ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1
PANDANSARI SELATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh SUDARWATI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam mata pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Pandansari Selatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dengan menggunakan motode inkuiri.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanaan dua siklus. Data penelitian diperoleh melalui observasi, catatan lapangan dan tes pada setiap akhir siklus. Data dianalisis secara deskriftip kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, siklus I sebesar 61% dan pada siklus II menjadi 83%, dan rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, siklus I sebesar 61,41 dan pada siklus II menjadi 80.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia selalu berorientasi pada
input dan output, kurang memperhatikan aspek proses. Padahal, proses pembelajaran merupakan salah satu aspek penting yang akan menentukan
hasil pendidikan.
Pembelajaran IPA tidak hanya bersifat hafalan dan pemahaman konsep saja, tetapi bagaimana proses dalam pembelajaran itu menjadi lebih bermakna, membuat siswa lebih aktif, mengembangkan rasa ingin tahu, berpikir ilmiah/
rasional dalam pemecahan masalah untuk menyelidiki alam sekitar, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses pembelajaran tidak terlepas dari ketiga ranah tersebut,
ketiganya saling terkait satu sama lain, pengetahuan yang membentuk suatu keterampilan dan pengetahuan yang membentuk sikap logis, kritis, cermat,
kreatif dan disiplin.
Berdasarkan prasurvey yang dilakukan di SD Negeri 1 Pandansari Selatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu khususnya di kelas V tentang pembelajaran
dengan ceramah (konvensional) dan siswa hanya sebagai penerima, setelah
penjelasan dirasa cukup, guru menugasi siswa mengerjakan latihan. Dilihat dari kecenderungan tersebut, guru mengawali pembelajaran tanpa
menggunakan apersepsi, tidak ada pengantar sebelum menyampaikan materi, sehingga siswa kurang tertarik dan kurang perhatian terhadap pembelajaran. Di samping itu guru masih mendominasi pembelajaran atau pembelajaran
masih berpusat pada guru (teacher centered).
Sementara data hasil ulangan harian semester ganjil tahun ajaran 2011-2012 di ketahui bahwa dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah
ditentukan yaitu 61, menunjukan bahwa sebanyak 9 siswa ( 23,08%) telah tuntas belajar sedangkan 30 siswa (76,92%) belum tuntas belajar. Salah satu
alternatif yang tepat untuk pemecahan masalah di atas adalah dengan menggunakan metode inkuiri. Karena penerapan metode ini dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadikan siswa aktif, mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, dan membuat cara berpikir siswa lebih ilmiah dan rasional, serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai dan berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
alam melalui pemecahan-pemecahan masalah.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan pembelajaran dengan mengadakan penelitian dengan judul : “Peningkatan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian
tindakan kelas ini adalah:
1. Metode pembelajaran IPA masih sering menggunakan metode ceramah. 2. Media pembelajaran IPA kurang lengkap.
3. Prestasi belajar siswa masih di bawah KKM yaitu 61
4. Guru belum mampu mencari strategi pembelajaran yang tepat untuk
merangsang kemampuan siswa agar prestasi belajar meningkat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Peningkatan
Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pandansari Selatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu?”.
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diperuntukan: 1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan proses belajar.
b Meningkatkan prestasi belajar.
c. Menjadi model dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Kemampuan memperbaiki pembelajaran. b. Meningkatkan profesionalisme.
c. Ikut berperan aktif dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan. 3. Bagi Sekolah
a. Sebagai referensi dalam perbaikan pembelajaran di sekolah.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah sebagai berikut: aktivitas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau
pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang
lain.Menurut Sofa (2008:5), belajar merupakan proses aktif dan kompleks dalam upaya memperoleh pengetahuan baru. Proses yang terjadi merupakan proses kognitif sebagai interaksi antara kegiatan persepsi,
imajinasi, organisasi, dan elaborasi. Proses pengorganisasian dan elaborasi memungkinkan terbentuk hubungan antar konsep.
Sedangkan Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (1999:9) berpandangan belajar adalah suatu prilaku. Senada dengan pendapat Skinner, Nashar
(2004:49) menggungkapkan belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu mengarah kepada perubahan tingkah laku yang lebih baik
yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Lebih lanjut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (1999:9) mengemukakan bahwa pada saat orang
respons si pelajar, dan (3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons
tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu aktivitas dan bukan hanya
sekedar mengingat melainkan mengalami dan bukan sekedar penguasaan suatu hasil atau tujuan, melainkan membangun makna atau pemahaman
(pengetahuan) dari berbagai informasi dan pengalaman.
B. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari ”prestasi” dan ”belajar”. Prestasi berarti hasil
yang telah dicapai. Sedangkan pengertian belajar adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu Depdikbud dalam (Susanti, 2009 : 13).
Menurut Larasati (2005 : 11) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu proses belajar. Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif dan tingkah laku psikomotorik. Dengan sumber yang sama
prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Suatu prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator, keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah kepandaian dalam penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang telah dicapai oleh seseorang baik tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor. Suatu proses belajar tidak hanya sebagai indikator ketercapaian
hasil, tetapi juga sebagai indikator ketercapaian proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen adalah suatu
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksteren adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal
dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Interen
Faktor interen adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor interen yaitu
a. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini
sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang
berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang tinngi
dibandingkan dengan teman sebayanya. Oleh karena itu jelas, bahwa faktor kecerdasan merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam
kegiatan belajar mengajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. Menurut Syah Muhibbin
bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Dari
pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang
diperhatikan terus menerus yang disertai rasa sayang. Menurut Winkel minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang itu. Selanjutnya Sardiman mengemukakan minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu
pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang
menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
2. Faktor Eksteren
pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pengaruh
lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan
bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Dimana keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga
formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih
giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara
Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran
yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
Kartono (2009:23) berpendapat lingkungan masyarakat dapat
menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang
rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentu anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu
menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan prestasi belajar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri dan juga dari luar individu tersebut. Maka dari itu, kedua faktor
tersebut sangat berkaitan dan berperan dalam keberhasilan peningkatan prestasi belajar.
D. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan
Menurut Sanjaya (2006:130) belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti
aktivitas mental.
Sementara Hamalik (2004: 99) juga menyatakan bahwa aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan, yang dapat menunjang prestasi belajar.
Selanjutnya Sardiman (1994: 95) bahwa di dalam belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Semakin banyak aktivitas
belajar yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin ingat anak akan pentingnya pembelajaran itu, dan tujuan pembelajaran akan
E. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar. Nashar (2004:77) berpendapat belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap.Prestasi belajar tampak sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.
Dimyati dan Mudjiono (1999:3) prestasi belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Sementara itu Hamalik (2005:161)
mengemukakan prestasi belajar menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan, hasil belajar merupakan data yang
diperoleh setelah diadakan tes hasil belajar yang dapat mengukur tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian hasil belajar diperoleh dari tes berupa pertanyaan yang diberikan kepada siswa, dan selain itu dinilai juga
F. Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk
menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar
(Depdiknas 2004:33). Menurut Sumaji (1998:31), IPA berupaya untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya mengenai alam sekitarnya. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan
menghargai kebesaran Sang pencipta (Depdikbud 1993/1994: 97).
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkanya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
G. Tujuan Pembelajaran IPA
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD memuat ketentuan aspek yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPA di SD, khususnya kelas V secara
garis besar tujuan pembelajaran IPA adalah Benda dan Alam sekitar :
(1) Mengidentifikasi benda dan sifatnya, (2) Mendeskripsikan proses
kehidupan. Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA SD di atas, maka jelaslah
bahwa pembelajaran IPA diperlukan suatu kemampuan dan keterampilan guru yang benar-benar menguasai sifat-sifat dan konsep keilmuan IPA secara
mendalam. Pembelajaran tidak hanya berupa transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana hasil pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.
H. Metode Inkuiri
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi
kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis,
merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta
membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya, Ibrahim (2007:2). Model inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan
suatu permasalahan dalam materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Kardi (2003:3) mendefinisikan metode
inkuiri sebagai metode mengajar yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta.
Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis, Schmidt dalam Ibrahim (2007:1).
Sementara itu, Trowbridge dalam Putrayasa (2009:2) menjelaskan:
Model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pada inkuiri menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.
Menurut Sanjaya (2006:194) strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Cleaf dalam Putrayasa (2009:2) menyatakan bahwa:
Inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi.
Menurut Sagala (2006:196) inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah, model
Lebih lanjut Sagala (2006:197) menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh
dalam melaksanakan model inkuiri, yaitu (1) perumusan masalah untuk dipecahkan siswa, (2) menetapkan jawaban sementara (hipotesis), (3) siswa
mencari informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis, (4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Sanjaya (2006:200-203) mengungkapkan bahwa:
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada persoalan yang mengandung teka-teki, merumuskan hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji, mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan, menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, dan merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini langkah pembelajaran inkuiri yang akan dilaksanakan dengan menggabungan pendapat-pendapat dari para ahli yaitu: dalam kegiatan awal
pembelajaran guru mengajukan pertanyaan atau menampilkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari, tahap kedua siswa merumuskan masalah
berdasarkan pertanyaan atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari, tahap ketiga siswa merumuskan hipotesis atau jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji, tahap keempat untuk menguji hipotesis
dilakukan pengumpulan data dari eksperimen dan tahap kelima menganalisis data untuk menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Sehingga pada
relevan dari materi yang dipelajari. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Pandansari Selatan Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan
Maret sampai Mei 2012.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Pandansari Selatan Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 39 orang
siswa, yang terdiri laki-laki 16 orang siswa dan perempuan 23 orang siswa.
B. Alat Pengumpulan Data
1. Pedoman wawancara, instrumen ini juga dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan guru mitra. Pedoman ini digunakan untuk menjaring data berkaitan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan
pendapat tim serta siswa terhadap metode inkuiri
2. Tes prestasi belajar, instumen ini digunakan untuk menjaring data
penguasaan terhadap materi yang telah dibelajarkan dengan menggunakan
metode inkuiri. Tes prestasi belajar yang digunakan adalah berbentuk esai (uraian).
3. Lembar observasi, terdiri dari dua macam lembar observasi yaitu bagi guru dan siswa, keduanya digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan aktivitas belajar dan pembelajaran.
C. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Prestasi Belajar
Data prestasi belajar yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil tes formatif dari setiap akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa.
a. Analisis Data
Jika siswa memperoleh nilai ≥ 61 maka prestasi belajar siswa tersebut dikatakan baik dan sudah mencapai standar ketuntasan sekolah.
b. Analisis Nilai Rata-Rata Siswa
Data kuantitatif data penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:
2. Analisis Data Aktivitas Siswa.
Data aktivitas pembelajaran bersifat kualitatif diperoleh dari hasil
pengamatan dari setiap siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa.
Rumus penilaian dengan persen dari aktivitas siswa sebagai berikut:
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperloleh
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap
NP = R X 100
Tabel 1
Kriteria Skor Aktivitas Siswa dan Guru
Aktivitas Siswa ( persen ) Predikat
1. 76% - 100% Baik
2. 56% - 75% Cukup
3. 55% Kurang
Sumber: Diadopsi dari Muncarno (2001 : 32)
D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjannya sebagai guru, sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat Hal ini didasarkan atas masalah dan tujuan
penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di lapangan, dan hasilnya akan dikaji dan ditindak lanjuti secara reflektif, kolaboratif, dan partisipatif.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dengan
tahapan perencanaan-tindakan-observasi-refleksi, dan dilaksanakan dengan kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru, prosedur penelitian yang
(2) Pelaksanaan (acting),
(3) Pengamatan (observing), dan (4) Refleksi (reflecting)
Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :
Gambar 3.1. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan (Dimyati dan Mulyono, 2002:124).
Prosedur penelitian seperti tergambar di atas di terjemahkan sebagai berikut : 1. Perencanaan, yaitu rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan
tindakan. Menyusun rencana tindakan yang hendak diselenggarakan di
dalam pembelajaran. Dalam kaitan ini rencana disusun secara reflektif, partisipatif, dan kolaboratif antara peneliti dengan guru agar tindakan lebih
terarah pada sasaran yang hendak dicapai.
2. Pelaksanaan, merupakan realisasi dari rencana yang kita buat. Praktek pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun
bersama-sama sebelumnya.
3. Observasi, yaitu merupakan kegiatan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat
menentukan apakah ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki agar dapat mencapai tujuan yang kita inginkan.
4. Refleksi, yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tindakan berahir. Pada kegiatan ini kita akan mencoba melihat atau merenungkan
kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa.
F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas
Pada penelitian tindakan kelas ini direncanakan dengan dua siklus, dan setiap siklus mencakup empat tahapan yaitu :
1. Tahap Perencanaan
2) Membuat Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3) Media pembelajaran, dan alat evaluasi.
4) Membuat lembar instrumen atau alat observasi selama pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan sekenario pembelajaran yang
termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan standar kompetensi “memahami hubungan antar gaya, gerak dan energi serta
fungsinya” dan kompetensi dasar “mendiskripsikan hubungan antar gaya,
gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gerak gesek, gaya magnet” serta “menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat”. Guru melaksanakan tes awal (Pretest) untuk mengetahui tentang pengetahuan awal siswa sebelum
materi diberikan.
Langkah-langakah yang harus ditempuh dalam pembelajaran IPA adalah : (1) Membuat rencana penyelesaian, dengan cara menentukan strategi
pemecahan yang didasarkan pada jenis masalah atau soal. Strategi
tersebut diantaranya adalah membuat tabel, membuat gambar, menduga, menggunakan penalaran, menggunakan rumus, dan
lain-lain.
(2) Melaksanakan perencanan pemecahan dengan metode inkuiri
c. Tahap Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi. Sebagai observer adalah guru mitra yang
telah ditunjuk dan siswa sebagai subjek belajar. Dari tahap ini akan diperoleh komentar langsung dari guru mitra secara lisan mengenai kekurangan dalam proses pembelajaran, menganalisis keadaan siswa untuk
mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan
perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Kegiatan menganalisis informasi yang terkumpul dan dicari kaitan antara
satu dengan lainnya serta membandingkan dengan sebelumnya. Guru merefleksikan kegiatan pembelajaran yang berlansung dengan membuat kesimpulan, hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah
lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan PTK. Apabila masalah PTK dirasa belum tuntas atau indikator belum tercapai maka PTK akan dilanjutkan pada siklus berikutnnya.
Siklus II
Pada dasarnya tahap demi tahap pembelajaran pada Siklus II sama seperti
pada siklus pertama, hanya saja dalam pelaksanaan siklus II ini akan diawali dengan perbaikan dari rekomendasi yang dihasilkan pada kegiatan refleksi
sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada
siklus-siklus berikutnya.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika:
1. Persentase aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang memperoleh
skor dengan kreteria aktif minimal 75%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 61% meningkat menjadi 82,60% pada siklus II di kelas V SDN 1 Pandansari Selatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
2. Pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan rata-rata pretasi belajar siswa pada siklus I sebesar 61,41 menjadi 80,00 pada siklus II di kelas V SDN 1 Pandansari Selatan Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu.
B. Saran
Agar pembelajaran dengan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa maka disarankan :
merasa dihargai, guru hendaknya lebih kreatif dalam merancang persiapan
mengajar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Bagi guru, hendaknya dapat membuat persiapan yang matang agar tujuan
pembelajaran yang direncanakan tercapai dan setiap akhir bahan kajian, guru hendaknya mengadakan tes baik secara lisan, unjuk kerja atau tertulis serta memberi penghargaan individu atau kelompok sehingga siswa lebih
termotivasi dan aktif selama kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi sekolah, dengan menggunakan pembelajaran dengan metode inkuiri
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1
PANDANSARI SELATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh: SUDARWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi PGSD Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ... 5
B. Pengertian Prestasi Belajar ... 6
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 7
E. Pengertian Prestasi Belajar ... 12
F. Pembelajaran IPA di SD ... 14
G. Tujuan Pembelajaran IPA ... ... 15
H. Metode Inkuiri ... 16
BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 20
B. Alat Pengumpulan Data ... 20
C. Teknik Analisis Data ... 21
D. Metode Penelitian ... 23
E. Prosedur Penelitian ... 23
F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 25
G. Indikator Keberhasil ... 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29
B. Pembahasan ... 36
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Yrama Widya. Bandung. Arikunto, Suharsimi.dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta. ... 2007. Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Isi, Standar Kelulusan. Depdiknas, Jakarta. Dimyati, & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta.
Kardi, Soeparman. 2003. Merancang Pembelajaran Menggunakan Model Inkuaeri. UNS, Surabaya.
Nashar, Haji. 2004. Peran Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Delia Press,Jakarta.
Poerwanti, Endang. dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran Sekolah Dasar. Depdiknas, Jakarta. Rohani, Ahmad. 2003. Pengelolaan Pengajaran. PT. Rineka Cipta, Jakarta
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Alfabeta, Bandung.
Sanjaya, Wina. 2006. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana, Jakarta.
Sunyono. 2009. Perencanaan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. FKIP Universitas Lampung, Bandar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta. PT. Raja Persada. Grafindo.
BNSP.2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Isi, Standar Kelulusan, Depdiknas, Jakarta. Dalyono, 2005. Prestasi Belajar. Rineke Cipta. Jakarta
Hamalik, Oemar.2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta I Ketut Sadia, 1998. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperative. Grasindo. Jakarta.
Mujiono, 2006. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Narbuko dan Ahmadi. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. Rofiqoh. 2007. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya,Wina.2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.
Sadiman, S, dkk. 1994. Media Pendidikan; Pengertian; Pengembangan; dan Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Solihatun, Etin dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara; Jakarta.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang maha kuasa atas kuasa dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul
“PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI
METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PANDANSARI
SELATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU” Penulis menyadari
terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan FKIP Universitas Lampung
3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1 PGSD
Dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung
4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., selaku pembimbing dengan sabar
memberikan bimbingannya serta arahan kepada penulis
5. Bapak Drs. Sugiyanto, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini
6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
Selatan yang telah memberikan izin serta dukungan dalam melaksanakan
studi program S1 PGSD dalam jabatan hingga penulis skripsi ini
8. Bapak Ibu dewan guru SD Negeri 1 Pandansari Selatan yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada penulis selama melakukan
penelitian
9. Teman-teman program S1 PGSD dalam jabatan yang telah memberikan
semangat, bantuan serta rasa persahabatan dan kekeluargaan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit
kekurangan dan kelemahan yang ada didalamnya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Pringsewu, Juli 2012 Peneliti,
MOTTO
Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, tetapi
orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan
1. Tim Penguji
Penguji : Drs. Maman Surahman, M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Sugiyanto, M.Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PANDANSARI SELATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU” adalah benar-benar karya saya sendiri. Dalam menyusun skripsi ini saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku pada masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini saya bersedia menanggung akibat dan sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada pengakuan dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Pringsewu, Juli 2012
Materai Rp.
“Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa, penulis
mempersembahkan skripsi ini sebagai wujud baktiku
Kepada :
Bapak Rasiyo dan Ibu Tukiyah yang selalu mendoakan dan membimbingku untuk
keberhasilan”.
“Suamiku tersayang, Suryadi yang memberiku dukungan dan semangat baik moral
maupun spiritual”.
“Anak-anaku tercinta, Lucia Asih Rumanti, S.Si, Subertus Dwi Martoyo,
Agustinus Agung Kurniawan dan Yulius Ardian yang dengan ketulusan memberi
support dan dukungan”.
Almamater Tercinta
Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1
PANDANSARI SELATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
Nama Mahasiswa : SUDARWATI Nomor Pokok Mahasiswa : 1013119189
Program Studi : S.1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukoharjo, 3 Oktober 1961 dari pasangan Bapak Rasiyo dan
Ibu Tukiyah. Penulis menyelesaikan pendidikan dimulai pendidikan Sekolah
Dasar di SD Negeri 1 Sukoharjo 2, Kecamatan Sukoharjo, diselesaikan pada
tahun 1975. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Sukoharjo, diselesaikan
pada tahun 1979.
Kemudian penulis meneruskan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Subsidi Xaverius
Pringsewu, Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 1982. Kemudian penulis
diterima sebagai mahasiswa D II PGSD melalui jalur Diploma Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka. Lalu pada tahun 2010, penulis
mengikuti Program Pendidikan S1 PGSD Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan