• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI POLITIK ALA PASAL 33 UUD NRI 194

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKONOMI POLITIK ALA PASAL 33 UUD NRI 194"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EKONOMI POLITIK ALA PASAL 33 UUD NRI 1945

Ekonomi dan Politik merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda yang dikolaborasikan menjadi Ekonomi Politik. Dalam kajiannya, terdapat sejumlah teori yang membahas mengenai ekonomi politik, baik dari kebijakan politik terhadap ekonomi maupun sebaliknya. Menurut P. Todaro, ekonomi politik membahas hubungan politik dan ekonomi dengan tekanan pada peran kekuasaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Balaam, ekonomi politik disiplin intelektual yang mengkaji hubungan antara ekonomi dan politik. Defenisi ekonomi politik lainnya bernada sebagai suatu displin ilmu yang melakukan kajian tehadap hasil dari interaksi pelaku pasar dan politik (kebijakan). Ekonomi politik mempunyai setidaknya ada 4 perspektif dengan kiblat yang berbeda-beda. Perspektif-perspektif itu adalah, ekonomi politik klasik dan ekonomi politik neoklasik yang liberal, new ekonomi politik yang sosialime, dan kekuasaan-kekuasaan lokal yang patrimonial.

Sistem perekonomian setiap negara mempunyai kiblat regulasi perekonomian nasional yang berbeda-beda. Indonesia dalam pembangunan ekonomi nasionalnya menganut ekonomi pancasila yang pada hakikatnya berdasarkan atas sosialisme. Ekonomi pancasila dijelaskan dalam Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan bedasar atas demokrasi dengan prinsip kebersamaan, efiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

5. Ketentuan lebih lanjut menganai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

(2)

dari aturan yang tertuang dalam UUD. Kesalahan-kesalahan yang terambil itu, secara harfiah dalam meneropongnya kita diharuskan menelusuri latar belakang si pengambil keputusan baik dari pengaruh internal maupun eksternal. Permasalahan-permasalahan ini tentunya sudah tertuang solusinnya di dalam undang-undang. Pemahaman secara mendalam terhadap isi undang-undang itu mutlak perlunya. Isi undang-undang itu pada dasarnya terdapat dalam konsep dari ekonomi pancasila, dengan pemahaman itu kita dapat menganlisa masalah-masalah ekonomi nasional.

Konsep Ekonomi Pancasila

Pembahasan seputar ekonomi pancasila, sejatinya bukan sesuatu yang baru. Sudah banyak pengkajian dikakukan oleh berbagai kalangan dan teori-teori maupun konsep yang mereka tawarkan telah banyak pula dimuat dalam buku, jurnal, media cetak, elektronik maupun online. Teorits maupun konseptor-konseptor itu bahkan telah bermunculan sejak lama, sebut saja Mohammad Hatta. Selain itu, tokoh-tokoh ekonomi lainnya seperti Emil Salim, Mubyarto, Adi Sasono, Sumitro Djojohadikusumo, Widjojo Nitisastro, Moh. Sadli, Ali ardhana, Budiono, dan berbagai tokoh lainnya dianggap sebagai orang-orang yang begitu intens mengkaji serta merumuskan model dan sistem yang paling layak untuk diterapkan di Indonesia.

Pemikiran ekonomi Mohammad Hatta pernah ia tuangkan dalam sebuah buku tulisannya yang berjudul Krisis Ekonomi dan Kapitalisme. Dalam buku ia menggambarkan krisis terhadap kaum buruh, tani, pedagang kecil, dan perekonomian rakyat secara umum. Hal yang menarik yang dapat kita petik pada saat sekarang dari pemikiran Mohammad Hatta adalah pemikirannya bahwa usaha-usaha yang harus diselenggarakan oleh negara (BUMN), terutama terkait dengan public utilities, menguasai hajat hidup orang abnyak, atau cabang-cabang ekonomi strategis. Adapun usaha kecil dikuasai oleh koperasi, di mana koperasi diselenggarakan oleh rakyat kecil yang bermodal kecil. Pemiirannya ini bukan berarti bahwa Mohammad Hatta anti terhadap usaha swasta. Menurut Hatta lagi, di antara sektor-sektor atau cabang ekonomi yang dikerjakan oleh negara dengan koperasi itu masih terhadap wilayah ekonomi yang luas yang bisa digarap swasta. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa Hatta adalah tokoh ekonom yang begitu peduli kepada ekonomi rakyat. Bagi Hatta, pemerintah mutlak harus berperan dalam siasat dan perencenaan ekonomi.

(3)

ekonomi pancasila Mohammad Hatta. Mubyarto juga dikenal sebagai salah satu tokoh konsep ekonomi pancasila, di mana ia telah melahirkan berbagai ide tentang usaha-usaha dalam membentuk sistem ekonomi nasional yang berdasarkan atas pancasila. Melalui bukunya “Ekonomi Pancasila Gagasan dan Kmungkinan” ia menuangkan keinginannya dalam mengajak banyak pihak untuk berfikir tentang ekonomi pancasila. Pendapat dari beberapa pemikir di atas serta pemikir-pemikir lainnya paa akhirnya bisa kita simpulkan bahwa kesemuanya senada dan saling berkelanjutan serta mempunyai tujuan yang sama. Salah satu tujuan dari ekonomi pancasila adalah berusaha memposisikan kaum petani sebagai kelompok yang tidak termarginalkan, namun memilii ekonomi yang sejahtera.

Pengertian Ekonomi Rakyat dan Ekonomi Kerakyatan

Mubyarto, menjelaskan bahwa Ekonomi Rakyat adalah kancah kegiatan ekonomi orang kecil (wong cilik), yang karena merupakan kegiatan keluarga, tidak merupakan usaha formal berbadan hukum, tidak secara resmi diakui sebagai sektor ekonomi yang berperanan penting dalam perekonomian nasional. Dalam literatur ekonomi pembangunan ia disebut sektor informal, “underground economy“, atau “ekstralegal sector“.

Ekonomi kerakyatan menunjuk pada sila ke-4 Pancasila, yang menekankan pada sifat demokratis sistem ekonomi Indonesia. Dalam demokrasi ekonomi Indonesia, produksi tidak hanya dikerjakan oleh sebagian warga tetapi oleh semua warga masyarakat, dan hasilnya dibagikan kepada semua anggota masyarakat secara adil dan merata (penjelasan pasal 33 UUD 1945). Ekonomi rakyat memegang kunci kemajuan ekonomi nasional di masa depan, dan sistem ekonomi Pancasila merupakan aturan main bagi semua perilaku ekonomi di semua bidang kegiatan ekonomi.

Menurut San Afri Awang, Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, pengertian ekonomi kerakyatan adalah tata laksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil. Menurut San Afri Awang, sistem ekonomi kerakyatan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(4)

menyelenggarakan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, negara dapat terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi tersebut. Tujuannya adalah untuk menjamin agar kemakmuran masyarakat senantiasa lebih diutamakan daripada kemakmuran orang seorang, dan agar tampuk produksi tidak jatuh ke tangan orang seorang, sehingga memungkinkan ditindasnya rakyat banyak oleh segelintir orang yang berkuasa.

2. Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan. Tidak benar jika dikatakan bahwa sistem ekonomi kerakyatan cenderung mengabaikan efisiensi dan bersifat antipasar. Efisiensi dalam sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya dipahami dalam perspektif jangka pendek dan berdimensi keuangan, melainkan dipahami secara komprehensif dalam arti memperhatikan baik aspek kualitatif dan kuantitatif, keuangan dan non-keuangan, maupun aspek kelestarian lingkungan. Politik ekonomi kerakyatan memang tidak didasarkan atas pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas, melainkan atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan.

3. Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar, dan kerja sama (cooperatif). Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi kerakyatan, kecuali untuk cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, tetap didasarkan atas mekanisme pasar. Tetapi mekanisme pasar bukan satu-satunya. Selain melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk diselenggarakan melalui mekanisme usaha bersama (koperasi). Mekanisme pasar dan koperasi dapat diibaratkan seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang sama dalam mekanisme alokasi sistem ekonomi kerakyatan.

4. Pemerataan penguasaan faktor produksi. Dalam rangka itu, sejalan dengan amanat penjelasan pasal 33 UUD 1945, penyelenggaraan pasar dan koperasi dalam sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus menerus melakukan penataan kelembagaan, yaitu dengan cara memeratakan penguasaan modal atau faktor-faktor produksi kepada segenap lapisan anggota masyarakat. Proses sistematis untuk mendemokratisasikan penguasaan faktor-faktor produksi atau peningkatan kedaulatan ekonomi rakyat inilah yang menjadi substansi sistem ekonomi kerakyatan.

(5)

dengan sistem ekonomi kerakyatan. Sebagaimana diketahui, perbedaan koperasi dari perusahaan perseroan terletak pada diterapkannya prinsip keterbukaan bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha yang dijalankan oleh koperasi untuk turut menjadi anggota koperasi.

6. Pola hubungan produksi kemitraan, bukan buruh-majikan. Pada koperasi memang terdapat perbedaan mendasar yang membedakannya secara diametral dari bentuk-bentuk perusahaan yang lain. Di antaranya adalah pada dihilangkannya pemilahan buruh-majikan, yaitu diikutsertakannya buruh sebagai pemilik perusahaan atau anggota koperasi. Sebagaimana ditegaskan oleh Bung Hatta, “Pada koperasi tak ada majikan dan tak ada buruh, semuanya pekerja yang bekerja sama untuk menyelenggarakan keperluan bersama”. Karakter utama ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi pada dasarnya terletak pada dihilangkannya watak individualistis dan kapitalistis dari wajah perekonomian Indonesia. Secara mikro hal itu antara lain berarti diikutsertakannya pelanggan dan buruh sebagai anggota koperasi atau pemilik perusahaan. Sedangkan secara makro hal itu berarti ditegakkannya kedaulatan ekonomi rakyat dan diletakkannya kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang.

7. Kepemilikan saham oleh pekerja. Dengan diangkatnya kerakyatan atau demokrasi sebagai prinsip dasar sistem perekonomian Indonesia, prinsip itu dengan sendirinya tidak hanya memiliki kedudukan penting dalam menentukan corak perekonomian yang harus diselenggarakan oleh negara pada tingkat makro. Ia juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menentukan corak perusahaan yang harus dikembangkan pada tingkat mikro. Perusahaan hendaknya dikembangkan sebagai bangun usaha yang dimiliki dan dikelola secara kolektif (cooperatif) melalui penerapan pola-pola Kepemilikan Saham oleh Pekerja. Penegakan kedaulatan ekonomi rakyat dan pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang hanya dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip tersebut.

Menurut Indra Gunawan, dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pelaksanaan ekonomi kerakyatan paling tidak memiliki lima ciri sebagai berikut:

1. Prinsip keadilan dan demokrasi ekonomi, kepedulian terhadap yang lemah, tanpa membedakan suku, agama, dan gender.

(6)

3. Penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat (UKMK diberi pelatihan, akses pada permodalan, informasi pasar dan teknologi tepat guna).

4. Menggerakkan ekonomi daerah pedesaan termasuk daerah terpencil, daerah minus, dan daerah perbatasan.

5. Pemanfaatan dan penggunaan tanah dan sumber daya alam secara transparan, adil, dan produktif.

Tujuan dan Sasaran Sistem Ekonomi Kerakyatan

Menurut San Afri Awang, tujuan utama penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian. Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya meliputi lima hal berikut:

1. Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat.

2. Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar.

3. Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat.

4. Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat.

5. Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi.

Agar tetap bisa mengikuti perkembangan zaman, koperasi harus bisa memberikan sumbangan nyata kepada pemberdayaan ekonomi rakyat. Jika hal ini tidak dilakukan maka koperasi yang diharapkan akan menjadi sokoguru perekonomian nasional tidak akan mampu untuk bersaing dengan pelaku ekonomi lain baik pemerintah maupun swasta.

Analisis mengenai isi Pasal 33 Ayat 3 UUD NRI 1945

(7)

juga masuk dalam koridor sebagai kolega kaum kapitalis, di mana keuntungan dan kekayaan negara mereka nikmati bersama.

Ayat tiga ini berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Isi ayat pasal ini bermakna bahwa segala sesuatu mengenai sumber daya alam termasuk di dalamnya air beserta kekayaan alam lainnya milik atau berada dalam wilayah teritori NKRI berarti dikuasai, diatur, dikelola, dan didistribusikan oleh negara atau pemerintah dengan segenap lembaga pengelolanya untuk dipergunakan bagi memakmurkan atau mensejahterakan rakyat Indonesia seluruhnya.

Pasal 33 UUD NRI 1945 dan Dinamika Perkembangan Ekonomi Nasional

Saat ini, memang ada yang beranggapan bahwa sistem ekonomi Indonesia bersifat ekonomi campuran (Mixed Economy). Masuknya investor asing yang semakin marak serta berdirinya perusahan-perusahaan yang bergaya kapitalis menandakan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat terbuka dalam mepraktikkan sistem ekonomi yang bergaya kapitalis. Salah satu kondisi di mana sebagian masyarakat Indonesia yang kesejahteraan ekonominya sulit untuk bangkit disebabkan oleh tidak tertatanya dengan baik sistem ekonomi di tingkat dasar yang memihak kepada rakyat. Hal ini pernah diungkapkan oleh Maksum, sebagai pengamat pertanian Universitas Gajah Mada, bahwa untuk komoditas strategis agar inportir swasta tidak diberi peluang. Lebih jauh, Maksum mengatakan, “saya tegaskan jika diberi peluang importir swasta. Sekali swasta dilibatkan dalam komoditas strategis , negara akan bertekuk lutut. Selama ini kan sudah cukup bukti kelemahan negara terlihat ketika swasta masuk di wilayah ini. Krisis kedelai dan melonjaknya harga gula cukup menjadi bukti kalau pemerintah dimainkan importir.”

(8)

Fenomena masuknya investor asing ke komoditas strategis semakin memperjelas ketidak konsistenan pemerintah dalam pengambilan kebijakan ekonomi terhadap pasal 33 UUD NRI 1945 tersebut. kebijakan ini pada umumnya berawal dari kebijakan liberalisasi ekonomi era orde baru. Akibatnya negara semakin bertekuk lutut terhadap investor-investor asing. Selain menyangkut komoditas strategis, akibat kecerobohan pemerintah dalam penetapan kebijakan ekonomi juga telah sejak lama nampak di tengah-tengah masyarakat. Berbagai industri baik minyak bumi, batu barah, sampai pada industri pertanian semakin meraja lela. Industri kelapa sawit yang setiap tahunnya terus menambah luas wilayah penanamanya mengakibatkan ekonomi rakyat kecil yang seharusnya dikembangkan oleh masyarakat sendiri dalam rangka kemandirian ekonomi, secara bertahap hilang tergerus perusahaan besar kelapa sawit yang kebanyakan milik asing. Freeport, perusahaan pertambangan milik USA juga terus-terusan menghisap kekayaan negara, kasus inilah yang paling sering diperbincangkan di berbagai kalangan. Namun, perbincangan itu hanya sebatas bahan diskusi serta ilusi-ilusi akan solusianya. Di mana, sejak isu ini menjadi topik utama dalam perbincangan ekonomi nasional, belum juga dapat dihentikan. Padahal solusi-solusi telah banyak ditawarkan oleh berbagai pihak. Mereka kebanyakan berdasarkan pada pasal 33 ayat 3 UUD NRI 1945 yang berbunyi “Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Memang kasus ini jauh melenceng dari pasal tersbut. Konsep ekonomi pancasila atau ekonomi kerakyatan dalam hal ini tidak mendapat tempat lagi. Ini merupakan pertanda terjadinya kesalahan besar terhadap kebijakan ekonomi nasional. Pengingkaran terhadap pasal 33 UUD NRI 1945 yang semakin meningkat ditandai dengan bermunculannya kasus-kasus baru seperti kasus-kasus reklamasi teluk Jakarta, blok masella, dan sebagainya menandai semakin bobroknya stabilitas ekonomi nasional. Gagasan yang berpihak kepada rakyat kecil terkait dengan upaya pengembangan usaha kecil semakin terpnggirkan. Akibatnya, ekonomi masyarakat yang berimbas pada ekonomi nasional tidak menunjukan kestabilan. Bahkan sebagian masyarakat justru mengalami kemiskinan dan kemelaratan, sementara dipihak investor pundi-pundi keuntungan terus mereka peroleh.

(9)

Minyak dan Gas), Pertamina, PLN (Perusahaan Listrik Negara), dan lain sebagainya. Ini semua menunjukan negara sudah menjalankan kewajibannya sesuai amanah ayat pasal di atas untuk tahap pertama.

Namun setelah terbentuknya lembaga-lembaga tadi tugas pemerintah belum sepennuhnya selesai. Kenyataan yang ada sekarang ini adalah masih banyaknya rakyat yang merasa dirugikan atau kurang diperlakukan dengan adil menyangkut kebutuhannya akan elemen-elemen alam tersebut. Padahal seharusnya setiap rakyat memperoleh hak dalam hal ini kebutuhan akan air bersih, bahan bakar, dan sumber daya alam lainnya. Seharusnya rakyat tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh hal-hal tadi mengingat negara ini sangatlah kaya akan unsur-unsur alam tersebut. Namun, mengapa untuk air bersih saja rakyat harus mengalami kesulitan bahkan harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal? Mengapa harga bahan bakar (bensin, gas, dan minyak tanah) terus naik? Bagaimana dengan tarif listrik? Apakah semua ini mencerminkan negara kita yang “katanya” gemah ripah lohjinawi?

Mungkin jawabannya bisa kita lihat dari banyaknya kasus-kasus korupsi para pejabat lembaga-lembaga pengelola urusan-urusan tersebut. Masih banyaknya penyalahgunaan kekuasaaan oleh para petinggi di pemerintahan ini. Seharusnya mereka memperhatikan nasib para pedagang kecil yang kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk keperluan dagangnya karena harga minyak terlalu mahal, para supir angkot yang mengalami kesulitan untuk setoran karena harga bensin yang terus melambung, para petani kecil yang mengalami kesusahan karena biaya produksi untuk panen yang tinggi sementara mereka harus menjual murah hasil panennya untuk bersaing dengan para pengusaha pertanian besar, dan masih banyak lagi lainnya yang mnyebabkan pula kesulitan di pihak para konsumen. Akhirnya perekonomian Indonesia menjadi terpuruk sampai detik ini.

Permasalahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia permasalahan ekonomi dapat menghambat terwujudnya dan kesejahteraan masyarakat. Beberapa permasalahan ekonomi Indonesia sebagai berikut.

1. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi

(10)

sering terkendala masalah modal dan investasi. Indonesia masih bergantung pada modal dari investasi pihak asing untuk menunjang kegiatan ekonominya.

Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah. Kelangkaan disebabkan menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi minyak. Kenaikan harga minyak menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi berkurang dan terjadi penurunan kegiatan ekonomi masyarakat.

2. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan sebagai akibat berkurangnya pendapatan masyarakat secara riil. Masyarakat mengalami penurunan daya beli barang-barang kebutuhan pokok secara umum. Akibatnya, masyarakat tidak dapat hidup secara layak sehingga taraf hidupnya menurun.

Berdasarkan data BPS bulan Maret 2012 jumlah penduduk yang berada dalam garis kemiskinan berjumlah sekitar 29,13 juta orang (11,96%). Jumlah ini berkurang sebanyak 0,89 juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya angka kemiskinan ditunjang adanya penurunan harga komoditas makanan sedikit lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.

3. Pengangguran

Secara umum pengangguran diartikan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja. Pengangguran merupakan rantai masalah yang dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada suatu negara. Pengangguran disebabkan jumlah angkatan kerja yang tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja/kesempatan kerja. Akibatnya, banyak angkatan kerja yang tidak dapat terserap dalam lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan pengangguran.

(11)

di bidang ketenagakerjaan, misalnya perbaikan kualitas tenaga kerja / sumber daya manusia, menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong tumbuhnya investasi dan modal, menyediakan informasi lapangan pekerjaan, serta memberikan pelatihan dan keterampilan bagi tenaga kerja.

4. Kesenjangan Penghasilan

Penghasilan digunakan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam masyarakat terdapat kelompok masyarkat dengan penghasilan tinggi dan kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah. Masyarakat yang memiliki penghasilan tinggi mampu memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier. Sementara itu, kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun kebutuhan yang paling dasar.

Perbedaan kelompok masyarakat dengan penghasilan tertentu menimbulkan permasalahan kesenjangan penghasilan. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah dalam memeratakan penyaluran distribusi pendapatan. Hal ini dilakukan untuk meratakan kemampuan masyarakat dalam menikmati hasil pembangunan. Selain itu, upaya pemerintah dalam meratakan penghasilan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan dan kecemburan sosial masyarakat.

5. Inflasi

Berdasarkan data BPS, inflasi Indonesia pada tahun 2011 sebesar 3,79%. Inflasi yang terjadi di Indonesia disebabkan tingginya permintaan agregat, sementara permintaan barang dan jasa tidak diimbangi dengan kemampuan produksi dan kenaikan biaya produksi. Inflasi ditandai oleh kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan. Hal ini akan menimbulkan penurunan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa. Inflasi berdampak pada lesunya kegiatan perekonomian, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, melemahnya nilai rupiah, dan ketidakstabilan perekonomian negara. Berdasarkan sumbernya inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan biaya.

(12)

Indonesia memiliki hutang luar negeri yang sangat banyak yakni lebih dari USD 100 miliar. Setiap kementerian mempunyai hutang. Indonesia adalah negara dengan hutang luar negeri terbesar ke-3 di dunia setelah Brazil dan Meksiko. Hutang yang terus menumpuk tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah perekonomian seperti nilai mata uang Rupiah yang terus menurun.

7. Defisit Anggaran

APBN Indonesia selalu mengalami defisit. Defisit adalah saat ketika anggaran belanja lebih tinggi dari anggaran pendapatan. Itulah salah satu alasan kenapa hutang negara kita terus menumpuk. Penyebab utamanya adalah korupsi, perilaku pemerintah yang sangat boros anggaran, dan subsidi yang tidak tepat sasaran.

8. Ketidakmampuan Industrial

Industri di Indonesia kebanyakan hanya merakit barang saja. Kalaupun ada industri besar, industri tersebut pasti milik asing. Perindustrian masih sangat bergantung pada ekonomi, bahan baku, dan teknologi asing. Padahal kita memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar. Namun karena kita tidak dapat mengelolanya dengan baik, maka kita harus meminta bantuan asing. Akibatnya, sebagian keuntungan dibawa ke luar negeri sedangkan Indonesia hanya mendapatkan pendapatan dari pajak dan upah buruh saja.

9. Ketidakmampuan Mengelola Sumber Daya Manusia

Walaupun penduduk Indonesia terbanyak ke-4 di dunia, namun kualitasnya masih sangat buruk. Sehingga Indonesia selalu kekurangan para ahli dan harus mendatangkannya dari luar negeri. Sedangkan kebanyakan orang Indonesia yang bekerja di luar negeri hanya bisa menjadi pembantu saja.

10. Penguasaan Iptek yang Kurang

(13)

11. Korupsi

Korupsi menjadi masalah serius di negeri ini. Hampir di semua bidang terjadi korupsi dan suap-menyuap baik itu “kelas teri” maupun “kelas kakap”. Akibatnya bermacam-macam, mulai dari program pemerintah yang menjadi kacau, penegakan hukum menjadi lemah, dan pemborosan anggaran.

12. Masalah Pangan

Ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan harga pangan membuat harga pangan terus meroket terutama sembako. Ditambah lagi dengan semakin sempitnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan. Sangat ironis memang mengingat Indonesia adalah negara agraris yang sangat subur. Kesejahteraan petani yang kurang diperhatikan menjadi salah satu penyebabnya. Untuk memenuhi kebutuhan pangan saat ini, pemerintah harus mengimpornya dari luar negeri.

13. Pembangunan yang Cenderung Tersentralisasi

Indonesia memang sedang pesat-pesatnya membangun. Tetapi yang disayangkan adalah kenapa hanya kawasan tertentu saja yang dibangun sedangkan daerah lain ditinggalkan begitu saja. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dan daerah perkotaan menjadi semakin padat. Jika pemerintah melakukan pembangunan secara merata, maka setiap daerah akan berkembang lebih cepat dan itu juga bisa mempercepat kemajuan Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian ini adalah pemetaan produktivitas panen dalam bentuk sistem informasi geografis untuk mempermudah melakukan pemantauan produktivitas panen, juga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Apotek Salma cukup baik dengan rata-rata nilai dari keempat perspektif 3,13 (78,75% dari nilai maksimal), adapun rincian untuk

was then inserted into the tunnel entrance. The alien beetle in the micropipette tip then moved from the tip into the tunnel entrance. After a few minutes, the

Sejak Indonesia mengambil alih hutan Jawa dari perusahaan kolonial Belanda, Bosch Wezen, Perum Perhutani mengelola hampir seluruh hutan di Jawa. Lebih dari 90 persen hutan negara

Hasil-hasil yang telah diperoleh melalui penelitian ini menunjukan bahwa komposit serat bambu dengan matriks epoksi dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 15 responden selama 30 hari yang menderita kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Buaran Kabupaten Pekalongan sebelum dilakukan

Adapun tujuan dari wirausaha “GANKU (Gantungan Kunci Unyu)” ini adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis kertas bekas agar menjadi produk yang di gemari masyarakat.. LUARAN

Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika baik pada siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi maupun kecerdasan logis matematis