• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Tahun 2015"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS

LANGSA LAMA TAHUN 2015

A.Identitas Responden No. Responden :

Nama :

Umur :

Pendidikan : Pekerjaan :

B.Kekurangan Energi Kronis Lila Ibu : ………..cm C.Pengetahuan

1. keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu adalah

a. Kekurangan Energi Kronik (KEK) b. Kekurangan Vitamin A

c. Kekurangan Yodium

2. Apabila ibu mengalami kekurangan gizi selama kehamilannya maka ia beresiko memiliki bayi dengan kondisi kesehatan yang…

a. Baik b. Buruk c. Sehat

3. Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai ….

(2)

b. 20 minggu c. 32 minggu

4. Pengaruh Kekurangan Energi Kronis terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan….

a. persalinan sulit dan lama, persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum

b. Melahirkan Bayi Besar

c. Melahirkan Bayi dengan berat normal 5. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :

a. Tidak merasa letih b. Muka tampak Segar

c. kesulitan sewaktu melahirkan

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK) yaitu kecuali… a. Jumlah Asupan Makan

b. Penyakit Atau Infeksi c. Pola Tidur

7. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain kecuali : a. Keguguran

b. pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) c. perkembangan otak janin yang baik

8. Apakah ibu mengetahui makanan yang beranekaragam? a. Makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan b. Makanan pokok dan lauk saja

c. Sayuran dan buah-buahan saja

(3)

terpenuhi kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur b. Melengkapi kekurangan zat tenaga

c. Melengkapi kekurangan zat pembangun C.Pendapatan

1. Berapakah anggota keluarga yang tinggal bersama ibu? ………orang

2. Berapakah pendapatan keluarga ibu selama 1 bulan ? Rp………../bulan

2. Apakah ibu rutin memeriksakan kehamilan setiap bulan? a. Iya

5. Sebutkan jumlah kunjungan ibu selama kehamilan pada pembagian trimester di bawah ini 1. Trimester pertama (1-3 bulan kehamilan)

(4)
(5)
(6)

DAFTAR PUSTAKA

Afrina, 2012. Hubungan Antara Asupan Protein Dengan Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil. www. eprints.uns.ac.id. Diakses Tanggal 01 April 2015 Jam 19.30.wib.

Almatsier, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.

Amurullah S. 2006. Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas Pada Ibu Hamil dengan Kurang Energi Kronis (KEK). Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Arisman, 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku. Kedokteran EGC: Jakarta.

Astri, 2011. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Kejadian Kek (Kekurangan Energi Kronik) Pada Ibu Hamil. www. digilib.unimus.ac.id. Diakses Tanggal 18 April 2015 Jam 22.0.wib.

Bendich and Shaw, dkk, 2003. Study Nutritional Anemia An Assesment of Information Compilation For Supporting and Formulating National Policy and Programme, Directorate of Community Nutrition Center and Center For Nutrition Research And Development Ministry of Health

Bidanku, 2010. Mengatur Pola Makan Saat Hamil. Rineka Cipta. Jakarta.

Charles, 2008. Kekurangan Energi Kronik (KEK). http:// chinue. Wordpress.com. Diakses Tanggal 20 April 2015 Jam 20.30.wib

Depkes RI, 2002. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta. , 2010. Ketersediaan Pangan Penduduk. JHPIEGO. Jakarta.

Dinkes Kota Langsa, 2014. Profil Kesehatan Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa.

Dinas Kes Propinsi Sumatra Utata. Pedoman Rencana Aksi Nasional Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk. Medan

Djamaliah, 2008.Faktor-Faktor yang Beruhubungan dengan Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil.www. journal.unhas.ac.id. Diakses Tanggal 05 April 2015 Jam 17.00.wib.

Ferial, 2011. Kejadian Kekurangan Energi Kronis dengan Anemia. Fitramayana: Yogyakarta.

Hanani, 2012. Ketersedian Pangan Dalam Keluarga. www. digilib.ucaga.ac.id. diakses

(7)

Helena, 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola Makan dalam pemenuhan Gizi. www. repository.usu.ac.id. Diakses Tanggal 20 April 2015 Jam 15.00.wib.

Hollowel, 2011. Perawatan Antenatal Care. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Hulliana, 2001. Deteksi Dini Resiko Dalam Kehamilan. www. Journal.unhas.ac.id diakses tanggal 08 Agustus 2015 jam 23.00 wib.

Kemenkes, 2013. Profil Indonesia Tahun 2013. www.depkes.go.id Diakses Tanggal 05 April 2015 Jam 17.00.wib.

Kusmiyati, 2009. Perawatan Ibu Hamil. Fitramaya: Yogyakarta.

Maulana, 2008. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC Manuaba, 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.

Mina, 2003. Hubungan Kejadian Kelahiran Prematur Dengan KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Alur Pinang. Aceh

Musbikin, 2008. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Mitra Pustaka: Yogyakarta

Nora,2013. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Yang Menderita Kekurangan Energi Kronis (Kek). www.apikescm.ac.id. Diakses Tanggal 09 April 2015 Jam 18.10.wib

Notoadmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Pt. Rineka Cipta, Jakarta , 2010, Kesehatan Masyarrakat Ilmu Dan Seni, Pt. Rineka Cipta: Jakarta Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta.

Rahayu, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil di Desa Peukan Bada Aceh.

Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses Tanggal 01 April 2015

Sadli, 2011. Hubungan Pengetahuan, Penghasilan Keluarga Dan Budaya Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil di Puskesmas Tanjung Beringin. Langkat.

Saifuddin, dkk, 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sani, ddk, 2003. Panduan Program Kesehatan Ibu Dan Anak.

(8)

Soekirmanm 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi, Departemen Pendidikan nasional.

Suhardjo, 2002. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta

Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Rhineka Cipta: Jakarta

Sutriani, 2010. Pertumbuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta

Tenri, 2012. Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Desa Pasaman. Jawa Barat.

Tobing, F, L., 2010. Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu dan anak Balita DiDaerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2009. Skripsi Universitas Sumatra Utara. Medan

Winkjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan, Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka

Widyawati, 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi Dan konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Di Desa Karang Rejo. Jawa Tengah.

UU No.20, 2003. Sistem Pendidikan nasional.

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan survey analitik yaitu dengan desain penelitian cross sectional study yaitu antara variabel dependen dan independen diukur dalam waktu yang bersamaan.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama, Kota Langsa Provinsi Aceh. Adapun alasan pemilihan lokasi karena di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama ini terdapat 213 ibu hamil.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April – November 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa sebanyak 213 ibu hamil.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik, Proportional Random Sampling) dengan kriteria ibu hamil yang bersedia diwawancarai. Besar pada sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus Slovin dalam Notoatmodjo (2010) dibawah ini :

n =

=

=

=

(10)

Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan 0,1 (10%)

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata yaitu dengan cara:

1. Membatasi jumlah sampel berdasarkan kesempatan menjadi sampel yang akan diteliti. 2. Sampel yang diambil berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus :

X Jumlah Sampel = Jumlah sampel yang diambil tiap desa

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Desa di Gampong Teungoh Kecamatan Langsa Kota

No Desa Jumlah Ibu hamil Sampel yang diambil

1.

(11)

Apabila besarnya sampel yang di inginkan itu berbeda-beda, maka besarnya kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk terpilih berbeda pula. Sampel diambil dengan cara mengundi atau lotre technique misalnya pada desa Asam Peutik sebelumnya dibuat daftar list sebanyak 12 ibu kemudian dilakukan pengundian lotre misalnya keluar no.4 maka nomor urut ke-4 akan dijadikan sampel pertama dan cara ini dilakukan kembali untuk menentukan sampel selanjutnya sampai diperoleh 4 orang sampel, kemudian cara ini dilakukan juga pada desa lainnya sampai sampel yang ditetapkan tercapai (Notoatmodjo, 2010).

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan peninjauan langsung kelapangan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner yang telah diuji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui kevalidan dan kendala yang diperoleh kepada ibu hamil atau sampel penelitian dan wawancara langsung dengan ibu hamil serta observasi langsung pada objek penelitian. Hasil wawancara dan hasil observasi yang diperoleh, dicatat pada lembar kuesioner dan lembar observasi penelitian yang telah dipersiapkan.

3.4.2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil dari data jumlah Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama dan gambaran wilayah Puskesmas Langsa Lama.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

(12)

3.5.2 Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu hamil tentang Kekurangan Energi Kronik (KEK)

2. Pendapatan adalah segala bentuk penghasilan yang diterima oleh keluarga dalam bentuk rupiah yang diterima setiap bulannya.

3. Pemeriksaan Kehamilan adalah pemeriksaan pada ibu hamil dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan frekuensi minimal 4 kali selama kahamilan sesuai usia kehamilan. 4. Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil

mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.

3.6 Metode Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian adalah untuk mengukur pendidikan, pengetahuan dan ketersediaan pangan.

3.6.1 Pengetahuan

Pertanyaan mengenai pengetahuan diperoleh dari standar yang ditelah susun oleh Nursalam, 2008 dan dibuat sebanyak 10 pertanyaan dengan bobot nilai tertinggi yaitu 1 dan nilai terendah 0, jadi total skor pertanyaan mengenai pengetahuan tertinggi adalah 10 dan terendah adalah 0, maka :

- Pengetahuan dikatakan baik

Ibu hamil dapat menjawab pertanyaan dengan benar 76% - 100%, (skor 8 – 10). - Pengetahuan dikatakan cukup

Ibu hamil dapat menjawab pertanyaan dengan benar 56 % - 75 % (skor 6 - 7) - Pengetahuan dikatakan kurang

(13)

3.6.2 Pendapatan

Penetapan Upah Minimum Propinsi Aceh (UMP, 2014) a. Cukup > Rp 1,750,000 perbulan

b. Rendah < Rp 1,750,000 perbulan

3.6.3 Pelayanan Kesehatan Antenatal Care (ANC)

Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan : (Saifuddin, dkk, 2002)

1. Satu kali kunjungan selama trimester I (< 14 minggu). 2. Satu kali kunjungan selama trimester ke II (14 – 28 minggu ). 3. Dua kali kunjungan selama trimester ke III ( > 28 minggu) 3.6.4 Kejadian Kekurangan Energi Kronik

Menurut Supariasa (2002) yang dikatakan KEK adalah apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR. Kategori KEK :

KEK : Apabila LILA ibu hamil < 23,5 cm

Normal : LILA ibu hamil ≥ 23,5 cm

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah didapat dari hasil kuisioner diolah secara spss, menurut Notoadmojo (2003) dengan langkah – langkah sebagai berikut :

Editing : Yaitu data yang telah dikumpulkan diperiksa kebenarannya.

Coding : Memberikan kode–kode tertentu kepada masing–masing kategori /

jawaban yang diberikan ibu hamil

Scoring : Yaitu memberikan score pada setiap pernyataan dan pertanyaan yang

(14)

Tabulating : Yaitu data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Lokasi Penelitian

Puskesmas Langsa Lama diresmikan pada tanggal 18 Februari 2011 yang terletak di Desa Meurandeh Dayah Kecamatan Langsa Lama. Adapun visi puskesmas Langsa Lama dirumuskan berdasarkan potensi sumber daya yang ada, tantangan yang dihadapi serta hasil

yang diharapkan pada masa yang akan datang yaitu “Terwujudnya pelayanan kesehatan

berkualitas dan terjangkau menuju Langsa Lama Sehat dan Mandiri”.

Kecamatan Langsa Lama merupakan bagian dari pemerintah kota Langsa dengan luas wilayah keseluruhan ± 44,0 km² dan terdiri dari 15 desa yaitu Pondok Keumuning, Selalah Baro, Seulalah, Pondok Pabrik, Suka Jadi, Sidoarjo, Sidodadi, Meurandeh Dayah, Meurandeh Aceh, Meurandeh Induk, Merandeh Tengah, Asam Peutek, Bate Puteh, Langsa Lama dan Kampung Baro.

Kecamatan Langsa Lama Berbataskan :

 Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Langsa Kota

 Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Langsa Timur

 Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Aceh Timur

(16)

4.1.2 Demografi Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama yaitu sebanyak 29,169 jiwa. Persebaran penduduk di kecamatan Langsa Lama tahun 2015 untuk masing-masing desa tidak merata. Desa sidorjo memiliki penduduk terbanyak yaitu sebanyak 3,452 jiwa sementara desa yang paling sedikit dihuni oleh penduduk Desa Meurandeh Aceh yaitu 681 jiwa. Dengan jumlah ibu hamil seluruhnya sebanyak 681 ibu hamil.

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 17,211(59%) dan perempuan sebesar 11,958 (41%). Mayoritas penduduk wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama berpendidikan SLTA sebesar 34,4%, mata pencaharian paling banyak petani sebesar 62,8% dan mayoritas agama Islam sebesar 99,8%.

4.1.3 Distribusi Penduduk Menurut Umur

Sumber : Profil Puskesmas Langsa Lama tahun 2014

(17)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Ibu Hamil Menurut Pendidikan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Aceh yang terbanyak adalah ibu hamil dengan pendidikan SLTA sebesar 45,6% dan yang paling sedikit ibu hamil dengan pendidikan SD sebesar 11,7%. Adapun distribusi ibu hamil berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Karakteristik Ibu Hamil Menurut Pendidikan

Pendidikan n % PT 14 20,6 SLTA/Sederajat 31 45,6 SLTP/ Sederajat 15 22,1 SD 8 11,7 Jumlah 68 100

4.2.2 Karakteristik Ibu Hamil Menurut Umur

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa kelompok umur penderita Kurang Energi Kronis (KEK) di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Aceh pada kelompok umur 25-30 tahun sebesar 32 ibu hamil (47,5%). Distribusi umur yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Karakteristik Ibu Hamil Menurut Umur

(18)

4.2.3 Usia Kehamilan Ibu

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa usia kehamilan ibu di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Aceh mayoritas dengan usia kehamilan 14-27 minggu ada 29 ibu hamil ( 42,6%) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Karakteristik Ibu Hamil Menurut Usia Kehamilan Ibu Usia kehamilan ibu n % dan sebanyak 44 (64,7 %) ibu hamil tidak mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi KEK ( Kekurangan Energi Kronis ) Pada Ibu Hamil Di

Puskesmas Langsa Lama Tahun 2015

(19)

4.2.6. Pendapatan Rumah Tangga Ibu Hamil

Berdasarkan tabel dibawah ini pendapatan rumah tangga dari 68 ibu hamil manyoritas ibu hamil dengan pendapatan cukup sebanyak 48 (70,6%) dan minoritas ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan ada 24 ibu hamil.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Langsa Lama Tahun 2015

4.2.8. Kejadian KEK berdasarkan pengetahuan ibu hamil

(20)

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi KEK Pada Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Di

Berdasarkan tabel dibawah dari 48 ibu hamil yang memiliki pendapatan keluarga cukup yang mengalami KEK sebanyak 11 (22,9%) ibu hamil, sedangkan dari 20 ibu hamil yang memiliki pendapatan keluarga rendah yang mengalami KEK sebanyak 13 (65,0 %) ibu hamil. Berdasarkan uji Chi square di dapat Pvalue (0,001) <0,05, ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan kejadian KEK pada ibu hamil.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi KEK Pada Ibu Hamil Berdasarkan Pendapatan Di Puskesmas Langsa Lama Tahun 2015

4.2.10. Kejadian KEK berdasarkan pemeriksaan kehamilan (ANC)

Berdasarkan tabel dibawah dari 24 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan yang sesuai tidak ada yang mengalami KEK (0%) ibu hamil, dan pada ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan yang mengalami KEK sebanyak 24 (48,0 %) ibu hamil. Berdasarkan uji Chi square di dapat Pvalue (0,001) <0,05, ada hubungan yang signifikan antara pemeriksaan kehamilan ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi KEK Pada Ibu Hamil Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Langsa Lama Tahun 2015

(21)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 KEK (Kekurangan Energi Kronis)

Dari 68 ibu hamil sebanyak 24 (35,5%) ibu hamil yang mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis), dan sebanyak 44 (64,7%) ibu hamil tidak mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis).

Kebutuhan gizi akan terus menerus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan trimester ke dua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin berlangsung sangat cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan meskipun nafsu makan meningkat, tetaplah berpegang pada pola makanan dengan gizi seimbang.

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil diantaranya yaitu pengetahuan ibu tentang KEK, pengetahuan atau konoktif adalah hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langeng dari pada prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Bahwa selama ini terdapat beberapa masalah dalam upaya penetapan asupan gizi pada ibu hamil salah satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya asupan gizi yang cukup pada ibu hamil.

Sjahmien Moehdji (2003) menyatakan bahwa jika masukan zat gizi dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi, yang termanifestasi oleh adanya gejala yang timbul. Masukan zat gizi yang berasal dari makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan. Disamping untuk memenuhi kebutuhan tubuh ibunya sendiri, zat gizi juga dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

(22)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahayu (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi kronik (KEK) menunjuk hasil pada variabel umur beresiko yaitu sebanyak 87,5 %, pada umur kehamilan sebagian besar umur kehamilan trimester III yaitu 50 %, pendidikan didapat sebagian besar mampu sebanyak 58,3 %, lulus SMA sebanyak 83,3 %, dan pengetahuan sebagian besar kurang yaitu 75 % manyoritas ibu hamil tidak mengalami KEK yaitu sebanyak 66,7 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Efrinita (2010) tentang Hubungan Antara Asupan Protein Dengan kekurangan energi kronik ( KEK ) Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Jebres Surakarta dapat diketahui bahwa distribusi responden yang memiliki ukuran LILA ,23,5 cm ibu hamil dengan KEK adalah 17 orang (35,4 %).

Menurut peneliti masih adanya kasus ibu yang mengalami KEK , dikarenakan oleh banyak faktor antara lain kondisi ekonomi keluarga, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pengetahuan yang rendah, kesadaran akan konsumsi makanan yang bergizi yang rendah. Banyak ibu hamil yang tidak mengetahui bahaya atau dampak dari kekurangan energi kronis ( KEK ) pada ibu hamil.

5.2 Kejadian KEK Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, ibu hamil dengan pengetahuan baik yang tidak mengalami KEK sebanyak 83,3 % dan ibu hamil yang mengalami KEK ada 16,7 %. Ibu hamil dengan pengetahuan cukup yang mengalami KEK ada 17,2 % dan yang tidak KEK ada 82,8 %. Sedangkan ibu hamil dengan pengetahuan kurang yang mengalami KEK ada sebanyak 76,2 % dan yang tidak mengalami KEK ada 23,8 %.

(23)

yang memiliki pengetahuan tinggi cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nialai gizi makanan tersebut.

Menurut Notoadmodjo (2010) hubungan antara pengetahuan, sikap, niat dan prilaku akan mempengaruhi keikutsertaan seseorang dalam suatu aktifitas tertentu. Adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu hal, akan menyebabkan orang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. pengetahuan berisikan segi positif dan negatif. Bila sesuatu kegiatan dianggap lebih banyak segi positifnya, maka kemungkinan seeseorang akan mengikuti kegiatan tersebut. dalam hal ini ibu hamil yang rajin melakukan pemeriksaan kehamilan akan menerapkan hal-hal yang positif yang disarankan petugas kesehatan seperti memperhatikan mengkonsumsi makanan yang bergizi khususnya selama kehamilan untuk mencegah terjadinya KEK.

Pengetahuan ibu hamil yang diperoleh melalui proses informasi atau yang didapat langsung dari petugas kesehatan tentang dampak kurang energi kronis, dapat mempengaruhi pola pikirnya termasuk dalam tindakan mengambil keputusan untuk memilih bahan makanan yang dikonsumsi, misalnya memilih dan mengolah makanan yang banyak mengandung gizi. Pemberian informasi dengan penyuluhan tentang kekurangan energi kronis pada ibu hamil saat memeriksakan kehamilannya, memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan gizi selama kehamilan yang diberikan sebagai salah satu program pencegahan terjadinya kurang energi kronis.

(24)

Menurut hasil penelitian Nora (2013) tentang gambaran karakteristik ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis ( KEK) di kecamatan Wonosalam Kabupaten Demark Menunjukan bahwa ibu hamil memiliki pengetahuan cukup tentang KEK sebanyak 15 orang ( 50 %), dan sebagian besar ibu hamil yang menderita KEK memiliki status ekonomi yang tinggi yaitu sebanyak 18 orang ( 60%) ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis mempunyai pengetahuan cukup tentang KEK dengan tingkat tamat SMA dan mempunyai status ekonomi yang tinggi, tidak semua ibu hamil yang menderita KEK mempunyai tingkat pendidikan rendah dan status ekonomi yang rendah pula.

Menurut peneliti semakin banyak seseorang mendapatkan pengetahuan maka semakin banyak yang dapat dipahami. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting. Untuk terbentuknya tindakan seseorang untuk meningkatnya dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, sehingga ibu dapat memahami pentingnya asupan gizi pada ibu hamil dan apa saja kerugian yang didapat ibu jika mengalami kekurangan energi kronis (KEK).

5.3 Kejadian KEK Berdasarkan Pendapatan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pendapatan keluarga ibu hamil yang memiliki pendapatan cukup yang tidak mengalami KEK sebanyak 77,1% dan yang mengalami KEK sebanyak 22,9 %. Sedangkan ibu hamil yang memiliki pendapatan rendah yang mengalami KEK sebanyak 65,0% dan yang tidak KEK 35,0 %.

(25)

Selama masa kehamilan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh baik pada ibu dan janin dalam kandungan meningkat. Untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga. Oleh karena itu asupan nutrisi sangat dibutuhkan selama masa kehamilan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta masa kehamilannya atau organ kandungan, perubahan komposisi metabolisme ibu dan janin. Ibu hamil yang mengalami kekurangan asupan zat gizi dan berstatus gizi buruk maka mempunyai peluang besar untuk melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Pengeluaran yang rendah berpeluang besar menyebabkan terjadinya KEK yang menyebabkan akan berpengaruh dengan kualitas belanja pangan menyebabkan pemenuhan kebutuhan gizi khususnya energi dan protein semakin kecil. Menurut Suhardjo (2002) yang menyatakan bahwa pada umumnya, jika tingkat pendapatan naik maka jumlah makanan yang dimakan cenderung membaik juga. Secara tidak langsung zat gizi tubuh akan terpenuhi dan akan meningkatkan status gizi.

(26)

Penelitian ini menunjukkan hubungan bermakna antara pendapatan keluarga per bulan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Keadaan ini menyimpulkan bahwa proporsi ibu hamil KEK lebih banyak pada ibu yang mempunyai pendapatan rendah yaitu kurang dari Rp.1.750.000,- per bulan ada 65,0 %. Sejalan dengan temuan Amrullah (2006), yang menyatakan bahwa ada hubungan nyata antara pendapatan suami dengan risiko KEK pada ibu hamil, semakin tinggi tingkat pendapatan suami maka status gizi ibu hamil cenderung lebih baik sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk berisiko KEK dibandingkan dengan ibu hamil yang berasal dari status social ekonomi rendah.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tenri (2012) Tentang Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) menunjukan pada pendidikan terdapat nilai signifikan p=0,000 dengan KEK pada wanita prakonsepsi di kota Makassar. Pada pekerjaan p=0,535 dengan KEK pada wanita pra konsepsi di kota makassar sedangkan pada pengeluaran pangan p=0,012 dengan KEK pada wanita pra konsepsi di Kota Makassar. Di simpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan KEK dan tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan KEK sedangkan pada pengeluaran pangan terdapat hubungan yang signifikan dengan KEK.

(27)

5.4 Kejadian KEK berdasarkan Pameriksaan Kehamilan (ANC)

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan yang sesuai dengan standar kunjungan tidak ada yang mengalami KEK (0%), sedangkan ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan yang mengalami KEK ada sebanyak 48,0 %.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin (Huliana, 2001). Pemanfaatan perawatan prenatal diketahui bervariasi lintas-sectional dengan karakteristik sosiodemografi, terutama ras/etnis, pendidikan, usia, dan status perkawinan (Charles, 2008). Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas spesifik program perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian bayi dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung dan rentan perempuan belum dievaluasi secara mendalam (Hollowell, 2011). Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan pendapatan keluarga (ekonomi). Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (Nora, 2013).

(28)

secara teratur merupakan upaya untuk mendeteksi lebih dini bahaya atau komplikasi yang bisa terjadi dalam kehamilan, seperti kurang energi kronis (KEK).

Pada saat pemeriksaan kehamilan dilakukan penimbangan berat badan pada ibu hamil sehingga dapat di deteksi adanya penurunan berat badan yang merupakan salah satu indikator KEK pada ibu hamil. Selain itu, pada saat pemeriksaan dilakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada ibu hamil sehingga kejadian kurang energi kronis dapat dideteksi lebih dini.

Penelitian ini sesuai dengan Halim Surasih (2005) diketahui diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan KEK pada ibu ha,il adalah jumlah konsumsi energi, usia ibu hamil, dan pendapatan kelurdga serta pengetahuan ibu tenang gizi dan kesehatanibu hamil. Dan penelitian Debby Triwidyastuti (2011) menunjukan ada hubungan yang bermakna antara ANC dengan status Haemoglobin artinya nibu hamil yang termasuk kelompok ANC beresiko lebih banyak menderita anemia (83,3 %) dengan kurangnya kunjungan terhadap bidan untuk melakukan ANC secara rutin.

(29)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian di Puskesmas Langsa Lama dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Jadi,semakin baik pengetahuan ibu hamil semakin kecil resiko ibu hamil akan mengalami KEK.

2. Ada hubungan yang signifikan antara pendapatan ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Jadi, semakin tinggi pendapatan keluarga ibu hamil semakin kecil resiko ibu hamil akan mengalami KEK

3. Ada hubungan yang signifikan antara pelayanan ANC ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Jadi, semakin rutin ibu memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan semakin kecil resiko ibu akan mengalami KEK

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan kepada petugas puskesmas langsa lama kota langsa dalam rangka menurunkan prevalensi KEK perlu dilakukan kerja sama lintas program terutama dari program promosi kesehatan (PROMKES) dan pelayanan kesehatan (YANKES) dengan menggalakkan program sosialisasi melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) untuk meningkatkan pembekalan pengetahuan dan penyebarluasan informasi kesehatan seperti kesehatan gizi ibu hamil dan faktor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan kehamilan.

Perlu juga dilakukan deteksi dini melalui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) terutama pada ibu hamil. Diupayakan kepada WUS ketika memasuki awal kehamilan untuk wajib melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara rutin yang berguna untuk pencegahan risiko KEK.

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).

Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.

2.2 Etiologi

(31)

Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya yaitu meliputi:

a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu : 1) Terus menerus merasa letih 2) Kesemutan

3) Muka tampak pucat

4) Kesulitan sewaktu melahirkan

5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.

b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain : 1) Keguguran

2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)

3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur) 4) Kematian bayi (Helena, 2013).

2.3 Lingkar Lengkar Atas

(32)

Cara mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan menggunakan pengukuran LILA adalah :

1. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

2. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai resiko KEK. Bila remaja putri menderita resiko KEK segera dirujuk ke Puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka ragam (Supriasa, 2002).

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK) Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Menurut (Djamaliah, 2008) antara lain : jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu hamil, penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga. Adapun penjelasannya :

1) Jumlah asupan makanan

(33)

apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.

2) Usia ibu hamil

Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.

3) Beban kerja/Aktifitas

(34)

4) Penyakit /infeksi

Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu :

a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.

b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan yang terus menerus.

c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.

5) Pengetahuan ibu tentang Gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.

6) Pendapatan keluarga

(35)

Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.

7) Pemerkaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)

Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan kunjungan ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena dapat membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya (Sjahmien Moehji, 2003)

2.5 Gizi pada ibu hamil

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut : a. Asam folat

Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan.

b. Energy

Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

c. Protein

(36)

d. Zat besi (FE)

Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg.

e. Kalsium

Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.

f. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang

g. Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme (Kusmiyati, 2008)

2.6 Penilaian Status Gizi Ibu Hamil

a. Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa Tubuh = IMT) Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat bada lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.

b. Ukuran Lingkar Lengann Atas (LILA)

(37)

c. Kadar Hemoglobin (Hb)

Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami anemia. (Kusmiyati, 2008).

2.7 Gizi Untuk Tumbuh Kembang Janin

Pada kehamilan trimester pertama pertumbuhan janin lambat, mulai trimester dua dan seterusnya, pertumbuhan janin terjadi dengan laju lebih cepat. Sejak menginjak bulan keempat, umumnya ibu hamil sudah bebas dari gangguan morning sicknes, sehingga ibu merasakan nafsu makan kembali. Sekalipun demikian pada trimester ini anda harus mulai memperhatikan komposisi maka yang dikonsumsi (Musbikin, 2008).

2.8 Gizi Penting Saat Hamil

Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin belangsung sangat cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan meskipun nafsu makan meningkat, tetaplah berpegang pada pola makan dengan gizi seimbang.

Status gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. yaitu pada trimester pertama kenaikan kurang lebih dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua kurang lebih 3 kg dan pada trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.

Sebaiknya ibu hamil menghindari makanan berkalori tinggi . makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat, dan lemak sebagai sumber tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur (Maulana, 2008).

2.9 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KEK 2.9.1 Pengetahuan

(38)

manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1). Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau apa yang telah dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.

2). Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3). Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya Aplikasi dapat diartikan juga sebagai penggunaan atau aplikasi hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

4). Analisis (analysis)

(39)

5). Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusu suatu formulasi baru dari formula-formula yang ada.

6). Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.

Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran , dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan dan kognitif merupakan hal yang Sangat penting Untuk terbentuknya tindakan seseorang, meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan jika membentuk kepercayaan seseorang, pengetahuan jika membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap sesuatu hal perilaku yang didasari pengetahuan lebih langsung dari prilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmodjo, 2010).

Notoatmodjo (2010) mengatakan pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indra diperoleh melalui mata dan telinga.

(40)

Sebaliknya mereka yang memiliki pengetahuan gizi tinggi cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasioanl dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut (Helena, 2013)

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga (Djamilah, 2008).

Ketersediaan (food availability) yaitu ketersediaan pangan dalam jum;ah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

(41)

masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama dan menetap, karena didasari oleh kesadaran (Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No.20/2003).

Pendidikan ibu memberikan pengaruh terhadap perilaku anak khususnya tanggung jawab dalam memilih makanan. Ibu yang berperilaku tinggi tidak akan membiasakan diri untuk berpantang atau tabu terhadap bahan makan yang ada (Helena, 2013).

Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan akan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di bidang gizi (Helena, 2013).

Dalam arti sederhana pendidikan gizi merupakan suatu proses belaar tentang pangan, bagaimana tubuh dapat menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan. Pendidikan gizi mengarah pada perubahan perilaku perbaikan konsumsi pangan dan status gizi. Perilaku konsumsi memilih dan menggunakan pangan. Perilaku kosumsi pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui proses pendidikan maupun sebagai dampak dari peyebaran informasi (Helena, 2013).

2.9.2 Pendapatan

(42)

menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan (Djamilah, 2008).

Hasil penelitian Sadli (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, Penghasilan Keluarga Dan Budaya Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil didapatkan bahwa 67,2% responden mempunyai pengetahuan yang baik, 67,2% berpenghasilan < Rp. 450.000,-, 50,7% budaya responden baik dan 37,3% mengalami KEK. Didapatkan kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan, penghasilan dan budaya dengan kejadian KEK.

Ketersediaan pangan artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan keamanannya. Ketersediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan untuk memenuhi standart energy bagi individu agar mampu menjalankan aktifitas sehari-hari (Dinkes Propsu, 2006).

Upah Minimum Provinsi (disingkat UMP) adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi. Dahulu Upah Minimum Provinsi dikenal dengan istilah Upah Minimum Regional Tingkat I. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum. UMP ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi. Untujk daerah Provinsi Aceh upah minimum tahun 2014 sebanyak Rp 1,750,000 (UMP, 2014).

(43)

2.9.3 Pemerikaan Kehamilan (ANC) 1. Pengertian ANC

Pelayanan kesehatan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.

2. Tujuan ANC

Tujuan Antenatal Care Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :

(44)

b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,

c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal (Wiknjosastro, 2005)

Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin

e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).

Keuntungan Antenatal Care Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit. (Manuaba,1998)

Fungsi Antenatal Care adalah :

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan

b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu.

(45)

Cara Pelayanan Antenatal Care Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Kunjungan Pertama 1) Catat identitas ibu hamil 2) Catat kehamilan sekarang

3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu 4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan 5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium

6) Pemeriksaan obstetric

7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.

9) Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 11 dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting. a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

(46)

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit (Saifuddin, dkk., 2002)

Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 1997:57).

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”

a. (Timbang) berat badan b. Ukur (Tekanan) darah c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian (Tablet) zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan f. (Tes) terhadap penyakit menular sexual

(47)

2.10 Kerangka Teoritis

Faktor–faktor yang menyebabkan KEK pada ibu hamil dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yang meliputi penyakit infeksi dan asupan makanan, sedangkan faktor tidak langsung meliputi persediaan pangan keluarga, pendidikan, pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, dan pelayanan kesehatan (Soekirman, 2000).

1. Faktor langsung a. Penyakit infeksi

Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan akibat interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai, baik kualitas maupun kuantitas dan adanya penyakit yang sering diderita. Antara status gizi dan infeksi terdapat interaksi yang bolak balik. Infeksi dapat mengakibatkan gizi kurang melaui berbagai mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu makan dan toleransi terhadap makanan. Orang yang mengalami gizi kurang mudah terserang penyakit infeksi (Suhardjo, 2002).

Menurut Pudjiaji (2000) terdapat interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi. Sebab malnutrisi disertai infeksi, pada umumnya mempunyai konsekuensi yang lebih besar daripada malnutrisi itu sendiri. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negative pada daya tahan terhadap infeksi.

Dampak infeksi terhadap pertumbuhan, seperti menurunnya telah lama diketahui. Keadaan demikian ini disebabkan oleh hilangnya nafsu makan penderita infeksi. Sehingga masukan (intake) zat gizi kurang dari kebutuhan.

b. Asupan makanan

(48)

seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan dan ketersediaan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat. Kegiatan itu meliputi hal-hal seperti : bagaimana pangan dipengaruhi, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan dan berapa banyak yang dimakan (Suhardjo, 2002)

2. Faktor tidak langsung a. Ketersediaan Pangan

Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya (Depkes, 2010).

b. Pendidikan

Pendidikan ibu memberi pengaruh terhadap prilaku kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam memilih makanan. Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak akan memperhatikan tentang pantangan atau makanan tabu terhadap konsumsi makanan yang ada. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan akan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih kuat memperhatankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan dibidang gizi.

c. Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut. pola pembelanjaan makanan antara kelompok miskin dan kaya tercermin dalam kebiasaan pengeluaran. Pendapat merupakan factor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan.

d. Pelayanan Kesehatan

(49)

(karena jauh atau tidak mampu membayar), kurangnya pendidikan dan pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi kesehatan ibu dan anak

(50)

2.11 Kerangka Konsep Penelitan

Berdasarkan uaraian diatas dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :

Kerangka konsep diatas menerangkan hubungan tingkat pengetahuan, pendapatan dan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) terhadap kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil.

Pengetahuan

Pendapatan

Pemeriksaan kehamilan (ANC)

Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada

(51)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium Developmet Goals) ke 5 yaitu Meningkatkan Kesehatan Ibu, diperlukan upaya-upaya yang

efektif dan efisien serta konsisten dari seluruh pemangku kepentingan untuk ikut bersama-sama berupaya dalam mempercepat penurunan AKI dan Bayi Baru Lahir di Indonesia (Kemenkes, 2013).

Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, menyusui, bayi, dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (Sani, dkk., 2009). Angka kejadian kelahiran premature yang disebabkan karena ibu hamil mengalami kurang gizi (kurang energi kronis/KEK, yang ditandai dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm. Akibat yang paling relevan dari ibu hamil KEK adalah terjadinya bayi lahir dengan BBLR (kurang dari 2.500 gr) (Mina, 2013).

Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85% (Sutriani, 2010).

Angka kematian bayi dan ibu serta bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil

(52)

dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan yang normal.Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami 3 masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan animea (Saimin dalam Ferial (2011). Kejadian KEK dan anemia pada ibu hamil umumnya disebabkan karena rendahnya asupan zat gizi ibu selama kehamilan bukan hanya berakibat pada ibu bayi yang dilahirkannya, tetapi juga faktor resiko kematian ibu (Almatsier, 2004)

Prevalensi KEK di negara-negara berkembang seperti Banglades, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand adalah 15-47% yaitu dengan BMI <18,5. Adapun negara yang mengalami prevalensi yang tertinggi adalah Banglades yaitu 47%, sedangkan Indonesia menjadi urutan ke empat terbesar setelah India dengan prevalensi 35,5% dan yang paling rendah adalah Thailand dengan prevalensi 15-25%. (Sigit, 2009).

Masalah gizi dalam kehamilan yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah KEK pada ibu hamil, dimana hal ini disebabkan oleh pengetahuan gizi terhadap ibu hamil yang kurang, ketidakmampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi dan kurangnya kesadaran pada ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang dikandung (Astri, 2011).

(53)

peningkatan dalam kurun waktu selama 7 tahun. Enam belas provinsi dengan prevalensi risiko KEK diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, Aceh, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur.

Di Provinsi Aceh, prevalensi risiko KEK wanita hamil usia 15-49 tahun yang hamil sebanyak 20% sedangkan prevalensi risiko KEK wanita usia subur (tidak hamil). Secara nasional prevalensi risiko KEK WUS sebanyak 21% (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Langsa pada tahun 2014 didapat 3.801 ibu hamil dan sebanyak 167 (4,3%) ibu hamil yang mengalami KEK (Kekuranga Energi Kronis), sedangkan pada Januari - Juni 2015 dari 2.181 ibu hamil terdapat sebanyak 243 (11,14%) (ibu hamil yang mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis).

Berdasarkan laporan dari petugas kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kota Langsa Angka Kematian Ibu dan Neonatal meningkat, dan dari kematian ibu ternyata KEK menjadi masalah terbesar nomor 2 setelah kematian Neonatal. Data yang didapat dari Puskesmas Langsa Lama tahun 2014 didapat jumlah ibu hamil sebanyak 443 ibu hamil dan yang mengalami KEK sebanyak 45 (10,1%) ibu hamil. Sedangkan bulan Januari – Juni 2015 terjadi kenaikan persentase ibu hamil yang mengalami KEK, yaitu dari 213 ibu hamil terdapat 78 (36,6%) ibu hamil yang mengalami KEK. KEK yang tidak tertangani akan dapat meyebabkan kematian ibu dan janin, sehingga memerlukan perhatian khusus agar ibu dapat melahirkan dengan selamat dan janin lahir dengan sehat.

(54)

perawatan prenatal diketahui bervariasi lintas-sectional dengan karakteristik sosiodemografi, terutama ras/etnis, pendidikan, usia, dan status perkawinan (Charles, 2008). Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas spesifik program perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian bayi dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung dan rentan perempuan belum dievaluasi secara mendalam (Hollowell, 2011). Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan pendapatan keluarga (ekonomi). Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (Nora, 2013).

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga berpengaruh pada prilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya. Hal ini terlebih lagi kalau seorang ibu tersebut memasuki masa ngidam, dimana perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa yang tidak karuan. Walaupun dalam kondisi yang demikian jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka ia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan juga bayinya (Astri, 2011).

(55)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti membuat perumusan masalah bagaimanakah Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang KEK dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015.

2. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015.

3. Untuk mengetahui hubungan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015.

1.4 Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil 2. Ada hubungan pendapatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil

(56)

1.5 Manfaat Penelitian

(57)

ABSTRAK

Ibu hamil yang mengalami kurang energi kronik (KEK) cenderung melahirkan bayi BBLR dan mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal. Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil, dimana penelitian dilaksanakan di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa. Penelitian ini merupakan Survey Analitik dengan desain Cross Sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 68 ibu hamil. Dengan instrument berupa kuisioner untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan energy kronik (KEK) pada ibu hamil dengan melakukan wawancara.

Hasil penelitian ini terdapat hubungan pengetahuan dengan kejadian kekurangan energi kronis bahwa dari 29 ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup yang mengalami KEK 17,2%, sedangkan dari 21 ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang yang mengalami KEK 76,2%, dengan hasil uji chi-square (0,001). Terdapat hubungan antara pendapatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil dapat dilihat dari 48 ibu hamil yang pendapatan keluarganya cukup yang mengalami KEK sebanyak 25,0% dan dari 20 orang ibu hamil yang memiliki pendapatan keluarga rendah yang mengalami KEK 65,0% dengan hasil uji chi-square (0,001). Selain itu terdapat hubungan pemeriksaan kehamilan dengan kejadian KEK pada ibu hamil, dari 24 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan yang mengalami KEK 25,0%, sedangkan yang tidak melakukan pemeriksaan dan mengalami KEK 40,9% dengan hasil uji chi-square (0,001).

Diharapkan kepada tenaga kesehatan puskesmas langsa lama dapat sebagai masukan dan gambaran kesehatan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan kesehatan mengenai asupan gizi yang baik bagi ibu hamil. Diharapkan juga bagi ibu hamil agar lebih memperhatikan gizinya pada saat hamil.

Gambar

Tabel 3.1  Distribusi Jumlah Sampel Berdasarkan Desa di Gampong Teungoh Kecamatan Langsa Kota
Table 4.1   Distribusi Penduduk Menurut Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Aceh
Tabel 4.2  Karakteristik Ibu Hamil Menurut Pendidikan Pendidikan                                        n                                           %
Tabel 4.4 Karakteristik Ibu Hamil Menurut Usia Kehamilan Ibu  Usia kehamilan ibu                       n                                           %
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan antara status gizi sebelum hamil dengan kejadian KEK, dengan nilai signifikan p = 0,002 (p.value &lt; 0,05) dan nilai OR = 5,5 (OR&gt;1) hal ini

Hubungan Antara Jumlah Asupan Protein dengan Kejadian KEK pada Ibu Hamil .... Hubungan Antara Jenis Asupan Protein dengan Kejadian KEK pada Ibu

antara status gizi ibu hamil dengan berat badan lahir bayi.. Lanjut ke

Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil Terjadi tidaknya keadaan dimana ibu hamil menderita kekurangan energi protein yang dapat diketahui dengan

Terdapat hubungan antara status gizi sebelum hamil dengan kejadian. KEK, dengan nilai signifikan p = 0,002 ( p.value &lt; 0,05 ) dan nilai OR

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang

Hasil penelitian menyatakan tidak ada hubungan umur dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ajangale, Hal ini terjadi karena umur responden paling banyak

Berdasarkan observasi dan wawancara ada 39 ibu hamil yang mengalami KEK, hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada penanggung jawab gizi ibu hamil, di dapatkan data bahwa ibu hamil