EFEK MODEL INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MOTIVASI TERHADAP
KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
PALMA JUANTA
NIM. 8146176026
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
ABSTRAK
Palma Juanta (NIM.8146176026). Efek Model Inquiry Training menggunakan media macromedia flash dan Motivasi Terhadap Keterampilan proses sains fisika siswa SMA. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil keterampilan proses sains siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash dan pembelajaran konvensional, dan mengetahui apakah ada perbedaan Keterampilan proses sains siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi yang rendah ,serta untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash dan tingkat motivasi dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest posttest design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Budi Agung tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan sampel diambil secara cluster random class.Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dan angket motivasi. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan anava dua jalur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang memiliki motivasi yang tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi yang rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training menggunaakan media macromedia flash dengan motivasi dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.
iii
ABSTRACT
PALMA JUANTA. The Effect Of the Inquiry Training Learning Model Use Macromedia Flash Media and a motivation on the Science Proccess Thinking Ability of Senior High School Student physical . A Thesis. Medan : Post Graduate Program State University of Medan, 2016.
This study aimed to out difference of student’s science process skill amoung inquiry training use macromedia flash and the convensional and find out the difference of student science who has high motivation with student who has low motivation and to find out the interaction among the inquiry training model use macromedia flash and motivation level in creasing student’s science process skill.This study used a quasi experiment with two group prefest and post test desain the population of this study was the student’s of X grade senior high school in 2015/2016. The sample of this study diuvided into 2 classes, experiment class by using the inquiry training use macromedia flash and control class by using convention. The instument of this study were the science process skill test and queshonnaire motivation. The data of this study was analysed among two ways.
The result of his study showed that inquiry training model use. Macromedia flash was better than conventional in improving the student science process skil. The student’s science process skill to a group of student who has high motivation was better than student who has low motivation and get interaction among the inquiry training model use macromedia flash with motivation in influence student’s science process skill.
iv
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Subhanawata’ala Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga tesis yang berjudul “Efek Model Inquiry Training Menggunakan Media Macromedia Flash dan Motivasi Terhadap Keterampilan
Proses Sains Fisika Siswa SMA” dapat diselesaikan dengan segala keterbatasannya. Selanjutnya salawat dan salam disampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul pilihan dengan harapan semoga kita mendapat syafaat-Nya di hari kemudian.
Sudah barang tentu, penulis tesis ini tidak akan terwujud disebabkan berbagai kelemahan yang penulis miliki, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas andil dan bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada :
1. Dr. Betty M. Turnip, M.Pd sebagai Pembimbing I
2. Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si sebagai Pembimbing II
3. Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M: sebagai ketua Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), sekaligus sebagai narasumber dan penguji I
4. Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS sebagai narasumber dan penguji II 5. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si. sebagai narasumber dan penguji III 6. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai direktur Pascasarjana Unimed 7. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Si sebagai Rektor Universitas Negeri Medan 8. Bapak Kepala SMA Budi Agung Medan, Wk Bid.Kur Ibu Masita, S.Pd
,M. Psi, Ka Lab Ibu Tiur I.R Tambunan S.Pd dan Guru bidang Studi fisika Ibu Putri Adila Noer, S.Pd yang telah mengizinkan dan membantu penulis melakukan penelitian di SMA Swasta Budi Agung Medan.
9. Bapak Kepala Sekolah SMA/SMK Swasta Yapim Taruna Marelan Bapak Razali, SPd yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan.
v
11. Sahabat Tebaikku di pasca sarjana dik Fisika B 2014 Sari wahyuni Rozi Nasution, M.Pd dan Unita Sukma Zuliani Nasution, S.Si, M.Pd terimakasih selama ini atas kebersamaan kita di masa –masa perkuliahan yang kita arungi bersama – sama. Sebutan “gengg Jajan” uni, ayu, kak yanti, palma akan terus teringat dan terbayang begitu cepat waktu berlalu. 12. Teman-teman seperjuangan kelas B fisika 2014, Kyky Syafredi, M, Pd,
sartika, kinov, pak narso, pak kasden, bu yanti, tetty, josua, lylys, dan seluruh fisika dik B 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu tetap semangat bagi yang masih dalam proses penyusunan Tesis.
13. Untuk Apriani sijabat, M.Pd, bg Irfan Lubis,M.Pd bg Sudriman. Lumban Gaol, M.Pd, Bg Benny Kalit, M.Pd dan kak Lia, M.Pd terimakasih yang bayak atas semagat dan dukungannya selama pemberkasan.
Ucapan Terimakasih yang teristimewa penulis ucapkan Secara khusus kepada Kedua orang tua Ayahanda Syahran dan Ibunda Siti Mariyam yang tak pernah henti memberikan doa, semangat, kasih sayang dan dukungan yang besar baik spiritual maupun material. Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak buat abang-abang dan kakak ku M.Supri, Maharani, Riwayati, Dedek Perhatina Era Andini, dan adik–adikku, M.Tirta S.Pd, M.Ayub, Ismail dan M.Marhaen atas dukungannya selama ini, serta seluruh keluarga yang telah mengiringi langkah penulis dengan kekuatan doa dan ketulusan cinta. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Adinda terkasih Wahyuni yang telah banyak mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
”. Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan 06 April 2016
Penulis,
PALMA JUANTA, S.Si, M.Pd
vi
2.1.1. Hakekat Pembelajaran Fisika ... 18
2.1.2.Pembelajaran Konvensional ... 20
2.1.3.Hakekat Model Pembelajaran Inquiry ... 21
2.1.3.1.Hakekat Model pembelajaran Inquiry Training ... 29
2.1.3.2. Pelaksanaan model PembelajaranInquiry Training ... 33
2.1.3.3. Sistem Sosial pada Penerapan model Pembelajaran Inquiry Training ... 39
2.1.3.4Peran guru dalam model Pembelajaran Inquiry Training ... 41
2.1.3.5Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training ... 43
2.1.3.6 TeoriBelajar Yang Melandasi Model PembelajaranInquiry Training ... 45
2.1.4. Hakekat Motivasi Belajar ... 50
2.1.4.1 Ciri –ciri Motivasi ... 52
2.1.4.2 Macam-macam motivasi ... 53
2.1.4.3 Bentuk- bentuk Motivasi di Sekolah ... 55
2.1.4.4 Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ... 56
2.1.4.5 Peranan Motivasi dalam Belajar dan pembelajaran ... 57
2.1.5. Macromedia Flash ... 58
vii
2.1.5.2 Penggunaan macromedia flash dalam pembelajaran ... 59
2.1.6. Keterampilan proses Sains ... 60
2.1.6.1 Pengertian keterampilan Sains ... 60
2.1.6.2 Indikator keterampilan Proses Sains ... 62
2.1.6.3. Teori belajar yang Melandasi Keterampilan Proses Sains ... 68
2.1.7. Penelitian Yang Relevan ... 69
2.2. Kerangka Konseptual ... 72
2.2.1. Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa dan Motivasi Dengan Pembelajaran konvensional Dan Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media Macromedia Flash ... 72
2.2.2.Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa karena Motivasi Tinggi danMotivsi Rendah pada kelas Pembelajaran konvensionaldengan modelInquiry Training menggunakan MediaMacromedia Flash ... 73
2.2.3Ada Interaksi Antara Model Inquiry Training menggunakan Media Macromedia Flash dan Motivasi Terhadap keterampilanProsesSains ... 74
2.3. Hipotesis ... 75
BAB III METODE PENELITIAN ... 76
3.1. TempatdanWaktuPenelitian ... 76
3.6.2 Instrumen Motivasi Belajar ... 85
viii
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 97
4.1. Hasil penelitian ... 97
4.1.1.Deskripsi HasilPenelitian ... 97
4.1.1.1.Deskripsi Data Pretes Keterampilan proses sains ... 97
4.1.1.2.Deskripsi Angket Motivasi Siswa ... 101
4.1.1.3.Uji Statistik Pretes ... 102
a. uji normalitas data ... 102
b. uji homogenitas data ... 103
4.1.1.4 Perlakuan dalam pelaksanaan Penelitian ... 104
4.1.1.5. Deskripsi data postes keterampilan proses sains ... 108
4.1.1.6. Uji Statistik Postes ... 111
a. uji normalitas data ... 112
b. uji homogenitas data ... 112
4.1.2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 113
1.Hipotesis Pertama ... 116
2. Hipotesis kedua ... 116
3. Hipotesis ketiga ... 117
4.2 . Pembahasan Hasil Penelitian... 125
4.2.1PerbedaanHasilKeterampilan Proses SainsSiswa yangDibelajarkanDengan Model PembelajaranInquiry Training menggunakan media macromedia flash Dengan Siswa yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Konvensional ... 125
4.2.2. PerbedaanKeterampilan Proses SainssiswakarenaMotivasi TinggidanMotivasiRendahpadakelasPembelajaran konvensialdengan model Inquiry Training menggunakan Media Macromedia Flash ... 126
4.2.3.InteraksiAntara Model Inquiry Training menggunakan Media Macromedia Flash danMotivasidalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129
5.1. Kesimpulan ... 129
5.1. Saran ... 130
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Struktur Pembelajaran (Syntax) Model Inquiry Training ... 39
Tabel 2.2. kegiatan guru pada setiap fase pembelajaran Inquiry Training ... 43
Tabel 2.3. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 68
Tabel 2.4. Hasil Penelitian Yang Relevan Sesuai Model Pembelajaran Inquiry Training dan pengaruh motivasi terhadap hasil belajar ... 70
Tabel 3.1. Rencana waktu Penelitian ... 76
Tabel 3.2. Rancangan desain Penelitian ... 79
Tabel 3.3. Desain penelitian ANAVA 2x2 ... 79
Tabel 3.4. Spesifikasi Angket Motivasi ... 86
Tabel 4.1. Nilai pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 98
Tabel 4.2. Nilai rerata pretes kategori butir soal Indikator keterampilan proses sains kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 99
Tabel 4.3. Persentase siswa yang menjawab benar per indikator keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontr ... 99
Tabel 4.4. Nilai Motivasi siswa ... 101
Tabel 4.5. Motivasi siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 102
Tabel 4.6. Uji Normalitas Distribusi Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 103
Tabel 4.7. Uji Homogenitas Distribusi Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 104
Tabel 4.11. Uji Normalitas Distribusi Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 112
Tabel 4.12. Uji Homogenitas Distribusi Postes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 113
Tabel 4.13. Desain Faktorial 2x2 ANAVA ... 114
Tabel 4.14. Data statistik kelas dan tingkat Motivasi siswa ... 115
Tabel 4.15. Statistik Anova ... 115
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Dampak Instruksional dan pengiring Model Inquiry Training ... 44 Gambar 3.1. Bagan alur pelaksanaan penelitian ... 83 Gambar 4.1. Hasil pretes keterampilan proses sains pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol tiap indikator ... 100 Gambar 4.2. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa
Setiap Pertemuan ... 106 Gambar 4.3. Hasil Lembar Kerja Siswa Setiap Pertemuan ... 107
Gambar 4.4. Hasil Postes Keterampilan Proses Sains siswa Pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 110 Gambar 4.5.Nilai rerata pretes dan postes kelas kontrol dan
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ... 133
Lampiran 2. Bahan Ajar Pertemuan I ... 143
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa I ... 149
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ... 153
Lampiran 5. Bahan Ajar Pertemuan II ... 164
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa II ... 176
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III... 181
Lampiran 8 Bahan Ajar Pertemuan III ... 191
Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa III ... 193
Lampiran 10.Instrumen tes Keterampilan Proses Sain ... 198
Lampiran 11.Lembar validasi tes Keterampilan Proses Sains ... 203
Lampiran 12. Angket Motivasi Belajar ... 206
Lampiran 13. Kisi –kisi Angket Motivasi Belajar ... 210
Lampiran 14. Lembar validasi Angket Motivasi Belajar siswa... 212
Lampiran 15. Deskripsi Penilaian Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa ... 215
Lampiran 16. Rekapitulasi Data Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa ... 217
Lampiran 17. Out put validitas instrumen Kps ... 220
Lampiran 18. Out put reability instrumen Kps ... 222
Lampiran 19. Daftar nama nama sampel penelittian ... 224
Lampiran 20. Data prites kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 225
Lampiran 21. Data postes kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 227
Lampiran 22. Tabulasi data Angket ... 223
Lampiran 23. Analisis statistik Data prites ... 232
Lampiran 24. Analisis statistik Data postes ... 232
Lampiran 25. Uji hipotesis degan anava 2 jalur ... 232
Lampiran 26. Uji Scheffe ... 240
Lampiran 27. Rekap Nilai Lembar Kerja Siswa ... 242
Lampiran 28. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Setiap Pertemuan .. 243
Lampiran 29. Contoh lembar jawaban pretes kelas eksperimen ... 252
Lampiran 30. Contoh lembar jawaban postes kelas eksperimen ... 254
Lampiran 31. Contoh lembar jawaban pretes kelas kontrol ... 260
Lampiran 32. Contoh lembar jawaban pretes kelas kontrol ... 261
Lampiran 33. Contoh jawaban Angket motivasi siswa ... 265
Lampiran 34. Contoh jawaban lembar kerja siswa 1 ... 269
Lampiran 35. Contoh jawaban lembar kerja siswa 2 ... 273
Lampiran 36. Contoh jawaban lembar kerja siswa 3 ... 278
Lampiran 37. Dokumentasi Penelitian ... 283
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional meliputi berbagai bidang, salah satunya bidang
pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan salah satu upaya dalam
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Dalam
keseluruhan proses pendidikan, kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan
yang paling utama dan dominan. Proses pembelajaran ini dapat terjadi karena
adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan, jadi belajar dapat terjadi
kapan saja, dengan siapa saja dan dimana saja. Berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran yang dialami
seseorang.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu permasalahan pendidikan yang
dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan.
Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan, namun hingga kini mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti baik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi. Dalam
2
pencapaiannya menjadi sangat penting dan berarti dalam pengembangan
pendidikan di masa datang. Untuk mengatasi masalah ini banyak hal yang harus
dilakukan demi untuk peningkatan mutu pendidikan, hal yang terpenting adalah
terletak pada kegiatan proses pembelajaran didalam kelas yang melibatkan
pendidik dan siswa karena kegiatan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dikelas yang tidak hanya berpatokan
pada penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga
mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, dan penemuan
serta pemecahan masalah. (Izaak H. Wenno, 2010 :176). Menurut Depdiknas,
Sains adalah pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku
umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Sains merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan studi dan praktik. Sain
juga dapat diartikan sebagai suatu cabang studi yang bersangkut-paut dengan
observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum
dengan induksi dan hipotesis.
Rendahnya kualitas pembelajaran sains dapat ditinjau dari berbagai
kejadian atau gejala dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Banyak tingkah
laku anggota masyarakat yang menunjukkan seakan-akan belum pernah menerima
pendidikan sains, atau pendidikan sains di sekolah seakan-akan tidak ada
dampaknya dalam cara hidup dan cara berpikir sebagian besar masyarakat
Indonesia (Hinduan dalam Sarwanto, 2013:15).
Perkembangan Sains dan Teknologi telah memberikan pengaruh terhadap
3
pendidikan pada umumnya memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya dalam menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas.
Target penting dari pendidikan khususnya pendidikan fisika adalah
mendidik individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang ditemukan di
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Selcuk (2008: 151) yang
menyatakan bahwa program pendidikan memiliki tujuan utama dalam proses
pembelajaran bagi siswa yaitu untuk mengatasi masalah matematika, masalah
fisika, masalah kesehatan, masalah sosial dan masalah pembentukan kepribadian.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan siswa
untuk suatu profesi.
Dalam batasan pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk dapat
memecahkan masalah berupa soal-soal tes yang berhubungan dengan konsep
fisika menggunakan analisis matematika sebagai bentuk hasil pembelajaran.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran fisika yaitu kurang
seimbangnya antara konsep dan teori yang diberikan pendidik kepada siswa
dengan penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Fisika sebagai salah bagian dari sains dimasukkan dalam kurikulum
pelajaran di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai menengah. Pembelajaran
fisika bertujuan untuk menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Fisika sebagai penyusun
sains merupakan wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat
menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah,
4
kreatif. siswa yang memperoleh pembelajaran fisika diharapkan nantinya akan
memiliki sikap ilmiah sebagai komponen afektif, pengetahuan/wawasan sains
sebagai komponen kognitif serta memiliki keterampilan proses sains sebagai
komponen psikomotorik.
Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah khususnya pada fisika
pendidik sering menggunakan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan
kurangnya keterlibatan siswa menemukan suatu konsep dalam proses
pembelajaran berlangsung, pembelajaran pun lebih bersifat teacher-centered
pendidik hanya menyampaikan fisika sebagai produk dan siswa menghafal
informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal yang hanya
berorientasi pada penggunaan rumus dari pada pemahaman konsep-konsep fisika
sebaiknya pendidik yang mengajarkan sains seperti halnya fisika harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif. Siswa perlu diberikan
kesempatan dalam berperan memecahkan masalah seperti yang dilakukan para
ilmuan, agar mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka
sendiri, pada kenyataannya yang ditemukan di lapangan, Proses pembelajaran
lebih didominasi dengan pembelajaran yang konvensional dengan menggunakan
metode ceramah. Pembelajaran yang seperti itu akan mengakibatkan siswa
kurang yakin akan pengetahuannya sendiri, sehingga hasil belajarnya rendah.
Seperti hasil studi pendahuluan di SMAS Budi Agung yang dilaksanakan oleh
peneliti pada bulan Agustus 2015, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
siswa kelas X diambil 10 orang secara acak untuk diwawancarai dari 10 siswa
5
fisika itu sulit dan 2 siswa lagi mengatakan“ Hanya sedikit materi fisika yang
disukai dikarenakan pelajaran fisika itu kadang–kadang sulit”. Selanjutnya
berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik mata pelajaran fisika, peneliti
menemukan bahwa motivasi siswa terhadap pelajaran fisika masih rendah hal ini
dibuktikan dengan sejalannya pernyataan beberapa orang siswa peneliti
menyimpulkan bahwa selama ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik adalah masih berpusat pada pendidik dimana pendidik sebagai salah satu
sumber belajar dan belum menggunakan model-model pembelajaran empirik serta
penggunaan buku yang lebih didominasi oleh penyelesaian soal-soal tidak
mengajak siswa untuk menemukan penerapan yang sebenarnya, siswa sering
mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal fisika. Sejalan dengan hal tersebut,
praktikum fisika yang dilakukan oleh pendidik selama ini belum memperhatikan
aspek-aspek keterampilan proses sains. Permasalahan ini juga disebabkan
jarangnya siswa melakukan eksperimen di laboratorium sekolah. Dampaknya
dapat dilihat saat siswa melakukan praktikum, siswa terlihat bingung dalam
mengikuti langkah-langkah dalam lembar kerja siswa yang diberikan guru. siswa
kurang mampu mengamati fenomena yang terjadi saat praktikum, kurang mampu
berkomunikasi dengan teman satu kelompok, kurang serius, tidak mampu
membuat kesimpulan yang benar dan cenderung bertanya kepada pendidik setiap
akan melakukan percobaan. Kenyataan yang peneliti dapat di lapangan
memberikan kesimpulan bahwa siswa di SMAS ini masih belum memiliki
keterampilan proses sains yang baik berdasarkan simpulan diatas, Salah satu
6
berbasis pada pemecahan masalah dan melakukan penyelidikan melalui proses
ilmiah.
Dalam pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran diperlukan sejumlah
metode tertentu agar kegiatan tersebut dapat menghasilkan suatu perubahan yang
diinginkan. Metode yang digunakan hendaknya mampu diterapkan oleh pendidik
yang bersangkutan sehingga dapat mengantarkan siswanya kepada perubahan yang
direncanakan. Ada dua ketegori metode belajar yang ditempuh untuk melaksanakan
kegiatan belajar tersebut yakni; belajar mandiri (auto didak atau personal learning)
dan belajar kelompok (Salehuddin 2012: 4). Pengertian yang lebih luas
mengandung makna bahwa pendidik diharapkan dapat menerapkan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan,
mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide siswa sendiri. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model dengan pendekatan inkuiri.
Pembelajaran dengan Model inkuiri menekankan pada peran aktif siswa dalam
melakukan pembelajaran. Sesuai dengan Dimyati dan Mujiono (2013:173), “Tujuan
utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan
mampu memecahkan masalah secara ilmiah”. Hal ini berarti siswa diharapkan
dapat belajar memahami konsep fisika dengan proses penyelidikan secara ilmiah
sebagai alternatif pemecahan masalah untuk mencari jawaban.
Model inkuiri dapat diartikan sebagai suatu Model dalam pembelajaran
yang diatur sedemikian rupa sehingga siswa mengalami proses-proses tertentu
untuk menemukan konsep-konsep sains. Pembelajaran dengan Model inkuiri telah
7
merancang pembelajaran inkuiri dengan membawa siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah
dengan periode waktu tertentu. Model yang dikembangkan Suchman awalnya
didasarkan pada rasa ingin tahu siswa sehingga diyakini inkuiri dapat dilatihkan
dan diatur dalam prosedur penelitian. Setiap tahapan dari proses inkuiri
diidentifikasi dan dibangun ke dalam suatu bentuk model instruksi yang disebut
dengan model pembelajaran Inquiry Training.
Tujuan model pembelajaran Inquiry Training adalah sebagai upaya
membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan
pemecahan masalah dan secara umum mengembangkan keterampilan intelektual.
Tujuan ini dicapai melalui lima langkah model pembelajaran Inquiry Training
(Joyce, et al, 2009:206), yaitu : menghadapkan masalah (menyajikan situasi yang
bertentangan, menjelaskan prosedur penelitian), merumuskan hipotesis
(mengajukan pertanyaan yang telah mengandung jawaban), pengumpulan data
eksperimen, mengorganisasikan, merumuskan dan memformulasikan suatu
penjelasan, serta menganalisis proses penelitian.
Sejalan dengan itu Hamzah (2008:14) menyatakan bahwa model
Inquiry Training bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Pada dasarnya
intuitif setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari
tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga setiap
individu kelak dapat melaksanakan kegiatan ilmiah secara sadar (tidak intuitif
8
akibat pengaruh suhu dan kalor yang dapat diamati oleh siswa. Dengan
demikian, pembelajaran pada materi suhu dan kalor dapat dilakukan melalui
penyelidikan-penyelidikan secara langsung. Penyelidikan dapat berupa
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi
suhu dan kalor. Diharapkan, pembelajaran materi suhu dan kalor dengan metode
Inquiry Training dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Banyak fenomena alam maupun aplikasi penerapan suhu dan kalor dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran pada materi ini tidak terikat pada kegiatan penyelidikan
di laboratorium saja akan tetapi, banyak proyek-proyek sederhana yang dapat
dilakukan oleh siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan mampu
untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi ini.
Dalam penelitian ini model pembelajaran Inquiry Training dengan
menggunakan macromedia flash dan motivasi yang peneliti buat dengan harapan
dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa (KPS) karena model
pembelajaran Inquiry Training suatu model pembelajaran yang siswa langsung
dengan pendidik mengamati gejala gejala yang terjadi melalui langkah – langkah
metode ilmiah yang dilakukan di laboratotrium sehingga akan muncul keterampilan
proses sains siswa secara langsung maupun tidak langsung.
Model Inquiry Training dipilih, karena memiliki karakteristik yang sesuai
dengan siswa yaitu: 1) dapat memecahkan masalah sesuai tahapan yang terpilih,
dengan menggunakan curah pendapat dan teknis investigasi masalah, 2)
9
laboratorium yang berkaitan dengan teori yang diberikan 4) mempergunakan
media yang ada, dan dapat melakukan teknik analisis, 5) menganalisis dan
mendeskripsikan, mendiskusikan hasil data praktikum dengan cara laporan
tertulis, poster, dan presentasi lisan, 6) bekerja dalam kelompok dengan
mengorganisasi tiap-tiap kelompok. Hal ini menjelaskan bahwa model
pembelajaran Inquiry Training sangat efektif dilakukan karena dikombinasi
dengan eksperimen yang dapat mengajak siswa langsung mengamati sehingga
secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa
Dalam pelaksanaan model Inquiry Training ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu dukungan pembelajaran dalam rangka menciptakan kualitas
interaksi siswa dan kompleksitas proses penelitian sebagai kesatuan model. Dalam
hal ini, pendidik sangat berperan sebagai fasilitator dan pengarah agar keberhasilan
proses inkuiri siswa dapat terwujud serta dapat memotivasi siswa melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Meskipun pendidik terus berupaya memaksimalkan
pelaksanaan model, masih ada beberapa masalah yang muncul diantaranya
penggunaan waktu yang cukup lama dan kesulitan dalam mengelola kelas serta
mengevaluasi proses yang dilakukan secara autentik. Beberapa saran dari
penelitian terdahulu diantaranya Sirait (2012 : 25) menyatakan bahwa penerapan
model Inquiry Training akan lebih baik jika pendidik lebih kreatif merancang kerangka proses yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai serta fasilitas praktikum dan eksperimen yang memadai, selain itu
penggunaan waktu dalam pembelajaran perlu diperhatikan sehingga pembelajaran
10
kelompok kecil sehingga semua siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, penerapan Inquiry Training yang diajarkan melalui penerapan langsung
di laboatorium pada materi suhu dan kalor diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan proses sains karena model Inquiry Training ini siswa berperan aktif
dalam pembelajaran langsung dan melakukan praktikum yang di tuntun oleh
pendidik sebagai fasilisator .
Implementasi model Inquiry Training baik untuk peningkatan hasil belajar
maupun proses berpikir tingkat tinggi telah diteliti dan dikembangkan pada
peneliti terdahulu seperti Vaishnav (2013:1216-1220) menyimpulkan bahwa
model Inquiry Training secara signifikan efektif dalam peningkatan hasil belajar
kognitif dan afektif serta mengkontribusi sikap siswa dibandingkan pendekatan
tradisional. Hal sama dilakukan oleh Akpullukcu dan Gunay (2011: 417-422)
yang menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa lingkungan pembelajaran
berbasis metode inkuiri yang diaplikasikan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan keberhasilan
akademik. Selain itu, metode inkuiri dapat dikombinasi dengan model
pembelajaran lainnya. Pandey, Nanda dan Ranjan (2011:7-20) menyimpulkan
berdasarkan hasil analisis data pembelajaran fisika menggunakan model Inquiry
Training lebih efektif dibandingkan pembelajaran menggunakan metode konvensional dilihat dari hasil belajar akademik siswa di India. Penelitian lain
yang mendukung dari dalam negeri adalah penelitian Sirait (2012 :21-26)
menyimpulkan bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa menggunakan model
11
pembelajaran konvensional. Model berbasis inkuiri juga dapat meningkatkan
keterampilan. Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar,
dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu.
Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan
ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar
yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai
seseorang bila akan melakukan penelitian.
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.
Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses
siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam
keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan,
pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat
dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil
pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman-pengalaman belajar. Melalui pengalaman-pengalaman langsung,
seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.
Keterampilan proses sains (KPS) merupakan perangkat kemampuan
kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. Menurut Dahar
(1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk
12
ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa
sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains
serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan model pembelajaran Inquiry
Ttraining dapat mendorong dan meningkatkan keterampilan proses sains dalam memahami konsep fisika melalui percobaan ataupun eksperimen langsung sehingga
berpengaruh pada peningkatan kemampuan keterampilan proses sains dan sesuai
dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada serta berpandangan pada
perkembangan teknologi dan tuntutan era globalisasi, diantaranya penerapan model
Inquiry Training diharapkan mampu berdampak pada peningkatan keterampilan
proses sains siswa karena model pembelajaran Inquiry Training siswa diajak aktif
langsung sebagai ilmuan yang merancang kegiatan pembelajaran melalui proses
ilmiah sehingga siswa dapat memahami proses ilmiah tersebut dengan demikian
akan munculah kemampuan proses sains. Suchman percaya bahwa para individu
yang dihadapkan pada situasi semacam ini secara alamiah akan termotivasi untuk
menyelesaikannya .
Motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya
terhadap hasil belajar Maupun keterampilan proses sains. Siswa yang motivasinya
tinggi diduga akan memperoleh hasil belaljar yang baik. Pentingnya motivasi
belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar kearah yang
lebih positif. Tella (2007: 154) menyatakan siswa yang memiliki motivasi tinggi
13
dimotivasi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Dev (1997:52 )
menyatakan bahwa kurangnya keterlibatan siswa dalam belajar karena kurangnya
motivasi di dalam diri siswa, motivasi harus dimiliki siswa karena motivasi
merupakan kebutuhan, keinginan dan paksaan untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Hal yang sama juga disimpulkan Peklaj (2010:158) menyatakan
bahwa motivasi intrinsik berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa.
Selanjutnya penelitian dalam negeri Hamdu & Agustina (2011: 95) menyatakan
motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, berikutnya
Hayati & Ratno (2013 :24 ) Menyimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah dan terdapatnya interaksi antara model pembelajaran
inquiri training dengan multimedia dan motivasi dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.
Dari beberapa permasalahan di atas tentang rendahnya kemampuan proses
sains dan hasil belajar siswa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul :
“Pengaruh Model Inquiry Training Menggunakan Macromedia Flash dan
Motivasi Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa SMA"
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi antara lain :
1. Hasil studi pendahuluan pada mata pelajaran fisika, siswa sering mengalami
14
2. Praktikum fisika yang dilakukan oleh pendidik selama ini belum
memperhatikan aspek –aspek keterampilan proses sains.
3. Model pembelajaran yang digunakan belum mampu mendorong siswa
melakukan penyelidikan atau percobaan untuk menemukan penyelesaian suatu
masalah sehingga siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan dan
konsep-konsep fisika tersebut.
4. Pembelajaran fisika di sekolah belum menggunakan model pembelajaran
Inquiry Training untuk meningkatkan keterampilan proses sains. 1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada:
1.Model pembelajaran yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Inquiry
Training.
2.Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains siswa SMAS Budi
Agung.
3.Motivasi siswa yang digunakan sebagai variabel moderator diukur dengan
menggunakan angket motivasi.
4.Untuk menunjang proses pembelajaran digunakan media macromedia flash
5.Penelitian ini dilakukan terhadap materi suhu dan kalor
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah:“Apakah ada
pengaruh model pembelajaran Inquiry Training dengan menggunakan
15
Suhu dan Kalor?”. Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa SMAS Budi Agung
dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan
macromedia flash dengan pembelajaran konvensional?
2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa SMAS Budi Agung
antara kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi yang
rendah?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dan model
pembelajaran konvensional dengan tingkat motivasi dalam mempengaruhi
keterampilan proses sains siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model
pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash dan motivasi
terhadap keterampilan proses sains pada materi pokok suhu dan kalor. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa
SMAS Budi Agung dengan penerapan model pembelajaran Inquiry
Training menggunakan macromedia flash dengan pembelajaran konvensional?
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa
SMAS Budi Agung antara kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi
16
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry
Training dan model pembelajaran konvensional dengan tingkat Motivasi dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa?
1.6 Manfaat Penelitian.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai
sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi, guru, pengelolah, pengambang
lembaga pendidikan dan penelitian selanjutnya akan menguji secara lebih
mendalam tentang penerapan model pembelajaran Inquiry Training dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Secara praktis penelitian ini diharapkan :
1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami masalah siswa pada
pembelajaran fisika, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok.
2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta
media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika.
3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.
4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta
aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas
1.7 Defenisi Operational.
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan
dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan
17
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah upaya pengembangan para
pembelajar yang mandiri dengan menerapkan metode yang mensyaratkan
partisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah (Joyce, 2003:188).
2. Keterampilan proses sains adalah sekumpulan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. (Rao,
2008:53).
3. Sanjaya (2010: 261) mengatakan bahwa dalam pembelajaran konvensional
siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima
informasi secara pasif, siswa lebih banyak belajar secara individual dengan
menerima, mencatat, menghafal materi pelajaran yang didasarkan pada faktor
luar yaitu takut hukuman dari guru, guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran.
4. Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk
melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
serta pengetahuan. (Iskandar 2009:181)
5. Media macromedia flash merupakan suatu program aplikasi berbasis vektor
standar yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap yang sangat
menarik untuk membuat animasi logo, movie, game, menu interaktis, dan
129
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat Perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa yang
diberi pembelajaran dengan model Inquiry training menggunakan media
macromedia flash dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Kelas ekperimen memperoleh rata-rata 80,12 dan kelas kontrol
memperoleh rata-rata 52,50. Model pembelajaran Inquiry training
menggunakan media macromedia flash lebih baik dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa daripada pembelajaran konvensional.
2. Terdapat Perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa pada
kelompok siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dengan motivasi yang
rendah. Rata-rata keterampilan proses sains kelompok siswa yang
memiliki motivasi tinggi sebesar 87,40 sedangkan -rata keterampilan
proses sains kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah sebesar
70,31. Keterampilan proses sains siswa yang memiliki motivasi tinggi
lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi yang rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi dalam
mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Model pembelajaran
130
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran:
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang
didemonstrasikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu
mendapatkan petunjuk untuk menjawab penyebab terjadinya fenomena
tersebut.
2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam
pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry
Training. Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang setiap kelompok dengan tujuan agar siswa lebih efektif dalam berkeja di
kelompoknya dan peneliti dapat lebih baik dalam memantau aktifitas
siswa.
3. Peneliti selanjutnya hendaknya terlebih dahulu memotivasi siswa atau
memberikan contoh-contoh pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan
jawaban “ya “ atau “tidak” karena temuan di lapangan siswa masih sulit
131
DAFTAR PUSTAKA
Abungu, H. 2014, The effect of Science Proccess Skills Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya. Journal of educational and Social Research : MCSER Publishing,
Rome-Italy, Volume 4, Number 6, 37-43.
Akpullukcu, S., Gunay, Y. (2011). The Effect of Inquiry Based Learning Environment in Science and Technology Course on The Students’
Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educational
Science, ISSN 1308-8971 : 417-422. Tersedia : http://web.deu.edu.tr/baed [27 Mei 2014]
Arends, R.I. (2001). Learning to Teach (Fifth ed.). Boston: McGraw-Hill.
Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Dahar, Ratna, W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Dev. (1997). Journal of theacher Education.
Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Gega, P.C. 1977. Science in Elementary Education. California : John And Wiley
Sons Inc.
Fatmi. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kreativitas
Terhadap Keterampilan Proses Sains siswa SMAN 1 Julok. Tesis. Medan :
Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Hamdu & Agustina. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 12 No.1 April 2011
Hamzah, B., Uno, (2008), Model Pembelajaran Menciptakan Kegiatan proses
pembelajaran yang Aktif dan Kreatif,Jakarta : Bumi Aksara.
Hamzah, B., Uno, (2008),Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara.
Hayati dan Retno (2013),Efek model pembelajaran inquiri training berbasis
multimedia dan motivasi terhadap hasil belajar fisika siswa.jurnal
online
Iskandar, (2009), Psikologi pendidikan sebuah orientasi baru. Jakarta : GP Press Izaak H. Wenno, ( 2010) .Pengembangan Model Modul Sains Berbasis Problem
132
SMP/MTs. Jurnal cakrawala pendidikan .FKIP Universitas Pattimura
Ambon.Th. XXIX, No. 2
Joyce, Bruce. Weil, Marsha. (2003). Models of Teaching (fourthed.). Massachusetts: Allyn and Bacon.
(2009). Models of Teaching (fourthed.). Massachusetts: Allyn and Bacon
Kanginan, M., (2013), Fisika untuk SMA kelas X, Jakarta, Erlangga, Jakarta
Madcom. 2004. Aplikasi Program PHP + MySQL untuk membuat website
interaktif. Yogyakarta: Andi.
Mutisya, S. M. 2014. Performance in Science Process Skills : The Influence of Subject Specialization. Asian Journal of Social Science & Humanities,
Volume 3, Number 1, 77-79.
Ongowo, R. and Francis C.I. 2013. Science Process Skills in the Kenya Certficate of Secondary Education Biology Practical Examination. Journal of scientific
research, Volume 4, Number 11, 713-717.
Pandey, A., Nanda, K, G., Ranjan, V. (2011). Effectiviness of Inquiry Training Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of
Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education, 1
(1) : 7-20
Peklaj, C and Levpušček. P , M (2012). Students’ motivation and academic success in relation to the quality of individual and collaborative work
during a course in educational psychology ; University of Ljubljana
Slovenia. diaskes 14 September 2015 pukul 17:23
Rao, B. dan Digumarti. 2008. Science Proccess Skills of School Students. New Delhi. Aurora Offset.
Prasetyo. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Roth, W. M. & Roychoudhury, A. (1993). The Concept Map as a Tool for the Collaborative Construction of Knowledge: A Microanalysis of High
School Physics Students. Journal of Rescarch in Science Teaching. 30(5):
503-534.
Sadirman, A.M. (2014). Interaksi & motivasi belajar mengajar .takarta: Rajawali Press
Salehuddin Yasin, H. (2012 ).Metode BelajarDan Pembelajaran Yang
Efektif.Jurnal Adabiyah, ISSN: 1421-6141 Vol. XII No. I/2012 . Tersedia