• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Pemekaran Daerah Kabupaten Padang Lawas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik Pemekaran Daerah Kabupaten Padang Lawas"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

1. Boleh dijelaskan mengenai sejarah mekarnya Kabupaten Padang Lawas ? 2. Apa yang melatar belakangi Kabupaten Padang Lawas ingin mekar ? 3. Isu pemekaran Kabupaten Padang Lawas bermula dari siapa ? Masyarakat

atau elit politik ?

4. Bagaimana proses yang terjadi dalam pemekaran Kabupaten Padang Lawas ?

5. Apa saja kendala yang terdapat dalam pemekaran Kabupaten Padang Lawas ?

6. Apa tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas ?

7. Menurut Anda, apakah pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini untuk kesejahteraan masyarakat atau hanya untuk kepentingan para elit saja ? Artinya apakah hanya untuk bagi-bagi kekuasaan didaerah ?

8. Bagaimana kesejahteraan masyarakat Kabupaten Padang Lawas sebelum dan sesudah mekar ?

9. 2007 hingga sekarang, apa saja yang sudah dihasilkan Kabupaten Padang Lawas setelah mekar ?

10.Siapa yang mendominasi kursi pemerintahan di Kabupaten Padang Lawas ? menurut suku, agama, atau bagian dari ormas mana ?

(2)

Hasil wawancara dengan Bapak H. Marahadi Hasibuan. BA (Ketua Panitia Pemekaran Kab.Palas dan juga sebagai Kepala Yayasan Sekolah Abdi Negara) pada tanggal 12 Oktober 2015 di Sekolah Abdi Negara Sibuhuan pada pukul 14.00 WIB

1. Raja Innal dia berfikir sumatera utara harus dimekarkan mengingat yang pertama daerah sumatera utara terlampau luas, jadi pada tahun 1992 sumatera utara segera melaksanakan pemekaran yaitu termasuk tapanuli selatan, tapanuli selatan pada waktu itu ada 17 kecamatan daerahnya yaitu kalo saya tidak silap ¼ dari daerah provinsi sumatera utara, jadi kitapun daerah ini sehubungan dengan selama ini kemajuan dari segala bidang pembangunan agak terlambat, jadi kita berfikir dengan adanya pemekaran segala keperluan untuk itu sangat dibutuhkan antara lain seperti: pendidikan, kesehatan, dan juga ekonomi. Karena kunci dari kemajuan suatu daerah ataupun keluarga, atau negara yang pertama adalah pendidikan, kedua adalah kesehatan, dan yang ketiga adalah ekonomi, yang lainnya seperti infrastruktur adalah sebagai pembantu.

(3)

sehingga terwujudlah, oh belum terwujud pada waktu itu tahun 2005 karena pak Raja Innal mau habis masa bakti, abis itu masa baktinya disambung oleh Pak Rizalnuddin maka dibaharui pulalah usul itu sehingga kita berjuah terus. Alhamdulillah mulai difikirkan pada tahun itu di jakarta dan diparipurnakan pada tahun 2007. Jadi 2007 sudah diparipurnakan, baru belakangan baru disidangkan balik maka terciptalah kabupaten itu pada tanggal 10 Agustus 2007 itulah sampai sekarang.

2. Yang melatar belakangi pemekaran Kabupaten Padang Lawas Pada waktu itu iyalah konsep 1992, tahun 1992 sudah ada konsep pemekaran yaitu Tapsel dan padang lawas. padang lawas pada waktu itu beribu kota di gunung tua. Jadi ternyata setelah hasil paripurna tahun 2005 itu Tapsel memekarkan angkola sipirok, jadi masyarakat palas dan tokoh politik masyarakat palas ingin juga memekarkan palas sesuai konsep 1992 tapi beribu kota di sibuhuan, karena beribukota disibuhuan padang lawas utara juga mengiginkan pemekaran, jadi tokoh politik masyarakat palas dan paluta sama-sama membuat konsep ke pusat untuk mekar dan menjadi kota dan kabupaten, itulah yang melatarbelakangi pemekaran Kab.palas sesuai konsep 1992.

(4)

jatah pada waktu itu pada tahun 1999 hanya kabupaten toba samosir, dan kabupaten mandailing natal karena jatahnya Cuma sedikit. Belakangan ini kita usulkan balik barulah katanya main pulak riau, jadi mereka mendapat 7 kabupaten kita masih tertinggal. Baru kita berjuang terus barulah berhasil pada tahun 2007.

(5)

Wakilnya David Daulay, Bendahara H.Muslihuddin Nasution dan Wakilnya H.Amir Hamjah Harahap. Sedangkan seksi Keuangan sebanyak 10 orang yang dikoordinir Syahrun Harahap, seksi perlengkapan tujuh orang dikoordinir Afner Azis Siregar dan seksi humas sebanyak 10 orang yang dikoordinir H.Muktar Hasan Nasution. Pada tanggal 5 juli 2005, lanjut Bapak Marahadi, diadakan rapat di Lapangan Merdeka Sibuhuan yang berpidato saat itu H Fahruddin. Selanjutnya dibuat kesimpulan untuk menambah kekuatan panitia, maka dibentuklah tim kerja di Mess Pemda Sibuhuan. Perjuangan tokoh pemekaran di warga Padang Lawas tersebut berakhir pada 17 juli 2007 DPR-RI mengadakan sidang paripurna pengesahan rencana Undang-undang (RUU) menjadi Undang-undang pembentukan Kabupaten dan Kota, Kab.Padang Lawas salah satu diantaranya. Pada 10 Agustus 2007 ditetapkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Padang Lawas.

5. Kendala yang pertama dalam pemekaran Kab.palas ialah daerah-daerah lain banyak cemburu itu, semua mau pemekaran. Orang mengukur secara apatis, apalah itu maka dikatakan apalah saya, dan saya bilang saya yakin kalau masyarakat ikut bersama saya karna mencapai sesuatunya itu harus bersandar bahu dengan semua pihak tidak hanya bisa sendiri, jadi itu perinsip saya. Akomodasi juga termasuk menjadi kendala pemekaran pada waktu itu.

(6)

termasuk masalah infrastruktur jalan, selain pada itu pendidikan, kesehatan, ekonomi, karena bagaimanapun ekonomi sudah tergambar disini, perkebunan banyak jadi selalu dikirim ke tapanuli selatan, jadi hasilnya banyak pada orang lain. Jadi untuk menyelamatkan itu semua harus dilaksanakan otonomi daerah yaitu kabupaten, itu prinsip saya, mudah-mudahan itu dapat dirasakan orang banyak tapi ada juga mencaci itu wajar saja. Yang penting setelah berhasil yang mencaci saya itu lebih hebat.

7. Pemekaran untuk kepentingan masyarakat, contohnya seperti jalan dari sibuhuan sekarang kepasar matanggor kan sudah dibangun 6 jembatan, jalan dari sibuhuan sampai ke pekanbaru sudah lancar, bahkan ini mau dibangun pula jalan dari apung kepanyambungan. Panglima sudah datang kemari, jadi kegunaan daripada pemekaran ini adalah untuk kesejahteraan masyarakat, bukan orang elit atau saudagar-saudagar.

(7)

yang kedua SMA abdi negara. Setelah beberapa tahun ada lagi di sosopan SMAN, ada di binanga, ada di ujung batu, sekarang sudah ada di panyambungan, sudah ada di barumun selatan sekarang ada 8 SMAN di kabupaten ini, kalo SMA swasta hanya ada satu yaitu Abdi Negara, kalo SMK swasta ada kira-kira 7 lagi di kabupaten ini, Aliyah hanya ada 3 di kabupaten ini dulu hanya ada satu sekarang sudah 3, di binanga 2 di sibuhuan 1, tetapi swasta banyak ada 11 jadi perkembangan ini berkat daripada pemekaran. Kalau dari segi kesehatan sudah bertambah, kalau pandangan saya sudah jauh berbeda sebelum dan sesudah menjadi kabupaten.

9. Ekonomi masyarakat sudah meningkat hanya saja pada saat ini kira-kira 6 bulan yang lalu sampai hari ini semuanya menurun bukan saja disini tapi diseluruh indonesia. Kalau dulu daerah ini dibilang orang daerah dolar karena harga sawit tinggi, harga karet tinggi. Disini pabrik saja ada 9 pabrik sawit, perkebunannya entah berapa hektar, perkebunan ini banyak yang punya.

10.Kalo jelas-jelas yang mendominasi disini adalah agama islam 99% penduduk padang lawas adalah islam, dan mengenai pemerintahan banyak diduduki orang palas asli, suku yang mendominasi adalah suku mandailing, kita sepakat dulu marga lubis sekarang marga harahap.

(8)

Hasil wawancara dengan Bapak Harjusli Fahri Srg S.STP (Kasubbag tatapemerintahan) pada tanggal 12 Novenber 2015 di Kantor Bupati Kab.Padang Lawas pada pukul 11.00 WIB

(9)

daerah dibuatlah kesimpulan bahwa pemekaran untuk TAPSEL itu yang diambil adalah untuk wilayah padang lawas utara dan padang lawas juga. Prosesnya panjang sekali jadi pemekaran itu bukan berdasarkan hasil paripurna dari Kabupaten induk melainkan konsep dari pusat antara DPR RI dan kementrian dalam negeri itu sendiri.

2. Sebenarnya ide awalnya itu, bagaimana meningkatkan efektifitas terhadap pelayanan masyarakat, dengan efektifitasnya pelayanan masyarakat dan pembangunan di daerah padang lawas, diharapkan efeknya menjadikan padang lawas ini bisa lebih sejahtera. Jadi idenya, pada akhirnya nanti adalah lebih mensejahterakan rakyat. Lalu mengapa perlu dibentuknya kabupaten padang lawas itu, karena merasa sangat jauhnya jarak pemerintahan Tapanuli Selatan yang berada di daerah Padang Sidimpuan, hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat, sehingga petugas dinas-dinas dan semacamnya, karena jauhnya antara Padang Sidimpuan dan Padang Lawas. dalam hal ini, muncul ide dari masyarakat disini, karena sudah semakin berkembangnya pelayanan masyarakat yang lebih cepat. Karena seolah-olah hal ini sudah tidak tertangani oleh Pemerintahan daerah.

3. Isu pemekaran sebenarnya bermula dari elit politik lokal masyarakat Padang Lawas, akan tetapi disini seluruh masyarakat Padang Lawas mendukung penuh sangat antusias dengan diadakannya pemekaran di Kabupaten Padang Lawas.

(10)

pemekaran Kabupaten Padang Lawas, sebab tanpa dukungan masyarakat panitia pemekaran bukan apa-apa.

5. Biasa kendala-kendala umum yang sering terjadi saat pemekaran wilayah seperti kurangnya Sumber Daya Manusia yang memadai sehingga bisa menghambat pembangunan daerah nantinya.

6. Tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini adalah untuk mempercepat pembangunan didaerah, sebab kalo kita masih bergabung dengan Tapanuli Selatan bembangunan jadi kurang Fokus, sehingga dapat mensejahterakan masyarakat Kabupaten Padang Lawas.

7. Jelas pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini untuk kesejahteraan masyarakat, dilakukannya pembangunan sehingga Kabupaten menjadi lebih maju seperti ini dibanding sebelum pemekaran semua untuk kesejahteraan masyarakat, elit politik disini hanya perantara saja untuk mewujudkan kebaikan bersama.

(11)

9. Sebelum pemekaran kecamatan daripada sibuhuan ini hanya 4 kecamatan dan setelah pemekaran kecamat menjadi 12, perkantoran sudah banyak terbangun yang dulunya berada di Tapsel kina masyarakat lebih mudah, jalan disibuhuan juga sudah dibangun, pelebaran jalan dan pembangunan jembatan-jembatan, sehingga memudahkan masyarakat Padang Lawas dalam menjalankan aktivitasnya.

10.yang mendominasi di kursi pemerintahan di Kabupaten Padang Lawas ini adalah suku batak mandailing asli masyarakat Padang Lawas dan beragama islam.

3. Wawancara dengan Bapak Irsan Bangun (Wakil Ketua DPRD

Kab. Padang Lawas).

(12)

rapat finalisasi sesuai inisiatif DPR-RI pada saat itu disetujui pada tanggal 16 juli.

2. Yang melatar belakangi Padang Lawas ingin mekar itu adalah luas wilayah antara Tapanuli Selatan dan Padang Lawas sangat luas, jadi untuk pembangunan sangat lambat dirasakan oleh masyarakat Padang Lawas. Karena hal tersebutlah masyarakat menginginakan Padang Lawas untuk di mekarkan agar lebih cepat proses pembangunan agar masyarakat dapat hidup sejahtera.

3. Isu pemekaran sebenarnya bermula dari elit politik lokal masyarakat Padang Lawas, akan tetapi disini seluruh masyarakat Padang Lawas mendukung penuh, sangat antusias dengan diadakannya pemekaran di Kabupaten Padang Lawas. Meskipun begitu pemekara Kabupaten Padang Lawas ini murni untuk kepentingan masyarakat bukan untuk kepentingan elit politik tersebut.

(13)
(14)

5. Kendala yang pertama dalam pemekaran Kab.palas ialah daerah-daerah lain banyak memandang secara apatis, semua mau ikut dimekarkan. Sumber Daya Manusia yang kurang juga menjadi kendala, adanya kelompok yang pesimis diadakannya pemekaran Kabupaten Padang Lawas.

6. Tujuan utama pemekaran ialah untuk mendekatakan pelayanan publik untuk masyarakat agar masyarakat tidak lagi jauh-jauh ke TAPSEL hanya untuk mengurus urusan pemerintahan, hal tersebut termasuk tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas karena untuk mensejahterakaan masyarak.

7. Disini elit polit kan hanya sebagai perantara dalam proses pemekaran, dan sama-sama berjuang seluruh masyarakat Padang Lawas untuk memekarkan Padang lawas untuk satu tujuan yakni mensejahterakan seluruh masyarakat Padang Lawas tanpa terkecuali.

8. Kesejahteraan masyarakat sudah berkembang dengan baik, meskipun sedikit lambat tetapi tepat sasaran apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pasti akan di penuhi oleh pemerintah agar masyarakat sejahtera.

(15)

yang ada di Padang Lawas dan 1 Universitas Swasta, kesehatan dan pelayanan BPJS sudah lengkap bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. 10.kalau dikatakan siapa yang mendominasi boleh dikatakan masih fifti-fifti,

belum semua masyarakat Padang Lawsa yang menduduki jabatan disini. Padang Lawas mendapat penyerahan pegawai dari Kabupaten induk yakni Kabupaten Tapsel.

4. Wawancara dengan Bapak H.Kanti Nasution (Camat Hutaraja

Tinggi Kabupaten Padang Lawas).

1. Gubernurberfikir sumatera utara harus dimekarkan mengingat yang pertama daerah sumatera utara terlampau luas, jadi pada tahun 1992 sumatera utara segera melaksanakan pemekaran yaitu termasuk tapanuli selatan, tapanuli selatan pada waktu itu ada 17 kecamatan daerahnya yaitu kalo saya tidak silap ¼ dari daerah provinsi sumatera utara, jadi kitapun daerah ini sehubungan dengan selama ini kemajuan dari segala bidang pembangunan agak terlambat, jadi kita berfikir dengan adanya pemekaran segala keperluan untuk itu sangat dibutuhkan antara lain seperti: pendidikan, kesehatan, dan juga ekonomi. Karena kunci dari kemajuan suatu daerah ataupun keluarga, atau negara yang pertama adalah pendidikan, kedua adalah kesehatan, dan yang ketiga adalah ekonomi, yang lainnya seperti infrastruktur adalah sebagai pembantu.

(16)

kita, Alhamdulillah kebetulan juga ada kawan saya dan dengan hal ini waktu itu Pak Fahruddin menjadi wakil ketua komisi di DPR di jakarta bagian otonomi daerah, yaitu kawan saya di jakarta berjuang diwaktu itu ditambah dengan masyarakat daripada barumun dan padang lawas. Jadi sehingga terwujudlah, oh belum terwujud pada waktu itu tahun 2005 karena pak Raja Innal mau habis masa bakti, abis itu masa baktinya disambung oleh Pak Rizalnuddin maka dibaharui pulalah usul itu sehingga kita berjuah terus. Alhamdulillah mulai difikirkan pada tahun itu di jakarta dan diparipurnakan pada tahun 2007. Jadi 2007 sudah diparipurnakan, baru belakangan baru disidangkan balik maka terciptalah kabupaten itu pada tanggal 10 Agustus 2007 itulah sampai sekarang.

2. Yang melatar belakangi Padang Lawas ingin mekar itu adalah luas wilayah antara Tapanuli Selatan dan Padang Lawas sangat luas, jadi untuk pembangunan sangat lambat dirasakan oleh masyarakat Padang Lawas. Karena hal tersebutlah masyarakat menginginakan Padang Lawas untuk di mekarkan agar lebih cepat proses pembangunan agar masyarakat dapat hidup sejahtera.

(17)
(18)

lanjut Bapak Marahadi, diadakan rapat di Lapangan Merdeka Sibuhuan yang berpidato saat itu H Fahruddin. Selanjutnya dibuat kesimpulan untuk menambah kekuatan panitia, maka dibentuklah tim kerja di Mess Pemda Sibuhuan. Perjuangan tokoh pemekaran di warga Padang Lawas tersebut berakhir pada 17 juli 2007 DPR-RI mengadakan sidang paripurna pengesahan rencana Undang-undang (RUU) menjadi Undang-undang pembentukan Kabupaten dan Kota, Kab.Padang Lawas salah satu diantaranya. Pada 10 Agustus 2007 ditetapkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Padang Lawas.

5. Kendala yang pertama dalam pemekaran Kab.palas ialah daerah-daerah lain banyak memandang secara apatis, semua mau ikut dimekarkan. Sumber Daya Manusia yang kurang juga menjadi kendala, adanya kelompok yang pesimis diadakannya pemekaran Kabupaten Padang Lawas.

6. Tujuan utama pemekaran ialah untuk mendekatakan pelayanan publik untuk masyarakat agar masyarakat tidak lagi jauh-jauh ke TAPSEL hanya untuk mengurus urusan pemerintahan, hal tersebut termasuk tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas karena untuk mensejahterakaan masyarak.

(19)

8. Kesejahteraan masyarakat sudah berkembang dengan baik, meskipun sedikit lambat tetapi tepat sasaran apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pasti akan di penuhi oleh pemerintah agar masyarakat sejahtera.

9. Setelah mekar pembangunan sudah banyak yang kita hasilkan, yang pertama setelah mekar kita banyak menambah kecamatan itu sudah lengkap dengan kantor camatnya, puskesmasnya dan fasilitas umum lainnya. Kebutuhan dasar ekonomi masyarakat juga semakin membaik, pendidikan yang semakin di tingkatkan dengan banyaknya SMA Negeri yang ada di Padang Lawas dan 1 Universitas Swasta, kesehatan dan pelayanan BPJS sudah lengkap bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. 10.kalau dikatakan siapa yang mendominasi boleh dikatakan masih fifti-fifti,

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Su, arsimi.1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi penelitian Sosial. Surabaya: Air Langga Press. .2001. Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif. Surabaya: Air Langga University Press.

. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.

BPS Kabupaten Padang Lawas.

Creswell W Jhon. 2012. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nurbuko, Colid dan Abu Achmadi. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial, pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Erlangga

Indonesia (b), Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, No. 32 Tahun 2004, LN No.125 tahun 2004, TLN

Kerjasama Percik dan USAID Democratic RefromSupport Program (DRSP) dan Desentralization Support Facility (DSF) Proses dan Implikasi Sosial-Politik: Studi Kasus di Sumbardan Buton, (Pustaka Percik, 2007).

(21)

Muchlis, Hamdi. 2009. Naskah Akademik Tentang Pembentukan dan Penghapusan Daerah, BPHN DEPKUMHAM RI, Jakarta

Prof. Dr. Djohermansyah Djohan. 2007. lanskap Otonomi Daerah: Analisa dan kritik, Dalam Indra J. Pliang dkk. Jakarta: Yayasan Harkat Bangsa

bekerjasama dengan European Union

Suradinata, Ermaya. 2000. Pelaksanaan otonomi daerah dalam kerangka untuk meningkatkan integrasi bangsa. Jakarta: Lembaga Ketahanan Nasional,

Departemen Pertahanan

Usman, Huasaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi aksara

Widjaja, H.A.W., “Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Undang-Undang :

UU Republik Indonesia Nomer 38 Tahun 2007, tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas di Provinsi Sumatera Utara.

UU Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2004, amandemen dari UU Nomer 22/1999

Internet :

(22)

Malanesia,Meizer, Makalah yang disampaikan dalam Program TKL khusus, dalam sekolah pasca sarjana/ s3, desentralisasi dan Demokrasi, dalam oleh http://www.pdf-finder.com/DESENTRALISASI-DANDEMOKRASI.html.

Menata Ulang Pemekaran Daerah, dalam M Zaid Wahyudi dan Susie berindra, di

akses dari situs :Prasojo, Eko dkk, Blue Print Otonomi Daerah Indonesia, dalam

Eko Prasojo dkk, Blue Print Otonomi Daerah Indonesia dan M. Zaki Mubarak

dkk, (jakarta: Yayasan Hurkat Bangsa, PGRI, dan European Union, 2006), h.

117-119.

Wawancara:

Wawancara dengan H. Marahadi Hasibuan. BA Ketua Panitia Pemekaran Kabupaten Padang Lawas, pada tanggal 12 November 2015, bertempat di Sekolah Abdi Utama Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas.

Wawancara dengan Harjusli Fahri Siregar STTP Kabbag Tatapemerintahan Kabupaten Padang Lawas, pada tanggal 12 November 2015, bertempat di Kantor Bupati Kabupaten Padang Lawas.

Wawancara dengan Irsan Bangun wakil ketua DPRD Kabupaten Padang Lawas, pada tanggal 23 Oktober 2015, bertempat di Desa paringgonan Kabupaten Padang Lawas.

(23)

BAB III

Politik Pemekaran Daerah Kabupaten Padang Lawas

Bab tiga berisi penjelasan mengenai hasil data yang diperoleh dilapangan sekaligus menyajikan hasil analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan teori konsep, teori elit, teori pemekaran wilayah, dan konsep otonomi daerah. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan maka telah dilakukan wawancara terhadap lembaga ataupun tokoh masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.1 Latar Belakang Pemekaran Kabupaten Padang Lawas

Latar belakang pemekaran Kabupaten Padang Lawas akan dijelaskan dalam penelitian ini dengan tujuan agar dapat mengetahui perihal alasan yang mendorong masyarakat Padang Lawas untuk melakukan pemekaran menjadi Kabupaten. Melalui penjelasan ini kemudian akan dianalisis terkait latar belakang pemekaran Kabupaten Padang Lawas.

Pada awalnya masyarakat Padang Lawas mengusulkan adanya pemekaran untuk mempercepat laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, hingga setara dengan daerah otonomi lain yg mekar telah terlebih dahulu melakukan pemekaran. Dengan adanya pemekaran Kabupaten Padang lawas diharapkan juga memberikan dampak yang positif untuk pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana dalam pemerintahan akan semakin berkembang dan lebih efektif, dengan demikian pelayanan publik juga lebih dekat dengan masyarakat guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.40

40

Hasil Wawancara Bapak H.Kanti Nasution (Camat Hutaraja Tinggi) pada tanggal 12 November

(24)

Kecenderungan yang dipertimbangkan untuk memekarkan daerah Padang Lawas adalah terkait dengan pertimbangan pemerataan pembangunan dan secara geografis dinilai terlalu luas serta di satu sisi diharapkan pemekaran Padang Lawas akan mampu memperlancar roda pemerintahan kedepan, baik itu eksekutif maupun legislatif. Di sisi lain, pembangunan sarana prasana yang pendukung, dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Pemekaran merupakan cara untuk memperpendek rentang kendali serta menciptakan pemerataan pembangunan yang berkeadilan dan kesejahteraan, konsentrasi pembangunan yang tidak merata sehingga masyarakat beranggapan pemerintah induk tidak mampu menjawab persoalan-persoalan rakyat secara konsisten, jauhnya jarak pelayanan publik kepada masyarakat dan kurangnya konsentrasi pembangunan yang tidak merata yang dilakukan oleh pemerintah induk harusnya dijadikan tantangan oleh pemerintah induk untuk dicarikan solusinya, dan diharapkan upaya-upaya bagi kekuasaan semestinya tidak menjadi alasan yang selama ini dijadikan kekuatan sebagai bentuk aspirasi.

(25)

Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa prospek pemekaran daerah Padang Lawas haruslah dilihat secara jelas baik prospektifitas masyarakat yg mumpuni, maupun tentang persyaratan administrasi yang harus dipenuhi, serta kemampuan daerah nantinya dalan hal finansial, dan juga beberapa kelemahan di sektor SDM, harusnya dapat dikaji, agar kerawanan politik dan konflik elit tidak mengorbankan rakyat pada umumnya.

Bukanlah hal yang mudah untuk merealisasikan pemekaran daerah, walaupun dalam kerangka reformasi politik, peluang pemekaran daerah dibuka selebar-lebarnya yang dituangkan dalam UU No. 22/1999 yang diganti dengan UU No. 32/2004, walaupun bukan hal yang mudah dalam melakukan pemekaran, segenap para penyelenggara pemekaran wilayah harus menjalankan syarat dan ketentuan administratif yang sudah ditetapkan menjadi titik dasar untuk pembentukan daerah. Dan hal inilah yang dilakukan segenap para penyelenggara pemekaran Kabupaten Padang Lawas.

Sejarah pemekaran Padang Lawas diperjuangkan sejak tahun 1992, sesuai PP 129 Undang-undang 32 terjadi gejolak pemekaran di Tapanuli Selatan, yang diparipurnakan oleh Tapsel pada waktu itu adalah Angkola Sipirok yang diajukan ke provinsi. Akan tetapi yang disetujui untuk dimekarkan oleh Kabupaten Tapsel dan DPRD Tapsel adalah Angkola Sipirok, itulah daerah yang diparipurnakan dan diajukan ke provinsi selanjutnya provinsi menyampaikan ke pusat.

(26)

dimekarkan. Di saat yang sama, masayarakat Padang Lawas Utara juga menginginkan hal yang sama. Namun hasil Paripurna adalah Angkola Sipirok.

Dalam prosesnya, masyarakat Padang Lawas cukup antusisas dalam mengikuti proses pemekaran Kabupaten Padang Lawas. Salah satu tokoh masyarakat pemekaran Padang Lawas bernama H.Marahadi Hasibuan, mengatakan perjuangan pemekaran Padang Lawas tidak terpisahkan dari perjuangan seluruh kabupaten baru yang ada di seluruh Tapanuli Selatan sebagai Kabupaten induk, yang diprakarsai oleh H. Raja Inal Siregar (Gubernur Sumut 1988 hingga 1998).

Sejalan dengan itu, DPRD Tapsel dengan keputusan nomor 15/KPTS/1992 tanggal 21 Maret 1992 tentang persetujuan pemekaran wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian, selanjutnya Raja Inal mengundang anggota masyarakat Padang Lawas melalui Masrin Harahap yakni H.Baginda Siregar, Pada Mulia Lubis, Mangaraja Tagor Hasibuan dan Marahadi Hasibuan, agar hadir di Medan untuk musyawarah di antaranya pemekaran Kabupaten Padang Lawas.

(27)

Pada mulanya, hasil dari musyawarah tanggal 13 April 1992, telah memutuskan Kota Padang Sidimpuan ibu kotanya Padang Sidimpuan, Kab. Angkola Sipirok ibu kotanya Sipirok, Mandailing Natal ibu kotanya Panyambungan dan Padang Lawas ibu kotanya Sibuhuan.

Selanjutnya, pada 22 Februari 2001 kepanitiaan terbentuk dengan penasehat 5 orang yakni KH.Muctar Muda Nasution, KH.M.Arjun Akbar Nasution, Tongku Fikir Lubis, H.Abdul Wahab Harahap dan Fahruddin S.

Ketua panitia Marahadi Hasibuan dan wakilnya Syamsul Bahri Tanjung, sekertaris H.Andolan Siregar dan Wakilnya David Daulay, Bendahara H.Muslihuddin Nasution dan Wakilnya H.Amir Hamjah Harahap. Sedangkan seksi Keuangan sebanyak 10 orang yang dikoordinir Syahrun Harahap, seksi perlengkapan tujuh orang dikoordinir Afner Azis Siregar dan seksi humas sebanyak 10 orang yang dikoordinir H.Muktar Hasan Nasution.

Pada tanggal 5 juli 2005, lanjut Bapak Marahadi, diadakan rapat di Lapangan Merdeka Sibuhuan yang berpidato saat itu H Fahruddin. Selanjutnya dibuat kesimpulan untuk menambah kekuatan panitia, maka dibentuklah tim kerja di Mess Pemda Sibuhuan.

(28)

ditetapkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Padang Lawas.41

a. Konflik Kepentingan Antar Aparatur Demokrasi 3.2 Kendala Dalam Proses Pemekaran

Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan kemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Itu semua harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran masyarakat, pemerataan, keadilan, serta potensi daerah Padang Lawas. Namun dalam perjalanan pembentukannya, ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam proses pemekarannya antara lain :

Pada dasarnya pemekaran adalah untuk memberdayakan daerah-daerah yang masih terttinggal, karena pemerintah daerah memiliki kewajiban besar untuk membangun daerah yang dipimpin agar lebih maju dan mensejahterakan masyarakatnya, tetapi dalam proses otonomi daerah memiliki kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Kendala yang sering terjadi di antaranya mindset atau mentalitas aparat demokrasi yang belum berubah, hubungan antara institusi pusat dengan daerah, pertarungan kepentingan yang berorientasi pada perebutan kekuasaan, penguasaan aset dan adanya semacam gejala powershift syndrom yang menghinggapi aparat pemerintah.

b. Minimnya Sumber Daya Manusia

41

Hasil Wawancara Bapak Marahadi Hasibuan (Ketua Panitia Pemekaran Kab.Palas) pada tanggal

(29)

Sumber daya manusia yang terbatas juga menjadi kendala dalam awal proses pemekaran daerah Kabupaten Padang Lawas, karena masih banyak SDM dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Kabupaten Padang Lawas merupakan penyerahan dari bebrapa daerah sekitar seperti Kabupaten Tapsel dan sebagian dari daerah Provinsi Riau. Namun demikian, jumlah SDM tersebut masih belum mencukupi kebutuhan aparatur sipil maupun tenaga pegawai. Berdasarkan keterangan dari salah seorang Informan yg merupakan Kabag Tapem Kabupaten Kabupaten Padang Lawas, Jumlah tenaga pegawai di Kabupaten Padang Lawas berkisar 3000 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jumlah tersebut masih dominasi oleh tenaga pengajar (guru), namun untuk pelaksana teknis masih minim.42

c. Adanya Kelompok Pesimistis Pada Awal Pemekaran

Dalam upaya pembentukan pemerintahan baru ini, tarik-menarik antara kelompok yang setuju dan tidak setuju terhadap pemekaran daerah di suatu wilayah adalah hal yang lumrah. Tidak terkecuali pada awal pemekaran Kabupaten Padang Lawas. Kendala yang umum sering sekali dijumpai ialah sikap dari pesimistis dari sekelompok masyarakat setempat dan juga elit dari daerah lain yang sebenarnya ingin ikut memekarkan daerahnya, kelompok tersebut selalu mengukur secara pesimis jika Padang Lawas belum bisa mengatur sendiri pemerintahannya setelah dimekarkan.43

3.3 Kondisi Padang Lawas setelah pemekaran

42

Hasil wawancara Bapak Harjusli Siregar (Kabag Tapem Kab.Palas) pada tanggal 12 November 2015 di Kantor Bupati Kab.Padang Lawas

43

Hasil Wawancara Bapak H.Kanti Nasution (Camat Huta Raja Tinggi Kab.Palas) pada tanggal 12

(30)

Salah satu tujuan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan pemekaran wilayah diharapkan dapat memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, mampu meningkatkan potensi yang selama ini belum tergarap secara optimal baik potensi Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, membuka akses masyarakat terhadap pembangunan dan dapat memutus mata rantai pelayanan yang sebelumnya disatu tempat / Ibukota Kabupaten atau Ibukota Kecamatan, sehingga memicu motivasi masyarakat untuk ikut secara aktif dalam proses pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya.

Sejak dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas. Artinya Padang Lawas memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap kemajuan Kabupaten Padang Lawas, karena Padang Lawas memiliki pemerintahan sendiri yang harus cerdas dalam mengelola keuangan yang berputar di lapangan agar pembangunan dapat berjalan dengan cepat dan tepat agar mencapai apa yang menjadi tujuan awal pemekaran yakni mensejahterakan Masyarakat Padang Lawas dengan potensi yang ada di Kabupaten tersebut.

(31)

lancar. Bahkan ini saat ini tengah digagas pembangunan ruas jalan yang mengubungkan daerah Apung (Padang Lawas) dengan daerah Panyambungan. Dampak pemekaran tesebut sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat bukan untuk orang elit atau saudagar semata.44

Kabupaten Padang Lawas ini dikonsepkan oleh masyarakat untuk masyarakat, dalam arti pemekarannya bukan untuk kepentingan politik lokal semata, namun sepenuhnya untuk mensejahterakan masyarakat setempat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya putra daerah setempat yang mengisi jabatan-jabatan strategis, dan segala pembangunan insfrastruktur umum yang memang diperuntukkan kepada kepentingan masyarakat setempat. Secara prinsip memang tidak ada pembagian kursi jabatan, tapi menempakatkan putra daerah pada posisi tertentu merujuk pada tujuan awal dimekarkannya daerah Padang Lawas yaitu supaya masyarakat Padang Lawas bisa mengelola segala potensi yang ada untuk mensejahterakan rakyat Kabupaten Padang Lawas itu sendiri.45

Sebelum adanya pemekaran Padang Lawas, pendapatan asli daerah yang dihasilkan seperti hasil dari pertambangan dan hasil perkebunan yang mendominasi potensi Kabupaten ini langsung dikirim ke Kabupaten induk dan menjadi pendapatan asli daerah Tapsel daerah yang terlampau luas menyebabkan pembangunan yang tidak merata sampai ke Padang Lawas, tetapi setelah adanya pemekaran hal tersebut tidak lagi terjadi, pendapatan asli daerah Kabupaten

44

Hasil Wawancara Bapak Marahadi Hasibuan (Ketua Panitia Pemekaran Kab.Palas) pada tanggal

12 Oktober 2015 di sekolah Abdi Negara pada pukul 14.00 WIB

45

Hasil Wawancara Bapak Harjusli Siregar (Kasubag Tata Pemerintahan Kab.Palas) pada tanggal

(32)

Padang Lawas langsung dikelola untuk membangun daerahnya sendiri agar lebih fokus dalam pembangunan dan lebih cepat berkembang sehingga secara langsung menguntungkan masyarakat Padang Lawas.

Selanjutnya, perbedaan yang terjadi sebelum dan sesudah pemekaran Kabupaten Padang Lawas yaitu telah banyak terlihat perbedaan yang positif. Pertama, jika sebelum pemekaran jumlah kecamatan di daerah sibuhuan ini hanya 4 kecamatan, yaitu kecamatan Barumun, kecamatan Sosopan, kecamatan Sosa, dan kecamatan Barumun Tengah, namun setelah pemekaran menjadi 12 kecamatan. Rencananya akan ditambahkan 6 kecamatan lagi, sehingga di tahun 2016 menjadi 18 kecamatan. Setiap pemekaran kecamatan terlaksana, maka akan diikuti oleh penambahan sarana prasarana publik seperti saat. Sebelumnya, sekolah tingkat SMA diseluruh daerah Padang Lawas ini hanya berjumlah 5 unit yang masing masing berada di 4 kecamatan terdahulu yaitu hanya ada 4 SMA Negeri dan 1 SMA Swasta. Akan tetapi setelah pemekaran beberapa tahun kemudian, dibangun beberapa unit sekolah antara lain ada SMA Negeri di daerah Sosopan, Binanga dan Ujung Batu, Panyambungan, Barumun Selatan. Saat ini telah berdiri 8 SMA Negeri di Kabupaten Padang Lawas dan SMA/SMK Swasta menjadi 7 Unit. Madrasah Aliyah kini berjumlah 3 Unit dari yang sebelumnya hanya ada 1 unit. Jadi keseluruhan pekembangan ini berkat pemekaran daerah Padang Lawas. Jika diperhatikan maka akan jauh berbeda sebelum dan sesudah menjadi sebuah kabupaten.46

46

Hasil Wawancara Bapak H.Marahadi Hasibuan (Ketua Panitia Pemekata Kab.Palas) pada

(33)

Sehubungan dengan telah mekarnya daerah Padang Lawas menjadi suatu kabupaten, maka pemerintah pusat langsung mendistribusikan dana alokasi langsung kepada pemerintah daerah kabupaten Padang Lawas sehingga bisa langsung mengelola dan melakukan pembangunan Infrastruktur langsung tanpa menunggu pembagian dari daerah Tapanuli Selatan. Dengan demikian dapat meningkatkan perekonomian masyarakat seperti peningkatan sarana prasarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi. Selain itu banyak fasilitas-fasilitas ekonomi publik seperti perbankkan yang langsung membangun kantor cabangnya di daerah setempat untuk mempermudah akses permodalam masyarakat melalui pinjaman bank dengan jaminan yang sudah ditentukan. Berbeda dengan kondisi sebelumnya, ketika fasilitas perbankan sangat minim, dan keterbatasan peminjaman kepada masyarakat47., Fasilitas publik lainnya juga turut dibangun, seperti puskesmas di setiap kecamatan serta pelayanan BPJS kesehata yang mempermudah pelayanan publik di seluruh wilayah Kab. Padang Lawas.48

Pasca pemekaran, masyarakat Padang Lawas semakin dimudahkan oleh pelayanan publik yang semakin dekat dengan masyarakat sehingga segala pengurusan adminstrasi tidak lagi berpusat di kabupaten Tapanuli Selatan akan tetapi sepenuhnya berpusat di Kabupaten Padang Lawas. Sebab tujuan dari pemekaran memang untuk memperbaiki sistem pelayanan publik yang ditujukan untuk kemudahan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Sebelumnya

47

Hasil Wawancara Bapak Harjusli Fahri Siregar (Kasubag Tatapemerintahan) pada tanggal 12

November 2015 di Kantor Bupati PALAS pada pukul 11.00 WIB

48

Hasil Wawancara Bapak Irsan Bangun (Wakil Ketua DPRD Kab.Palas) pada tanggal 23 Oktober

(34)

Kabupaten Padang lawas bergabung dengan Kabupaten Tapanuli selatan, kini setelah dimekarkan banyak pembangunan berkembang dengan pesat beda jauh dengan sebelum adanya pemekaran, jadi demikianlah potret daerah Padang Lawas dengan adanya Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 maka daerah ini telah di mekarkan.Sampai saat ini pembangunan berjalan dengan baik, Kabupaten Padang Lawas kini kian dikenal, tak terlepas dari berbagai faktor budaya masyarakat Mandailing, dan hasil bumi yang sudah tidak asing lagi hasil seperti perkebunan sawit yang kini menjadi Ikon daerah Kabupaten Padang Lawas.49

Jika berbicara mengenai kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dengan keadaan ekonomi masyarakatnya, pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2013 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan 6,12 persen dibanding tahun 2012. Pertumbuhan tertinggi dicapai dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar 11,86 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 8.69 persen; sektor listrik, gas dan air bersih 8,48 persen; sektor industri pengolahan 7,20 persen; pengangkutan dan komunikasi 6,18 persen; sedangkan sektor ekonomi lainnya memiliki laju pertumbuhan di bawah 6 persen.50

Pendapatan tertinggi di Kabupaten Padang Lawas terdapat pada sektor tambang minyak. Nama perusahaan tambang tersebut yakni Mosesa Petrolium yang terletak di daerah Binanga, sebelum pemekaran memang sudah ada potensi

49

Hasil Wawancara Bapak H.Kanti Nasution (Camat Huta Raja Tinggi) pada tanggal 12 November

2015 di Perumahan Pasir Julu pada pukul 16.30 WIB

50

(35)

minyak tersebut tetapi setelah pemekaran semakin dikenal potensinya dan dibangun perusahaan Mosesa Patrolium yang mendukung perekonomian masyarakat, karena dengan dibangunnya perusahaan tersebut dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak dan dapat mengurangi tingkat pengangguran masyarakat sekitarnya dan memperbaiki perekonomian mereka dan menjadi pendapatan asli daerah (PAD), selain itu juga terdapat perkebunan sawit dan pengolahan pohon akkasia.

(36)

Dengan adanya pendidikan politik didaerah memberikan dampak yang baik kepada masyarakat karena memberikan pelajaran dan bimbingan untuk mengembangkan potensi diri manusia, agar masyarakat juga dapat sadar akan hak dan kewajibannya agar ikut serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam setiap proses pembanguna, terlebih kepada generasi muda Padang Lawas agar lebih kritis dalam menyikapi maslah-masalah yang terjadi di Padang Lawas agar semua aman sesuai keinginan masyarakat untuk sejahtera.

3.4 Analisis Data

(37)

tersendiri bagi seluruh masyarakat Padang lawas dan tim pemekaran pada khususnya.

Konsepsi mengenai elit pada dasarnya merupakan sekelompok kecil dalam masyarakat yang memegang posisi dan peranan penting. Dalam istilah lain bahwa elit adalah segolongan kecil yang memperoleh sebagian besar dari nilai apa saja, elit itu menunjuk pada mereka yang berpengaruh (Jurdi, 2004:21). Elit memiliki komunitas yang sedikit atas komunitas yang lebih banyak. Akan tetapi elit memegang peranan besar,tentunya memiliki kendali terhadap aktivitas politik yang ada dalam masyarakat.

Dalam proses pemekaran daerah tentunya tidak lepas dari campur tangan para elit lokal. Adapun elite lokal yang dimaksud ialah mereka para oknum yang bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mengelola daerah untuk menjadi mandiri, para aparat di pemerintahan termasuk para pejabat birokrat, para anggota dewan perwakilan rakyat dari lembaga legislatif dan para stakeholder termasuk para tokoh masyarakat dan tokoh pemuda yang ada dalam lingkup daerah baik elit politik maupun non politik. Elit politik adalah individu dalam kelompok masyarakat yang memerintah. Sedangkan elit non politik adalah individu atau sekolompok orang dalam masyarakat yang memiliki kelebihan dan berpengaruh besar naum tidak memerintah. Sehingga efektifitas dalam implementasi otonomi daerah dapat tercermin dari peran elite lokal dalam pengembangan otonomi daerah itu sendiri

(38)

yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Selaras dengan itu pemekaran di Padang Lawas dimotori oleh tim pemekaran yang terdiri dari tokoh tokoh masayarakat, tokoh agama, tokoh pemuda.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Elit lokal baik Elit politik maupun non politik dalam memperjuangkan proses pemekaran wilayah di Kabupaten Padang Lawas telah dilakukan dengan baik. Hal ini mengandung implikasi bahwa penting bagi rakyat maupun elit lokal saling memahami peran masing masing dalam pencapaian pemekaran daerah tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari pada daerah pemekaran dalam mewujudkan harapan masyarakat Padang Lawas secara umum.

Sebagai tokoh masyarakat, bapak H.Marahadi Hasibuan selaku tokoh pemekaran telah menjalankan peranan elit sesuai dengan landasan teoritis dimana ia berstatus sebagai tokoh masyarakat lokal. Dalam klasifikasi elit, menurut Gaetano Mosca dan Vilfredo Pareto, maka beliau masuk dalam kategori Elit Non Politik Lokal yang merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkungan masyarakat. Demikian juga anggota tim pemekaran lainnya, dimana mereka terdiri dari berbagai unsur tokoh agama, kepemudaan dan unsur-unsur lainnya yang bisa mempengaruhi masyarakat Padang Lawas pada umumnya.

(39)

tahun 2004, dan PP No. 78 tahun 2007, berupa syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Dan hal ini juga yang dilakukan oleh segenap penyelenggara dalam pemekaran daerah Kabupaten Padang Lawas, yang secara sadar, bahwa pelayanan publik pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan pada waktu itu, tidak bisa maksimal, karena terlalu luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan itu sendiri. Oleh karena itu, muncul inisiatif yang beralasan dari para tokoh. Pada awal mulanya digagas pemekaran daerah Padang Lawas, peran kepala daerah dalam hal ini H. Raja Inal Siregar (Gubernur Sumut 1988 hingga 1998), turut memprakarsai terwujudnya pembentukan kabupaten Padang lawas.Selanjutnya sejumlah masyarakat kemudian mendirikan panitia yang mengawal pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan untuk pembentukan Kabupaten Padang Lawas.

Selain itu juga, kehendak masyarakat daerah yang didukung oleh Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan, pengakuan negara untuk selalu menghormati kesatuan adat istiadat beserta hak-hak tradisionalnya yang mencerminkan identitas bhineka tunggal ika. Oleh karena itu, pemekaran wilayah dalam hal ini bertujuan selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pelayanan publik, pemekaran wilayah juga memiliki filosofi penting dalam konsep dan perkembangannya, yaitu menjaga keanekaragaman adat istiadat daerah yang telah menjadi ciri khusus dalam budaya nasional, sehingga terhindar dari kontaminasi budaya barat yang semakin berkembang, dan menciptakan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

(40)

tendensi politik yang melatarbelakangi munculnya ide dan gerakan pemekaran wilayah, seperti para mantan calon Kepala Daerah yang kalah pada saat Pemilu-kada, atau sekelompok orang yang hanya ingin menikmati hasil alam daerah tertentu, oleh karenanya mereka memunculkan ide pemekaran wilayah Padang Lawas.

Kesejahteraan masyarakat Padang Lawas mengalami peningkatan terlihat dari meningkatnya jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD), sementara angka kemiskinan di Kabupaten Padang Lawas setiap tahunnya mengalami penurunan, hal ini dihasikan oleh penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan pertambangan yg semakin berkembang pasca pemekaran.

Pakar berpendapat bahwa dampak yang paling utama dari pemekaran yaitu kesejahteraan ekonomi hal ini dikarenakan luas daerah yang semakin sempit, rentang kendali yang semakin pendek membuat daerah itu semakin sedikit daerah yang diurusnya dengan anggaran yang tidak berkurang dibandingkan sebelum pemekaran. Kemudian prioritas selanjutnya dari dampak pemekaran wilayah pakar mengharapkan peningkatan kualitas aparatur lalu peningkatan kualitas infrastruktur.Sementara masyarakat merasakan setelah pemekaran ternyata peningkatan kualitas infrastruktur lebih dominan daripada kesejahteraan ekonomi.

(41)

Setelah tujuh tahun berjalan, posisi daerah Padang Lawas secara umum lebih baik dari kondisi sebelum pemekaraan dalam beberapa aspek. Saat awal pemekaran telah dilakukan beberapa pengalihan administratif dari daerah induk dalam hal ini dari Tapanuli Selatan ke daerah Padang Lawas, baik pengalihan aparatur, dan penyiapan infrastruktur perekonomian dan pemerintahan. Satu hal yang pasti adalah pembagian potensi ekonomi yang merata hingga daerah kabupaten Padang Lawas dapat sebanding dengan daerah induk. Dalam jangka pendek juga diperlukan perubahan pola belanja aparatur dan pembangunan yang akan menciptakan permintaan barang dan jasa setempat serta dukungan penuh terhadap pengembangan sektor pertanian dan pertambangan sebagai basis ekonomi daerah Padang Lawas. Selanjutnya perubahan secara mendasar adalah pembagian wilayah adminstrasi yang berujung pada percepatan pelayanan publik di Kabupaten Padang Lawas.

Secara umum keberhasilan elit dalam memperjuangkan pemekaran Padang Lawas telah tercapai, dibuktikan dengan adanya daerah otonomi baru. Pencapaian ini diwujudkan dengan beberapa perkembangan pembangunan di daerah setempat, seperti infrastruktur fasilitas publik seperti sarana ekonomi dan sarana fasilitas kesehatan dan pendidikan.

(42)

Meski studi ini memiliki keterbatasan dalam jumlah sampel, data-data yang terbatas, perbedaan bobot masing-masing indikator maupun ketiadaan survei persepsi di tingkat masyarakat, namun penulis berharap studi ini dapat mendeskripsikan bagaimana perkembangan daerah Kabupaten Padang Lawas pasca otonomi daerah sehingga dapat menjadi bahan masukan kebijakan yang strategis, baik terkait dengan kebijakan penataan daerah maupun kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah secara umum.

Pasca terbentuknya Kabupaten Padang Lawas sebagai DOB, terdapat peluang yang besar bagi akselerasipembangunan ekonomi di wilayah yang baru diberi status sebagai daerah otonomdengan pemerintahan sendiri. Bukan hanya infrastruktur pemerintahan yang terbangun, tetapi juga infrastruktur fisik, Sepertibeberapa fasilitas dan sarana prasaran publik.

(43)

Temuan studi mengenai kondisi sosial ekonomi maupun secara politik menunjukkan pemekaran daerah yang berpengaruh positif pada peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat Padang Lawas. pendapatan asli daerah Kabupaten Padang Lawas langsung dikelola untuk membangun daerahnya sendiri sehingga lebih fokus dalam pembangunan dan berkembang lebih cepat.

(44)

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Pembentukan daerah otonomi baru pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

2. pembentukan daerah Padang Lawas telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya 3. segenap penyelenggara dalam pemekaran daerah Kabupaten Padang

Lawas, yang secara sadar, bahwa pelayanan publik pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan pada waktu itu, tidak bisa maksimal, karena terlalu luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan itu sendiri

4. sekelompok elit politik yang memiliki tendensi politik yang melatarbelakangi munculnya ide dan gerakan pemekaran wilayah Kabupaten Padang Lawas

5. Setelah pemekaran ada pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Padang Lawas yaitu dari pertanian menjadi industri pengolahan, hal ini dikarenakan potensi pertanian yang semakin berkembang setelah pemekaran.

(45)

7. Angka kemiskinan di Kabupaten Padang Lawas setiap tahunnya mengalami penurunan, hal ini dihasikan oleh penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan pertambangan yg semakin berkembang pasca pemekaran.

8. Prioritas dari dampak pemekaran wilayah pakar mengharapkan peningkatan kualitas aparatur lalu peningkatan kualitas infrastruktur.Sementara masyarakat merasakan setelah pemekaran ternyata peningkatan kualitas infrastruktur lebih dominan daripada kesejahteraan ekonomi..

9. Pencapaian ini Dalam Pemekaran Kabupaten Padang Lawas diwujudkan dengan beberapa perkembangan pembangunan di daerah setempat, seperti infrastruktur fasilitas publik seperti sarana ekonomi dan sarana fasilitas kesehatan dan pendidikan.

10.Peran Elit lokal baik Elit politik maupun non politik dalam memperjuangkan proses pemekaran wilayah di Kabupaten Padang Lawas telah dilakukan dengan baik.

11.Posisi daerah Padang Lawas secara umum lebih baik dari kondisi sebelum pemekaraan dalam beberapa aspek.

12.Saat awal pemekaran telah dilakukan beberapa pengalihan administratif dari daerah induk dalam hal ini dari Tapanuli Selatan ke daerah Padang Lawas,

(46)

14.Pembagian wilayah adminstrasi yang berujung pada percepatan pelayanan publik di Kabupaten Padang Lawas telah dilaksanakan dengan baik.. 15.Temuan studi mengenai kondisi sosial ekonomi maupun secara politik

menunjukkan pemekaran daerah yang berpengaruh positif pada peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat Padang Lawas.

16.pendapatan asli daerah Kabupaten Padang Lawas langsung dikelola untuk membangun daerahnya sendiri sehingga lebih fokus dalam pembangunan dan berkembang lebih cepat.

4.2Saran

Untuk mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat serta pencapaian tujuan utama dari otonomi daerah/pemekaran di Kabupaten Padang Lawas, maka perlu diadakan evaluasi dalam beberapa hal antara lain :

a. Perlu dilakukan percepatan pembangunan, melihat kelemahan dalam proses pembangunan pasca pemekaran yang terkesan lamban. Sehingga dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi

(47)

peneliti mengharapkan penambahan pendirian lembaga perguruan tinggi di wilayah kabupaten Padang Lawas sehingga mutu SDM semakin baik. c. Pendidikan politik masyarakat juga harus ditingkatkan, melihat masih

banyaknya masyarkat yang masih kurang berpartisipasi dalam hal politik pembangunan daerah Padang Lawas. Peneliti menyarankan agar pemerintah setempat, mampu memberi ruang komunikasi antar Pemerintah dan Masyarakat, sehingga tujuan bersama akan tercapai secara maksimal.

d. Secara pelayanan publik yang sudah mengalami peningkatan, namun ada beberapa sisi yang masih dirasa kurang dikelola secara profesional, hal ini berkaitan dengan SDM yg tidak sesuai dengan bidangnya sehingga ada kesan keterlambatan dalam pelayanan publik. Untuk itu perlu diadakan reformasi birokrasi hingga masyarakat mendapat pelayanan yang baik, dan cepat sesuai dengan SOP yang berlaku.

e. Mutu kesehatan juga perlu ditingkatkan, melihat pelayanan kesehatan yang masih terkesan lamban secara adminstrasif dengan melalui prosedur birokrasi yang bisa dikatakan rumit. Hal lain yang perlu ditingkatkan adalah fasilitas kesehatan yang telah didirikan pasca Pemekaran Daerah dimana tergolong masih minim.

(48)

dengan cara memberi bantuan modal usaha kepada masyarakat, maupun melakukan penyerapan tenaga kerja di segala sektor ekonomi.

(49)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI KABUPATEN PADANG LAWAS

2.1 Pofil Kabupaten Padang Lawas

2.1.1Sejarah Kabupaten Padang Lawas

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut AFDEELING PADANG SIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang Residen yang

berkedudukan di Padang Sidimpuan. Afdeeling Padang Sidimpuan dibagi atas 3 (tiga) onder afdeling, masing-masing dikepalai oleh seorang Contreleur dibantu oleh masing-masing Demang, yaitu :

1. Onder Afdeeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Padang Sidimpuan. Onder ini dibagi atas 3 distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Angkola berkedudukan di Padang Sidimpuan b. Distrik Batang Toru berkedudukan di Batang Toru c. Distrik Sipirok berkedudukan di Sipirok

2. Onder Afdeeling Padang Lawas, berkedudukan di Sibuhuan. Onder ini dibagi atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

(50)

3. Onder Afdeeling Mandailing dan Natal, berkedudukan di Kota Nopan. Onder ini dibagi atas 5 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Panyabungan berkedudukan di Panyabungan b. Distrik Kota Nopan berkedudukan di Kota Nopan c. Distrik Muara Sipongi berkedudukan di Muara Sipongi d. Distrik Natal berkedudukan di Natal

e. Distrik Batang Natal berkedudukan di Muara Soma

Tiap-tiap onder distrik dibagi atas beberapa Luhat yang dikepalai olehseorang Kepala Luhat (Kepala Kuria) dan tiap-tiap Luhat dibagi atas beberapakampung yang dikepalai oleh seorang Kepala Hoofd dan dibantu oleh seorangKepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk yang besarjumlahnya.

(51)

Kecamatan-kecamatan yang dibentuk sebagaimana tersebut diatasberasal dari :

1. Kecamatan Sayur Matinggi dengan ibukotanya Sayur matinggi berasal dari sebagianKecamatan Batang Angkola.

2. Kecamatan Marancar dengan ibu kotanya Marancar berasal dari sebagian Kecamatan Batang Toru.

3. Kecamatan Aek Bilah dengan ibukotanya Biru berasal dari sebagian Kecamatan Saipar Dolok Hole.

4. Kecamatan Ulu Barumun dengan ibukotanya Pasar Paringgonan berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.

5. Kecamatan Lubuk Barumun dengan ibukotanya Pasar Latong berasal dari sebagian Kecamatan Barumun. Kecamatan Portibi dengan ibukotanya Portibi berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak.

6. Kecamatan Huta Raja Tinggi dengan ibukotanya Huta Raja Tinggi berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

7. Kecamatan Batang Lubu Sutam dengan ibu kotanya Pinarik berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

8. Kecamatan Simangambat dengan ibukotanya Langkimat berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

9. Kecamatan Huristak dengan ibukotanya Huristak berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

(52)

Kabupaten Padang Lawas dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Padang Lawas Utara (Ibu kotanya Gunung Tua) dengan jumlah daerah Administrasi 8 Kecamatan ditambah 10 desa dari Wilayah Kecamatan Padang Sidimpuan Timur dan Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Sipirok) dengan jumlah daerah administrasi 11 Kecamatan sedangkan Kabupaten Padang Lawas (Ibukotanya Sibuhuan) dengan jumlah daerah administrasi 12 Kecamatan, dan sejak Kabupaten Padang Lawas berdiri dari tahun 2007 sampai 2015 ada beberapa bupati yang menjabat di Padang Lawas. Yaitu Ir.H.Soripada Harahap 2007- 2009, Basyrah Lubis 2009-1012 dan H. Ali Sutan Harahap 2012-2018. Kabupaten Padang Lawas yang beribukota di Sibuhuan . Wilayah Kabupaten Padang Lawas terdiri dari 12 kecamatan. Beriku nama kecamatan dan luas wilayah yang ada di Kabupaten Padang Lawas37

[image:52.595.101.541.582.736.2]

Kecamatan/District

Tabel I

Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Padang Lawas

Luas/ Area (Km2) Distribusi Luas/ Distribution of Area (%)

Sosopan 407,52 9,63

Ulu Barumun 241,37 5,71

Barumun 119,50 2,83

37

(53)

Barumun selatan 122,60 2,90

Lubuk Barumun 300,23 7,10

Sosa 611,85 14,46

Batang Lubu Sutam 686,00 13,85

Hutaraja Tinggi 408,00 9,65

Huristak 357,65 8,46

Barumun Tengah 443,09 10,47

Aek Nabara Barumun 487,75 11,57

Sihapas Barumun 144,43 3,41

Jumlah Luas Kab. Padang Lawas

4229,99

Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas 2014

1.1.2 Letak Wilayah

Kabupaten Padang Lawas terletak antara: 1o26’ ‐ 2o11’ Lintang Utara

91o01’ – 95o53’ Bujur Timur dengan luas wilayah 4.229,99 km2. Ketinggian Berkisar antara: 0 – 1.915 m2 di atas permukaan laut.38

38

Ibid

Kemiringan Tanah:

a. Datar : 26.863 Ha ( 6,35 % ) b. Landai : 48.739 Ha ( 11,52 % ) c. Berbukit‐bukit : 67.664 Ha ( 16 % )

(54)

a. Utara :Kabupaten Padang Lawas Utara b. Timur :Kabupaten Rokan Hulu (ProvinsiRiau)

c. Selatan :Kabupaten Pasaman (Provinsi Sumatera Barat) dan Kecamatan Siabu (Kabupaten Mandailing Natal)

d. Barat :Kecamatan Gunung Malintang (Kabupaten Mandailing Natal) Kecamatan Sayur Matinggi dan Kecamatan Batang Angkola (Kabupaten Tapanuli Selatan).

Peta Kabupaten Padang Lawas

Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas 2014

(55)

Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2011, jumlah penduduk di Kabupaten Padang Lawas sebanyak 225.259 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 53 jiwa per km2 sedangkan Jumlah penduduk Padang Lawas pada tahun 2012 sebanyak 232.166 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 54 jiwa per km2. Jumlah penduduk laki-laki Padang lawas lebih banyak dari perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 100 persen yang artinya dari100 orang perempuan terdapat kira-kira 100 orang penduduk laki-laki.

Bila dilihat per Kecamatan maka kecamatan Barumun merupakan Kecamatan yang penduduknya terbesar dibanding kecamatan lainnya. Kecamatan Barumun juga merupakan kecamatan terpadat di Padang Lawas dengan kepadatan mencapai 376 jiwa per km2. Adapun kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Sihapas Barumun dan kepadatan penduduk terendah adalah Batang Lubu Sutam.

(56)

penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin. Berikut jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin yang ada di Kabupaten Padang Lawas.39

[image:56.595.109.515.247.745.2]

Kelompok Umur

Tabel II

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Jumlah Total Total

Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

0-4 17175 16509 33684

5-9 14575 13940 2828515

10-14 14094 13415 27509

15-19 11368 11160 22528

20-24 10061 10115 20176

30-34 8563 8606 17169

35-39 7619 7259 15148

40-44 6156 6370 12526

45-49 5336 5461 10797

50-54 4156 4265 8421

55-59 2991 3160 6151

60-64 1992 2285 4277

65-69 1259 4470 2729

70-74 806 1026 1832

(57)

75+ 789 1116 1905

Padang Lawas 116289 115877 232166

Sumber: BPS Padang Lawas 2014

Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2011 Kabupaten Padang Lawas memiliki komposisi suku yaitu

Table III

Jumlah penduduk berdasarkan Suku di Kabupaten Padang Lawas

No Suku Persentase (%)

1 Batak Mandailing 67,09

2 Jawa 14,93

3 Batak Toba 10,94

4 Melayu 4,50

5 Lain-lain 2,54

JUMLAH 100%

Sumber: BPS Padang Lawas 2014

Persentase suku terbesar di Kabupaten Padang Lawas ini adalah bersuku Batak Mandailing yang hamper mencapai 67,09 persen. diikuti oleh suku Jawa dan batak Toba yang merupakan komposisi terbesar ke dua dan ketiga di Kabupaten Padang Lawas

(58)
[image:58.595.167.486.223.372.2]

terkecil. Berikut jumlah penduduk berdasarkan Agama di Kabupaten Padang Lawas.

Tabel IV

Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kabupaten Padang Lawas

No AGAMA Persentase

1 Islam 94,98

2 Kristen Protestan 4,78 3 Kristen Katolik 0,17

4 Lain-lainnya 0.07

(59)

BAB III

Politik Pemekaran Daerah Kabupaten Padang Lawas

Bab tiga berisi penjelasan mengenai hasil data yang diperoleh dilapangan sekaligus menyajikan hasil analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan teori konsep, teori elit, teori pemekaran wilayah, dan konsep otonomi daerah. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan maka telah dilakukan wawancara terhadap lembaga ataupun tokoh masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.1 Latar Belakang Pemekaran Kabupaten Padang Lawas

Latar belakang pemekaran Kabupaten Padang Lawas akan dijelaskan dalam penelitian ini dengan tujuan agar dapat mengetahui perihal alasan yang mendorong masyarakat Padang Lawas untuk melakukan pemekaran menjadi Kabupaten. Melalui penjelasan ini kemudian akan dianalisis terkait latar belakang pemekaran Kabupaten Padang Lawas.

Pada awalnya masyarakat Padang Lawas mengusulkan adanya pemekaran untuk mempercepat laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, hingga setara dengan daerah otonomi lain yg mekar telah terlebih dahulu melakukan pemekaran. Dengan adanya pemekaran Kabupaten Padang lawas diharapkan juga memberikan dampak yang positif untuk pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana dalam pemerintahan akan semakin berkembang dan lebih efektif, dengan demikian pelayanan publik juga lebih dekat dengan masyarakat guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.40

40

Hasil Wawancara Bapak H.Kanti Nasution (Camat Hutaraja Tinggi) pada tanggal 12 November

(60)

Kecenderungan yang dipertimbangkan untuk memekarkan daerah Padang Lawas adalah terkait dengan pertimbangan pemerataan pembangunan dan secara geografis dinilai terlalu luas serta di satu sisi diharapkan pemekaran Padang Lawas akan mampu memperlancar roda pemerintahan kedepan, baik itu eksekutif maupun legislatif. Di sisi lain, pembangunan sarana prasana yang pendukung, dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Pemekaran merupakan cara untuk memperpendek rentang kendali serta menciptakan pemerataan pembangunan yang berkeadilan dan kesejahteraan, konsentrasi pembangunan yang tidak merata sehingga masyarakat beranggapan pemerintah induk tidak mampu menjawab persoalan-persoalan rakyat secara konsisten, jauhnya jarak pelayanan publik kepada masyarakat dan kurangnya konsentrasi pembangunan yang tidak merata yang dilakukan oleh pemerintah induk harusnya dijadikan tantangan oleh pemerintah induk untuk dicarikan solusinya, dan diharapkan upaya-upaya bagi kekuasaan semestinya tidak menjadi alasan yang selama ini dijadikan kekuatan sebagai bentuk aspirasi.

(61)

Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa prospek pemekaran daerah Padang Lawas haruslah dilihat secara jelas baik prospektifitas masyarakat yg mumpuni, maupun tentang persyaratan administrasi yang harus dipenuhi, serta kemampuan daerah nantinya dalan hal finansial, dan juga beberapa kelemahan di sektor SDM, harusnya dapat dikaji, agar kerawanan politik dan konflik elit tidak mengorbankan rakyat pada umumnya.

Bukanlah hal yang mudah untuk merealisasikan pemekaran daerah, walaupun dalam kerangka reformasi politik, peluang pemekaran daerah dibuka selebar-lebarnya yang dituangkan dalam UU No. 22/1999 yang diganti dengan UU No. 32/2004, walaupun bukan hal yang mudah dalam melakukan pemekaran, segenap para penyelenggara pemekaran wilayah harus menjalankan syarat dan ketentuan administratif yang sudah ditetapkan menjadi titik dasar untuk pembentukan daerah. Dan hal inilah yang dilakukan segenap para penyelenggara pemekaran Kabupaten Padang Lawas.

Sejarah pemekaran Padang Lawas diperjuangkan sejak tahun 1992, sesuai PP 129 Undang-undang 32 terjadi gejolak pemekaran di Tapanuli Selatan, yang diparipurnakan oleh Tapsel pada waktu itu adalah Angkola Sipirok yang diajukan ke provinsi. Akan tetapi yang disetujui untuk dimekarkan oleh Kabupaten Tapsel dan DPRD Tapsel adalah Angkola Sipirok, itulah daerah yang diparipurnakan dan diajukan ke provinsi selanjutnya provinsi menyampaikan ke pusat.

(62)

dimekarkan. Di saat yang sama, masayarakat Padang Lawas Utara juga menginginkan hal yang sama. Namun hasil Paripurna adalah Angkola Sipirok.

Dalam prosesnya, masyarakat Padang Lawas cukup antusisas dalam mengikuti proses pemekaran Kabupaten Padang Lawas. Salah satu tokoh masyarakat pemekaran Padang Lawas bernama H.Marahadi Hasibuan, mengatakan perjuangan pemekaran Padang Lawas tidak terpisahkan dari perjuangan seluruh kabupaten baru yang ada di seluruh Tapanuli Selatan sebagai Kabupaten induk, yang diprakarsai oleh H. Raja Inal Siregar (Gubernur Sumut 1988 hingga 1998).

Sejalan dengan itu, DPRD Tapsel dengan keputusan nomor 15/KPTS/1992 tanggal 21 Maret 1992 tentang persetujuan pemekaran wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian, selanjutnya Raja Inal mengundang anggota masyarakat Padang Lawas melalui Masrin Harahap yakni H.Baginda Siregar, Pada Mulia Lubis, Mangaraja Tagor Hasibuan dan Marahadi Hasibuan, agar hadir di Medan untuk musyawarah di antaranya pemekaran Kabupaten Padang Lawas.

(63)

Pada mulanya, hasil dari musyawarah tanggal 13 April 1992, telah memutuskan Kota Padang Sidimpuan ibu kotanya Padang Sidimpuan, Kab. Angkola Sipirok ibu kotanya Sipirok, Mandailing Natal ibu kotanya Panyambungan dan Padang Lawas ibu kotanya Sibuhuan.

Selanjutnya, pada 22 Februari 2001 kepanitiaan terbentuk dengan penasehat 5 orang yakni KH.Muctar Muda Nasution, KH.M.Arjun Akbar Nasution, Tongku Fikir Lubis, H.Abdul Wahab Harahap dan Fahruddin S.

Ketua panitia Marahadi Hasibuan dan wakilnya Syamsul Bahri Tanjung, sekertaris H.Andolan Siregar dan Wakilnya David Daulay, Bendahara H.Muslihuddin Nasution dan Wakilnya H.Amir Hamjah Harahap. Sedangkan seksi Keuangan sebanyak 10 orang yang dikoordinir Syahrun Harahap, seksi perlengkapan tujuh orang dikoordinir Afner Azis Siregar dan seksi humas sebanyak 10 orang yang dikoordinir H.Muktar Hasan Nasution.

Pada tanggal 5 juli 2005, lanjut Bapak Marahadi, diadakan rapat di Lapangan Merdeka Sibuhuan yang berpidato saat itu H Fahruddin. Selanjutnya dibuat kesimpulan untuk menambah kekuatan panitia, maka dibentuklah tim kerja di Mess Pemda Sibuhuan.

(64)

ditetapkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Padang Lawas.41

a. Konflik Kepentingan Antar Aparatur Demokrasi 3.2 Kendala Dalam Proses Pemekaran

Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan kemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Itu semua harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran masyarakat, pemerataan, keadilan, serta potensi daerah Padang Lawas. Namun dalam perjalanan pembentukannya, ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam proses pemekarannya antara lain :

Pada dasarnya pemekaran adalah untuk memberdayakan daerah-daerah yang masih terttinggal, karena pemerintah daerah memiliki kewajiban besar untuk membangun daerah yang dipimpin agar lebih maju dan mensejahterakan masyarakatnya, tetapi dalam proses otonomi daerah memiliki kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Kendala yang sering terjadi di antaranya mindset atau mentalitas aparat demokrasi yang belum berubah, hubungan antara institusi pusat dengan daerah, pertarungan kepentingan yang berorientasi pada perebutan kekuasaan, penguasaan aset dan adanya semacam gejala powershift syndrom yang menghinggapi aparat pemerintah.

b. Minimnya Sumber Daya Manusia

41

Hasil Wawancara Bapak Marahadi Hasibuan (Ketua Panitia Pemekaran Kab.Palas) pada tanggal

(65)

Sumber daya manusia yang terbatas juga menjadi kendala dalam awal proses pemekaran daerah Kabupaten Padang Lawas, karena masih banyak SDM dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Kabupaten Padang Lawas merupakan penyerahan dari bebrapa daerah sekitar seperti Kabupaten Tapsel dan sebagian dari daerah Provinsi Riau. Namun demikian, jumlah SDM tersebut masih belum mencukupi kebutuhan aparatur sipil maupun tenaga pegawai. Berdasarkan keterangan dari salah seorang Informan yg merupakan Kabag Tapem Kabupaten Kabupaten Padang Lawas, Jumlah tenaga pegawai di Kabupaten Padang Lawas berkisar 3000 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jumlah tersebut masih dominasi oleh tenaga pengajar (guru), namun untuk pelaksana teknis masih minim.42

c. Adanya Kelompok Pesimistis Pada Awal Pemekaran

Dalam upaya pembentukan pemerintahan baru ini, tarik-menarik antara kelompok yang setuju dan tidak setuju terhadap pemekaran daerah di suatu wilayah adalah hal yang lumrah. Tidak terkecuali pada awal pemekaran Kabupaten Padang Lawas. Kendala yang umum sering sekali dijumpai ialah sikap dari pesimistis dari sekelompok masyarakat setempat dan juga elit dari daerah lain yang sebenarnya ingin ikut memekarkan daerahnya, kelompok tersebut selalu mengukur secara pesimis jika Padang Lawas belum bisa mengatur sendiri pemerintahannya setelah dimekarkan.43

3.3 Kondisi Padang Lawas setelah pemekaran

42

Hasil wawancara Bapak Harjusli Siregar (Kabag Tapem Kab.Palas) pada tanggal 12 November 2015 di Kantor Bupati Kab.Padang Lawas

43

Hasil Wawancara Bapak H.Kanti Nasution (Camat Huta Raja Tinggi Kab.Palas) pada tanggal 12

(66)

Salah satu tujuan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan pemekaran wilayah diharapkan dapat memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, mampu meningkatkan potensi yang selama ini belum tergarap secara optimal baik potensi Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, membuka akses masyarakat terhadap pembangunan dan dapat memutus mata rantai pelayanan yang sebelumnya disatu tempat / Ibukota Kabupaten atau Ibukota Kecamatan, sehingga memicu motivasi masyarakat untuk ikut secara aktif dalam proses pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya.

Sejak dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas. Artinya Padang Lawas memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap kemajuan Kabupaten Padang Lawas, karena Padang Lawas memiliki pemerintahan sendiri yang harus cerdas dalam mengelola keuangan yang berputar di lapangan agar pembangunan dapat berjalan dengan cepat dan tepat agar mencapai apa yang menjadi tujuan awal pemekaran yakni mensejahterakan Masyarakat Padang Lawas dengan potensi yang ada di Kabupaten tersebut.

(67)

lancar. Bahkan ini saat ini tengah digagas pembangunan ruas jalan yang mengubungkan daerah Apung (Padang Lawas) dengan daerah Panyambungan. Dampak pemekaran tesebut sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat bukan untuk orang elit atau saudagar semata.44

Kabupaten Padang Lawas ini dikonsepkan oleh masyarakat untuk masyarakat, dalam arti pemekarannya bukan untuk kepentingan politik lokal semata, namun sepenuhnya untuk mensejahterakan masyarakat setempat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya putra daerah setempat yang mengisi jabatan-jabatan strategis, dan segala pembangunan insfrastruktur umum yang memang diperuntukkan kepada kepentingan masyarakat setempat. Secara prinsip memang tidak ada pembagian kursi jabatan, tapi menempakatkan putra daerah pada posisi tertentu merujuk pada tujuan awal dimekarkannya daerah Padang Lawas yaitu supaya masyarakat Padang Lawas bisa mengelola segala potensi yang ada untuk mensejahterakan rakyat Kabupaten Padang Lawas itu sendiri.45

Sebelum adanya pemekaran Padang Lawas, pendapatan asli daerah yang dihasilkan seperti hasil dari pertambangan dan hasil perkebunan yang mendominasi potensi Kabupaten ini langsung dikirim ke Kabupaten induk dan menjadi pendapatan asli daerah Tapsel daerah yang terlampau luas menyebabkan pembangunan yang tidak merata sampai ke Padang Lawas, tetapi setelah adanya pemekaran hal tersebut tidak lagi terjadi, pendapatan asli daerah Kabupaten

44

Hasil Wawancara Bapak Marahadi Hasibuan (Ketua Panitia Pemekaran Kab.Palas) pada tanggal

12 Oktober 2015 di sekolah Abdi Negara pada pukul 14.00 WIB

45

Hasil Wawancara Bapak Harjusli Siregar (Kasubag Tata Pemerintahan Kab.Palas) pada tanggal

(68)

Padang Lawas langsung dikelola untuk membangun daerahnya sendiri agar lebih fokus dalam pembangunan dan lebih cepat berkembang sehingga secara langsung menguntungkan masyarakat Padang Lawas.

Selanjutnya, perbedaan yang terjadi sebelum dan sesudah pemekaran Kabupaten Padang Lawas yaitu telah banyak terlihat perbedaan yang p

Gambar

Tabel I
Tabel II
Tabel IV

Referensi

Dokumen terkait

23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, keinginan untuk melakukan pemekaran daerah dapat dimatangkan kembali agar pemekaran daerah dapat didasarkan pada persyaratan yang

Model pajak daerah dengan variabel Konsumsi dan pajak daerah tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Padang Lawas

Jadi ternyata setelah hasil paripurna tahun 2005 itu Tapsel memekarkan angkola sipirok, jadi masyarakat palas dan tokoh politik masyarakat palas ingin juga memekarkan palas

Dalam implementasi Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah di lingkungan Kabupaten Padang Lawas, tidak siapnya beberapa atau kurangnya pemahaman untuk ikut

Tuntutan itu yang menjadi aspirasi masyarakat Tapanuli Selatan untuk melakukan pemekaran yang telah diwujudkan beberapa kali yaitu dengan membentuk Kabupaten Mandailing Natal

Kemudian makna tradisi penyembelihan hewan pada acara kematian masyarakat Batak Mandailing di Desa Sosopan Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara adalah

Tata Tertib yang berlaku di Kabupaten Padang Lawas Utara diatur dalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara Nomor 01 Tahun 2020

Sesuai dengan Peraturan Daerah No.03 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja5. Perangkat Daerah Kabupaten Padang Lawas, Perda ini kemudian mengalami