kaffah (menyeluruh), Islam memiliki kemampuan mengatur
seluruh persoalan hidup dan semua bangsa dan umat pada segala zaman.
Ikhwanul Muslimin memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan
menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual
(salat, puasa, haji, zakat) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya
sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang islami,
negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan
negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah
sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Namun meskipun
demikian, Ikhwanul Muslimin lebih mendukung ide perubahan dan reformasi melalui jalan
damai dan dialog yang konstruktif yang bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq
(logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil). Kekerasan atau radikalisme bukan jalan
perjuangan Ikhwanul Muslimin, kecuali jika negara tempat Ikhwanul Muslimin berada,
terancam penjajahan dari bangsa lain. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Hasan
Al-Banna yaitu: “adapun pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap nasionalisme, maka
cukuplah anda mengetahuinya dengan membaca kalimat berikut. Mereka yakin dengan
63
seyakin-yakinnya bahwa mengabaikan sejengkal tanah milik seorang Muslim yang terjajah
itu adalah tindak kriminal yang tidak akan terampuni, sampai kita mau berbuat dan bisa
mengembalikan kemerdekaannya, atau menghancurkan para perampasnya. Tidak ada
keselamatan dari siksa Allah kecuali dengan cara ini”.64
B.1. Bentuk Negara Menurut Ikhwanul Muslimin
Tujuan final yang digarisbawahi oleh Ikhwanul Muslimin adalah pembentukan
khilafah (Negara) yang terdiri dari kesatuan Negara-negara Muslim yang merdeka dan
berdaulat. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna: “Khilafah
merupakan menara bagi kebudayaan hukum Allah swt. Oleh karena itulah, sahabat
mendahulukan pembicaraan tentang khalifah daripada mengurus jenazah Rasulallah saw.
Hadist-hadist yang menyebutkan tentang wajibnya memilih imamah dan membahas
hukum-hukum imamah telah membuktikan bahwa tidak diragukan lagi umat Islam wajib
memperhatikan soal khilafah. Memikirkan masalah ini sejak ia disingkirkan dari
kedudukannya bahkan dihilangkan sama sekali.”65
Sementara itu, langkah-langkah konkret yang harus dilakukan dalam pembentukan
Negara, antara lain:66
1. Perbaikan individu
2. Perbaikan rumah tangga
3. Perbaikan masyarakat
4. Pembebasan tanah air dari penjajahan bangsa asing
64
Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 165. 65
Ibid., Hal. 311. 66
5. Perbaikan pemerintah
6. Pengembalian peran internasional bagi umat Islam (dengan cara memerdekakan,
menyatukan dan mengumumkan khalifah)
7. Menjadi sokoguru bagi dunia.
Langkah-langkah konkrit IM seperti yang dituliskan diatas selanjutnya dibebankan
kepada jamaah menjadi sebuah kewajiban. Sementara itu, strategi yang konkret dalam
pembentukan Negara adalah sebagai berikut:67
a. Dakwah umum, yakni bertujuan untuk mendidik umat, membangkitkan rakyat,
mengubah tradisi umum, menyucikan jiwa, membersihkan rohani,
mengumandangkan prinsip-prinsip kebenaran, jihad, berkarya, dan memiliki sifat
keutamaan ditengah masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan pada tahap ini adalah
dengan mengadakan kelas belajar, ceramah, menyebarkan makalah, mengirim
delegasi, rapat akbar, dan kunjungan-kunjungan. Selanjutnya dilakukan pembentukan
usrah dan kelompok yang tidak mengikat antara lainnya. Digunakan pula kegiatan
amal sosial. Pada tahap ini jamaah tidak boleh manggabungkan diri kepada partai
apapun dan lembaga manapun, namun juga tidak menentangnya dan juga tidak
berhubungan dengan tokoh dan anggotanya. Hal ini dilakukan sampai kebenaran
dapat terlihat oleh banyak orang.
b. Dakwah khusus, yakni dilakukan dengan cara menyampaikan pesan kepada para
pejabat, tokoh, penguasa, dan wakil rakyat serta parlemen. Adapun cara
pendekatannya, antara lain:
Penyebaran dakwah untuk tabligh (diantaranya amal-amal kebajikan dan
bakti sosial)
Pendidikan jiwa sebagai proses pengalaman takwin (penjelasan)
Perlengkapan manhaj (jalan lurus) yang benar dalam urusan kehidupan
sebagai penetapan arah
Menemui umat, lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, serta dunia
internasional dalam rangka tanfidz (aksi).
c. Mendirikan Negara, yakni melakukan usaha penerapan hukum Islam disuatu Negara.
d. Mengembalikan khilafah, yakni tujuan akhir dari seluruh tahapan. Jika telah berdiri
negara dengan khilafah, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah koordinasi
antar Negara sehingga tercapai kata sepakat untuk memilih imam yang menjadi
mediator.68
Khilafah yang dimaksudkan harus mampu mengkoordinasikan seluruh Negara Islam
yang ada dibawah komandonya. Polanya adalah bahwa Negara-negara Islam yang sepakat
tersebut bermusyawarah untuk memilih mediator yang disepakati sebagai pemimpin seluruh
kepentingan umat. Oleh karenanya, bentuk Negara ideal yang dimaksudkan oleh IM adalah
Negara koordinatif yang berbentuk khilafah, namun kekuasaan Negara bagian masih
diperhatikan. Pola kerja khilafah yang dimaksud IM adalah sebagaimana yang terjadi pada
masyarakat masa Nabi Muhammad saw. Hal tersebut dikarenakan Hasan Al-Banna, yang
menelurkan gagasan tentang Negara ini tidak ingin terjebak kepada romantisme keruntuhan
khilafah Turki Utsmani.69 Tegaknya kekhalifahan disebuah Negara tentu saja berpengaruh
terhadap sistem pemerintah dinegara tersebut. Menurut IM Negara yang telah menegakkan
khilafah dinegaranya haruslah menjalin kerjasama dengan Negara-negara lain, seperti
kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik. Selanjutnya dibuat fakta dan perjanjian-perjanjian
serta diselenggarakan muktamar-muktamar antar Negara-negara tersebut. Sehingga pada
68
Ibid., Hal. 201-204.
69
akhirnya akan dipilih seorang Imam yang menjadi mediator segala bentuk ikatan, menjadi
tempat bertanya segala bentuk peliputan dan muara segala hati.70
Negara Islam harus memperhatikan penyediaan pekerjaan dan sarana penghidupan bagi
siapapun yang sanggup bekerja. Negara Islam juga harus meningkatkan produktivitas pekerja
industri dan petani. Hak pekerja antara lain jaminan mendapat pekerjaan dengan upah yang
memadai dan asuransi kesehatan. Negara juga harus mendorong bangkit dan berkembangnya
industry rumah tangga, sehingga dengan begitu wanita dan anak-anak dapat berpartisipasi
dalam perekonomian dan menambah pendapatan keluarga. Selain itu Negara juga harus
berupaya mengurangi perbedaan antara yang kaya dan yang miskin.71 Keseluruhan pemikiran
IM mengenai bentuk Negara yang ideal diatas bersumber dari Hasan Al-Banna yang banyak
menelurkan pemikirannya yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial dan politik di Mesir.
B.2. Pemerintahan
Pemikiran IM terhadap pemerintahan berkaitan erat dengan pemahaman mereka akan
esensi Islam dan aqidahnya. Sejak awal IM menolak ide pemisahan antara agama dengan
Negara, atau dengan politik. Para pemikir IM menyebutnya sebagai konsepsi yang
seakan-akan sudah menjadi aksioma, atau urusan besar agama yang harus benar-benar dipahami.
Konsepsi itu tersimpul dalam ungkapan bahwa Islam adalah aqidah dan sistem, agama dan
Negara. Sehingga penegakan pemerintahan Islam adalah salah satu prinsip aqidah atau
kewajiban Islam.72 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna dalam Risalah
Pergerakan Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa: “Ihwal pemerintahan tertuang dalam
kitab-kitab fiqih kita sebagai persoalan aqidah dan ushul (dasar), bukan masalah furu‟
(cabang). Islam adalah kedaulatan dan pemerintahan, ia juga peraturan dan pengajaran,
70 Ibid., 71
Ibid. Hal. 198-199.
72Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan,
sebagaimana ia adalah undang-undang dan peradilan. Salah satu diantaranya tidak
terpisahkan dari yang lain.”73
Menurut IM penegakan pemerintahan Islam adalah wajib, sebagaimana pendapat
mereka yang mengatakan bahwa Islam adalah agama dan Negara. Artinya, Islam datang
dengan membawa nash-nash (ayat- ayat) yang mengatur berbagai hubungan individu dengan
pemerintah dan sebaliknya, mengatur tindakan, interaksi, manajemen dan ekonomi,
memutuskan perkara internal dan internasional, perang dan damai, perjanjian dan
perdamaian, menentukan hukum semua urusan pribadi dan sosial, menegakkan jamaah atas
dasar persamaan, tolong menolong, dan saling menanggung. Semua nash itu merupakan
undang-undang dasar pemerintahan dan syariat yang menentukan hukum berbagai tindakan.
Semua itu merupakan urusan-urusan yang tidak mungkin dilakukan kecuali oleh pemerintah
dan Negara. Apabila Islam mendatangkan dan mewajibkan tegaknya Negara dengan dasar
itu.74 Beberapa contoh nash- nash atau ayat- ayat tersebut adalah sebagai berikut:
Hukum ketatanegaraan, yaitu ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan
pemerintahan. Hukum- hukum seperti ini dimkasudkan untuk mengatur hubungan
penguasa dengan rakyat. Salah satu contoh ayatnya terdapat dalam Surah An-Nahl
Ayat 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran” (QS: An-Nahl: 90)75
73
Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 299. 74
Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 288.
75
Hukum antarbangsa (internasional), yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan
antar Negara Islam dan Non Islam, serta tata cara pergaulan dengan Non Muslim yang
berada di Negara Islam. Salah satu nash tersebut yaitu terdapat dalam Surah
Al-Hujarat Ayat 13 sebagai berikut:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal….” (QS: Al-Hujarat: 13)76
Ikhwanul Muslimin mendefenisikan pemerintahan Islam sebagai pemerintahan yang
para pejabatnya adalah orang-orang Islam, melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam dan
tidak melakukan kemaksiatan, serta konstitusinya sebagaimana yang telah disinggung di atas
bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunah. Atau dengan kata lain menerapkan syari‟at Islam.77 IM
membagi konstitusi ini menjadi dua bagian, yaitu konstitusi pokok (undang-undang dasar)
dan konstitusi organik (undang-undang organik).78
Konstitusi pokok (undang-undang dasar) adalah hak Allah semata. Ia merupakan
hal-hal yang dihal-halalkan dan diharamkan Allah dalam kitab Suci dan Sunah Nabi. IM berpendapat
bahwa hanya Allah sajalah pemegang otoritas memerintah dan melarang, tidak ada pihak lain
yang menyertai-Nya. Kekuasaan tertinggi yang menjadi rujukan umat manusia dalam
kehidupan didunia, Dalam perumusan aturan sosial, dan dalam membentuk pemerintahan,
mereka adalah milik Allah swt. semata. Sedangkan konstitusi organik adalah konstitusi yang
diserahkan kepada manusia untuk membuatnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-
Hudaibi, yakni salah seorang jamaah IM bahwa Allah swt. menyerahkan kepada manusia
banyak hal tentang urusan dunia, diperintahkan mengatur dunia ini sesuai dengan hasil
76
Ibid.,
77 Diakses melalui https://eprints.uns.ac.id/8648/4/91800308200902404.pdf pada 13 November 2015, pukul 21.15 WIB.
78Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan,
penalaran akal manusia dengan syarat tidak menghalalkan yang haram dan tidak
mengharamkan yang halal. Termasuk undang-undang ini, yang mengatur mekanisme
musyawarah, lalu lintas, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, pengairan,
pengajaran, pengaturan berbagai profesi, undang-undang ketatanegaraan, ruang publik dan
lain sebagainya. Kaum Muslimin berhak membuat perundang-undangan dan aturan-aturan
yang menjamin terwujudnya kepentingan bersama.79
B.2.1. Bentuk Pemerintahan
Pemahaman mengenai bentuk pemerintahan menurut IM dapat dilihat berdasarkan
kaidah-kaidah yang berupa karakteristik atau pilar pemerintahan Islam. Adapun
pilar-pilar tersebut adalah sebagai berikut:80
1. Tanggung jawab pemerintah dalam arti bahwa ia bertanggung jawab kepada Allah
dan rakyatnya. Pemerintahan tidak lain adalah praktek kontrak kerja antara rakyat
dengan pemerintah, untuk memelihara kepentingan bersama. Jika pekerjaan yang
dilakukan pemerintah baik, maka ia berhak mendapatkan upah, sebaliknya apabila
dalam melaksanakan tanggung jawab dan pekerjaannya buruk, maka harus
mendapatkan hukuman.
2. Kesatuan umat. Artinya, ia memiliki sistem yang satu, yaitu Islam yang harus
melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar (Melaksanakan kebaikan dan mencegah
kemungkaran) dan nasihat.
3. Menghormati aspirasi rakyat. Artinya diatara hak rakyat adalah mengawasi para
penguasa dengan pengawasan yang seketat-ketatnya dan juga memberi masukan
tentang berbagai hal yang dipandang baik untuk mereka. Pemerintah harus mengajak
79
Ibid., Hal. 291-292.
80