• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN PUSH UP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN PADA CABOR BULUTANGKIS BAGI SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LATIHAN PUSH UP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN PADA CABOR BULUTANGKIS BAGI SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN PUSH UP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN

PADA CABOR BULUTANGKIS BAGI SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 21

BANDAR LAMPUNG

Oleh Abdul Ghaffar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perngaruh latihan push up terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot lengan pada cabor bulutangkis bagi siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan populasi adalah siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung yang berjumlah 110 orang, kemudian diambil sampel penelitian berjumlah 30 orang. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Untuk teknik pengambilan data tes kekuatan otot lengan ini menggunakan Pull and Push dan pengambilan data tes daya ledak otot lengan ini menggunakan Medicene ball. Teknik analisis data hasil tes awal dan akhir perbedaan pengaruh latihan push up terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot lengan menggunakan teknik analisis data uji t pengaruh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari latihan push up kekuatan otot lengan sebesar 11,433 kemudian setelah diberikan perlakuan meningkat menjadi 15,233 dan daya ledak otot lengan sebesar 327,667 setelah diberikan perlakuan meningkat menjadi 358,400. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan push up memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot lengan bagi siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kel. Sepang Jaya, Kec. Kedaton, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 23 Mei 1992, Anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Djoni Masar S.E dan Almh Ibu Ellytasari.

Selama ini penulis telah mengenyam pendidikan lebih dari 12 tahun, diawali dari Pendidikan Taman Kanak – kanak (TK) RA. Daya Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998.

Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Labuhan Ratu Bandar Lampung Diselesaikan tahun 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP N 21 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim

Dengan rasa syukur dan bangga, ku persembahkan karya ku yang sangat berarti ini Kepada :

Papah Djoni Masar dan Ibuku Almhm Elly Tasari tercinta yang telah memberikan kasih sayangnya, dukungan serta doanya dalam setiap sujudnya demi keberhasilanku. Terimakasih atas semua cinta dan pengorbananmu serta jerih payah dari setiap tetes keringatmu yang telah kau berikan kepadaku.

Lak Ahmad Shuffie Riadus, kakak Aullia Apriyatman, dan Adikku tersayang Firda Nur Islami, yang selalu memberikan semangat, dukungan dan Doa untuk keberhasilanku.

Seluruh Sahabatku di Penjaskesrek angkatan 2010 terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian sehingga membuat aku

semakin dewasa dan mengerti arti sebuah persahabatan, perjuangan, dan pengorbanan sejati.

(8)

Moto

Hargailah yang kecil-kecil itu, agar kamu di berikan yang lebih besar.

(Herman Tarigan)

Mengalah dalam kesabaran merupakan kemenangan dan kesuksesan

pada diri kita. (Hermanto)

Teman sejati adalah mereka yang selalu ada di sisi kamu bukan hanya

pada saat kau berjaya, namun juga pada saat kau tak berdaya.

(9)

SANWACANA

Assalammualaikum, Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang penulis susun ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Pendidikan Jasmani dan kesehatan FKIP Unila. Dengan Judul Pengaruh Latihan Push Up Terhadap Peningkatan Kekuatan dan Daya Ledak Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis Bagi Siswa Putra Kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung

Dalam Penulisan skripsi ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si, dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(IP) FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd Pembimbing Pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada penulis. 4. Bapak Drs. Suranto, M. Kes,Pembimbing Kedua yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, serta kepercayaan kepada penulis.

(10)

6. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd , Ketua Program Studi Penjaskesrek yang telah memberikan arahan kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan saat penulis menyelesaikan

perkuliahan.

8. Kepala SMP Negeri 21 Bandar lampung, Bapak Ardi Selaku guru olahraga beserta segenap dewan guru yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

9. Kedua orang tuaku tercinta yang tulus menyayangiku dan mendoakan untuk keberhasilanku. Terimakasih atas perjuangan dan pengorbanannya dalam mendidik dan membesarkanku hingga saat ini.

10.Kakak dan adikku tercinta : Lak Ahmad Shuffie Riadus, Kakak Aulia Apriyatman dan adikku Firda Nur Islami terimakasih atas doa, dukungan dan kepercayaan demi kesuksesanku.

11.Sahabat – sahabat terbaikku Anggiat, Arby, Burhan, Refi, Rudi, Teguh, Tommy, Roni dan Fahmi yang telah memberikan semangat, fikiran maupun materi.

12.Teman – teman seperjuangan (angkatan 2010) Terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan yang terjalin selama ini.

(11)

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan ikhlas semoga diberikan kebaikan dari Allah S.W.T.

Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, amin.

Wassalammualaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permainan Bulutangkis ... 9

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 32

B. Desain Penelitian ... 33

(13)

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

E. Metode Pengumpulan Data ... 36

F. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 36

G. Instrumen Penelitian ... 36

1. Tes Kekuatan Otot Lengan ... 37

2. Tes Daya Ledak Otot Lengan ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 41

BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Deskripsi Data ... 47

2. Analisis Data ... 52

B. Pembahasan ... 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Desain Penelitian ... 33

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kekuatan ... 47

3. Deskripsi Data Hasil Penelitian Daya Ledak ... 49

4. Hasil Uji Normalitas ... 51

5. Hasil Uji Homogenitas ... 52

6. Hasil Analisis Uji T Perbedaan ... 53

7. Hasil Analisis Uji Pengaruh Kekuatan ... 54

(15)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Program Latihan ... 64

2. Penilaian kemampuan kekuatan dan daya ledak otot lengan ... 65

3. Data Tes Awal Kekuatan Otot Lengan ... 66

4. Data Tes Awal Daya Ledak Otot Lengan ... 67

5. Data Tes Akhir Kekuatan Otot Lengan ... 68

6. Data Tes Akhir Daya Ledak Otot Lengan ... 69

7. Pembagian Kelompok Dengan Ordinal Pairing ... 70

8. Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Eksperimen Kekuatan Otot Lengan ... 71

9. Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Eksperimen Daya Ledak Otot Lengan ... 72

10. Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Kontrol Kekuatan Otot Lengan ... 73

11. Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Kontrol Daya Ledak Otot Lengan ... 74

(16)

vi

13. Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen Daya Ledak

Otot Lengan ... 76 14. Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Kontrol

Kekuatan Otot Lengan ... 77 15. Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Kontrol Daya Ledak

Otot Lengan ... 78 16. Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok

Eksperimen Dan Kontrol Kekuatan Otot Lengan ... 79 17. Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok Eksperimen Dan Kontrol

Daya Ledak Otot Lengan ... 80 18. Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen Dan Kontrol

Kekuatan Otot Lengan ... 81 19. Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen Dan Kontrol

Daya Ledak Otot Lengan ... 82 20. Analisis Uji T Perbedaan Data Tes Akhir Kekuatan

Otot Lengan ... 83 21. Analisis Uji T Perbedaan Data Tes Akhir Daya Ledak

Otot Lengan ... 85 22. Uji T Pengaruh Kelompok Eksperimen Kekuatan

Otot Lengan ... 87 23. Uji T Pengaruh Kelompok Eksperimen Daya Ledak

(17)

vii

Otot Lengan ... 91

25. Uji T Pengaruh Kelompok Kontrol Daya Ledak Otot Lengan ... 93

26. Table Z ... 95

27. Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors ... 96

28. Harga Kritik Dari R Product-Moment ... 97

29. Distribusi T Student ... 98

30. Uji Homogenitas Dengan Distribusi F Tabel Α 0,05 ... 99

31. Foto-Foto ... 101

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer, banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Permainan bulutangkis sudah ada sejak pemerintahan tentara Dinasti Han di Cina pada abad kedua dan tiga masehi. Permainan bulutangkis tersebut dianggap sangat berguna untuk melatih ketangkasan dan kekuatan tentara Dinasti Han.

Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang berlawanan. Mirip dengan tenis, bulutangkis dimainkan dengan pemain di satu sisi

bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock") melewati net agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan. Dia juga harus mencegah hal tersebut terjadi padanya.

(19)

2

dengan perolehan nilai yang tinggi, dengan arah yang baik, dan menggunakan tenaga sekecil mungkin. Seseorang yang mampu melakukan gerakan-gerakan secara efisien, orang tersebut dapat dikatakan terampil.

Prestasi olahraga tidak terlepas dari unsur kondisi fisik. Peningkatan kondisi fisik atlet bertujuan agar kemampuan fisik menjadi prima dan berguna menunjang aktivitas olahraga dalam rangka mencapai prestasi prima

(Suharno, 1993:38). Latihan fisik setiap cabang olahraga merupakan pondasi utama dalam melatih teknik, taktik dan mental atlet. Untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, hendaknya ditunjang kondisi fisik seperti kelincahan, kecepatan, kekuatan, koordinasi, daya tahan, waktu reaksi, power yang sangat dibutuhkan oleh atlet dalam permainan bulutangkis. Seperti diungkapkan Sajoto (1995:10) komponen kondisi fisik meliputi: kekuatan (strength), kecepatan (speed), daya tahan (endurance), daya ledak otot (muscular explosive power), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), kelentukan (flexibility), dan koordinasi (coordination). Semua komponen kondisi fisik harus dapat dikembangkan guna menunjang prestasi atlet.

(20)

3

kecepatan. (4) Kecepatan reaksi dan kecepatan dalam memberikan respon kepada pukulan lawan. (5) Kelentukan dan kecepatan terutama tampak dalam gerakan-gerakan menekuk dan meliuk tubuh, kaki dan lengan pada saat memukul dan mengembalikan shuttlecock. (6) Koordinasi (hampir seluruh aktivitas harus dilakukan secara serempak yang memerlukan koordinasi gerak yang baik). (7) Kualitas otot yang baik terutama otot-otot pergelangan

tangan, lengan bawah dan atas, bahu, dada, leher, perut, kaki, paha, dan punggung bagian bawah. SMP Negeri 21 Bandar Lampung merupakan kegiatan penyaluran bakat dan minat siswa di bidang olahraga, khususnya cabang olahraga bulutangkis.

Disamping itu juga banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran khususnya teknik pukulan Smash dimana banyak siswa memukul shuttlecocks sangat lemah. Banyak faktor yang menjadi penyebab siswa dalam memukul shuttlecocks sangat lemah, diantaranya adalah kemampuan memukul siswa yang belum optimal. Salah satu kemampuan smash tersebut adalah kekuatan dan daya ledak otot lengan, karena permainan bulutangkis untuk smash dibutuhkan kekuatan dan daya ledak otot lengan untuk memukul shuttlecocks dengan pukulan keras.

Mengenai kekuatan, Kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang

menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat menggunakan otot - ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. (Sajoto, 1988), Harsono (1988 : 200) menjelaskan bahwa : “daya ledak adalah kemampuan otot untuk

(21)

4

semua cabang olahraga baik perorangan maupun beregu harus memiliki kemampuan tersebut.

Apalagi untuk pencapaian prestasi salah satunya ditentukan oleh kekuatan dan daya ledak, oleh karena itu upaya yang diterapkan untuk menunjang prestasi, latihan kekuatan dan daya ledak merupakan salah satu prioritas untuk mendapat perhatian khusus disamping latihan komponen fisik lainnya. Jadi kalau berlatih untuk mengembangkan kekuatan dan daya ledak, atlet harus pula dilatih kekuatan, daya ledak, fleksibilitas dan kecepatan reaksinya serta tidak semata-mata berlatih kekuatan dan daya ledak saja.

Ada berbagai macam metode latihan yang dapat diterapkan dalam melatih kekuatan dan daya ledak otot lengan, diantaranya metode latihan dengan beban ekternal seperti dumbell, barbel, stick (weight training). Hoks (1974) dalam Fox, et al 1984:136-137). Metode latihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kekuatan, kecepatan, power.Jenis latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan daya ledak otot lengan diantaranya adalah latihan push up.

Berkaitan dengan latihan berbeban (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:109) mengemukakan bahwa “Latihan beban jika dilaksanakan dengan benar, kecuali dapat mempertinggi kesehatan fisik secara keseluruhan, akan dapat mengembangkan kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan kelentukan, yang merupakan faktor-faktor penting bagi setiap atlet”. Menurut Harsono (1988 :

(22)

5

dilakukan secara berulang –ulang, dengan kian menambah jumlah beban

latihan atau pekerjaan”.

Program latihan untuk mengembangkan kekuatan, daya ledak otot dapat dilakukan dengan latihan – latihan tahanan ( resistance exercise ), di mana kita harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, beban itu bisa berupa beban dari luar ( exerternal resistance), ataupun anggota tubuhnya sendiri ( internal resistance ). ( O’Shea, 1976; Harsono, 1988) dalam Hermawan ( 1995 : 5 ).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti efektifitas latihan beban yang menggunakan beban berat badan sendiri, karena berat badan merupakan beban yang paling praktis dan aman untuk meningkatkan kekuatan, daya ledak, dan daya tahan otot terutama bagi pemula atau atlet muda ( Nossek, 1982 ) dalam Hermawan ( 1995 : 5 ).

Maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Latihan Push Up Terhadap Peningkatan Kekuatan Dan Daya Ledak Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis Bagi Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Masih banyak siswa yang belum mengusai pukulan smash.

(23)

6

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah dalam penelitian ini hanya membahas permasalahan tentang

”Pengaruh Latihan Push Up Terhadap Peningkatan Kekuatan Dan Daya

Ledak Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis Bagi Siswa Putra Kelas VIII

SMP Negeri 21 Bandar Lampung “

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah latihan push up berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot lengan?

2. Apakah latihan push up berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot lengan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Mengetahui besarnya pengaruh latihan push up terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis Bagi Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung

(24)

7

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak–pihak yang terkait :

1. Bagi siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya kekuatan dan daya ledak otot lengan.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang baik untuk peneliti, dan memberikan informasi tentang model latihan yang baik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kekuatan dan daya ledak otot lengan.

3. Bagi Guru

Dapat dijadikan acuan guru pandidikan jasmani, bahwa dalam pembelajaran semua cabang olahraga permainan, kekuatan dan daya ledak otot lengan.dapat ditingkatkan dengan model latihan push up.

G. Penjelasan Judul 1. Pengaruh

Menurut Alwi Hasan (2003 : 849) pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang/benda) yang ikut membentuk watak,

(25)

8

2. Latihan

Harsono (1988 : 101) “training adalah proses sistem yang sistematis dari

berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang – ulang, dengan

kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”

3. Push Up

Push up adalah salah satu bentuk latihan beban yang dapat dikerjakan dengan pembebanan berat badan, latihan ini efektif dan aman untuk dilakukan. Latihan push up sangat baik untuk mengembangkan otot – otot pergelangan tangan dan tangan, otot – otot siku ( triceps brachii dan anconeus ), otot – otot shoulder horizontal flexor ( anterior deltoid ) dan otot – otot dada ( pectoralis major dan minor ) ( Arnheim, 1985 : Johnson, 1986, dan Luttgens, 1992 ) dalam Hermawan (1995 : 37 ).

4. Kekuatan

Menurut Sajoto (1988), Kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat menggunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Berdasarkan para pendapat ahli disimpilkan bahwa kekuatan adalah kemampuan dari suatu otot untuk bekerja menahan beban secara maksimal.

5. Daya Ledak

(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Permainan Bulutangkis

Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer, banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Permainan bulutangkis sudah ada sejak pemerintahan tentara Dinasti Han di Cina pada abad kedua dan tiga masehi. Permainan bulutangkis tersebut dianggap sangat berguna untuk melatih ketangkasan dan kekuatan tentara Dinasti Han.

Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang berlawanan. Mirip dengan tenis, bulutangkis dimainkan dengan pemain di satu sisi

bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock") melewati net agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan. Dia juga harus mencegah hal tersebut terjadi padanya.

(27)

10

dan kedua diberistirahat, dan setelah waktu istirahat, dilakukan pertukaran tempat. yang dinyatakan menang adalah tunggal/ganda yang sampai akhir pertandingan lebih banyak mengumpulkan point, adapun ketentuan penilaian dalam permainan bulutangkis :

 Satu set terdiri dari 21 poin.

 Bila terjadi kedudukan 20 sama, otomatis akan terjadi jus 2 (permainan

akan berakhir pada poin 22).

 Jus 2 akan otomatis diberlakukan bila kemudian terjadi lagi kedudukan

sama (permainan akan berakhir dengan selisih 2 poin).

 Bila terjadi kedudukan 29 sama, tidak lagi diberlakukan jus (permainan

akan berakhir pada poin 30).

a) Perlengkapan permainan bulu tangkis :

1) Lapangan, lapangan yang rata dengan ukuran panjang 13,40 dan 6,10 meter ( Tarigan, 2013 : 2 ) Pemain menetapkan di antara dua wilayah servis. Ada wilayah servis untuk tunggal, yakni berlebar 5,18 meter dan panjangnya 13,40 meter. Areal servis untuk ganda berukuran 6,10 meter pada lebarnya dan 11,88 meter panjangnya. Wilayah servis dibagi dua belahan. Di tengah-tengah lapangan berdiri jaring/net, yakni 1,55 meter tingginya. Garis-garis servis pendek berentang 1,98 meter dari jaring. Kotak servis kiri dan servis kanan dipisahkan oleh garis di tengahnya. Akan tetapi dalam

(28)

11

Lampung, di adakan modifikasi lapangan bulutangkis dan peraturannya.

Gambar 1. Lapangan Bulutangkis

2) Raket, raket dipergunakan sebagai pemukul bola, panjang raket sekitar 26 inchi beratnya antara 3,75 sampai 5,5 ons ( Tarigan, 2013: 3 )

Gambar 2. raket bulutangkis

(29)

12

Gambar 3. Shuttlecock

4) Pakaian dan sepatu, Seperti atlet lain pada umumnya, setiap pemain bulutangkis memiliki perlengkapan utama dan tambahan ketika tampil di sebuah permainan atau pertandingan. Baju, celana, sepatu tergolong asesori utama, sedang ikat tangan, ikat kepala, pengaman lutut bisa disebut tambahan. Sepatu bulutangkis haruslah enteng, namun menggigit bila dipakai di lapangan agar pemain dapat bergerak, balik maju maupun mundur tanpa terpeleset. Karet sol yang menggigit dibutuhkan karena frekuensi gerakan maju dan mundur di bulutangkis berlangsung tinggi, dalam tempo cepat. Sepatu bulutangkis umumnya berwarna putih kaos kaki tidak wajib namun sebaiknya memiliki daya serap keringat yang tinggi dan agak tebal supaya empuk dan mengurangi kemungkinan terjadinya iritasi kulit akibat pergesekan kulit.

(30)

13

menggunakan kaus tangan, pengikat kepala, atau penjaga lutut, balk untuk keperluan esensial maupun sekedar untuk menambah ramai penampilan.

Gambar 4. perlengkapan bermain bulutangkis b) Teknik Latihan Permainan Bulutangkis

Menurut Tony Grice (2002 : 14-22) latihan permainan bulutangkis yaitu handshake, melambungkankan bola, mengambil bola dengan raket, posisi siap, membawa bola, footwork dan pergerakan, latihan mempercepat serangan, latihan dasar serangan jauh, dan footwork berdasarkan perintah.

c) Teknik Dasar Pukulan Pada Bulutangkis

Agar dapat bermain Bulutangkis dengan baik dan berkualitas, maka setiap pemain harus menguasai teknik-teknik bermain bulutangkis. Terdapat beberapa teknik pukulan yang dapat dikuasai oleh seorang pemain, yaitu sebagi berikut :

(31)

14

servis yaitu servis panjang, servis pendek dan rendah, dan servis tanggung lainnya adalah servis drive dan flick (Tony Grice, 2002 : 25).

2) Forehand, pukulan forehand dilakukan dengan gerakan melempar sepenuhnya dari setengah sisi belakang lapangan, gerakan

menelungkupkan tangan bagian bawah terjadi pada pukulan forehand (Tony Grice, 2002 : 41).

3) Backhand, pukulan backhand ini dilakukan dengan gerakan mengulurkan tangan yang dominanan sepenuhnya ke arah atas dari sudut backhand lapangan anda dan merupakan kebalikan dari pukulan forehand, gerakan menelentangkan tangan bagian bawah terjadi pada pukulan backhand (Tony Grice, 2002 : 41).

4) Smash, pukulan smash ini dilakukan yang cepat, diarahkan ke bawah dengan kuat, dan tajam, untuk mengembalikan bola pendek yang telah dipukul ke atas (Tony Grice, 2002 : 85). Pukulan smash merupakan pukulan yang keras dan cepat, baik smash lurus maupun smash menyilang, keduanya dapat dipukul dengan ayunan yang sama (Icuk, Furqon, dan Kunta, 2004 : 48)

(32)

15

dari pukulan clear overhead, dan permukaan raket anda dimiringkan untuk mengarahkan bola lebih ke bawah (Tony Grice, 2002 : 71). 6) Lob, pengembalian tinggi yang diarahkan jauh ke belakang lapangan

(Tony Grice, 2002 : X). Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat penting bagi pola pertahanan maupun penyerangan (Icuk, Furqon, dan Kunta, 2004 : 42).

7) Drive, Pukulan datar yang mengarahkan bola dengan lintasan horizontal melintasi net. Baik drive forehand maupun backhand mengarahkan bola dengan ketinggian yang cukup untuk melakukan clear pada bola dengan jalur yang datar atau sedikit menurun (tony Grice, 2002 : 97). Pukulan drive adalah pukulan yang biasa

digunakan untuk menekankan lawan atau untuk tidak memberikan kesempatan kepada lawan mendapatkan bola-bola yang

melambungkan sehingga lawan tidak memperoleh kesempatan bagi atlet untuk melakukan pukulan atas (Icuk, Furqon, dan Kunta, 2004 : 64).

d) Kebutuhan Fisik Bulutangkis

Furqon, Muchsin, dan Kunto (2000) mengemukakan bahwa kualitas fisik permainan bulutangkis adalah

(33)

16

2. Daya tahan dan kekuatan otot serta daya tahan kardiorespiratori (Kapasitas Aerobik) yang baik, untuk mempertahankan irama gerak.

3. Kelincahan dan kecepatan

4. Kecepatan reaksi dan kecepatan dalam memberikan respons kepada pukulan lawan.

5. Kelenturan dan kecepatan terutama tampak dalam gerakn-gerakn menekuk dan meliuk tubuh, kaki dan lengan pada saat memukul dan mengembalikan bola lawan.

6. Koordinasi

7. Kualitas otot yang baik, terutama otot-otot, pergelangan tangan, lengan bawah dan atas, bahu, dada, leher, perut, kaki, dan paha punggung bagian bawah

B. Otot

Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia dan hewan yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Kelangsungan hidup manusia sebagian besar tergantung pada kemampuannya untuk mengatasi perubahan lingkungan. Sebagian besar sistem- sistem tubuh berperan dalam penyempurnaan gerak, namun sistem kerangka dan sistem ototlah yang secara bersama benar-benar menghasilkan gerakan. Penggerak itu adalah otot karena kemampuannya untuk melakukan kontraksi, extensibilitas dan elastisitas.

(34)

17

proses pembakaran atau oksidasi untuk menimbulkan tenaga yang kita gunakan untuk aktipitas, baik aktipitas yang bersifatnya reflektoris maupun gerakan sadar.

1) Fungsi otot

Fungsi otot-otot pada tulang adalah menghasilkan gaya yang menimbulkan gerakan. Soedjono Basoeki (1988: 76-77) berpendapat bahwa otot mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :

a) Fungsi gerak terdiri dari gerak bentuk tubuh lokomosio (berpindah tempat), bentuk gerakan bagian tubuh, perubahan ukuran lubang, bentuk tenaga dorongan terhadap substansi melalui tabung,

misalnya dorongan terhadap darah yang melalui arteri karena dorongan jantung atau lewatnya makanan melalui saluran pencernaan makanan karena lambung dan usus kontraksi.

b) Fungsi dalam pemeliharaan postur tubuh. Kontraksi parsial beberapa otot kerangka dilanjutkan dengan serempak sehingga memungkinkan berdiri, duduk atau dalam posisi-posisi lain bagi tubuh.

c) Fungsi sebagai penghasil panas tubuh. Perubahan kimia yang terjadi dalam kegiatan otot menghasilkan panas yang cukup untuk pemeliharaan panas tubuh.

C. Kekuatan

(35)

18

kekuatan memainkan peranan penting dalam komponen-komponen kemampuan fisik yang lain misalnya power, kelincahan, kecepatan. Dengan demikian kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi yang optimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan tegangan maksimal guna untuk menarik atau menyangga suatu beban tertentu (PB PBSI, 1985 : 28).

a) Pengertian kekuatan

Harsono (1988 : 177) menyatakan bahwa kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena 1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik; 2) kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet / orang dari kemungkinan cidera; dan 3) kekuatan dapat mendukung kemampuan kondisi fisik yang lebih efisien. Meskipun banyak aktivitas olahraga yang lebih memerlukan kelincahan, kelentukan atau fleksibilitas, kecepatan, daya ledak dan sebagainya, namun faktor-faktor tersebut tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Sedangkan menurut Sajoto (1988), Kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat menggunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Berdasarkan para pendapat ahli disimpilkan bahwa kekuatan adalah kemampuan dari suatu otot untuk bekerja menahan beban secara maksimal.

(36)

19

Menurut PPIKOR ( 2012 : 108 – 109 ) membagi kekuatan menjadi tiga bagian ditinjau dari segi latihan fisik, yaitu :

1) Kekuatan Maksimal

Kekuatan maksimal merupakan kemampuan otot untuk mengatasi beban atau tahanan secara maksimal. Kekuatan maksimal dibutuhkan terutama dalam cabang – cabang olahraga yang lebih banyak mengatasi beban luar seperti angkat besi, gulat, serta nomor – nomor lempar dan tolak dalam cabang atletik.

2) Kekuatan Kecepatan ( Power )

Merupakan kemampuan otot untuk mengatasi beban / tahanan dengan kecepatan konstraksi yang tinggi. Kemampuan ini merupakan

kombinasi antara kekuatan dan kecepatan. Kekuatan kecepatan terutama dibutuhkan dalam cabang – cabang olahraga yang menuntut ledakan (eksplosif) tubuh, seperti cabang tolak, lempar dan lompat dalam atletik, lompat dan smash dalam bola voli, lari sprint dan lain – lain.

3) Daya Tahan Kekuatan

Merupakan kombinasi antara kekuatan dan daya tahan. Daya tahan kekuatan adalah kemampuan otot untuk mempertahankan atau mengatasi kelelahan yang disebabkan pembebanan kekuatan dalam waktu yang relatif lama.

c) Jenis Latihan Kekuatan

(37)

20

latihan berbeban. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa latihan berbeban akan meningkatkan kekuatan dan daya ledak ( Berger, 1962 :

O’Shea, 1976 dan Fox 1984 ) dalam Hermawan ( 1995 : 21 ).

Sekarang ini telah banyak peralatan yang dapat dipakai sebagai beban, seperti baju rompi, barbell dan lain sebagainya. Apabila peralatan tidak ada maka berat badan sendri dapat dipakai sebagai beban ( Nossek, 1982 ), karena latihan beban dengan menggunakan berat badan sendri selain paling efektif, juga lebih praktis dan aman. Salah satu di antara sekian banyak bentuk latihan beban dengan berat badan sendiri yang lebih aman dan praktis adalah gerakan push up. Latihan push up sangat baik dipakai untuk atlet – atlet pemula atau yang masih muda ( Johnson dan Nelson, 1986 : Hazeldine, 1989 ) dalam Hermawan (1995 : 22).

D. Daya Ledak

a. Pengertian daya ledak

Daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh (Suharno HP, 1998:36). Daya ledak yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1995: 17). Untuk mendapatkan tolakan yang kuat dan kecepatan yang tinggi seorang atlet harus memiliki daya ledak yang besar.

(38)

21

kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat. Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Daya ledak ini diperlukan di beberapa gerakan asiklis, misalnya pada atlet seperti melempar, tendangan tinggi atau tendangan jauh (Harre,1982:16).

Lebih lanjut dikatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan

olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi (Harre, 1982:102). Power atau daya ledak sering juga disebut eksplosif power atau muscular power. Menurut Harsono (1988: 200)

bahwa “Power adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan

maksimal, dalam waktu yang sangat cepat”.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian daya ledak adalah kemampuan otot seseorang untuk melakukan suatu kerja dengan kekuatan maksimal dalam waktu secepat – cepatnya.

b. Jenis – jenis daya ledak

Menurut Bompa ( 1986 ) dalam Hermawan ( 1995 : 25 ) daya ledak berdasarkan olahraga dibagi dua macam yaitu :

1) Power asiklik

(39)

22

2) Power siklik

Power siklik biasa digunakan pada olahraga yang gerakannya berulang

– ulang sama, contohnya pada lari cepat, berenang, bersepeda dan

olahraga lainnya.

E. Latihan Fisik

a. Pengertian latihan

Latihan berasal dari kata ″Latih“ yang berarti : belajar membiasakan diri

agar mampu melakukan sesuatu, sedangkan latihan berarti hasil dari latih (Depdikbud, 1995 : 569).

Harsono (1988 : 101) “training adalah proses sistem yang sistematis dari

berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang – ulang, dengan kian

hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”

Yang dimaksud dengan sistematis adalaha berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, latihan yang teratur, dari sederhana ke yang lebih kompleks. Berulang – ulna maksudnya ialah agar gerakan – gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian hari maksudnya setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk ditambah babannya, jadi bukan berarti harus setiap hari.

Pelaksanaan latihan berhubungan erat dengan frekuensi latihan, lama latihan dan intensitas latihan. Frekuensi latihan adalah berapa kali

(40)

23

1982 : Nossek, 1982) dalam Hermawan (1995 : 33). Kemudian Lamb (1984) dalam Hermawan (1995 : 33) menyatakan bahwa latihan sebaiknya dilakukan 3 hari perminggu.

b. Tujuan Latihan

Harsono (1988 : 100) tujuan training, tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan

keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu :

1) Latihan Fisik (Physical Training)

Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan – latihan dengan sempurna. Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya tahan

kardiovaskular, daya tahan kekuatan, kekuatan, kekuatan otot,

kelentukan, kecepatan, stamina, kelincahan, power. Komponen tersebut yang utama harus dilatih dan dikembangkan oleh atlet.

2) Latihan Teknik (Technical Training)

(41)

24

3) Latihan Taktik (Tactical Training)

Tujuan latihan taktik adalah untuk menumbuhkan perkembangan interpretive atau daya tafsir pada atlet. Teknik – teknik gerakan yang telah dikuasai dengan baik, kini haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola – pola permainan, bentuk – bentuk dan formasi – formasi.

4) Latihan Mental (Psychological Training)

Latihan – latihan mental adalah latihan – latihan yang lebih

menekankan pada perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet serta perkembangan emosional dan impulsif. Misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan emosi meskipun berada dalam situasi stress, sportivitas, percaya diri, kejujuran, dan sabagainnya.

c. Prinsip – prinsip Latihan

1) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan

Fox (1988 : 278) dalam Heru (2012 : 8) menyebutkan latihan pemanasan atau warming up meningkatkan suhu badan dan otot, meningkatkan enzim, meningkatkan metabolisme otot. Cidera pada otot dan sendi akan jarang terjadi apabila selama berlatih atau bertanding didahulu dengan pemanasan.

2) Prinsip Pengulangan

(42)

25

gerakan yang otomatis. Jika gerakan – gerakan dalam olahraga tersebut telah dapat dilakukan dengan otomatis maka gerakan tersebut akan dapat dilakukan dengan cepat dan efiien dalam penggunaan tenaga hal ini akan memungkinkan pencapaian prestasi olahraga yang lebih baik.

3) Prinsip Beban Lebih Secara Progresif

Bompa (1990 : 44) dalam Heru (2012 : 8) yaitu penggunaan beban secara overload, akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh, selain itu juga peningkatan prestasi terus menerus hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan.

4) Prinsip Kekhususan

Menurut Pyke, (1991 : 119) dalam Heru (2012 : 9) latihan harus ditunjukan khusus terhadap sistem energi atau serabut otot yang digunakan juga dikaitkan dengan peningkatan keterampilan motorik khusus.

5) Prinsip Makanan Yang Baik

Dimana dalam hal ini menurut Pate, Clanaghan, Ronettela, (1984 : 272) dalam Heru (2012 : 9) bahwa makanan olahragawan harus

(43)

26

6) Prinsisp Perbedaan Individu

Bompa (1990 : 36 – 37) dalam Heru (2012 ; 9) mengemukakkan bahwa faktor – faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh kedewasaan, latar belakang pendidikan, kemampuan berlatih, tingkat kesegaran jasmani, ciri – ciri psikologisnya semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam mendesain program latihan.

d. Latihan Push up

Push up adalah salah satu bentuk latihan beban yang dapat dikerjakan dengan pembebanan berat badan, latihan ini efektif dan aman untuk dilakukan. Latihan push up sangat baik untuk mengembangkan otot – otot pergelangan tangan dan tangan, otot – otot siku ( triceps brachii dan anconeus ), otot – otot shoulder horizontal flexor ( anterior deltoid ) dan otot – otot dada ( pectoralis major dan minor ) ( Arnheim, 1985 : Johnson, 1986, dan Luttgens, 1992 ) dalam Hermawan (1995 : 37 ).

Dalam melakukan gerakan push up tubuh akan dipertahankan dengan sikap kekakuan ekstensi, banyak otot lain berkontraksi secara statik untuk stabilitas pergelangan kaki, kaki, panggul, dan dada ( Johnson, 1986 : Luttgens, 1992 ) dalam Hermawan (1995 : 37 ).

(44)

27

satu garis. Kemudian turunkan badan sampai dada menyentuh lantai, kembali ke sikap semula. Gerakan ini dihitung satu gerakan dan gerakan ini dilakukan berulang-ulang sekuat mungkin.

Untuk melihat urutan gerakan push up dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Push up sikap awal

Gambar 6. Push up sikap akhir

F. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Hermawan (1995), yang berjudul

“ Perbandingan pengaruh latihan push up biasa dengan latihan push up

(45)

28

push up biasa (329,500), kesimpulannya ada kecenderungan latihan push up tepuk dapat meningkatkan daya ledak otot lengan lebih baik dari pada latihan push up biasa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ikang Fauzi (2010), yang berjudul

“Pengaruh latihan push up tanpa tepuk tangan dan tepuk tangan dan push

up tepuk tangan terhadap power otot lengan pada siswa eskul karate SMA Mutiara natar lampung selatan tahun pelajaran 2009/2010”.

Menyimpulkan bahwa latihan push up tanpa tepuk tangan terhadap peningkatan power otot lengan. thitung 5,579 dengan ttabel 1,725 artinya ada pengaruh latihan push up tanpa tepuk tangan terhadap peningkatan power otot lengan pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan latihan push up tepuk tangan terhadap peningkatan power otot lengan, thitung 8,421 dengan ttabel 1,725 artinya ada pengaruh latihan push up tepuk tangan terhadap peningkatan power otot lengan pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan power otot lengan latihan push up tepuk tangan lebih baik, efektif, dan efisien dibandingkan dengan latihan push up tanpa tepuk tangan.

3. Penelitian Yang Dilakukan Oleh I Made Suarsana, Yang Berjudul

“Pengaruh Latihan Push Up Terhadap Kekuatan Otot Lengan pada Smash

(46)

29

2,201. Jadi thitung lebih besar dari pada ttabel atau thitung=: 16,55 > ttabel = 2,201 . Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan (berarti), antara latihan push-up terhadap Kekuatan Otot Lengan pada smash dalam

permainan bola voli dapat diterima. Simpulan dalam penelitian ini, bahwa latihan push- up dapat meningkatkan Kekuatan Otot Lengan pada smash dalam permainan bola voli Club Sigma Palu.

G. Kerangka Pikir

Dalam suatu kerangka pemikiran harus memuat suatu teori sebagai arahan untuk membimbing penelitian ini dalam memilih data yang relevan dan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis.

Maka dapat diketahui bahwa kekuatan dan daya ledak otot lengan merupakan kemampuan yang penting dalam berbagai cabang olahraga. Setiap cabang olahraga memerlukan ketrampilan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, suatu keterampilan memerlukan gerakan yang cepat dan kuat. Gerakan yang cepat dan kuat tersebut tergantung dari seberapa besar kekuatan dan daya ledak otot.

Kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah

(47)

30

bentuk latihan-latihan untuk meningkatkan kekuatan dan daya ledak otot lengan , salah satu diantarannya melalui Latihan Push Up untuk

meningkatkan Peformance pemain bulutangkis seperti pada peta konsep berikut :

Gambar 7. Kerangka Fikir Penelitian

H. Hipotesis

Sugiyono (2008:64) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data.”

Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya harus diuji secara empiris melalui data-data yang terkumpul.

“Pengaruh latihan push up biasa terhadap peningkatan kekuatan dan daya

ledak otot lengan pada cabor bulutangkis bagi siswa putra kelas VIII SMP Negeri 21 bandar lampung”

kelompok kontrol X2

kelompok eksperimen X1 Kekuatan Y1

(48)

31

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan antara latihan push up biasa terhadap peningkatan kekuatan otot lengan pada cabor

bulutangkis bagi siswa putra kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara latihan push up biasa terhadap peningkatan kekuatan otot lengan pada cabor

bulutangkis bagi siswa putra kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara latihan push up biasa terhadap peningkatan daya ledak otot lengan pada cabor

bulutangkis bagi siswa putra kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

(49)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) “Metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh latihan push up terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot lengan pada Cabor Bulutangkis bagi siswa putra kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen. Yaitu merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik.

Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat.

(50)

33

kekuatan dan daya ledak otot lengan .Setelah diperoleh nilai hasil tes awal, dilakukan ordinal pairing yaitu membagi 2 kelompok secara silang sehingga terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan pengajaran latihan push up. Perlakuan ini dilakukan kurang lebih selama 16 kali pertemuan, setelah 16 kali pertemuan baik kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan dan kelas eksperimen di tes kemampuan akhirnya ( post test).

B. Desain Penelitian

Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok Tes Treatmen Tes

Dengan demikian kelompok tersebut diberi perlakuan yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan.

C. Variabel Penelitian kelompok eksperimen X1

kelompok kontrol X2

Kekuatan Y1

(51)

34

Gambar 8. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Suharsimi Arikunto (2002: 96). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan judul penelitian, maka terdapat variabel yaitu :

1. Variabel bebas ( X1 ) yaitu kelompok eksperimen 2. Variabel bebas ( X2) yaitu kelompok kontrol 3. Variabel terikat ( Y1 ) yaitu Kekuatan Otot Lengan 4. Variabel terikat (Y2) yaitu Daya Ledak Otot Lengan

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 108). Populasi dibatasi oleh jumlah subjek atau individu paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Maksud dari pengertian di atas adalah keseluruhan individu yang akan dijadikan objek penelitian dan paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Adapun sifat yang sama dimaksud dalam penelitian ini adalah Siswa Putra SMP N 21 Bandar Lampung. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai objek penelitian adalah siswa putra SMP N 21 Bandar Lampung kelas VIII yang berjumlah 120 siswa.

(52)

35

Dalam suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh populasi diteliti, akan tetapi dapat dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Arikunto,1992 : 107) sebagai berikut : Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar (lebih dari 100 orang) maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih besar dari itu.

Menurut (Suharsimi Arikunto, 1993:105)“Penelitian sampel baru boleh

dilaksanakan apabila keadaan subyek didalam populasi benar-benar homogen. Apabila subyek tidak homogen maka kesimpulannya tidak boleh diberlakukan bagi seluruh populasi (hasilnya tidak boleh di generalisasikan).

Bertitik tolak dari pendapat di atas, dalam penelitian ini penulis mengambil subjek penelitian sebesar 25 % dari 120 populasi. Dengan demikian jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 30 siswa.

Sehubungan jumlah populasi siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung, terdiri dari 8 kelas, maka pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan perincian sebagai berikut :

Sampel = jumlah siswa laki-laki x 25%

(53)

36

= 30 siswa

Maka dalam penelitian ini penulis mengambil subjek penelitian, sebanyak 30 siswa.

E. Metode Pengumpulan Data

Menurut Ali maksum ( 2009 : 54 ) pengumpulan data adalah proses pengadaan data baik primer maupun sekunder untuk kepentingan

penelitian.Untuk mendapat data-data yang di jadikan bahan penelitian, banyak cara atau metode yang di gunakan, data-data yang terkumpul masih

merupakan data-data mentah dan masih perlu di himpun,di susun secara sistematis, agar dapat membantu mempermudah mengolahnya.

Siswa putra SMP Negeri 21 Bandar Lampung sebagai populasi penelitian. Dalam hal ini akan melakukan tes dan menggunakan metode tes,yaitu dengan tes ,kekuatan otot lengan menggunakan tes push and pull dynamometer dan tes daya ledak otot lengan menggunakan tes medicine ball.

F. Lokasi dan Subjek Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung. lokasi di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

G. Instrumen Penelitian

(54)

37

suatu alat ( instrument ) pengumpulan data atau informasi tentang atau status sesuatu yang digunakan dengan setandar tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998:138). Dengan demikian, instrument yang digunakan berbentuk tes berstandar (standardized test) yakni tes yang telah tersedia dan teruji keandalanya.

1. Tes Kekuatan Otot Lengan

Tes kekuatan otot lengan pengukurannya dengan alat ukur push and pull dynamometer : Satuan dalam instrumen push and pull dynamoeter ini adalah kilogram, memiliki indeks validitas sebesar 0.62 dan reliabilitas 0,63.

a) Tujuannya : Untuk mengukur kekuatan otot lengan. b) Alat dan perlengkapan terdiri atas :

1. Alat ukur push and pull dynamometer 2. Alat-alat tulis.

3. Peluit.

4. Buku pencatat hasil.

c)

Pelaksanaan tes :

1.

Selama melakukan tes, siswa di wajibkan melakukan pemanasan

terlebih dahulu supaya ketika memegang alat tes, siswa tidak mengalami cidera.

(55)

38

3.

Siswa siap berdiri dengan memegang alat dan pandangan lurus ke

depan.

4.

Tangan memegang pull dan push dynamometer dengan kedua

tangan di depan dada.

5.

Posisi tangan dan lengan lurus sejajar dengan bahu.

6.

Siswa diharuskan menekan alat dengan kedua tangan secara

bersama-sama sekuat-kuatnya

7.

Siswa diharuskan menarik alat tersebut dengan kedua tangan

dengan arah berlawanan sekuat-kuatnya pada alat tersebut

Gambar 9. Push and pull dynamometer Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Lengan :

Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali tes, hasil yang terbaik

digunakan sebagai data penelitian. Satuan pengukuran kilogram sampai ketelitian 1 kg.

(56)

39

a. Setiap siswa di beri kesempatan 3 kali untuk melakukan mengukur kekuatan otot lengan.

b. Untuk mengetahui hasil tersebut setiap siswa yg di damping seorang pengajar pada saat menekan atau menarik alat tersebut harus teliti melihat jarum petunjuk berputar ke arah angka berapa. (nur hasan 1986).

2. Tes Daya Ledak Otot Lengan

Tes daya ledak otot lengan pengukurannya dengan alat ukur medicine ball. memiliki indeks validitas sebesar 0.84 dan reliabilitas 0,81.

Gambar 10. Tes Two-Hand Medicine Ball

a. Tujuan : Mengukur daya ledak otot lengan dan bahu. b. Peralatan :

(57)

40

3. Kapur atau isolasi berwarna

4. Tali yang lunak untuk menahan tubuh 5. Bangku

6. Alat ukur / rol meter 7. Formulir tes

8. Alat tulis c. Petugas tes:

1. Pemandu tes

2. Pengukur jarak

3. Pencatat hasil

d. Pelaksanaan tes :

1. Siswa duduk di atas kursi sambil kedua tangan memegang bola medicine depan dada dan di bawah dagu.

2. Siswa mendorong bola jauh ke depan sejauh mungkin, punggung tetap menempel di sandaran kursi, ketika mendorong bola, tubuh testi ditahan dengan menggunakan tali oleh pembantu tester. 3. Hasil tolakan diukur mulai dari tepi luar kaki kursi yang telah

diberi garis batas sampai tanda dimana bola tersebut jatuh. 4. Siswa melakukan ulangan sebanyak tiga kali.

5. Jarak dorongan medicine kedepan tidak diukur apabila,pada saat peserta tes mendorong bola dibantu oleh gerakan badan.

(58)

41

1. Jarak diukur dari tempat jatuhnya bola hingga ujung bangku 2. Nilai yang diperoleh adalah jarak yang terjauh dari ketiga ulangan

yang dilakukan.

Gambar 11. Medicine ball Hasil Pengukuran daya ledak Otot Lengan :

Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali tes, hasil yang terbaik digunakan sebagai data penelitian. Satuan pengukuran kilogram sampai ketelitian 2.688 kg.

H. Tekhnik Analisis Data

Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir.

(59)

42

1. Uji normalitas, menggunakan liliefors

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk menggunakan uji normalitas ini adalah menggunakan uji liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti prosedur sudjana, 1992 : 266 yaitu:

Pengamatan X1,X2,…,Xndijadikan bilangan baku

Z1,Z2,…,Z n dengan menggunakan rumus :

SD : simpangan baku Z : skor baku

X : Row skor

̅ : Rata-rata

Untuk tiap bilangan baku ini dapat menggunakan daftar distribusi normal buku. Kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).

Selanjutnya dihitung Z1, Z2,…, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi kalau proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka :

Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlak. Ambil harga paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini dengan Lo. Setelah harga Lo, nilai hasil perhitungan tersebut

(60)

43

signifikan 0,05. bila harga Lo lebih kecil (<) dari L tabel maka data yang akan diolah tersebut berdistribusi normal sedangkan bila Lo lebih besar (>) dari L tabel maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Lo < L tabel : normal

Lo > l tabel : tidak normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sample memiliki varian yang homogen atau tidak.

Menurut Sudjana, 2002 : 250 untuk menguji homogenitas digunakan rumus sebagai berikut:

Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan rumus Dk pembilang: n-1 (untuk varian terbesar)

Dk penyebut : n-1 (untuk varian terkecil) Taraf siknifikan (0,05) maka dicari pada tabel F Didapat dari tabel F

Dengan criteria pengujian

Jika : F hitung F tabel tidak homogen

F hitung ≤ F tabel berarti homogen

Pengukian homogenitas ini bila F hitung lebih kecil (<) dari F tabel maka data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tetapi sebaliknya bila F

Terkecil Varians

Terbesar Varians

(61)

44

hitung lebih besar (>) dari F tabel maka kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.

3. Uji t

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok sample maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan beberapa alternative:

a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang

homogen ( 12 ) maka uji t – tes yang dipergunakan untuk

menguji hipotesis penelitian seperti yang dikemukakan oleh Sudjana, I992 sebagai erikut:

2

X : rerata kelompok eksperimen

X : rerata kelompok kontrol

S1 : simpangan baku kelompok eksperimen S2 : simpangan baku kelompok kontrol n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen

(62)

45

n2 : jumlah sampel kelompok kontrol

b. Salah satu data berditribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal (  ) kedua kelompok sampel yang mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen maka rumus yang digunakan menurut Sudjana, (1992: 241) :

hitung

X : rerata kelompok eksperimen

X : rerata kelompok kontrol

S1 : simpangan baku kelompok eksperimen S2 : simpangan baku kelompok kontrol n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : jumlah sampel kelompok kontrol

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan seperti yang dikemukakan Sanafiah Faisal, 1982 : 371 adalah :

(63)

46

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sebaliknya bila Z hitung > dari Z tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

d. Analisis uji t pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok latihan push up, maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan berdasarkan alternative. Menurut Sujana, 2005 : 242 untuk menguji pengaruh latihan Push Up terhadap Kekuatan otot lengan dan daya ledak otot lengan siswa adalah sebagai berikut:

n

B

B

T

hitung

S

Keterangan :

B = Rata-rata Selisih antara post test pretest

B S

= Simpangan baku Selisih antara post test pretest

(64)

60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh latihan push up terhadap peningkatan kekuatan otot lengan bagi siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

2. Ada pengaruh latihan push up terhadap peningkatan daya ledak otot lengan bagi siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

3. Latihan push up lebih baik dibandingkan dengan tidak latihan puh up terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot lengan bagi siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

B. Saran

1. Bagi siswa agar dapat meningkatkan kekuatan dan daya ledak otot lengan.

(65)

61

sampel penelitian yang lebih besar; b) waktu penelitian yang lebih lama.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian. : PT. Rineka Cipta. Jakarta Arikunto, Suharismi. 2006. Prosedur penelitian. P.T.Rineka Cipta. Jakarta.

Bompa, D. Tudor. 1999. Periodization Training for Sport : Program for Peak Strenght In 35 Sport. USA. York University. Humam Kinetics.

Fox, EL. 1984. Sport Physiology. 2nd ed, Saunders College Publishing, New york. Grice, Tony. 2002. Bulu Tangkis Petunjuk Praktis Untuk Pemula dan Lanjut. PT

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. CV. Tombak Kesuma. Jakarta

Hermawan, Rahmat. 2010. Ilmu faal Dasar. Unila.

Hermawan, Rahmat. 1995. Perbandingan Pengaruh Latihan Push Up Biasa Dengan Latihan Push Up Tepuk Tangan Terhadap Kekuatan Serta Daya Ledak Dan Daya Tahan Otot Lengan. Tesis. Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Herre, D. 1982. Priciple of Sport Training Introduction to Theory and Methode of Training, Berlin. Sport Vers Lag.

Icuk, Furqon, dan Kunta. 2004. Total Badminton. CV Styaki Eka Anugrah. Solo. Nossek, Josef. 1982. General Theory of Training. Lagos : African Press. Ltd. PB PBSI. 1985. Pola Pembinaan Bulutangkis Nasional.

PPIKOR. 2012. Ilmu Kesehatan Olahraga. Unila.

Sajoto, M, 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung. Tarsito Sulistianta, H, 2012. Athletics for all. Unila.. Suranto. 2010. Kinesiologi. Unila.

Tarigan, Herman. 2013. Peraturan Permainan Bulutangkis dan Rekomendasi Untuk Pejabat Teknik Lapangan. Bahan Ajar. Unila.

Gambar

Tabel
Gambar 1. Lapangan Bulutangkis
Gambar 3. Shuttlecock
Gambar 4. perlengkapan bermain bulutangkis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Latihan yang bisa meningkatkan daya ledak otot lengan salah satunya adalah latihan dumbell.Untuk mengetahui pengaruh latihan dumbell terhadap peningkatan daya

penelitian: untuk mengetahui pengaruh latihan plyometric push-up dan clapping push-up terhadap peningkatan power otot lengan pada remaja usia 12-15 tahun.. Metode

Skripsi dengan judul “ Hubungan Kekuatan Otot Lengan dan Panjang Lengan Dengan Hasil Push Pada Permainan Hoki Indoor Pada Mahasiswa Putra Penjaskesrek Angkatan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009.. Sumbangan Daya Ledak Otot Lengan Bahu, Kekuatan Otot Lengan Bahu dan Daya Ledak Otot Tungkai terhadap Hasil Jumping Service dalam Permainan

Bestman Sibuea Perbedaan Pengaruh Latihan Incline Push-Up dan Latihan Whellbarrow Terhadap Power Otot Lengan dan Hasil Kecepatan Pukulan Chudan Tsuki pada Karateka

Empat puluh siswa laki-laki yang sehat dipilih dari 45 siswa yang memiliki kelemahan kemampuan biomotor kekuatan otot lengan, power otot lengan dan daya tahan

Latihan yang bisa meningkatkan daya ledak otot lengan salah satunya adalah latihan dumbell.Untuk mengetahui pengaruh latihan dumbell terhadap peningkatan daya

penelitian: untuk mengetahui pengaruh latihan plyometric push-up dan clapping push-up terhadap peningkatan power otot lengan pada remaja usia 12-15 tahun.. Metode