• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL LAWATAN SEJARAH TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL LAWATAN SEJARAH TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014 2015"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL LAWATAN SEJARAH TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS VII SMP

NEGERI 3 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh

Yuni Erwianisya NIM 3101411067

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

Jadikanlah kejujuran sebagai kendaraanmu, kebenaran sebagai senjatamu dan Allah sebagai tujuan hidupmu.

If you can dream it, you can achive it.

Terkadang kita harus berhenti khawatir, iman yang kita miliki adalah jalan keluar, mungkin tidak seperti yang direncanakan, tetapi bagaimana yang seharusnya.

Persembahan:

Dengan tidak mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah SWT,

karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak Wiyono tercinta atas doa dan pengorbanan yang tiada henti demi

masa depan yang lebih baik dan juga pengalaman hidup yang selalu jadi

inspirasi.

2. Ibu Isyamidah tercinta atas doa yang tiada henti, semangat, kasih sayang

dan nasehat perjalanan hidup yang selalu memotivasi untuk selalu tegar

dan sabar.

3. Kakakku (Prima Erwianisya) dan Adikku (Fajar Nuari Erwianisya) yang

yang ikut mendukungku menggapai cita.

4. Demek‟s People (Arry,Jeki, Eva, Novita, Hanif ), dan Sambel Bara, terima

kasih sudah menemaniku dan menjadi sahabat terbaikku.

5. Amna Aulia yang telah memberi semangat dan menemani penelitian.

6. Kos Eirenne terimakasih untuk kekeluargaan yang begitu hangat.

7. Dosen-dosen Sejarah yang telah mendidik dan membimbingku, serta

almamaterku UNNES.

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Model Lawatan Sejarah Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas VII

SMP Negeri 3 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015”.

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di

Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu sosial Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan

skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena

itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, maka penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

selaku pimpinan Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan pada penulis menimba ilmu di fakultas

ilmu sosial UNNES.

3. Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd, Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan penulis

selama menimba ilmu di Jurusan Sejarah.

4. Drs. Abdul Muntholib, M.Hum, Dosen Pembimbing atas segala bimbingan

dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Keluarga besar Jurusan Sejarah Fakutas Ilmu Sosial Universitas Negeri

(7)

vii

6. Harjanta, S.Pd, Kepala sekolah SMP Negeri 3 Magelang yang telah

memberikan izin dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

7. Siti Munjayanah, S.Pd guru mata pelajaran Sejarah di SMP N 3 Magelang

yang telah membantu dalam penelitian.

8. Siswa-siswi SMP Negeri 3 Magelang yang telah membantu dalam

menyelesaikan penelitian.

9. Segenap karyawan dan staff Tata Usaha SMP Negeri 3 Magelang atas

bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya. Selain itu dapat menambah referensi dalam pendidikan.

Semarang, April 2015

(8)

viii SARI

Erwianisya, Yuni. 2015. Pengaruh Penggunaan Model Lawatan Sejarah Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Semarang.

Kata kunci : pengaruh, hasil belajar, lawatan sejarah.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP N 3 Magelang menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga guru belum dapat mendekatkan siswa dengan pengalaman belajarnya. Hal ini juga mengakibatkan siswa cenderung bersikap pasif di kelas dan kurang dalam hal kemampuan kerjasama, berpikir kritis, sikap sosial, serta mengkonstruksi pengetahuannya, dimana sebenarnya kemampuan tersebut dapat berdampak positif dalam meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian ini digunakan

model pembelajaran Lawatan Sejarah. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk

mendapatkan gambaran tahapan-tahapan dari penerapan pembelajaran model lawatan

sejarah pada pembelajaran sejarah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Magelang, (2)

mengetahui pengaruh model pembelajaran Lawatan Sejarah pada pembelajaran

sejarah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Magelang..

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 3

Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 244 siswa. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dan diperoleh kelas VII D

sebagai kelas kontrol dan kelas VII E sebagai kelas eksperimen. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes dan dokumen. Rancangan eksperimen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai

post test kelas eksperimen yaitu 83,11 dan rata-rata kelas kontrol yaitu 77,22. Hasil

uji hipotesis (uji t dan uji regresi sederhana) nilai post test diperoleh nilai signifikansi

(0,00) < taraf signifikansi(0,05), yang berarti ada perbedaan hasil belajar sejarah kelas eksperimen dengan kelas kontrol, sedangkan uji regresi linear sederhana diperoleh nilai signifikansi= 0,019 dengan taraf signifikansi= 0,05. Karena nilai signifikansi= 0,019 < 0,05 =taraf signifikansi maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang

berarti ada pengaruh model pembelajaran Lawatan Sejarah terhadap hasil belajar

sejarah siswa. Koefisien determinasinya adalah 0,700. Hal ini berarti 70,0% hasil

belajar sejarah siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran Lawatan Sejarah, sisanya

30,0% dipengaruhi oleh fakor lain. Presentase ketuntasan hasil belajar klasikal kelas

eksperimen yaitu 93,33% ≥ 75 %, sedangakan persentase ketuntasan hasil belajar

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah………... ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Sejarah ... 10

(10)

x

C. Model Lawatan Sejarah... .... 20

D. Kerangka Berpikir ... 31

E. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 34

B. Populasi Penelitian ... 36

C. Sampel Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Uji Coba Instrumen ... 40

G. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 75

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Desain Penelitian Eksperimen ... 35

2. Hasil Perhitungan Validitas Soal ... 42

3. Hasil Perhitungan Daya Beda Soal ... 44

4. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ... 45

5. Hasil Uji Normalitas Populasi ... 59

6. Hasil Uji Homogenitas Populasi ... 60

7. Hasil Nilai Kognitif Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 61

8. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Pre Test Kelas Kontrol... 62

9. Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test Kelas Kontrol.... 63

10.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Pre Test Kelas Eksperimen ... 64

11.Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test Kelas Eksperimen ... 64

12.Gambaran Umum Hasil Aspek Kognitif Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65

13. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test Kelas Kontrol ... 65

14. Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test Kelas Kontrol 67 15. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test Kelas Eksperimen... 68

16. Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test Kelas Eksperimen ... 68

(12)

xii

18. Hasil Perhitungan Uji Persamaan Regresi ... 71

19. Daftar Uji F (ANOVA), Uji Keberartian ... 71

20. Daftar Uji F (ANOVA), Uji Linearitas ... 72

21. Daftar Uji Koefisien Determinasi ... 72

22. Hasil Perhitungan Uji Analisis Regresi Linear Sederhana ... 73

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Berpikir ... 32

2. Hasil Pre Test Kontrol... ... 163

4. Hasil Post Test Kontrol ... 164

5. Hasil Pre Test Eksperimen ... 165

6. Hasil Post Test Eksperimen... ... 166

7. Foto-foto Penelitian ... 167

8. Surat Ijin Penelitian ... 177

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Soal Uji Coba Penelitian ... 85

2. Soal Uji Coba ... 90

3. Kunci Jawaban Uji Coba ... 97

4. Kisi-kisi Soal Pre Test ... 98

5. Soal Pre Test ... 102

6. Kunci Jawaban Soal Pre Test ... 108

7. Kisi-kisi Soal Post Test ... 109

8. Soal Post Test ... 113

9. Kunci Jawaban Soal Post Test ... 119

10. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ... 120

11. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 121

12. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 122

13. Nilai Ulangan Harian Sejarah Siswa Kelas XI IPS ... 123

14. Tabulasi Data Penelitian ... 124

15. Tabulasi Data Penelitian ... 125

16. Angket Respon Siswa ... 126

17. Lembar Jawab Angket Respon Siswa ... 131

18. Tabulasi Penilaian Respon Siswa... 132

19. Lembar Pengamatan Kegiatan Guru Kelas Kontrol... 133

(15)

xv

21. Silabus ... 138

22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 141

23. Silabus ... 145

24. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 149

25. Jadwal Kegiatan Lawatan Sejarah ... 154

26. Sejarah Candi ... 157

27. Hasil Pre Test Kontrol ... 163

28. Hasil Post Test Kontrol ... 164

29. Hasil Pre Test Eksperimen... ... 165

30. Hasil Post Test Eksperimen ... 166

31. Foto-foto Penelitian ... 167

29. Surat Ijin Penelitian ... 177

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses yang kompleks, bukan hanya

memindahkan pengetahuan dari buku yang dimiliki kepada murid tetapi

merupakan proses panjang yang melibatkan proses psikologi, sosiologi dan

ketrampilan guru yang memadai. Pendidikan secara sempit dapat diartikan

mengajar atau menumbuhkan pengetahuan anak dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan anak yang lugu menjadi anak yang

berpikir kompleks dan anak yang berpribadi berkembang, dari anak yang

tergantung menjadi orang yang dapat berdiri sendiri (Dewanto, 1998:8).

Salah satu mata pelajaran yang berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa adalah mata

pelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan mata pelajaran sejarah memiliki arti

penting dalam pembentukan kesadaran dan wawasan kebangsaan. Arti

penting ini dapat ditangkap dari makna edukatif dari pendidikan sejarah itu

sendiri. Makna yang bisa ditangkap dari pendidikan sejarah adalah bahwa

pendidikan sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi yang

mempelajarinya (Widja, 1989:49).

Sikap positif siswa dalam pembelajaran sejarah, memiliki sumbangan

positif terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran sejarah.

(17)

2

dasarnya memiliki semangat dan motivasi belajar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang sikapnya negatif. Pada dasarnya, motivasi

belajar yang tinggi dari peserta didik, akan diikuti oleh intensitas belajar yang

lebih baik sehingga pada gilirannya dapat memperoleh prestasi belajar ang

lebih tinggi. Oleh karena itu, kualitas proses dan hasil pembelajaran sejarah

juga dipengaruhi sikap siswa terhadap pelajaran sejarah selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung (Aman, 2011: 123).

Pembelajaran sejarah dapat dilakukan dengan pembelajaran bervariasi.

Hal ini karena siswa dituntut dapat aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

Bukan hanya siswa tetapi guru juga dituntut untuk aktif dan kreatif dalam

pembelajaran. Guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang

menarik sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Menurut Kasmadi,

(1996:2) dalam pengajaran sejarah, metode, dan pendekatan serta model yang

dipilih merupakan alat komunikasi yang baik antara pengajar dan peserta

didik, sehingga setiap pengajaran dan uraian sejarah yang disajikan dapat

memberikan motivasi belajar Oleh karena itu, pembelajaran sejarah dilakukan

pembelajaran yang inovatif dengan melibatkan keaktifan peserta didik selama

proses pembelajaran sehingga pembelajaran sejarah menarik.

Pelajaran sejarah memiliki materi banyak, seringkali dianggap sebagai

pelajaran yang seolah-olah cenderung hafalan. Ditambah lagi dengan

kebijakan pemerintah yang semakin menyempitkan gerak langkah

(18)

sejarah di sekolah. Tidak mengherankan jika prestasi belajar sejarah siswa

juga cenderung kurang memuaskan (Aman, 2011:7).

Pada pelajaran IPS Sejarah banyak guru mengalami situasi yang tidak

jauh berbeda, anak-anak tidak aktif dalam pembelajaran, enggan

mengemukakan pendapatnya, mengantuk, bosan, malas, dan tidak

termotivasi. Sementara guru tak jarang pula mengabaikan dirinya sendiri.

Mereka mengajar dengan gaya tidak berubah, standar, formal, dan kaku

(Depdiknas, 2005: 5). Kondisi pembelajaran yang kurang kondusif, dimana

peserta didik tidak aktif dalam pembelajaran dan guru mengajar dengan

metode yang kurang menarik bagi peserta didik berpengaruh terhadap hasil

belajar peserta didik.

Menurut Wijiasih (2012) “kenyataan di lapangan dalam proses

pembelajaran IPS Sejarah siswa cenderung pasif, kurang bersemangat, bahkan

kadang ada yang kurang bersemangat dan tertidur. Kondisi seperti ini

dikarenakan kurangnya motivasi belajar siswa. Keadaan seperti ini jelas akan

berpengaruh pada hasil belajar siswa”. Jika kondisi seperti ini terus

berlangsung, lama kelamaan motivasi belajar sejarah siswa akan cenderung

menurun sehingga mengakibatkan hasil belajar rendah dan tujuan pembelajaran

sejarah tidak akan tercapai.

Hasil belajar atau yang disebut prestasi belajar dalam penelitian ini

adalah berupa angka-angka tertentu yang tercantum dalam nilai raport, prestasi

adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan. Winkel (2004: 162),

(19)

4

adalah suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan,

kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan

dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan afektif.

Secara singkat belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang

merupakan hasil dari pengalaman.

Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 3 Magelang, didapatkan

hasil bahwa sarana dan prasarana yang tersedia sudah cukup memadai, seperti

LCD. Namun, pelaksanaan pembelajaran Sejarah belum maksimal. Dari hasil

evaluasi tindak lanjut yang dibuat oleh Guru, belum maksimalnya hasil belajar

sejarah siswa disebabkan oleh kurangnya semangat belajar siswa. Akibatnya,

siswa kurang memperhatikan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada

waktu diberikan kesempatan bertanya, siswa enggan mengemukakan

pemikirannya. Dalam proses pembelajaran, guru konsisten dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat sebelumnya. Namun, RPP

yang dibuat oleh Guru belum menunjukkan adanya model pembelajaran yang

bervariasi. Kegiatan pembelajaran yang tercermin dalam RPP didominasi oleh

ceramah guru, belum ada kegiatan pembelajaran inovatif misalnya bermain

peran (role playing), turnamen, dan sebagainya. Jika kondisi seperti ini terus

berlangsung, lama kelamaan hasil belajar sejarah siswa akan cenderung

menurun sehingga mengakibatkan hasil belajar rendah dan tujuan pembelajaran

sejarah tidak akan tercapai.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan dari beberapa faktor,

(20)

menyebabkan siswa merasa jenuh. Kedua guru kurang melibatkan siswa dalam

proses pembelajaran sehingga siswa kurang memperhatikan dan siswa enggan

mengemukakan pemikirannya. Hal ini dapat diketahui guru sebelumnya tidak

memberitahukan siswa tentang manfaat yang akan didapat dari mata pelajaran

yang dipelajari sehingga mereka tidak semangat mengikuti pembelajaran.

Sejarah dikatakan pelajaran yang membosankan karena cara

penyampaian oleh guru yang mengajar. Terkadang guru sejarah hanya

mengajar berpandukan buku teks, menulis nota di papan hitam/putih, fotokopi

nota-nota ringkasan tulisan tangan dan menyuruh kepada pelajarnya

menempel di buku nota dan baca. Semasa sesi pembelajaran, guru akan

membaca fakta-fakta ringkas yang ada dalam buku teks, dan pelajar disuruh

membaca uraiannya di rumah. Interaksi antara pelajar memang ada, tetapi sesi

tanya jawab juga berdasarkan fakta dan hafalan, seperti perlunya mengingat

tarikh - tarikh penting, dan nama - nama tokoh

(http://audifaliq.wordpress.com/2011/01/09/mengapa-kita-perlu-belajar-dari-sejarah/)

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diukur dari keberhasilan

siswa mengikuti pembelajaran. Sedangkan hasil belajar yang baik harus

didukung oleh pembelajaran yang berkualitas yang mampu melibatkan

keaktifan dan kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu perlu diterapkan

pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan dan kreatifitas peserta didik.

Pada saat ini sudah banyak tersedia pembelajaran inovatif yang dapat

(21)

6

pembelajaran Lawatan Sejarah.

Menurut Cahyo Budi Utomo (Makalah Seminar Sejarah, 2007), Lawatan

Sejarah adalah suatu kegiatan perjalanan mengunjungi situs bersejarah (a trip

to historical sites). Menurut Susanto Zuhdi lawatan sejarah adalah suatu

program penjelajahan masa lalu melalui kunjungan ke tempat-tempat

bersejarah. Tempat bersejarah tersebut dapat berupa makam tokoh, tempat

pengasingan, komunitas masyarakat, dan juga pusat-pusat kegiatan ekonomi

(Lestariningsih, 2007:3).

Lawatan Sejarah merupakan model pembelajaran yang dilakukan

dimana siswa melakukan perjalanan mengunjungi situs bersejarah. Pada

kegiatan lawatan sejarah ini, siswa di perkenalkan mengenai sumber, bukti

dan fakta sejarah langsung. Misalkan sumber lisan, dimana siswa dapat

bertanya langsung kepada saksi atau pelaku sejarah dan siswa tidak hanya

berpanduan pada buku saja, melainkan melakukan kegiatan lawatan ini

sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran sejarah. Selain itu

dengan adanya model lawatan sejarah ini dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa.

Lawatan sejarah di lakukan di situs sejarah yang berada di Kabupaten

Magelang. Situs sejarah adalah daerah dimana ditemukan benda-benda

purbakala. Benda-benda purbakala tersebut di antaranya: istana-istana,

makam, masjid dan candi. Situs di Kabupaten Magelang banyak sekali

peninggalan-peninggalan terutama candi-candi yang bercorak Hindu dan

(22)

kebudayaan India yang berintikan alam pikiran Hindu dan Buddha. Sifat

keagamaan dan kesakralan candi bagi masyarakat masa lampau dapat dilihat

dari arsitektur dan maknanya. Candi juga berfungsi sebagai tempat beribadah

agama Hindu dan Buddha dan sebagai tempat memuliakan raja yang sudah

meninggal.

Candi-candi peninggalan agama Hindu Budha yang digunakan sebagai

lawatan sejarah yaitu Candi Mendut, Candi Ngawen, dan Candi Pawon.

Ketiga candi tersebut terletak di Kabupaten Magelang. Setiap candi memiliki

karateristik yang berbeda-beda. Dengan adanya model pembelajaran lawatan

sejarah maka siswa akan dapat mengetahui bukti sejarah dan fakta secara

langsung.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, peneliti bermaksud

mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model

Lawatan Sejarah Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015“. Dengan menggunakan

model lawatan sejarah maka diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemasalahan di atas, dalam penelitian ini akan

diangkat beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimanakah penerapan model lawatan sejarah pada pembelajaran

(23)

8

2. Adakah pengaruh penggunaan model lawatan sejarah terhadap hasil belajar

siswa?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mendapatkan gambaran tahapan-tahapan dari penerapan

pembelajaran model lawatan sejarah pada pembelajaran sejarah kelas VII

SMP Negeri 3 Magelang.

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model lawatan sejarah terhadap

hasil belajar siswa.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoretis

Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi oleh

pihak yang berkepentingan untuk penelitian lebih lanjut mengenai hasil

belajar sejarah siswa.

2. Secara Praktis a. Pihak Guru

1) Memberikan alternatif model pembelajaran yang tepat sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2) Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan ketrampilan memilih

(24)

b. Pihak Siswa

1) Penggunaan model pembelajaran lawatan sejarah pada

pembelajaran sejarah diharapkan dapat membantu siswa dalam

memahami materi sejarah sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar sejarah siswa.

2) Dapat memberikan hal yang positif dalam peningkatan hasil belajar

sejarah siswa.

c. Pihak Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam upaya perbaikan

proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

mata pelajaran sejarah.

E.Batasan Istilah

1. Model Lawatan Sejarah

Lawatan Sejarah adalah upaya untuk menjadikan sejarah sebagai

kata kerja. Sejarah sebagai praktik akan lebih menyenangkan bagi siswa

untuk belajar, apalagi dengan berwisata mengajak siswa mengunjungi

situs dan monumen bersejarah. Lawatan sejarah adalah suatu program

penjelajahan masa lalu melalui kunjungan ke tempat-tempat bersejarah.

Tempat bersejarah tersebut dapat berupa makam tokoh, tempat

pengasingan, komunitas masyarakat, dan juga pusat-pusat kegiatan

ekonomi (Lestariningsih, 2007:3).

Menurut Cahyo Budi Utomo (Makalah Seminar Sejarah, 2007),

(25)

10

bersejarah (a trip to historical sites). Jika mencermati uraian di muka,

khususnya tentang pengembangan model pembelajaran berbasis teori

belajar yang berkembang, maka Lawatan Sejarah dapat dikembangkan

sebagai model pembelajaran sejarah.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah Menurut Tri Anni (2004), hasil belajar

merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar.

Menurut Sudjana (2005: 22), hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman-pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional.

Hasil belajar secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah

kognitif merupakan ranah yang berhubungan dengan intelektual dan

penalaran seseorang. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif menjadi

tolok ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran siswa.

Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari

dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Syaodih

Sukmadinata (2009: 162-165) yang termasuk faktor internal adalah faktor

fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan

kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah

(26)

pembelajaran). Suprijono (2011: 6) mengemukakan tiga faktor utama yang

mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi

berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah

kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model

pembelajaran yang digunakan.

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar

sejarah aspek kognitif pada materi perkembangan masyarakat kebudayaan

dan pemerintahan Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya. Kelas

(27)

10 BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Pembelajaran Sejarah

Menurut Slameto (2003: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.Pengertian belajar menitikberatkan pada 3

unsur pokok, yaitu perubahan tingkah laku, pengalaman, lamanya waktu

perubahan perilaku yang dimiliki oleh pembelajar atau dengan kata lain

perubahan tersebut relatif menetap (Winataputra, 2007:8). Perubahan

tingkah laku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Unsur-unsur yang terdapat dalam belajar meliputi: pembelajar,

stimulus, memori, dan respon. Belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal belajar.Faktor internal meliputi aspek fisik, psikis,

dan sosial. Oleh karena itu, agar belajar dapat berlangsung efektif pada

siswa, guru harus menguasai bahan belajar, keterampilan pembelajaran,

dan evaluasi pembelajaran secara terpadu.

Teori yang berkaitan dengan belajar dinamakan dengan dengan

teori belajar.Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai

bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa.Berdasarkan suatu teori

(28)

perolehan siswa sebagai hasil belajar.Teori-teori baru dalam psikologi

pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivisk.

Teori kontruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang

bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta suatu makna dari apa yang

dipelajari. Beda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat

belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan

respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai

kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan

memberi makna pada pengetahuannya.

Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan bukanlah kumpulan

fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagi

konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun

lingkungannya (Rifa‟i & Catharina, 2009: 225).Paradigma konstruktivistik

memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal

sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi

dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Guru memiliki peran

membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan

lancar.

Teori belajar konstruktivisme ini sesuai untuk pembelajaran

sekarang, karena dalam perkembangannya pembelajaran tidak hanya

didominasi oleh guru saja tetapi lebih dari itu. Siswa mempunyai peran

dalam belajar sehingga terjadilah interaksi dalam proses belajar. Selain itu

(29)

12

pendidikan adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan

kepada siswa.Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

benaknya.

Belajar menurut teori kontruktivisme bukanlah sekedar menghafal,

akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.

Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan

tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.

Pengetahuan hasil dari “pemberian” tidak akan bermakna. Adapun

pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan

itu oleh setiap individu akan memberi makna mendalam atau lebih

dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.

Adapun tujuan dari teori kontruktivisme adalah sebagai berikut:

1) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung

jawab siswa itu sendiri.

2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan

dan mencari sendiri pertanyaan.

3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan

pemahaman konsep secara lengkap.

4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang

mandiri.

5) Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Pembelajaran menurut aliran behavioristik merupakan perubahan

(30)

pembelajar (Rifa‟i & Catharina, 2009: 205). Perubahan perilaku manusia

sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang akan memberikan beragam

pengalaman kepada seseorang. Lingkungan merupakan stimulus yang

dapat mempengaruhi dan atau mengubah kapasitas untuk merespon

(Winataputra, 2007: 24).

Pembelajaran berdasarkan teori kontemporer adalah pembelajaran

yang didasarkan pada teori konstruktivisme. Pembelajaran

konstruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini

belajar-mengajar dalam arti cenderung berpusat pada guru di pihak lain cenderung

berpusat pada subyek belajar (Rifa‟i & Catharina, 2009: 220).

Konstruktivisme berpegang kepada pandangan keaktifan siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman

belajar yang diperoleh. Dalam hal ini, pengajar dan siswa sama-sama aktif,

siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan pengajar dan pengajar sebagai

fasilitator.

Pembelajaran secara umum dapat diartikan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah

ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Pembelajaran juga

didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk mengorganisasikan atau

mengatur lingkungan baik fisik, maupun non fisik sehingga dapat

digunakan untuk kegiatan proses belajar. Pembelajaran adalah setiap

perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari

(31)

14

dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.

Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara

langsung dapat diamati.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu danpengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata

lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat

seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,

walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,

guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi

pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek

kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta

keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran

memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru

saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara

guru dengan peserta didik. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran

(32)

Berdasarkan teori-teori pembelajaran tadi, dapat ditarik sejumlah

prinsip belajar mengajar sebagi berikut (Hamalik, 2009: 54-55).

a. Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan perkembangan

perilaku siswa.

b. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.

c. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan

asosiasi, dan melalui penguatan.

d. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman,

berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman.

e. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru

maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman sebagai

pengganti.

f. Belajar dipengaruhi oleh faktor internal individu dan faktor eksternal

individu.

g. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dana kesulitan yang perlu

dipecahkan.

h. Hasil belajar dapat ditransferkan ke dalam situasi lain.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran sejarah adalah proses interaksi antar siswa dengan guru

dalam kegiatan belajar mengajar yang mengkaji tentang peristiwa masa

lampau yang membawa pengaruh besar untuk masa kini dan masa yang

akan datang.

(33)

16

Pengajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa

memperoleh kemampuan berpikir historis melalui melalui pemahaman

sejarah. Melalui pengajaran sejarah dapat mengembangkan kompetensi

untuk berpikir secara kronologis. Pengetahuan tentang masa lalu dapat

digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan,

perubahan serta keragaman sosial budaya masyarakat.

Mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam

kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan

berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat

lokal, nasional dan global.

a) Fungsi Mata Pelajaran Sejarah

Sejarah merupakan salah satu bagian dari kelompok ilmu

yang berdiri sendiri. Tujuan yang luhur dari sejarah untuk diajarkan

pada semua. Jenjang sekolah adalah menanamkan semangat

(34)

Pengajaran sejarah dapat berfungsi dalam mengembangkan

kepribadian peserta didik terutama dalam hal:

1) Membangkitkan perhatian serta minat sejarah kepada

masyarakat sebagai satu kesatuan komunitas.

2) Mendapatkan insiprasi dari cerita sejarah, baik dari kisah-kisah

kepahlawanan maupun peristiwa-peristiwa yang merupakan

tragedi nasional untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.

3) Tidak mudah terjebak pada opini, karena dalam berpikir

mengutamakan sikap kritis dan rasional dengan dukungan fakta

yang benar.

2. Hasil Belajar

Hasil (prestasi) adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika

mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah

(Tu‟u 2004: 75). Hasil belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai, atau

angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa

dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya (Tu‟u, 2004:75).

Hasil belajar atau yang disebut prestasi belajar dalam penelitian ini

adalah berupa angka-angka tertentu yang tercantum dalam nilai raport,

prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan. Winkel (2004: 162),

menyatakan: “Prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai. Belajar

adalah suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan,

kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan

(35)

18

Secara singkat belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang

merupakan hasil dari pengalaman.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan

kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan

mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap

dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu

itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam hal ini prestasi belajar merupakan suatu kemajuan dalam

perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu

tertentu. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu

terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolahnya sifatnya relatve,

artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa

sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi, faktor-faktor tersebut

saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu

faktor, akan dapat mempengarui keberhasilan seseorang dalam belajar.

Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di

sekolah didukung oleh faktor internal dan eksternal sperti tersebut di atas.

Hasil belajar dapat dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang

optimal menunjukkan sebagai berikut: kepuasan dan kebanggaan yang dapat

menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa menambah

keyakinan dan kemampuan dirinya, hasl yang dicapai bermakna bagi siswa,

(36)

mencakup ranah kognitif, pengetahuan, afektif, psikomotorik, serta

keterampilan atau perilaku. Kemampuan siswa mengontrol atau menilai hasil

yang dicapai maupun proses dan usaha belajar.

Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

a. Faktor Intern, di antaranya:

1. Faktor Jasmaniah, di antaranya adalah : faktor kesehatan dan cacat

tubuh.

2. Faktor Psikologi, di antaranya adalah : intelegensi; perhatian; minat;

bakat; motif;kematangan;kesiapan

3. Faktor kelelahan

b. Faktor ekstern, di antaranya:

1. Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan

sebagainya.

2. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, disiplin, alat

pengajaran, dan sebagainya.

3. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media,

dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa

di sekolah sifatnya relative, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini

terjadi karena prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor

(37)

20

yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu faktor, akan dapat

mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian,

tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung

oleh faktor internal dan eksternal seperti yang tersebut di atas.

3. Model Lawatan Sejarah

Lawatan sejarah adalah upaya untuk menjadikan sejarah sebagai

kata kerja. Sejarah sebagai praktik akan menyenangkan bagi siswa untuk

belajar, apalagi dengan berwisata mengajak siswa mengunjungi situs dan

monumen bersejarah. Lawatan sejarah adalah suatu program penjelajahan

masa lalu melalui kunjungan ke tempat-tempat bersejarah. Tempat

bersejarah tersebut dapat berupa makam tokoh, tempat pengasingan,

komunitas masyarakat, dan juga pusat-pusat kegiatan ekonomi

(Lestariningsih, 2007:3).

Menurut Cahyo Budi Utomo (Makalah Seminar Sejarah, 2007),

Lawatan Sejarah adalah suatu kegiatan perjalanan mengunjungi situs

bersejarah ( a trip to historical sites). Jika mencermati uraian di muka,

khususnya tentang pengembangan model pembelajaran berbasis teori

belajar yang berkembang, maka Lawatan Sejarah dapat dikembangkan

sebagai model pembelajaran sejarah baik dengan basis teori behavioristik,

kognitif, maupun konstruktivistik. Tinggal bagaimana guru dan murid

mengemasnya. Tentu saja, kalau kita mengikuti perkembangan baru.

Terutama paradigma baru yang dijadikan rujukan yang mendasari

(38)

tentang Sisdiknas maupun Peraturan Menteri tentang Standart Kompetensi

dan Implementasinya, maka sangat jelaslah bahwa paradigma

pembelajaran kontruktivisme menjadi pilihan utamanya.

Mengamati perkembangan penyelenggaraan pendidikan di

Indonesia, gejala diterimanya paradigma kontruktivisme dan tren

pembelajaran quantum sungguh menggembirakan. Hal ini terbukti dari

mulai maraknya kegiatan-kegiatan pendidikan baik formal (sekolah)

maupun non formal (pelatihan, workshop, atau bahkan seminar lokakarya)

yang dikemas dalam bentuk Edutainment.

Kita sudah lama mengenal istilah learning by doing, maka learning

by experience adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan

Edutainment”. Edutainment yaitu sebuah konsep yang saat ini sedang

dikembangkan oleh berbagai lembaga pendidikan formal (sekolah)

maupun non formal (lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pelatihan,

workshop, atau seminar). Bahkan dinegara maju, edutainment telah

ditopang oleh teknologi yang maju, sehingga sebutannya menjadi

edutainment and technotainment (Edutechnotainment). Progam ini diakui

telah membuka sumber daya baru, perkakas dan strategi untuk

mengangkat capaian siswa ke tingkat yang lebih tinggi (McKenzie, 2000).

Edutainment adalah akronim dari “education and entertainment”.

Dapat diartikan sebagai progam pendidikan atau pembelajaran yang

dikemas dalam konsep hiburan sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap peserta

(39)

22

belajar atau untuk memahami nilai-nilai (value), sehingga kegiatan

tersebut memiliki nuansa yang berbeda dibandingkan dengan

pembelajaran biasa.

Edutainment dapat digunakan untuk mengemas model

pembelajaran melalui lawatan sejarah. Aplikasinya tergantung dari

kebutuhan dan impact yang diharapkan oleh peserta. Lawatan sejarah yang

dikemas dalam Edutainment akan menjadi lebih menarik bagi peserta.

Sebenarnya lawatan sejarah ini hanyalah kendaraan saja. Yang terpenting

adalah muatannya, baik itu internal maupun external issues, misalnya

educational vision and mission, self esteem, sense of belonging, awarding,

appreciation, product knowledge, atau competency.

Beberapa testimony mengungkapkan bahwa setelah mengikuti

lawatan sejarah tingkat daerah (Laseda) maupun tingkat nasional

(Lasenas- sudah 5 kali sejak 2003), peserta merasa memperoleh “sesuatu

yang baru” yang berbeda dengan sebelumnya (Kompas, 06 September

2003). Hal tersebut secara teoritik bukan hal yang mengherankan. Ada

faktor-faktor kunci sukses yang terkumpul dalam diri peserta, serta

positive mental attitude, knowledge, skill, dan habit. Dengan melihat

faktor-faktor tersebut, maka pendekatan penting dikembangkan adalah

memberikan motivasi pada faktor positive mental attitude. Tekniknya

dilakukan dengan menggali keinginan seseorang yang paling dalam dan

menjadikannya sebagai main need atau main good. Sedang outputnya

(40)

Pada tahap persiapan setiap rancangan kegiatan, maka guru

bertanggungjawab penuh menentukan scedule, dimana mereka secara

cermat memperhitungkan alokasi waktu menit per menit. Harus dirancang

agar tidak ada jeda yang menyebabkan acara jenuh. Hal ini dapat

dikembangkan teknik-teknik entertainment seperti sounds, diantaranya

music, ilustration, video presentation, inspirational message, games. Suatu

variasi yang direkomendasikan oleh pembelajaran kontruktivisme dengan

quantum learningnya.

Tiap-tiap pembicara yang terlibat dalam kegiatan ini saling

berkoordinasi antara satu dengan yang lainnya. Mereka dapat saling

mengisi dan saling menguatkan pesan (message), muatan (qoute) serta

materi (material) yang akan disampaikan sebagai suatu cotinual synergy

yang memiliki benang merah, yang akan memudahkan peserta untuk

memahami pembelajaran yang disampaikan secara sederhana.

Lawatan sejarah ini dapat dilaksanakan dalam waktu mulai dari

setengah hari hingga tiga hari, baik indoor maupun outdoor, misalnya di

ballroom hotel, aula, lapangan terbuka, pool side, atau camp didaerah

pegunungan atau pantai diluar kota, tergantung situs sejarahnya tentu saja.

Lamanya kegiatan, penggunaan equipments serta penentuan aplikasi

materi-materi outbound mempengaruhi hasil akhir, yang dapat berupa soft,

middle, atau high impact. Artinya semakin tinggi impact yang dihasilkan,

(41)

24

lawatan sejarah. Bahkan ia akan dapat secara positif mempengaruhi dan

memotivasi teman yang lainnya.

Menurut Mills (1989) dalam Cahyo Budi Utomo (2010:40), model

adalah bentuk representasi akurat, sebagai proses actual yang

memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak

berdasarkan model itu. Hal itu merupakan interpretasi atas hasil observasi

dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

Perumusan model mempunyai tujuan :

1. Memberikan gambaran kerja sistem untuk periode tertentu, dan

didalamnya secara implisit terdapat seperangkat aturan untuk

melaksanakan perubahan.

2. Memberikan gambaran tentang fenomena tertentu menurut

diferensiasi waktu atau memproduksi seperangkat aturan yang

bernilai bagi keteraturan sebuah sistem.

3. Memproduksi model yang mempresentasikan data dan format

ringkas dengan komplesitas rendah.

Dengan demikian, suatu model dapat ditinjau dari aspek mana kita

memfokuskan suatu pemecahan permasalahannya. Pengertian model

pembelajaran dalam konteks ini, merupakan landasan praktik pembelajaran

hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar, yang

direncanakan berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi

(42)

Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang

digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran dan

memberi petunjuk kepada pengajar didalam kelas dalam setting pengajaran.

Untuk menetapkan model mengajar yang tepat, merupakan suatu pekerjaan

yang tidak mudah, karena memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai

materi yang akan diberikan dan model mengajar yang dikuasai (Utomo,

2010:40).

Memilih suatu model mengajar, harus juga disesuaikan dengan realitas

yang ada dan situasi kelas yang akan dihasilkan dari proses kerjasamanya

yang dilakukan antara guru dan peserta didik. Meskipun dalam menentukan

model mengajar yang cocok itu tidak mudah, tetapi guru harus memilih

asumsi, bahwa hanya ada model mengajar yang sesuai dengan model belajar.

Apabila guru mengharapkan peserta didiknya menjadi produktif, maka guru

harus membiarkannya dia berkembang sesuai dengan gayanya masing-masing.

Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar peserta

didik(Utomo, 2010:41).

Model-model pengajaran merupakan hasil dari perjuangan para guru

yang telah berhasil membuat jalan baru bagi kita untuk melakukan penelitian.

Semua guru membuat sebuah reportoar tentang berbagai praktik pengajaran

agar mereka berinteraksi dengan para siswa dan mempertajam

lingkungan/suasana saat mengajar siswi-siswinya. Beberapa praktik ini

menjadi sasaran kajian formal, diteliti dan dipoles sehingga menjadi

(43)

26

untuk tugas-tugas pengajaran. Model-model pengajaran sebenernya juga bisa

dianggap sebagai model-model pembelajaran. Saat kita membantu siswa

memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai cara berfikir, dan tujuan

mengekspresikan diri mereka sendiri, kita sebenarnya tengah mengajari

mereka untuk belajar. Pada hakikatnya, hasil intruksi jangka panjang yang

paling penting adalah bagaimana siswa mampu meningkatkan kapabilitas

mereka untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif pada masa yang

akan datang, baik karena pengetahuan dan skill yang mereka peroleh maupun

karena penguasaan mereka tentang proses belajar yang baik (Joyce, 2009:6-7).

Bruce Joyce, dkk (2009) dalam bukunya Models of Teaching,

model-model pengajaran di kelompokkan ke dalam empat kelompok pengajaran yang

para anggotanya memiliki orientasi pada (sikap) manusia dan bagaimana

mereka belajar. Kelompok-kelompok tersebut adalah:

 Kelompok Model Pengajaran Memproses Informasi (the

information-processing family)

 Kelompok Model Pengajaran Sosial (the social family)

 Kelompok Model Pengajaran Personal (the personal family)

 Kelompok Model Pengajaran Sistem Perilaku (the behavioral system

family)

Pada kegiatan lawatan sejarah ini, siswa di perkenalkan mengenai

sumber, bukti dan fakta sejarah langsung. Misalkan saja sumber lisan, dimana

(44)

siswa menyaksikan secara langsung jejak-jejak sejarah berupa

bangunan-bangunan bersejarah serta monumen peringatan.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan model lawatan sejarah

ini, pertama adalah kegiatan pembelajaran teori yang dilakukan oleh guru di

dalam kelas pada pertemuan pertama. Kemudian pada jam mata pelajaran

siswa diajak ketempat bersejarah, tetapi jam mata pelajaran nantinya akan di

ambil jam pelajara terakhir. Pada pertemuan kedua di dalam kelas dilakukan

evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

Lawatan sejarah di lakukan di situs sejarah yang berada di Kabupaten

Magelang. Situs sejarah adalah daerah dimana ditemukan benda-benda

purbakala. Benda-benda purbakala tersebut di antaranya: istana-istana,

makam, masjid dan candi. Situs di Kabupaten Magelang banyak sekali

peninggalan-peninggalan terutama candi-candi yang bercorak Hindu dan

Buddha. Candi adalah bangunan keagamaan yang dipengaruhi oleh

kebudayaan India yang berintikan alam pikiran Hindu dan Buddha. Sifat

keagamaan dan kesakralan candi bagi masyarakat masa lampau dapat dilihat

dari arsitektur dan maknanya. Candi juga berfungsi sebagai tempat beribadah

agama Hindu dan Buddha dan sebagai tempat memuliakan raja yang sudah

meninggal.

Candi-candi peninggalan agama Hindu Budha yang di gunakan

sebagai lawatan sejarah yaitu Candi Mendut, Candi Ngawen, dan Candi

Pawon. Ketiga candi tersebut terletak di Kabupaten Magelang. Setiap candi

(45)

28

lawatan sejarah maka siswa akan dapat mengetahui bukti sejarah dan fakta

secara langsung.

Melawat ke masa lampau perjalanan bangsa ini, berarti pula kita dapat

memupuk terus sumber motivasi membangun kebersamaan untuk

kesejahteraan bersama. Dalam konteks belajar sejarah, kebersamaan menjadi

prioritas yang dibangun melalui komitmen dan tindakan nyata. Dalam konteks

inilah jaringan ke Indonesiaan dapat pula kita lacak melalui situs-situs

bangunan bersejarah dan lingkungan masyarakat tempatan. Bahkan melalui

tradisi lisan atau sejarah lisan yang menyimpan kenangan tentang pejuang atau

tokoh dapat pula kita telusuri kembali asal usulnya.

Sebagai sebuah contoh dalam kegiatan ini misalnya pada tahun 2006,

dilaksanakan program lawatan sejarah ke Propinsi Bangka Belitung. Peserta

yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia setelah diseleksi diajak untuk

mengikuti program lawatan sejarah selama 5 hari. Bangka Belitung

mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan nasib negara

Indonesia. Setelah Yogyakarta diserang oleh Belanda, Sukarno Hatta

ditangkap dan diasingkan. Soekarno dan Agus Salim tiba di Pelabuhan

Pangkalbalam (Bangka) pada 5 Februari 1949, dari pengasingannya di Parapat

dengan pesawat Catalina untuk bergabung dengan tokoh-tokoh lain yang

diasingkan ke Bukit Menumbing Bangka. Selama di pengasingan ini Soekarno

dan tokoh-tokoh lainnya seperti Agus Salim, Soepomo, dr. J. Leimena

mengadakan perundingan dengan Belanda dari perundingan di Pangkalpinang

(46)

perundingan inilah kemudian Soekarno dan Hatta pada tanggal 6 Juli 1949

kembali ke Yogyakarta. Dan Bung Karno mengatakan bahwa pada saat ini

“dari Pangkalpinang pangkal kemenangan bagi perjuangan”.

Selain itu Bangka Belitung mempunyai tempat-tempat bersejarah yang

sangat beragam. Pada tahun 1770 Sultan Palembang Darussalam Mahmud

Badaruddin II mendatangkan pekerja-pekerja Cina untuk menambang timah

guna meningkatkan produksi Timah di Pulau Bangka. Sejak itulah mulai

berdatangan orang-orang Cina dari Siam, Cina Selatan, Malaka. Para pekerja

Cina ini kemudian membentuk komunitas tersendiri dan mengadakan

perkawinan dengan penduduk asli Bangka. Sehingga di Pangkal Pinang

banyak terdapat kelenteng dan bangunan berasitektur Cina. Selama mengikuti

kegiatan lawatan sejarah di Pulau Bangka, peserta diajak untuk mengunjungi

tempat-tempat bersejarah tidak hanya yang bersifat death monument tetapi

juga komunitas-komunitas penduduk baik kampung Cina maupun Islam.

Karena kegiatan ini dibiayai oleh pemerintah tentu peserta seolah-olah

dimanjakan baik tempat penginapan maupun transportasi dan fasilitas lainnya

(Lestariningsih dalam makalah seminar nasional 2007).

Dalam kegiatan lawatan sejarah untuk kegiatan pembelajaran ini letak

perbedaanya adalah tempat, ruang lingkup, peserta, serta biaya pelaksanaan,

kalau kegiatan lawatan yang telah dipaparkan sebelumnya adalah merupakan

program pemerintah dimana ruang lingkupnya adalah nasional, pesertanya

adalah siswa yang terpilih dari berbagai sekolah, serta biaya sepenuhnya di

(47)

30

ruang lingkupnya adalah lokalitas, dengan maksud memperkenalkan

peninggalan bersejarah yang ada di sekitar lingkungan siswa. Pelaksanaannya

secara konseptual tidak jauh berbeda, yaitu mengunjungi tempat-tempat

bersejarah. Selain itu kreatifitas guru dalam pelaksanaan model lawatan

sejarah sangat diperlukan agar kegiatan ini bisa menarik minat siswa dalam

mempelajari bidang studi sejarah/pelajaran sejarah yang selama ini di ajarkan.

F. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sejarah di SMP Negeri 3 Magelang masih menggunakan

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru seperti metode ceramah

konvensional, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah

mengalami aktivitas belajar sehingga aktivitas belajar siswa mempengaruhi

tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar sejarah siswa

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun

faktor dari luar (eksternal). Menurut Syaodih Sukmadinata (2009: 162-165)

yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis

(misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif),

sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan

instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran).

Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah model pembelajaran

yang digunakan oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan hasil belajar sejarah adalah model pembelajaran yang

(48)

yang disusun berdasarkan teori belajar serta dirancang untuk mempengaruhi

hasil belajar siswa yaitu model lawatan sejarah.

Model lawatan sejarah ini, siswa di perkenalkan mengenai sumber,

bukti dan fakta sejarah secara langsung. Misalkan sumber lisan, dimana siswa

dapat bertanya langsung kepada saksi atau pelaku sejarah dan siswa tidak

hanya berpanduan pada buku saja melainkan melakukan kegiatan lawatan ini

sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran sejarah. Selain itu

dengan adanya model lawatan sejarah ini dapat mempengaruhi hasil belajar

(49)

32

Kerangka berpikir penelitian pegaruh penggunaan model lawatan

sejarah terhadap hasil belajar siswa ditunjukkan pada Gambar 1:

Gambar 1. Kerangka Berpikir penelitian pengaruh penggunaan model lawatan sejarah terhadap hasil belajar siswa.

G. Hipotesis

PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH

1. Guru belum menggunakan model

pembelajaran yang inovatif.

2. Siswa hanya berpedoman pada buku saja.

1. Siswa cepat merasa jenuh saat mengikuti pembelajaran sejarah. 2. Hasil belajar siswa belum optimal.

MODEL LAWATAN

SEJARAH 1. Siswa di

perkenalka n mengenai sumber dan fakta secara langsung.

(50)

Hipotesis mengandung pengertian suatu pendapat yang kebenarannya

masih harus dibuktikan terlebih dahulu. Hipotesis yang akan diuji dalam

penelitian ini adalah:

1.Ho

Tidak ada pengaruh hasil belajar sejarah siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran Lawatan Sejarah.

2. Ha

Ada pengaruh signifikan hasil belajar sejarah siswa yang diajarkan dengan

(51)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh dalam

melaksanakan penelitian. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penelitian

harus berdasarkan pada metode yang dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya meliputi:

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian Quasi

Eksperimen. Quasi Eksperimen merupakan metode eksperimen yang

mengikuti prosedur dan memenuhi syarat eksperimen seperti kelompok

kontrol, pemberian perlakuan, serta pengujian hasil. Namun dalam

pengontrolan variable hanya dilakukan terhadap satu variable yang dipandang

paling dominan (Sukmadinata,2009: 58-59).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif jenis eksperimen. Sugiyono (2012: 72) menyatakan bahwa

penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan. Menurut Margono (2009: 110) penelitian eksperimen

merupakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna

membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok

(52)

tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang

pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding (Margono,2009:110). Kelompok

eksperimen merupakan kelompok yang mendapat perlakuan, yakni dengan

menggunakan model pembelajaran Lawatan Sejarah dalam pembelajaran

sejarah. Kelompok kontrol adalah sebagai kelompok pembanding untuk

kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.

Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Lawatan Sejarah terhadap hasil belajar peserta didik.

Penelitian eksperimen ini menggunakan desain Nonequivalent Control

Group Design, desain ini hampir sama dengan Pretest-Posttes Control Grup

Design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012: 116).

Tabel 1. Desain Penelitian Eksperimen

Kelompok Pre-Test Treatment Post-Test

Eksperimental X

Kontrol -

Keterangan :

: Pre-Test Kedua Kelompok

: Post-Test Kedua Kelompok

X : Treatment atau perlakuan (Model Pembelajaran Lawatan Sejarah)

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang akan diteliti, yaitu kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini meliputi

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengambil 2 kelas penelitian, yaitu 1 kelas sebagai kelas kontrol dan 1

(53)

36

2. Menyusun intrumen penelitian yang meliputi Perangkat Pembelajaran,

lembar kerja siswa, lembar observasi, soal Pre-Test dan Post-Test.

3. Melakukan uji coba perangkat test, serta menghitung validitas dan

realiabilitas.

4. Memberikan Pre-Test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

5. Memberikan perlakuan sebanding, pada kelompok eksperimen

pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran Lawatan Sejarah.

6. Memberikan Post-Test pada kedua kelompok.

7. Hitung perbedaan antara hasil Pre-Test dan Post-Test

-masing kelompok.

8. Perbandingan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah

penerapan perlakuan X itu berkaiatan dengan perubahan yang lebih besar

pada kelompok eksperimental.

9. Uji hipotesis (Uji-t, Uji Regresi) untuk menentukan apakah ada pengaruh

dalam hasil tes itu yang signifikan.

B. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 3

Magelang tahun ajaran 2014/2015 sebagai populasi penelitian. Peserta didik

kelas VII terdiri atas delapan kelas yaitu kelas VII A sampai dengan VII H.

Jumlah peserta didik masing-masing kelas adalah sebagai berikut: kelas VII

A berjumlah 32 peserta didik, kelas VII B berjumlah 32 peserta didik, kelas

(54)

kelas VII E berjumlah 30 peserta didik, kelas VII F berjumlah 30 peserta

didik, kelas VII G berjumlah 30 peserta didik, dan kelas VII H berjumlah 29

peserta didik.

Meskipun terdiri atas beberapa kelas yang berbeda, seluruh kelas

sebagai kelas populasi tersebut merupakan satu kesatuan, karena

keseluruhannya mempunyai kesamaan-kesamaan, yaitu peserta didik tersebut

berada dalam tingkat yang sama, yaitu kelas VII, peserta didik tersebut berada

dalam semester yang sama yaitu semester 2, peserta didik tersebut

mendapatkan pengajaran yang sama dengan kurikulum SMP Negeri 3

Magelang dengan guru pengajar yang sama.

C. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari yang diambil dari populasi

dan yang nantinya akan diteliti (Arikunto, 2010: 130). Dinamakan penelitian

sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian

sampel. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Sampling Purposive. Teknik ini dipakai karena pengambilan sampel

tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik penentuan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu. Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas yang

(55)

38

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian dalam

satuan penelitian.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variable terikat

(Arikunto,2009:119). Variable bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran

Lawatan Sejarah.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel akibat adanya variabel bebas

(Arikunto,2009:119). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil

belajar peserta didik yang berupa nilai tes mata pelajaran sejarah kelas VII

SMP Negeri 3 Magelang tahun ajaran 2014/2015 yang diperoleh setelah

proses pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan (Sanjaya, 2006:205).

1. Observasi

Metode observasi ini digunakan untuk mengambil data aktifitas

siswa dalam pembelajaran yang dijadikan sampel peneliti yaitu kelas VII

D dan VII E. Selain itu observasi juga dilakukan untuk mendapatkan data

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir penelitian pengaruh penggunaan model lawatan sejarah terhadap hasil belajar siswa
Tabel 1. Desain Penelitian Eksperimen
Tabel 2. Hasil Perhitungan Validitas Soal
Tabel 3. Hasil Perhitungan Daya Beda Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

dimulai. Jika tidak demikian, tinggi kepala harus diperkirakan dengan sering melalui palpasi abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin akan dapat melewati

da #e#erapa teknik dalam analisa kecernaan pakan seperti teknik in 0i0o, in 0itro dan teknik in sacco&#34; 6eknik in 0itro atau yang dikenal dengan dengan teknik mengukur daya secara

Penilaian tekstur tidak hanya melibatkan indera peraba saja, indera pengelihatan, pencicip dan pendengaran mempunyai peranan besar dalam mengevaluasi tekstur suatu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh faktor demografi terhadap angka kejadian infeksi dan pola resistensi S. aureus pada pasien yang dirawat

Luas area tanaman aren di Indonesia pada tahun 2008 adalah 62.009 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009) dan ini merupakan keunggulan UKM di Indonesia terutama di

Peserta didik dipersilahkan menganalisis fungsi linear sebagai persamaan garis lurus pada suatu permasalahan kontekstual dan menentukan gradient persamaan garis lurus

[r]

The results showed that the best cultivar response for germination traits was Inpari 13, the best mutagen to build cultivar for germination traits was Gamma