• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BERPIKIR ORISINIL

PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

Oleh

GALUH AYUNINGTYAS DWI UNTARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model problem solving dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang merupakan salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif. Model problem solving terdiri dari langkah yaitu (a) ada masalah yang diberikan, (b) mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, (d) menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dan (e) menarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 256 siswa dan sampel dalam peneliti-an ini adalah kelas X2 dan X5 semester ganjil. Pengambilan sampel dilakukan

(2)

rata-Galuh Ayuningtyas Dwi Untari

ii

rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil pada kelas kontrol sebesar 0,4539 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,6283. Berdasarkan pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 25 Mei 1993, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati Bapak Suratman, A.Ma.Pd. dan Ibu Sujilah, S.Pd. Mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di SD Negeri 2 Tanjung Jaya Bangun Rejo, diselesaikan pada tahun 2004. Kemu-dian melanjutkan di SMP Negeri 2 Bangun Rejo diselesaikan pada tahun 2007, dan SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

(8)

MOTO

Hiasan dunia adalah ibadah dan belajar, maka hiasilah hidupmu dengan ibadah

dan belajar.

(Hadist)

Meskipun menghias hidup tidaklah mudah,

Namun, ingatlah

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain

(Q.S. An-Nashr: 6-7)

Dan

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat Tidak ada yang menggantikan

kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan

bertemu dengan kesiapan.

(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala

nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, dengan segala

kerendahan hati dan rasa sayang yang tulus saya persembahkan karya sederhana

ini untuk:

Mama dan Papa tercinta

Sosok mulia yang selalu membimbing, mendidik dan mendukung penulis dengan kelembutan doa serta cinta sucinya karena Allah SWT. Terimakasih atas jerih payah dan kerja keras kalian yang tidak mungkin dapat terbalaskan. Semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbanan kalian.

Saudaraku tercinta

Mbakku, Elmika Ratnapuri, S.Pd. dan adikku Anatri Dimas Arief Wicaksono serta keluarga besarku

Keceriaan, perhatian, dan doa yang kalian berikan, menjadi pengiring langkahku untuk terus maju.

Sahabatku dan Rekanku

Yang selalu mendoakanku dan memberikanku semangat.

Almamater tercinta Universitas Lampung

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “ Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Berpikir Orisinil pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit” sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing I dan Pembimbing

Akademik, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi.

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M. Si. selaku Pembimbing II, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi.

(11)

dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi Pen-didikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;

7. Bapak Drs. Maisani Liswan selaku kepala sekolah atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian, Ibu Dewi Kurniati, S.Pd. sebagai guru mitra, dan seluruh dewan guru, staf TU serta siswa siswi SMA Negeri 4 Metro. 8. Teristimewa untuk Papa dan Mama yang dimuliakan Allah SWT, atas kasih

sayang, nasihat, serta lantunan doa yang tercurah serta dukungan yang diberikan.

9. Mbakku Elmika Ratnapuri, S.Pd., mamasku Eko Hendri Asnanto, S.Pd., adikku Anatri Dimas Arief Wicaksono dan keponakanku Naura Jinan Shafiya serta seluruh keluarga yang turut mendoakan, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya.

10.Sahabat seperjuanganku, rekan kerja dan teman-teman Pendidikan Kimia 2010 serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rah-mat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat ber-manfaat bagi pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini ba-nyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan untuk karya selanjutnya.

Bandarlampung, Juli 2014 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Model Pembelajaran Problem Solving ... 9

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 14

D. Kerangka Pemikiran ... 17

E. Anggapan Dasar ... 19

F. Hipotesis Umum ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Populasi dan Sampel ... 20

(13)

vi

C. Metode dan Desain Penelitian ... 21

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Prosedur Penelitian ... 23

G. Hipotesis Kerja ... 25

H. Hipotesis Statistik ... 26

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 34

B. Pembahasan ... 41

V.SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 55

1. Silabus Kelas Eksperimen ... 56

2. RPP Kelas Eksperimen ... 67

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 79

4. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes ... 99

5. Soal Pretes ... 104

6. Soal Postes ... 107

7. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ... 110

(14)

vii

9. Lembar Penilaian Afektif Kelas Kontrol ... 123

10. Rubrik Penilaian Afektif ... 127

11. Lembar Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 131

12. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 133

13. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes dan Postes ... 135

14. Tabel Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ... 143

15. Perhitungan Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ... 145

16. Kisi-Kisi Angket Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 168

17. Angket Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 170

18. Pengolahan Angket Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 172

(15)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif... 15 2. Desain Penelitian ... 21

3. Nilai Lhitung, Ldaftar, dan pengambilan keputusan uji normalitas terhadap

nilai pretes kemampuan berpikir orisinilsiswa... 35

4. Nilai Fhitung, Ftabel, dan pengambilan keputusan uji homogenitas terhadap

nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa... 36 5. Nilai thitung, ttabel, dan pengambilan keputusan uji kesamaan dua rata-rata 37

6. Nilai L0, Ldaftar, dan pengambilan keputusan uji normalitas terhadap nilai

n-Gain kemampuan berpikir orisinilsiswa ... 39 7. Nilai Fhitung, Ftabel, dan pengambilan keputusan uji homogenitas terhadap

(16)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penelitian ... 25 2. Rata-rata nilai pretes dan nilai postes kemampuan berpikir orisinil

(17)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

IPA merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkat-an mutu pendidikpeningkat-an, khususnya di dalam menghasilkpeningkat-an siswa ypeningkat-ang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir logis, kritis dan kreatif. IPA berkaitan de-ngan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja; tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).

(18)

2

Kimia sebagai proses meliputi mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan penelitian dan mengajukan pertanyaan. Dalam proses pembelajaran kimia, contohnya keti-ka mengamati, siswa dituntut melatih keterampilan berpikir kreatifnya, yaitu me-ngumpulkan data tentang fenomena yang diamati langsung menggunakan indera-nya, menafsirkan hasil pengamatan, mengkomunikasikan gagasan dan pendapat-nya kepada orang lain serta mengajukan pertapendapat-nyaan.

Namun selama ini umumnya, pembelajaran kimia di SMA cenderung hanya me-nekankan pada aspek produknya yang berupa konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja; tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hu-kum, dan teori tersebut. Untuk tercapainya penguasaan konsep siswa, proses pembelajaran hanya dilakukan dengan cara mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa sehingga hanya guru yang berperan aktif dalam pembelajaran dan siswa cenderung pasif.

(19)

3

diperlukan upaya untuk memecahkan masalah tersebut, salah satunya dengan cara memperbaiki proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir orisinil sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa tinggi. Dengan demikian, pembelajaran di SMA Negeri 4 Metro ini belum sesuai dengan karakteristik ilmu kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.

Berdasarkan kurikulum 2013, materi larutan elektrolit dan non-elektrolit diberikan pada siswa kelas X semester genap dan merupakan salah satu materi pokok yang tertuang dalam kompetensi inti 3. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 3 pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit adalah menganalisis sifat larutan elek-trolit dan larutan non-elekelek-trolit berdasarkan daya hantar listriknya. Namun yang terjadi selama ini guru hanya mengkondisikan siswa untuk menghafal pada materi ini. Akibatnya siswa mengalami kesulitan untuk menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajar-an larutpembelajar-an elektrolit dpembelajar-an non-elektrolit, sehingga keterampilpembelajar-an berpikir kreatif sis-wa khususnya kemampuan berpikir orisinil sissis-wa rendah. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir orisinil siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dan juga penelitian terdahulu yang telah membuktikan model tersebut.

(20)

4

menyatakan penerapan model pembelajaran problem solving terbukti efektif meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi pencemaran tanah, dengan nilai rata-rata persentase keterampilan berpikir kreatif siswa adalah 82,9% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Sehingga dilihat dari hasil peneli-tian tersebut, model problem solving dapat membuat siswa aktif. Berdasarkan kedua peneliti tersebut di atas, model problem solving diharapkan dapat me-ningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sehingga kemampuan berpikir orisinil siswa tinggi.

Model problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam mene-mukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pem-belajaran problem solving memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan.

Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi yang tersedia untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang.

(21)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah model problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model problem solving dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi: 1. Siswa

Melalui penerapan model problem solving siswa dapat lebih mudah untuk memahami materi larutan elektrolit dan non-elektrolit sehingga kemampuan berpikir orisinil siswa meningkat.

2. Guru

Menambah informasi dan wawasan tentang penerapan model problem solving sebagai alternatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir orisinil siswa. 3. Sekolah

(22)

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model problem solving, yaitu (a) ada masalah yang diberikan, (b) mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, (d) menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dan (e) menarik kesimpulan (Djamarah dan Zain, 2010).

2. Kemampuan berpikir orisinil merupakan salah satu indikator keterampilan ber-pikir kreatif yang akan diteliti, meliputi mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang, mampu melahir-kan ungkapan yang baru dan unik, memikirmelahir-kan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri dan mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur (Munandar, 2012).

3. Materi kimia dalam penelitian ini adalah materi larutan non-elektrolit, larutan elektrolit dan jenis larutan berdasarkan daya hantar listrik (elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non-elektrolit)

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan infor-masi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pema-duan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

(24)

8

sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelum-nya. Keyakinan Piaget ini berbeda dengan keyakinan Vygotsky dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelek-tual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkat-kan perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentang zone of proximal development. Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat kembangan yang berbeda yakni tingkat perkembangan aktual dan tingkat per-kembangan potensial. Tingkat perper-kembangan aktual, menentukan fungsi inte-lektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman seba-yanya yang lebih maju. Zona yang terletak diantara kedua tingkat perkembang-an inilah yperkembang-ang disebutnya sebagai zone of proximal development (Arends, 2008).

Para ahli psikologi kognitif mengemukakakan suatu kerangka teoritis yang dike-nal dengan model pemrosesan-informasi. Dalam model ini peristiwa-peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-transformasi informasi dari input

(25)

9

dalam registor pengindraan dipindahkan ke memori kerja, selebihnya hilang. Memori kerja terbatas kapasitasnya. Bila informasi di dalamnya tidak diulang-ulang atau diberi kode, informasi itu akan hilang. Informasi yang telah diberi kode masuk ke dalam memori jangka panjang yang mempunyai kapasitas besar sekali. Informasi yang tersimpan dapat dikeluarkan. Lalu disuruh oleh generator respons menjadi pola-pola prilaku yang membimbing efektor-efektor menghasil-kan serangkaian tindamenghasil-kan-tindamenghasil-kan (Dahar, 1989).

Bruner (Dahar, 1989) menganggap bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji rele-vansi atau ketepatan pengetahuan. Pandangannya terhadap belajar yang disebut-nya sebagai konseptualisme instrumental itu didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai Kenya-taan yang dibangunnya, dan model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan sese-orang, dan kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar pene-muan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan pena-laran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampil-an kognitif untuk menemukketerampilan-keterampil-an dketerampilan-keterampil-an memecahkketerampilan-keterampil-an masalah.

B.Model Pembelajaran Problem Solving

(26)

10

Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut.

Problem solving adalah suatu pendekatan dengan cara problem identification un-tuk ke tahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehing-ga mencapai tahap aplikasi selanjutnya comprehension untuk mendapatkan solusi dalam penyelesaian masalah tersebut. Tentunya, dalam memberikan pembelajar-an problem solving mempunyai proses serta tahappembelajar-an-tahappembelajar-an tertentu (Hamalik, 1994).

Model problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam mene-mukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pem-belajaran problem solving memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Tahap-tahap problem solving dalam proses pembelajaran dikemukakan oleh John Dewey dalam (Nasution, 1999), yakni :

(27)

11

2. siswa merumuskan masalah, artinya menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik

3. siswa merumuskan hipotesis, artinya merumuskan kemungkinan-kemungkinan jawaban atas masalah tersebut yang masih perlu diuji kebenarannya

4. siswa mengumpulkan dan mengolah data/informasi

5. siswa menguji hipotesis berdasarkan data/informasi yang telah dikumpulkan dan diolah

6. menarik kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis dan jika ujinya salah maka kembali ke tahap 3 dan 4 dan seterusnya

7. siswa menerapkan hasil problem solving pada situasi baru.

Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, meng-analisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesim-pulan, dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi, menampil-kannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.

Salah satu model mengajar adalah model pembelajaran problem solving. Lang-kah-langkah dalam penggunaan model problem solving yaitu sebagai berikut:

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

(28)

12

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi (Djamarah dan Zain, 2010).

Problem solving merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Problem solving prosesnya terletak dalam diri siswa. Variabel dari luar hanya berupa in-struksi verbal yang membantu atau membimbing siswa untuk memecahkan masa-lah itu. Memecahkan masamasa-lah dapat dipandang sebagai proses dimana siswa me-nemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang di-gunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga meng-hasilkan pelajaran baru (Nasution, 1992).

Pembelajaran problem solving ini akan lebih produktif bila dalam pelaksanaannya disatukan metode diskusi dan kerja kelompok, sebagaimana yang dikemukakan oleh (Djsastra, 1985) yaitu :

“Dalam praktek mengajar di kelas model problem solving ini sebaiknya dipergunakan bersama-sama dengan metode diskusi dan metode proyek, tetapi yang jelas model problem solving ini akan lebih produktif (lebih stabil) bila disatukan dengan metode diskusi”.

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran problem solving biasanya dapat digabungkan dengan metode diskusi. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilakukan lebih produktif, siswa dapat bersama-sama dengan teman sekelompok-nya berdiskusi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Terdapat 3 ciri utama dari pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut:

(29)

13

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajar-an problem solving menempatkPembelajar-an masalah sebagai kunci dari proses

pembelajaran.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Kelebihan dan kekurangan pembelajran problem solving menurut (Djamarah dan Zain, 2010) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan pembelajaran problem solving

a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara

terampil.

c. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan pembelajaran problem solving

a. Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat strategi ini digunakan maka tujuan pengajaran tidak akan terca-pai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran

b. Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaran problem solving untuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika waktu-nya sedikit, karena bagaimanapun juga akan bawaktu-nyak langkah-langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana masing-masing langkah membu-tuhkan kecekatan siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan topik per-masalahan yang diberikan dan semua itu berhubungan dengan kemampuan kognitif dan daya nalar masing-masing siswa

(30)

14

C.Keterampilan Berpikir Kreatif

Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi orang kreatif padahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, meskipun dalam kenyataan ada orang tertentu yang memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dengan cepat dan beragam namun kreativitas dapat dimunculkan dari setiap diri seseorang dengan mengembangkan serta memberikan kesempatan sese-orang dalam berkreasi. Pada hakekatnya kreativitas dimiliki oleh setiap sese-orang, tinggal bagaimana orang tersebut mampu mengeluarkan atau mengaktualisasikan diri sesuai dengan daya kreasi dan pola berpikir yang dikembangkan orang tersebut.

(31)

ber-15

pikir. Sedangkan ciri-ciri non-aptitide atau afektif dari berpikir kreatif adalah kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, dan kemandirian.

Menurut Supriadi dalam (Riyanto, 2010), ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan ke dalam ciri kognitif dan non kognitif. Ke dalam ciri kognitif termasuk empat ciri berpikir kreatif yaitu orisinalitas, fleksibel, kelancaran dan elaborasi. Untuk me-nilai keterampilan berpikir kreatif menggunakan acuan yang mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek – aspek sebagai berikut:

a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau kelancaran yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

b. Berpikir luwes (Flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.

c. Berpikir orisinil (Original thinking) yang menyebabkan seseorang mampu melahirkan ungkapan – ungkapan yang baru dan unik atau mampu

menemukan kombinasi – kombinasi yang tidak biasa dar unsur – unsur yang biasa.

d. Keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability) yang menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan (Munandar, 2009).

Sedangkan menurut Guilford dalam (Herdian, 2010) terdapat lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. 4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan

dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

(32)

16

Willliams dalam (Munandar, 1992) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Indikator keterampilan berpikir kreatif

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan

berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah

jawaban jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat

kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi. Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawab-an, atau pertanyaan yang bervariasi.

2) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda.

3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk

menyelesaikannya.

Berpikir Orisinil (Originality) 1. Mampu melahirkan ungkapan

yang baru dan unik.

2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri.

3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

(33)

17

Tabel 1. (Lanjutan)

Pengertian Perilaku

Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1. Mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau produk.

2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau

memperkaya gagasan orang lain. c. Menambah garis-garis,

warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sendiri atau gambar orang lain. Berpikir Evaluatif (Evaluation)

1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.

2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka. 3. Tidak hanya mencetuskan

gagasan tetapi juga melaksanakannya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir orisinil.

D. Kerangka Pemikiran

(34)

ketidak-18

seimbangan struktur kognitif (cognitive disequilibrium). Siswa akan mengalami kebingungan dan mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap fakta baru yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Lalu pada tahap dua diminta mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Pada tahap tiga siswa diminta menetapkan jawaban sementara dari masalah, sete-lah itu tahap empat siswa diminta menguji kebenaran jawaban sementara, dan pada tahap lima siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pemecahan masa-lah tersebut. Pada tahap dua, tiga, empat, dan lima ini terjadi proses akomodasi yaitu penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru. Siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterusnya sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan pengetahuan yang baru (ekuilibrasi).

(35)

19

yang ketiga yaitu kemampuan berpikir orisinil, karena pada tahap ini siswa ditun-tut mengeluarkan ide - idenya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa khususnya kemampuan berpikir orisinil siswa

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan nilai n-Gain kemampuan berpikir orisnil siswa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran. 2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan

kemampuan berpikir orisinil siswa pada kedua kelas diabaikan.

F. Hipotesis Umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(36)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 240 siswa dan tersebar dalam delapan kelas. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadi-kan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang adijadi-kan diberi per-lakuan dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol.

Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat kemampuan kognitif yang sama atau tidak jauh berbeda, peneliti memilih teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sam-pel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Dalam pelaksanaannya, peneliti meminta bantuan pihak seko-lah, yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian dan pene-liti mendapatkan kelas X2 dan X5, karena kedua kelas tersebut memiliki

kemam-puan awal yang tidak jauh berbeda atau dianggap sama. Kemudian kelas X5

(37)

21

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekun-der. Data primer berupa data hasil skor pretes dan skor postes, data penilaian afektif siswa, data penilaian psikomotor siswa, dan data observasi kinerja guru. Sedangkan data sekunder berupa data angket pendapat siswa terhadap pembel-ajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence Control Group Design (Creswell, 1997). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian, yaitu:

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1).

Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensio-nal. Selanjutnya, kedua kelompok sampel di berikan postes (O2) .

D. Variabel Penelitian

(38)

22

menggunakan model problem solving dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada pene-litian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, rencana pelaksa-naan pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model problem solving, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuan berpikir orisinil, lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar observasi kinerja guru dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

(39)

instru-23

men dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepen-tingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk me-lakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. dan bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tahap pra penelitian

a. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada pihak sekolah di SMA Negeri 4 Metro untuk melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi dan wawancara ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti. d. Menentukan populasi dan sampel penelitian. e. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. 2. Tahap Persiapan Penelitian

Prosedur persiapan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

(40)

kisi-24

kisi angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektro-lit dan non-elektroelektro-lit, dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

b. Validitas instrumen

3. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;

(2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran menggunakan model problem solving diterapkan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol;

(3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;

(4) melakukan tabulasi serta analisis data; (5) melakukan pembahasan;

(41)

25

Adapun prosedur penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut:

G. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving lebih tinggi daripada rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Gambar 1. Prosedur Penelitian Tabulasi dan Analisis Data

Pembahasan dan Kesimpulan

1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah 2. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti 3. Menentukan populasi dan sampel penelitian 4. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen

Perangkat dan Instrumen 1. Menyiapkan perangkat pembelajaran

(42)

26

H. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0 : µ1x≤ µ2x

Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembel-ajaran menggunakan model problem solving lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x > µ2x

Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembel-ajaran menggunakan model problem solving lebih tinggi daripada rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai n-Gain (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit

dan non-elektrolit.

µ2 : Rata-rata nilai n-Gain (x) pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit

(43)

27

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Perhitungan nilai siswa

Untuk mendapatkan nilai pretes dan postes kemampuan berpikir orisinil siswa, maka skor jawaban pretes dan postes siswa dikonversikan menjadi nilai pretes dan postes secara operasional dirumuskan sebagai berikut:

100

Setelah data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung nilai n-Gain, yang selanjutnya digunakan pengujian hipotesis.

b. Perhitungan nilai n-Gain

Untuk mengetahui kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit antara pembelajaran menggunakan model problem solving dengan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus n-Gain (g) adalah sebagai berikut :

. . . ... ……….(2)

(44)

28

2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ke-samaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Uji keke-samaan dua rata-rata dilakukan pada nilai pretes keterampilan berpikir lancar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada n-Gain keterampilan berpikir lancar siswa pada materi pokok kesetimbangan ki-mia. Sebelum dilakukan uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata, ada uji pra-syarat yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah me-makai statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk uji normalitas : Ho = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji normalitas ini dilakukan dengan uji Lilliefors dalam Sudjana (2005). Untuk pengujian hipotesis nol (Ho), ada beberapa prosedur yang harus ditempuh, yaitu

sebagai berikut:

1. Pengamatan x1, x2, …. xn dijadikan bilangan baku z1, z2, …. zn dengan

meng-gunakan rumus ( ฀ dan s masing-masing rata-rata dan simpangan

baku sampel).

(45)

29

3. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …. , zn yang lebih kecil atau sama

de-ngan zi. Jika proporsi ini dinyatakan sebagai S (zi), maka

.

4. Hitung selisih F (zi) – S (zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tesebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo dengan kriteria uji, tolak Ho jika Lo > L daftar.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentu-kan statistik-t yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sa-ma atau tidak.

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: H0 : 12 22 (kedua sampel mempunyai variansi yang homogen)

H1 : 12 22 (kedua sampel mempunyai variansi yang tidak homogen)

(46)

30

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Tolak H0 jika atau dengan

didapat dari distribusi F dengan peluang ½ , derajat kebebasan dan . = taraf nyata. Dalam hal lainnya H0 diterima.

c. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya, kedua sampel penelitian memiliki kemampuan berpikir orisinil yang sama atau berbeda. Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan

hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis:

H0 : µ1x = µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas

eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas kontrol.

H1 : µ1x > µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada

kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas kontrol.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit

dan non-elektrolit.

µ2 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan

non-elektrolit.

(47)

31

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka penguji-an menggunakpenguji-an uji statistik parametrik, yaitu menggunakpenguji-an uji-t dalam Sudjpenguji-ana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut.

̅̅̅

̅̅̅ = Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. ̅̅̅ = Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas

kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. = Simpangan baku gabungan.

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla-kuan terhadap sampel dengan melihat nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit yang lebih tinggi antara pembel-ajaran menggunakan model problem solving dengan pembelpembel-ajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 4 Metro. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

(48)

32

Rumusan Hipotesis:

H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada

kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada

kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving lebih tinggi daripada rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai n-Gain (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit

dan non-elektrolit.

µ2 : Rata-rata nilai n-Gain (x) pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit

dan non-elektrolit.

x : kemampuan berpikir orisinil.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t. Uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut:

̅̅̅ = Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

̅̅̅ = Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

(49)

33

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas eksperimen. = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

= Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen. = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji : Terima H0 jika thitung < t (1- ) dengan derajat kebebasan

d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf

(50)

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan model pembelajaran problem solving lebih tinggi daripada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 4 Metro.

2. Pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam mening-katkan kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model pembelajaran problem solving dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit dan materi lain dengan karakteristik yang sama.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Arend, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia

SMA/MA. BSNP. Jakarta.

Bell, F. H. 1994. Teaching and Learning Mathematics. Win. C. Brown Company Publisher. USA.

Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid I Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Djsastra, Y.D. 1985. Metode-Metode Mengajar 2. Bina Aksara. Bandung. Finoza, L. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Diksi Insan Mulia. Jakarta.

Hamalik, O. 1994. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. online. Diakses pada tanggal 25 November 2013 dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/

(52)

53

Keraf, G. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Nusa Indah. Jakarta.

Munandar, S.C. U. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

___________. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Nasution, S. 1992. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Novia, N.K. 2013. Analisis Keterampilan Memberi Alasan dan Menginterpretasi Suatu Pernyataan Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Penerapan Model Problem Based Learning. Skripsi. FKIP Unila.

Bandarlampung.

Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Nurmaulana, F. 2011. Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Pembelajaran Pencemaran Tanah dengan Model Creative Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Petrucci, R.H. a.b. Suminar A. 2005. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi keempat jilid 2 (Editor penerjemah: Suminar). Erlangga. Jakarta. Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas I (Jilid 1B). Jakarta : Erlangga. Pustaka.

Jakarta.

Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Rusda, Q. A. 2012. Implementation of Problem Solving Model to Train Students Creative Thingking Skill. Unesa Jurnal of Chemical Education. FMIPA. Unesa. Surabaya.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

(53)

54

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

___________. 2013c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Kemdikbud. Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Indikator keterampilan berpikir kreatif
Tabel 1.  (Lanjutan)
Tabel 2.  Desain penelitian
Gambar 1.  Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bagi seorang peneliti, adalah suatu prestasi yang membanggakan apabila artikel ilmiah yang ditulis dari penelitian yang telah di lakukannya dapat dipublikasikan dalam salah

Menyikapi keperluan masyarakat untuk mendapatkan tempat yang telah dijelaskan sebelumnya maka akan di bahas bagaimana cara menghitung bangunan pusat perbelanjaan yang

Berdasarkan landasan terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya semua landasan terdahulu berdasarkan kompetensi ilmu masing-masing yaitu ilmu

Dari hasil penelitian Slamet Thohari menyimpulkan bahwa masih banyak fasilitas publik di Kota Malang yang belum ramah bagi penyandang disabilitas atau tidak

Kesimpulan : Adenomiosis umum terjadi pada usia reproduktif dan multiparitas dengan gejala utama massa pada abdomen dan hasil ultr asonografi yang terutama ditemukan adalah

Teror intensif yang dilakukan oleh Lekra itu menyebabkan banyak sastrawan, seniman, dan budayawan menggabungkan diri dengan Lelaa. Mereka berpendapat bahwa kalau tidak

ketentuan penelitian tindakan kelas; 2) Menyusun rancana tindakan dalam bentuk rencana pelajaran; 3) Menyiapkan media pendidikan yang diperlukan dalam pembelajaran;

Hal ini membuktikan bahwa semakin lama waktu kontak air lindi dengan tanah lempung pada kolom penukar ion maka semakin banyak pula ion yang di pertukarkan