• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran World Trade Organization (WTO) Melalui Agreement Of Agriculture Dalam Menangani masalah Impor Beras di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran World Trade Organization (WTO) Melalui Agreement Of Agriculture Dalam Menangani masalah Impor Beras di Indonesia"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI :

Nama : Kornelius Verdi Anselmus Nama Panggilan : Verdi

Tempat, Tanggal Lahir : Maumere, 14 September 1993 Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Katholik

Status : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Tubagus Ismail Dalam No. 40C

Motto : Great men are not born great, they grow great. Contact Person : 085253602733

(5)

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2011 - 2016

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia, Kota Bandung, Jawa Barat.

Berijazah

2. 2008 - 2011 SMAN 1 Maumere Berijazah 3. 2005 - 2008 SMPK Frater Maumere Berijazah 4. 1999 - 2005 SDK Bhaktyarsa Maumere Berijazah 5. 1998 - 1999 TK Panti Rini Maumere Lulus

Anggota Divis Minat dan Bakat Keluarga Mahasiswa Katholik Universitas Komputer Indonesia

-

PENGALAMAN KEGIATAN

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2013 Panitia Wisuda Universitas Komputer

Indonesia -

(6)

Relation Between The Republic of Indonesia and Malaysia in Political, Economic, Sosial, Culture and Immigration

2. 2012

General Lecture “Sosialisasi Hubungan Diplomatik Terkini Indonesia – Sudan Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar

Negeri Republik Indonesia

Bersertifikat

3 2012

Seminar Kewarganegaraan bertema “Proud to be Indonesian : Generasi Kebanggaan Bangsa” oleh Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNIKOM

Bersertifikat

4 2012 Seminar “Kalangan Generasi MudaReaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila di ” oleh Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNIKOM

Bersertifikat 5 2012 Simulasi Praktikum Profesi ASEAN Summit 2011

“ASEAN COMMUNITY BUILDING 2015” Bersertifikat 6 2011 Kuliah Umum ”Strategi Politik Luar Negeri

Indonesia” Bersertifikat

7 2011 Certification of Completion Table Manner Course

in Savoy Homann Bersertifikat

KEAHLIAN / BAKAT

Fields Uraian

Software Operasional Microsoft Office, Access, Photoshop, HTML Hardware Perakitan PC. PC Troubleshooting

Bandung, 30 Agustus 2016 Hormat saya,

(7)

PERAN WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) MELALUI

AGREEMENT OF AGRICULTURE DALAM MENANGANI MASALAH IMPOR BERAS DI INDONESIA

World Trade Organization Role Through Agreement of Agriculture on Handling

Indonesian Rice Problems

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana SI (Starata Satu) pada Program

Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

Kornelius Verdi Anselmus

44311009

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan berkat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran World Trade Organization (WTO) melalui

Agreement of Agriculture dalam Menangani Masalah Impor Beras di Indonesia”. Maksud penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Hubungan Internasional dari Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Komputer Indonesia. Peneliti menyadari dalam penyususan skripsi ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan disebabkan keterbatasan dan kemampuan peneliti, akan tetapi disertai keinginan dan harapan yang kuat dan usaha sungguh - sungguh, maka akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

(9)

iv

1. Yth. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., Ph.D , Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM. selaku Dosen yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, pengetahuan yang luar biasa semasa perkuliahan.

2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, Dra selaku Dosen pengajar sekaligus Wakil Rektor III Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan banyak nasehat, kritikan, saran, pengetahuan dan wawasan selama peneliti belajar di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia 3. Yth. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si. Selaku Dosen pembimbing saya

atas kesabarannya dan motivasinya dalam membimbing saya dari awal penelitian, penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan untuk sidang, serta memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan dan wawasan, selama menjalani perkuliahan.

4. Yth. Bapak H.Budi Mulyana, S.IP, M.Si, selaku Dosen Wali Mahasiswa Angkatan 2011 dan Dosen yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan wawasan semasa perkuliahan, serta memberikan saran dalam penyelesaian skripsi saya, serta motivasinya dalam penyelesaian skripsi saya ini.

(10)

v

6. Yth. Teh Dwi Endah Susanti, S.E, Sekretariat Prodi Ilmu Hubungan Internasional yang telah membantu peneliti dalam administrasi selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi.

7. Untuk Ayah dan Ibu Saya Tercinta, terima kasih atas segala dukungan, saran serta motivasi yang selalu diberikan kepada saya, ini mungkin belum sepadan dengan segala perjuangan serta kerja keras yang telah kalian berdua berikan untuk saya dalam menyelesaikan skripsi saya ini. EPANG GAWAN

8. Untuk kakak saya Viktor Ariestian Sedu, terima kasih atas dukungan serta motivasi yang diberikan semoga kita lulus sama-sama tahun ini. 9. Untuk adik-adik saya Anselmus Sadipun dan Christin Rei, terima kasih

atas bantuan dan dukungan selama ini yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya ini.

10.Untuk teman-teman Maumere, baik yang sudah pindah, masih bertahan maupun anggota baru, Dito, Viki, Bastian, Marz Wera Mofferz, Sasti, Ivan, Mario, Paskal, Anong, Titin terima kasih semua atas bantuan dan

dukungan untuk sya dalam menyelesaikan skripsi saya ini. Cepat Lulus juga kuliahnya kalian.

11.Untuk teman-teman di Kostan Sumantri Citenk Oi, Leta Antony, Chakes Oi, Mommy Att, Raymundo, Vincent Saint, Enno Da Silva, Mario Ave

terima kasih atas bantuan, saran dukungan dan do’anya untuk saya

(11)

vi

12.Untuk kakak Yohanes Mitak aka. Hans Mitak terima kasih atas dukungan do’a serta bantuan untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Yth Bapak Sulistyo Widayanto, selaku Analis Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, terima kasih informasi dan masukan yang telah diberikan.

14.Yth Ibu Riri Hidayah Ningrum, selaku Staf Direktorat Kerjasama Multilateral Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, termia kasih atas masukan, data-data, serta surat balasannya.

15.Yth Bapak Yuzarman, selaku Kepala Divisi Humas Kementerian Perdagangan, terima kasih atas dukungan dan bantuan data yang diberikan ubtuk saya sebagai modal untuk penyelesaian skripsi saya ini.

16.Yth Bapak Anto, selaku Staf Divisi Humas Kementerian Perdagangan, terima kasih atas bantuan dan dukungannnya untuk saya.

17.Untuk Keluarga Besar Sadipun dari Mama saya dan Keluarga Besar Sedu dari Bapak saya terima kasih saya haturkan atas segala dukungan

moral, doa serta bantuan selama ini, saya tidak bisa mengucapkan satu-satu tapi sekali lagi terima kasih banyak, EPANG GAWAN AMA PU BENJER.

18.Untuk teman – teman angkatan Hubungan Internasional Unikom Tahun 2011, Fitri, Rona, Isfy, Mentari, Ibnu, Ali, Reza, Gani, Faizal,

Rizal, Alf, Handi, Rivaldy, Hakim, Abdilah, Juti, Ade, Imam, Terima

(12)

vii

19.Untuk teman – teman HI Unikom angkatan 2012 dan Kaka Senior yang berjuang bareng menyelesaikan Skripsi di semester genap, terima kasih atas bantuan, dukungan dan saran yang telah diberikan.

20.Untuk teman teman-teman Keluarga Mahasiswa Katholik Universitas Komputer Indonesia, terima kasih atas saran, do’a, motivasi maupun

dukungan morilnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya ini Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata - kata yang tepat, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 25 Juli 2016 Peneliti,

(13)

viii

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor ... 22

1.2.2 Rumusan Masalah Minor ... 22

1.2.3 Pembatasan Masalah ... 22

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 23

1.3.1 Maksud Penelitian ... 23

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 23

1.4 Kegunaan Penelitian ... 24

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 24

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 25

2.1.1 Organisasi Internasional ... 25

2.1.1.1 Peran Organisasi Internasional ... 28

(14)

ix

2.1.3 Impor ... 32

2.1.4 Ekspor ... 33

2.2 Kerangka Pemikiran ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 40

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.2.1 Studi Pustaka ... 41

3.2.2 Studi Lapangan ... 41

3.3 Uji Keabsahan Data ... 43

3.4 Teknik Analisa Data ... 43

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.5.1 Lokasi Penelitian ... 44

3.5.2 Waktu Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

4.1.1.1 Gambaran Umum World Trade Organization (WTO) ... 46

4.1.1.1.1 Tujuan World Trade Organization (WTO) ... 50

4.1.1.1.2 Struktur World Trade Organization (WTO) ... 56

4.1.1.2 Peraturan Perdagangan WTO dalam Bidang Pertanian : Agreement of Agriculture (AoA) ... 60

4.1.1.2.1 Gambaran Umum Agreement of Agriculture ... 60

4.1.1.3 Konsep Perjanjian Liberalisasi Pertanian Agreement of Agriculture (AoA) ... 62

4.1.1.3.1 Akses Pasar ... 62

4.1.1.3.2 Subsidi Ekspor ... 65

4.1.1.3.3 Dukungan Domestik ... 67

4.1.1.4 Tinjauan Umum Permasalahan Impor Beras di Indonesia ... 69

(15)

x

4.1.3 Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 79

4.1.3.1 Langkah WTO dalam Menangani Masalah Impor Beras di Indonesia ... 79

4.1.3.2 Kendala yang dihadapi WTO dalam menangani Masalah Impor Beras di Indonesia ... 87

4.1.3.3 Analisis Peran WTO dalam Menangani Masalah Impor Beras di Indonesia ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(16)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Produksi, Konsumsi, dan Impor Beras Indonesia Tahun

2007 sampai 2011 ... 13

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 42

Tabel 3.2 Waktu Penelitian ... 45

(17)

xii

DAFTAR GAMBAR

(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Contoh Notifikasi Import Licensing-WTO

Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

(19)

99

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Amir. 2004. Korespondensi Bisnis Ekspor Impor. Jakarta : PPM

Bennet, Alvin LeRoy. 2002. International Organizations: Principles and Issues. New Jersey: Prentice Hall.

Bossche, Peter. 2010. Pengantar Hukum WTO ( World Trade Organization ) . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Cahyadin & Purbasari. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan . Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral & Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi Keuangan dan Pembangunan Departemen Luar Negeri. 2003. Sekilas WTO World Trade Organization.

Gilpin. 2000. The Challenge of Global Capitalism: The World

Economy in the 21st Century. Princeton, New Jersey: Princeton University

Press.

Hadiwinata, Bob .2004. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta : Kanisius

Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional : Teori Dan Kebijakan

Keuangan Internasional (Buku 2). Jakarta : Ghalia Indonesia

(20)

100

Hira Jhamtani, 2005. WTO dan penjajahan kembali dunia ketiga. Yogyakarta : INSISTPress 2005

Hutabarat, Roselyn. 2000. Transaksi Ekspor Impor. Jakarta : Erlangga Jill,Griffin. 2002. Customer Loyalty : How To Earn It , How To Keep It

Second Edition. Los Angeles: Jossey-Bass; New and Revised Edition

Khudori, 2004. Neoliberalisme Menumpas Petani : Menyingkap Kejahatan

Industri Pangan. Yogyakarta : Libraries Australia

Oktaviani, R. dan Tanti Novianti. 2009 . Teori Perdagangan

Rudi, T. May.2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. Refika Aditama

Sjarifudin, Amir. 2003. Ekspor Impor. Jakarta: PPM Manajemen

Steger, Manfred B.. 2006. Globalisme: Bangkitnya Ideologi Pasar. Yogyakarta : Lafadl Pustaka

Suwardi , Sri Setianingsih. 2004. Pengantar Hukum Organisasi

Internasional. Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Press.

Tambunan, Tulus T.H. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Yuliadi, Imamudin. 2007. Perekonomian Indoneisia : Masalah dan

(21)

101

B. DOKUMEN

Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional , Departemen Perdagangan. 2002-2006. Analisis Posisi Perdagangan indonesia di

Beberapa Kawasan/Kerjasama Perdagangan Internasional. Jakarta:

Depdag.

Kementrian Luar Negeri, “World Trade Organization (WTO) dalam http://www.kemlu.go.id/Pages/ IFP Display. aspx ? Name = Multilateral Cooperation &IDP=13&P=Multilateral&l=id

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008 Tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Beras

C. JURNAL / KARYA ILMIAH

Agreement On Agriculture Dalam World Trade Organization

– http://jhp.ui.ac.id/index.php/ home/article/download/37/pdf

Ekspansi Pasar Komoditas Beras di Indonesia Melalui Agreement on

AgricultureWTO(https://www.academia.edu / 12726415 / Ekspansi_ Pasar

Komoditas _ Beras _ di _ Indonesia_ Melalui _ Agreement _ on _ Agriculture WTO).

Liberalisasi Perdagangan Dan Perspektif Ekonomi Pertanian Di Indonesia

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132310863 / LIBERALISASI % 20PERDAGANGAN%20 DAN % 20 PERSPEKTIF % 20 EKONOMIKA % 20PERTANIAN%20DI%20INDONESIA_0.docx).

(22)

102

D. RUJUKAN ELEKTRONIK

http://www.academia.edu/4704765/The_origins_of_the_WTO

http://bappenas.go.id / index. php / download _ file / view / 14418 / 5989

http://beacukaibatam.net/index.php? option= com_content & view = article & id = 139&Itemid=107&showall=1

http://bps.go.id

http://www.bulog.co.id / data / doc / 20070321 Artikel - Husein_Sawit.pdf http://www.bulog.co.id / sekilas _ pengadaan. php

https://www.coursehero.com/file/p1sg6ui/ secara - teoritis - merupakan - variabel -variabel-yang-mempengaruhi-besarnya-nilai/

http://www.deptan.go.id/kln/berita/ wto/ttg-wto.htm

http://ditjenkpi.kemendag.go.id / website _ kpi /... / wto 20041030112836.pdf http://ditjenkpi.kemendag.go.id /website_kpi / index . php? module = news_ detail

& news_content_id=421&detail=true www.dfat.gov.au/eaau

http:// download . portalgaruda. org / article. php http://jdih.kemendag.go.id/

http://jdih.kemendag.go.id/id/regulations http://www.kemendag.go.id/id/faq#e-4

http://www.kemendag.go.id/id/ economic-profile/research-bulletin

(23)

103

http:// www.kemendag.go.id / files / pdf / 2014 / 01 / 06 / Full- Report - WTO.pdf http:// www.kemendag.go.id / files / pdf / 2009 / 04/ 25 / mendag - pimpin -

joint commission indonesia vietnamke5bahasisuisubilateralbi -id1- 1353754124.pdf

http://www.kemlu.go.id/Pages/ IFP Display. aspx ? Name = Multilateral Cooperation &IDP=13&P=Multilateral&l=id

http://www.kemlu.go.id/id/ kebijakan/ kerjasama - multilateral / Pages / World - Trade-Organization-%28WTO%29.aspx

http://www.kemlu.go.id/id/ kebijakan / kerjasama - multilateral / Pages / World – Trade-Organization-(WTO).aspx

http://www.kemenperin.go.id/artikel/7767/ Liberalisasi- Perdagangan - Harus - Didukung-Kebijakan-Nasional http://www.ekonomirakyat.org/ edisi _ 23 / artikel_5.htm

http://komahi.umy.ac.id/2010/12/sistem-perdagangan-internasional-dalam.html www.litbang.pertanian.go.id/ special/ komoditas/files/0104- PADI.pdf

nano.staff.umy.ac.id/files/2012/04/Ek-Inter3.pdf

http://www.paskomnas.com / id/ berita/ Kondisi- Pertanian-Indonesia – saat – ini - Berdasarkan- Pandangan- Mahasiswa- Pertanian-Indonesia.php

http://pertanian.jombangkab.go.id/berita-dinas / program - kegiat / 336 revitalisasi -peran-bulog /

(24)

104

http://repository.upnyk.ac.id/3956/ http://www.spi.or.id/?p=4294

http://www.spi.or.id/kedaulatan-pangan-solusi-ancaman-krisis-pangan/

www.suara.com/ bisnis/2015/12/26/ 123106 / indonesia - selalu - impor - beras – ini-sebabnya

http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/26/kha1.htm

http://www.waspada.co.id/index2.php /option = com_content & do_pdf = 1 & id = 12913

https://www.wto.org / english/thewto_e/countries_e/indonesia_e.htm /organization chart

/english/thewto_e/whatis_e/whatis_e.htm

(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Hubungan perdagangan pada mulanya hanya terbatas pada satu wilayah negara tertentu, namun dengan semakin berkembangnya globalisasi maka arus perdagangan tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam suatu negara, namun arus perdagangan semakin berkembang antara suatu negara dengan negara lain dalam suatu kawasan, hingga arus perdagangan internasional. Kegiatan ekspor-impor menjadi suatu hal yang lumrah dalam perdagangan internasional dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan serta kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena alasan saling membutuhkan, setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. Secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan setiap negara.

(26)

2

menggantungkan konsumsi utama pangannya pada beras. Tingginya ketergantungan penduduk Indonesia terhadap beras mengakibatkan komoditi ini tidak hanya memiliki nilai strategis secara ekonomi tetapi juga secara sosial dan politik. Komoditi beras merupakan bahan pangan utama bagi masyarakat Indonesia sehingga komoditi ini menjadi komoditi penting dalam pembangunan nasional. Arti penting beras dilihat dari dua sisi yaitu : Pertama, sebagai pangan utama beras harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua, sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan.

(27)

3

dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan (http://www.paskomnas.com/id/ berita / Kondisi - Pertanian - Indonesia - saat - ini Berdasarkan-Pandangan-Mahasiswa-Pertanian-Indonesia.php / Diakses tanggal 16 Mei 2016).

Persediaan beras sebagai bahan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia adalah salah satu bagian yang penting dalam pemantapan ketahanan pangan nasional. Kelangkaan beras tidak hanya berakibat pada gangguan stabilitas ekonomi tetapi juga, dapat memicu ketidakstabilan sosial dan politik. Penyediaan beras ditingkat regional maupun nasional terdapat tiga komponen yaitu: produksi, cadangan dan penyediaan luar negeri (impor).

(28)

4

sejarahnya di Indonesia tidak pernah lepas dari peranan pemerintah yang secara sengaja turut serta dalam mengatur ekonomi beras nasional. Peranan beras yang sangat khusus merupakan salah satu alasan penting campur tangan pemerintah terhadap penanganan masih dilakukan saat ini. Kadar campur tangan pemerintah dapat berubah setiap saat karena perubahan peranan unsur-unsur diatas. Namun melepaskan campur tangan pemerintah dalam masalah beras nasional, belum pernah dilakukan karena resikonya sangat besar. Secara partial berbagai perubahan instrumen kebijakan pernah dilakukan pemerintah. Akan tetapi pemerintah belum pernah merubah secara mendasar tujuan kebijakan mengenai beras nasional yang dilakukan selama ini yang masih tetap berkisar pada menjaga kelangsungan produksi beras domestik, melindungi petani padi serta menjamin kecukupan beras bagi masyarakat agar mereka mendapatkan akses yang mudah secara ekonomi maupun fisik yang bersifat sustainable (http://www.ekonomi rakyat.org/ edisi_23/artikel_5.htm / Diakses tanggal 19 Mei 2016).

Pemenuhan atas pangan dalam hal ini beras merupakan suatu tanggung jawab bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Kebutuhan atas pemenuhan beras bagi masyarakat Indonesia setiap tahunnya selalu bertambah dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahun, yang mengakibatkan kebutuhan atas pangan bertambah setiap tahunnya. Selain itu, permasalahan yang terjadi di Indonesia terdiri dari dua bentuk yaitu, permasalahan secara berkala (transitory/occasional food insecurity) dan kronis

(chronic food insecurity). Permasalahan secara berkala terjadi karena misalnya

(29)

5

kronis adalah, krisis yang terjadi berulang dan terus menerus. Krisis ini terjadi karena terbatasnya akses terahadap ketersedian pangan disertai harga pangan yang melambung tinggi.

Beras merupakan komoditi terpenting bagi Indonesia dan juga merupakan sumber lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi Indonesia merupakan yang terbesar ketiga di dunia setelah China (30%) dan India (21%), Indonesia memegang pangsa pasar sebesar 9% dalam total produksi padi di dunia. Indonesia merupakan negara agraris, maka kebutuhan akan pangan terutama beras dapat terpenuhi, namun pada kenyataannya Indonesia masih mengimpor beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, hal ini dikarenakan kebutuhan akan pangan semakin meningkat namun ketersediaan lahan pertanian semakin terbatas akibat alih fungsi lahan pertanian serta terjadi defisit penawaran terhadap beras dari Indonesia, hal ini memaksa Indonesia untuk mengimpor beras dari luar negeri. Beras adalah makanan pokok dari mayoritas masyarakat Indonesia. Beras juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik suatu negara. Oleh karena itu, sejak Orde Lama sampai Reformasi, kebijakan beras menjadi salah satu perhatian pemerintah dan masyarakat Indonesia (www.bulog.co.id/data/doc/20070321Artikel-Husein_ Sawit.pdf / Diakses tanggal 30 Oktober 2015).

Kebutuhan pangan nasional memang dapat dipenuhi dari produksi dalam

negeri dan impor. Namun karena jumlah penduduk terus bertambah dan tersebar

di banyak pulau maka ketergantungan akan pangan impor menyebabkan

(30)

6

kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan bahkan politik (www.litbang.pertanian. go.id/special/komoditas/files/0104-PADI.pdf /Diakses tanggal 9 April 2016).

Dalam rangka merealisasikan liberalisasi pertanian, Indonesia secara resmi meratifikasi Perjanjian Bidang Pertanian dalam WTO dalam bentuk Agreement of

Agriculture yang secara resmi berlaku sejak 1 Januari tahun 1995. AoA bertujuan

untuk melakukan reformasi kebijakan perdagangan di bidang pertanian dalam rangka menciptakan suatu sistem perdagangan pertanian yang adil dan berorientasi pasar. AoA menetapkan sejumlah peraturan pelaksanaan tindakan perdagangan di bidang pertanian termasuk pengaturan mengenai impor beras, terutama yang menyangkut akses pasar, bantuan domestik dan subsidi eskpor. Kesepakatan internasional yang disepakati Indonesia khususnya dalam bidang perdagangan beras tidak hanya diatur oleh AoA namun Indonesia juga memiliki kesepakatan impor beras yang berlaku secara regional (http://download. portalgaruda . org / article . php / Diakses tanggal 21 Mei 2016).

(31)

7

yang dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi setiap negara anggota (http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-multilateral/Pages/World - Trade -Organization-%28WTO%29.aspx / Diakses tanggal 8 April 2016).

Kebijakan impor Indonesia selalu menjadi perhatian utama dunia. Hal tersebut terkait dengan besar dan luasnya kondisi dan potensi pasar dalam negeri yang terus bertumbuh yang dimiliki Bangsa Indonesia. Kebijakan impor hampir selalu menjadi issue yang sangat sensitive terutama bila dikaitkan dengan upaya liberalisasi hubungan kerjasama perdagangan internasional. Kebijakan impor Indonesia akan secara langsung akan berpengaruh terhadap kelancaran arus akses pasar ekspor negara lain yang terikat perjanjian perdagangan dengan Indonesia. Di Indonesia tujuan pembuatan kebijakan impor disusun berdasarkan pada upaya perlindungan kepentingan nasional yang terkait dengan aspek kesehatan keselamatan, keamanan, lingkungan hidup dan moral bangsa.

Keterikatan pada kerjasama perdagangan internasional WTO telah menuntut agar Indonesia bersikap transparan dalam pembuatan kebijakan impor. Pada saat yang sama, tuntutan transparansi juga datang dari pemegang kendali dalam negeri terutama importir. Di dunia yang teknologi informasinya semakin maju hampir tidak ada lagi ruang untuk menyembunyikan informasi. Oleh karena itu pemenuhan kewajiban notifikasi sangat relevan untuk memenuhi tuntutan transparansi.

(32)

8

bersaing maksimal. Dalam sila kelima UUD Republik Indonesia Tahun 1945, secara jelas menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menjadi dasar salah satu filosofi pembangunan bangsa, sehingga setiap Warga Negara Indonesia berhak dan wajib sesuai kemampuannya ikut serta dalam pembangunan usaha dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, khususnya di bidang pertanian. Sejalan dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, salah satu tujuan pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan sebesar-besarnya kesejahteraan Petani dalam negeri .

(33)

9

Dalam Persetujuan Agreement of Agriculture, WTOmenetapkan sejumlah peraturan pelaksanaan tindakan-tindakan perdagangan di bidang pertanian, terutama yang menyangkut tiga pilar yang saling terkait, yaitu Akses Pasar

(Market Access), Dukungan Domestik (Domestic Support) dan Subsidi Ekspor

(Export Subsidy). Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, Indonesia

berkomitmen untuk meningkatkan akses pasar dan mengurangi subsidi-subsidi yang mendistorsi perdagangan.

Dalam era perdagangan bebas, ketika negara tidak lagi mencampuri urusan pengembangan sektor pertanian, negara tidak mengembalikan kekuasaan dan fungsi petani untuk mengatur usaha tani mereka, tetapi justru memfasilitasi penyerahan penguasaan sumber-sumber alam, sistem produksi, sistem pemasaran dan perdagangan kepada perusahaan agribisnis global. Terkait dengan aspek perdagangan internasional, pemerintah justru banyak meliberalisasi pasar produk pertanian padahal aturan WTO masih memberi kesempatan pemerintah untuk melindungi pasar domestik. Subsidi pertanian seperti subsidi input dikurangi sangat drastis oleh pemerintah padahal negara-negara maju masih memberikan subsidi sampai 300 milliar US$ tiap tahunnya kepada sektor pertanian (http:// bappenas.go.id/index.php/download_file/view/14418/5989 / Diakses tanggal 16 Mei 2016)

(34)

10

petani tidak selalu berkorelasi dengan angka keterserapan gabah nasional oleh Bulog. Ketika Bulog tak mampu menyerap gabah secara maksimal dan cadangan beras kita menipis, impor beras terpaksa dilakukan.

Sejak Bulog menjadi Perum Indonesia tidak lagi memiliki lembaga yang kuat untuk menstabilkan harga beras. Belum lagi adanya konsentrasi distribusi sejumlah komoditas pangan di tangan segelintir pihak. Tidak hadirnya peran negara untuk menjadi stabilisator harga pangan membuat swasta leluasa mengendalikan tata niaga beras. Mengembalikan fungsi negara dengan merevitalisasi bulog dengan membuka perannya menjadi lebih besar, bukan hanya untuk mengurus masalah beras saja, namun juga untuk komoditas pangan lainnya. Karena itu lebih baik membubarkan Bulog yang ada sekarang karena Bulog sekarang ini hasil pasca IMF, dan segera membentuk kelembagaan pangan yang baru yang mengacu pada UU 18/2012 tentang pangan yang mengamanatkan dibentuknya kelembagaan pangan, dan ditegakkannya kedaulatan pangan di Indonesia. sebelum diintervensi oleh IMF (International Monetary Fund) lembaga internasional yang memberikan suntikan modal kepada Indonesia saat krisis moneter, institusi Bulog begitu gagahnya dalam melakukan stabilisasi harga berbagai bahan pangan, Bulog diakui oleh WTO (World Trade Organization) untuk memonopoli perdagangan bahan pokok dalam negeri (http://pertanian. jombangkab . go. id / berita - dinas / program - kegiat / 336 - revitalisasi - peran- bulog / Diakses tanggal 29 April 2016).

(35)

11

serangkaian resep perbaikan ekonomi. Salah satu resep IMF yang harus diikuti oleh pemerintah Indonesia adalah memberikan keleluasaan melalui mekanisme pasar dalam membangun keseimbangan harga termasuk komoditas pertanian. Akhirnya, mulai tahun 2000 Bulog hanya menangani komoditas beras saja. Peran pemerintah semakin kecil untuk mewujudkan stabilisasi harga pasar. Inilah saatnya liberalisasi pasar produk pertanian di Indonesia dimulai. Berbagai macam produk import masuk ke Indonesia dengan leluasanya termasuk sembilan bahan pokok yang menentukan hajat hidup orang banyak.

Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menerapkan proteksi terhadap pertanian padi dalam negeri, kebijakan tarif nol persen pun dihapuskan. Hal ini dikarenakan impor beras dari negara asing makin membanjiri pasar domestik Indonesia semenjak diberlakukannya Perjanjian Pertanian Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement of Agriculture, World Trade Organization) pada tahun 1995. Akhirnya kebijakan proteksi berupa tarif ad-valorem sebesar 30 persen ditetapkan. Selain kebijakan tarif, terdapat juga kebijakan proteksi non-tarif. Pada saat itu, kedua kebijakan proteksi yang diterapkan, yaitu tarif dan non tarif berjalan dengan sangat efektif (http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index. php?option=com_content&view=article&id=2129:dampak–kebijakan – proteksi terhadap-ekonomiberasdiindonesia&Itemid=134 / Diakses tanggal 14 Mei 2016)

(36)

12

8,41% dari total produksi tersebut berhasil diserap Bulog. Realisasi pengadaan Bulog mencapai 3,2 juta ton naik secara signifikan sebesar 81% dibandingkan pengadaan tahun pada tahun sebelumnya, sehingga kebutuhan untuk stok dalam negeri tahun 2008 sepenuhnya dapat dipenuhi dari pengadaan dalam negeri. Jumlah pengadaan 3,2 juta ton tersebut diperoleh Bulog di tengah lonjakan harga beras dunia dan diakui mampu menstabilkan harga beras domestik.

Penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95% rakyat Indonesia, padi juga telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaaan ( Deptan, 2007)

Selama tahun 2008 harga beras domestik relatif stabil dari harga beras dunia. Pelaku beras dunia yang memperkirakan Indonesia akan mengimpor sebanyak 1 juta ton pada tahun 2008, memberikan apresiasi atas keberhasilan produksi dan stabilitas harga beras. Sukses pencapaian kuantitas pengadaan 2008 yang besar terus dipertahankan hingga tahun 2009 dengan kemampuan BULOG menyerap hingga 9,05% dari total produksi per tahun dalam negeri (http://www. bulog.co.id/sekilas_pengadaan.php / Diakses tanggal 01 Maret 2016).

(37)

13

Tabel 1.1 Data Produksi, Konsumsi, dan Impor Beras Indonesia Tahun 2007 sampai 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2007 – 2011 (http://bps.go.id/ / Diakses tanggal 22 Juli 2016).

Dampak positif dari impor beras bagi Indonesia adalah terpenuhinya kebutuhan pangan indonesia sehingga tidak akan terjadi kekurangan stok pangan Indonesia. Impor beras juga dapat memacu para petani Indonesia untuk meningkatkan kualitas beras yang akan diproduksi sehingga petani Indonesia tidak akan menanam beras yang berkualitas rendah.

Impor beras yang terjadi di tengah produksi berlebih sekarang ini memiliki dampak negatif seperti berkurangnya devisa negara karena pengeluaran negara bertambah dari nilai impor beras tersebut, disinsentif terhadap petani karena pemerintah akan lebih memprioritaskan impor beras daripada memberikan insentif kepada para petani indonesia, serta hilangnya sumber daya yang telah terpakai dan beras yang tidak dikonsumsi dan terserap oleh Bulog.

(38)

14

melalui Inpres Nomor 9 tahun 2002. Inpres tersebut sebenarnya merupakan penyempurnaan dari Inpres Nomor 9 tahun 2001, yang mengatur tentang kebijakan perberasan secara komprehensif. Perubahan pada Inpres Nomor 9 Tahun 2002 dan terakhir adalah Inpres No.13/2005 yang berlaku 1 Januari 2006.

Perlindungan dari serbuan impor, tidak terkecuali beras dapat ditempuh dengan dua cara yaitu hambatan tarif (tariff Barrier; TB) dan hambatan bukan tarif (nontariff Barrier; NTB). Instrumen yang paling primitif dalam NTB adalah pelarangan impor atau pelarangan ekspor. Namun, ada juga yang menempuh kebijakan monopoli dan penetapan kuota impor untuk mengelola impor/ekspor suatu produk.

Hambatan tarif dianggap paling transparan, sehingga semua hambatan non tarif wajib dihapus dan dikonversikan ke dalam hambatan tarif sesuai dengan ketentuan perdagangan multilateral World Trade Organization (WTO). Indonesia telah menotifikasikan tarif beras di WTO sebesar 180% dan diturunkan menjadi 160% untuk 2004, membuka pasar minimum (minimum market access) sebesar 70 ribu ton/tahun dengan tingkat tarif dalam kuota (in-quota tariff ) 90% (ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/.../wto20041030112836.pdf / Diakses tanggal 27 April 2016).

(39)

15

privatisasi, liberalisasi, deregulasi sebagai upaya penyelamatan Indonesia dari krisis ekonomi. Dan dengan mekanisme perdagangan pertanian yang di tentukan oleh perdagangan bebas yang menyebabkan perusahan-perusahan besar mengekspolitasi pangan rakyat hanya demi keuntungan semata tanpa memperhatikan keadaan petani di suatu negara.

Berdasarkan Agreement of Agriculture (AoA), Indonesia diberikan kebijakan untuk memanfaatkan Special Safeguard Mechanism (SSM) untuk melindungi sektor pertanian domestik jika terjadi serbuan produk impor atau jatuhnya harga secara signifikan. SSM merupakan tindakan pembatasan impor sementara pada sebuah produk termasuk produk pertanian jika industri domestik terpuruk atau tertekan akibat serbuan produk impor yang diiringi dengan penurunan harga jika hanya terjadi penurunan harga maka safeguard tidak dapat digunakan. Pembatasan impor tersebut dapat dilakukan dalam bentuk kuota atau peningkatan tarif di atas bound rate. Pelaksanaan safeguard ini dapat dilaksanakan jika telah dilakukan pengujian atau pembuktian terjadinya keterpurukan dan negoisiasi yang berkaitan dengan kompensasi (http://www. kemendag.go.id/files/pdf/2014/01/06/Full-Report-WTO.pdf / Diakses tanggal 28 April 2016).

(40)

16

adanya impor beras tersebut yaitu untuk menjaga kestabilan ketahanan pangan nasional dan untuk menjaga kestabilan harga beras. Oleh karena itu, pembukaan keran impor merupakan suatu langkah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menaggulangi permasalahan krisis pangan dan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional (http://www.spi.or.id/?p=4294 / Diakses tanggal 10 Juni 2016).

Terkait permasalahan impor beras di Indonesia World Trade Organization (WTO) melalui Agreement of Agriculture (AoA) memegang peranan untuk mengadministrasikan berbagai persetujuan yang dihasilkan AoA di bidang perdagangan beras dalam bentuk impor maupun ekspor, serta mengawasi pelaksanaan komitmen akses pasar di bidang tarif maupun non tarif. Dalam hal ini WTO mengawasi praktek dagang di Indonesia, terkait pelaksanaan kebijakan impor maupun ekspor beras di Indonesia, dengan cara regular meninjau kebijaksanaan perdagangan negara anggotanya dan melalui prosedur notifikasi

(41)

17

World Trade Organization (WTO) juga berperan membantu penerapan

kerjasama perdagangan Indonesia, serta membantu merealisasikan persetujuan dan instrumen hukum yang tertuang dalam Agreement of Agriculture. Dalam hal penerapan kebijakan yang dikeluarkan oleh WTO terkait masalah impor beras yang terjadi, Indonesia mengimplementasikan dalam bentuk kerjasama perdagangan dengan Vietnam dalam hal ini Indonesia mengimpor beras dari Vietnam untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.

Salah satu bentuk kerjasama impor pangan yang dilakukan Indonesia untuk menangani permasalahan krisis pangan yaitu, Indonesia mengadakan kerjasama dengan Vietnam untuk mengimpor beras dari Vietnam. Kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dengan Vietnam tersebut merupakan suatu bentuk kerjasama bilateral di bawah payung The Joint Commission

Indonesia-Vietnam on Economic, Scientific and Technical Cooperation (JCESTC), yang

merupakan agenda utama rangkaian kunjungan kerja Misi Dagang ke Ho Chi Minh City, Vietnam.

Pertemuan ini merupakan pertemuan Government to Government formal dua negara. Pada petemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bersama mengenai impor beras, pemerintah kedua negara menuangkannya dalam Memorandum on

Rice Trade yang disepakati pada tanggal 5 April 2007 untuk masa kerja sama

sampai dengan 31 Desember 2009. MoU on Rice Trade ini kemudian diperpanjang pada tahun 2009 untuk jangka waktu 2010-2012. MoU on Rice

Trade yang ditandatangani oleh Menteri Perdagangan masing-masing pihak

(42)

18

satu juta ton apabila dibutuhkan sebagai langkah antisipasi apabila terjadi kekurangan pasokan beras di dalam negeri (www.kemendag.go.id/files/pdf/2009/ 04/25/mendagpimpinjointcommissionindonesiavietnamke5bahas isu isu -bilateral-bi-id1-1353754124.pdf / Diakses tanggal 27 April 2016).

MoU on Rice Trade yang ditandatangani oleh Menteri Perdagangan

masing-masing pihak tersebut bertujuan untuk menjamin suplai kebutuhan beras dalam negeri sampai 1 juta ton apabila dibutuhkan sebagai antisipasi apabila terjadi kekurangan pasokan beras dalam negeri. Rencana yang dilakukan pemerintah dalam melakukan kerjasama antara Indonesia dengan Vietnam dalam impor beras ini yaitu sebagai pemenuhan atau cadangan stok beras nasional apabila Indonesia mengalami kekurangan stok beras nasional agar terciptanya ketahanan pangan yang kuat agar tidak terjadi krisis pangan di Indonesia.

Dalam penyelesaian masalah impor beras di Indonesia World Trade

Organization (WTO) juga berperan melalui prosedur Import Licensing dalam

(43)

19

Penelitian-penelitian mengenai Peran World Trade Organization (WTO) melalui perjanjian Agreement of Agriculture dalam menangani masalah impor beras di Indonesia adalah artikel milik Aditya Fathurrahman Abdillah dengan masalah yang diteliti berjudul Ekspansi Pasar Komoditas Beras di Indonesia

Melalui Agreement on Agriculture-WTO yang dibuat pada tahun 2014 Universitas

Indonesia.

Dalam karya tulis tersebut yang berkaitan dengan masalah, peneliti menjelaskan tentang kebijakan pasar komoditas beras dalam negeri, dalam penelitian tersebut menjelaskan mengenai kebijakan beras dari masa Orde Lama hingga masa reformasi. Penelitian juga membahas langkah yang ditempuh pemerintah pada masa orde lama hingga masa reformasi tentang kebijakan beras hingga perubahan kebijakan.

Perbedaan penelitian Aditya dengan penelitian ini adalah penelitian Aditya lebih banyak membahas mengenai kebijakan komoditas ekspor di Indonesia dari masa orde lama hingga masa reformasi serta apa langkah-langkah yang ditempuh dalam menjalankan ekspansi komoditas pasar beras di Indonesia, sedangkan penelitian ini akan membahas mengenai peran World Trade Organization (WTO) melalui Agreement of Agriculture dalam menangani masalah impor beras yang terjadi di Indonesia, serta kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia berkaitan dengan AoA yang telah dikeluarkan oleh WTO.

Penelitian lainnya yang membahas mengenai peran World Trade

Organization (WTO) melalui Agreement of Agriculture (AoA) dalam menangani

(44)

20

membahas mengenai Agreement On Agriculture Dalam World Trade

Organization yang dibuat pada tahun 2016 Universitas Jambi. Dalam penelitian

tersebut menjelaskan mengenai sejauh mana penerapan AoA dari WTO yang merupakan sebuah perjanjian yang disepakati oleh Indonesia karena telah menjadi bagian dari Organisasi perdagangan dunia, serta sejauh mana dampak liberalisasi perdagangan WTO terhadap aturan kebijakan pangan di Indonesia.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian milik Akbar Kurnia Putra lebih banyak membahas secara umum mengenai AoA, sejarah hingga terbentuknya perjanjian tersebut serta membahas juga mengenai ketahanan pangan di Indonesia karena telah menjadi bagian dari AoA tersebut.

Penelitian lainnya yang membahas mengenai peran WTO melalui AoA dalam menangani masalah impor beras di Indonesia adalah penelitian milik Aula Ahmad Hadif, yang membahas mengenai Liberalisasi Perdagangan Dan

Perspektif Ekonomi Pertanian Di Indonesia yang dibuat tahun 2013 Universitas

Negeri Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut menjelaskan mengenai permasalahan pangan di Indonesia serta penerapan liberalisasi perdagangan di Indonesia untuk mengatasi permasalahan pangan, yang menjadi salah satu faktor stabilisasi perekonomian di Indonesia berdasarkan konsekuensi kebijakan dari kesepakatan GATT/WTO (General Agreement on Tariff and Trade, World Trade

Organization)

(45)

21

Indonesia karena meratifikasi terbentuknya Agreement of Agriculture (AoA), serta menjadi bagian dari World Trade Organization (WTO).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dirumuskan dalam judul : ”Peran World Trade Organization

(WTO) melalui Agreement of Agriculture dalam Menangani Masalah Impor

Beras di Indonesia”.

Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa mata kuliah yang telah dipelajari oleh peneliti di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Komputer Indonesia, antara lain sebagai berikut :

1. Ekonomi Politik Internasional

Pada matakuliah ini mempelajari tentang hubungan atau interaksi antar aktor dalam hubungan internasional berdasarkan perspektif ekonomi.

Teori-teori dari mata kuliah ini dapat dijadikan sebagai landasan teoritis

dalam penelitian ini.

2. Organisasi Internasional

(46)

22

3. Studi Ekonomi Negara Berkembang

Dalam mata kuliah ini membantu penulis dalam mata kuliah ini membantu penulis dalam memberikan gambaran mengenai dinamika ekonomi dan politik yang terjadi di negara berkembang.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas masalah dari penelitian merumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor

Bagaimana Peran World Trade Organization (WTO) melalui perjanjian

Agreement of Agriculture (AoA) dalam menangani masalah impor beras di

Indonesia ?

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

1. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan oleh WTO dalam menangani masalah impor beras di Indonesia ?

2. Kendala apa saja yang dihadapi oleh WTO dalam menangani masalah impor beras di Indonesia ?

3. Sejauh mana peran WTO menangani masalah impor beras di Indonesia ? 1.2.3 Pembatasan Masalah

(47)

23

Indonesia dengan Vietnam. Alasan dipilih tahun tersebut karena mengambil momentum terciptanya Memorandum onRice Trade yang disepakati pada tanggal 5 April 2007 yang berlaku hingga tahun 2009, serta merupakan bagian dari The

Joint Commission Indonesia- Vietnam on Economic, Scientific and Technical

Cooperation (JCESTC). Kerjasama antara Indonesia dan Vietnam antara tahun

2007 sampai tahun 2010 ini dipilih dikarenakan kerjasama yang dilaksanakan ini berdasarkan kesepakatan Indonesia terkait liberalisasi pertanian Agreement of

Agriculture. Serta penyelesaian masalah kebijakan impor Indonesia oleh Thailand

melalui Prosedur Notifikasi Import Licensing-WTO.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud ingin mengetahui peran World

Trade Organization (WTO) melalui Agreement of Agriculture (AoA), dalam

menangani masalah impor beras di Indonesia.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui, serta memahami langkah-langkah yang dilakukan oleh WTO dalam menangani masalah impor beras di Indonesia

2. Untuk mengetahui, memahami serta menganalisa kendala apa saja yang dihadapi oleh WTO dalam menangani masalah impor beras.

(48)

24

1.4Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian dibagi menjadi dua:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber atau referensi pengetahuan terkait kerjasama internasional dalam kebijakan impor beras, peranan organisasi internasional, serta pentingnya beras bagi kestabilan pangan, bagi penulis, penstudi Hubungan Internasional, serta bagi masyarakat luas.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi perkembangan pembelajaran ilmu Hubungan Internasional, serta dapat menambah wawasan peneliti terhadap ruang lingkup pembelajaran Ilmu Hubungan Internasional.

(49)

25 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Organisasi Internasional

Hubungan antar negara sangat kompleks sehingga diperlukan pengaturan. Untuk mengatur agar mencapai tujuan bersama yang merupakan kepentingan bersama, negara-negara membutuhkan pembentukan wadah, yaitu organisasi internasional (Suwardi, 2004: 2-3). Sebab, berdirinya organisasi internasional

(international organization) pada hakekatnya didorong oleh keinginan untuk

meningkatkan dan melembagakan kerja sama internasional secara permanen dalam rangka mencapai tujuan bersama (Parthiana, 2003: 103).

(50)

26

Organisasi internasional merupakan salah satu kajian studi Hubungan Internasional, serta merupakan salah satu aktor dalam kajian Hubungan Internasional. Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan hubungan internasional, bahwa pada awalnya disiplin hubungan internasional sesungguhnya menitikberatkan pada negara (state) sebagai subjek rujukannya, yaitu dengan menjadikan negara sebagai rujukan dalam pembahasan mengenai prilaku, kepentingan, pembuatan keputusan, dan sebagainya. Namun dalam perkembangannya dominasi negara sebagai aktor studi hubungan internasional mulai digeser oleh aktor-aktor non-negara, seperti dalam dominasi negara sebagai pemilik modal yang berdaulat (soverign entrepreneur) yang digantikan oleh perusahaan transnasional. Hal ini kemudian yang meyakini pendukung pluralis (pluralis merupakan salah satu perspektif yang memandang hubungan internasional tidak hanya terbatas pada hubungan antar negara saja tetapi juga merupakan hubungan antar individu dan kelompok kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor utama dan aktor tunggal (Perwita dan Yani, 2005: 26).

Organisasi internasional didefinisikan sebagai, pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antar negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untu melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal-balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala (Rudi, 2005 :2-3).

Organisasi internasional amat beragam berdasarkan kepentingan yang diperjuangkan sesuai dengan bidang ilmu yang menjadi minatnya. Rudi dalam

(51)

27

internasional sebagai, Bentuk kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung dan melaksanakan fungsi-fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah maupun sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda (Rudi, 2005 :3).

Suatu organisasi internasional dapat sekaligus menyandang lebih dari satu macam penggolongan. Organisasi internasional juga mempunyai unsur organisasi yang berbeda dengan organisasi pada umumnya, yakni :

1. Memiliki kerjasama yang ruang lingkupnya melewati batas negara. 2. Mencapai berbagai tujuan yang disepakati bersama, baik antar

pemerintah maupun non-pemerintah.

3. Memiliki struktur organisasi yang lengkap dan jelas. 4. Melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan.

Menurut Clive Archer organisasi internasional merupakan, Organisasi yang formal, ditetapkannya struktur yang berkelanjutan melalui persetujuan di antara anggota-anggota, baik perwakilan dari pemerintah maupun bukan pemerintah yang setidaknya terdiri dari dua negara berdaulat yang memiliki tujuan untuk menjalankan kepentingan-kepentingan dari para anggotanya (Perwita dan Yani, 2005: 92).

(52)

28

untuk membentuk suatu organisasi internasional, Oleh karena itu, perlunya pendekatan atas peringkat definisi,yaitu :

1. Dari segi tujuan organisasi, apakah bersifat internasional yaitu bahwa kegiatannya melintasi batas-batas negara nasional.

2. Dari tinjauan terhadap model dan kelembagaan organisasi internasional yang ada dewasa ini.

3. Sebagai proses yang mendekati taraf pengaturan oleh suatu bentuk pemerintahan, dalam hubungan yang mencakup baik antarnegara dengan negara maupun aktor-aktor bukan negara (non state actor) (Rudy, 2005: 3-4).

Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara sesama kelompok non pemerintah maupun pada negara-negara yang berbeda (Rudy, 2005: 3).

2.1.1.1 Peran Organisasi Internasional

Organisasi internasional memiliki tiga peran penting dalam politik dunia. Pertama organisasi internasional digunakan oleh negara-negara sebagai instrumen dari kebijakan luar negerinya dimana hal ini sesuai dengan pandangan state

centric. Kedua organisasi internasional dimanfaatkan untuk memodifikasi atau

(53)

29

sesuai dengan kemauannya, sehingga dapat dilihat apakah sebuah organisasi internasional tersebut otonom atau tidak (Rudi, 2005:29).

Peran sebuah organisasi internasional dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu :

1. Sebagai Instrumen (alat pencapai tujuan). Organisasi internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya. Suatu instrumen menunjukkan tujuannya apabila memperlihatkan kegunaannya dalam periode tertentu bagi mereka yang memanfaatkan jasanya.

(54)

30

dan kepentingan melalui aturan-aturan (treaty), perjanjian

(agreement) ke dalam badan-badan maupun korporasi tanpa peran

negara (Perwita dan Yani, 2005:95).

Menurut Leroy Bennet, sebuah organisasi internasional mempunyai kedudukan yang sama dengan negara. Organisasi internasional dapat melakukan dan memiliki peran penting, yaitu :

1. Menyediakan sarana kerjasama diantara negara-negara dalam berbagai bidang, dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan bagi sebagian besar ataupun keseluruhan anggotanya. Selain sebagai tempat dimana keputusan tentang kerjasama dibuat juga menyediakan perangkat administratif untuk menerjemahkan keputusan tersebut menjadi tindakan.

2. Menyediakan berbagai jalur komunikasi antar pemerintah negara-negara, sehingga dapat dieksplorasi dan akan mempermudah aksesnya apabila timbul masalah (Bennet, 2002:3).

2.1.2 Perdagangan Internasional

(55)

31

negara mitra dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan lain sebagainya. Dari perbedaan tersebut di atas, maka atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional (Halwani, 2005:1).

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Konsep perdagangan internasional pada hakikatnya mendorong industrialisasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Ilmu perdagangan internasional merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis saling ketergantungan antar negara. Ilmu ini menganalisis arus barang, jasa, pembayaran-pembayaran antara suatu negara dengan negara lain di dunia, kebijakan yang mengatur arus tersebut serta pengaruhnya pada kesejahteraan negara (Oktaviani, 2009:63).

(56)

32

2.1.3 Impor

Impor adalah proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu negara ke negara lain. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Jika perusahaan menjual produknya secara lokal, mereka dapat manfaat karena harga lebih murah dan kualitas lebih tinggi dibandingkan pasokan dari dalam negeri. Impor juga sangat dipengaruhi 2 faktor yakni, pajak dan kuota. Tingkat impor dipengaruhi oleh hambatan peraturan perdagangan. Pemerintah mengenakan tarif (pajak) pada produk impor. Pajak itu biasanya dibayar langsung oleh importir, yang kemudian akan membebankan kepada konsumen berupa harga lebih tinggi dari produknya. Demikianlah sebuah produk mungkin berharga terlalu tinggi dibandingkan produk yang berasal dari dalam negeri. Ketika pemerintah asing menerapkan tarif, kemampuan perusahaan asing untuk bersaing di Negara-negara itu dibatasi. Pemerintah juga dapat menerapkan kuota pada produk impor, yang membatasi jumlah produk yang dapat dimpor. Jenis hambatan perdagangan seperti ini bahkan lebih membatasi dibandingkan tarif, karena secara eskpilit menetapkan batas jumlah yang dapat dimpor (Amir, 2004:139).

(57)

33

menyusun kontrak dalam menilai indentor maupun pensuplai serta dalam mengambil tindakan pengamanan atas resiko kerugian seperti dalam penentuan persyratan asuransi, pengangkutan surveryor, dalam penentuan persyratan asuransi, pengangkutan surveryor, dalam distribusi jasa pengiriman barang.

Tanggung jawab importir semacam ini tidak harus untuk barang-barang yang diimpor sebagai mata dagangnya sendiri, tapi termasuk juga barang-barang yang diimpor atas dasar indent, maupun barang-barang atas dasar penunjukkan sebagai handling impotrer, kecuali dengan tegas didalam kontrak, sebagai tanggung jawabnya, atau memang tanggung jawabnya itu telah dilimpahkankepada badan usaha lain. Pelimpahan ini misalnya kerusakan dan kerugian dilimpahkan pada maskapai asuransi.

2.1.4 Ekspor

(58)

34

2.2 Kerangka Pemikiran

Bagi Indonesia, kerjasama ekonomi pasar bebas bukanlah hal baru, karena liberalisasi ekonomi telah dimulai pada tahun 1983 dengan membuka dan membebaskan pasar uang. Sedangkan liberalisasi ekonomi yang mencakup bidang yang lebih luas, tidak hanya sektor keuangan, diawali pada 2 November 1994. Setelah menghadiri pertemuan di Marakesh pada 14 April 1994, pemerintah Indonesia pada tanggal 2 November 1994 meratifikasi pembentukan WTO dengan menerbitkan UU. 7 Tahun 1994. Kemudian, pada 15 November 1994 Indonesia menjadi tuan rumah dan salah satu inisiator Bogor Declaration, yang merupakan awal dari Asia Pacific Economic Co-operation (APEC) atau salah satu kerjasama ekonomi regional yang cakupannya sangat luas (Khor, 2010:2-3).

Dengan adanya kepentingan-kepentingan dari setiap anggota WTO, maka ada kebijakan-kebijakan yang memberikan kepastian peraturan yang berkaitan dengan fungsi dan tujuan bersama dalam terlaksananya liberalisasi perdagangan global, seperti kebijakan perundingan perdagangan yang lebih terbuka secara bertahap melalui mengurangi hambatan tarif, pemberian subsidi ekspor dalam persetujuan bidang pertanian dan kebijakan kuota impor perdagangan produk tekstil dan garmen (Deperindag, 2003: 23-25).

(59)

35

kesatuan yang utuh dimana tidak ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional ini (Rossenau, di dalam Perwita dan Yani, 2005: 93).

Archer mendefinisikan organisasi internasional sebagai suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antara anggota-anggota (pemerintah dan non pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama anggotanya. Upaya mendefinisikan pakar lain yaitu dari Coulumbus dan Wolfe, suatu organisasi internasional harus melihat tujuan yang ingin dicapai, institusi-institusi yang ada, suatu proses perkiraan peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah terhadap hubungan antara suatu negara dengan aktor-aktor non negara (Perwita dan Yani, 2005: 92).

(60)

36

dukungan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, dan peningkatan poduktivitas (Hadiwinata, 2004: 6) yang dikumandangkan terutama dari kalangan NGO’s atas ketidakpuasan terhadap rezim perdagangan internasional yang didominasi dorongan untuk meliberalisasi perdagangan.

Globalisasi sebagai fenomena riil yang menandai transformasi besar dalam persoalan dunia. Dalam hal ini bahwa kajian-kajian globalisasi menyampaikan pandangan esensi dari fenomena tersebut meliputi meningkatknya keterkaiatan ekonomi nasional melalui perdagangan, aliran keuangan, dan investasi asing langsung (FDI) melalui perusahaan multinasional (Gilpin, 2000: 299). Sehingga, globalisasi meningkatkan peranan NGOs yang lebih besar dalam persoalan dunia, terutama menyangkut perekonomian dunia.

Tidak Seperti halnya tema-tema klasik perekonomian dunia dengan memfokuskan pada interaksi antara unsr-unsur state (negara), market (pasar),

power (kekuasaan), dan plenty (kemakmuaran) (Hadiwinata, 2004: 26). Pada

perkembangan Hubungan Internasional kontemporer aktor-aktor internasional tidak lagi didominasi negara (state), tapi adanya tantangan dari NGOs seperti beroperasinya MNCs di banyak negara yang didukung kaum liberalis. Robert Gilpin mengakui bahwa, meningkatnya kekuatan TNCs telah sangat mengubah struktur dan kinerja ekonomi global.

(61)

37

Kenyataan ini membuka peluang selebar-lebarnya bagi liberalisasi pasar. Oleh sebab itu, peran dan pengaruh WTO sebagai organisasi yang mengempanyekan globalisasi dalam bentuk liberalisasi ekonomi secara terus menerus, karena tanpa dipungkiri perdagangan merupakan salah satu faktor penting dari perkembangan globalisasi itu sendiri.

Perkembangan liberalisasi perdagangan dunia dalam perekonomian, politik dan semua sektor memberikan peluang dan ancaman, atau kesempatan dan hambatan terhadap aktivitas perdagangan global seluruh dunia. Sehingga, setiap negara memerlukan ketepatan dalam membuat suatu kebijakan (Secara umum kebijakan disini, menurut Griffin (2002: 95) diartikan sebagai susunan strategi yang digunakan oleh pemerintah untuk memandu tindakan mereka dalam bidang tertentu (yang didalamnya tedapat pelbagai alternatif yang sebelumnya telah disusun bersama) sebagai respon dari perkembangan liberalisasi perdagangan dunia.

(62)

38

pemerintah baik langsung atau tidak langsung kepada pelaku ekonomi (Rinaly, 2006: 328).

(63)

39

Gambaran singkat kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran World Trade Organization

(WTO) Indonesia

Agreement of Agriculture (AoA) : - Akses Pasar

- Dukungan Domestik - Subsidi Ekspor

Implementasi Liberalisasi Perdagangan WTO/AoA

Masalah Impor Beras di Indonesia : - Kebutuhan beras dalam negeri

meningkat

(64)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian diperlukan sebuah desain atau rancangan yang berisi rumusan tentang objek yang akan diteliti. Metode penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif, metode ini dipilih karena penelitian kualitatif bisa dilakukan oleh peneliti dibidang ilmu sosial dan politik. Merujuk pada permasalahan yang diangkat serta variabel yang tersedia maka peneliti ini hanya melakukan analisa data berdasarkan data-data serta informasi yang dikeluarkan oleh World Trade Organization (WTO) melalui

Agreement of Agriculture dalam menangani masalah impor beras di Indonesia,

yang diimplementasikan dalam kajian-kajian teori hubungan internasional.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

(65)

41

tulisan lainnya seperti fasilitas dan jasa internet untuk mendapatkan data tertulis yang telah didokumentasikan.

3.2.1 Studi Pustaka

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui tulisan, artikel yang dikeluarkan instansi pemerintah serta menelaah teori, opini, membaca buku atau jurnal yang relevan dengan masalah yang diteliti. Peneliti juga menggunakan layanan internet dengan cara mengakses alamat situs informasi online seperti situs resmi WTO, Kementerian Perdagangan,Kementerian Luar Negeri situs berita seperti tribun, antaranews, kompas dan situs berita lainnya dalam melakukan pengumpulan data terkait penelitian yang akan dilakukan. Selain itu peneliti juga menggunakan metode dokumentasi yakni mencari data berupa buku, surat kabar dan majalah yang terkait informasi tentang langkah yang dilakukan WTO dalam menangani masalah impor beras di Indonesia.

3.2.2 Studi Lapangan

(66)

42

masalah yang akan diteliti. Narasumber yang terkait judul penelitian yaitu Kementerian Perdagangan, Perum Bulog, serta Kementerian Luar Negeri.

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data

No Data yang dibutuhkan Teknik Sumber

(67)

43

3.3 Uji Keabsahan Data

Dalam melakukan uji keabsahan data peneliti mengolah data yang diperoleh dengan cara melakukan konfirmasi data yang diperoleh dari BULOG, Kementerian Perdagangan dengan melakukan studi lapangan ke lembaga tersebut. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Staf WTO melalui Kantor PBB, Staf Kementerian Perdagangan, peneliti mengambil data dari artikel, laporan, serta dokumen yang dikeluarkan dari Kementerian Perdagangan.

3.4 Teknik Analisa Data

(68)

44

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dan informasi yang bersumber dari berbagai tempat di bawah ini sesuai dengan kebutuhan penelitian, diantaranya:

a. Kantor Kementerian Perdagangan

Alamat : Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110, Indonesia

Telepon : (021) 3858171

Website : http://www.kemendag.go.id/

b. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia Alamat : Jl. Dipati Ukur No.116, Bandung Telepon : 022- 2504119

Fax : 022- 2533754

Website http://www.unikom.ac.id/

c. Direktorat Jendral Perundingan Perdagangan Internasional

Alamat : Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110, Indonesia.

Telepon : 021- 3840139 Fax : 021- 3847273

(69)

45

d. Perpustakaan Universitas Padjajaran

Alamat : Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jawa Barat 45363 Telepon : (022) 84288828

Website : http://www.unpad.ac.id 3.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu sebelas bulan terhitung dari bulan September 2015 sampai dengan bulan Agustus 2016

Gambar

Tabel 1.1 Data Produksi, Konsumsi, dan Impor Beras Indonesia Tahun 2007 sampai
tabel berikut:
Tabel 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Di dalam Pasal 3 Perjanjian Perlindungan Keamanan atau Agreement on Safeguards tentang Prosedur Penyelidikan disebutkan bahwa negara anggota hanya mungkin

Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah, serta sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah cenderung bergantung kepada orang lain,

Yang menarik adalah terungkapnya dimensi penerimaan diri sebagai dimensi awal yang membantu subjek dalam mencapai dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis yang lain,

Sistem IPB Online Voting Centre dapat membantu mendistribusikan informasi terkait pemilihan yang akan dijalankan dan meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga terkait

Pertama, daur perubahan partisipatif, dengan asumsi apabila telah tersedia pengetahuan yang kondusif dari tim kerja atau organisasi untuk menerima perubahan, maka sikap

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji penggunaan asap cair tempurung kelapa sebagai pengawet nira yang lebih terkontrol dan lebih aman, sedangkan tujuan khususnya yaitu

perasikan, melayani dan memelihara peralatan kategori I dan bahan umum IIIa -IIIb P erta ma TERAMPIL P eny eli a IIIc -IIId Mengoperasikan, melayani dan memelihara peralatan