Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TEKNIK MELUKIS
KACA UNTUK ANAK-ANAK
DK 26313/Tugas Akhir Semester VII 2009/2010
Oleh: Septoni NIM: 52106011
Program Studi Desain Grafis
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2010
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TEKNIK MELUKIS
KACA UNTUK ANAK-ANAK
DK 26313/Tugas Akhir Semester VII 2008/2009
Oleh: Septoni NIM: 52106021
Program Studi Desain Grafis
Disahkan oleh: Pembimbing
Rini Maulina, S.Sn 4127 32 06 011
Koordinator Tugas Akhir
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.
Penulis panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT.
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik.
Penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan Diploma Tiga Jurusan Desain Komunikasi Visual
Universitas Komputer Indonesia dengan judul “PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TEKNIK MELUKIS KACA UNTUK ANAK-ANAK”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dalam penyajian materi
maupun dalam pemberian analisis. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki, oleh karena itu,
oleh karena itu penulis tidak menutup diri untuk menerima saran dan kritik dari
berbagai pihak yang bersifat membangun.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing serta meluangkan waktu,
pikiran dan tenaga baik secara moril maupun materil dalam menyusun laporan
tugas akhir ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas semua nikmat dan kekuatan yang diberikan selama
mangerjakan Laporan Tugas Akhir.
2. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M, Sc. Selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
3. Drs. Hary Lubis, Dekan fakultas desain
4. Taufan Hidayatullah, M. Ds , ketua program studi Desain grafis.
6. Rini Maulina, S.Sn, selaku pembimbing tugas akhir.
7. Kedua orang tua, atas semua dukungannya.
8. Kepada semua rekan DKV 7 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Kemudian tak lupa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang turut membantu dan meluangkan waktu, pikiran,
tenaga dan memberikan dukungan secara moril maupun materil kepada
penulis selama penulis kuliah ataupun selama melaksanakan Tugas Akhir
yang mungkin tak dapat penulis sebutkan semuanya satu persatu disini.
DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Fokus Permasalahan ... 3
1.4 Tujuan Perancangan ... 4
1.5 Kata Kunci ... BAB II IDENTIFIKASI DATA ... 2.1 Lukisan Kaca ... 6
2.2 Pembahasan Lukisan Kaca Cirebon ... 9
2.3 Analisa Permasalahan ... 10
2.3.1 Analisa SWOT ... 10
2.4 Target Sasaran ... 11
2.4.1 Target Sasaran Informasi ... 11
2.4.2 Emotional Selling Point ... 12
2.5 Pemecahan Masalah ... 12
BAB III KONSEP PERANCANGAN VISUAL ... 3.1 Strategi Perancangan ... 14
3.2 Strategi Komunikasi ... 15
3.2.1 Tujuan Komunikasi ... 15
3.2.3 Materi Pesan ... 16
3.3 Strategi Kreatif ... 16
3.4 Strategi Media ... 17
3.4.1 Media Utama ... 17
3.4.2 Media Pendukung ... 17
3.4.3 Jadwal Penyebaran Media ... 18
3.5 Konsep Visual ... 19
3.5.1 Format Desain ... 20
3.5.2 Typografi ... 20
3.5.3 Layout ... 21
3.5.4 Warna ... 21
3.5.5 Ilustrasi ... 22
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 4.1 Teknis Media ... 23
4.2 Spesifikasi Hardware dan Software ... 29
4.2.1 Spesifikasi Hardware... 29
4.2.2 Spesifikasi dan Software ... 29
4.3 Kesimpulan ... 30
Daftar gambar
Gambar 3.1 ... 21
Gambar 4.1 ... 25
Gambar 4.2 ... 26
Gambar 4.3 ... 27
Gambar 4.4 ... 28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak kurang lebih pada abad ke 16 lukisan kaca telah dikenal di daerah
Cirebon, tema dan gaya yang disajikan oleh para seniman lukis kaca Cirebon
sangat di pengaruhi oleh budaya China, Islam dan cerita pewayangan, hal ini
disebabkan oleh pengaruh yang di bawa oleh para pendatang yang singgah di
Cirebon pada pada masa lalu. Pada awal perkembangannya lukisan kaca juga
di jadikan sebagai salah satu media dakwah untuk meyebarkan ajaran Islam di
darah Cirebon.
Keberadaan lukisan kaca cirebon telah mengalami perubahan fungsi sejak
diperkenalkannya pada sekitar abad ke 16, lukisan kaca Cirebon sekarang telah
beralih fungsi sebagai bentuk cinderamata yang unik dari Cirebon. hal itu
dikarenakan Lukisan Kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya
akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan
ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal
sebagai Motif Batik Cirebon.
Lukisan kaca di daerah Cirebon pernah mengalami puncak kejayaan yaitu
pada sekitar abad ke 19 sampai awal abad ke-20 atau hingga tahun 1950-an.
Konon pada masa jayanya ini hampir setiap rumah di daerah Cirebon memiliki
lukisan kaca karena selain di anggap indah lukisan kaca ini juga dianggap bisa
dijadikan penolak bahaya.
Keberadaan lukisan kaca sebagai warisan budaya yang memiliki
keindahan secara visual maupun makna sangat penting untuk dijaga
kelestariannya. Adanya informasi tentang lukisan kaca sangat dibutuhkan
keberadaannya sebagai salah satu sarana untuk melestarikan dan
penerus khususnya, agar proses regenerasi seniman pembuat lukisan kaca bisa
berjalan dengan baik.
Selain kurangnya informasi tentang lukisan kaca yang beredar di
lingkungan masyarakat Cirebon, penulis juga melihat kurang adannya minat
generasi muda terhadap budaya lukisan kaca ini, padahal selain mempunyai
potensi keindahan lukisan kaca juga merupakan karya seni yang memiliki nilai
ekonomis. Seperti diungkapkan salah satu seniman lukisan kaca Cirebon, Dian
Mulyadi bahwa karya lukisan kacannya selain diminati masyarakat lokal juga
disenangi oleh masyarakat dari mancanegara, seperti SIngapura dan Korea.
Selain itu kendala finansial dan distribusi juga merupakan permasalahan
yang dihadapi para seniman lukisan kaca di Cirebon, hambatan ini juga
merupan faktor yang mengancam keberadaan lukisan kaca Cirebon, peran
serta pemerintah daerah sebagai pihak yang mempunyai kewenangan terhadap
pelestarian budaya sangat dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan
finansial ini.
Berbagai permasalahan yang mengancam kelestarian lukisan kaca
tersebut muncul mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju dan
modern. Namun dalam hal ini penulis menilai bahwa permasalahan yang
terpenting untuk terus langgengnya lukisan kaca Cirebon adalah masalah
regenarasi seniman lukisan kaca. Oleh karena itu penulis mencoba merancang
sebuah media informasi yang berupa buku ilustrasi yang ditujukan untuk anak
usia dasar sebagai salah satu tingkatan generasi penerus yang penulis anggap
harus diperkenalkan sejak dini terhadap warisan budaya leluhurnya tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan dalam
pembahasan maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
2. Kurang adanya minat generasi muda terhadap budaya lukisan kaca
Cirebon.
3. Proses regenerasi seniman lukisan kaca yang masih sangat kurang.
4. Kendala finansial yang menghambat proses pembuatan lukisan kaca
Cirebon
5. Proses distribusi karya lukisan kaca Cirebon yang kurang baik.
1.3 Fokus Permasalahan
Bahasan tentang lukisan kaca mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, pelestarian merupakan salah satu masalah pokok yang harus dipecahkan
adag warisan budaya yang memiliki nilai-nilai keindahan dan keluhuran ini bisa
terus walaupun perkembangan zaman terus maju bersama teknologinnya.
Proses pelestarian juga mempunyai permasalahan yang bercabang,
namun dalam hal ini penulis hannya akan membahas tentang proses regenerasi
lukisan kaca yang dinilai masih kurang baik. Penyediaan informasi yang masih
sangat kurang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh menghambat
proses regenerasi, generasi muda lebih tahu dan tertarik dengan budaya yang
datang dari luar. Oleh karena itu pengenalan lukisan kaca sejak dini diharapkan
bisa menjadi salah satu kunci agar proses regenerasi lukisan kaca Cirebon bisa
berjalan dengan baik.
1.4 Tujuan Perancangan
Pentingnya pelestarian lukisan kaca merupakan masalah utama yang
diangkat penulis sebagai materi tugas akhir, proses regenerasi yang buruk
merupakan permasalahan yang harus dipecahkan agar lukisan kaca bisa tetap
terjaga keberadaannya dan bisa terus dinikmati keindahannya oleh
Untuk memecahkan permasalahan tersebut penulis merancang sebuah
media informasi yang berupa buku untuk anak usia sekolah dasar, yang dibuat
dengan menggunakan teknik ilustrasi yang disesuaikan untuk segmentasinnya.
Tujuan yang ingin dicapai penulis dengan perancangan media informasi
ini adalah :
1. Memberikan informasi sejak dini kapada anak-anak sekolah dasar tentang
keberadaan lukisan kaca.
2. Menumbuhkan kecintaan dikalangan anak usia dasar terhadap lukisan
kaca yang merupakan warisan leluhurnya.
3. Mengajarkan kepada secara sederhana kepada anak-anak bagaimana
teknik membuat lukisan kaca.
1.5 Kata Kunci
Kata kunci yang digunakan penulis untuk memecahkan permasalahan
tersebut adalah :
1. Informasi
informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang
lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi
penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang
akan datang.
2. Teknik
3. Lukisan Kaca
Merupakan seni melukis dengan menggunakan kaca sebagai mediannya.
Dalam hal ini penulis mengambil penggayaan lukisan kaca dari daerah
Cirebon.
4. Anak-anak
Generasi penerus yang memiliki masa yang panjang karena mempunyai
usia yang sangat muda. Dalam hal ini penulis memfokuskan segmentasi
BAB II
IDENTIFIKASI DATA
2.1 Lukisan Kaca Cirebon
Sebagai salah satu daerah pelabuhan, Cirebon sejak dulu telah disinggahii
oleh orang-orang yang datang dari Negara lain, Mereka datang ke Cirebon
dengan maksud untuk berdagang. Kedatangan orang asing di Cirebon disambut
baik oleh masyarakat Cirebon sehingga menyebabkan terjadinnya percampuran
budaya, salah satu hasil percampuran tersebut adalah seni melukis kaca yang
pada awalnya diperkenalkan oleh pendatang dari Negara Cina.
Sejarah tentang masuknya budaya lukisan kaca ke Cirebon masih menjadi
misteri, karena tidak adannya kepastian tertulis tentang hal tersebut. namun
sekitar kurang lebih pada abad ke 16 lukisan kaca mulai diperkerkenalkan
pertama kali oleh pendatang dari Cina. Objek-objek gambar yang mengawali
perkembangan lukisan lebih banyak memvisualkan hal-hal yang berhubungan
dengan budaya Cina, seperti gambar putrid cina, binatang dalam mitologi cina
dan lain-lain.
Selain dari pengaruh budaya oriental, visual lukisan kaca juga
mendapatkan pengaruh dari budaya masyarakat lokal, yaitu wayang kulit.
Visualisasi lukisan kaca dengan pengaruh budaya wayang banyak mengambil
dari cerita-cerita pewayangan yang telah ada, seperti cerita Mahabarata, Perang
Bratayuda dan cerita-cerita lainnya. Karakter pewayangan juga banyak menjadi
objek dalam lukisan kaca, karakter protagonis merupakan objek yang paling
sering dipakai dalam lukisan kaca seperti, Pandawa, Semar, Gatot Kaca dan
sebagainya.
Setelah masuknya Agama Islam ke tanah Jawa, lukisan kaca juga
2 ini berupa kutipan-kutipan dari ayat suci Al Qur`an ataupun Hadist Rasulullah,
gambar Masjid serta lambang kerajaan Cirebon yang disebut Macan Ali juga
merupakan bentuk dari lukisan kaca yang terpengaruh oleh ajaran Islam. Dalam
masa ini lukisan kaca dijadikan sebagai media dakwah oleh para penyebar
Islam di daerah Cirebon.
Lukisan kaca selain mempunyai visualisasi yang indah, juga dipercaya
oleh masyarakat Cirebon mempunyai kekuatan mistis, terbukti pada masa
kejayaannya yaitu sekitar tahun 80an hampir semua rumah di daerah Cirebon
memajang lukisan kaca didalamnya. Kemampuan mistis dari lukisan kaca
dipercaya oleh masyrakat Cirebon bisa dijadikan pelindung dari bahaya. Dalam
proses pembuatan lukisan kaca yang demikian seorang seniman lukisan kaca
harus menghitung tanggal pembuatan dengan menggunakan perhitungan jawa.
Pembuatan lukisan kaca tersebut juga dengan menggunakan wawangiyan yang
khas serta pembuatnya harus melakukan puasa ketika membuat lukisan kaca
tersebut, hal tersebut dibenarkan oleh seorang seniman lukisan kaca, Dian
Mulyadi seorang seniman lukis kaca yang juga pengurus Sanggar Alam
Sunyaragi, yang sampai sekarang juga masih sering mendapat pesanan lukisan
dengan prasyarat seperti disebutkan diatas.
Lukisan kaca sebagai sebuah produk budaya juga mengalami
perkembangan, perkembangan dalam seni melukis kaca berkisar dalam hal
fungsi, tema serta teknik pembuatannya. Pada masa sekarang ini lukisan kaca
telah mengalami perkembangan fungsi dari ketika awal diperkenalkannya
kepada masyarakat Cirebon, sekarang ini lukisan kaca Cirebon lebih banyak
berfungsi sebagai Marchandise yang khas dari daerah Cirebon, keunikan ini
karena teknik pembuatan lukisan kaca Cirebon dengan menggunakan teknik
melukis terbalik, yaitu melukis objek dari belakang kaca namun dinikmati
Tema-tema yang disajikan dalam lukisan kaca sekarang ini juga
berkembang. Tema-tema tradisional seperti cerita pewayangan, dan kaligrafi
tidak lagi menjadi satu-satunya hal yang di visualkan dalam lukisan kaca. Politik
serta kondisi sosial masyarakat juga menjadi tema-tema yang memperkaya
visualisasi lukisan kaca pada masa sekarang. Sindiran yang berupa karikatur
juga bisa ditemukan dalam lukisan kaca Cirebon, seperti karya-karya dari
seorang seniman lukisan kaca, Rastika.
Selain fungsi dan tema lukisan kaca juga mengalami perkembangan dalam
hal teknik pembuatannya, teknik dengan menggunakan kuas sekarang telah
diperkaya dengan beberapa teknik yang lebih modern, seperti sablon dan teknik
Airbrush. Namun perbedaan teknik tersebut juga menimbulkan perubahan
terhadap harga jual lukisan kaca, teknik tradisional dengan menggunakan kuas
tetap menjadi primadona masyarakat dan juga tetap menjadi karya dengan
harga jual yang lebih tinggi daripada dengan menggunakan teknik lainnya.
Lukisan kaca sebagai warisan budaya leluhur memiliki potensi-potensi
yang belum banyak disadari oleh masyarakat Cirebon sendiri. Visualisasi yang
indah dengan gradasi warna yang cantik serta penggarapannya yang apik
merupakan salah satu potensinnya yang khas. selain itu sebagai bentuk dari
kesenian lukisan kaca juga mengandung makna yang luhur dalam filosofi
visualnya. Potensi ekonomi juga dimili oleh lukisan kaca sebagai kerajinan khas
dari Cirebon, keindahan dari lukisan kaca ini tidak hanya dinikmati oleh warga
local namun juga telah diminati oleh beberapa Negara tetangga, yaitu Korea
dan Singapura yang pernah memesan lukisan kaca Cirebon.
Keindahan dan potensi lukisan kaca Cirebon sebagai produk warisan
leluhur tidak terlepas dari permasalahan yang mengikutinnya. Seperti
diungkapkan oleh Dian mulyadi bahwa lukisan kaca Cirebon sekarang ini mulai
berkembang kembali, namun perkembangan itu juga terhambat oleh beberapa
permasalahan yang klasik, seperti masalah pendanaan serta distribusi hasil
4 Selain permasalahan diatas, proses regenerasi juga mengalami
masalah.pemerataan, belum terjadinya pemerataan ini karena kurangnya
informasi tentang lukisan kaca kepada masyarakat, kaum remaja dan
anak-anak lebih tahu tentang kebudayaan yang berasal dari luar (barat) daripada
budayannya sendiri. Salah satu generasi yang seharusnya di perkenalkan sejak
dini tentang budaya lukisan kaca adalah anak-anak.
Sebagai salah satu jenjang usia, anak-anak memiliki kelebihan untuk bisa
merekam dengan baik pengalaman yang mereka dapatkan pada masannya,
yang nantinnya akan terus mereka simpan dalam memori mereka. Pengenalan
sejak dini tentang budaya lukisan kaca terhadap anak-anak diharapkan mampu
untuk menjadi solusi pemerataan regenerasi lukisan kaca di Cirebon. Dengan
begitu kebudayaan lukisan kaca yang merupakan warisan leluhur bisa terus
lestari di daerah Cirebon.
2.2 Pembahasan Masalah Lukisan Kaca Cirebon.
Sebagai sebuah budaya keberadaan lukisan kaca Cirebon tidak lepas dari
permasalahan, karena lukisan kaca hidup dan berkembang di tengah
masyarakat yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Permasalahan ini
akan selalu mengacam kelestarian lukisan kaca jika tidak ditangani dengan
serius dan benar.
Salah satu permasalahan yang telah dikemukakan dalam pembahasan
sebelumnya adalah masalah regenerasi atau generasi penerus seniman lukisan
kaca Cirebon. Penting proses regenerasi yang baik akan menentukan
kelestarian budaya ini. Seperti diungkapkan oleh Dian mulyadi, pemilik sanggar
lukis kaca, bahwa permasalahan yang dihadapi dalam proses regenerasi
seniman lukis kaca Cirebon adalah kurang media informasi yang beredar di
Proses regenerasi selama ini berlangsung sebagian besar hanya dari
lingkungan yang memiliki sanggar lukisan kaca. Generasi yang mempelajari
tentang lukisan kaca lebih banyak berasal dari kalangan remaja. Namun tetap
keterbatasan informasi yang ada menjadi kendala kurang baiknya proses
tersebut, media yang menyediakan informasi tentang segala hal mengenai
lukisan kaca masih sangat jarang ditemui di Cirebon. Padahal pengetahuan
tentang lukisan kaca merupakan langkah awal bagi generasi penerus untuk
tertarik mempelajari mempelajari tentang lukisan kaca Cirebon.
Salah satu jenjang usia yang masih sangat jarang mendapat informasi
tentang lukisan kaca adalah anak-anak, baik informasi tentang apa itu lukisan
kaca ataupun tentang pengenalan teknik pembuatannya. Padahal dalam usia
mereka akan sangat bagus sekali jika mereka diperkenalkan sejak awal tentang
lukisan kaca Cirebon, sehingga mereka bisa mengetahui sejak dini tentang
kebudayaan yang mereka miliki.
2.3 Analisa Permasalahan
2.3.1 Analisa SWOT
Analisa SWOT dimaksudkan untuk memperjelas semua kekuatan
dan kelemahan yang dapat diidentifikasi guna memberikan suatu
rekomendasi pengembangan berdasarkan potensi-potensi yang tersedia.
1. Strength (Kekuatan)
Lukisan kaca Cirebon merupakan salah satu kekayaan budaya
yang memiliki nilai keindahan, makna dan ekonomis. Pelestarian terhadap
bentuk kesenian tradional merupakan kewajiban semua warga Negara,
6 Cirebon khususnya, agar keberadaannya bisa tetap lestari sampai ke
generasi-generasi selanjutnya.
2. Weakness (Kelemahan)
Kurang adannya informasi yang menjadi petunjuk tentang
keberadaan lukisan kaca Cirebon, terutama untuk kalangan anak-anak
agar mereka mengenal kebudayaan yang mereka miliki sejak dini.
3. Oportunity (Peluang)
Lukisan kaca Cirebon merupakan aset budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia dan warga Cirebon khususnya. Kebudayaan ini
memiliki potensi keindahan, makna dan ekonomi yang bisa dimanfaatkan
oleh warga Cirebon.
4. Kelemahan
Belum banyaknya informasi yang beredar di masyarakat tentang
budaya lukisan kaca Cirebon.
2.4 Target Sasaran
2.4.1 Target Sasaran Informasi
Segmentasi dari media informasi ini adalah anak-anak yang
merupakan salah satu jenjang generasi. Anak-anak diharapkan sejak dini
telah mengenal lukisan kaca Cirebon dan juga diajak untuk tertarik belajar
lebih dalam tentang lukisan kaca Cirebon, sehingga kelestarian lukisan
Dalam perancangan media informasi tentang lukisan kaca ini ada
beberapa kriteria yang menjadi detail perancangan media informasi. Yaitu:
1. Demografi
Anak usia 8 sampai dengan 10 tahun.
2. Geografis
Anak-anak yanbg tinggal diwilayah Cirebon.
3. Status sosial ekonomi.
Anak-anak dari golongan menengej ke atas.
4. Perilaku
Anak-anak merupakan kelompok usia yang cenderung tertarik
dengan gambar. Perilaku inilah yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang lukisan kaca kepada anak-anak.
2.4.2 Emotional Selling Point
Media informasi ini bertujuan untuk mengajak anak-anak
mengenali budaya lukisan kaca secara sederhana, baik hal-hal mengenai
lukisan kaca maupun teknik pembuatannya. Diharapkan dengan begitu
mereka bisa lebih tahu tentang kebudayaan yang mereka miliki dan
mencintai kebudayaan tersebut.
2.5 Pemecahan Masalah
Kurangnya media informasi yang ada mengenai lukisan kaca untuk
anak menjadi penyebab kurang dikenalnya kebudayaan ini dikalangan
anak-anak di daerah Cirebon. Hal ini sangat memprihatinkan karena bisa mengancam
kelestarian lukisan kaca, karena jika tidak diperkenalkan sejak dini anak-anak
akan lebih mengenal hal-hal ataupun budaya dari luar yang sekarang ini telah
8 Perancangan media informasi yang berupa buku merupakan salah satu
solusi yang datawarkan untuk mengatasi masalah tersebut. buku sebagai media
mempunyai kelebihan karena bisa memuat informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan media informasi cetak lainnya, buku juga mempunyai
masa edar yang cukup lama serta bisa bertahan bertahun-tahun, sehingga
anak-anak bisa terus ingat jika melihat dan membacannya. Selain itu buku juga
telah dikenal sejak lama oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk media
informasi yang konvensional.
Perancangan buku informasi teknik melukis kaca untuk anak-anak dibuat
dengan menyesuaikan dengan segmentasinnya, perancangan visual yang
disajikan dirancang sesuai dengan karakter anak-anak, agar mereka bisa
tertarik untuk membaca dan informasi yang ingin disampaiakan juga bisa
BAB III
Konsep perancangan visual
3.1 Strategi Perancangan
Lukisan kaca merupakan produk unik warisan budaya yang
kelestariaannya harus dijaga, salah satu permasalahan dalam proses
pelestarian lukisan kaca adalah kurangnya informasi tentang lukisan kaca yang
ada di masyarakat, yang secara langsung menghambat proses regenerasinya.
Dari permasalahan yang ditemukan tersebut penulis merancang sebuah
media informasi yang berbentuk buku tentang lukisan kaca serta tehnik
pembuatannya yang disederhanakan sesuai dengan segmentasi anak-anak
usia 8 sampai dengan 10 tahun, yang merupakan salah satu jenjang generasi
yang harus diperkenalkan sejak dini terhadap lukisan kaca. Pembahasan dalam
buku yang berjudul “Melukis Kaca” dirancang dengan sederhana dengan
visualisasi yang diseuaikan dengan segmentasinnya.
Strategi pemecahan masalah yang dilakukan penulis dilakukan dengan
dua tahap :
1. Tahapan pertama.
Menyampaikan informasi tantang lukisan kaca berupa sejarah singkat serta
contoh lukisan kaca Cirebon.
2. Tahapan kedua.
Memberikan informasi kepada anak-anak tentang tehnik melukis kaca yang
2 3.2 Strategi Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain. Dalam perancangan buku informasi melukis kaca
untuk anak 8 sampai 10 tahun ini digunakan pendekatan yang diseuaikan
dengan usia dari anak-anak tersebut, pendidikan, psikologi serta lngkungan
merupakan faktor yang diperhitungkan agar informasi bisa tersampaikan
dengan baik serta dimengerti agar tujuan dari informasi tersebut bisa
tersampaikan.
Penggunaan gaya penyampaian yang sesuai dengan usia 8 sampai
dengan 10 tahun serta visualisasi yang menarik dari media-media yang
digunakan merupakan kunci dari berhasilnya proses penyampaian informasi,
serta dengan memperhatikan waktu serta tempat penyebarannya.
1.2.1 Tujuan Komunikasi
Buku melukis kaca merupakan buku yang berisi tentang lukisan
kaca serta bagaimana tehnik pembuatannya untuk anak-anak.
Tujuan perancangan media informasi ini adalah:
1. Memberikan informasi sejak dini kapada anak-anak sekolah dasar
tentang keberadaan lukisan kaca.
2. Menumbuhkan kecintaan dikalangan anak usia dasar terhadap
lukisan kaca yang merupakan warisan leluhurnya.
3. Mengajarkan kepada anak secara sederhana kepada
3.2.2 Materi pesan
Pesan utama yang ingin disampaikan lewat media informasi ini
adalah “ Lukisan kaca merupakan produk budaya warisan leluhur yang
harus dijaga kelestariaannya “.
Informasi yang disampaikan berupa informasi sejarah, contoh dari
lukisan kaca Cirebon serta bagaimana tehnik pembuatan lukisan kaca
untuk anak-anak, yang merupakan pengenalan awal kepada anak-anak
agar mereka mencintai kebudayaan mereka.
1.3 Strategi kreatif
Media uyang digunakan adalah media cetak yang berupa buku yang
disajikan dengan sederhana dengan visualisasi yang menarik sesuai dengan
segmentasi anak-anak 8 sampai dengan 10 tahun. Penyampaian tentang tehnik
pembuatannya pun disederhanakan dengan menghilangkan beberapa tahapan
pembuatan lukisan kaca yang sebenarnya, agar anak-anak bisa mempelajari
dengan mudah bagaimana tehnik pembuatannya.
3.3.1 Pendekatan kreatif
Buku melukis kaca dirancang dengan menampilkan karakter yang
referensinnya diambil dari wayang kulit dan dibuat dalam bentuk
anak-anak, karakter ini menjadi guide dalam menyampaikan informasi dalam
buku tersebut.
Pendekatan Visual yang digunakan :
1. Penggunaan warna yang menarik untuk anak-anak.
4 3. Menggunakan bahasa penyampaian yang sederhana sesuai
dengan usia anak 8 sampai 10 tahun.
4. Perancangan karakter anak-anak yang sesuai dengan konsep media informasi yang dirancang.
5. pemakaian ornamen khas Cirebon yang disederhanakan sesuai dengan segmentasi anak-anak.
3.4 Strategi Media
Dalam perancangan buku melukis kaca digunakan media primer dan
sekunder. Media primer merupakan media utama yang menjadi sarana utama
penyampaian informasi, sedangkan media sekunder merupakan media
pendukung bersifat melengkapi dan menunjang adannya media utama.
3.4.1 Media Primer
Media utama yang digunakan dalam perancangan informasi ini adalah:
1. Buku Melukis kaca
Media utama buku ini adalah media cetak yang memiliki jangkauan
sasaran lebih banyak dan memberikan informasi yang lebih detail.
5.4.2 Media Sekunder 1. Poster
Poster adalah media yang memiliki jangkauan yang lebih banyak
dan jangkauan frekuensi yang tinggi dan sangat efektif untuk menarik
perhatian target audiens, serta bisa ditempatkan dimana saja sehinnga
2. Banner
Banner adalah media yang dapat ditempatkan di luar rungan
(outdoor) atau didalam ruangan (indoor). Banner sendiri mempunyai
fungsi sebagi media penyampaian informasi yang isinya relative lebih
singkat dan mencakup keseluruhan dari pesan atau informasi yang
akan disampaikan.
3. Flyer
Flayer merupakan suatu media yang dapat memberikan informasi
lebih detail. Flyer sendiri hampir sama dengan brosur, namun dari
segi ukuran flyer lebih kecil dibandingkan dengan brosur. Flyer dapat
dibagikan kepada konsumen dimanapun, sehingga penyebaran media
informasi tentang keberadaan buku ini bisa merata.
4. Gimmick
Gimmick adalah media-media pendukung atau media sekunder.
Media ini sangat membantu untuk menarik perhatian target sasaran
melalui objek-objek khusus, seperti membuat item-item unik yang
diberikan secara gratis.
5.4.3 Jadwal penyebaran Media
penyebaran media dibagikan sebagai berikut:
- Tahap pertama : Tgl. 1 Oktober 2010 sampai 14 Oktober 2010,
media yang dipergunakan adalah media Poster, Spanduk,Gimmick,
6 - Tahap kedua : Tgl. 15 October 2010 sampai 31 Oktober 2010,
media yang digunakan adalah poster, baner, Iklan tabloid, , Gimmick.
Media Tahap Pertama Tahap Kedua
Tgl. 1 – 14 Oktober
Toko buku Selama Promosi 4
5.5 Konsep Visual
Dalam perancangan media informasi buku melukis kaca untuk anak-anak
ini penulis menggunakan konsep visual buku yang didalamnya terdapat karakter
yang menjadi pemandu. Penggunaan warna serta jenis typografi yang cocok
untuk anak-anak.
3.5.1 format Desain
Format desain yang digunakan adalah bentuk memanjang
(potrait), format desain memiliki ukuran yang lebih panjang pada satu sisi
lainnya, baik dari sisi horizontal maupun vertikal.
3.5.2 Tipografi
Pemilihan huruf yang baik harus mengarah pada tingkat
keterbacaan dan kemenarikan yang baik, selain itu bentuk tipografi juga
harus menggambarkan karakter dari pesan yang disampaikan. Desain
huruf tertentu dapat menciptakan kesan atau karakteristik sebuah objek
dalam suatu desain.
Pada perancangan media buku melukis kaca ini jenis huruf
Kronika merupakan yang paling dominan digunakan, alasan pemakaian
jenis huruf tersebut adalah karena sangat sesuai dengan karakter
8 Jenis Typogarafi yang digunakan :
3.5.3 Layout
Tata letak dalam buku informasi ini merupakan penyeimbangan
antara teks dan ilustrasi, dengan warna yang menarik untuk anak-anak,
agar akan-anak tertarik untuk mempelajari tentang lukisan kaca.
3.5.4 Warna
Warna merupakan salah satu unsur desain yang mempengaruhi
pesan. Pemilihan warna dalam konsep ini berdasarkan kepada kesan yang
ingin disampaikan dan kepada siapa pesan ini ditujukan. Penulis memilih
warna-warna pastel yang disesuaikan untuk segmentasi informasinya.
Kronika
ABCDEFGHAIJKLMOPQRSTUVWXYZ
1234567890-=\!@#$%^&*()_+?><,.`;:”{}/~`
CoolHandluke
ABCDEFGHAIJKLMOPQRSTUVWXYZ
1234567890-=\!@#$%^&*()_+?><,.`;:”{}/~`
International
super hero
Warna biru segabai warna yang dominan dipakai dalam perancangan buku “Melukis kaca” karena segmentasi dari buku ini merupakan anak-anak, yang pada kenyataannya menyukai warna-warna yang cerah, salah satunnya adalah warna biru.
Warna biru juga dipakai karena merupakan merupakan warna yang sering digunakan sebagai warna ornamen khas Cirebon yaitu Mega mendung. C : 72M : 5
Warna coklat merupakan melambangkan sifat yang positif dan juga warna yang mencerminkan tradisi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan. Warna Hijau melambangkan harapan, seperti halnya anak-anak yang merupakan harapan bagi masa depan.
Warna biru melambangkan kepercayaan diri, suatu hal yang harus dimiliki anak-anak sebagai generasi penerus.
Dalam pembuatan ilustrasi, penulis terlebih dulu membuat sketsa ilustrasi
yang kemudian diolah lebih lanjut dengan teknik digital, dalam pewarnaannya.
Ilustrasi yang disajikan penulis berbentuk cerita yang disesuaikan untuk