• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

Sifat Tanah Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Karbon (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00 Nitrogen (%) <0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75 C/N <5,0 5,0-7,9 8,0-12,0 12,1-17,0 >17 P2O5 eks-HCl (%) <0,021 0,021-0,039 0,040-0,060 0,061-0,100 >0,100

P-avl Bray-II

(2)

Lampiran 2. Hasil Analisis Tanah (*)

(3)

Lampiran 3. Tabel Hasil Analisis Korelasi Hara C, pH dengan NPK Tanah  Hasil Analisi Korelasi Hara C dengan N Tanah

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation n

C 1.3893 .59917 30

N .2017 .07259 30

Correlations

C N

C Pearson Correlation 1 .958

Sig. (2-tailed) .000

n 30 30

N Pearson Correlation .958 1

Sig. (2-tailed) .000

n 30 30

 Hasil Analisis Koreasi Hara C dengan P Tanah Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation n

C 1.3893 .59917 30

P .08773 .017679 30

Correlations

C P

C Pearson Correlation 1 .554

Sig. (2-tailed) .001

n 30 30

P Pearson Correlation .554 1

Sig. (2-tailed) .001

(4)

 Hasil Analisis Korelasi Hara C dengan K-tukar Tanah Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation n

C 1.3893 .59917 30

K .5707 .25776 30

Correlations

C K

C Pearson Correlation 1 -.206

Sig. (2-tailed) .275

n 30 30

K Pearson Correlation -.206 1

Sig. (2-tailed) .275

n 30 30

 Hasil Analisis Korelasi Kemasaman Tanah dengan P-potensial Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation n

pH 5.1870 .29827 30

P .08773 .017679 30

Correlations

pH P

pH Pearson Correlation 1 .117

Sig. (2-tailed) .539

n 30 30

P Pearson Correlation .117 1

Sig. (2-tailed) .539

(5)

Lampiran 4. Peta Administrasi Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting

Lampiran 5. Peta Status Hara N-total Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting

(6)

Lampiran 7. Peta Status Hara K-tukar Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting

(7)
(8)

Lampiran 10. Perhitungan kebutuhan pupuk tanaman kacang tanah

1. � � � % = �/ � (tinggi)

� = % � � ∗

� � ℎ = % × �/ �

= , � / � ℎ = , � / �

= , � / �

� � ℎ ℎ = . . �

� � P tersedia di dalam tanah = , �/ � × . . � = × − × , × g P O = × � /ℎ

= � /ℎ

ℎ � ℎ = � /ℎ

� � � ℎ = − = � /ℎ

� � � � � = , �/ha

� − � � � ℎ = × + , �

= , � � − /ℎ

. � = �/ � (sangat tinggi)

� = % � � ∗

� � ℎ = % × �/ �

= , � / � ℎ = � / �

= , � / �

� � ℎ ℎ = . . �

� � P O di dalam tanah = , �/ � × . . � = × − × , × g P O = × � /ℎ

= � /ℎ

(9)

� � � � � = , �

� − � � � ℎ = × + , �

= , � � − /ℎ

. − = , % (sangat rendah)

� = % − % � ∗

� � ℎ = % × , %

= ,

� � ℎ ℎ = . . �

� � N tersedia di dalam tanah = , × . . � = × − × , × kg N = × � /ℎ

ℎ � ℎ = − � /ℎ �

. − = , % (rendah )

� = % − % � ∗

� � ℎ = % × , %

= ,

� � ℎ ℎ = . . �

� � N tersedia di dalam tanah = , × . . � = × − × , × kg N = × � /ℎ

ℎ � ℎ = − � /ℎ �

. − = , % (sedang)

� = % − % � ∗

� � ℎ = % × , %

= ,

� � ℎ ℎ = . . �

(10)

= × � /ℎ

ℎ � ℎ = − �/ℎ �

. � − = , / � (sedang)

= � × / �

= × / = �

, / � = , × � / � = , � / � = , � / � = , � / �

� � ℎ ℎ = . . �

� � K − tukar di dalam tanah = , �/ � × . . � = , × − × , × g = , × �/ℎ

= , � � − /ℎ

� � � � ℎ = � � � × , � � −

= × , � = , � � /ℎ

ℎ � � ℎ = � � /ℎ ∶

� � � ℎ ℎ ℎ� ℎ

. � − = , / � ( tinggi )

= � × / �

= × / = �

(11)

� � K − tukar di dalam tanah = , �/ � × . . � = , × − × , × g = , × �/ℎ

= , � � − /ℎ

� � � � ℎ = � � � × , � � −

= × , � = , � � /ℎ

ℎ � � ℎ = � � /ℎ ∶

� � � ℎ ℎ ℎ� ℎ

. � − = , / � ( sangat tinggi )

= � × / �

= × / = �

, / � = , × � / � = , � / � = , , � / � = , � / � � � ℎ = . . �

� � K − tukar di dalam tanah = , �/ � × . . � = , × − × , × g = , × �/ℎ

= � � − /ℎ

� � � � ℎ = � � � × � � −

= × � = � � /ℎ

ℎ � � ℎ = � � /ℎ ∶

� � � ℎ ℎ ℎ� ℎ

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Tapanuli Utara dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Tapanuli Utara.

Barber, S. A. 1984. Soil Nutrient Bioavailability. John wiley & sons, Inc. Canada. Damanik, M, M, B., B, E, Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin, dan H, Hanum. 2011.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Fachruddin, L. 2000. Budi Daya Kacang-Kacangan. Yokyakarta: Kanisius.

Hanafiah, A, S., T, Sabrina, dan H, Guchi. 2009. Biologi dan Ekoogi Tanah. Program Stusi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. USU. Medan.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S., H. Subagyo, dan M. Luthfi Rayes. 2004. Morfologi Dan Klasifikasi Tanah Sawah. Dalam: Tanah Sawah Dan teknologi Pengolahannya. (ed.) Agus. F., A. Adimihardja, S. Hardjowigeno. A. M. Fagi, dan W. Hartatik Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hal :1-28.

Hasanudin. 2003. Peningkatan Ketersediaan Dan Serapan N Dan P Serta Hasil Tanaman Jagung Melalui Inokulasi Mikoriza, Azotobakter Dan Bahan Organik Pada Ultisol. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 5, No. 2. Hal : 83-89.

Hasibuan, B.E, 2006. Ilmu Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Indria, A, T. 2005. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah Dan Pemberian Macam Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Kasno, A. 2009. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Makarim, A. K., Sumarno, dan Suyamto. 2007. Jerami Padi : Pengolahan Dan Pemanfaatannya. Pusat Penelitian Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

(13)

Nurhayati, 2009. Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang Tanah Terhadap Bercak Daun Cercospora. Jurnal Agriculture. Vol : 13. No. 3. Rayes, M. I. 2007, Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Sanchez, P. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung. ITB.

Simanjuntak, F. A., I.. W. Tika, dan Sumiyati. 2012. Pengaruh Tingkat Pemberian Kompos Terhadap Kebutuhan Air Tanaman Beberapa Jenis Kacang. Jurnal. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayan. Denpasar. Silahooy, C. 2012. Efek Dolomit dan SP-36 Terhadap Bintil Akar, Serapan dan

Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Tanah Kambisol. Jurnal Imu Budidaya Tanaman. Vol : 1. No : 2.

Sofyan, A, Nurjaya, dan Antonius Kasno. 2004. Status Hara Tanah Sawah Untuk Rekomendasi Pemupukan. Dalam: Tanah Sawah Dan teknologi Pengolahannya. (ed.) Agus. F., A. Adimihardja, S. Hardjowigeno. A. M. Fagi, dan W. Hartatik. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hal : 140-146.

Subardja, D. 2000. Perkembangan Metode Survei Tanah dan Evaluasi Lahan di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VII HITI. Buku I : 123-134.

Sumarno. 1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Bandung: PT. Sinar Baru. Suprapto, H. S. 1993. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius.

Yokyakarta.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Syamsiar. 2010. Teknologi Budidaya Kacang Tanah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sulawesi Tenggara.

Triharto, S., L. Musa, dan G. Sitanggang. 2014. Survei Dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan Di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu. Jurnal Online Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian USU. Vol. 2, No. 3.

(14)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banuaji 1, 2, dan 4 Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium PT. Socfindo Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2015 sampai dengan September 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta penggunaan lahan dan peta administrasi desa banuaji skala 1 : 50.000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia untuk analisis tanah. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System), bor tanah, cangkul, kantong plastik berkapasitas 2 kg, kertas label, alat tulis, karet gelang, dan kamera.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik sampling Grid bebas dan analisis data keadaan N-total, P2O5, dan K-tukar,

C-organik, dan pH tanah di Desa Banuaji 1 (A1 - A12), Banuaji 2 (B1 – B8), dan Banuaji 4 (C1 -C10) dan menginterpretasikannya untuk peta status hara N-total, P2O5, K-tukar, C-organik, dan pH tanah.

Pelaksanaan Penelitian

(15)

Tahap Persiapan

Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan komisi pembimbing, pengadaan peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Survei dan Pengambilan Tanah di Lapangan

Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian. Setelah survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya adalah pengambilan contoh tanah komposit yang berasal dari 30 sampel tanah.

Pelaksanaan pengambilan contoh tanah yang menggunakan metode acak tersebar pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar menggunakan cangkul/bor tanah pada kedalaman 0 - 20 cm sebanyak ± 2 kg tanah setiap pengambilan contoh tanah. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, dilakukan pencatatan hasil pembacaan koordinat pada GPS.

Parameter Yang di Amati

Adapun Parameter yang diamati adalah: a. N-total (Metode Kjeldhal)

b. P2O5 (Ekstraksi HCl 25%)

c. K- tukar ( Ekstraksi 1 N NH4OAc pH 7) d. C-organik (Walkley & Black)

(16)

Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial menggunakan GIS (Geografic Information System). Hasil analisis spasial adalah cluster tingkat/kreteria N-total , P2O5, K – tukar, C-organik, dan kemasan tanah

(pH-tanah). Data yang diperoleh di kelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah, dan data diolah dengan menggunakan program SPSS Statistic 17.0 (korelasi).

Pembuatan Peta Digital

Pembuatan Peta Digital Menggunakan Arcview 3.2a dengan tahap sebagai berikut:

1. Diambil peta rupa bumi/peta citra satelit (lampiran 3) untuk daerah yang diteliti melalui program Google Earth Plus dengan kordinat dalam bentuk UTM/Derajat dan disimpan dalam bentuk JPG.

2. Peta yang telah disimpan kemudian dibuka dengan program Arcview 3.2a untuk di registrasi untuk menyamakan titik kordinat peta pada program. 3. Kemudian pilih icon new theme pada menu view untuk menggambar objek

yang terdapat pada peta seperti jalan, sungai, batas daerah studi, batas administrasi/wilayah menggunakan digital point, line, atau polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat pada masing-masing layer (thame) 4. Pembuatan layout meliputi: pengaturan kertas dan margin untuk pencetakan

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kondisi Umum Wilayah

Desa banuaji termasuk pada kecamatan Adiankoing, kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini terletak di dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1033-1124 m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas daerah sekitar 6538 Ha dengan batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah utara : Berbatasan dengan Desa Dolok Nauli Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu Sebelah timur : Berbatasan dengan Desa Pansur Batu II Sebelah barat : Berbatasan dengan Desa Adiankoting

Lahan sawah di daerah ini merupakan lahan sawah irigasi yang sumber airnya berasal dari aliran air sungai dan karena bentuk wilayahnya tidak datar sehingga banyak lahan sawah yang dibuat teraseringnya. Dari hasil survey diperoleh bahwa penggunaan lahan di Desa Banuaji didominasi oleh lahan kering seluas 6046 Ha (92,47 %), lahan sawah seluas 322 Ha (4,93 %), bangunan pekarangan seluas 165 Ha (2,52 %) dan lainnya seluas 5 Ha (0,08 %) seperti terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara.

(18)

Status Hara Nitrogen (N – Total Tanah)

Hasil pengambilan contoh tanah lahan sawah di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting diperoleh 30 contoh tanah komposit (A1 sampai A12, B1 sampai B8, C1 sampai C10). Hasil analisa N-total dari contoh tanah tersebut di evaluasi berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis N-Total Tanah

Sampel Komposit N-Total (%) Kriteria

A1 (1.93365511 N ; 98.96614487 E) A10(1.93839809 N ; 98.96229649 E) A11(1.93845039 N ; 98.96261048 E) A12(1.93770968 N ; 98.96152535 E) B1 (1.94607977 N ; 98.95468237 E) C10(1.93292110 N ; 98.97344585 E)

(19)

Dari hasil analisis contoh tanah pada Tabel 2, kandungan N-total terendah terdapat pada contoh tanah B7 yaitu sebesar 0,09 % dan kandungan N-total tertinggi terdapat pada contoh tanah C6 yaitu sebesar 0,50%. Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 3 kelompok status hara Nitrogen, yakni sangat rendah, rendah dan sedang.

Dari hasil analisisa N-total contoh tanah dan evaluasi sifat kimia tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) diperoleh peta status hara Nitrogen seperti pada Lampiran 5 dengan status sangat rendah, status rendah dan status sedang. Luas wilayah dari ketiga status tersebut, disajikan pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Luas Wilayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara Nitrogen (N-total)

Kriteria Luas (ha) %

Sangat rendah Rendah Sedang

10.7 161 150.3

3.32 50 46.7

Total 322 100

(20)

Keadaan Hara Fospor

Hasil pengambilan contoh tanah lahan sawah di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting diperoleh 30 contoh tanah komposit (A1 sampai A12, B1 sampai B8, C1 sampai C10). Hasil analisis P-potensial dari contoh tanah tersebut di evaluasi berdasarkan kreteria Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil Analisis P-potensial

Sampel Komposit P2O5 (%) Kriteria A10(1.93839809 N ; 98.96229649 E) A11(1.93845039 N ; 98.96261048 E) A12(1.93770968 N ; 98.96152535 E) B1 (1.94607977 N ; 98.95468237 E) C10(1.93292110 N ; 98.97344585 E)

(21)

Dari hasil analisis contoh tanah pada Tabel 4, kandungan P-potensial terendah terdapat pada contoh tanah A3 yaitu sebesar 0,064 % dan kandungan P-potensial tertinggi terdapat pada contoh tanah C6 yaitu sebesar 0,138%.

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi dua golongan status hara P yakni tinggi dan sangat tinggi. Dari hasil interpolasi data analisis P-potensial contoh tanah dan menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) diperoleh peta status hara Fosfor seperti pada Lampiran 6 dengan status tinggi dan sangat tinggi dengan luas wilayah disajikan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Luas wilayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara Fosfat (P-potensial)

Kriteria Luas (ha) %

Sangat Tinggi tinggi

64.4 257.6

20 80

Total 322 100

Hasil survei contoh tanah sawah dengan luas 322 Ha dan hasil analisisa P-potensial tanah yang dapat dilihat pada Tabel 5, diperoleh lahan sawah berstatus P-potensial sangat tinggi dengan rata-rata kandungan P-potensial tanah sebesar 0,116 % seluas 64,4 Ha (20 %) dan berstatus P-potensial tinggi dengan rata-rata kandungan P-potensial tanah sebesar 0,080 % seluas 257,6 Ha (80 %)`

Keadaan Hara Kalium (K)

(22)

berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Hasil Analisis K-tukar

Sampel Komposit K-Tukar (me/100g) Kriteria A1 (1.93365511 N ; 98.96614487 E) A10(1.93839809 N ; 98.96229649 E) A11(1.93845039 N ; 98.96261048 E) A12(1.93770968 N ; 98.96152535 E) B1 (1.94607977 N ; 98.95468237 E) C10(1.93292110 N ; 98.97344585 E)

(23)

Menurut kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 3 kelompok status hara Kalium, yakni sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Dari hasil analisis K-tukar contoh tanah dan evaluasi kreteria menurut Staf Pusat PenelitianTanah (1983) dan BPP Medan (1982) diperoleh peta status hara Kalium seperti pada Lampiran 7 dengan status sedang, tinggi dan sangat tinggi. Luas wilayah dari ketiga status tersebut, disajikan pada

Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Luas wilayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara Kalium (K-tukar)

Kriteria Luas (ha) %

Sedang Tinggi Sangat tinggi

171.7 118.1 32.2

53.3 36.7 10

Total 322 100

Dari hasil survei contoh tanah sawah dengan luas 322 Ha dan hasil analisisa K-tukar tanah yang dapat dilihat pada Tabel 7, diperoleh lahan sawah dengan K-tukar Tanah berstatus sedang dengan rata-rata K-tukar tanah sebesar 0,38 me/100 g seluas 171,7 Ha (53,3%), K-tukar tanah berstatus tinggi dengan rata-rata tukar tanah sebesar 0,69 me/100 g seluas 118,1 Ha ( 36,7 %) dan K-tukar tanah berstatus sangat tinggi dengan rata-rata K-K-tukar tanah sebesar 1,08 me/100 g seluas 32,2 Ha (10 %).

Keadaan Hara C-organik

(24)

evaluasi berdasarkan kreteria Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) seperti tabel 8 berikut :

Tabel 8. Hasil Analisi C-organik

Sempel Komposit C-Organik Kriteria

A1 (1.93365511 N ; 98.96614487 E) A10(1.93839809 N ; 98.96229649 E) A11(1.93845039 N ; 98.96261048 E) A12(1.93770968 N ; 98.96152535 E) B1 (1.94607977 N ; 98.95468237 E) C10(1.93292110 N ; 98.97344585 E)

(25)

dapat digolongkan menjadi 3 jenis status hara C-organik, yakni sangat rendah, rendah dan tinggi.

Dari hasil analisisa C-organik contoh tanah dan evaluasi sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) diperoleh peta status hara C-organik seperti pada Lampiran 8. Luas wilayah dari ketiga status tersebut, disajikan pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Luas wilayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara C-organik

Kriteria Luas (ha) %

Sangat rendah Rendah

Tinggi

53.7 257.6

10.7

16.7 80 3.3

Total 322 100

Dari hasil survei contoh tanah sawah dengan luas 322 Ha dan hasil analisisa C-organik tanah yang dapat dilihat pada Tabel 9, diperoleh lahan sawah dengan C-organik Tanah berstatus sangat rendah dengan rata-rata C-organik tanah sebesar 0,67 % seluas 53,7 Ha (16,7 %), C-organik tanah berstatus rendah dengan rata-rata organik tanah sebesar 1,44 % seluas 257,6 Ha ( 80 %) dan C-organik tanah berstatus tinggi dengan rata-rata C-C-organik tanah sebesar 3,84 % seluas 10,7 Ha (3,3%).

Kemasam tanah (pH-tanah)

(26)

Tabel 10. Hasil analisis Kemasaman Tanah (pH-tanah)

Sampel komposit pH Kriteria

A1 (1.93365511 N ; 98.96614487 E) A10(1.93839809 N ; 98.96229649 E) A11(1.93845039 N ; 98.96261048 E) A12(1.93770968 N ; 98.96152535 E) B1 (1.94607977 N ; 98.95468237 E) C10(1.93292110 N ; 98.97344585 E)

5.55

Dari hasil analisis contoh tanah pada Tabel 10, diperoleh bahwa pH tanah terendah terdapat pada contoh tanah C2 yaitu sebesar 4,77 dan pH tanah tertinggi terdapat pada contoh tanah A11 yaitu sebesar 5,89. Menurut kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 2 status kemasaman tanah yakni masam dan agak masam

(27)

peta status kemasama tanah seperti pada Lampiran 9 dengan kriteria masam dan agak masam. Luas wilayah dari kedua status tersebut, disajikan pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Luas wilayah Berdasarkan Kriteria Kemasaman (pH-tanah)

Kriteria Luas (ha) % kemasaman tanah berstatus masam dengan rata-rata kemasaman tanah sebesar 5,13 seluas 289,8 Ha (90 %), kemasaman tanah berstatus agak masam dengan rata-rata kemasaman tanah sebesar 5,74 seluas 32,2 Ha ( 10 %).

Analisis Hubungan Antara Kadar N-total dengan C-organik Tanah

Hubungan antara kadar N dan C-organik tanah diuji dengan menggunakan analisis korelasi dan disajikan pada Gambar berikut :

Gambar 1. Grafik hubungan antara kadar N-total dengan C-organik tanah

(28)

Dari hasil analisis data seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa kandungan hara N di dalam tanah berkorelasi linear positif dengan kandungan C-organik di dalam tanah dimana hubungan keduanya berkorelasi kuat dengan nilai r adalah 0,958.

Analisis Hubungan Antara Kadar P-potensial dengan C-organik Tanah Hubungan antara kadar P dan C-organik tanah diuji dengan menggunakan analisis korelasi. Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa kandungan hara P di dalam tanah berkorelasi linear positif dengan kandungan C-organik di dalam tanah namun hubungan keduanya berkorelasi sedang dengan nilai r adalah 0,554.

Analisis Hubungan Antara Kadar P-potensial dengan pH Tanah

Hubungan antara kadar P dan pH tanah diuji dengan menggunakan analisis korelasi. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa kandungan hara P di dalam tanah berkorelasi linear positif dengan kemasaman tanah namun kriteria hubungan keduanya berkorelasi lemah dengan nilai r adalah 0,114.

Analisis Hubungan Antara Kadar K dengan C-organik Tanah

(29)

Pembahasan

Status unsur hara N didaerah Banuaji ini tergolong sangat rendah hingga sedang hal ini dapat disebabkan karena rendahnya kandungan bahan organik di dalam tanah serta cara pemupukan yang kurang baik dan tidak tepat. Para petani biasanya memupuk tanaman dengan cara menabur pupuk diatas permukaan tanah sehingga mengakibatkan N hilang melalui pencucian dan penguapan. Menurut Winarso (2005) Pemupukan N dengan membenamkan ke dalam tanah atau kes lapisan reduksi pada tanah sawah adalah usaha untuk mengurangi kehilangan N melalui penguapan maupun pencucian.

Pemupukan N sangat dianjurkan di daerah ini untuk meningkatkan produksi tanaman, mengingat kandungan unsur hara N pada lahan sawah di daerah ini tergolong rendah. Pemupukan nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan sukrosa, polifruktosa, dan pati. Menurut Hanafiah (2005) Unsur N rata-rata menyusun 1,5% bagian tanaman. Oleh karena itu bentuk pupuk N yang diberikan ke dalam tanah akan berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan atau pemupukan unsur hara P, namun untuk tanaman kacang tanah pemupukan N bisa di aplikasikan sebagai pupuk dasar dan tidak perlu diberikan dalam jumlah yang begitu banyak sebab tanaman kacang tanah dapat bersimbisosis denga bakteri Rhizobium yang dapat mengikat N bebas dari udara.

(30)

tanah memiliki kandungan N sebanyak 2000 kg N/ha (01%). Untuk memenuhi kebutuhan pupuk N pada tanaman padi perlu dilakukan penambahan pupuk N, tetapi berbeda halnya dengan tanaman kacang tanah karena menurut BPTP kebutuhan pupuk urea untuk kacang tanah adaah 50 kg/ha, namun pupuk urea bisa ditambahkan kedalam tanah sebagai pupuk dasar.

Di areal sawah Desa Banuaji ini kandungan unsur hara P-potensial tergolong tinggi. Tingginya kandungan P-potensial dalam tanah karena penggenangan sering sedemikian besarnya. Menurut Sanchez (1993) meningkatnya ketersediaan fosfor dalam larutan tanah karena penggenangan sering sedemikian besarnya sehingga pemupukan fosfor bagi padi sawah tidak diperlukan lagi, sedangkan tanaman aerob yang ditanam pada tanah yang sama memerlukan tambahan fosfor untuk memperoleh hasil yang tinggi.

Pemupukan P sangat dianjurkan pada lahan sawah ini walaupun kandungan P-potensialnya sangat tinggi, mengingat bahwa kemasaman tanah pada lahan sawah ini sangat rendah. Hal ini menyebabkan ketersediaan P sangat rendah, dari bentuk tersedia menjadi tidak tersedia karena tanah pada tanah masam kelarutan logam seperti Fe dan Al sangat tinggi sehingga P diikat oleh logam-logam tersebut menjadi senyawa yang tidak larut. Foth (1984) menyatakan jika pH di bawah 5,5 maka Larut besi dan aluminium meningkat jauh. ini menyebabkan fiksasi fosfor besi dan aluminium fosfat.

Untuk memproduksi kacang tanah yang maksimal perlu di berikan penambahan pupuk P2O5 sebanyak 112,2 kg P2O5/ha, dan jika dikonversikan ke

(31)

pada areal lahan sawah yang tergolong status P-potensial tinggi perlu diberikan penambahan pupuk P2O5 sebanyak 148,2 kg P2O5/ha, dan jika dikonversikan ke

dalam pupuk SP-36 maka banyaknya SP-36 yang ditambahkan adalah 411,6 kg/ha.

Status hara K di daerah ini tergolong sedang hinggga sangat tinggi, tingginya hara K bisa berasal dari bahan induk pembentuk tanah di daerah ini. Bahan induk yang banyak terdapat di daerah ini adalah tuff liparit yang berasal dari letusan gunung Toba, tuff liparit ini banyak mengandung mineral K-feldspar (KAlSi3O8). Selain itu hal lain yang dapat menyebabkan tingginya hara K di

daerah ini adalah adanya pengembalian sisa tanaman terutama jerami padi yang umumnya dilakukan oleh masyarakat petani di daerah ini. Makarim, dkk (2007) menyatakan bahwa unsur K yang diserap oleh tanaman padi banyak terakumulasi dalam jerami padi, untuk setiap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi dihasilkan 1,5 ton jerami yang mengandung 25 kg K. Sebagai pupuk, jerami padi tidak efektif sebagai sumber N dan P tetapi cukup efektif sebagai sumber K.

(32)

Pada areal sawah Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting ini kandungan C-organiknya termasuk rendah, rendahnya kandungan C-organik di dalam tanah disebabkan lambatnya dekomposisi bahan organik di tanah tergenang. Menurut Musa dan Mukhlis (2006) Pada tanah tergenang, dekomposisi bahan organik dilakukan oleh organisme anaerob fakultatif dan anaerob obligat. Bakteri anaerob bekerja pada energi yang sangat rendah dibandingkan organisme aerob, sehingga assimilasi maupun dekomposisi di tanah tergenang berlangsung lebih lambat.

Penambahan bahan organik pada areal sawah ini perlu dilakukan karena dengan pemberian bahan organik mampu memfiksasi N dari udara, berperan penting dalam mentukan kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman, meningktkan kesuburan tanah memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kemampuan tanah memegang air. Hasil dekomposisi bahan organik bila dimasukkan ke dalam tanah akan menghasilkan beberapa unsur hara seperti N dan P. Menurut Hasanudin (2003) menyatakan bahwa Pemberian bahan organik mampu memfiksasi N dari udara secara non simbiotik. Selanjutnya N tersebut akan dilepaskan ke dalam tanah setelah azotobakter mengalami penguraian. Dari hasil penguraian selain melepaskan N juga akan melepaskan P yang selanjutnya akan meningkatkan juga ketersediaan P dalam tanah.

(33)

melalui pertukaran dengan H+; (3) pencucian kation-kation yang digantikan oleh

H+ dan Al3+; dan (4) dekomposisi residu organik.

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa bahan organik sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara di dalam tanah seperti hara Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa kandungan hara N di dalam tanah sangat di pengaruhi oleh adanya bahan organik di dalam tanah. Hal itu ditunjukkan dengan adanya hubungan korelasi linear positif yang kuat antara kedua hara tersebut, dengan nilai koefisien korelasinya (r) adalah 0,9581. Antara hara P dengan bahan organik tanah, keduanya mempunyai hubungan korelasi linear positif walaupun keduanya mempunyai hubungan korelasi yang sedang dengan nilai koefiisien korelasinya (r) adalah 0,554. Antara hara K dengan bahan organik tanah, dimana keduanya juga mempunyai hubungan korelasi negatif dengan nilai koefisien korelasinya (r) adalah 0,204. Penambahan bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan ketersediaan hara N dan P di dalam tanah namun penambahan bahan organik tidak berpengaruh terhadap peningkatan ketersediaan hara K di dalam tanah. Menurut Hasanudin (2003) menyatakan bahwa Pemberian bahan organik mampu memfiksasi N dari udara secara non simbiotik. Selanjutnya N tersebut akan dilepaskan ke dalam tanah setelah azotobakter mengalami penguraian. Dari hasil penguraian selain melepaskan N juga akan melepaskan P yang selanjutnya akan meningkatkan juga ketersediaan P dalam tanah.

(34)
(35)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Lahan sawah di Desa Banuaji di dominasi oleh Kandungan hara N dengan kriteria sedang seluas 150.3 Ha, kandungan hara P dengan kriteria tinggi seluas 257.6 Ha, kandungan hara K dengan kriteria sedang seluas 171.7 Ha, Kandungan C-organik dengan kriteria rendah seluas 257.6 Ha, dan kemasaman tanah dengan kriteria masam seluas 289.8 Ha.

2. Untuk produksi tanaman kacang tanah yang maksimal perlu dilakukan penambahan pupuk SP-36 sebanyak 311,6 kg/ha pada lahan dengan kriteria P sangat tinggi, 411,6 kg/ha pada lahan dengan kriteria P tinggi, sedangkan penambahan pupuk N dan K tidak perlu dilakukan. 3. Bahan organik tanah memiliki hubungan korelasi linear yang positif

dengan hara NPK tanah, serta kemasaman tanah juga mempunyai hubunga korelasi linear positif dengan hara P.

Saran

(36)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Lahan Sawah

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit buni, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organuk sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor iklim, bahan induk, bentuk wilayah dan waktu pembentukan tanah (Hasibuan, 2006).

Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga. Karakteristik lahan terdiri atas 1) karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng dan lain-lain. 2) karakteristik majemuk, misalnya

permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air, dan lain-lain (Rayes, 2007).

Perubahan sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang terus berlangsung pada tanah sawah, dicerminkan juga oleh perubahan sifat morfologi tanah, terutama di lapisan permukaan. Dalam keadaan tergenang, tanah menjadi berwarna abu-abu akibat reduksi besi-feri (Fe-III) menjadi besi-fero (Fe-II). Akan tetapi pada tanah pasir atau tanah lain yang permeabel, warna reduksi tersebut tidak terjadi, terkecuali pada penggenangan yang sangat lama. Di lapisan permukaan horizon tereduksi tersebut, dalam keadaan tergenang ditemukan lapisan tipis yang tetap teroksidasi berwarna kecoklatan, karena difusi O2 dari udara, atau dari fotosintesis

algae (Hardjiwogeno, dkk, 2004).

(37)

dibandingkan dengan mikroflora aerob yang lebih beraneka jenisnya. Pereputan anaerob tidak memerlukan banyak energi sehingga kebutuhan akan nitrogen rendah. Akibatnya, pemineralan nitrogen tanah dapat terjadi pada nisbah C/N yang lebih tinggi pada tanah tergenang (Sanchez, 1993).

Unsur Hara Nitrogen

Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat

(NO3+). Sumber N tidak diperoleh dari batuan dan mineral tapi berasal dari hasil

pelapukan bahan organis, dari udara melalui fiksasi N oleh mikroorganisme baik yang bersimbiosis dengan akar tanaman leguminosa seperti bakteri rhizobium atau tidak seperti bakteri Azotobacter dan Clostridium (Hasibuan, 2006).

Pada kondisi aerobik, senyawa nitrogen ternitrifikasi menjadi ion nitrat (NO3-) sehingga diserap tanaman dalam bentuk ini, sedangkan pada kondisi

anaerobik (jenuh air), senyawa N mengalami amonifikasi menjadi ion ammonium (NH4+). Bentuk lain yang juga diserap tanaman adalah urea (CO(NH2)2). Unsur N

rata-rata menyusun 1,5% bagian tanaman. Oleh karena itu bentuk pupuk N yang diberikan ke dalam tanah akan berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan atau pemupukan P (Hanafiah, 2005).

Ion NH4+ lebih stabil di dalam tanah apabila dibandingkan dengan ion

NO3-, sebab dapat diikat dengan tapak jerapan baik pada liat organik maupun

anorganik. Sehingga akan menjadi sangat baik dan menguntungkan mempertahankan N dalam bentuk NH4+. Pemupukan N dengan membenamkan ke

(38)

mengurangi kehilangan N melalui penguapan maupun pencucian. Ion NH4+ bukan

merupakan subjek pencucian air bawah tanah (goundwater) (Winarso, 2005). Tingkat mineralisasi N dari bahan organik yang berbeda pada di setiap lahan sawah diduga menyebabkan status N tergolong rendah hingga sedang. Menurut Prasetyo et al (2004) pada tanah sawah N merupakan hara yang tidak stabil karena adanya proses mineralisasi bahan organik (amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi) oleh mikroba tanah tertentu. Pupuk N adalah pupuk yang mobil dalam tanah sehingga mudah hilang melalui pencucian dan penguapan. Selain itu Dobermann and Fairhurst (2000) menyatakan sekitar 60-70% aplikasi pupuk N kemungkinan hilang dalam bentuk gas N, terutama karena volatelisasi dan denitrifikasi NO3 (Triharto, dkk, 2014).

Unsur Hara Fospor (P)

Tanaman menyerap sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion ortofospat primer (H2PO4-). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofospat

sekunder (HPO4-2). Kemasaman (pH) tanah sangat besar pengaruhnya terhadap

perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu makin masam kadar H2PO4- makin

besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman dibandingkan dengan HPO4-2.

Pada pH tanah sekitar 7,22 konsentrasi H2PO4- dan HPO4-2 setimbang. Oleh

karena sebagian besar tanah mempunyai pH di bawah 7, maka sebagian besar tanah mempunyai konsentrasi H2PO4- lebih besar atau dominan dibandingkan

dengan HPO4-2 (Winarso, 2005).

(39)

yang sama memerlukan tambahan fosfor untuk memperoleh hasil yang tinggi (Sanchez, 1993).

Pupuk fosfat umumnya ditambahkan ke tanah sebagai butiran, yang masuk ke dalam larutan sebelum bereaksi dengan tanah. pupuk fosfat cair juga dapat digunakan, dan distribusi awal mereka akan menunjukkan kurang lokalisasi. kalsium atau ammonium fosfat adalah bentuk kimia umum. ketika granul monocalcium fosfat ditambahkan ke tanah, fosfat masuk ke dalam larutan dan bergerak ke tanah sekitarnya. tiga daerah dapat diakui, daerah pusat mengandung residu dari butiran untuk monocalcium fosfat, fosfat yang tersisa akan sebagian besar dikalsium fosfat. Sekitar daerah pusat adalah daerah di mana larutan pekat bergerak; larutan ini dapat melarutkan kalsium, zat besi, dan aluminium dari tanah. fosfat bereaksi dengan ion ini dan membentuk endapan mineral fosfat (Barber, 1984).

Faktor yang paling berpengaruh terhadap ketersediaan hara P di dalam tanah adalah reaksi tanah (pH). Ketersediaan hara P paling tinggi pada pH sekitar 6 -7. Pada pH tanah rendah (<5.0) ketersediaan P sangat rendah, dari bentuk tersedia menjadi bentuk tidak tersedia. Hal ini terjadi karena pada tanah masam kelarutan logam seperti Fe, Al, dan Mn sangat tinggi, sehingga P difiksasi oleh logam-logam tersebut menjadi senyawa yang tidak larut seperti strengit : Fe(OH)2H2PO4 dan varisit : Al(OH)2H2PO4 (Hasibuan, 2006).

Unsur Hara Kalium (K)

(40)

tanaman tidak dalam bentuk senyawa organik. Apabila K defisiensi maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk aktivitas-aktivitasnya sehingga pembentukan bagian-bagian tanaman akan berkurang yang akhirnya pertumbuhan dan produksi tanaman berkurang (Winarso, 2005).

Kerak bumi mengandung kalium dengan rerata 2,65%, sedangkan bahan induk dan tanah-tanah muda umumnya mengandung 2-2,5% K atau 40-50% ton K/Ha. Kadar K dalam larutan tanah sebagian diserap tanaman/mikroba, sebagian akan terikat secara lemah pada muatan pertukaran koloidal tanah (K-tertukar). K-tertukar ini kemudian dapat lepas ke larutan tanah atau terikat lebh kuat (K-terfiksasi) pada permukaan dalam koloidal tanah (Hanafiah, 2005).

Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Untuk setiap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi dihasilkan 1,5 ton jerami yang mengandung 9 kg N, 2 kg P, 25 kg K, 2 kg Si, 6 kg Ca dan 2kg Mg (Makarim, dkk, 2007).

(41)

coklat ini bermula dari pinggir daun dan menuju tulang-tulang daun (Hasibuan, 2006).

Lahan sawah yang berstatus hara K rendah direkomendasikan untuk dipupuk 50 kg KCl /ha/ musim, sedangkan yang berstatus sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk K tetapi jerami dikembalikan ke tanah sebagai sumber bahan organik dan K. Hara K dalam tanaman padi lebih banyak terdapat dalam jerami padi, oleh karena itu pengembalian jerami padi hasil panen dapat mengurangi takaran pupuk KCl yang diberikan. Dengan pengembalian jerami ke dalam tanah, pupuk KCl disarankan hanya diberikan pada lahan sawah berstatus K rendah. Sedang pada lahan sawah berstatus K sedang dan tinggi tidak dianjurkan (Sofyan, dkk, 2004).

Pemberian pupuk kalium dalam bentuk KCL dapat menekan keparahan penyakit bercak daun cercospora pada tanaman kacang tanah. Pemberian pupuk K pada tanaman merupakan perlakuan yang terbaik untuk menekan serangan bercak daun cercospora dan meningkatkan produksi. Kalium mempunyai peranan antara lain memperlancar prosesfotosintesa tanaman, regulasi stomata,pembentukan protein dan karbohidrat, sebagai katalisator dalam transformasi tepung, gula dan lemak serta meningkatkan resistensi tanaman (Nurhayati, 2009).

Bahan Organik Tanah

(42)

besar mikro organisme dan dibantu oleh fauna tanah. Memperoleh energi yang tinggi dihubungkan dengan respirasi organisme, maka dekomposisi bahan dan sintesis substansi sel berlangsung cepat (Musa dan Mukhlis, 2006).

Bahan organik berperan penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Peran bahan organik adalah meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang air, meningkatkan pori-pori tanah, dan memperbaiki media perkembangan mikroba tanah ( kasno, 2009).

Bahan organik yang diberikan dalam tanah akan mengalami proses pelapukan dan perombakan yang selanjutnya akan menghasilkan humus. Humus berperan agar tanah tidak akan cepat kering pada musim kemarau karena memiliki daya memegang air yang tinggi dan dapat mengikat air empat sampai enam kali lipat dari beratnya sendiri. Dengan terikatnya air oleh humus berarti dapat mengurangi penguapan air sehingga kebutuhan air tanamannya lebih kecil (Simanjuntak, dkk, 1012).

(43)

dalam pengikatan Fe dan Al yang larut dalam tanah sehingga ketersediaan P akan meningkat (Hasanudin, 2003).

Kemasaman Tanah (pH-tanah)

Jika tanah aerobik digenangi, maka pH tanah turun selama beberapa hari pertama mencapai nilai maksimum dan kemudian meningkat secara asimtot mencapai nilai stabil pada pH 6,7-7,2 setelah beberapa minggu kemudian. Secara keseluruhan penggenangan akan meningkatkan pH tanah yang semula asam (kecuali tanah yang rendah kadar besinya) menjadi netral,dan sebaliknya akan menurunkan pH tanah yang semulanya basa menjadi netral ( Musa dan Mukhlis, 2006).

Tingkat kemasaman setiap tanah berbeda dan nilainya sangat dinamis. Meningkatnya kemasaman tanah pada lahan pertanian dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: (1) penggunaan pupuk komersial, khususnya pupuk NH4+

yang menghasilkan H+ selama nitrifikasi; (2) pengambilan kation-kation oleh tanaman melalui pertukaran dengan H+; (3) pencucian kation-kation yang digantikan oleh H+ dan Al3+; dan (4) dekomposisi residu organik. Proses

pengasaman tanah secara alami disebabkan meningkatnya curah hujan dengan pH 5,7 atau kurang, tergantung pada kandungan polutan SO2, NO2, dan lain-lain

(Damanik, dkk, 2011).

Pada tanah masam penggenangan meningkatkan pH tanah (bersifat self liming) karena adanya pembebasan OH- pada proses reduksi senyawa kimia

(seperti Fe) pada tanah alkali penggenangan pH tanah ke netral akibat meningkatnya kadar CO2 yang mengakibatkan pembebasan ion H+ dalam proses

(44)

Survei Tanah

Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Evaluasi lahan tidak terlepas dari kegiatan survei tanah. Sedangkan survei tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan menentukan potensinya untuk berbagai alternatif penggunaan lahan. Tujuan survei tanah adalah mengklasikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang sama atau hampir sama sifatny (Subardja, 2000). Tanaman Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi dan dibudidayakan oleh masyarakat.Kacang tanah juga mengandung nutrisi tinggi untuk pemenuhan gizi masyarakat. Dari segi produksinya, kacang tanah masih menempati urutan kedua setelah kedelai. Produktivitas kacang tanah dipengaruhi oleh pengolahan tanah, pemupukan, varietas, pengairan, lingkungan serta intensitas hama dan penyakit (Indria, 2005).

(45)

diperlukan dalam peningkatan produksi kacang tanah adalah penggunaan varietas unggul. Penggunaan varietas unggul sebaiknya memperhatikan kesesuaian lingkungan , kebutuhan pasar, dan pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha. Pupuk diberikan pada umur 10-15 HST dengan cara disebar dalam larikan antara barisan, atau ditugal disamping tanaman (Syamsiar, 2010).

(46)

PENDAHULUAN Latar belakang

Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) dibawa masuk ke Indonesia oleh orang Cina tetapi tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, yaitu Negara Bolivia dan Peru. Kacang tanah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk bermacam-macam produk, misalnya kacang goreng, kacang bawang, ampyang, enting-enting, rempeyek, dan sebagainya. Kacang tanah (Fachruddin, 2000).

Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan, menekan impor dan meningkatkan ekspor maka peningkatan produksi harus dilakukan dengan cara memperluas areal tanam, baik di lahan kering maupun di lahan sawah. Pengolahan tanah yang baik, pemeliharaan tanaman, mencegah serangan hama dan penyakit, pengaturan populasi tanaman dan pemberian pupuk dengan jenis dan dosis yang tepat serta pengendalian gulma merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produksi.

(47)

berperan dalam ketersediaan hara di dalam tanah khususnya hara nitrogen, fosfor, dan kalium.

Kacang tanah baru akan mengikat nitrogen dari udara pada umur 15-20 hari, oleh karena itu pupuk nitrogen tetap diperlukan sebanyak 15-20 kg N/Ha, sedangkan untuk mendorong pertumbuhan akar baru sehingga daya serap hara tanaman meningkat, diperlukan posfat yang lebih banyak dibandingkan nitrogen yaitu 45 kg P2O5/Ha, sedangkan untuk fotosintesis, translokasi hasil fotosintesis,

regulasi stomata, mengaktifkan katalis (enzim) tanaman diperlukan 50-60 kg K2O/Ha (Suprapto, 1993).

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain.

(48)

tahun 2008 sebesar 368,57 ton dengan luas lahan 208 Ha dan pada tahun 2009 sebesar 835,44 ton dengan uas lahan 472 Ha, pada tahun 2010 sebesar 745,17 ton dengan luas lahan 412 Ha, pada tahun 2011 sebesar 681,45 ton dengan luas lahan 385 Ha, dan pada tahun 2012 sebesar 967,47 ton dengan luas lahan 542 Ha.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS (2014) produksi tanaman kacang tanah di Desa ini tidak stabil dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 hingga 2008 produksinya mengalami penurunan, kemudian miningkat kembali pada tahun 2009 dan kembali menurun hingga tahun 2011. Pada areal sawah tersebut para petani di desa Banuaji kecamatan Adiankoting menanam padi dan kacang tanah. Tamanam padi ditanam pada saat musim kemarau yaitu bulan Desember sampai bulan Mei, sedangkan tanaman kacang tanah ditanam pada saat musim hujan yaitu bulan Juni sampai dengan bulan November.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengevaluasi beberapa karakteristik kimia pada lahan sawah Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara untuk dapat mengetahui beberapa sifat kimia yang terdapat pada lahan sawah tersebut.

Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi beberapa karakteristik kimia pada areal sawah untuk tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L.)

2. Mengetahui kriteria status hara N-total, K-tukar, P-potensial, C-organik dan kemasaman tanah

(49)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dalam penanaman dan pengembangan tanaman tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.

(50)

ABSTRACT

Novita Sari Tobing, study of “ evaluation of several chemistry characteristic paddyfield land for peanut plants (Arachis hypogeae L.) at Banuaji village

Adiankoting subdistrict north Tapanuli regency” supervised by Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP and Ir. Sarifuddin, MP.

This study was conducted to evaluate some chemistry characteristic at paddyfield territory for peanut plants (Arachis hypogeae L.) at Banuaji village Adiankoting subdistrict north Tapanuli regency. The analyzed has been done since June to September 2015 at PT.Socfin Indonesia laboratory.

This study used free grid method. The analyzed of N-total (Kjeldhal method), P2O5 extraction of (HCl 25%), K-exchange (extraction of 1 N NH4Oac

pH 7), C-organic (Walkley & Black), soil pH ( Elektrometry method 1:2,5). The data has been processed using SPSS statistics 17.0 and interpret at hara status map.

The results showed that N-total had becomes for three category that is very low (10.7 Ha) low (161 Ha) and middle (150.3 Ha). P-potential had becomes two category that is very high (64.4 Ha), high (118.1 Ha). K-exchange had been three category that is middle (171.7), high (118.1 Ha) and very high (32.2 Ha). C-organic had category for three category that is very low (53.7 Ha), low (257.6 Ha) and high (10.7 Ha). Soil pH category for two that is acid (289.8 Ha) and rather acid (32.2 Ha).

(51)

ABSTRAK

Novita Sari Tobing. Meneliti “Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) di Desa

Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara”. Dibimbing oleh

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Ir. Sarifuddin, MP.

Penelitin ini bertujuan mengevaluasi beberapa karakteristik kimia pada area sawah untuk tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L.) di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium PT. Socfin Indonesia yang dimulai pada bulan juni – September 2015.

Penelitian ini menggunakan metode grid bebas. Analisis N-total (Metode Kjeldhal), P2O5 (Ekstraksi HCl 25%), K-tukar (Ekstraksi 1 N NH4Oac pH 7),

C-organik (Walkley & Black), pH Tanah (Metode Elektrometry 1:2,5). Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program SPSS statistic dan menginterpretasikan dalam peta status hara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa N-total dibedakan menjadi tiga golongan yaitu sangat rendah (10.7 Ha), rendah (161 Ha), dan sedang (150.3 Ha). P-potensial dibedakan menjadi dua golongan yaitu sangat tinggi (64.4 Ha), tinggi (257.6 Ha). K-tukar digolongkan menjadi tiga golongan yaitu sedang (171.7), tinggi (118.1 Ha), dan sangat tinggi (32.2 Ha). C-organik digolongkan menjadi tiga golongan yaitu Sangat rendah (53.7 Ha), rendah (257.6 Ha), dan tinggi (10.7 Ha). pH tanah digolongkan menjadi dua yaitu masam (289.8 Ha), dan agak masam (32.2 Ha).

(52)

EVALUASI BEBERAPA KARAKTERISTIK KIMIA PADA LAHAN SAWAH UNTUK TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) DI DESA

BANUAJI KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

OLEH:

NOVITA SARI TOBING 110301226

AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(53)

EVALUASI BEBERAPA KARAKTERISTIK KIMIA PADA LAHAN SAWAH UNTUK TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) DI DESA

BANUAJI KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

OLEH:

NOVITA SARI TOBING 110301226

AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(54)

Judul : Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

Nama : Novita Sari Tobing NIM : 110301226

Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir Abdul Rauf, MP.) (Ir. Sarifuddin, MP.)

Ketua Anggota

Mengetahui

(55)

ABSTRACT

Novita Sari Tobing, study of “ evaluation of several chemistry characteristic paddyfield land for peanut plants (Arachis hypogeae L.) at Banuaji village

Adiankoting subdistrict north Tapanuli regency” supervised by Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP and Ir. Sarifuddin, MP.

This study was conducted to evaluate some chemistry characteristic at paddyfield territory for peanut plants (Arachis hypogeae L.) at Banuaji village Adiankoting subdistrict north Tapanuli regency. The analyzed has been done since June to September 2015 at PT.Socfin Indonesia laboratory.

This study used free grid method. The analyzed of N-total (Kjeldhal method), P2O5 extraction of (HCl 25%), K-exchange (extraction of 1 N NH4Oac

pH 7), C-organic (Walkley & Black), soil pH ( Elektrometry method 1:2,5). The data has been processed using SPSS statistics 17.0 and interpret at hara status map.

The results showed that N-total had becomes for three category that is very low (10.7 Ha) low (161 Ha) and middle (150.3 Ha). P-potential had becomes two category that is very high (64.4 Ha), high (118.1 Ha). K-exchange had been three category that is middle (171.7), high (118.1 Ha) and very high (32.2 Ha). C-organic had category for three category that is very low (53.7 Ha), low (257.6 Ha) and high (10.7 Ha). Soil pH category for two that is acid (289.8 Ha) and rather acid (32.2 Ha).

(56)

ABSTRAK

Novita Sari Tobing. Meneliti “Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) di Desa

Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara”. Dibimbing oleh

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Ir. Sarifuddin, MP.

Penelitin ini bertujuan mengevaluasi beberapa karakteristik kimia pada area sawah untuk tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L.) di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium PT. Socfin Indonesia yang dimulai pada bulan juni – September 2015.

Penelitian ini menggunakan metode grid bebas. Analisis N-total (Metode Kjeldhal), P2O5 (Ekstraksi HCl 25%), K-tukar (Ekstraksi 1 N NH4Oac pH 7),

C-organik (Walkley & Black), pH Tanah (Metode Elektrometry 1:2,5). Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program SPSS statistic dan menginterpretasikan dalam peta status hara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa N-total dibedakan menjadi tiga golongan yaitu sangat rendah (10.7 Ha), rendah (161 Ha), dan sedang (150.3 Ha). P-potensial dibedakan menjadi dua golongan yaitu sangat tinggi (64.4 Ha), tinggi (257.6 Ha). K-tukar digolongkan menjadi tiga golongan yaitu sedang (171.7), tinggi (118.1 Ha), dan sangat tinggi (32.2 Ha). C-organik digolongkan menjadi tiga golongan yaitu Sangat rendah (53.7 Ha), rendah (257.6 Ha), dan tinggi (10.7 Ha). pH tanah digolongkan menjadi dua yaitu masam (289.8 Ha), dan agak masam (32.2 Ha).

(57)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Oktober 1992 dari pasangan Ayah Masper Lumban Tobing dan Ibu Masnur Mawati Br. Hutabarat. Penulis merupakan putri pertama dari lima bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tarutung dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian masuk besama (UMB) di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), sebagai anggota di Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) St. Fransiskus Xaverius, dan pernah menjabat sebagai Sekretaris Fakultas IMK periode 2013-2014, Koordinator Fakultas IMK periode 2014-2015, dan sebagai anggota di KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) St. Albertus Magnus USU.

(58)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah ” Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi Prof. Dr. Ir Abdul Rauf, M.P., dan Ir. Sarifuddin, M.P. yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2016

(59)

DAFTAR ISI Karakteristik Lahan Sawah Tadah Hujan ... 4

Kebutuhan Hara Kacang Tanah

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Tahap Persiapan ... 14

Survei dan Pengambilan Contoh di Lapangan ... 15

Parameter yang di Amati ... 15

Pengolahan Data ... 16

(60)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 17 Pembahasan ... 30 KESIMPULAN DAN SARAN

(61)

DAFTAR TABEL

Penggunaan Lahan di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara

Hasil Analisis N-total Tanah

Luas Wilayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara Nitrogen (N-total) Hasil Analisis P-potensial

Luas Wilayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara Fosfor (P-potensial) Hasil Analisis K-tukar

Luas Wiayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara Kalium (K-tukar) Hasil Analisis C-organik

Luas Wilayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara C-organik Hasil Analisis Kemasaman Tanah (pH-tanah)

Luas Wilayah Berdasarkan Kriteria Kemasaman (pH-tanah)

(62)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

(63)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah 39 2.

3.

Hasil Analisis Tanah

Tabel Hasil Analisis Korelasi Hara C, pH dengan NPK Tanah

40 41 4. Peta Administrasi Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten

Tapanuli Utara

42

5. Peta Status Hara N-total Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting 42 6. Peta Status Hara P-potensial Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting 43 7. Peta Status Hara K-tukar Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting 43 8. Peta Status Hara C-organik Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting 44 9.

10.

Peta Kemasaman Tanah Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Perhitungan Kebutuhan Pupuk Tanaman Kacang Tanah

Gambar

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara
Tabel 2. Hasil Analisis N-Total Tanah
Tabel 3. Luas Wilayah Berdasarkan Kriteria/Status Hara Nitrogen (N-total)
Tabel 4. Hasil Analisis P-potensial
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Nilai koefisien regresi -0,393X3 mengandung makna bahwa jika peluang promosi jabatan di perusahaan ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keinginan karyawan untuk

Melihat banyaknya pengguna smartphone dan menjadikan generasi anak muda sekarang menjadi generasi individualis, menjadikan ide pada film animasi ‘Smartphone Addiction’

Hasil tersebut dapat dilihat karena tidak hanya pembiayaan saja yang mampu membuat nilai pembiayaan musyarakah meningkatnya profitabilitas Bank Umum Syariah tetapi

STOCKS ARE ESTIMATED FROM THE NUMBER OF PACKAGES, &#34;THE IMPORTS FOR CONSUMPTION&#34; FIGURES ARE TO THAT EXTENT APPROXIMATE.. 3) ALL QUANTITIES REPRESENT ACTUAL REPORTED WEIGHT,

Perubahan dalam proses produksi mengakibatkan penentuan harga pokok dengan sistem biaya tradisional (konvensional) akan memberikan hasil yang kurang tepat. Harga pokok

Melakukan pengamatan dengan format yang tersedia.. mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) kemampu an pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak

Dengan sistem yang akan dibangun ini, yaitu sewa VCD dengan sistem antar jemput dan SMS, pelanggan dapat melakukan sendiri proses peminjaman, pengembalian, melihat film

Kualitas hidup pada kelompok yang biasa sarapan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak biasa sarapan, namun tidak terdapat perbedaan signifikan secara