72
BAB 6
EPILOG
Pada bagian terdahulu telah dijabarkan tentang konstruksi daripada Negara Kesultanan Serdang dari awal beridirnya hingga keruntuhan Negara Kesultanan Serdang ini. Dari konstruksi ini kiranya dapat diketahui bagaimana proses pembentukan Negara Kesultanan Serdang ini diikuti Sumber Hukum Materiil Daulat-Durhaka, Sumber Hukum Formal serta Asas Pembagian dan Kerjasama Kekuasaan, Bentuk dan Sistem Negara yang diterapkan, Ciri-Ciri Negara Negara KeSultanan Serdang, Sifat-Sifat Negara, Unsur-Unsur Negara, Wilayah, Tujuan dan Fungsi Negara, Kependudukan, Falsafah Negara Serdang : Adil di Sembah – Zalim di Sanggah dan Dasar Negara Kesultanan Serdang; Bentuk dan Sistem Pemerintahan; dan yang terahir penjabaran pada bagian ini tertuju diseputar : Kelahiran dan Evolusi Pemerintahan, yang mendeskripsikan Bentuk Pemerintahan, Susunan Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan.
Dari gambaran ini didapatlah bahwa Negara Kesultanan Serdang bukanlah merupakan Negara Kesatuan atupun Negara Serikat. Di Negara Kesultanan Serdang; Sultan tidaklah digambarkan sebagai seorang penguasa yang tanpa batas. Begitu juga Organ Negara Kesultanan Serdang. Pelajaran yang dapat diambil hikmahnya dari konstruksi Negara Kesultanan Serdang ini adalah terjadinya penerapan Demokratisai Islami yang memancarkan penagturan masyarakat yang dikatakan modren untuk seukuran di abad milenium ini.
Konsep Monarchieissme yang diterapkan merupakan Oligarki yang demokratis. Kekuasaan bukan dipisah-pisah dan bukan pula dibagi-bagi; tetapi kekuasaan menurut penerapan ini adalah terjadinya kerjasama (Gotong – Royong ). Terlihat sepintas adanya strutur kerja Organ-Organ daripada Negara tetapi ini semata bukan praktek pemisahan kekuasaan ataupun kekuasaan itu dibagi-bagi; praktek yang diterapkan oleh Negara Kesultanan Serdang justru kekuasaan itu dikerjakan secara bersama, seolah-olah terlihat Lembaga yang satu dengan yang lainnya tumpang tindih.
Isu konflik kepentingnya bahwa bangsa yang satu menjadi bangsa yang tidak akan pernah dikalahkan menyebabkan terjadinya dampak buruk di Negara Kesultanan Serdang. Tradisi dunia yang berlaku saat itu adalah Kolonialisme plus Imprialisme sangat dipenagruhi kebutuhan akan pemenuhan Merkantilismenya. Gambaran yang terjadi – dipraktekannya sekenario mengaagung-agungkan kekuasaan dengan hiasan bertaburkan simbol-simbol kejayaan berupa kesamaan gaya hidup daripada bangsa pendatang dengan bermodalkan eksploitasi sumber daya alam maupun manusianya.