• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MOTIVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MOTIVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMA."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MOTIVASI TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

PALMA JUANTA

NIM. 8146176026

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

ABSTRAK

Palma Juanta (NIM.8146176026). Efek Model Inquiry Training menggunakan media macromedia flash dan Motivasi Terhadap Keterampilan proses sains fisika siswa SMA. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil keterampilan proses sains siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash dan pembelajaran konvensional, dan mengetahui apakah ada perbedaan Keterampilan proses sains siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi yang rendah ,serta untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash dan tingkat motivasi dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest posttest design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Budi Agung tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan sampel diambil secara cluster random class.Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dan angket motivasi. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang memiliki motivasi yang tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi yang rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training menggunaakan media macromedia flash dengan motivasi dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

(6)

iii

ABSTRACT

PALMA JUANTA. The Effect Of the Inquiry Training Learning Model Use Macromedia Flash Media and a motivation on the Science Proccess Thinking Ability of Senior High School Student physical . A Thesis. Medan : Post Graduate Program State University of Medan, 2016.

This study aimed to out difference of student’s science process skill amoung inquiry training use macromedia flash and the convensional and find out the difference of student science who has high motivation with student who has low motivation and to find out the interaction among the inquiry training model use macromedia flash and motivation level in creasing student’s science process skill.This study used a quasi experiment with two group prefest and post test desain the population of this study was the student’s of X grade senior high school in 2015/2016. The sample of this study diuvided into 2 classes, experiment class by using the inquiry training use macromedia flash and control class by using convention. The instument of this study were the science process skill test and queshonnaire motivation. The data of this study was analysed among two ways.

The result of his study showed that inquiry training model use. Macromedia flash was better than conventional in improving the student science process skil. The student’s science process skill to a group of student who has high motivation was better than student who has low motivation and get interaction among the inquiry training model use macromedia flash with motivation in influence student’s science process skill.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Subhanawata’ala Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga tesis yang berjudul Efek Model Inquiry Training Menggunakan Media Macromedia Flash dan Motivasi Terhadap Keterampilan

Proses Sains Fisika Siswa SMA dapat diselesaikan dengan segala keterbatasannya. Selanjutnya salawat dan salam disampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul pilihan dengan harapan semoga kita mendapat syafaat-Nya di hari kemudian.

Sudah barang tentu, penulis tesis ini tidak akan terwujud disebabkan berbagai kelemahan yang penulis miliki, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas andil dan bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada :

1. Dr. Betty M. Turnip, M.Pd sebagai Pembimbing I

2. Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si sebagai Pembimbing II

3. Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M: sebagai ketua Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), sekaligus sebagai narasumber dan penguji I

4. Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS sebagai narasumber dan penguji II 5. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si. sebagai narasumber dan penguji III 6. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai direktur Pascasarjana Unimed 7. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Si sebagai Rektor Universitas Negeri Medan 8. Bapak Kepala SMA Budi Agung Medan, Wk Bid.Kur Ibu Masita, S.Pd

,M. Psi, Ka Lab Ibu Tiur I.R Tambunan S.Pd dan Guru bidang Studi fisika Ibu Putri Adila Noer, S.Pd yang telah mengizinkan dan membantu penulis melakukan penelitian di SMA Swasta Budi Agung Medan.

9. Bapak Kepala Sekolah SMA/SMK Swasta Yapim Taruna Marelan Bapak Razali, SPd yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan.

(8)

v

11. Sahabat Tebaikku di pasca sarjana dik Fisika B 2014 Sari wahyuni Rozi Nasution, M.Pd dan Unita Sukma Zuliani Nasution, S.Si, M.Pd terimakasih selama ini atas kebersamaan kita di masa –masa perkuliahan yang kita arungi bersama – sama. Sebutan “gengg Jajan” uni, ayu, kak yanti, palma akan terus teringat dan terbayang begitu cepat waktu berlalu. 12. Teman-teman seperjuangan kelas B fisika 2014, Kyky Syafredi, M, Pd,

sartika, kinov, pak narso, pak kasden, bu yanti, tetty, josua, lylys, dan seluruh fisika dik B 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu tetap semangat bagi yang masih dalam proses penyusunan Tesis.

13. Untuk Apriani sijabat, M.Pd, bg Irfan Lubis,M.Pd bg Sudriman. Lumban Gaol, M.Pd, Bg Benny Kalit, M.Pd dan kak Lia, M.Pd terimakasih yang bayak atas semagat dan dukungannya selama pemberkasan.

Ucapan Terimakasih yang teristimewa penulis ucapkan Secara khusus kepada Kedua orang tua Ayahanda Syahran dan Ibunda Siti Mariyam yang tak pernah henti memberikan doa, semangat, kasih sayang dan dukungan yang besar baik spiritual maupun material. Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak buat abang-abang dan kakak ku M.Supri, Maharani, Riwayati, Dedek Perhatina Era Andini, dan adik–adikku, M.Tirta S.Pd, M.Ayub, Ismail dan M.Marhaen atas dukungannya selama ini, serta seluruh keluarga yang telah mengiringi langkah penulis dengan kekuatan doa dan ketulusan cinta. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Adinda terkasih Wahyuni yang telah banyak mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

”. Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan 06 April 2016

Penulis,

PALMA JUANTA, S.Si, M.Pd

(9)

vi

2.1.1. Hakekat Pembelajaran Fisika ... 18

2.1.2.Pembelajaran Konvensional ... 20

2.1.3.Hakekat Model Pembelajaran Inquiry ... 21

2.1.3.1.Hakekat Model pembelajaran Inquiry Training ... 29

2.1.3.2. Pelaksanaan model PembelajaranInquiry Training ... 33

2.1.3.3. Sistem Sosial pada Penerapan model Pembelajaran Inquiry Training ... 39

2.1.3.4Peran guru dalam model Pembelajaran Inquiry Training ... 41

2.1.3.5Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training ... 43

2.1.3.6 TeoriBelajar Yang Melandasi Model PembelajaranInquiry Training ... 45

2.1.4. Hakekat Motivasi Belajar ... 50

2.1.4.1 Ciri –ciri Motivasi ... 52

2.1.4.2 Macam-macam motivasi ... 53

2.1.4.3 Bentuk- bentuk Motivasi di Sekolah ... 55

2.1.4.4 Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ... 56

2.1.4.5 Peranan Motivasi dalam Belajar dan pembelajaran ... 57

2.1.5. Macromedia Flash ... 58

(10)

vii

2.1.5.2 Penggunaan macromedia flash dalam pembelajaran ... 59

2.1.6. Keterampilan proses Sains ... 60

2.1.6.1 Pengertian keterampilan Sains ... 60

2.1.6.2 Indikator keterampilan Proses Sains ... 62

2.1.6.3. Teori belajar yang Melandasi Keterampilan Proses Sains ... 68

2.1.7. Penelitian Yang Relevan ... 69

2.2. Kerangka Konseptual ... 72

2.2.1. Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa dan Motivasi Dengan Pembelajaran konvensional Dan Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media Macromedia Flash ... 72

2.2.2.Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa karena Motivasi Tinggi danMotivsi Rendah pada kelas Pembelajaran konvensionaldengan modelInquiry Training menggunakan MediaMacromedia Flash ... 73

2.2.3Ada Interaksi Antara Model Inquiry Training menggunakan Media Macromedia Flash dan Motivasi Terhadap keterampilanProsesSains ... 74

2.3. Hipotesis ... 75

BAB III METODE PENELITIAN ... 76

3.1. TempatdanWaktuPenelitian ... 76

3.6.2 Instrumen Motivasi Belajar ... 85

(11)

viii

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 97

4.1. Hasil penelitian ... 97

4.1.1.Deskripsi HasilPenelitian ... 97

4.1.1.1.Deskripsi Data Pretes Keterampilan proses sains ... 97

4.1.1.2.Deskripsi Angket Motivasi Siswa ... 101

4.1.1.3.Uji Statistik Pretes ... 102

a. uji normalitas data ... 102

b. uji homogenitas data ... 103

4.1.1.4 Perlakuan dalam pelaksanaan Penelitian ... 104

4.1.1.5. Deskripsi data postes keterampilan proses sains ... 108

4.1.1.6. Uji Statistik Postes ... 111

a. uji normalitas data ... 112

b. uji homogenitas data ... 112

4.1.2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 113

1.Hipotesis Pertama ... 116

2. Hipotesis kedua ... 116

3. Hipotesis ketiga ... 117

4.2 . Pembahasan Hasil Penelitian... 125

4.2.1PerbedaanHasilKeterampilan Proses SainsSiswa yangDibelajarkanDengan Model PembelajaranInquiry Training menggunakan media macromedia flash Dengan Siswa yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Konvensional ... 125

4.2.2. PerbedaanKeterampilan Proses SainssiswakarenaMotivasi TinggidanMotivasiRendahpadakelasPembelajaran konvensialdengan model Inquiry Training menggunakan Media Macromedia Flash ... 126

4.2.3.InteraksiAntara Model Inquiry Training menggunakan Media Macromedia Flash danMotivasidalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

5.1. Kesimpulan ... 129

5.1. Saran ... 130

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Struktur Pembelajaran (Syntax) Model Inquiry Training ... 39

Tabel 2.2. kegiatan guru pada setiap fase pembelajaran Inquiry Training ... 43

Tabel 2.3. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 68

Tabel 2.4. Hasil Penelitian Yang Relevan Sesuai Model Pembelajaran Inquiry Training dan pengaruh motivasi terhadap hasil belajar ... 70

Tabel 3.1. Rencana waktu Penelitian ... 76

Tabel 3.2. Rancangan desain Penelitian ... 79

Tabel 3.3. Desain penelitian ANAVA 2x2 ... 79

Tabel 3.4. Spesifikasi Angket Motivasi ... 86

Tabel 4.1. Nilai pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 98

Tabel 4.2. Nilai rerata pretes kategori butir soal Indikator keterampilan proses sains kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 99

Tabel 4.3. Persentase siswa yang menjawab benar per indikator keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontr ... 99

Tabel 4.4. Nilai Motivasi siswa ... 101

Tabel 4.5. Motivasi siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 102

Tabel 4.6. Uji Normalitas Distribusi Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 103

Tabel 4.7. Uji Homogenitas Distribusi Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 104

Tabel 4.11. Uji Normalitas Distribusi Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 112

Tabel 4.12. Uji Homogenitas Distribusi Postes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 113

Tabel 4.13. Desain Faktorial 2x2 ANAVA ... 114

Tabel 4.14. Data statistik kelas dan tingkat Motivasi siswa ... 115

Tabel 4.15. Statistik Anova ... 115

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dampak Instruksional dan pengiring Model Inquiry Training ... 44 Gambar 3.1. Bagan alur pelaksanaan penelitian ... 83 Gambar 4.1. Hasil pretes keterampilan proses sains pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol tiap indikator ... 100 Gambar 4.2. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa

Setiap Pertemuan ... 106 Gambar 4.3. Hasil Lembar Kerja Siswa Setiap Pertemuan ... 107

Gambar 4.4. Hasil Postes Keterampilan Proses Sains siswa Pada Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 110 Gambar 4.5.Nilai rerata pretes dan postes kelas kontrol dan

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ... 133

Lampiran 2. Bahan Ajar Pertemuan I ... 143

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa I ... 149

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ... 153

Lampiran 5. Bahan Ajar Pertemuan II ... 164

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa II ... 176

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III... 181

Lampiran 8 Bahan Ajar Pertemuan III ... 191

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa III ... 193

Lampiran 10.Instrumen tes Keterampilan Proses Sain ... 198

Lampiran 11.Lembar validasi tes Keterampilan Proses Sains ... 203

Lampiran 12. Angket Motivasi Belajar ... 206

Lampiran 13. Kisi –kisi Angket Motivasi Belajar ... 210

Lampiran 14. Lembar validasi Angket Motivasi Belajar siswa... 212

Lampiran 15. Deskripsi Penilaian Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa ... 215

Lampiran 16. Rekapitulasi Data Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa ... 217

Lampiran 17. Out put validitas instrumen Kps ... 220

Lampiran 18. Out put reability instrumen Kps ... 222

Lampiran 19. Daftar nama nama sampel penelittian ... 224

Lampiran 20. Data prites kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 225

Lampiran 21. Data postes kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 227

Lampiran 22. Tabulasi data Angket ... 223

Lampiran 23. Analisis statistik Data prites ... 232

Lampiran 24. Analisis statistik Data postes ... 232

Lampiran 25. Uji hipotesis degan anava 2 jalur ... 232

Lampiran 26. Uji Scheffe ... 240

Lampiran 27. Rekap Nilai Lembar Kerja Siswa ... 242

Lampiran 28. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Setiap Pertemuan .. 243

Lampiran 29. Contoh lembar jawaban pretes kelas eksperimen ... 252

Lampiran 30. Contoh lembar jawaban postes kelas eksperimen ... 254

Lampiran 31. Contoh lembar jawaban pretes kelas kontrol ... 260

Lampiran 32. Contoh lembar jawaban pretes kelas kontrol ... 261

Lampiran 33. Contoh jawaban Angket motivasi siswa ... 265

Lampiran 34. Contoh jawaban lembar kerja siswa 1 ... 269

Lampiran 35. Contoh jawaban lembar kerja siswa 2 ... 273

Lampiran 36. Contoh jawaban lembar kerja siswa 3 ... 278

Lampiran 37. Dokumentasi Penelitian ... 283

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional meliputi berbagai bidang, salah satunya bidang

pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan salah satu upaya dalam

meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Dalam

keseluruhan proses pendidikan, kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan

yang paling utama dan dominan. Proses pembelajaran ini dapat terjadi karena

adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan, jadi belajar dapat terjadi

kapan saja, dengan siapa saja dan dimana saja. Berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran yang dialami

seseorang.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu permasalahan pendidikan yang

dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan.

Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan, namun hingga kini mutu

pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti baik pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi. Dalam

(16)

2

pencapaiannya menjadi sangat penting dan berarti dalam pengembangan

pendidikan di masa datang. Untuk mengatasi masalah ini banyak hal yang harus

dilakukan demi untuk peningkatan mutu pendidikan, hal yang terpenting adalah

terletak pada kegiatan proses pembelajaran didalam kelas yang melibatkan

pendidik dan siswa karena kegiatan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dikelas yang tidak hanya berpatokan

pada penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga

mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, dan penemuan

serta pemecahan masalah. (Izaak H. Wenno, 2010 :176). Menurut Depdiknas,

Sains adalah pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku

umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

Sains merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan studi dan praktik. Sain

juga dapat diartikan sebagai suatu cabang studi yang bersangkut-paut dengan

observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum

dengan induksi dan hipotesis.

Rendahnya kualitas pembelajaran sains dapat ditinjau dari berbagai

kejadian atau gejala dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Banyak tingkah

laku anggota masyarakat yang menunjukkan seakan-akan belum pernah menerima

pendidikan sains, atau pendidikan sains di sekolah seakan-akan tidak ada

dampaknya dalam cara hidup dan cara berpikir sebagian besar masyarakat

Indonesia (Hinduan dalam Sarwanto, 2013:15).

Perkembangan Sains dan Teknologi telah memberikan pengaruh terhadap

(17)

3

pendidikan pada umumnya memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan,

khususnya dalam menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas.

Target penting dari pendidikan khususnya pendidikan fisika adalah

mendidik individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang ditemukan di

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Selcuk (2008: 151) yang

menyatakan bahwa program pendidikan memiliki tujuan utama dalam proses

pembelajaran bagi siswa yaitu untuk mengatasi masalah matematika, masalah

fisika, masalah kesehatan, masalah sosial dan masalah pembentukan kepribadian.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan siswa

untuk suatu profesi.

Dalam batasan pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk dapat

memecahkan masalah berupa soal-soal tes yang berhubungan dengan konsep

fisika menggunakan analisis matematika sebagai bentuk hasil pembelajaran.

Permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran fisika yaitu kurang

seimbangnya antara konsep dan teori yang diberikan pendidik kepada siswa

dengan penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Fisika sebagai salah bagian dari sains dimasukkan dalam kurikulum

pelajaran di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai menengah. Pembelajaran

fisika bertujuan untuk menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta

memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Fisika sebagai penyusun

sains merupakan wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat

menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah,

(18)

4

kreatif. siswa yang memperoleh pembelajaran fisika diharapkan nantinya akan

memiliki sikap ilmiah sebagai komponen afektif, pengetahuan/wawasan sains

sebagai komponen kognitif serta memiliki keterampilan proses sains sebagai

komponen psikomotorik.

Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah khususnya pada fisika

pendidik sering menggunakan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan

kurangnya keterlibatan siswa menemukan suatu konsep dalam proses

pembelajaran berlangsung, pembelajaran pun lebih bersifat teacher-centered

pendidik hanya menyampaikan fisika sebagai produk dan siswa menghafal

informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal yang hanya

berorientasi pada penggunaan rumus dari pada pemahaman konsep-konsep fisika

sebaiknya pendidik yang mengajarkan sains seperti halnya fisika harus

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif. Siswa perlu diberikan

kesempatan dalam berperan memecahkan masalah seperti yang dilakukan para

ilmuan, agar mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka

sendiri, pada kenyataannya yang ditemukan di lapangan, Proses pembelajaran

lebih didominasi dengan pembelajaran yang konvensional dengan menggunakan

metode ceramah. Pembelajaran yang seperti itu akan mengakibatkan siswa

kurang yakin akan pengetahuannya sendiri, sehingga hasil belajarnya rendah.

Seperti hasil studi pendahuluan di SMAS Budi Agung yang dilaksanakan oleh

peneliti pada bulan Agustus 2015, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

siswa kelas X diambil 10 orang secara acak untuk diwawancarai dari 10 siswa

(19)

5

fisika itu sulit dan 2 siswa lagi mengatakan“ Hanya sedikit materi fisika yang

disukai dikarenakan pelajaran fisika itu kadang–kadang sulit”. Selanjutnya

berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik mata pelajaran fisika, peneliti

menemukan bahwa motivasi siswa terhadap pelajaran fisika masih rendah hal ini

dibuktikan dengan sejalannya pernyataan beberapa orang siswa peneliti

menyimpulkan bahwa selama ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh

pendidik adalah masih berpusat pada pendidik dimana pendidik sebagai salah satu

sumber belajar dan belum menggunakan model-model pembelajaran empirik serta

penggunaan buku yang lebih didominasi oleh penyelesaian soal-soal tidak

mengajak siswa untuk menemukan penerapan yang sebenarnya, siswa sering

mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal fisika. Sejalan dengan hal tersebut,

praktikum fisika yang dilakukan oleh pendidik selama ini belum memperhatikan

aspek-aspek keterampilan proses sains. Permasalahan ini juga disebabkan

jarangnya siswa melakukan eksperimen di laboratorium sekolah. Dampaknya

dapat dilihat saat siswa melakukan praktikum, siswa terlihat bingung dalam

mengikuti langkah-langkah dalam lembar kerja siswa yang diberikan guru. siswa

kurang mampu mengamati fenomena yang terjadi saat praktikum, kurang mampu

berkomunikasi dengan teman satu kelompok, kurang serius, tidak mampu

membuat kesimpulan yang benar dan cenderung bertanya kepada pendidik setiap

akan melakukan percobaan. Kenyataan yang peneliti dapat di lapangan

memberikan kesimpulan bahwa siswa di SMAS ini masih belum memiliki

keterampilan proses sains yang baik berdasarkan simpulan diatas, Salah satu

(20)

6

berbasis pada pemecahan masalah dan melakukan penyelidikan melalui proses

ilmiah.

Dalam pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran diperlukan sejumlah

metode tertentu agar kegiatan tersebut dapat menghasilkan suatu perubahan yang

diinginkan. Metode yang digunakan hendaknya mampu diterapkan oleh pendidik

yang bersangkutan sehingga dapat mengantarkan siswanya kepada perubahan yang

direncanakan. Ada dua ketegori metode belajar yang ditempuh untuk melaksanakan

kegiatan belajar tersebut yakni; belajar mandiri (auto didak atau personal learning)

dan belajar kelompok (Salehuddin 2012: 4). Pengertian yang lebih luas

mengandung makna bahwa pendidik diharapkan dapat menerapkan suatu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan,

mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide siswa sendiri. Model

pembelajaran yang dimaksud adalah model dengan pendekatan inkuiri.

Pembelajaran dengan Model inkuiri menekankan pada peran aktif siswa dalam

melakukan pembelajaran. Sesuai dengan Dimyati dan Mujiono (2013:173), “Tujuan

utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan

mampu memecahkan masalah secara ilmiah”. Hal ini berarti siswa diharapkan

dapat belajar memahami konsep fisika dengan proses penyelidikan secara ilmiah

sebagai alternatif pemecahan masalah untuk mencari jawaban.

Model inkuiri dapat diartikan sebagai suatu Model dalam pembelajaran

yang diatur sedemikian rupa sehingga siswa mengalami proses-proses tertentu

untuk menemukan konsep-konsep sains. Pembelajaran dengan Model inkuiri telah

(21)

7

merancang pembelajaran inkuiri dengan membawa siswa secara langsung ke

dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah

dengan periode waktu tertentu. Model yang dikembangkan Suchman awalnya

didasarkan pada rasa ingin tahu siswa sehingga diyakini inkuiri dapat dilatihkan

dan diatur dalam prosedur penelitian. Setiap tahapan dari proses inkuiri

diidentifikasi dan dibangun ke dalam suatu bentuk model instruksi yang disebut

dengan model pembelajaran Inquiry Training.

Tujuan model pembelajaran Inquiry Training adalah sebagai upaya

membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan

pemecahan masalah dan secara umum mengembangkan keterampilan intelektual.

Tujuan ini dicapai melalui lima langkah model pembelajaran Inquiry Training

(Joyce, et al, 2009:206), yaitu : menghadapkan masalah (menyajikan situasi yang

bertentangan, menjelaskan prosedur penelitian), merumuskan hipotesis

(mengajukan pertanyaan yang telah mengandung jawaban), pengumpulan data

eksperimen, mengorganisasikan, merumuskan dan memformulasikan suatu

penjelasan, serta menganalisis proses penelitian.

Sejalan dengan itu Hamzah (2008:14) menyatakan bahwa model

Inquiry Training bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Pada dasarnya

intuitif setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari

tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga setiap

individu kelak dapat melaksanakan kegiatan ilmiah secara sadar (tidak intuitif

(22)

8

akibat pengaruh suhu dan kalor yang dapat diamati oleh siswa. Dengan

demikian, pembelajaran pada materi suhu dan kalor dapat dilakukan melalui

penyelidikan-penyelidikan secara langsung. Penyelidikan dapat berupa

pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi

suhu dan kalor. Diharapkan, pembelajaran materi suhu dan kalor dengan metode

Inquiry Training dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Banyak fenomena alam maupun aplikasi penerapan suhu dan kalor dalam kehidupan

sehari-hari. Pembelajaran pada materi ini tidak terikat pada kegiatan penyelidikan

di laboratorium saja akan tetapi, banyak proyek-proyek sederhana yang dapat

dilakukan oleh siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan mampu

untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sehari-hari yang berkaitan

dengan materi ini.

Dalam penelitian ini model pembelajaran Inquiry Training dengan

menggunakan macromedia flash dan motivasi yang peneliti buat dengan harapan

dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa (KPS) karena model

pembelajaran Inquiry Training suatu model pembelajaran yang siswa langsung

dengan pendidik mengamati gejala gejala yang terjadi melalui langkah – langkah

metode ilmiah yang dilakukan di laboratotrium sehingga akan muncul keterampilan

proses sains siswa secara langsung maupun tidak langsung.

Model Inquiry Training dipilih, karena memiliki karakteristik yang sesuai

dengan siswa yaitu: 1) dapat memecahkan masalah sesuai tahapan yang terpilih,

dengan menggunakan curah pendapat dan teknis investigasi masalah, 2)

(23)

9

laboratorium yang berkaitan dengan teori yang diberikan 4) mempergunakan

media yang ada, dan dapat melakukan teknik analisis, 5) menganalisis dan

mendeskripsikan, mendiskusikan hasil data praktikum dengan cara laporan

tertulis, poster, dan presentasi lisan, 6) bekerja dalam kelompok dengan

mengorganisasi tiap-tiap kelompok. Hal ini menjelaskan bahwa model

pembelajaran Inquiry Training sangat efektif dilakukan karena dikombinasi

dengan eksperimen yang dapat mengajak siswa langsung mengamati sehingga

secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa

Dalam pelaksanaan model Inquiry Training ada dua hal yang perlu

dipertimbangkan yaitu dukungan pembelajaran dalam rangka menciptakan kualitas

interaksi siswa dan kompleksitas proses penelitian sebagai kesatuan model. Dalam

hal ini, pendidik sangat berperan sebagai fasilitator dan pengarah agar keberhasilan

proses inkuiri siswa dapat terwujud serta dapat memotivasi siswa melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Meskipun pendidik terus berupaya memaksimalkan

pelaksanaan model, masih ada beberapa masalah yang muncul diantaranya

penggunaan waktu yang cukup lama dan kesulitan dalam mengelola kelas serta

mengevaluasi proses yang dilakukan secara autentik. Beberapa saran dari

penelitian terdahulu diantaranya Sirait (2012 : 25) menyatakan bahwa penerapan

model Inquiry Training akan lebih baik jika pendidik lebih kreatif merancang kerangka proses yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai serta fasilitas praktikum dan eksperimen yang memadai, selain itu

penggunaan waktu dalam pembelajaran perlu diperhatikan sehingga pembelajaran

(24)

10

kelompok kecil sehingga semua siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Oleh

karena itu, penerapan Inquiry Training yang diajarkan melalui penerapan langsung

di laboatorium pada materi suhu dan kalor diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan proses sains karena model Inquiry Training ini siswa berperan aktif

dalam pembelajaran langsung dan melakukan praktikum yang di tuntun oleh

pendidik sebagai fasilisator .

Implementasi model Inquiry Training baik untuk peningkatan hasil belajar

maupun proses berpikir tingkat tinggi telah diteliti dan dikembangkan pada

peneliti terdahulu seperti Vaishnav (2013:1216-1220) menyimpulkan bahwa

model Inquiry Training secara signifikan efektif dalam peningkatan hasil belajar

kognitif dan afektif serta mengkontribusi sikap siswa dibandingkan pendekatan

tradisional. Hal sama dilakukan oleh Akpullukcu dan Gunay (2011: 417-422)

yang menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa lingkungan pembelajaran

berbasis metode inkuiri yang diaplikasikan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan keberhasilan

akademik. Selain itu, metode inkuiri dapat dikombinasi dengan model

pembelajaran lainnya. Pandey, Nanda dan Ranjan (2011:7-20) menyimpulkan

berdasarkan hasil analisis data pembelajaran fisika menggunakan model Inquiry

Training lebih efektif dibandingkan pembelajaran menggunakan metode konvensional dilihat dari hasil belajar akademik siswa di India. Penelitian lain

yang mendukung dari dalam negeri adalah penelitian Sirait (2012 :21-26)

menyimpulkan bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa menggunakan model

(25)

11

pembelajaran konvensional. Model berbasis inkuiri juga dapat meningkatkan

keterampilan. Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar,

dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu.

Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan

ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar

yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai

seseorang bila akan melakukan penelitian.

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang melibatkan

keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.

Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses

siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam

keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan,

pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat

dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam

melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil

pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui

pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman-pengalaman belajar. Melalui pengalaman-pengalaman langsung,

seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.

Keterampilan proses sains (KPS) merupakan perangkat kemampuan

kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan

penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. Menurut Dahar

(1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk

(26)

12

ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa

sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains

serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan

pengetahuan yang telah dimiliki.

Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan model pembelajaran Inquiry

Ttraining dapat mendorong dan meningkatkan keterampilan proses sains dalam memahami konsep fisika melalui percobaan ataupun eksperimen langsung sehingga

berpengaruh pada peningkatan kemampuan keterampilan proses sains dan sesuai

dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada serta berpandangan pada

perkembangan teknologi dan tuntutan era globalisasi, diantaranya penerapan model

Inquiry Training diharapkan mampu berdampak pada peningkatan keterampilan

proses sains siswa karena model pembelajaran Inquiry Training siswa diajak aktif

langsung sebagai ilmuan yang merancang kegiatan pembelajaran melalui proses

ilmiah sehingga siswa dapat memahami proses ilmiah tersebut dengan demikian

akan munculah kemampuan proses sains. Suchman percaya bahwa para individu

yang dihadapkan pada situasi semacam ini secara alamiah akan termotivasi untuk

menyelesaikannya .

Motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya

terhadap hasil belajar Maupun keterampilan proses sains. Siswa yang motivasinya

tinggi diduga akan memperoleh hasil belaljar yang baik. Pentingnya motivasi

belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar kearah yang

lebih positif. Tella (2007: 154) menyatakan siswa yang memiliki motivasi tinggi

(27)

13

dimotivasi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Dev (1997:52 )

menyatakan bahwa kurangnya keterlibatan siswa dalam belajar karena kurangnya

motivasi di dalam diri siswa, motivasi harus dimiliki siswa karena motivasi

merupakan kebutuhan, keinginan dan paksaan untuk berpartisipasi dalam proses

pembelajaran. Hal yang sama juga disimpulkan Peklaj (2010:158) menyatakan

bahwa motivasi intrinsik berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa.

Selanjutnya penelitian dalam negeri Hamdu & Agustina (2011: 95) menyatakan

motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, berikutnya

Hayati & Ratno (2013 :24 ) Menyimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa

yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki

motivasi belajar rendah dan terdapatnya interaksi antara model pembelajaran

inquiri training dengan multimedia dan motivasi dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.

Dari beberapa permasalahan di atas tentang rendahnya kemampuan proses

sains dan hasil belajar siswa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul :

“Pengaruh Model Inquiry Training Menggunakan Macromedia Flash dan

Motivasi Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa SMA"

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi antara lain :

1. Hasil studi pendahuluan pada mata pelajaran fisika, siswa sering mengalami

(28)

14

2. Praktikum fisika yang dilakukan oleh pendidik selama ini belum

memperhatikan aspek –aspek keterampilan proses sains.

3. Model pembelajaran yang digunakan belum mampu mendorong siswa

melakukan penyelidikan atau percobaan untuk menemukan penyelesaian suatu

masalah sehingga siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan dan

konsep-konsep fisika tersebut.

4. Pembelajaran fisika di sekolah belum menggunakan model pembelajaran

Inquiry Training untuk meningkatkan keterampilan proses sains. 1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada:

1.Model pembelajaran yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Inquiry

Training.

2.Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains siswa SMAS Budi

Agung.

3.Motivasi siswa yang digunakan sebagai variabel moderator diukur dengan

menggunakan angket motivasi.

4.Untuk menunjang proses pembelajaran digunakan media macromedia flash

5.Penelitian ini dilakukan terhadap materi suhu dan kalor

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang

masalah maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah:“Apakah ada

pengaruh model pembelajaran Inquiry Training dengan menggunakan

(29)

15

Suhu dan Kalor?”. Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa SMAS Budi Agung

dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan

macromedia flash dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa SMAS Budi Agung

antara kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi yang

rendah?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dan model

pembelajaran konvensional dengan tingkat motivasi dalam mempengaruhi

keterampilan proses sains siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model

pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash dan motivasi

terhadap keterampilan proses sains pada materi pokok suhu dan kalor. Secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa

SMAS Budi Agung dengan penerapan model pembelajaran Inquiry

Training menggunakan macromedia flash dengan pembelajaran konvensional?

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa

SMAS Budi Agung antara kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi

(30)

16

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry

Training dan model pembelajaran konvensional dengan tingkat Motivasi dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa?

1.6 Manfaat Penelitian.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai

sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi, guru, pengelolah, pengambang

lembaga pendidikan dan penelitian selanjutnya akan menguji secara lebih

mendalam tentang penerapan model pembelajaran Inquiry Training dalam

meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Secara praktis penelitian ini diharapkan :

1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami masalah siswa pada

pembelajaran fisika, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok.

2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta

media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika.

3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.

4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta

aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas

1.7 Defenisi Operational.

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan

dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan

(31)

17

1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah upaya pengembangan para

pembelajar yang mandiri dengan menerapkan metode yang mensyaratkan

partisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah (Joyce, 2003:188).

2. Keterampilan proses sains adalah sekumpulan kemampuan-kemampuan yang

dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. (Rao,

2008:53).

3. Sanjaya (2010: 261) mengatakan bahwa dalam pembelajaran konvensional

siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima

informasi secara pasif, siswa lebih banyak belajar secara individual dengan

menerima, mencatat, menghafal materi pelajaran yang didasarkan pada faktor

luar yaitu takut hukuman dari guru, guru adalah penentu jalannya proses

pembelajaran.

4. Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk

melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan

serta pengetahuan. (Iskandar 2009:181)

5. Media macromedia flash merupakan suatu program aplikasi berbasis vektor

standar yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap yang sangat

menarik untuk membuat animasi logo, movie, game, menu interaktis, dan

(32)

129

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat Perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa yang

diberi pembelajaran dengan model Inquiry training menggunakan media

macromedia flash dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Kelas ekperimen memperoleh rata-rata 80,12 dan kelas kontrol

memperoleh rata-rata 52,50. Model pembelajaran Inquiry training

menggunakan media macromedia flash lebih baik dalam meningkatkan

keterampilan proses sains siswa daripada pembelajaran konvensional.

2. Terdapat Perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa pada

kelompok siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dengan motivasi yang

rendah. Rata-rata keterampilan proses sains kelompok siswa yang

memiliki motivasi tinggi sebesar 87,40 sedangkan -rata keterampilan

proses sains kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah sebesar

70,31. Keterampilan proses sains siswa yang memiliki motivasi tinggi

lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi yang rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi dalam

mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Model pembelajaran

(33)

130

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil

penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam

mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang

didemonstrasikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu

mendapatkan petunjuk untuk menjawab penyebab terjadinya fenomena

tersebut.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam

pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry

Training. Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang setiap kelompok dengan tujuan agar siswa lebih efektif dalam berkeja di

kelompoknya dan peneliti dapat lebih baik dalam memantau aktifitas

siswa.

3. Peneliti selanjutnya hendaknya terlebih dahulu memotivasi siswa atau

memberikan contoh-contoh pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan

jawaban “ya “ atau “tidak” karena temuan di lapangan siswa masih sulit

(34)

131

DAFTAR PUSTAKA

Abungu, H. 2014, The effect of Science Proccess Skills Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya. Journal of educational and Social Research : MCSER Publishing,

Rome-Italy, Volume 4, Number 6, 37-43.

Akpullukcu, S., Gunay, Y. (2011). The Effect of Inquiry Based Learning Environment in Science and Technology Course on The Students’

Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educational

Science, ISSN 1308-8971 : 417-422. Tersedia : http://web.deu.edu.tr/baed [27 Mei 2014]

Arends, R.I. (2001). Learning to Teach (Fifth ed.). Boston: McGraw-Hill.

Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Dahar, Ratna, W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Dev. (1997). Journal of theacher Education.

Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Gega, P.C. 1977. Science in Elementary Education. California : John And Wiley

Sons Inc.

Fatmi. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kreativitas

Terhadap Keterampilan Proses Sains siswa SMAN 1 Julok. Tesis. Medan :

Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Hamdu & Agustina. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 12 No.1 April 2011

Hamzah, B., Uno, (2008), Model Pembelajaran Menciptakan Kegiatan proses

pembelajaran yang Aktif dan Kreatif,Jakarta : Bumi Aksara.

Hamzah, B., Uno, (2008),Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara.

Hayati dan Retno (2013),Efek model pembelajaran inquiri training berbasis

multimedia dan motivasi terhadap hasil belajar fisika siswa.jurnal

online

Iskandar, (2009), Psikologi pendidikan sebuah orientasi baru. Jakarta : GP Press Izaak H. Wenno, ( 2010) .Pengembangan Model Modul Sains Berbasis Problem

(35)

132

SMP/MTs. Jurnal cakrawala pendidikan .FKIP Universitas Pattimura

Ambon.Th. XXIX, No. 2

Joyce, Bruce. Weil, Marsha. (2003). Models of Teaching (fourthed.). Massachusetts: Allyn and Bacon.

(2009). Models of Teaching (fourthed.). Massachusetts: Allyn and Bacon

Kanginan, M., (2013), Fisika untuk SMA kelas X, Jakarta, Erlangga, Jakarta

Madcom. 2004. Aplikasi Program PHP + MySQL untuk membuat website

interaktif. Yogyakarta: Andi.

Mutisya, S. M. 2014. Performance in Science Process Skills : The Influence of Subject Specialization. Asian Journal of Social Science & Humanities,

Volume 3, Number 1, 77-79.

Ongowo, R. and Francis C.I. 2013. Science Process Skills in the Kenya Certficate of Secondary Education Biology Practical Examination. Journal of scientific

research, Volume 4, Number 11, 713-717.

Pandey, A., Nanda, K, G., Ranjan, V. (2011). Effectiviness of Inquiry Training Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of

Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education, 1

(1) : 7-20

Peklaj, C and Levpušček. P , M (2012). Students’ motivation and academic success in relation to the quality of individual and collaborative work

during a course in educational psychology ; University of Ljubljana

Slovenia. diaskes 14 September 2015 pukul 17:23

Rao, B. dan Digumarti. 2008. Science Proccess Skills of School Students. New Delhi. Aurora Offset.

Prasetyo. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Roth, W. M. & Roychoudhury, A. (1993). The Concept Map as a Tool for the Collaborative Construction of Knowledge: A Microanalysis of High

School Physics Students. Journal of Rescarch in Science Teaching. 30(5):

503-534.

Sadirman, A.M. (2014). Interaksi & motivasi belajar mengajar .takarta: Rajawali Press

Salehuddin Yasin, H. (2012 ).Metode BelajarDan Pembelajaran Yang

Efektif.Jurnal Adabiyah, ISSN: 1421-6141 Vol. XII No. I/2012 . Tersedia

Gambar

Gambar 2.1. Dampak Instruksional dan pengiring Model  Inquiry Training ...................

Referensi

Dokumen terkait

Berikut adalah potongan program pseudo code untuk soal nomor 37 dan 38.. Sesi 2 : Bidang Informatika/Komputer Halaman 13 dari 16

kecemasan pada diri siswa sehingga siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam?. belajar dan lebih memilih menyibukkan diri dengan

[r]

Dengan berkembangnya bidang jasa Event Organizer pada saat perusahaan akana. menyelenggarakan suatu event maka semua penyedia jasa event akan

[r]

TITANAT DARI TITANIA TEKNIS SEBAGAI ELEKTRODA BATERAI ION LITIUM ” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN I. NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL 1. Mengetahui agama yang dianutnya 2. Meniru gerakan beribadah dengan urutan yang benar 3. Mengucapkan doa sebelum dan/atau sesudah

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan penelitian .... Manfaat penelitian ... Laporan keuangan dan Kinerja Keuangan ... Definisi laporan keuangan...