• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN BENCANA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE CAPABILITY OF REGIONAL DISASTER MANAGEMENT BOARD OF BANDAR LAMPUNG IN RESPONSIBLE FOR DISASTER

Oleh

MUHAMMAD HELYUS KAGAMI

Bandar Lampung is one area in Lampung Province who is prone to disasters. According BPBDs Bandar Lampung during the period 2013-2014 there has been a lot of disasters, the breakdown is as many as 124 cases of fallen trees, fire 81 cases, 19 cases of floods and landslides in 10 cases with a total loss of the building as much as 1,191 units. From January 19 to April 28. 2014, BPBDs recorded as many as 34 cases of fire. This study aims to describe the capabilities BPBDs Bandar Lampung and constraints faced by BPBDs in disaster management. This research is a descriptive study with qualitative approach. Based on the research found: (1) Many of the agencies that should be involved but do not know if you are in a network BPBDs, (2) Human resources are not adequate training to existing personnel (3) The financial sector is fairly minimal resulting in disaster management is not running effective. (4) Logistics disaster management there is a shortage in the number of fire engines as well as logistics equipment can not be used anymore (5) Not effective training and provision of information carried BPBDs Bandar Lampung. Suggestions can give is (1) Clarifying the duties and functions of each department or agency involved (2) Coordination among agencies involved need to be built by BPBDs (3) Increase the quality of the knowledge of its human resources (4) Increases allocation of funds to carry out all the disaster management process circuit (5) Adding disaster management logistics for each type of disaster.

(2)

ABSTRAK

KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA

Oleh

MUHAMMAD HELYUS KAGAMI

Bandar Lampung adalah salah satu daerah di Provinsi Lampung yang merupakan daerah rawan terhadap bencana. Menurut BPBD Kota Bandar Lampung selama periode 2013-2014 telah terjadi banyak bencana, rinciannya ialah pohon tumbang sebanyak 124 kasus, kebakaran 81 kasus, banjir 19 kasus, dan tanah longsor 10 kasus dengan total kerugian bangunan sebanyak 1.191 unit. Sejak 19 Januari hingga 28 April 2014, BPBD mencatat sebanyak 34 kasus kebakaran. Penelitian ini bertujuan menggambarkan kapabilitas BPBD Kota Bandar Lampung serta kendala-kendala yang dihadapi oleh BPBD dalam penanggulangan bencana. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Berdasarkan penelitian ditemukan: (1) Banyak dari instansi yang harusnya terlibat namun tidak mengetahui kalau berada dalam jaringan BPBD, (2) Sumber daya manusia belum ada pelatihan yang cukup terhadap personel yang ada (3) Sektor keuangan terbilang minim sehingga dalam penanganan bencana tidak berjalan efektif. (4) Logistik manajemen bencana terdapat kekurangan dalam jumlah mobil pemadam kebakaran serta logistik peralatan yang tidak bisa terpakai lagi (5) Tidak efektifnya pelatihan dan pemberian informasi yang dilakukan BPBD Kota Bandar Lampung. Saran yang dapat berikan adalah (1) Memperjelas tugas pokok dan fungsi dari masing-masing dinas atau instansi yang terlibat (2) Koordinasi antar lembaga yang terlibat perlu dibangun oleh BPBD (3) Menambah kualitas pengetahuan para sumber daya manusia yang dimiliki (4) Menambah alokasi dana untuk melaksanakan semua rangkaian proses manajemen penanggulangan bencana (5) Menambah logistik manajemen bencana pada masing-masing jenis penanganan bencana.

(3)

ABSTRACT

THE CAPABILITY OF REGIONAL DISASTER MANAGEMENT BOARD OF BANDAR LAMPUNG IN RESPONSIBLE FOR DISASTER

Oleh

MUHAMMAD HELYUS KAGAMI

Bandar Lampung is one area in Lampung Province who is prone to disasters. According BPBDs Bandar Lampung during the period 2013-2014 there has been a lot of disasters, the breakdown is as many as 124 cases of fallen trees, fire 81 cases, 19 cases of floods and landslides in 10 cases with a total loss of the building as much as 1,191 units. From January 19 to April 28. 2014, BPBDs recorded as many as 34 cases of fire. This study aims to describe the capabilities BPBDs Bandar Lampung and constraints faced by BPBDs in disaster management. This research is a descriptive study with qualitative approach. Based on the research found: (1) Many of the agencies that should be involved but do not know if you are in a network BPBDs, (2) Human resources are not adequate training to existing personnel (3) The financial sector is fairly minimal resulting in disaster management is not running effective. (4) Logistics disaster management there is a shortage in the number of fire engines as well as logistics equipment can not be used anymore (5) Not effective training and provision of information carried BPBDs Bandar Lampung. Suggestions can give is (1) Clarifying the duties and functions of each department or agency involved (2) Coordination among agencies involved need to be built by BPBDs (3) Increase the quality of the knowledge of its human resources (4) Increases allocation of funds to carry out all the disaster management process circuit (5) Adding disaster management logistics for each type of disaster.

(4)

ABSTRAK

KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA

Oleh

MUHAMMAD HELYUS KAGAMI

Bandar Lampung adalah salah satu daerah di Provinsi Lampung yang merupakan daerah rawan terhadap bencana. Menurut BPBD Kota Bandar Lampung selama periode 2013-2014 telah terjadi banyak bencana, rinciannya ialah pohon tumbang sebanyak 124 kasus, kebakaran 81 kasus, banjir 19 kasus, dan tanah longsor 10 kasus dengan total kerugian bangunan sebanyak 1.191 unit. Sejak 19 Januari hingga 28 April 2014, BPBD mencatat sebanyak 34 kasus kebakaran. Penelitian ini bertujuan menggambarkan kapabilitas BPBD Kota Bandar Lampung serta kendala-kendala yang dihadapi oleh BPBD dalam penanggulangan bencana. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Berdasarkan penelitian ditemukan: (1) Banyak dari instansi yang harusnya terlibat namun tidak mengetahui kalau berada dalam jaringan BPBD, (2) Sumber daya manusia belum ada pelatihan yang cukup terhadap personel yang ada (3) Sektor keuangan terbilang minim sehingga dalam penanganan bencana tidak berjalan efektif. (4) Logistik manajemen bencana terdapat kekurangan dalam jumlah mobil pemadam kebakaran serta logistik peralatan yang tidak bisa terpakai lagi (5) Tidak efektifnya pelatihan dan pemberian informasi yang dilakukan BPBD Kota Bandar Lampung. Saran yang dapat berikan adalah (1) Memperjelas tugas pokok dan fungsi dari masing-masing dinas atau instansi yang terlibat (2) Koordinasi antar lembaga yang terlibat perlu dibangun oleh BPBD (3) Menambah kualitas pengetahuan para sumber daya manusia yang dimiliki (4) Menambah alokasi dana untuk melaksanakan semua rangkaian proses manajemen penanggulangan bencana (5) Menambah logistik manajemen bencana pada masing-masing jenis penanganan bencana.

(5)

KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA BANDAR LAMPUNG

DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Oleh

MUHAMMAD HELYUS KAGAMI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Unutk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

DAERAH (BPBD) KOTA BANDAR LAMPUNG

DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Skripsi

Oleh

MUHAMMAD HELYUS KAGAMI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 2.1 Faktor Pendukung Kapabilitas ... 19 2. Bagan 2.2 Tipe–tipe Sumber Daya ... 20 3. Bagan 2.3 Dimensi Kapabilitas ... 22 4. Bagan 5.1 Bagan Organisasi Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar

Lampung ... 70 5. Bagan 5.2 Pola Jaringan BPBD Kota Bandar

(8)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 5.1 Posko Siaga ... 88 2. Gambar 5.2 Latihan Kedisiplinan Sumber Daya

(9)

DAFTAR ISI

A. Kapabilitas Organisasi ...…... 10

1. Definisi Kapabilitas ...…... 10

2. Definisi organisasi ... ... 11

3. Definisi Kapabilitas Organisasi...…... 13

4. Faktor-faktor Pendukung Kapabilitas Organisasi ... 19

5. Indikator Kapabilitas Organisasi ...…... 22

B. Tinjauan Tentang Bencana ... 25

1. Pengertian Bencana ...…... 25

2. Jenis-jenis Bencana ...…... 27

C. Penanggulangan Bencana ... 29

1. Pengertian Penanggulangan Bencana ...…... 29

2. Tahapan Penanggulangan Bencana ...…... 31

3. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana ...…... 34

D. Faktor Penting Kapabilitas Terhadap Penanggulangan Bencana ...…... 36

(10)

E. Sumber Data ... ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... ... 46

G. Teknik Analisis Data ... ... 48

H. Teknik Keabsahan Data ... ... 50

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 53

A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... ... 53

1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung ... ... 53

2. Geografi ... ... 53

3. Topografi Kota Bandar Lampung ... 54

4. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ... 55

B. Profil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung ... 56

1. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ... ... 56

2. Visi ... 57

3. Misi ... ... 58

4. Tujuan ... ... 59

5. Sasaran ... ... 59

6. Susunan Organisasi ... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Penyajian Data ... ... 64

1. Penanggulangan Bencana Kota Bandar Lampung Tahun 2014 ... ... 65

2. Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KOTA Bandar Lampung Dalam Penanggulangan Bencana ... 66

1. Sistem Logistik Manajemen bencana... ... 95

2. Pemberian Informasi Kepada Masyarakat... 100

B. Pembahasan... 106

a). Kelembagaan... ... 106

1. Struktur Organisasi... ... 106

2. Jejaring (Networking)... ... 108

b). Sumber Daya Manusia ... ... 110

c). Keuangan ... ... 113

(11)

1. Sistem Logistik Manajemen bencana... ... 115

2. Pemberian Informasi Kepada Masyarakat... 116

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan ... ... 118

(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Tahapan Penanggulangan Bencana ... 31

2. Tabel 3.1 Informan ... 43

3. Tabel 3.2 Data Sekunder ... 46

4. Tabel 3.3 Contoh Model Triangulasi Keabsahan Data ... 51

5. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan, Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2008-2012 ... 55

6. Tabel 5.1 Jaringan BPBD Kota Bandar Lampung ... 79

7. Tabel 5.2 Komposisi Sumber Daya Manusia BPBD Kota Bandar Lampung Serta Pembagian Tugasnya ... 84

8. Tabel 5.3 Logistik Manajemen Bencana ... 97

9. Tabel 5.4 Pelatihan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Satgas dalam Penanggulangan Bencana ... 101

10. Tabel 5.5 Kecamatan Teluk Betung Barat ... 103

11. Tabel 5.6 Kecamatan Kemiling... 103

12. Tabel 5.7 Panjang ... 104

(13)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Tahapan Penanggulangan Bencana ... 31

2. Tabel 3.1 Informan ... 43

3. Tabel 3.2 Data Sekunder ... 46

4. Tabel 3.3 Contoh Model Triangulasi Keabsahan Data ... 51

5. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan, Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2008-2012 ... 55

6. Tabel 5.1 Jaringan BPBD Kota Bandar Lampung ... 79

7. Tabel 5.2 Komposisi Sumber Daya Manusia BPBD Kota Bandar Lampung Serta Pembagian Tugasnya ... 84

8. Tabel 5.3 Logistik Manajemen Bencana ... 97

9. Tabel 5.4 Pelatihan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Satgas dalam Penanggulangan Bencana ... 101

10. Tabel 5.5 Kecamatan Teluk Betung Barat ... 103

11. Tabel 5.6 Kecamatan Kemiling... 103

12. Tabel 5.7 Panjang ... 104

(14)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Tahapan Penanggulangan Bencana ... 31

2. Tabel 3.1 Informan ... 43

3. Tabel 3.2 Data Sekunder ... 46

4. Tabel 3.3 Contoh Model Triangulasi Keabsahan Data ... 51

5. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan, Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2008-2012 ... 55

6. Tabel 5.1 Jaringan BPBD Kota Bandar Lampung ... 79

7. Tabel 5.2 Komposisi Sumber Daya Manusia BPBD Kota Bandar Lampung Serta Pembagian Tugasnya ... 84

8. Tabel 5.3 Logistik Manajemen Bencana ... 97

9. Tabel 5.4 Pelatihan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Satgas dalam Penanggulangan Bencana ... 101

10. Tabel 5.5 Kecamatan Teluk Betung Barat ... 103

11. Tabel 5.6 Kecamatan Kemiling... 103

12. Tabel 5.7 Panjang ... 104

(15)
(16)
(17)

MOTO

Kebenaran kita berkemungkinan salah, kesalahan orang lain

berkemungkinan benar, hanya kebenaran Tuhan yang Benar

benar

benar

(Gus Mus)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(QS. Al Inshirah : 5)

Dan bahwasannnya setiap manusia itu tiada akan memperoleh hasil

selain apa yang telah diusahakannya

(QS. An Najm :39)

Jangan terpuruk saat berada di situasi terburuk. Allah memberi itu

karena ingin kamu lebih kuat dari sebelumnya

(18)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kekurangan dan kerendahan hati sebagai hambanya tiada kata lain selain ucap syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan ridhonya dalam menjalani kehidupan ini,Terima kasih untuk segalanya, semoga saya senantiasa

menjadi hambamu yang selalu bersyukur...

Kupersembahkan Karya sederhana ini untuk semua orang yang ku kasihi dan mengasihiku :

Kedua orang tua ku tersayang

Ayahku tercinta (Alm) Harsyif Ibuku Tercinta Helyana

Selalu menjadi sumber inspirasi di dalam kehidupanku selalu mendoakan dan mendukung segaka aktifitasku hingga sekarang semua curahan kasih sayang yang kalian berikan tidak akan mampu

aku gantikan dengan apapun

Kakakku Harsiska Andalasari Keluarga Besarku, sahabat, Himagara, Almamater dan seluruh dosen pengajar

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 Juli 1991, merupakan putra dari pasangan Bapak Harsyif dan Ibu Helyana. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, dengan kakak Harsiska Andalasari S.E., S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Al - Kautsar Bandar Lampung pada tahun 1997, kemudian dilanjutkan pada Sekolah Dasar Al - Kautsar Bandar Lampung lulus pada tahun 2003, kemudian dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandar Lampung lulus pada tahun 2006, dan dilanjutkan di Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Bandar Lampung dan di selesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2010 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(20)

SANWACANA

Assalamua’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala

nikmat serta limpahan rahmat dan karunia-Nya , tak lupa salawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad S.A.W manusia terbaik sepanjang

masa yang kita nantikan syafa’atnya di akhir zaman. Bersamaan dengan itu, penulis

bersyukur karena telah lancar dalam menyelesaikan skripsi dengan judul KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN BENCANA . Skripsi ini disusun dengan maksud sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengutarakan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga secara khusus mengucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu tersayang yang tidak kenal lelah dalam mendo’akan dan memberi dukungan moril serta materil

demi kasih sayang dan harapannya kepada penulis.

(21)

dan saran yang membangun dengan harapan mendekati kesempurnaan dikemudian hari. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan kepada :

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Bapak Simon Sumanjoyo Hutagalung, S.A.N., M.P.A., selaku Sekretaris Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos., M.A.P., selaku dosen pembimbing utama penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk dukungan, arahan, bimbingan, saran, serta nasehat dengan kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dewie Brima Atika, S.I.P., M.Si., selaku pebimbing kedua penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih untuk masukan dan arahannya selama proses bimbingan.

(22)

7. Segenap civitas akademika dan dosen pengajar atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan, serta para karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan pelayanan dengan baik.

8. Segenap responden dalam penelitian ini yaitu meliputi seluruh jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung, Masyarakat Kota Bandar Lampung, serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas bantuan, dukungan, serta keramahan yang diberikan kepada penulis.

9. Alm Harsyif dan Helyana orang tuaku tersayang, semoga ini menjadi awal yang indah sekaligus batu loncatan bagi penulis untuk dapat membahagiakan dan membuat bangga Bapak dan Ibu di kemudian hari. Semoga dengan keimanan untuk terus berikhtiar, kerja keras untuk terus berupaya, tawakkal untuk berserah diri kepada Allah S.W.T., serta doa dan dukungan dari ayah dan ibu menjadikan penulis mendapatkan kesuksesan dalam rencana hidupnya demi memberikan manfaat yang terbaik bagi negara, agama, dan keluarga. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal’alamin.

10. Kakakku Harsiska Andalasari S.Pd yang selalu memberi motivasi dan bantuan. Semoga kelak dengan kesuksesan kita dapat membahagiakan orang tua kita. Dan semoga dengan tujuan yang luhur kita mendapatkan kemudahan dan keberkahan

dari Allah S.W.T dalam meraih kesuksesan. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal’alamin.

(23)

dapatkan, kebersamaan yang entah sampai kapan ini, telah memberikan banyak pelajaran yang berarti.

12. Keluarga Besar ADUSELON (Angkatan ke Dua Belas Sekelompok Mahasiswa Publik Administration) : Pandu, Satria, Aden, Bek, Ridho, Ardi, Loy, Rahman, Bogel, Tian, Desmon, Datas, Abil, Triadi, Thio, Rahmani, Rofi, Julian, Daus, Geri, dll. Terimakasih telah menjadi sahabat seperjuangan yang bersedia bersama dalam suka dan duka. Semoga kita sukses sejahtera dan berguna bagi nusa-bangsa, dan keluarga. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal’alamin.

13. Senior HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara) dan Alumni IKAGARA (Ikatan Alumni Mahasiswa Administrasi Negara), Khusus buat Abang dan Mbak 2009, 2008, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 2000, dan 1999. Terima kasih telah membimbing dan mengarahkan dalam kehidupan berorganisasi.

(24)

15. Beserta seluruh pihak yang terkait dan telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Skripsi ini yang tidak bisa dituliskan satu per satu. Semoga kita sukses dengan apa yang kita cita-citakan. Serta siapapun yang nantinya membaca skripsi ini, semoga bermamfaat, boleh dibaca tapi jangan diambil dari ruang baca karena membuat skripsi ini tidak mudah. Terima Kasih.

Bandar lampung, 3 Juli 2015 Penulis,

(25)
(26)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia. Indonesia juga berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia. Akibatnya kondisi ini membuat Indonesia sangat rentan terhadap beragam bencana, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, wabah penyakit, kekeringan dan gunung api. Rahmatia (2008:1)

Menurut Undang- Undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, pasal 1 angka 1 menerangkan Bencana ialah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan serius pada masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam ataupun faktor non alam maupun faktor manusia sehingga menyebabkan korban jiwa serta kerugian yang meluas. Kerugian tersebut dapat meliputi segi materi, ekonomi maupun lingkungan.

(27)

2

serangan, prediksi dan luasnya. Kedua adalah kaitan efek atau dampak dari kejadian tersebut terhadap manusia misalnya kematian, cedera atau penyakit,dan menyebabkan penderitaan. Ketiga adalah kerusakan atau kehancuran infrastruktur, seperti fasilitas penyangga hidup serta komunikasi dan layanan penting. Keempat adalah adanya kebutuhan terhadap bantuan kemanusiaan, seperti perawatan kesehatan, tempat tinggal, makan, pakaian, dan kebutuhan sosial lainnya. Belakangan ini sendiri bencana terjadi hampir setiap tahun di wilayah Indonesia, di daerah- daerah provinsi dan juga ibukota Negara Indonesia pun tak luput dari terjadinya bencana.

(28)

3

Adapun daftar kejadian bencana di Indonesia periode 2010 – 2014 seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1 Daftar Kejadian Bencana di Indonesia Periode 2010 –2014 No Jenis Bencana Jumlah

Kejadian

Korban

Meninggal Hilang Terluka Mengungsi

1 Banjir 3.199 893 252 3.269 1.021.209

2 Tanah Longsor 1.576 826 67 708 39.379

3 Gempa Bumi 86 75 - 3.751 58.875

4 Gempa Bumi &

Tsunami 1 447 56 496 15.353

5 Letusan Gunung

Berapi 30 439 - 2217 169.891

6 Angin Siklon 2.252 151 34 952 6171

Total Korban 7.144 2.831 409 11.395 1.310.878 Sumber (dibi.bnpb.go.id diakses tanggal 21 November 2014 pukul 14.00)

Dari penjelasan tabel diatas bencana banjir masih mendominasi kejadian bencana di Indonesia periode 2010–2014, dengan total kejadian bencana mencapai angka 3.199. Namun yang perlu diingat kejadian bencana yang lain juga, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, angin siklon, dan letusan gunung berapi sewaktu – waktu dapat terjadi dan memakan korban yang cukup banyak seperti yang tertuang pada tabel diatas. Kejadian bencana di Indonesia tentunya sangat merugikan masyarakat yang terkena imbas dari bencana tersebut, baik mengalam kerugian materil dan non materil.

(29)

Undang-4

Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dengan mendirikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menggantikan Bakornas PB, serta mendirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menggantikan satkorlak PB dan Satlak PB.

Tugas pokok fungsi BNPB dan BPBD sendiri ialah menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekontruksi secara adil dan setara, serta sebagai pihak yang mengkoordinasikan kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lainnya yang terlibat dalam permasalahan bencana yang terjadi di daerah tersebut. Fungsi nya ialah merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien, dan pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terecana, terpadu dan menyeluruh.

(30)

5

Kabupaten Way Kanan. (http://antaralampung.com/print/261336/lampung-tergolong-daerah-rawan-bencana-alam. diakses tanggal 20 November 2014 pukul 09.15)

Salah satu daerah di Provinsi Lampung adalah Bandar Lampung dilihat dari kondisi geografis, geologis merupakan daerah yang rawan terhadap terjadinya bencana dengan frekwensi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan wilayah Bandar lampung sendiri berbatasan langsung dengan lautan lepas di bagian selatan, selat sunda, di sebagian wilayah timur, serta berbatasan dengan wilayah lain dalam provinsi Lampung yang mempunyai daerah pegunungan. ( Dokumen BPBD kota Bandar Lampung)

(31)

(http://lampung.tribunnews.com/2013/10/13/ini-daerah-6

di-bandar-lampung-yang-terkena-bencana-hari-ini diakses pada tanggal 2 mei 2014 pukul 14:20)

Sejak 19 januari hingga 28 april 2014 Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Bandar Lampung mencatat sebanyak 34 kasus kebakaran telah terjadi di sebagian wilayah kota Bandar lampung, bila jumlah itu dibagi, maka setiap bulannya terjadi sebanyak delapan kasus kebakaran yang ada di Bandar lampung, dari jumlah kebakaran tersebut menimbulkan korban meninggal berjumlah dua orang. (http://www.saibumi.com/artikel-3340-tiap-bulan-delapan-kebakaran-terjadi-di-bandar-lampung.html diakses pada tanggal 4 mei 2014 pukul 15:15 )

Adanya bencana yang terjadi di Bandar Lampung diperlukan kemampuan organisasi publik dalam melaksanakan penanggulangan bencana. Aspek kemampuan (kapabilitas) organisasi publik menurut Amit dan Schomaker dalam Kusumasari (2014:45) dilihat sebagai kapasitas organisasi untuk mengerahkan sumber daya, menggunakan proses organisasi untuk mempengaruhi tujuan yang diinginkan. Kapasitas pemerintah daerah dalam menaggulangi bencana yang terjadi di daerah menjadi sangat penting untuk meminimalisir dampak bencana yang terjadi serta melakukan aksi pemulihan.

(32)

7

lainnya yang terlibat dalam hal menanggulangi bencana harus memberikan respon yang cepat terhadap kejadian – kejadian yang akan menimbulkan bencana. Dengan penanggulangan bencana yang baik BPBD harus melakukan kegiatan mitigasi sejak awal, untuk mengihindarkan bencana yang lebih besar.

Penulis memilih BPBD Kota Bandar Lampung sebagai lokasi penelitian, karena seperti yang telah dijelaskan diatas BPBD Kota Bandar Lampung merupakan wakil Pemerintah yang bertanggung jawab menangani serta pusat yang mengkoordinir satuan perangkat daerah lainnya dalam hal menanggulangi bencana sehingga dapat mempermudah penulis dalam mencari informasi yang dibutuhkan secara tepat.

Kapabilitas ataupun kemampuan yang baik dari Pemerintah (terutama Lembaga yang menangani bencana) dalam penanganan atau penanggulangan bencana di Kota Bandar Lampung masih belum optimal. Padahal pemerintah menyadari isu – isu ketidakpastian dan perubahan lingkungan telah menjadi isu terdepan serta menjadi isu global perubahan iklim. Namun masalahnya belum menjadi bagian dari kebijakan strategis dari Pemerintah Kota Bandar Lampung. Kondisi ini membuat masyarakat tidak berdaya mengahadapi bencana yang dapat datang secara tiba–tiba.

(33)

8

adanya Sumber Daya Manusia yang ahli dan tekhnologi yang canggih sebagai alat deteksi dini dalam melakukan kegiatan penanggulangan bencana membuat kegiatan penaggulan bencana masih belum optimal.

Berbagai bencana yang terjadi di Bandar Lampung memerlukan proses manajemen bencana yang baik. Menurut Kusumasari (2014:21), dalam siklus hidup manajemen bencana, hanya ada empat aktivitas yang dilakukan yakni mitigasi, kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan. Empat komponen tersebut dapat dilaksanakan dengan melihat sejauh mana kapabilitas yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Bandar Lampung. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti kapabilitas pemerintah daerah Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan bencana.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung Dalam Penanggulangan Bencana?

C. Tujuan Penelitian

(34)

9

D. Manfaat penelitian

1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi studi Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai organisasi dan manajemen publik.

(35)

0

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kapabilitas Organisasi 1. Definisi Kapabilitas

Menurut Amir (2011:86) menjelaskan bahwa kapabilitas ialah kemampuan mengeksploitasi secara baik sumber daya yang dimiliki dalam diri maupun di dalam organisasi, serta potensi diri untuk menjalankan aktivitas tertentu ataupun serangkaian aktivitas. Ibarat individu, belum tentu seorang yang memiliki bakat, misalnya pemain piano bisa bermain piano dengan baik. Ini sangat ditentukan dengan bagaimana ia mengembangkannya dengan latihan, dan belajar.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Robbin yang mengartikan bahwa kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh tap-tiap individu untuk melakasanakan tugasnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan merupakan suatu penilaian atau ukuran dari apa yang dilakukan oleh orang tersebut. (http://idtesis.com/pengertian-kapabilitas diakses tanggal 28 Oktober 2014)

(36)

11

melakukan tugas, pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan dengan sendirinya juga kata sifat dan keadaan ditujukan kepada sifat atau keadaan seseorang yang dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada. Kemajuan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia.

(http://sulut.kemenag.go.id/file/file/kepegawaian/aunw1341283316.pdf diakses 28 oktober 2014 pukul 14.00)

Menurut Sampurno (2011:40) kapabilitas merepresentasikan seperangkat sumber terintegrasi yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas – aktivitas penting. Kapabilitas atau kemampuan menyatu dalam pengetahuan dan keterampilan pekerja atau individu yang ada dalam perusahaan ataupun organisasi . Kapabilitas diartikan sebagai potensi untuk menjalankan aktivitas tertentu atau serangkaian aktivitas. Terkadang istilah “kecakapan” digunakan untuk merujuk pada kemampuan kita menjalankan aktvitas fungsional, sementara “kapabilitas” dianggap bagaimana mengkombinasikan berbagai kecakapan. Amir (2011:88).

2. Definisi Organisasi

(37)

12

relatif teridentifikasi, yang berfungsi secara berkelanjutan untuk mencapai seperangkat sasaran bersama.

Selanjutnya Eztioni dalam Torang (2013:25) menyatakan bahwa kita dilahirkan dalam organisasi, dididik oleh organisasi, dan hampir semua diantara kita menghabiskan hidup kita bekerja untuk organisasi. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa organisasi adalah entitas sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan batasan yang dapat diidentifikasikan dan bekerja terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Mandra dalam Torang (2013:26) berpendapat bahwa organisasi adalah suatu system hubungan kerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan. Organisasi harus memiliki: (1) sejumlah orang, (2) tujuan bersama, (3) interaksi yang selalu dapat diukur atau diterangkan menurut suatu struktur tertentu, (4) setiap orang dalam organisasi mempunyai tujuan pribadi (5) interaksi selalu diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa organisasi adalah suatu proses interaksi dari orang yang mengikuti suatu struktur tertentu dalam mencapai tujuan pribadi dan tujuan bersama.

(38)

13

terdiferensiasi dan terkoordinasi, yang mempergunakan, mentransformasi, dan menyatupadukan seperangkat khusus manusia, material, modal gagasan, dan sumber daya alam menjadi suatu kesatuan pemecahan masalah yang unik daalam rangka memuaskan kebutuhan – kebutuhan tertentu manusia dalam interaksinya dengan sistem–sistem lain dari aktivitas manusia dan sumber daya dalam lingkungan nya.

3. Definisi Kapabilitas Organisasi

Menurut Hubeis dan Najib (2014:47) kapabilitas organisasi adalah kumpulan sumber daya yang menampilkan tugas atau aktivitas secara integratif. Biasanya, kapabilitas organisasi ditentukan berdasarkan dua pendekatan, yaitu (1) pendekatan fungsional dan (2) pendekatan rantai nilai (Value Chain). Kedua pendekatan tersebut banyak digunakan oleh organisasi untuk membentuk kapabilitas organisasi. akan tetapi, yang perlu digaris bawahi kapabilitas hanya dapat dibentuk jika ada kerjasama yang terjalin diantara berbagai sumber daya dalam orgaisasi. Pada organisasi yang kompleks, kapabilitas mempengaruhi struktur hierarki organisasi tersebut. Semakin tinggi tingkat kapabilitas, semakin banyak pula integrasi antar kapabilitas yang tingkatnya lebih rendah. Oleh karena itu dalam hal ini sangat diperlukan perpaduan diantara kapabilitas fungsional yang ada dalam organisasi.

(39)

14

diintegrasikan sesuai tujuannya, untuk melaksanakan tugas – tugas tertentu, atau sejumlah tugas yang diharapkan. Sehingga dengan demikian kapabilitas menunjukkan kemampuan organisasi memanfaatkan atau mengeksplorasi sumber dayanya. Assauri (2013:54)

Sampurno (2011:52) menjelaskan kapabilitas organisasi yaitu kapasitas organisasi dalam menempatkan dan memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi keinginan dan hasil yang dikehendaki oleh organisasi. kapabilitas organisasi memerlukan berbagai keahlian individual yang diintegrasikan dengan tekhnologi, peralatan dan berbagai sumber daya lainnya.

Kapabilitas organisasi menekankan pada peran kunci manajemen stratejik dalam adaptasi yang tepat, integrasi dan rekonfigurasi internal dan skill organisasional, sumber daya dan kompetensi fungsional sehingga terjadi kesesuaian dengan perubahan lingkungan, Teece, Et al dalam Sampurno (2011:37)

(40)

15

Amit dan Schoemaker dalam Kusumasari (2014:45) melihat kapabilitas organisasi sebagai kapasitas organisasi untuk mengerahkan sumber daya, menggunakan proses organisasi untuk memengaruhi tujuan yang diinginkan. Definisi ini memiliki dua fitur utama. Pertama, kapabilitas adalah atribut dari sebuah organisasi yang memungkinkannya untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada dalam penerapan strategi. Kedua, tujuan utama kapabilitas adalah untuk meningkatkan produktivitas sumber daya lain yang dimiliki organisasi. Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah atribut modal keuangan, fisik, individual, dan organisasi yang menjadi modal dasar organisasi.

(41)

16

Kapabilitas adalah konsep yang dipakai untuk menunjuk pada kondisi lingkungan internal yang terdiri atas dua faktor stratejik, yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki keuntungan stratejik dalam mencapai sasarannya, sedangkan kelemahan adalah situasi dan ketidakmampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya Higgins dalam Salusu (2005:391).

Kapabilitas tidak merepresentasi salah satu sumber daya saja, tanpa penunjukan pada sumber daya lain, seperti aset keuangan, teknologi atau tenaga kerja, tetapi lebih merupakan cara yang khas dan unggul dalam mengalokasikan sumber daya. Schreyogg dalam Kusumasari (2014:45). Kapabalitas atau kemampuan sangat penting dimiliki oleh organisasi, karena kemampuan diidentifikasi sebagai salah satu sumber utama bagi pembangkitan dan pengembangan kompetitif, ketidak pastian dan perubahan lingkungan menjadi alasan kapabilitas harus dimiliki oleh organisasi untuk berubah dan mengembangkan prasyarat penting dengan cepat untuk mempertahan keunggulan kompetitif.

(42)

17

tidak dapat tercipta hanya dengan satu sumber daya saja tanpa dukungan sumber daya lainnya.

Kapabalitas atau kemampuan sangat penting dimiliki oleh organisasi, karena kemampuan diidentifikasi sebagai salah satu sumber utama bagi pembangkitan dan pengembangan kompetitif, ketidak pastian dan perubahan lingkungan menjadi alasan kapabilitas harus dimiliki oleh organisasi untuk berubah dan mengembangkan prasyarat penting dengan cepat untuk mempertahan keunggulan kompetitif. Schreyog dan Kliesch–Eberl dalam Kusumasari (2014:43)

Menurut Hubeis dan Najib (2014:47) kapabilitas organisasi ditentukan bedasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan fungsional dan pendekatan rantai nilai. Pendekatan fungsional menentukan kapabilitas organisasi secara relatif terhadap fungsi utama perusahaan, seperti pemasaran, dsitribusi, keuangan dan akuntasi, sumber daya manusia, produksi dan organisasi secara umum. Pendekatan rantai nilai menentukan kapabilitas organisasi berdasarkan serangkaian kegiatan berurutan yang merupakan sekumpulan aktivitas nilaiyang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirim dan mendukung produk dan jasa.

(43)

18

kompetitif, harus bekerjasama untuk menciptakan kapabilitas organisasi. dalam membangun dan mempertahankan sumberdaya dan kapabilitas organisasi memerlukan dua kondisi yaitu : scarcity dan relevance. Jika sumber daya atau kapabilitas tersedia secara luas dalam industri, hal ini mungkin esensial untuk bersaing tetapi tidak mencukupi sebagai basis keunggulan kompetitif.

Profit yang diperoleh dari sumber daya dan kapabilitas tergantung tidak hanya pada kemampuan perusahaan untuk membangun keunggulan tetapi juga seberapa lama keunggulan itundapat dipertahankan. Kesemua itu tergantung pada bagaimana sumberdaya dan kapabilitas tersebut dapat bertahan lama.

(44)

19

4. Faktorfaktor Pendukung Kapabilitas Organisasi

Menurut Sampurno (2011:50) Kapabilitas saling berkaitan dengan sumber daya, strategi dan keunggulan kompetitif. Kualitas dan kapasitas sumber daya organisasi sangat menentukan kapabilitas organisasi . faktor pendukung kapabilitas organisasi sendiri berupa sumber daya wujud (tangible) dan sumberdaya nirwujud (intangible resources)dan sumber daya manusia (human capital)

Bagan 2.1 Faktor Pendukung Kapabilitas

Sumber : Sampurno (2011:50)

Assauri (2013:54) menjelaskan bahwa fondasi yang penting dari kapabilitas adalah terletak pada keunikan dari keterampilan atauskillsdanknowledgedari karyawan dan pimpinan organisasi, serta keahlian fungsional. Syamsir Torang (2013: 53) mengartikan keterampilan atau skills dan knowledge:

a) Keterampilan atau skills adalah kemampuan mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan.

Kapabilitas

Sumber Daya

Wujud Nirwujud Manusia

- Keuangan - Teknologi - Keterampilan - Fisik (gedung,peralatan dll) - Reputasi - Motivasi

(45)

20

b) Pengetahuan atau knowledge adalah kompetensi yang kompleks dan spesifik informasi yang dimiliki seseorang

Taufik Amir (2011:85) menjelaskan pada dasarnya organisasi merupakan sekumpulan kombinasi sumber daya. Organisasi memanfaatkan semua peluang yang dimilikinya, atau mengatasi segala ancaman yang dihadapinya dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. Organisasi selalu memiliki berbagai aset, mulai dari aset fisik, aset manusia dan aset organisasi. kesemua aset tersebut ini disebut dengan sumber daya. Sumber daya dalam organisasi tersebut sebagai faktor pendukung kapabilitas organisasi. Adapun tipe – tipe sumber daya organisasi seperti gambar di bawah ini.

Bagan 2.2 Tipe-tipe Sumber Daya

Sumber : De wit, Meyer dalam Taufiq Amir (2011:86)

(46)

21

a) Sumber daya berwujud ( tangible) dan yang nirwujud ( intangible). Sumber daya berwujud adalah segala sesuatu yang tersedia di perusahaan yang secara fisik dapat diamati ( disentuh), seperti bangunan, dan uang. Sementara sumber daya nirwujud tidak dapat disentuh, tapi sebagian besar dikerjakan oleh karyawan di organisasi. Secara umum, sumber daya berwujud perlu diadakan atau dibeli sementara sumber daya nirwujud perlu dikembangkan. b) Sumber daya relasional dan kompetensi. Dalam kategori sumber daya

nirwujud kita dapat menggolongkan dua jenis sumber daya lagi, yakni yang disebut sumber daya relasional dan kompetensi. Yang disebut dengan sumber daya relasional adalah segala sumber daya yang tersedia di organisasi yang muncul akibat interaksi organisasi dengan lingkungan nya. Sementara kompetensi ialah pengetahuan yang sangat penting dimiliki oleh organisasi untuk dapat berkembang dengan baik.

(47)

22

pengendalian pengetahuan. Gambar 2.1 menunjukan bahwa kapabilitas adalah system pengetahuan interdependen yang saling berhubungan

Bagan 2.3 Dimensi Kapabilitas

Sumber : Leonard-Barton dalam Kusumasari (2014:46)

5. Indikator Kapabilitas Organisasi

Menurut Thomson dan Strickland (2003) dalam Sampurno (2011) menjelaskan, utnuk menganalisis kekuatan dan kapabilitas sumber daya perusahaan, aspek –aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah :

a) Keterampilan atau keahlian

Mencakup anatara lain kekuatan dalam keahlian, layanan prima, iklan yang unik. Ketrampilan dan keahlian ini perlu diproteksi oleh perusahaan sehingga tidak mudah ditiru oleh kompetitor.

b) Aset fisik yang bernilai

Mencakup antara lain fasilitas produksi dengan peralatan yang baik, fasilitas distribusi yang luas, network dan system informasi

Nilai dan Norma

System manajerial System

teknis

Berbasis pengetahuan

(48)

23

c) Aset sumber daya manusia

Mencakup antara lain pekerja yang berpengalaman dancapable,pekerja yang berbakat di area kunci, pekerja yang enerjik dan bermotivasi tinggi. Dalam konteks ini perlu diperhatikan apakah perusahaan memberikan peluang yang memadai bagi karyawan untuk meningkatkan kapabilitasnya.

d) Aset organisasi yang bernilai

System control yang berkualitas system tekhnologi yang mumpuni, aset organisasi ini sangat penting karena berkaitan dengan kecepatan perusahaan dalam menengarai permasalahan yang telah dan yang akan dihadapi untuk kemudian mengambil keputusan yang tepat dan cepat

e) Kapabilitas bersaing

Mencakup antara lain kemampuan perusahaan dalam waktu relative pendek meluncurkan produk baru, kemitraan yang kuat dengan pemasok kunci, dan yang terpenting ialah merespons perubahan yang terjadi pada kondisi pasar dan kemampuan yang terlatih baik dalam melayani pelanggan.

f) Aliansi dan kerjasama

(49)

24

Taufik Amir (2011:98) dalam menentukan keberhasilan kapabilitas organisasi, perlu di perhatikan adalah fungsi keuangan, pemasaran, operasi, dan Sumber Daya Manusia.

a) Fungsi keuangan

Sumber dana, cara pengelolaan nya, sehingga menciptakan keuangan yang sehat dalam penjalanan aktivitas dari organisasi tersebut.

b) Operasi

Memiliki sistem operasi yang baik apakah mau continus (dimana produk diproses secara berkelanjutan sehingga perlu perangkat otomatis) atau bisa juga yang berkaitan dengan operating leverage, terkait dengan bagaimana dampak aktivitas penjualan berdampak pada pendapatan.

c) Sumber Daya Manusia

Memiliki tim kerja yang solid, hubungan industrial, mutu suasana kerja yang baik, serta perhatian perusahaan dalam membangun sumber daya manusia yang unggul.

Menurut Kusumasari (2014:48) sumber daya dan faktor penting yang harus dimiliki pemerintah untuk menciptakan organisasi yang berkemampuan baik, yang harus dimiliki ialah:

a) Kelembagaan

(50)

25

b) Sumber Daya Manusia

Memiliki sumber daya yang cukup disertai dengan pembagian pekerjaan dan delegasi yang jelas, serta memiliki personel dengan pengetahuan yang baik tentang manajemen bencana.

c) Keuangan

Memiliki dukungan keuangan yang memadai untuk mendukung semua aktivitas dalam manajemen bencana

d) Teknis

Memiliki system logistik manajemen dan, informasi yang efektif kepada seluruh masyarakat

Dari berbagai pendapat para ahli diatas, peneliti akan menggunakan teori kapabilitas organisasi yang dikemukakan oleh Kusumasari dengan menggunakan 4 (empat) indikator, yaitu : kelembagaan, sumber daya manusia, keuangan dan tekhnis

B. Tinjauan Tentang Bencana 1. Pengertian Bencana

(51)

26

Jika dilihat dari tempo kejadiannya, bencana dapat terjadi secara mendadak, berangsur-angsur, atau musiman. Contoh ancaman bencana secara mendadak adalah gempa bumi, tsunami, dan banjir bandang. Contoh ancaman bencana yang berangsur secara perlahan-lahan atau berangsur-angsur adalah banjir genangan, rayapan, kekeringan. Contoh ancaman bencana terjadi musiman adalah banjir bandang (dimusim hujan), kekeringan (dimusim kemarau), dan suhu dingin.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001), definisi bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan yangbermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.

Definisi bencana menurut Dzikron (2009) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respons dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.

(52)

(UN-27

ISDR) dalam Nurjanah (2014:10) menyatakan bencana ialah suatu kejadian, yang disebabkan oleh atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumberdayanya.

Berdasarkan definisi bencana dari International Strategi For Disaster Reduction (UN-ISDR) dalam Nurjanah (2014:10) dapat digeneralisasi bahwa untuk dapat disebut “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria atau kondisi sebagai berikut:

1) Ada peristiwa

2) Terjadi karena faktor atau karena ulah manusia

3) Terjadi secara tiba-tiba akan tetapi dapat juga terjadi secara perlahan-lahan/ bertahap

4) Menimbulkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan

5) Berada diluar kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya.

2. Jenis–jenis Bencana

Adapun jenis - jenis bencana menurut Rahmatia (2008:2) berdasarkan penyebab bahayanya, bencana dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana sosial, dan bencana campuran.

(53)

28

2. Tsunami 3. Gunung api 4. Angin topan

Bencana sosial atau buatan manusia, yaitu hasil dari tindakan langsung maupun tidak langsung manusia seperti:

1. Konflik

2. Kegagalan tekhnologi 3. Hama penyakit

Bencana juga dapat terjadi karena alam dan manusia sekaligus yang dikenal sebagai bencana campuran atau kompleks seperti :

1. Banjir 2. Longsor

3. Kebakaran hutan 4. Kekeringan pangan

Menurut Nurjanah (2012:20) pada umum nya jenis bencana dikelompokkan kedalam enam kelompok berikut:

1. Bencana geologi

2. Bencana hydro–meteorologi 3. Bencana biologi

4. Bencana kegagalan tekhnologi 5. Bencana lingkungan

(54)

29

7. Kedaruratan kompleks yang merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik

Yang tergolong dalam bencana geologi antara lain letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, longsor. Bencana hidrometeorologi antara lain banjir, banjir bandang, badai, angin topan, kekeringan, air laut pasang, kebakaran hutan. Bencana biologi antara lain epidemi, penyakit tanaman. Degradasi lingkungan antara lain pencemaran, abrasi pantai, kebakaran, kebakaran hutan. Sedangkan bencana kegagalan tekhnologi antara lain kecelakaan atau kegagalan industri, kesalahan tekhnologi, kelalaian manusia dalam pengoperasian tekhnologi. Kedaruratan kompleks meskipun jarang terjadi namun dampaknya sangat besar. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain konflik sosial, terorisme, dan eksodus (pengungsian atau berpindah tempat secara besar–besaran).

C. Penanggulangan Bencana

1. Pengertian Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana didefinisikan sebagai istilah kolektif yang mencakup semua aspek perencanaan untuk merespons bencana, termasuk kegiatan- kegiatan sebelum bencana dan setelah bencana yang mungkin juga merujuk pada manajemen resiko dan konsekuensi bencana Shaluf dalam Kusumasari (2014:19).

(55)

30

risiko bencana dan bagaimana menghindari risiko bencana. Manajemen bencana merupakan proses dinamis tentang bekerjanya fungsi- fungsi manajemen yang kita kenal selama ini misalnya fungsi planning, organizing, actuating, dan controlling. Cara bekerja manajemen adalah melalui kegiatan- kegiata yang ada pada tiap kuadran/ siklus/ bidang kerja yaitu pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta pemulihan. Sedangkan tujuannya (secara umum) antara lain untuk melindungi masyarakat beserta harta bendanya dari ancaman bencana.

(56)

31

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna

Mitigasi (mitigation)

Serangkaian kegiatan untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaan dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Tanggap darurat

(response)

Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, penggusuran pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana.

Rehabilitas/ pemulihan (rehabilitation/ recovery)

Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

Rekonstruksi (reconstruktion)

Pembangunan kembali semua sarana dan prasarana kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintah wilayah maupun masyarakat dengan sarana dan prasarana utama penumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

Sumber: UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Dalam siklus hidup manajemen bencana alam dan manajemen bencana modern, hanya ada empat aktivitas yang sangat penting dilakukan, yaitu mitigasi, kesiapsiagaan, respons dan pemulihan.

1. Mitigasi

(57)

32

terhadap masyarakat dan lingkungan, king dalam kusumasari (2014:22). Mitigasi sering juga disebut pencagahan atau pengurangan risiko dan dianggap sebagai landasan manajemen bencana.

Mitigasi dapat dilihat sebagai upaya berkelanjutan yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana melalui pengurangan kemungkinan dan komponen konsekuensi risiko bencana Coppola dalam Kusumasari (2014:22). Tujuan mitigasi adalah pengurangan kemungkinan risiko, pengurangan konsekuensi risiko, menghindari risiko, penerima risiko, serta transfer, pembagian, atau penyebarluasan risiko.

Namun ada juga beberapa hambatan dalam pelaksanaan mitigasi, seperti biaya, rendahnya dukungan politik, isu sosial budaya, dan persepsi risiko. Mitigasi dapat menjadi sebuah kegiatan yang sangat mahal. Faktanya adalah pemerintah memiliki anggaran terbatas untuk mendukung pembangunan dan banyak pemerintah yang menganggap bencana sebagai peristiwa yang kebetulan terjadi dan mungkin tidak akan terjadi.

2. Kesiapsiagaan

(58)

33

mengembangkan kemampuan operasional dan untuk memfasilitasi respons yang efektif jika keadaan darurat terjadi. Dalam penyelenggaraan manajemen bencana, kemampuan kesiapsiagaan yang kuat merupakan permaslahan awal. Kemampuan ini dapat dibangun dengan perencanaan, pelatihan, dan latihan. Ada banyak fase yang harus dilakukan pada tahap kesiapsiagaan, termasuk membentuk manajemen darurat, menilai bencana, membuat rencana darurat, mengembangkan system peringatan dini, mengidentifikasi sumber daya dan bantuan, serta membuat kesepakatan untuk saling membantu dan mendidik masyarakat.

3. Respons/Daya Tanggap

(59)

34

4. Pemulihan

Pemulihan adalah kegiatan mengembalikan system infrastruktur kepada standar operasi minimal dan panduan upaya jangka panjang yang dirancang untuk mengembalikan kehidupan ke keadaan dan kondisi nirmal atau keadaan yang lebih baik setelah bencana. Pemulihan dimulai sesaat setelah bencana terjadi Sullisvan dalam Kusumasari (2014:30). Pemulihan bencana adalah saat ketika negara, masyarakat, keluarga, dan individu memperbaiki atau merekonstruksi kembali apa yang telah hilang akibat bencana dan mengurangi risiko bencana yang serupa dimasa depan.

Coppola dalam Kusumasari (2014:30) mengatakan kegiatan pemulihan meliputi keputusan dan tindakan yang diambil setelah bencana dengan maksud untuk memulihkan atau meningkatkan kondisi kehidupan prabencana dari masyarakat yang terkena dampak. Proses pemulihan dapat dibagi menjadi kegiatan jangka pendek dan jangka panjang. Tahap pemulihan jangka pendek dilakukuan segera setelah peristiwa bencan terjdi dengan tujuan menstabilkan kehidupan mereka yang terkena dampak. Pemulihan inipun dalam rangka mempersiapkan diri mereka untuk menjalani perjalanan panjang menuju pembangunan kembali kehidupan mereka setelah bencana.

3. Prinsip - prinsip Penanggulangan Bencana

(60)

35

pemerintahan, keseimbangan, keselarasan dan keserasian, ketertiban dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Selain itu penanggulangan bencan juga harus didasarkan pada prinsip-prinsip praktis sebagai berikut:

a) Cepat dan tepat

Cepat dan tepat adalah bahwa penangulangan bencan dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.

b) Prioritas

Prioritas dimaksudkan sebagai upaya penangulangan bencana yang harus mengutamakan kelompok rentan.

c) Koordinasi dan keterpaduan

Dimaksudkan sebagai upaya penangulangan bencan yang didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan keterpaduan dimaksudkan sebagai upaya penanggulangan bencana dilaksanakan oleh berbagai sector secara terpadu yang didasrkan pada kerjasama yang baik dan saling mendukung.

d) Berdayaguna dan berhasilguna

Dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

e) Transparansi dan akuntabilitas

(61)

36

penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik hukm.

f) Kemitraan

Penanggulangan bencana harus melibatkan berbagai pihak secara seimbang g) Pemberdayaan

Dilakukan dengan melibatkan korban bencana secara aktif. Korban hendaknya tidak dipandang sebagai obyek semata

h) Non diskrimintaif

Bahwa penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.

i) Non proselitisi

Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama atau keyakinan.

D. Faktor Penting Kapabilitas Organisasi Terhadap Penanggulangan Bencana Banyak alasan untuk mempelajari kapabilitas pemerintah daerah mendukung pengelolaan bencana. Menurut Moynihan dalam Kusumasari (2014:46) secara administratif, manusia cenderung bersikap rasional ketika menghadapi bencana dan memiliki tujuan umum untuk kembali ke kondisi normal, tetapi terkendala dengan keterbatasan pengetahuaannya tentang cara kembali ke kondisi normal.

(62)

37

yang dimiliki oleh pimpinan organisasi dan tokoh masyarakat mungkin justru sangat rendah. Kesalahan yang biasanya dilakukan oleh pemerintah daerah saat mencegah bencana sering dikaitkan dengan adanya kepercayaan kelembagaan yang kaku, pengabaian keluhan dari luar, keslitan menangani berbagai sumber informasi, dan kecendrungan untuk meminimalkan bahaya.

Cigler dalam Kusumasari (2014:47) mendefinisikan kemampuan sebagai kapasitas dan dalam hal kapasitas, pemerintah daerah harus memiliki kapasitas keuangan, teknis, hukum, sumber daya manusia, politik dan kelembagaan untuk melakukan kegiatan di semua tahapan rutin kondisi darurat. Ide cigler tersebut dituangkan dalam model kapabilitras manajemen bencana seperti yang ditampilkan pada gambar 2.2. kemampuan yang dibutuhkan dalam peanggulangan bencana berkaitan dengan delegasi, komunikasi pada saat pengambilan keputusan, dan koordiasi antar lembaga. Paton & Jakson, (2002)

(63)

38

untuk mengadopsi dan mengembangkan rasa lokalitas dalam perencanaan darurat bencana karena pemerintah daerah memegang tanggung jawab yang sangat penting dalam manajemen darurat bencana, serta lebih cepat dan lebih efektif menanggapi bencana Cigler dalam Kusumasari (2014:61)

Penanggulangan bencana adalah tugas yang harus dijalankan pemerintah untuk melindungi masyarakat nya dari dampak bencana yang membahayakan, seperti amanat Undang – undang yang berbunyi bahwa Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dengan tujuan untuk memberikan perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila

Adapun tanggung jawab pemerintah daalam penanggulangan bencana seperti yang diamanatkan Undang – undang Nomor 24 tahun 2007 pasal 5 yang berbunyi bahwa Pemerintah dan Pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaran penanggulangan bencana. Adapun tanggung jawab pemerintah dalam penanggulangan bencana meliputi :

1) Pengurangan resiko bencana dan pemaduan pengurangan resiko bencana dengan program pembangunan

2) Perlindungan masyarakat dari dampak bencana

3) Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil sesuai dengan standar pelayanan minimum

(64)

39

5) Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan dan belanja yang memadai

6) Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai; dan

(65)

✁ ✂

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Krik and Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya, Moleong (2007:3). Oleh karena itu, strategi penelitian ini terarah pada penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bogdan dan Taylor mengatakan metodelogi kualitatif sebagai prosedur-prosedur penelitian yang digunakan untuk menghasilkan data deskriptif, yang ditulis atau yang diucapkan orang dan perilaku-perilaku yang dapat diamati, Pawito (2007:84). Studi deskriptif kualitatif adalah suatu metode untuk menggambarkan suatu gejala-gejala sosial atau berusaha mendiskripsikan fenomena sosial tertentu secara terperinci.

(66)

✄ ☎

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, sedangkan jenis dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bermaksud untuk melihat, mengetahui, menggambarkan, dan menganalisis fenomena tertentu sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa nyata yang terjadi di lapangan melalui proses wawancara, observasi, maupun dokumentasi sesuai dengan data dan fakta yang diperoleh terkait dengan kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan bencana.

B. Fokus Penelitian

Penetapan fokus dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk memberikan batasan dalam pengumpulan data, sehingga peneliti dapat lebih memfokuskan penelitian terhadap masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Melalui fokus penelitian, informasi yang terdapat dilapangan dapat dipilih sesuai dengan kajian permasalahan. Penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang harus dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah atau dibuang. Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

(67)

✆ ✝

a) Kelembagaan

1. Struktur Organisasi, pembagian peran, tugas, tanggung jawab dalam lembaga BPBD Kota Bandar Lampung

2. Jaringan (networking) BPBD dengan SKPD lainnya dalam penanggulangan bencana Kota Bandar Lampung

b) Sumber Daya Manusia

1. Memiliki sumber daya manusia yang relativ cukup dalam penanggulangan bencana di Kota Bandar Lampung

2. Memberikan pelatihan–pelatihan kepada personel yang dimiliki c) Keuangan

Memiliki Sumber daya keuangan yang cukup dalam mendukung semua aktivitas manajemen bencana

d) Teknis

1. Memiliki sistem logistik manajemen bencana yang cukup dalam penanganan bencana.

2. Pemberian informasi kepada masyarakat tentang potensi bencana yang terjadi

3. Pemberian pendidikan manajemen bencana kepada masyarakat

C. Lokasi Penelitian

(68)

✞ ✟

mengkoordinasikan segala kegiatan pelaksanaan pedoman umum manajemen bencana di kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana karena berbatasan langsung dengan lautan lepas dibagian selatan, Selat Sunda, disebagian wilayah timur, serta berbatasan dengan wilayah lain dalam Provinsi Lampung yang mempunyai daerah pegunungan, sehingga posisinya berada dalam wilayah yang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan terhadap terjadinya bencana dengan frekwensi yang cukup tinggi. Bencana di Kota Bandar Lampung juga lebih kompleks, seperti Bencana banjir, kebakaran, tanah longsor.Bencana tersebut mengancam penduduk yang tinggal diwilayah Kota Bandar Lampung.

D. Informan Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:108) informan merupakan orang yang menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Adapun informan yang ditemui merupakan elemen dari:

Tabel 3.1 Informan

No Nama Informa dan Jabatan Instansi Tanggal Wawancara 1 Erwin, S.H., M.H (Sekertaris) BPBD Kota Bandar

Lampung 27 Desember 2014 5 W. Tursinah TR., S.Sos., M.M

(69)

✠✠

Informasi) BMKG Lampung 26 Maret 2015 9 AKP Hari Sutrisno, S.H 18 Fitri afrida A.md keb Masyarakat 4 Januari 2015

19 Subandiah Masyarakat 4 Januari 2015

E. Sumber Data

(70)

✡ ☛

1. Data Primer

Data primer yang digunakan adalah berasal dari hasil wawancara. Sumber data ditulis atau direkam. Wawancara dilakukan kepada informan yang telah ditentukan dengan menggunakan panduan wawancara mengenai Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota Bandar Lampung. Teknik pemilihan orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive. Alasan pemakaian teknik purposive dikarenakan oleh bentuk dan ciri penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini. Penentuan orang yang diwawancarai atau responden dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dikarenakan orang tersebut menduduki posisi terbaik yang dapat memberikan informasi - informasi yang akurat terkait dengan topik penelitian ini.

2. Data Sekunder

(71)

☞6

Tabel 3.2 Data Sekunder

No Nama Dokumen Substansi

1 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2010

Berisi tentang pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung

2 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 70 Tahun 2010

Berisi tentang tugas, fungsi dan taat kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung

3 Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2011

Berisi tentang pedoman penyelenggaraan penanggulangan bencana Kota Bandar Lampung

4 Dokumen Logistik BPBD Kota Bandar Lampung tahun 2014

Berisi tentang Logistik manajemen bencana yang dimiliki BPBD Kota Bandar Lampung

5 Dokumen Potensi Wilayah Rawan Bencana Kota Bandar Lampung

Berisi tentang informasi wilayah ataupun kecamatan yang memiliki potensi rawan bencana di Kota Bandar Lampung

6 Dokumen inventaris BPBD Kota Bandar Lampung

Berisi tentang seluruh peralatan yang dimiliki BPBD Kota Bandar Lampung

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

(72)

47

2. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Teknik dokumentasi pada penelitian ini dengan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis yang diperoleh dari yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung.

3. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis pada obyek penelitian. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi dan lokasi penelitian. Nasution dalam Sugiyono (2012:226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Adapun objek yang diamati peneliti yaitu :

1. Ruangan kepala BPBD Kota Bandar Lampung

2. Ruangan Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kota Bandar Lampung

3. Ruangan Logistik manajemen bencana BPBD Kota Bandar Lampung 4. Kendaraan operasional BPBD Kota Bandar Lampung

(73)

48

6. Posko siaga BPBD Kecamatan Tanjung Karang Timur 7. Posko siaga BPBD Kecamatan Teluk Betung Utara 8. Posko siaga BPBD Kecamatann Bumi Waras 9. Posko siaga BPBD Kecamatan Sukabumi 10. Posko siaga BPBD Kecamatan Labuhan Ratu

11. Daerah potensi rawan bencana tsunami Kelurahan Karang Maritim Kecamatan Panjang

12. Daerah potensi bencana banjir Kelurahan Kalibalau Kencana Kecamatan Kedamaian

G. Teknik Analisis Data

Tahap pengolahan data tidak cukup hanya terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi saja, akan tetapi mencakup banyak tahap, di antaranya adalah tahap reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Lebih dari sekedar itu, pengolahan data, yang tidak lain merupakan tahap analisis dan interpretasi data mencakup langkah-langkah reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Penelitian ini menggunakan proses analisis data model interaktif dalam Pawito (2007:104), yaitu analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan secara bersamaan, yang terdiri :

a. Reduksi data

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Kejadian Bencana di Indonesia Periode 2010 – 2014
Tabel 3.1 Informan
Tabel 3.2 Data Sekunder
Tabel 3.3 Contoh Model Triangulasi Keabsahan Data

Referensi

Dokumen terkait

Sebenarnya selain karena kurang sigapnya pemerintah Provinsi Lampung dalam menanggulangi bencana, masalah diatas juga terjadi kurang terjalinnya komunikasi diantara

Untuk meningkatkan kesiapsiagaan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Langsa dalam menghadapi bencana, maka perlu perencanaan dan pengorganisasian yang baik

Sumber daya manusia adalah sentral dalam suatu organisasi.Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam

Apakah BPBD Kota Langsa memiliki kebijakan tentang penanggulangan bencana pada tahap kesiapsiagaan?. Bagaimanakah cara membuat kebijakan terkait

Berdasarkan wasil wawancara tersebut dalam penanggulangan bencana banjir, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi tidak mengalami kendala yang

Sebagai SKPD di jajaran Pemerintah Kota Mataram yang dibentuk berdasarkan Perwal Nomor 20 Tahun 2010, maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD )

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Upaya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kota Balikpapan yang berdasarkan

Adapun Perencana strategis lima tahun kedepan yang disiapkan BPBD supaya kesiapsiagaan itu meningkat baik itu aparatur pemerintahanan maupun masyarakatnya yang