No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 01 Februari 2012; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1 USULAN PEMILIHAN ALTERNATIF TIPE CRANE BERDASARKAN
FAKTOR BIAYA DAN FISIK DI PT PELINDO I BELAWAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
PANDAPOTAN SIMARMATA NIM. 070403105
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.
Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaiakan studinya di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan dibagi ke dalam tujuh bab dengan judul “Usulan Pemilihan Alternatif Tipe Crane
Berdasarkan Faktor Biaya dan Fisik Di PT Pelindo I Belawan”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik berupa materiil, spritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Abadi Ginting SS, MSIE., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian serta memperlancar proses administrasi Tugas Sarjana.
3. Kedua orang tua tercinta (Bapak P. Simarmata dan Ibu R. Nainggolan), saudari penulis (Intan Simarmata) dan seluruh keluarga besar penulis sebagai sumber inspirasi yang selalu memberikan dukungan dan doa bagi penulis. 4. Bapak Junaidman, Bapak Heliston, Bang Martua Ibu Elfi, Bapak Ahmadyani,
dan Ibu Serevina, selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan arahan dan informasi mengenai kegiatan kepelabuhanan di PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.
ABSTRAK
PT Pelindo Belawan adalah perusahan yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan. Salah satu jasa yang ditawarkan oleh PT Pelindo Belawan adalah bidang bongkar muat barang. Departemen yang menangani kegiatan bongkar muat adalah Unit Bongkar Muat. Unit bongkar muat ini biasanya melakukan kegiatan bongkar muat untuk barang curah baik curah kering ataupun cair dan peti kemas. Muatan seperti curah kering menggunakan mobile crane sebagai alat bongkar muat. Kegiatan bongkar muat berlangsung mulai dari pagi hingga malam hari sehingga peranan mobile crane sangat penting dalam menunjang kelancaran proses aktivitas bongkar muat.
Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan bongkar muat di PT Pelindo, khusus pada bongkar muat curah kering kemasan bag PT Pelindo mendapat permintaan bongkar rata-rata 65.421 ton setiap bulannya. Dimana setiap jam permintaan bongkar adalah 157 ton. Berdasarkan data dari perusahaan didapat bahwa Pelindo hanya dapat mengerjakan 92 ton per jam. Dari data diatas dapat dilihat bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan bongkar karena kapasitas yang tidak mencukupi. Hal ini disebabkan jumlah mobile crane yang dimiliki perusahaan sangat terbatas. Dalam upaya menyeimbangkan antara permintaan bongkar curah bag dengan kapasitas bongkar perusahaan perlu dilakukan perhitungan jumlah crane yang tepat untuk memenuhi permintaan bongkar. Forecasting dilakukan sebagai metode untuk meramal permintaan bongkar curah selama setahun kedepan. Hasil forecasting digunakan sebagai acuan dalam melakukan perhitungan jumlah crane yang tepat.
Untuk melakukan penambahan crane diusulkan dua tipe crane. Tipe crane yang diusulkan yaitu mobile crane dengan kapasitas 5 ton dan luffing crane dengan kapasitas 10 ton. Pemilihan tipe crane menggunakan decision theory. Metode decison theory yang digunakan yaitu metode Hurwicz, Maximin, Wald Minimax, Laplace. Pendekatan dilakukan dengan payoff. Payoff yang diusulkan terdiri dari payoff risk dan payoff profit. Faktor yang termasuk kedalam payoffrisk
yaitu biaya dan payoff profit faktor fisik tipe crane. Dari hasil pemilihan didapat bahwa untuk kriteria payoff profit yang terbaik adalah Luffing crane dengan nilai 7,75; 10; 2,5; 2,5 sedangkan untuk payoff risk yang terbaik adalah Mobile crane
dengan 4,55; 3,5 ;7; 1,75. Berdasarkan comparative payoff yang terbaik adalah
luffing crane.
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
ABSTRAK ... xvii
I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah PT Pelabuhan Indonesia I ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen PT Pelindo I Belawan ... II-7
2.3.1. Struktur Organisasi PT Pelabuhan Indonesia I
Belawan... II-7 2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab... II-8 2.4. Peraturan Jam Kerja dan Shift ... II-14 2.4.1. Peraturan Jam Kerja dan Shift Karyawan ... II-14 2.4.2. Peraturan Jam Kerja dan Shift Buruh ... II-15 2.5. Tata Letak Fasilitas Perusahaan ... II-15
III LANDASAN TEORI
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.2.1. Karakteristik Peramalan yang Baik ... III-10 3.2.2.Prinsip Prinsip Peramalan... III-11 3.2.3.Metode Peramalan ... III-12 3.3.4. Metode Peramalan Kuantitatif ... III-13 3.3.5. Metode Time Series ... III-14 3.3.6. Kriteria Performance Peramalan ... III-18 3.3.7. Peta Moving Chart ... III-20 3.3. Pengelompokan Biaya ... III-22 3.4. Teori Keputusan ... III-27 3.4.1. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian ... III-29 3.4.2.Kriteria Pengambilan Keputusan ... III-29 3.4.2.1.Kriteria Hurwicz ... III-30 3.4.2.2.Kriteria Maximax ... III-31 3.4.2.3. Kriteria Wald Minimax (Maximin) ... III-31 3.4.2.4. Kriteria Laplace ... III-32 3.5.3. Payoff ... III-33
IV METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.2. Jenis Penelitian... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-1 4.4.1. Variabel Independen ... IV-2 4.4.2. Variabel Dependen ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.6. Instrumen Penelitian ... IV-4 4.7. Sumber Data... IV-4 4.8. Pelaksanaan Penelitian ... IV-4 4.9. Pengumpulan Data ... IV-5 4.10. Blok Diagram Prosedur Penelitian... IV-6 4.11. Pengolahan Data ... IV-8 4.12. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.13. Kesimpulan dan Saran ... IV-8
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.1.3. Data Jam Shift Kerja Buruh ... V-2 5.1.4. Data Jumlah Hari Kerja Bulan September 2012
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Pemilihan Alternatif Berdasarkan Payoff Profit ... VI-1 6.2. Analisis Pemilihan Alternatif Berdasarkan Payoff Risk ... VI-2 6.3. Analisis Pemilihan Terbaik Berdasarkan Comparative Payoff .. VI-3 6.4. Analisis Kapasitas Bongkar ... V-4
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
DAFTAR TABEL(LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
ABSTRAK
PT Pelindo Belawan adalah perusahan yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan. Salah satu jasa yang ditawarkan oleh PT Pelindo Belawan adalah bidang bongkar muat barang. Departemen yang menangani kegiatan bongkar muat adalah Unit Bongkar Muat. Unit bongkar muat ini biasanya melakukan kegiatan bongkar muat untuk barang curah baik curah kering ataupun cair dan peti kemas. Muatan seperti curah kering menggunakan mobile crane sebagai alat bongkar muat. Kegiatan bongkar muat berlangsung mulai dari pagi hingga malam hari sehingga peranan mobile crane sangat penting dalam menunjang kelancaran proses aktivitas bongkar muat.
Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan bongkar muat di PT Pelindo, khusus pada bongkar muat curah kering kemasan bag PT Pelindo mendapat permintaan bongkar rata-rata 65.421 ton setiap bulannya. Dimana setiap jam permintaan bongkar adalah 157 ton. Berdasarkan data dari perusahaan didapat bahwa Pelindo hanya dapat mengerjakan 92 ton per jam. Dari data diatas dapat dilihat bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan bongkar karena kapasitas yang tidak mencukupi. Hal ini disebabkan jumlah mobile crane yang dimiliki perusahaan sangat terbatas. Dalam upaya menyeimbangkan antara permintaan bongkar curah bag dengan kapasitas bongkar perusahaan perlu dilakukan perhitungan jumlah crane yang tepat untuk memenuhi permintaan bongkar. Forecasting dilakukan sebagai metode untuk meramal permintaan bongkar curah selama setahun kedepan. Hasil forecasting digunakan sebagai acuan dalam melakukan perhitungan jumlah crane yang tepat.
Untuk melakukan penambahan crane diusulkan dua tipe crane. Tipe crane yang diusulkan yaitu mobile crane dengan kapasitas 5 ton dan luffing crane dengan kapasitas 10 ton. Pemilihan tipe crane menggunakan decision theory. Metode decison theory yang digunakan yaitu metode Hurwicz, Maximin, Wald Minimax, Laplace. Pendekatan dilakukan dengan payoff. Payoff yang diusulkan terdiri dari payoff risk dan payoff profit. Faktor yang termasuk kedalam payoffrisk
yaitu biaya dan payoff profit faktor fisik tipe crane. Dari hasil pemilihan didapat bahwa untuk kriteria payoff profit yang terbaik adalah Luffing crane dengan nilai 7,75; 10; 2,5; 2,5 sedangkan untuk payoff risk yang terbaik adalah Mobile crane
dengan 4,55; 3,5 ;7; 1,75. Berdasarkan comparative payoff yang terbaik adalah
luffing crane.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Perpindahan manusia ataupun barang di Indonesia semakin meningkat. Sebagai negara kepulauan salah satu pilihan dalam melaksanakan aktivitas perpindahan barang adalah melalui jalur laut, sehingga pelabuhan yang baik sangat dibutuhkan.
PT Pelindo I Belawan adalah perusahaan yang bergerak dibidang penyelenggaraan dan pengusahaan jasa kepelabuhan. Bongkar muat barang merupakan salah satu kegiatan usaha utama dari perusahaan. Dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan sebaliknya dibutuhkan alat material handling seperti crane. Penggunaan crane
dalam kegiatan bongkar muat sangat berperan penting dalam meningkatkan kelancaran aktivitas bongkar muat. Sehingga ketersediaan dan penggunaan crane
yang tepat dalam mendukung kegiatan bongkar muat.
Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan bongkar muat di PT Pelindo, khusus pada bongkar muat curah kering kemasan bag PT Pelindo mendapat permintaan bongkar rata-rata 65.421 ton setiap bulannya. Dimana setiap jam permintaan bongkar adalah 157 ton. Berdasarkan data dari perusahaan didapat bahwa Pelindo hanya dapat mengerjakan 92 ton per jam. Dari data diatas dapat dilihat bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan bongkar karena kapasitas yang tidak mencukupi.
Dalam upaya menyeimbangkan antara permintaan bongkar curah bag dengan kapasitas bongkar perusahaan perlu dilakukan perhitungan jumlah crane
yang tepat untuk memenuhi permintaan bongkar. Forecasting dilakukan sebagai metode untuk meramal permintaan bongkar curah selama setahun kedepan. Hasil
forecasting digunakan sebagai acuan dalam melakukan perhitungan jumlah crane yang tepat.
Dalam melakukan penambahan crane, pemilihan crane yang tepat sangat penting dalam mendukung produktivitas dan kelancaran aktivitas bongkar muat. Setiap jenis crane memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa faktor dipertimbangkan dalam melakukan pemilihan crane yang tepat, diantaranya faktor biaya dan kelebihan fisik dari setiap crane.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan bongkar karena kapasitas yang tidak mencukupi sehingga perlu dilakukan penambahan
crane.
Pemilihan tipe crane yang akan ditambah perlu dilakukan dengan baik memperhitungkan faktor tertentu seperti biaya dan kelebihan fisik crane. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pemilihan crane yang tepat berdasarkan faktor diatas.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu menyeimbangkan antara permintaan bongkar curah bag dengan kapasitas bongkar dari perusahaan. Tujuan khusus yang ingin dicapai dari pemecahan masalah ini yaitu:
1. Mengetahui permintaan bongkar curah bag selama setahun kedepan. 2. Mengetahui jumlah crane yang efektif bagi perusahaan.
3. Mengetahui tipe crane yang tepat berdasarkan faktor biaya dan kelebihan fisik crane
1.4. Manfaat Penelitian
Meningkatkan kemampuan akademis mahasiswa dengan mempraktikan teori yang didapat di bangku kuliah untuk memecahkan permasalahan yang terdapat di perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan pilihan crane
yang tepat digunakan dalam kegiatan bongkar muat. 3. Bagi Departemen Industri
Menjalin kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri sehingga mahasiswa lainnya dapat melakukan penelitian berikutnya di perusahaan tersebut.
1.5. Asumsi dan Batasan Masalah
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sarana dan prasarana baik mesin maupun peralatannya dianggap bekerja dengan baik.
2. Operator dan buruh yang bekerja dalam kondisi yang sehat baik jasmani maupun rohani
3. Prosedur kegiatan bongkar muat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Cuaca dan lingkungan alam sekitar tidak mengganggu kegiatan bongkar muat.
1. Penelitian dilakukan pada bagian Unit Bongkar Muat Pelindo 2. Jenis Alat bongkar muat yang diteliti yaitu Mobile crane.
3. Kegiatan yang diamati adalah kegiatan bongkar curah kering bag.
1.6. Sistematikan Penulisan Tugas Akhir
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum perusahaan yang menjelaskan tentang sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, lokasi perusahaan, daerah pemasaran, organisasi dan manajemen, struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan jam kerja serta sistem pengupahan dan fasilitas lainnya.
BAB III LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang berhubungan dengan masalah dan pemecahan masalah penelitian. Dasar teori diperoleh dari buku-buku literatur yang berhubungan dengan perencanaan jalur distribusi dan metode algoritma yang digunakan dalam penentuan rute distribusi.
Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini memuat analisis dan pembahasan hasil yang diperoleh dari pengolahan data membandingkannya dengan teori-teori yang ada.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah PT Pelabuhan Indonesia I
PT Pelabuhan Indonesia I merupakan salah satu BUMN yang
melakukan usaha di bidang penyelenggaraan dan pengusahaan jasa
kepelabuhanan. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalisasi pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk
mendapatkan/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan
dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah SH No. 1 tanggal 1 Desember 1992 sebagaimana dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI No. 8612 Tahun 1994, beserta perubahan terakhir sebagaimana telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 2 Januari 1999 No. 1.
Nama lengkap perusahaan adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I disingkat PT. Pelabuhan I, berkantor pusat di Jalan Krakatau Ujung No. 100, Medan 20241, Sumatera Utara, Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, perusahaan perseroan ini diberi nama Haven Badrift. Selanjutnya setelah kemerdekaan RI tahun 1945 s.d. 1950 perusahaan perseroan ini berstatus sebagai Jawatan Pelabuhan. Pada tahun 1960 s.d. 1969 jawatan Pelabuhan berubah
menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status Perusahaan Negara Pelabuhan disingkat dengan nama PN Pelabuhan.
Pada periode 1969 s.d. 1983 PN Pelabuhan berubah menjadi Lembaga Penguasa Pelabuhan dengan nama Badan Pengusahaan Pelabuhan disingkat BPP. Pada tahun 1983 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1983, Badan Pengusahaan Pelabuhan dirubah menjadi Perusahaan Umum Pelabuhan I disingkat Perumpel I.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1991 Perumpel I berubah status menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I berkedudukan dan berkantor pusat di Medan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 64 thn 2001 kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan selaku pemegang saham pada Persero/PerseroanTerbatas dialihkan kepada Menteri BUMN. Pembinaan Teknis operasional berada ditangan Departemen Perhubungan dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
PT Pelabuhan Indonesia I memiliki visi yaitu menjadi penyedia jasa kepelabuhan dan logistik terkemuka di tingkat regional. Sedangkan misi PT Pelabuhan Indonesia I adalah menyediakan jasa kepelabuhan dan logistik berkualitas yang memenuhi harapan pelanggan dan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi wilayah.
Kegiatan usaha utama yang dijalankan oleh PT Pelabuhan Indonesia I
yaitu:
1. Penyedia dan/atau pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan perairan
untuk lalu lintas dan tempat berlabuhnya kapal.
2. Penyedia dan/atau pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan
pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal.
3. Penyedia dan/atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat,
bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering (general cargo), dan
kendaraaan.
4. Penyedia dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah
kering, multi purpose, penumpang, pelayaran rakyat dan Ro-Ro.
5. Penyedia dan/atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan penumpukan
dan tangki/tempat penimbunan barang-barang, angkutan bandar, alat
bongkar muat, serta peralatan pelabuhan.
6. Penyedia dan/atau pelayanan tanah untuk berbagai bangunan dan
lapangan, industri dan gedung-gedung/bangunan yang berhubungan
dengan kepentingan kelancaran angkutan multi moda.
7. Penyedia dan/atau pelayanan listrik, air minum, dan instalasi limbah
serta pembuangan sampah.
8. Penyedia dan/atau pelayanan jasa pengisian bahan bakar minyak untuk
kapal dan kendaraan di lingkungan pelabuhan.
9. Penyedia dan/atau pelayanan kegiatan konsilidasi dan distribusi barang
10.Penyedia dan/atau pelayanan jasa konsultansi, pendidikan dan pelatihan
yang berkaitan dengan kepelabuhanan.
11.Pengusahaan dan pelayanan depo peti kemas dan perbaikan, cleaning,
fumigasi, serta pelayanan logistik.
Selain kegiatan utama di atas, PT Pelabuhan Indonesia I dapat
melakukan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan
perusahaan dan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki perusahaan meliputi:
1. Jasa angkutan.
2. Jasa persewaan dan perbaikan fasilitas dan peralatan.
3. Jasa perawatan kapal dan peralatan di bidang kepelabuhanan.
4. Jasa pelayanan alih muat dari kapal (Ship to Ship Transfer) termasuk jasa
ikutan lainnya.
5. Properti di luar kegiatan utama kepelabuhanan.
6. Fasilitas pariwisata dan perhotelan.
7. Jasa konsultan dan surveyor kepelabuhanan.
8. Jasa komunikasi dan informasi.
9. Jasa konstruksi kepelabuhanan.
10.Jasa forwarding/ekpedisi.
11.Jasa kesehatan.
12.Perbekalan dan catering.
13.Tempat tunggu kendaraan bermotor dan shuttle bus.
15.Jasa tally.
16.Jasa pas pelabuhan.
17.Jasa timbangan.
Daerah lingkungan kerja PT Pelabuhan Indonesia I Belawan berada di
tempat yang strategis. Hinterland perusahaan umumnya merupakan daerah
penghasil komoditi ekspor yang bersumber dari industri pertanian,
perkebunan, pertambangan, pariwisata dan industri lainnya. Pihak
manajemen menyadari bahwa pengembangan usaha kepelabuhanan
tersebut, tidak semua dapat dikelola sendiri karena dibutuhkan investasi
yang cukup besar untuk pembangunan dan pengembangan pelabuhan. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan pendapatan
perseroan adalah melakukan pelaksanaan kerjasama usaha dengan pihak
swasta.
Kegiatan kerjasama usaha yang telah dilaksanakan yaitu:
1. Kerjasama pengelolaan air kapal/umum yang layak minum di pelabuhan
Belawan, Dumai dan Tanjung Balai Karimun
2. Kerjasama pelayanan penundaan kapal di pelabuhan Belawan, Dumai,
Pekanbaru dan Tanjungpinang.
3. Kerjasama pengoperasian Dermaga untuk Kepentingan Sendiri (DUKS) di
lingkungan kerja PT Pelabuhan Indonesia I.
4. Kerjasama pengoperasian Container Gantry Crane di Terminal
5. Kerjasama penanganan bongkar muat komoditi minyak kelapa sawit
(CPO) dan ikutannya dengan sistem pipanisasi di Pelabuhan Belawan.
6. Kerjasama pengoperasian pelabuhan umum Teluk Lembu Pekanbaru
khusus kegiatan bongkar muat peti kemas.
7. Pengoperasian Public Tank Storage untuk komoditi minyak kelapa sawit
(CPO) dan turunannya di pelabuhan Belawan.
8. Pengoperasian Gudang Curah Kering khusus untuk komoditi bungkil di
Pelabuhan Belawan.
9. Kerjasama pengoperasian alat bongkar muat untuk handling container di
Terminal Container Pelabuhan Perawang Pekanbaru.
10.Kerjasama pengelolaan dan pengoperasian area Ship To Ship (STS)
Transfer Perairan Karimun di cabang Tanjung Balai Karimun.
11.Kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Ancharage Area
(area labuh jangkar kapal-kapal) di area perairan Pulau Nipah di luar
DLKR/DLKP pelabuhan Tanjung Balai Karimun dengan PT. Maxsteer
Dyrynusa Perdana
Kerjasama usaha yang akan dilaksanakan:
1. Kerjasama pelayanan jasa bunkering Bahan Bakar Minyak (BBM) di
Pelabuhan Belawan.
2. Kerjasama pelayanan jasa kepalabuhanan di Pulau Batam.
3. Kerjasama pembangunan dan pengelolaan gudang terpadu khusus
4. Kerjasama pelayanan komoditi curah cair minyak kelapa sawit (CPO) dan
turunannya melalui instalasi pipa terpadu di Pelabuhan Dumai.
5. Kerjasama pelayanan tangki timbun untuk umum dan B/M CPO di
Pelabuhan Dumai.
Pengembangan pelabuhan strategis perlu diarahkan untuk
meningkatkan level of service guna mempertahankan pangsa pasar yang telah
ada serta penetrasi pasar dengan memanfaatkan pertumbuhan bisnis di
Hinterland. Kebijakan yang ditempuh untuk pencapaian tersebut adalah
dengan melakukan efisiensi dan optimalisasi aset serta investasi yang
selektif. Sehubungan hal tersebut, pihak manajemen perseroan akan
melakukan program-program pengembangan pelabuhan untuk mencapai
sasaran perusahaan, yang meliputi, Pelabuhan Belawan, Unit Terminal Peti
Kemas, Pelabuhan Dumai, Pelabuhan Pekanbaru, Pelabuhan Tanjung Pinang,
Pelabuhan Lhokseumawe, Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Pelabuhan
Sabang dan Pelabuhan Kuala Enok.
2.3. Organisasi dan Manajemen PT Pelindo I Belawan
Organisasi dan manajemen PT Pelindo I Belawan memiliki beberapa bagian yang saling mendukung. Bagian yang termasuk organisasi dan manajemen PT Pelindo I Belawan yaitu struktur organisasi serta pembagian tugas dan tanggung jawab.
Struktur organisasi menggambarkan pengorganisasian sumber daya manusia untuk memanfaatkan sumber organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi. Sebuah struktur organisasi membuat anggotanya mampu mengembangkan keahlian dan menjadikan lebih spesifik dan produktif. Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugasnya, dari mana seorang pegawai mendapatkan perintah dan kepada siapa pegawai tersebut harus bertanggung jawab.
Dipandang dari fungsinya, organisasi adalah pengelompokan dan pengurutan dari berbagai aktivitas, penunjukan orang-orang untuk mengerjakan aktivitas tersebut, penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai penempatan dengan masing masing orang yang ditugaskan. Organisasi juga dapat diartikan sebagai kelompok yang bertanggung jawab bersama-sama mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum dapat disimpulkan bahwa unsure-unsur dasar organisasi adalah dua orang atau lebih, adanya maksud kerjasama, adanya pengaturan hubungan dan adanya tujuan yang hendak dicapai.
manajemen dilakukan. Stuktur organisasi PT Pelabuhan Indonesia I Belawan dapat dilihat pada Gambar 2.1
2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
Sumber: PT Pelabuhan Indonesia I Belawan
No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 01 Februari 2012; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1 Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan di PT Pelabuhan Indonesia I Belawan dapat dilihat pada uraian berikut ini:
1. General Manager
Adapun tugas dan tanggung jawab seorang general manager adalah sebagai berikut:
a. Pemimpin tertinggi di perusahaan yang menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan. b. Menyetujui dan menandatangani surat-surat penting yang berkenaan
dengan perusahaan.
c. Bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional perusahaan serta kontinuitas kegiatan perusahaan.
2. Deputi General Manager
Adapun tugas dan tanggung jawab seorang deputi general manager adalah sebagai berikut:
a. Bersama general manager membantu menyusun sasaran, rencana kerja, dan anggaran yang merupakan bagian rencana kerja dan anggaran perusahaan.
b. Memberikan penugasan, pengendalian dan penilaian kerja pada masing-masing divisi.
c. Membantu general manager dalam melaksanakan kegiatan operasional. d. Memimpin penyelenggaraan pengelolaan (penerbitan atau pelaporan,
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi sistem manajemen adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan penerapan sistem manajemen yang meliputi sistem manajemen mutu, International Ship Port Security (ISPS Code), manajemen risiko, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan Sistem Manajemen Lingkungan (SML).
b. Mengendalikan dan melaporkan KeyPerformanceIndex (KPI) unit.
c. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pengamanan pelabuhan.
4. Divisi Teknik
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi teknik adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan penyiapan fasilitas, rencana induk pelabuhan dan pengelolaan lingkungan.
b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan penyiapan peralatan dan instalasi.
5. Divisi Teknologi Informasi
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi teknologi informasi adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pengoperasian dan pemeliharaan sistem dan teknologi informasi serta CCTV.
6. Divisi Umum
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi umum adalah sebagai berikut: a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan
dan administrasi sumber daya manusia, ketatausahaan dan kerumahtanggaan.
b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan tata usaha, rumah tangga dan keprotokolan.
c. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan hukum dan humas.
7. Divisi Pelayanan Kapal
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan kapal adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan labuh, tambat, pemanduan dan penundaan.
b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan penyiapan armada. 8. Divisi Pelayanan Terminal
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan terminal adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan kapal dan barang dengan pihak internal dan eksternal perusahaan.
9. Divisi Usaha Bongkar Muat (UBM)
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi usaha bongkar muat adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan bongkar muat dan penumpukan.
b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan administrasi dan keuangan usaha bongkar muat.
10. Divisi Komersil
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi komersil adalah sebagai berikut: a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan verifikasi dan penotaan,
pelaksanaan administrasi trafik, produksi dan pendapatan serta penerapan SLG dan penanganan CRM.
b. Merencanakan dan pelaksanaan pengembangan usaha, promosi, penanganan keluahan pelanggan dan kerjasama usaha.
11. Divisi Keuangan
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi keuangan adalah sebagai berikut: a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan anggaran dan akuntansi. b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan perbendaharaan.
c. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kemitraan dan bina lingkungan.
12. Divisi Logistik
a. Merencanakan dan melaksanakan program kerja sistem logistik perusahaan.
b. Melaksanakan program kerja bidang pengadaan barang dan jasa serta gudang persediaan.
c. Melaksanakan program kerja administrasi dan ketatausahaan pengadaan barang dan jasa serta penyimpanan dan pendistribusian barang.
2.4. Peraturan Jam Kerja dan Shift
Peraturan Jam Kerja dan Shift adalah peraturan jam kerja dan shift yang berlaku di PT Pelindo Belawan. Berikut ini adalah diuraikan mengenai peraturan jam kerja dan shift karyawan dan buruh.
2.4.1. Peraturan Jam Kerja dan Shift Karyawan
PT Pelabuhan Indonesia I Pelabuhan Belawan menerapkan 8 jam kerja efektif per hari dengan waktu 5 hari kerja (Sabtu dan Minggu libur). Perincian jam kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jam Kerja Normal
Shift Kerja Jam Kerja (WIB) Jam Istirahat (WIB)
Senin-Kamis 08.00-17.00 12.00-13.00
Jumat 08.00-17.00 11.30-13.30
2.4.2. Peraturan Jam Kerja dan Shift Buruh
PT Pelabuhan Indonesia I Pelabuhan Belawan menerapkan 14 jam kerja per hari. Perincian jam kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Data Jam dan Shift Kerja
Shift Jam Kerja (WIB)
I 09.00 – 12.00
II 13.00 – 18.00
III 19.00 – 02.00
2.5. Tata Letak Fasilitas Perusahaan
Lokasi PT Pelabuhan Indonesia I Belawan terletak di daerah Gabion-Belawan Provinsi Sumatera Utara, lengkapnya yaitu di Desa Gabion, Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, tepatnya sekitar 30 km dari Medan, dan merupakan terminal peti kemas terbesar di Sumatera Utara.
Tata letak dan fasilitas operasional serta penempatan mesin peralatan bongkar-muat dapat menentukan kualitas dan kuantitas dari pelayanan sehingga tujuan dari perencanaan dapat tercapai dan berjalan dengan baik. Fasilitas yang ada disediakan pada tempatnya masing-masing agar dapat bekerja dengan baik. Tata letak fasilitas yang baik dapat membantu dalam proses operasi yaitu dengan penempatan fasilitas yang baik, material handling dan material movement dapat ditekan sekecil mungkin sehingga menurunkan biaya dan memungkinkan perusahaan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
Luas lokasi bongkar-muat pada saat ini adalah 163.632 m2 dan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Areal ini merupakan tempat olah gerak semua peralatan bongkar-muat peti kemas seperti transtainer, top loader, forklift, head truck yang terletak pada areal seluas 94.000 m2 untuk dermaga internasional dan 42.470 m2 untuk dermaga antar pulau.
2. Dermaga
Areal ini merupakan tempat container crane agar dapat bergerak bebas di dermaga yang berukuran panjang 500 m dan lebar 31,25 m untuk dermaga internasional dan panjang 350 m untuk dermaga antar pulau.
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan operasional bongkar-muat peti kemas pada dermaga antar pulau adalah:
1. Ship Crane
2. Mobile Crane
3. Reach Stacker
4. Forklift
5. Luffing Crane
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan operasional bongkar-muat peti kemas pada dermaga internasional adalah:
1. Container Crane atau Gantry Crane
2. Rubbed Tyred Gantycrane
3. Top Loader
4. Head Truck
5. Chasis
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Bongkar Muat
3.1.1. Pengertian Bongkar Muat
Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal adalah kegiatan yang meliputi stevedoring, cargodoring, dan receiving/delivery di pelabuhan.
1. Stevedoring
Kegiatan stevedoring adalah kegiatan membongkar barang dari kapal ke dermaga / truk atau memuat barang dari dermaga/truk sampai tersusun ke dalam palka kapal.
2. Cargodoring
Kegiatan cargodoring adalah pekerjaan mengangkut barang dari dermaga ke gudang/ lapangan dan selanjutnya menyusun di gudang atau lapangan penumpukan atau sebaliknya.
3. Receiving/delivery
Receiving/delivery kegiatan yang mengantarkan barang dari gudang pelabuhan ke tempat penyimpanan barang di pabrik.
3.1.2. Peralatan Bongkar Muat
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan bongkar muat terbagi dua yaitu peralatan utama dan peralatan pendukung.
1. Peralatan utama
Peralatan utama dalam kegiatan bongkar muat adalah peralatan yang beperan penting dalam kegiatan bongkar muat. Peralatan yang termasuk peralatan utama yaitu:
a. Mobile crane
Mobile crane adalah salah satu alat berat yang digunakan untuk membongkar barang. Mobile crane dapat berpindah/ bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Alat gerak mobile crane adalah roda berputar. Dalam melakukan bongkar muat, mobile crane menggunakan lengan jenis teleskopik dapat dipanjang atau dipendekkan dengan mudah sesuai dengan kebutuhan sehingga lebih efektif. Crane ini menggunakan bahan bakar solar untuk sebagai penggerak mesinnya. Kapasitas angkut mobile crane beragam mulai dari 5 ton hingga sampai 50 ton.
b. Luffing crane
Luffing crane adalah salah satu alat berat yang digunakan untuk membongkar barang. Tidak seperti mobile crane, crane ini tidak dapat berpindah/ bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Untuk memindahkan
crane ini menggunakan alat berat lainnya. Luffing crane menggunakan listrik sebagai sumber dayanya. Crane ini bisa diatur ketinggian lengannya sehingga memudahkan untuk kegiatan bongkar muat. Kapasitas crane ini juga beragam mulai dari 10 ton hingga 50 ton.
Gambar 3.2. Luffing crane 2. Peralatan pendukung
Peralatan pendukung yaitu peralatan yang mendukung kegiatan bongkar muat. Peralatan pendukung diantaranya yaitu:
a. Hopper
Gambar 3.3. Hopper
b. Greifer
Greifer sebagai alat angkut curah dengan kapasitas 5-10 ton. Alat ini digunakan untuk mengangkut curah jagung, bungkil sawit, batu bara.
c. Jala Jala Kapal
Jala Jala Kapal digunakan untuk alat bantu mengangkut curah dalam bentuk bag (karung). Jala jala kapal kemudian disangkutkan pada hook crane.
Gambar 3.5. Jala jala kapal d. Sekop
Sekop digunakan untuk mengumpulkan sisa curah yang berkapasitas kecil. Sisa curah tersebut kemudian dikumpulkan untuk diangkut dengan kereta sorong. Biasanya digunakan untuk curah yang tidak dalam karung. Seperti batu bara.
e. Generator
Generator adalah mesin yang digunakan untuk memproduksi listrik, biasanya mesin ini menggunakan bahan bakar minyak. Generator ini digunakan sebagai suplai listrik untuk mesin yang menggunakan listrik sebagai sumber dayanya.
Gambar 3.7. Generator
f. Hook
Hook crane adalah alat pengait yang tardapat pada pesawat angkat
(crane). Biasanya jala jala kapal dikaitkan pada hook crane.
3.1.3. Pengujian Keseragaman Data1
Selama melakukan pengukuran, operator mungkin mendapatkan data yang tidak seragam. Untuk itu digunakan alat yang dapat mendeteksinya yaitu peta kendali. Batas kendali dibentuk dari data yang merupakan batas yang menentukan seragam tidaknya data. Data dikatakan seragam jika berada dalam batas control dan data dikatakan tidak seragam jika berada diluar batas control. Rumus untuk menghitung keseragaman data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% adalah :
Dimana:
: waktu rata-rata : simpangan baku BKA : Batas Kontrol Atas BKB : Batas Kontrol Bawah
1
3.1.4. Pengujian Kecukupan Data2
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari penelitian lapangan telah mencukupi untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Rumus untuk mengetahui berapa jumlah pengamatan/ pengukuran yang sebaiknya digunakan adalah :
dimana :
X = waktu pengamatan dari setiap elemen kerja untuk masing-masing siklus yang diukur
z = angka deviasi standard untuk t yang besarnya tergantung pada tingkat keyakinan yang diambil, dimana :
1. 90% confidence level : z = 1,65 2. 95% confidence level : z = 2,00 3. 99,7% confidence level : z = 3,00
s = derajat dari data t yang dikehendaki, yang menunjukkan maksimum prosentasi penyimpangan yang bisa diterima dan nilai t yang sebenarnya. Nilai k/s dikenal sebagai Confidence-Precision Ratio dari time study yang dilaksanakan.
N = jumlah pengamatan/pengukuran awal yang telah dilakukan untuk elemen kegiatan tertentu yang dipilih.
2
N’ = jumlah siklus pengamatan/pengukuran yang seharusnya dilaksanakan agar dapat diperoleh presentase kesalahan (error) minimum dalam mengestimasi t yaitu sebesar S.
Apabila N’ > N maka diperlukan pengukuran tambahan hingga memenuhi jumlah yang diperlukan. Apabila N’ < N maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi.
3.2. Peramalan3
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.
Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi pasar bersifat komplek dan dinamis.
Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat komplek dan dinamis, karena permintaan tersebut akan tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk substitusi. Oleh karena itu, peramalan yang akurat merupakaan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.
3
3.2.1. Karakteristik Peramalan yang Baik
Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain adalah :
1. Akurasi
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias apabila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal yang akan terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan yang ideal (meminimisasi penumpukan persediaan dan memaksimisasi tingkat pelayanan).
2. Biaya
disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode yang canggih dan mahal, sedangkan item-item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari Hukum Pareto.
3. Kemudahan
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia, maupun peralatan teknologi.
3.2.2. Prinsip Prinsip Peramalan4
Ada lima prinsip peramalan yang sangat perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil peramalan yang baik, yaitu :
1. Peramalan selalu mengandung error. Peramalan mengurangi faktor ketidakpastian tetapi tidak pernah mampu untuk menghilangkannya
2. Peramalan harus mencakup ukuran dari error. Besarnya error dapat dijelaskan dalam bentuk kisaran sekitar hasil peramalan baik dalam unit atau persentase dan probabilitas tentang permintaan sesungguhnya akan berada dalam kisaran tersebut.
4
3. Peramalan item yang dikelompokkan dalam famili selalu lebih akurat dibandingkan dengan peramalan dalam item per item.
4. Peramalan untuk jangka pendek selalu lebih akurat dibandingkan dengan peramalan untuk jangka panjang
5. Apabila dimungkinkan, perkiraan besarnya permintaan lebih disukai berdasarkan perhitungan daripada hasil peramalan
3.2.3. Metode Peramalan5
Metode peramalan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu metode kualitatif dan metode kunatitatif. Kedua kelompok tersebut memberikan hasil peramalan yang kuantitatif. Perbedaannya terletak pada cara peramalan yang dilakukan. Metode Kualitatif pada umumnya digunakan apabila data kuantitatif tentang permintaan tidak tersedia atau akurasinya tidak memadai. Misalnya peramalan tentang permintaan produk baru yang akan dikembangkan, jelas data masa lalu tidak tersedia, kalau kondisi lingkungan masa yang akan datang sama sekali sudah berbeda dengan kondisi masa lalu maka keberadaan data masa lalu itu tidak akan menolong peramalan pada pemintaan masa yang akan datang. Peramalan berdasarkan metode kuantitatif (intrinsic forecasting) mempunyai asumsi bahwa data permintaan masa lalu dari produk atau item yang diramalkan mempunyai pola yang diperkirakan masih berlanjut ke masa yang akan datang. Pola permintaan tersebut mungkin kurang jelas terlihat karena faktor random yang menghasilkan fluktuasi.
5
3.2.4. Metode Peramalan Kuantitatif6
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut: 1. Tersedia informasi tentang masa lalu
2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data numerik. 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut
di masa mendatang.
Kondisi yang terakhir ini dikenal dengan asumsi berkesinambungan (assumption of continuity), asumsi ini merupakan premis yang mendasari semua metode peramalan kuantitatif dan banyak metode peramalan teknologis. Prosedur umum yang digunakan dalam peramalan secara kuantitatif dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.9. Langkah-langkah Peramalan Secara Kuantitatif
6
3.2.5. Metode Time Series7
Metode time series adalah metode yang digunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Langkah penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Pola Horizontal terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata yang konstan (deret seperti itu adalah stasioner terhadap nilai rata-ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat dan menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini.
2. Pola Musiman terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Penjualan dari produk seperti minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruang menunjukkan jenis pola ini.
3. Pola siklis terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja menunjukkan jenis pola ini.
4. Pola trend terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GDP), dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi mengikuti suatu pola
trend selama perubahannya sepanjang waktu.
7
Ada beberapa trend yang digunakan di dalam penyelesaian masalah ini, yaitu: a. Trend linier
Bentuk persamaan umum: Yt = a + bt
b. Trend Eksponensial Bentuk persamaan umum: Yt = aebt
c. Trend Logaritma
d. Trend Geometrik
Bentuk persamaan umum: Yt = atb
e. Trend Hyperbola
Bentuk persamaan umum:
Metode proyeksi kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat di proyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa:
Dimana : Yt = nilai tambah N = jumlah periode 2. Linier, dengan fungsi peramalan
Yt = a + bt
3. Kuadratis, dengan fungsi peramalan Yt = a + bt + ct2
Yt = aebt
5. Siklis, dengan fungsi peramalan
3.2.6. Kriteria Performance Peramalan8
Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara, yaitu:
1. Mean Square Error (MSE)
8
Dimana :
Xt = data aktual periode t
Ft = nilai ramalan periode t N = banyaknya periode
2. Standard Error of Estimate (SEE)
f = derajat kebebasan
f = 1 (data konstan)
f = 2 (data linear atau eksponensial)
f = 3 (data kuadratis atau siklis)
3. Persentage Error (PEt)
4. Mean Absolute Persentage Error (MAPE)
guna mendapatkan metode peramalan yang lebih baik untuk digunakan. Pengujian dilakukan dengan tes distribusi F. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Tentukan pernyataan awal (Ho) dan pernyataan alternatif (Ha) Ho : Metode X lebih baik daripada metode Y
Ha : Metode Y lebih baik daripada metode X 2. Lakukan tes statistik
Di mana:
S1 = besarnya kesalahan metode peramalan X S2 = besarnya kesalahan metode peramalan Y
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dari langkah 2 dengan hasil yang diperoleh dari tabel distribusi F dengan tingkat ketelitian yang telah ditetapkan
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan jika sebaliknya maka Ho ditolak. Setelah didapatkan metode peramalan mana yang lebih baik maka dilakukan verifikasi terhadap metode peramalan yang terbaik tersebut.
3.2.7. Peta Moving Chart9
Dalam peramalan, peta moving range digunakan untuk melakukan verifikasi yaitu untuk melihat apakah metode peramalan yang diperoleh representatif terhadap data. Jika semua titik berada di dalam batas kendali peta
moving range, diasumsikan peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup
9
baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas kendali, maka peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi. Dalam pembuatan peta moving range
diperlukan rata-rata moving range yang rumusnya adalah :
Proses verifikasi dengan menggunakan peta moving range dapat digambarkan pada Gambar
Gambar 3.10. Peta Moving Range
Kondisi out of control dapat diperiksa dengan menggunakan empat aturan berikut:
1. Aturan Satu Titik
2. Aturan Tiga Titik
Bila ada tiga buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang mana dua diantaranya jatuh pada daerah A.
3. Aturan Lima Titik
Bila ada lima buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang mana empat diantaranya jatuh pada daerah B.
4. Aturan Delapan Titik
Bila ada delapan buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, pada daerah C.
3.3. Pengelompokan biaya
Biaya yang digunakan selama pemakaian peralatan dapat dikelompokkan atas beberapa bagian yaitu:
1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya pengadaan mesin yaitu harga pembelian mesin. Dan biaya pemasangan sampai mesin tersebut beroperas, dengan menggunakan dana pengembalian modal (capital recovery). Capital Recovery Cost10
10
Pujawan, I Nyoman.Ekonomi Teknik.2009.Surabaya:Guna Widya.hal 92
MARR selama umur dari investasi tersebut. Rumus CR dapat dinyatakan sebagai
2. Biaya perawatan atau perbaikan.
Perawatan disuatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Perawatan suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang, memperbaikinya sampai pada suatu kondisi yang dapat diterima
Dibentuknya bagian perawatan dalam suatu perusahaan industri dengan tujuan:
a. Agar mesin mesin, bangunan, dan peralatan lainnya selalu dalam keadaan siap pakai secara optimal
Tujuan utama perawatan yaitu:
a. Untuk memperpanjang umur penggunaan aset
b. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan dapat diperoleh laba yang maksimum.
c. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu.
d. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan tersebut. Biaya perawatan cenderung meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya umur mesin/peralatan. Biaya ini meliputi penggantian spare-part yang rusak, pemakaian minyak pelumas, biaya tenaga kerja yang merawat mesin/
peralatan.
3. Depresiasi11
Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau aset karena waktu dan pemakaian. Depresiasi juga bisa diartikan nilai modal suatu investasi yang terjadi akibat bertambahnya umur benda tersebut, kecuali tanah tempat bangunan. Depresiasi umumnya digunakan untuk keperluan pajak, dimana depresiasi merupakan sejumlah penerimaan yang tidak dikenakan pajak.
Untuk menentukan besar biaya deperesiasi ada beberapa metode yang antara lain adalah:
a. Metode garis lurus (straight line)
Pada metode ini deperesiasi dihitung berbanding langsung dengan umur peralatan. Besar depresiasi dihitung dengan cara:
11
Dimana:
D = Depresiasi tahunan P = Harga awal mesin L = Harga akhir mesin n = Umur pakai mesin
b. Metode Persentase Tetap (declining balance method)
Dalam metode persentase tetap, diasumsikan bahwa depresiasi biaya tahunan merupakan persentase tetap dari book value (BV) pada permulaan tahun.
Rasio depresiasi dalam setiap satu tahun terhadap BV pada permulaan tahun adalah tetap pada seluruh umur aset, ditandai dengan R (0 < R < 1).
Dalam metode ini R yang digunakan adalah:
Dimana :
R = Rasio depresiasi N = Umur depresiasi aset
Untuk perhitungan depresiasi dan nilai BV digunakan rumus. dk = B[1 – (1 – R)k]
BVk = B(1-R)k Dimana :
B = Harga beli dari aset. R = Rasio Depresiasi k = Tahun
dk = Kumulatif depresiasi sepanjang tahun k c. Metode Jumlah Digit (sum of years digit)
Pada metode ini depresiasi dibebankan lebih besar pada tahun-tahun pertama dan berangsur turun pada tahun ke-n dengan persamaan:
Dimana:
DN = Depresiasi tahun ke-n P = Harga awal mesin L = Harga akhir mesin
N = Akhir tahun perhitungan depresiasi n = Umur pakai mesin
d. Metode Sinking Fund (the sinking fund method)
Pada metode ini dana yang didepresiasikan pada tahun pertama lebih kecil pada tahun berikutnya. Perhitungan dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:
D = (P-L)(A/F, i%, n)
Dimana :
(A/F,i%,n) = Sinking Fund Factor I = Umur pakai mesin
4. Biaya Down Time
Down time adalah sejumlah waktu dimana suatu mesin tidak dapat dipergunakan, karena mesin tersebut dalam perawatan maupun perbaikan. Down time mempunyai kecendrungan naik dari tahun ke tahun, karena menurunnya kondisi mesin sebagai akibat dari pertambahan masa pakai. Biaya down time
adalah biaya kerugian kerena suatu mesin tidak dapat dipergunakan
3.4. Teori Keputusan12
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan atau persoalan. Salah satu komponen terpenting dari proses pembuatan keputusan ialah kegiatan pengumpulan informasi darimana suatu apreisasi mengenai situasi keputusan dapat dibuat.
Keputusan (decision) merupakan pilihan yang dibuat dari beberapa alternative yang tersedia. Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi masalah dan kesempatan kemudian memecahkannya. Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian vital dari maanjemen yang baik, karena keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana suatu cara organisasi menyelesaikan masalah, mengalokasikan sumber daya dan meraih sasaran.
Dengan demikian setiap manajer harus menajamkan ketrampilan dalam membuat keputusan. Pertumbuhan, kemakmuran atau atau kegagalan suatu
12
perusahaan merupakan hasil dari keputusan yang dibuat oleh para manajer. Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah. Keputusan harus dilakukan ditengah berbagai faktor yang terus berubah, ketidakpastian informasi dan dan aneka pandangan yang bertentangan.
1. Keputusan dalam keadaan ada kepastian13
Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka keputusan dikatakan dalam keadaan atau situasi ada kepastian. Dengan perkataan lain dalam keadaan ada kepastian kita dapat meramalkan secara tepat atau eksak hasil dari setiap tindakan (action).
2. Keputusan dalam keadaan ada resiko
Resiko terjadi kalau hasil pengambilan keputusan walaupun tidak diketahui dengan pasti akan tetapi diketahui nilai kemungkinan (probabilitasnya). 3. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian
Ketidakpastian akan kita hadapi sebagai pengambil keputusan kalau hasil kuputusan sama sekali tidak tahu karena hal yang akan diputuskan belum pernah terjadi sebelumnya.
4. Keputusan dalam keadaan konflik
Situasi konflik terjadi kalau kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih saling bertentangan (ada konflik) dalam situasi konpetitif. Pengambil keputusan bisa juga berarti pemain (player) dalam suatu permainan (game).
3.4.1. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian14
13
Pengambilan keputusan di dalam lingkungan atau situasi dimana probabilitas kejadian tak diketahui, disebut pengambilan keputusan dalam keadaan tak ada kepastian (uncertainty). Dalam suasana ketidakpastian tersebut, pihak pengambilan keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas suatu kondisi.
Pada pengambilan keputusan dengan kondisi tidak pasti terdapat hal-hal dimana, si-pengambil keputusan tidak dapat menentukan probabilitas; tidak dapat membuat prediksi berapa besar probabilitas hasil; tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan, belum pernah mengalami hal tersebut sebelumnya. Cara mereduksi ketidakpastian, riset atau penelitian; penggunaan probabilitas subyektif.
3.4.2. Kriteria Pengambilan Keputusan
Kriteria pengambilan keputusan adalah kriteria pengambilan keputusan dalam keadaan ketidakpastian yaitu diantaranya:
3.4.2.1. Kriteria Hurwicz
Kriteria Hurwicz diusulkan oleh Leonid Hurwicz, merupakan kriteria hasil kompromi antara kriteria maximin dan maximax. Hurwicz mengusulkan suatu
koefisien optimisme dengan simbol α sebagai ukuran tingkat optimisme
pengambil keputusan dimana nilainya 0 ≤ α ≤ 1 seperti nilai probabilitas.
14
Kalau α = 0 berarti pengambil keputusan secara total pesimis. Kalau α = 1 berarti pengambil keputusan secara total optimis.
Pemilihan alternatif dengan Kriteria Hurwicz dapat dihitung dengan rumus :Jika nilai payoff menandakan keuntungan atau pendapatan maka :
H = α x maximum payoff + (1-α) minimum payoff
Jika nilai payoff menandakan kerugian atau biaya yang dikeluarkan maka :
H = α x minimum payoff + (1-α) maximum payoff
Dimana :
H = Nilai Hurwicz
α = coefficient of realism; dimana nilainya 0 ≤ α ≤ 1
Untuk Alternatif yang dipilih jika payoff menandakan keuntungan atau pendapatan maka yang dipilih adalah nilai Hurwicz terbesar sedangkan bila nilai payoff menandakan kerugian atau biaya yang dikeluarkan maka alternatif yang dipilih adalah nilai Hurwicz terkecil.
3.4.2.2.Kriteria Maximax
Pemilihan alternatif dengan Kriteria Maximax adalah suatu metode pengambilang keputusan dari beberapa alternatif, dimana metode ini mengambil alternatif terbaik dengan melihat nilai (payoff) terbesar yang akan menjadi pilihan. Tetapi untuk nilai (payoff) yang menunjukkan nilai biaya ataupun kerugian, alternatif terbaik dipilih nilai yang terkecil
Kriteria Maximax mengatakan bahwa keputusan yang mempunyai payoff paling tinggi tanpa memperdulikan keadaan dasar. Kriteria maximax adalah kriteria yang kurang valid sebab hanya mempertimbangkan hasil yang paling optimistik dan mengabaikan semua keadaan yang mungkin, payoffs dan probabilitas lainnya.
3.4.2.3.Kriteria Wald Minimax (Maximin)
Kriteria maksimin didasarkan pandangan yang sanagat pesimis (berperilaku penghindar resiko) untuk suatu hasil yang akan dicapai di waktu yang akan datang.
Kriteria Wald Minimax (Maximin) adalah suatu metode pemilihan alternatif dengan cara memilih nilai minimum diantara payoff-payoff terbesar. Ketentuan ini berlaku untuk payoff yang bersifat biaya atau kerugian. Rumus matematis untuk metode ini yaitu :
a min=argaimin{max{v(ai,θj)}}
Untuk nilai payoff yang bersifat kentungan atau pendapatan pilhan terbaik dipilih dengan memilih nilai maksimun diantara payoff-payoff terkecil. Rumus matematis untuk metode ini yaitu :
a min=argaimax{min{v(ai,θj)}}
v(ai,θj) = payoff
3.4.2.4.Kriteria Laplace
Di dalam kebanyaan persoalan keputusan dalam keadaan tak pasti, bahkan probabilitas parsialpun tidak diketahui, maka salah satu pendekatan yang bisa dipergunakan memberi nilai yang sama bagi setiap kejadian yaitu sebesar 1/k kalau ada k kejadian. Memberikan bobot yang sama untuk setiap kondisi dasar, jadi diasumsikan bahwa setiap kondisi dasar memiliki kemungkinan yang sama untuk terjadi.
3.4.3. Payoff
Payoff merupakan nilai yg menunjukkan hasil yang diperoleh dari kombinasi suatu alternatif tindakan dengan kejadian tidak pasti tertentu. Payoff
1. Payoff Profit
Payoff Profit yaitu suatu nilai payoff yang menunjukkan nilai keuntungan atau kelebihan dari strategi atau keputusan yang diambil.
2. Payoff Risk
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yang beralamat di Jalan Kapten R. Sulian No. 1 Belawan yaitu pada Usaha Bongkar Muat Pelindo. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 01 Mei 2012
4.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian action research yang bertujuan agar peneliti mengetahui dan mendapatkan informasi yang jelas/praktis yang terdapat pada UBM Pelindo saat melakukan penelitian dan hasilnya digunakan untuk keperluan pengambilan keputusan operasional
4.3. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian yang diamati adalah aktivitas kegiatan bongkar pada Unit Bongkar Muat PT Pelindo yang dilakukan dengan mobile crane. Aktivitas bongkar tersebut yaitu membongkar curah bag dari kapal ke truk.
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Variabel Independen
Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah : 1. Permintaan Bongkar
Permintaan Bongkar bertujuan untuk mengetahui jumlah permintaan bongkar selama periode tertentu.
2. Kapasitas Bongkar
Kapasitas Bongkar bertujuan untuk mengetahui kapasitas bongkar yang mampu dikerjakan oleh perusahaan.
3. Forecasting Permintaan Bongkar
Forecasting Permintaan Bongkar adalah variabel yang menunjukkan hasil ramalan permintaan bongkar untuk periode tertentu.
4. Faktor Biaya
Faktor Biaya adalah variabel yang menunjukkan faktor dari segi biaya yang mempengaruhi pemilihan tipe crane
5. Faktor Fisik
Faktor Fisik adalah variabel yang menunjukkan faktor dari segi fisik yang mempengaruhi tipe crane.
4.4.2. Variabel Dependen
1. Ketidakseimbangan Kegiatan Bongkar
Ketidakseimbangan Kegiatan Bongkar adalah variabel yang menunjukkan terjadinya perbedaan antara nilai permintaan bongkar dengan kapasitas bongkar sehingga terjadi ketidakseimbangan.
2. Penambahan Crane
Penambahan crane bertujuan untuk mengetahui berapa penambahan crane yang diusulkan.
3. Usulan Pemilihan Tipe Crane
Variabel ini bertujuan untuk menentukan tipe crane yang terbaik dari alternatif crane
4.5. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model konseptual yang menunjukkan hubungan logis antara faktor-faktor yang telah diidentifikasi yang penting dengan masalah penelitian.
Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Permintaan Bongkar
Kapasitas Bongkar
Ketidakseimbangan
Kegiatan Bongkar Penambahan Crane
Usulan Pemilihan
4.6. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan diantaranya:
1. Lembar catatan yang berisi daftar pertanyaan yang terkait dengan perusahaan dan masalah yang akan dipecahkan.
2. Pedoman lembar kerja yang digunakan untuk mengisi data-data yang diperlukan.
4.7. Sumber Data
Adapun beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung terhadap objek penelitian,melakukan wawancara terhadap pihak perusahaan seperti informasi mengenai kegiatan bongkar curah.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pimpinan atau karyawan untuk mendapatkan informasi dan data yang berhubungan dengan penelitian seperti sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, struktur organisasi, data laporan arus barang, biaya operasional, kapasitas angkut crane.
4.8. Pelaksanaan Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan melihat kondisi aktual yang terjadi dilapangan, kemudian dilakukan identifikasi permasalahan yang terjadi di perusahaan sehingga nantinya dapat digunakan sebagai penelitian tugas akhir. Dalam pengamatan pendahuluan ini peneliti melihat kegiatan bongkar curah bag tidak selesai dengan perencanaan sebelumnya, hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan permintaan bongkar terhadap kapasitas bongkar dari perusahaan.
2. Tahapan Penelitian
Pada tahapan ini peneliti melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir, diantaranya:
a. Perhitungan Kapasitas Bongkar
Perhitungan kapasitas bongkar bertujuan untuk menentukan kapasitas bongkar perusahaan, dilakukan dengan wawancara dengan perusahaan. b. Pengambilan data perusahaan
Pengambilan data perusahaan dimana penelitian dilakukan seperti laporan arus barang, sejarah perusahaan, struktur organisasi, crane yang digunakan, aktivitas bongkar muat, jam kerja perusahaan, hari kerja perusahaan.
4.9. Pengumpulan data
1. Observasi (pengamatan)
Pengumpulan data dengan teknik ini yaitu dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lapangan terutama pada bagian Unit Bongkar Muat Pelindo, yaitu proses kegiatan bongkar muat curah bag.
2. Wawancara
Pengumpulan data dengan metode wawancara yaitu tanya jawab atau diskusi dengan perusahaan untuk mendapatkan data atau informasi yang mendukung pengerjaan tugas akhir.
3. Teknik kepustakaan
Pengumpulan data dengan teknik kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan aktivitas bongkar muat
4.10. Blok Diagram Prosedur Penelitian