• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Berat Badan Lahir a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram (Saifuddin, 2002). Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.

b. Klasifikasi Berat Badan Lahir

Klasifikasi bayi menurut masa gestasi dan umur kehamilan adalah bayi kurang bulan, bayi cukup bulan dan bayi lebih bulan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam jangka waktu 1 jam pertama setelah lahir. Klasifikasi menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir < 2500 gram, bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram dan bayi berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram (Sylviati, 2008).

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan

(2)

42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (Sylviati, 2008). Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1) Bayi kurang bulan ( Prematur Murni )

Bayi yang dilahirkan dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu, dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

2) Bayi kecil masa kehamilan (KMK)

Bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari presentil 10 kurva pertumbuhan janin. Sedangkan bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR).

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah

(3)

menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

WHO memperkirakan bahwa prevalensi BBLR dinegara maju sebesar 3-7% dan di negara berkembang berkisar antara 13-38%. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14% dari seluruh koheren hidup (Moehji, 2003)

Di negara berkembang, tingginya resiko BBLR dikarenakan oleh beberepa faktor yaitu (Moehji, 2003) :

1) Usia perkawinan yang terlalu muda

Ibu muda, baik secara fisiologis sebenarnya belum layak menjadi ibu, karena usia yang masih muda yaitu kurang dari 18 tahun.

2) Kehamilan beruntun dengan jarak yang pendek

Ibu-ibu di daerah pedesaan di negara berkembang sering hamil kembali sebelum anaknya berumur 12 bulan. Gizi ibu yang belum pulih sudah harus menanggung beban untuk membesarkan janin dalam kandungannya.

3) Lingkungan hidup yang tidak hygienis sehingga ibu mudah sekali menderita penyakit infeksi yang akan memperburuk keadaan gizinya.

(4)

4) Beban kerja fisik yang berat

Para ibu itu pada masa hamil sering harus membantu suami mereka bekerja di sawah atau kebun.

c. Faktor yang mempengaruhi berat badan lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :

1) Faktor lingkungan internal

Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.

2) Faktor lingkungan eksternal

Yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.

3) Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).

Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain adalah sebagai berikut.

1) Usia ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan

(5)

kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi lahir ringan (Poedji Rochjati, 2003).

Meski kehamilan dibawah umur sangat beresiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan karena sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, organ kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku. Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan diatas usia 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan, persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir rendah (Poedji Rochjati, 2003).

2) Jarak kehamilan/kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya.

(6)

3) Paritas

Paritas dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu atau wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang atau melintang.

4) Kadar hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sarwono (2007, p.448), seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12 gr/dl. Data Depkes RI (2008) diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2008). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

(7)

5) Status gizi ibu hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapan mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Pudjiaji, 2003). Selain itu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antopometri yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes RI, 2008).

6) Pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.

Menurut Sarwono (2007) pemeriksaan kehamilan dilakukan setelah terlambat haid sekurang-kurangnya 1 bulan,

(8)

dan setelah kehamilan harus dilakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu :

a) Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu b) Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu c) Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan

36 minggu sampai masa melahirkan.

Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan yang ditemukan.

7) Penyakit kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH(Toxoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus dan Herpes). Penyakit DM adalah suatu

penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup memproduksi insulin/tidak dapat menggunakan insulin yang ada. Bahaya yang timbul akibat DM diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar lebih dari 4000 gram dan kelainan bawaan pada bayi (Poedji Rochjati, 2003).

(9)

Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sarwono, 2007).

Faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung/ eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.

2) Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

Adapun cara untuk mengetahui tafsiran berat badan janin dapat diketahui dengan menggunakan rumus, yaitu:

TBJ : TFU (cm)-11 x (155) jika kepala janin sudah masuk PAP TBJ : TFU (cm)-12 x (155) jika kepala janin belum masuk PAP Keterangan : TBJ: Tafsiran berat janin

(10)

2. Status Gizi a. Pengertian

Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih (Almatsier, 2001).

Status gizi adalah ekspresi dalam keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrient dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2001).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil

Tujuan penatalaksanaan gizi pada wanita hamil adalah untuk mencapai status gizi yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan yang aman, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik. Bayi yang akan dilahirkan dan perjalanan penyakit pada ibu hamil perlu mendapat perhatian yang lebih. Sehingga untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan maka diperlukan status diit dan nutrisi pada ibu hamil. Apabila di dalam masa awal kehamilan terjadi malnutrisi maka akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kapasitas embrio untuk mempertahankan hidupnya, dan nutrisi yang buruk pada masa kehamilan lanjut akan mempengaruhi pertumbuhan janin (Atikah dan Siti, 2009, p.36).

Berat bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor genetis) status gizi janin. Status gizi janin ditentukan oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status

(11)

gizi ibu pada waktu konsepsi. Status gizi ibu pada waktu konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama, paritas dan usia kehamilan pertama. Status gizi ibu pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan keadaan kesehatan dan status gizi waktu konsepsi, juga berdasarkan keadaan sosial dan ekonomi pada waktu hamil, derajat pekerjaan fisik, asupan pangan dan pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi (Arisman, 2004, p.8).

Menurut Atikah dan Siti (2009, pp.51-52) ada banyak faktor yang mempengaruhi keperluan gizi pada ibu hamil diantaranya yaitu :

1) Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan

Wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan akan gizi dari anggota keluarga yang lain. Padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian yaang serius mengenai penambahan gizi. Ibu harus teratur dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi demi pertumbuhan dan perkembangan.

2) Status ekonomi

Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar

(12)

gizi yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpantau.

3) Pengetahuan zat gizi dalam makanan

Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan berpengetahuan gizi yang baik, kemungkinan ia akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.

4) Status kesehatan

Status kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap nafsu makannya. Seorang ibu dalam keadaan sakit otomatis akan memiliki nafsu makan yang berbeda dengan ibu yang dalam keadaan sehat. Namun ibu harus tetap ingat, bahwa gizi yang ia dapat akan dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan dirinya sendiri.

5) Aktifitas

Aktifitas dan gerakan sesorang berbeda-beda. Seorang dengan gerak yang aktif memerlukan energi yang lebih besar daripada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka semakin banyak aktifitas yang dilakukan, semakin banyak pula energi yang dibutuhkan.

(13)

6) Suhu lingkungan

Pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-37 derajat celcius umum untuk metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula panas yang dilepaskan.

7) Berat badan

Berat badan seorang ibu yang sedang hamil akan menentukan zat makanan yang diberikan agar kehamilannya dapat berjalan dengan lancar.

8) Umur

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.

(14)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi janin menurut Atikah dan Siti (2004, pp.53-54), yaitu :

1) Genetik

Seorang anak yang memiliki ibu yang mempunyai genetik dengan struktur lemak yang lebih besar maka anak juga akan memiliki genetik yang sama. Sehingga tidak heran apabilaada orang tua yang gemuk maka keturunannya juga gemuk. Hal ini berbeda sekali dengan anak yang memiliki orang tua dengan berat badan yang normal atau kurus. Fakta ini akan memberikan pemikiran bahwa kebutuhan gizi janin pada masing-masing janin itu berbeda.

2) Nutrisi

Komponen nutrisi yang terkandung dalam makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin. Pertumbuhan sel dalam menyusun bagian organ janin sangat tergantung ketersediaan zat nutrisi pembangun yang dikonsumsi ibu selama hamil. Seandainya ketersediaan zat terganggu, maka peluang timbulnya kelainan organ sangat mungkin terjadi.

3) Gaya hidup ibu

Gaya hidup ibu yang selalu merasa lapar akan mengakibatkan kebutuhan kalorinya bisa melebihi normal. Apabila kebutuhan gizi sudah berlebihan seperti ini, maka tidak bisa dipungkiri apabila makanan dan gizi yang diperlukan lebih

(15)

besar terutama jika ibu tersebut dalam kondisi mengandung maka dapat menjadi 2x lipat dari kondisi biasanya.

4) Kondisi kesehatan ibu

Seorang ibu yang sedang sakit, keinginan untuk makan dan minum otomatis akan berkurang. Kondisi ini akan dimengerti oleh janinnya yang akan berakibat pada penurunan kondisi janin. Hal ini tidak lain karena makanan, darah, nafas dan semua yang dimiliki oleh ibu tersambung dengan janinnya.

5) Lingkungan

Lingkungan di luar ibu dengan keanekaragaman bahan makanan yang berbeda akan mempengaruhi kebutuhan gizi janinnnya juga. Apabila dilihat dari jenis makanan dilingkungan yang ada di Amerika, Jepang dan negara maju lainnya yang biasanya lebih suka dengan makanan yang mentah tentunya gizinya akan berbeda dengan negara berkembang seperti di Indonesia yang kaya akan bahan makanan nabati.

Namun dari semua itu yang tidak boleh terlupakan adalah pemenuhan gizi selama hamil seperti konsumsi karbohidrat, protein nabati dan hewani, lemak, mineral, vitamin dan cairan. Semua zat gizi tersebut digunakan untuk perkembangan janin 3 bulan pertama.

(16)

c. Kebutuhan gizi ibu hamil

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan, yaitu kebutuhan selama hamil yang berbeda-beda untuk setiap individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan nutrisi yang tidak konstan selama hamil. Berikut ini adalah kebutuhan gizi yang diperlukan ibu selama masa kehamilan :

1) Kebutuhan energi

Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan kalori sejalan dengan adanya peningkatan laju metabolik basal dan penambahan berat badan yang akan meningkatkan penggunaan kalori selama aktifitas. Selain itu juga selama hamil, ibu membutuhkan tambahan energi/kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta, jaringan payudara, dan cadangan lemak. Kebutuhan kalori kira-kira sekitar 15% dari kalori normal. Tambahan energi yang diperlukan selama hamil yaitu 27.000-80.000 Kkal atau 100 Kkal/hari. Berdasarkan rekomendasi yang dilakukan oleh NRC (National Research Council) pemberian tambahan energi untuk 200 Kkal/hari bagi wanita berumur 25-50 tahun dengan 300 Kkal bagi ibu yang sedang hamil. Sumber energi bisa didapat dengan mengkonsumsi beras, jagung, gandum, kentang, ubi jalar, ubi kayu dan sagu.

(17)

2) Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan karbohidrat sebagai sumber kalori utama. Pilihan yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serealia, nasi dan pasta. Selain mengandung vitamin dan mineral, karbohidrat kompleks juga meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama hamil untuk mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar dan wasir (haemoroid).

3) Protein dan asam amino

Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan janin, protein memegang peranan penting. Peran protein selama proses kehamilan diantaranya yaitu selain untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga untuk pembentukan plasenta dan cairan amnion, pertumbuhan jaringan maternal seperti pertumbuhan mamae ibu dan jaringan uterus, dan penambahan volume darah. Kebutuhan akan protein selama kehamilan tergantung usia kehamilan. Protein tersebut dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, maupun plasenta dan janin. Sumber protein bisa didapat melalui protein hewani dan nabati. Protein hewani meliputi daging, ikan, unggas, telur dan kerang.

(18)

Bahan protein nabati adalah kacang-kacangan seperti tahu, tempe, oncom dan selai kacang.

4) Lemak

Lemak dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi dan serta perkembangan sistem syaraf janin. Lemak merupakan sumber tenaga yang vital dan untuk pertumbuhan jaringan dan plasenta. Karena itu ibu hamil dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari. Bila hal ini sudah dilakukan, maka sebenarnya sudah dapat memenuhi kebutuhan lemak tubuhnya.

5) Vitamin

Vitamin yang larut dalam lemak a) Vitamin A

Vitamin A berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan sel dan jaringan tulang, mata, rambut, kulit, organ dalam dan fungsi rahim. Sumber provitamin A atau karoten adalah wortel , labu kuning, bayam, kangkung dan buah-buahan berwarna kemerah-merahan.

b) Vitamin D

Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia pada dan tetani pada bayi

(19)

baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi, dan osteomalasia pada ibu (Arisman, 2004, p.19)

c) Vitamin E

Vitamin E mulai diakumulasikan oleh fetus pada akhir minggu ke 8-10 usia gestasi, ketika terjadi peningkatan akumulasi lemak. Untuk tetap menjaga pertumbuhan dan perkembangan fetus yang baik diperlukan RDA vitamin E yaitu sebanyak 2 mg/hari.

d) Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pendarahan agar proses pembekuan darah berlangsung normal.

Vitamin yang larut dalam air a) Vitamin C

Asupan vitamin c dapat mencegah anemia, berperan dalam pembentukan kolagen intraseluler dan proses penyembuhan luka. Selain itu untuk membangun kekuatan plasenta meningkatkan daya tahan tubuh tehadap infeksi dan stress, serta membantu penyerapan zat besi. Sumber vitamin C adalah buah dan sayuran segar antara lain jeruk, kiwi, pepaya, tomat.

(20)

b) Vitamin B6

Vitamin B6 dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu mengatasi mual dan muntah.

c) Asam Folat

Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama hamil berlipat dua. Kekurangan asam folat yang parah mengakibatkan anemia megaloblastik atau megalositik karena peran asam folat dalam metabolisme normal makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel dan pembentukan heme. Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat badan lahir rendah, ablasio plasenta dan neural tube defect (Arisman, 2004, p.17).

Asam folat merupakan kelompok vitamin paling utama dalam kehamilan karena dapat mencegah cacat tabung syaraf (neural tube defect) seperti spina bifida dan anencephaly. Ibu hamil hamil harus meningkatkan asupan folat 0,4-0,5 mg per hari. Asam folat penting untuk perkembangan tulang, jaringan tisu dan darah (Atikah dan Siti, 2009, p.43).

Jenis makanan yang mengandung asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran berdaun hijau seperti bayam,

(21)

asparagus dan kacang-kacangan. Sumber lain ialah ikan, daging, jeruk dan telur (Arisman, 2004, p.18)

6) Yodium

Menurut Arisman (2004, p.20) kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme, yang selanjutnya berkembang menjadi kretinisme karena peran hormon tiroid dalam perkembangan dan pematangan otak menempati posisi strategis. Anjuran asupan per hari untuk wanita hamil dan menyusui 200 µg, dalam bentuk garam beryodium.

7) Kalsium

Kalsium mengandung mineral yang penting untuk pertumbuhan janin dan membantu kekuatan kaki serta punggung. Kalsium diperlukan untuk pembentukan tulang dan bakal gigi janin yang dimulai sejak usia kehamilan 8 minggu. Ibu membutuhkan kalsium 2 kali lipat lebih besar sebelum hamil yaitu sekitar 900 mg. Sumber kalsium antara lain adalah susu dan produk susu yang lainnya seperti keju, yogurt.

d. Pengaruh status gizi pada kehamilan

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan. Berikut ini adalah pengaruh status gizi terhadap kehamilan menurut Zulhaida Lubis (2003) :

(22)

1) Terhadap ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.

2) Terhadap persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

3) Terhadap janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

e. Cara penilaian status gizi ibu hamil

Penilaian status gizi merupakan suatu interpretasi dari sebuah pengetahuan yang berasal dari study informasi makanan (dietary), biokimia, antropometri, dan klinik. Kecukupan zat gizi selama hamil baru dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan berat lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang tidak hamil tidak dapat diaplikasikan pada wanita

(23)

hamil perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan sebagai petunjuk. Penilaian status gizi wanita hamil dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Pola pertambahan berat badan

Berat badan sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksikan berat badan lahir rendah bayi. Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat mempengaruhi massa pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada ibu-ibu hamil yang status gizi jelek sebelum hamil maka kenaikan berat badan pada saat hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir ( Lubis, 2007).

Adanya kehamilan maka akan terjadi penambahan berat badan yaitu sekitar 12,5 kg. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta dan cairan amnion. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin (Atikah dan Siti, 2009, p.48).Peningkatan berat badan selama kehamilan dapat dilihat pada tabel berikut.

(24)

Peningkatan berat badan selama kehamilan IMT (kg/m2) Total kenaikan berat

badan yang disarankan

Selama Trimester II dan III

Kurus (IMT<18,5) 12,7-18,1 kg 0,5 kg/minggu

Normal (IMT 18,5-22,9) 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu

Overweigtht (IMT 23-29,9) 6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu

Obesitas (IMT>30) 0,2 kg/minggu

Bayi kembar 15-20,4 kg 0,7 kg/minggu

Tabel 2. 1 Peningkatan berat badan selama kehamilan Sumber: Atikah dan Sri tahun 2009

2) Pengukuran lingkar lengan atas (LLA)

Pengukurann LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.

Ambang Batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supriasa, dkk, 2001, pp.48-51).

(25)

f. Menu seimbang untuk wanita hamil dan janin

Berikut ini adalah contoh menu makanan yang dianjurkan bagi wanita hamil :

1) Makan pagi : nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/daging 1 potong sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong sedang. Makan selingan : susu 1 gelas dan buah potong sedang.

2) Makan siang : nasi 3 porsi (300 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi. Makan selingan : susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang

3) Makan malam : nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan paagi atau siang. Selingan susu 1 gelas.

(26)

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat digunakan kerangka teori sebagai berikut :

Sumber : Modifikasi Arisman (2004), Atikah dan Siti (2009) Keterangan :

Huruf bercetak tebal : Diteliti Faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil :

a. Aktifitas

b. Kebiasaan dan pandangan terhadap makanan

c. Pengetahuan ibu d. Status sosial ekonomi e. Status kesehatan ibu f. Status Gizi Ibu g. Umur

h. Paritas

i. Jarak kehamilan j. Suhu Lingkungan

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi janin, yaitu :

a. Genetik b. Nutrisi

c. Gaya hidup ibu

d. Kondisi Kesehatan ibu e. Lingkungan

Berat Badan Bayi Lahir

(27)

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

D. Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan tentang status gizi ibu dengan berat badan bayi lahir

Status gizi ibu hamil

Berat badan bayi lahir

Gambar

Tabel 2. 1 Peningkatan berat badan selama kehamilan  Sumber: Atikah dan Sri tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan Modal Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering Studi Kasus di Desa-desa (Hulu DAS) Ex Proyek Bangun

Atau jika anggota jemaat hanya mau berpartisipasi di komisi, namun tidak mau jika menjadi majelis, pertanyaan pun muncul, “Ada apa dengan majelis Gereja?” Asumsinya,

Berdasarkan data sejak tahun 2007, penggunaan teknologi DSL untuk layanan komunikasi data pelanggan perusahaan berjalan dengan baik, permintaan pasang baru dapat

Di Dusun Tempayak, Desa Sukakarya, Kecamatan Marau, gedung Gereja pertama dibangun pada tahun 1971, dengan bentuk yang masih sangat sederhana. Kemudian, pada tahun

Reservoir terdiri dari komponen Wadah,komponen Isi,dan komponen Kondisi.Komponen wadah disusun oleh karakteristik batuan reservoir (sifat fisik dan sifat

Para produsen Indonesia mungkin memiliki produk yang kualitasnya memadai untuk memenuhi standar atau memperoleh sertifikasi, tetapi di kawasan ASEAN, tempat bagi kebanyakan

Penyusunan gagasan proyek perubahan oleh peserta diklat selama masa taking ownership dilaksanakan mulai dengan melakukan diagnosa situasi problematik dan tantangan yang

Hasil penelitian membuktikan bahwa meka- nisme corporate governance yang terdiri dari kepe- milikan manajerial, komisaris independen serta komite audit, belum dapat mengurangi