• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: ANALISIS TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN ISTRI TERHADAP SUAMI DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: ANALISIS TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN ISTRI TERHADAP SUAMI DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN ISTRI TERHADAP SUAMI DALAM PERSPEKTIF

KRIMINOLOGI

Oleh

ERIK BARCELLONA

Sekarang ini kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak hanya dilakukan oleh suami terhadap istri, tetapi istri terhadap suami. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sehingga kekerasan dalam rumah tangga harus segera dihilangkan atau dihapuskan. Adapun permasalahan yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimanakah perspektif krimininologi tindak pidana KDRT yang dilakukan istri terhadap suami, apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana KDRT yang dilakukan istri terhadap suami dalam perspektif kriminologi dan penerapan hukum terhadap pelaku KDRT yang dilakukan istri terhadap suami.

Penelitian ini dilakuka menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan yuridis normatif, yuridis empiris dan pendekatan kriminologi dengan data primer dan data sekunder dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dilapangan.

(2)

Berdasarkan kesimpulan tersebut perlu ditingkatkan sosialisasi tentang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, para penegak hukum sebaiknya bersikap tegas dalam memberikan sanksi kepada pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Perlu adanya layanan dari pemerintah terhadap para korban kekerasan dengan mendirikan rumah aman dan pelayanan kesehatan bagi korbannya. Sebaiknya setiap pasangan dalam rumah tangga harus mengerti tentang keagamaan serta mengikuti adat istiadat dalam kehidupan mereka. Setiap pasangan harusnya memiliki latar belakang pendidikan yang baik dan bersikap saling terbuka antar pasangannya.

(3)

ANALISIS TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN ISTRI TERHADAP SUAMI DALAM PERSPEKTIF

KRIMINOLOGI Oleh

ERIK BARCELLONA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Desa Gunung Batin Udik, Lampung

Tengah pada tanggal 11 Agustus 1992 dan merupakan anak

pertama dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan Bapak Yeri

Indawan dan Ibu Sulasmik.

Pendidikan yang telah diselesaikan adalah Taman Kanak-kanak Astra Ksetra,

Tulang Bawang diselesaikan pada tahun 1998. Sekolah Dasar Negeri II Astra

Ksetra, Tulang Bawang lulus pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama

Negeri 3 Bandar Agung, Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2007,

lalu peneliti melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Yayasan Pembina Unila

Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 peneliti terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui jalur Ujian Mandiri Lokal. Peneliti Mengikuti Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Labuhan Ratu VI Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten

Lampung Timur, Propinsi Lampung pada 17 januari – 26 Februari tahun 2013. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian pada Polresta Bandar Lampung dan

(7)

MOTO

“Hidup Cuma Sekali Hiduplah Yang Berarti”

(DEDE SUNANDAR)

“Jika Anda Tidak Mengerjakan Pahala Sebaiknya Anda Tidak Melakukan Dosa” (ERIK BARCELLONA)

“Kepuasan Terletak Pada Usaha, Bukan Pada Hasil. Berusaha Dengan Keras Adalah Kemenangan Yang Hakiki”

(Gandhi)

“Jangan Minta Pulang Kita Ini Bujang”

(8)

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan kesempatan sehingga

dapat ku selesaikan sebuah karya ilmiah ini dan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang selalu kita harapkan Syafaatnya di hari akhir kelak. Aku

persembahkan karya ini kepada:

Untuk kedua orang tua yang aku hormati dan aku hargai, Emak dan Bapak yang

selalu mencintai, menyayangi, mendo’akan dan mendidikku:

YERI INDAWAN

SULASMIK

Serta untuk adik-adikku yang senantiasa memberikan dukungan kepada ku

dengan kasih sayang yang tulus, serta seluruh keluarga yang melengkapi

hari-hariku:

ERISA TIRTA KURNIA

ERIN TRI LATIFAH

Untuk sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan

dan motivasi serta menemaniku dalam suka dan duka dalam mencapai

(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu

Alhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji syukur hanyalah milik Allah SWT,

Rabb seluruh alam yang telah memberikan Rahmat dan Taufik serta Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Tanpa adanya

kemudahan yang diberikan takkan mungkin dapat terlaksana, oleh karenanya

hamba senantiasa bersyukur atas segala yang diberikan. Sholawat serta salam

semoga Allah limpahkan kepada sebaik-baik contoh dan tauladan Nabi paling

Agung Nabi Muhammad SAW, Beliau yang telah memberikan perubahan kepada

dunia dari zaman kebodohan kepada zaman yang penuh pencerahan.

Dalam penulisan ini tidak terlepas dari adanya bantuan, partisipasi dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H selaku ketua Bagian Hukum Pidana.

(10)

banyak memberi bimbimgan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Deni Achmad, S.H., M.H selaku pembimbing II yang telah

memberikan banyak bantuan, masukkan dan saran dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H selaku pembahas I yang telah banyak

memberikan kritikan dan saran yang sangat berharga kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak A. Irzal Fardiansyah, S.H., M.H selaku pembahas II yang telah

banyak memberikan kritikan dan saran yang sangat membangun kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak bisa

disebutkan satu persatu namanya, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan

dan diajarkan dengan ikhlas.

9. Seluruh staf baik di bagian Hukum Pidana Mba Sri, Mba Yanti, Babe.

Maupun di bagian Akademik dan Kemahasiswaan yang tidak kalah

pentingnya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

10. Orang tua terhormat dan terkasih, bapak Yeri Indawan dan emak Sulasmik

(11)

11. Saudari-saudari ku, Erisa Tirta Kurnia dan Erin Tri Latifah yang telah

banyak memberikan semangat serta doa untuk kelancaran dalam pengerjaan

skripsi ini.

12. Guru-guru ku selama menduduki bangku Taman kanak-kanak, Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Penulis

ucapkan terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.

13. Pihak penyidik unit PPA dari Polresta Bandar Lampung yang telah

memberikan informasi dan bantuannya selama penulis melakukan riset

dalam penulisan skripsi ini.

14. Direktur ekskutif LSM DAMAR beserta staf jajarannya yang telah

memberikan informasi dan bantuannya selama penulis melakukan riset

dalam penulisan skripsi ini.

15. Teman-teman sekaligus keluarga baru, pengalaman baru di Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Moch, Hadi, Mario, Anggew, Sinta, Andria, Sahara, Eva, dan

Riska Serta Bapak Karyanto dan seluruh keluarga yang telah menerima

kami di kediamannya. Bapak Prayitno selaku Kepala Desa Labuhan Ratu VI

beserta istri dan keluarga.

16. Sahabat - sahabat terbaikku Aldy Fernanda, Ade Putra Ramadhani,

(12)

17. Teman-teman seangkatan yang selalu hadir, selalu memberi cerita

menyenangkan dan moment tak terlupakan selama perkuliahan di Fakultas

Hukum Universitas Lampung: Novan, Ario, Anggi, Sarwo, Ridho, Alfin,

Amek, Sudi, Ijal, Icat, Dicky, Silva, Vinda, Itqoh, Dimas, Alhuda, Sandi,

Willy, Kamal serta yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya penulis

ucapkan terimakasih.

18. Saudara, teman, rekan yang lain dan tidak bisa disebutkan satu persatu yang

saya yakin berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan ikut berpartisipasi,

membantu dalam penulisan skripsi ini penulis ucapkan terimakasih.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat,

bangsa, dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang

membutuhkan terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun

akan selalu diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga Allah

SWT memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua serta semoga tali

silahtuhrahmi diantara kita tetap erat dan kita dipertemukan kembali dalam

keridhoan-Nya. Aamiin Allahuma Ya Rabbil’alamin.

Bandar Lampung, April 2014

Penulis

(13)

iv DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 7

1. Kerangka Teori... 7

2. Konseptual ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Jenis Tindak Pidana dan Tindak Pidana KDRT ... 13

1. Pengertian Tindak Pidana ... 13

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 15

B. Kekerasan dalam Rumah Tangga... 17

1. Pengertian Rumah Tangga ... 17

2. Ruang Lingkup Rumah Tangga ... 19

3. Jenis-jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 20

4. Sanksi Pidana dalam Kekerasan Rumah Tangga ... 23

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan ... 24

1. Faktor Intern ... 25

2. Faktor Ekstern ... 27

(14)

v

B. Sumber dan jenis Data ... 35

C. Penentuan Populasi dan Sampel... 36

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 36

E. Analisis Data ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik responden ... 39

B. Kronologis Kasus ... 40

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana KDRT yang Dilakukan Istri terhadap Suami dalam Perspektif Kriminologi ... 41

D. Perspektif Krimininologi Tindak Pidana KDRT yang Dilakukan Istri terhadap Suami ... 48

E. Penerapan Hukum terhadap Pelaku KDRT Istri terhadap Suami ... 54

V. PENUTUP A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 61

(15)

1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya.

(16)

didalam sebuah keluarga inilah yang disebut dengan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).

Kekerasan yang terdapat di dalam rumah tangga pada umumnya meliputi berbagai

bentuk seperti kekerasan fisik, ekonomi, psikis, termasuk pemerkosaan,

pemukulan terhadap istri,suami,anak dan keluarga lain yang berada dalam

keluarga tersebut. Kekerasan dalam rumah tangga ini umumnya paling sulit untuk

diungkapkan, karena selain di anggap sebagai urusan internal suatu rumah tangga,

juga ada kecenderungan masyarakat menyalahkan korbannya.

Rencana Aksi Nasional Pengahapusan Kekerasan terhadap Perempuan melalui

Kepres RI No.129 tahun 1998 ini hanya mengatur tentang kekerasan yang

dilakukan terhadap perempuan sebagai korban saja, sehingga pada tahun 2004

dikeluarkan Undang-Undang No.23 tahun 2004 yang berisikan tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (disingkat UU KDRT) yang

mengatur tidak hanya isteri atau perempuan yang menjadi korban, melainkan

suami dan anakpun termasuk didalamnya. Bukan bearti korban tindak pidana

KDRT adalah porsinya hanya untuk perempuan dan lebih lanjut tidak bearti

perempuan tidak bisa menjadi pelaku tindak pidana KDRT. Bahwa perempuan

(yang hendak dilindungi UU PKDRT) bisa menjadi pelaku tindak pidana KDRT

terlihat dari :1

a. Asas penghapusan KDRT yakni Nondiskriminasi (Pasal 3 huruf c UU

PKDRT)

1

(17)

b. Cara perumusan tindak pidana KDRT (tersebut dalam Bab VIII UU

PKDRT), yaitu dengan awalan kata : “Setiap orang”. Dari perumusan ini

dapat diambil kesimpulan , bahwa yang dimaksudkan dengan “setiap

orang” baik dalam jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

c. Dilihat dari perumusan tentang korban KDRT, yakni orang yang

mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan meliputi:

1. Suami,isteri, dan anak

2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,

perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang

menetap dalam rumah tangga; dan/atau

3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam

rumah tangga tersebut.

Artinya isteri (perempuan) bisa menjadi pelaku tindak pidana KDRT

dengan korban suami, anak, keluarga atau pembantunya.

d. Adanya penunjukan langsung dalam rumusan Pasal 44 Ayat (4), Pasal 45

Ayat (2), Pasal 53 dengan adanya frasa “dilakukan oleh suami terhadap

isteri atau sebaliknya.

Berdasarkan hal tersebut “isteri atau perempuan” dapat menjadi subjek/pelaku

tindak pidana KDRT dan karenanya “suami atau laki-laki” menurut UU ini dapat

juga menjadi korban dari tindak pidana KDRT. Ketentuan ini harus dibaca dan

diterapkan secara berimbang, jangan sampai apabila pelaku KDRT adalah

laki-laki yang diterapkan adalah pasal-pasal tindak pidana dalam UU PKDRT,

(18)

psaal-pasal dalam UU PKDRT misalnya hanya menerapkan psaal-pasal dalam KUHP, hal

yang sama juga terjadi jika pelakunya adalah anak (laki-laki). KDRT secara

khusus sering menimpa kaum perempuan, dengan suami sebagai pelakunya

menerima konsekuensi hukumannya terhadap tindak pidana tersebut. Dalam hal

KDRT yang dilakukan istri terhadap suami, tidak menutup kemungkinan

menerima dampak atau konsekuensi hukumannya jika perempuan sebagai pelaku

kekerasan, dengan ketentuan dalam UU PKDRT dalam Pasal 44, Pasal 45, Pasal

46, Pasal 47, Pasal 48 dan Pasal 49 atau dilihat dari unsur “penganiayaan” yang di

atur dalam KUHP Pasal 351.

Kejahatan terhadap lingkup rumah tangga sebenarnya merupakan kejahatan yang

cukup serius dalam hal ancaman pidananya. Ancaman pidanan yang tinggi

tersebut diterapkan karena akibat yang ditimbulkan oleh kejahatan tersebut

menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan serta kerugian psikologis yang

mendalam.

Pada kenyataan tindakan secara fisik dan ancaman psikologis serta penelantaran

rumah tangga seringkali terjadi dalam kehidupan masyarakat, sehingga diperlukan

perangkat hukum yang memadai untuk menghapus kekerasan dalam rumah

tangga. Untuk itulah pembaharuan terhadap masalah ini dipandang perlu untuk

segera dilaksanakan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka terbitlah peraturan

perundang-undangan yang secara khusus mengatur tindak pidana kekerasan

dalam rumah tangga, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, ini terkait dengan beberapa

(19)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut Mitra

Kalyana, aktifis perempuan dan anak, kekerasan dalam rumah tangga adalah

perubahan fisik, lingkungan dan kata-kata yang terjadi ditempat dimana seseorang

seharusnya bisa merasa aman yaitu rumah.2

Undang-Undang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini mengatur

antara lain ihwal pencegahan dan perlindungan serta pemulihan terhadap korban

kekerasan dalm rumah tangga, juga mengatur secara spesifik kekerasan yang

terjadi dalam rumah tangga dengan unsur-unsur tindak pidana yang berbeda

dengan tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam KUHP. Selain itu, UU

PKDRT juga mengatur ihwal kewajiban bagi aparat penegak hukum, tenaga

kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping, atau pembimbing rohani untuk

melindungi korban agar mereka lebih sensitive dan responsive terhadap

kepentingan rumah tangga yang sejak awal diarahkan pada keutuhan dan

kerukunan rumah tangga. 3

Berdasarka fakta kasus yang terdapat dalam berita di internet kasus yang dialami

pasangan Nursulis Prihati (35) Ahmad Abdullah (38), dimana Ahmad Abdullah

menjadi korban KDRT, yakni dipukul dan dicakar oleh istrinya.4Pertengkaran

antara Nurkulis dan Abdulllah terjadi pada Minggu (21/04/2013) sekitar pukul

20.00 di kediaman mereka yang terletak di Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta

Selatan.

2

Mitra Kalyana. Menghadapi Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Komunikasi dan Informasi Perempuan. 1999. Jakarta. Hlm 24

3Ibid

. Hlm 4

4

(20)

Kekerasan ini berawal dengan percekcokan kemudian si isteri marah lalu

memukul, mencakar, dan mendorong suaminnya hingga menyebabkan luka-luka,

kata staf Humas Polresta Jakarta Selatan, Aiptu Broto Suwarno, Senin siang.

Abdullah mengalami luka memar di bagian pipi, bibir, dan hidung. Kemudian, dia

melaporkan isterinya ke polisi. Untuk sementara, Nursulis pulang ke rumah

orangtuanya yang berada di Jatiasih, Bekasi.

Berdasarkan kajian kriminologi, memiliki makna studi ilmiah tentang sifat,

tingkat, penyebab, dan pengendalian perilaku kriminal baik yang terdapat dalam

diri idividu maupun dalam kehidupan social, budaya, politik, dan ekonomi5.

Disini Penulis ingin menggali tentang sebab-sebab dan akibat dari terjadinya

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang dilakukan Isteri Terhadap Suami.

Berdasarkan uraian di atas saya sebagai penulis, akan menulis skripsi saya yang

berjudul “Analisis Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga yang

Dilakukan Istri Terhadap Suami dalam Perspektif Kriminologi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana KDRT yang

dilakukan istri terhadap suami dalam perspektif kriminologi?

b. Perspektif krimininologi tindak pidana KDRT yang dilakukan istri terhadap

suami?

5

(21)

c. Bagaimana penerapan hukum terhadap pelaku KDRT yang dilakukan istri

terhadap suami?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui faktor penyebab serta akibat yang ditimbulkan dari

kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh istri terhadap suami.

b. Untuk mengetahui perspektif kriminologi terhadap tindak pidana KDRT yang

dilakukan istri terhadap suami.

c. Untuk mengetahui penerapan hukum terhadap pelaku KDRT yang dilakukan

istri terhadap suami.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, kegunaan penulis skripsi ini diharapkan dapat menambah

bahan kepustakaan ilmu pengetahuan hukum serta untuk mengembangkan

ilmu hukum yang penulis dapatkan, khususnya ilmu pidana dan kriminologi.

b. Secara praktis, diharapkan penulis ini dapat memberikan informasi dan

menyumbangkan pemikiran kepada aparat penegak hukum dalam

menyelesaikan masalah KDRT.

D. Kerangka Teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori

Menurut Soerjono Soekanto, kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang

(22)

bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang

dianggap relevan oleh peneliti.6

Dalam masalah kejahatan maka teori yang bertujuan mengenai faktor sebab

timbulnya (faktor etiologi) secara umum dibagi tiga, yaitu :

a. Teori yang menggunakan pendekatan biologis

Yaitu pendekatan yang digunakan dalam kriminologi untuk menjelaskan

sebab musabab atau sumber kejahatan berdasarkan fakta-fakta dari proses

biologis.7

b. Teori yang menggunakan pendekatan psikologis

Yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan sebab

musabab atau sumber kejahatan berdasarkan masalah-masalah kepribadian

dan tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang berbuat

kejahatan.8

c. Teori yang menggunakan pendekatan sosiologi

Yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan

faktor-faktor sebab musabab dan sumber timbulnya kejahatan berdasarkan interaksi

sosial, proses-proses sosial, struktur-struktur social dalam masyarakat

termasuk unsur-unsur kebudayaan.9

Disini penyebab terjadinya tindak pidana atau kekerasan dapat dilakukan pelaku

dari berbagai jenis dorongan atau motivasi seperti dijelaskan dalam Kamus Pintar

Bahasa Indonesia , bahwa terdapat dua jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik dan

6

(23)

ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah dorongan atau

keinginan pada diri sendiri yang tidak perlu disertai perangsang dari luar,

sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri seseorang.10 Dalam

penyelesain atau penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak pidana KDRT, akan

dilihat dari tindak pidana KDRT menurut Pasal 44 sampai Pasal 50 dalam UU

No.23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT dan tindak pidana kekerasan atau

penganiayaan menurut Pasal 351 KUHP. Penerapan atau penjatuhan hukuman

terhadap pelaku menurut Sudarto dalam kebijakan hukum pidana terbagi menjadi

2 (dua) :

1. Kebijakan secara penal (hukum pidana)

Kebijakan hukum pidana melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat

“represif” (penindasan/pemberantasan/penumpasan) setelah kejahatan tersebut

terjadi. Menurut Sudarto yang dimaksud dengan upaya represif adalah segala

tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya kejahatan

atau tindak pidana, termasuk upaya represif yaitu penyelidikan, penyidikan,

penuntutan sampai dilakukannya pidana.11

Penegakan hukum pidana pada hakikatnya merupakan penegakan kebijakan

melalui beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap Formulasi

Yaitu tahapan penegakan hukum “in abstracta” oleh pembuatan undang-undang,

tahap ini pula disebut sebagai tahap kebijakan legislatif.

b. Tahap Aplikasi

10Kamus Pintar Bahasa Indonesia

. Citra Aditya Bakti, Bandung. 1996. Hlm 775

11

(24)

Yaitu penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari

kepolisian sampai dengan pengadilan, tahap ini dapat pula disebut dengan tahap

kebijakan.

c. Tahap Eksekusi

Yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkret oleh aparat-aparat

pelaksanaan hukum pidana, tahap ini dapat pula disebut dengan tahap kebijakan

eksekutif atau administratif.12

2. Kebijakan non penal (diluar jalur hukum)

Kebijakan hukum pidana melalui jalur non penal lebih menitikberatkan pada sifat

“preventif” (pencegahan/penangkalan/pengendalian) yang dilakukan sebelum

kejahatan tersebut terjadi. Sarana non penal biasa disebut sebagai upaya preventif,

yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kemungkinan akan terjadinya

kejahatan. Non penal merupakan upaya pencegahan, penangkalan, dan

pengendalian sebelum kejahatan terjadi maka sasaran utamanya adalah mengenai

faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu

antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial secara

langsung atau tidak langsung menimbulkan kejahatan.

Usaha-usaha non penal penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka

mengembangkan tanggung jawab sosial warga masyarakat, penggarapan

kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral dan agama. Meningkatkan

usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja, kegiatan patroli dan pengawasan

12

(25)

lainnya secara kontinu oleh polisi dan aparat keamanan lainnya. Usaha-usaha non

penal memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Dengan demikian, dilihat dari

politik kriminil keseluruhan kegiatan preventif yang non penal itu sebenarnya

mempunyai kedudukan yang sangat strategis, memegang posisi kunci diintesifkan

dan diefektifkan.

Kegagalan dalam mengarap posisi strategis ini justru akan berakibat sangat fatal

bagi usaha penanggulangan kejahatan. Oleh karena itu suatu kebijakan kriminal

harus dapat mengintegrasikan dan mengharmonisasikan seluruh kegiatan

preventif yang non penal itu kedalam suatu sistem kegiatan negara yang teratur.

Tujuan utama dari sarana non penal adalah memperbaiki kondisi-kondisi sosial

tertentu. Penggunaan sarana non penal adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan

yaitu meliputi bidang yang sangat luas sekal di seluruh sektor kebijakan sosial.13

2. Konseptual

Menurut Soerjono Soekanto, kerangka konseptual adalah kerangka yang

menggambarkan antara konsep-konsep khusus yang merupakan arti-arti yang

berkaitan dengan istilah yang digunakan dalam penulisan atau penelitian.14

Berdasarkan definisi di atas maka penelitian akan melakukan analisis

pokok-pokok bahasan dalam penelitian inii dan memberikan batasan pengertian yang

berhubungan dengan judul, yaitu: “Analisis Tindak Pidana KDRT Yang

Dilakukan Isteri Terhadap Suami Dalam Perspektif Kriminologi”.

Adapun batasan pengertian dari istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:

13

Arief Barda nawawi.Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung.PT.Citra Aditya Bakti. 2002. hlm 42

14

(26)

a. Analisis adalah memecah atau menguraikan suatu keadaan atau masalah

kedalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut untuk

dihubungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang lain.15

b. Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu

yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang

dilarang dan diancam dengan pidana.16

c. Perspektif kriminologi adalah sebuah ilmu yang salah satu tugasnya

mencandrakan dan menganalisis kriminalitas khususnya kejahatan kekerasan

sebagai gejala sosial, melihat bentuk kejahatan dengan menggunakan

kekerasan yang menjadi subjek penelitian tersebut, merupakan suatu bentuk

dari perilaku menyimpang (deviant behaviour).17

d. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap sesseorang

terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga

termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaann, atau

perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah

tangga.18

E. Sistematika Penulisan

I. PENDAHULUAN

15

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.1997. Hlm 276

16

Moeljatno. Kitab Undang-Undang Hukum Pudana. Bumi Aksara. 2007. Jakarta. Hlm. 6

17

Yesmil Anwar & Adang. Kriminologi. PT Refika Aditama.2013. Bandung. Hlm. 420

18

(27)

Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang, permasalahan

dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan

kerangka konseptual, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep kajian yang berhubungan

dengan penyusunan skripsi dan diambil dari berbagai refrensi atau bahan

pustaka terdiri dari pengertian dan jenis tindak pidana, rumah tangga dan

ruang lingkup rumah tangga dan kekerasan dalam rumah tangga.

III. METODE PENELITIAN

Berisi metode yang digunakan dalam penelitian , terdiri dari Pendekatan

Masalah, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data serta

Analisis Data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan pembahsan tentang berbagai hal yang menjadi permasalahan

dalam skripsi ini, yang menjelaskan tentang analisis tindak pidana KDRT

yang dilakukan isteri terhadap suami dalam perspektif kriminologi.

V. PENUTUP

Merupakan bab yang berisi kesimpulan secara ringkas dari hasil penelitian

dan pembahasan serta memuat tentang saran penulis dengan pembahasan

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Jenis Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis

normatif) yang berhubungan dengan perbuatan yang melanggar hukum pidana.

Banyak pengertian tindak pidana seperti yang dijelaskan oleh beberapa ahli

sebagai berikut:

Menurut Vos, tindak pidana adalah salah kelakuan yang diancam oleh peraturan

perundang-undangan, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang dengan

ancaman pidana.17

Menurut Simons, tindak pidana adalah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan

kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.18

Menurut Prodjodikoro, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya

dikenakan hukuman pidana.19

17

Tri Andrisman. Hukum Pidana. Universitas Lampung. 2007. Bandar Lampung. Hlm 81

18Ibid

. Hlm 81

19Ibid

(29)

Menurut Pompe mendefinisikan tindak pidana menurut teori adalah suatu

pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan sipelanggar dan

diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan

kesejahteraan umum sedangkan menurut hukum positif adalah suatu kejadian

yang oleh peraturan undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat

dihukum.20

Menurut Moeljatno, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang memiliki unsur

dan dua sifat yang berkaitan, unsur-unsur yang dapat dibagi menjadi dua macam

yaitu :

a. Subyektif adalah berhubungan dengan diri sipelaku dan termasuk ke dalamnya

yaitu segala sesuatu yang terkandung dihatinya.

b. Obyektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri sipelaku atau yang ada

hubungannya dengan keadaan-keadaannya, yaitu dalam keadaan-keadaan

mana tindakan-tindakan dari sipelaku itu harus dilakukan.21

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diketahui tindak pidana adalah

perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur

kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, dimana

penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan

terjaminnya kepentingan umum.

20Ibid

. Hlm 81

21

(30)

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana

Menurut Moeljatno, jenis-jenis tindak pidana dibedakan atas dasar-dasar tertentu,

antara lain sebagai berikut:22

a. Menurut Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP) dibedakan antara lain

kejahatan yang dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat dalam

Buku III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran”

itu bukan hanya merupakan dasar bagi pembagian KUHP kita menjadi Buku

ke II dan Buku III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem

hukum pidana di dalam PerUndang-Undangan secara keseluruhan.

b. Cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil (Formeel Delicten) dan tindak pidana materil (Materiil Delicten). Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu

adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya Pasal 351 KUHP yaitu

tentang penganiayaan. Tindak pidana materil inti larangannya adalah pada

menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan

akibat yang dilarang itulah yang dipertanggung jawabkan dan dipidana.

c. Dilihat dari bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana

sengaja (dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten). Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antara lain sebagai berikut: Pasal 310 KUHP (penghinaan) yaitu sengaja menyerang

kehormatan atau nama baik seorang, Pasal 322 KUHP (membuka rahasia)

yaitu dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena

22Ibid

(31)

jabatan atau pencariannya.Pada delik kelalaian (culpa) orang juga dapat dipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 360 Ayat 2 KUHP yang

menyebabkan orang lain luka-luka.

d. Berdasarkan macam perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan

aktif juga disebut perbuatan materil adalah perbuatan untuk mewujudkannya

diisyaratkan dengan adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnya

Pencurian (Pasal 362 KUHP) dan penipuan (Pasal 378 KUHP).Tindak pidana

dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Tindak pidana murni adalah tindak pidana yang dirumuskan secara formil

atau tindak pidana yang pada dasarnya unsur perbuatannya berupa

perbuatan pasif, misalnya diatur dalam Pasal 224,304 dan 552 KUHP.

2. Tindak pidana tidak murni adalah tindak pidana yang pada dasarnya

berupa tindak pidana positif, tetapi dapat dilakukan secara tidak aktif atau

tindak pidana yang mengandung unsur terlarang tetapi dilakukan dengan

tidak berbuat, misalnya diatur dalam Pasal 338 KUHP, ibu tidak menyusui

bayinya sehingga bayi tersebut meninggal.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jenis-jenis tindak pidana

terdiri dari tindak pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran, tindak pidana

formil dan tindak pidana materil, tindak pidana sengaja dan tindak pidana tidak

sengaja serta tindak pidana aktif dan tindak pidana pasif.

Klasifikasi tindak pidana menurut system KUHP dibagi menjadi dua bagian,

(32)

overtredigen yang diatur dalam Buku III KUHP. Pembagian perbedaan kejahatan dan pelanggaran didasarkan atas perbedaan prinsipil, yaitu :

a. kejahatan adalah rechtsdelict, artinya perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keadilan. Pertentangan ini terlepas perbuatan itu diancam pidana

dalam suatu Perundang-undangan atau tidak. Jadi, perbuatan itu benar-benar

dirasakan masyarakat sebagai bertentangan dengan keadilan.

b. Pelanggaran adalah wetsdelict, artinya perbuatan-perbuatan yang didasari oleh masyarakat sebagai suatu tindak pidana karena undang-undang

menyebutkan sebagai delik. 23

Dua macam cara menentukan perbedaan antara golongan tindak pidana kejahatan

dan pelanggaran, yaitu :

1. Meneliti dari sifat pembentuk undang-undang.

2. Meneliti sifat-sifat yang berbeda antara tindak-tindak pidana yang termuat

dalam Buku II KUHP di satu pihak dan tindak-tindak pidana yang termuat

dalam Buku III KUHP di pihak lain.

B. Kekerasan dalam Rumah Tangga 1. Pengertian Rumah Tangga

Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, menyatakan bahwa keutuhan dan

kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, dan damai merupakan dambaan

setiap orang dlam rumah tangga. Untuk mewujudkan keutuhan dan kerukunan

23

(33)

tersebut, sangat tergantung pada setiap orang dalam lingkup rumah tangga,

terutama kadar kualitas perilaku dan pengendalian diri setiap orang dalam lingkup

rumah tangga terebut.

Menurut Departemen Kesehatan RI, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal

di tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.24Rumah

tangga adalah pangkal tindakan ekonomi, segala kegiatan dalam rumah tangga

lebih dipusatkan pada pemuasan kebutuhan anggota keluarga, baik kebutuhan saat

ini maupun kebutuhan masa depan. Dengan kata lain, rumah tangga bertindak

menurut prinsip ekonomi.25

Menurut Rika Saraswati, dan kerukunan rumah tangga dapat tergantung jika

kualitas dan pengendalian diri tidak dapat dikontrol, yang pada akhirinya dapat

terjadi kekerasan dalam rumah tangga sehingga timbul ketidaksamaan atau

ketidkadilan terhadap orang yang berada dalam lingkup rumh tangga terebut.

Pengertian rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal dalam satu rumah

atau mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan mengurus

kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu.

Menurut Purniati, rumah tangga dapat diartikan sebagai semua orang yang tinggal

bersama di satu tempat kediaman. Rumah Tangga adalah suatu unit sosial yang ahli/#ixzz2inQNNp1S. Diakses Tanggal 19 Oktober 2013. Pukul 19:26

25

(34)

Menurut Ensiklopedia Nasional jilid ke-14, yang dimaksud dengan “rumah”

adalah tempat tinggal atau bangunan untuk tinggal manusia. Kata ini melingkup

segala bentuk tempat tinggal manusia dari istana smpai pondok yang paling

sederhana. Sementara rumah tangga memiliki pengertian tempat tinggal beserta

penghuninya dan apa-apa yang ada didalamnya.26

2. Ruang Lingkup Rumah Tangga

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

disebutkan:

anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak

menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak

pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.29

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang yang

dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,

pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan atau

26

http://islamposting.wordpress.com/2012/03/11/pengertian-dan-konsekuensi-rumah-tangga-islami. Diakses Tanggal 13 November 2013. Pukul 19:47

27

http://artikata.com/arti-352152-suami.html. Diakses Tanggal 13 November 2013. Pukul 10:07

28Ibid

.

29

(35)

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah

tangga tersebut.

B.Orang yang bekerja dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu

selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.

Dalam Rancangan Undang-Undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga

yang diusulkan oleh DPR-RI, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

lingkup rumah tangga adalah:

a. Pasangan atau mantan pasangan di dalam maupun diluar perkawinan.

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarrga karena darah,

perkawinan, adopsi dan hubungan adat dan atau agama.

c. Orang yang bekerja membantu kehidupan kehidupan rumah tangga orang

lain yang menetap atau tidak disebuah rumah tang.

d. Orang yang masih tinggal dan atau pernah tinggal bersama.

Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa ruang lingkup rumah tangga terdiri

dari suami, istri dan anak, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga

karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian, yang

menetap dalam rumah tangga, orang yang bekerja membantu rumah tangga dan

menetap dalam rumah tangga tersebut.

3. Jenis-jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga

Dalam Undang-Undang PKDRT, istilah “tindak pidana” juga digunakan untuk

menyebut perbuatan yang melanggar larangan undang-undang tersebut, meskipun

(36)

kurang dikenal, karena istilah yang memasyarakat untuk menyebut hal tersebut

adalah “kekerasan dalam rumah tangga” (KDRT), hal ini terutama karena judul

UU PKDRT juga mencantumkan frasa “tindak pidana” di depan “kekerasan

dalam rumah tangga”, jadi terlihat UU PKDRT penekanannya pada “penghapusan

KDRT secara umum” bukan semata penghapusan pada “tindak pidana KDRT

-nya”.30

Pengertian tindak pidana KDRT terdapat dalam Pasal 1 angka 1 dalam UU

PKDRT yang penyebutannya adalah “kekerasan dalam rumah tangga” adalah

setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya keseng-saraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,

dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga.

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang

dalam lingkup rumah tangganya. Kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga,

menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, meliputi:

a. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau

luka berat (Pasal 6).

30

(37)

b. Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa

percaya diri, hilangnya untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan/attau penderitaan

psikis berat pada seseorang (Pasal 6)

c. Kekerasan Seksual, meliputi :

1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang

menetap dalam lingkup rumah tangga terebut.

2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam ingkup rumah

tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu

(Pasal 8).

d. Penelantaran Rumah Tangga, meliputi:

1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah

tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena

persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan,

atau pemeliharaan kepada orang tersebut.

2) Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan

ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk

bekerja yang layak di dalam atau di luar sehingga korban berada di bawah

kendali orang tersebut (Pasal 9)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam

rumah tangga terdiri dari fisik, kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan

(38)

4. Sanksi Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga

Segala sesuatu perbuatan yang menyalahi aturan maka akan ada sanksi yang

mengikutinya, demikian pula jika suatu tindakan atau perbuatan tersebut adalah

tindak pidana maka sanksi yang akan mengikutinya adalah sanksi pidana. Sanksi

pidana kekerasan dalam rumah tangga dijelaskan dalam Pasal 44 Ayat

(1)Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga adalah:

“Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup

rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dengan atau denda paling

banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

Dalam tataran normatif empirik, bagaimana cara untuk mewujudkan

keseimbangan antara menindak pelaku kekrasan dalam rumah tangga disatu sis

dan memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera disisi lain.

UU PKDRT terlihat mengimplementasikan “keseimbangan” tersebut dengan

membuat rumusan tindak pidana ringan jika yang melakukannya adalah suami

terhadap atau sebaliknya yakni terdapat dalam :

o Pasal 44 Ayat (4) UU PKDRT, dimana jika terjadi Kekerasan fisik yang

dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan maka hal ini dijadikan alas an untuk

(39)

penganiayaan yang dilakukan oleh isteri terhadap atau sebliknya

merupakan pemidanaan berat.

o Pasal 45 Ayat (2) UU PKDRT, “ Dalam hal kekerasan psikis dilakukan

oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak mennimbulan

penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata

pencaharian atau kegiatan sehari-hari, maka hal ini dijadikan untuk

meringankan tindak pidana tersebut.

Maksud UU PKDRT ini tentunya agar kalaupun terjadi pemidanaan, pidana yang

dijatuhkan akan cenderung ringan sehingga akhirnya diharapkan perkawinan

pelaku dan korban tidak akan pecah.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan

Kriminologi termasuk matakuliah atau cabang ilmu yang baru. Berbeda dengan

Hukum Pidana yang muncul begitu manusia bermasyarakat. Kriminologi baru

berkembang tahun 1850 bersama-sama sosiologi, antropologi dan psikologi,

cabang-cabang ilmu yang mempelajari gejala atau tingkah laku manusia dalam

masyarakat. Harus diingat pula manusia adalah makhluk yang paling berkembang

di antara makhluk lain.31

Menurut Moeljatno kriminologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejahatan

dan kelakuan buruk dan tantang orangnya yang tersangkut pada kejahtan dan

kelakuan buruk itu. Dengan kejahatan yang dimaksud pula pelanggaran, artinya

31

(40)

perbuatan menurut Undang-Undang diancam dengan pidana, dan kriminalitas

meliputi kejahatan dan kelakuan buruk.32

Kriminologi menurut Soedjono Dirdjosisworo adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari sebab, akibat, perbaikan dan pencegahan kejahatan sebagai gejala

manusia dengan menghimpun sumbangan-sumbangan berbagai ilmu pengetahuan.

Tegasnya, kriminologi merupakan sarana untuk mengetahui sebab-sebab

kejahatan dan akibatnya, mempelajari cara-cara mencegah kemungkinan

timbulnya kejahatan.33

Dalam bukunya, Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa merumuskan studi

kriminologi meliputi34:

a. Perbuatan yang disebut kejahatan

b. Pelaku kejahatan

c. Reaksi masyarakat yang ditujukan, baik terhadap perbuatan maupun terhadap

pelakunya.

Menurut Abdul Syani35, faktor-faktor yang dapat menimbulkan tindakan

kejahatan pada umumnya dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor yang bersumber

dari dalam individu (intern) dan faktor yang bersumber dari luar diri individu itu

sendiri (ekstern). Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Intern

Faktor intern dibagi menjadi dua yaitu:

32

Moeljatno. Kriminologi Cet Kedua. Bina Aksara. 1986. Jakarta. Hlm 3

33

Indah Sri Utari. Aliran Dan Teori Dalam Kriminologi. 2012. Thafa Media. Yogyakarta. Hlm 4

34

Topo Santoso dan Eva Achjani. Kriminologi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 2006

35

(41)

a) Sifat khusus ini adalah keadaan psikologis diri individu.

Masalah kepribadian sering dapat menimbulkan kelakuan yang menyimpang,

terlebih jika seseorang (individu) dapat dikategorikan tertekan perasaannya. Orang

yang tertekan perasaanya mempunyai kecenderungan untuk melakukan

penyimpangan, dan penyimpangan ini mungkin terhadap sistem sosial ataupun

terhadap pola-pola kebudayaan. Terhadap beberapa sifat khusus yang dapat

menimbulkan kejahatan, yaitu antara lain:

i. Sakit jiwa : orang yang tertekan sakit jiwa mempunyai kecenderungan untuk

bersikap antisosial. Sakit jiwa ini biasanya disebabkan oleh adanya konflik

mental yang berlebihan, atau mungkin juga karena pernah melakukan

perbuatan yang dirasakan dosa besar dan berat, sehingga ia menjadi sakit

jiwa. Oleh karena seseorang sakit jiwa, maka ia mempunyai kecenderungan

untuk melakukan penyimpangan berupa tindakan kejahatan dalam

ketidaksadarannya.

ii. Daya Emosional : masalah emosional erat hubungannya dengan masalah

sosial yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat menyimpang.

Penyimpangan ini dapat mengarah kepada suatu perbuatan kriminal jika

orang tersebut tidak mampu untuk mencapai keseimbangan antara emosinya

dengan kehendak oraang lain.

iii. Rendahnya Mental : rendahnya mental ada hubungannya dengan daya

intelegensia. Seseorang mempunyai daya intelegensia yang tajam dan dapat

menilai realitas, maka semakin mudah ia untuk dapat menyesuaikan diri

(42)

intelegensia rendah, sehingga ia kecenderungan rendah pula mentalnya,

sehingga ia merasa tidak sanggup untuk berbuat sesuatu, takut salah, dan

tidak mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.

iv. Anomi : secara psikologis, kepribadian manusia itu sifatnya dinamis, yang

ditandai dengan adanya kehendak, berorganisasi, berbudaya, dan

sebagainya. Sebagai ukuran orang akan menjadi anomi (kebingungan)

adalah dikala ia berhadapan dengan situasi yang baru, ketika harus

menyesuaikan diri dengan cara-cara yang baru pula, orang yang sedang

dalam keadaan anomi sedikit banyak mempunyai kecenderungan untuk

melakukan tindak kejahatan. Maka anomi dapat dianggap sebagai salah satu

penyebab timbulnya kriminalitas.

b) Sifat umum dalam diri individu

Dapat dikategorikan atas beberapa macam, yaitu:

1. Umur : sejak kecil hingga dewasa, manusia selalu mengalami

perubahan-perubahan didalam jasmani dan rohaninya. Perubahan-perubahan-perubahan tersebut

dapat menyebabkan tiap-tiap masa manusia dapat berbuat kejahatan, hanya

ada perbedaan dalam tingkat kejahatan, sesuai dengan perkembangan alam

pikiran serta keadan-keadaan lain yang ada disekitar individu itu pada

masanya.

2. Seks : hal ini berhubungan dengan keadaan fisik. Fisik laki-laki lebih kuat

daripada wanita, maka kemungkinan untuk berbuat jahat lebih banyak

(43)

3. Pendidikan Individu : hal ini mempengaruhi keadaan jiwa, tingkah laku

terutama intelegensinya.

4. Masalah Rekreasi : walaupun kelihatannya tidak penting, hal ini mempunyai

hubungannya dengan kejahatan, sebab sangat kurangnya rekreasi dapat pula

menimbulkan kejahatan-kejahatan didalam masyarakat.

2. Faktor Ekstern

Faktor-faktor berpokok pangkal pada lingkungan diluar dari diri manusia

(ekstern), terutama hal-hal yang mempunyai hubungan dengan timbulnya

kriminalitas. Pengaruh faktor-faktor luar inilah yang menentukan bagi seseorang

untuk mengarah kepada perbuatan jahat lain :36

a) Faktor Ekonomi

Penjelasan bahwa faktor-faktor ekonomi itu dapat mengakibatkan timbulnya

kriminalitas yaitu:

i. Perubahan Harga : keadaan-keadaan ekonomi dan kriminalitas mempunyai

hubungan langsung, terutama mengenai kejahatan terhadap hak milik orang

lain, atau katakanlah mengenai pencurian. Dalam hal ini, jika suatu saat

terjadi perubahan harga (cenderung naik), maka terhadap kecenderungan

angka kejahatan akan semakin meningkat.

ii. Pengangguran : rendahnya tingkat ekonomi disebabkan karena sempitnya

lapangan kerja, pertambahan penduduk, dan lain-lainnya, sehingga dapat

menyebabkan semakin banyaknya penganguran. Pengangguran dapat

36Ibid

(44)

dikatakan sebagai penyebab timbulnya kejahatan, yang kesemuanya itu

dilatarbelakangi oleh kondisi buruk faktor ekonomi.

iii. Urbanisasi : Negara yang sedang berkembang banyak terjadi

perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu perubahan-perubahan itu adalah

urbanisasi. Urbanisasi dilakukan oleh banyak penduduk, terutama di

Indonesia dimaksudkan untuk memperbaiki nasib atau mengubah

penghidupannya agar lebih baik daripada sebelumnya. Bayangan semacam

ini tampaknya tidak semudah apa yang dikatakan orang, tetapi ternyata

mereka yang telah turut dalam arus urbanisasi, tidak sedikit yang mengalami

kegagalan frutassi, dan sebagainya, yang kesemuanya itu banyak

menimbulkan hal-hal yang negatif.

b) Faktor Agama

Florence Greenhoe Robins dalam bukunya, Education Sociology37: “Agama

merupakan salah satu social control yang utama melalui organisasinya/organisasi

keamanan, agama itu sendiri dapat menentukan tingkah laku manusia sesuai

dengan nil-nilai kegamannya”. Sebaliknya, jika agama itu tidak berfungsi bagi

manusia, artinya hanya sekedar lambing saja, maka ia tidak akan bearti sama skali

bahkan iman manusia menjadi lemah dan dengan mudah dapat melakukan hal-hal

yang buruk karena sosial kontrolnya tadi tidak kuat.

37Ibid

(45)

c) Faktor Bacaan

Bacaan-bacaan yang buruk, porno, kriminal merupakan faktor-faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya kriminalitas. Bacaan-bacaan demikian lebih besar daya

tarinya atau pengaruhnya daripadda bacaan-bacaan yang menceritakan kejujuran,

ilmu pengetahuan, dan kebenaran, sehingga cenderung dpat memberikan

dorongan terhadap perbuatn-perbuatn yang melanggar atau kejahatan.

d) Faktor Film

Film tidak kalah penting pengaruhnya terhadap timbulnya kriminalitas daripada

faktor bacaan. Seperti yang dikatakan oleh Sudjito Sostrodiharjo, jika seseorang

menonton film gondok-gondokan, maka setelah keluar dari bioskop dia bersikap

seperti pahlawan gondokan tersebut. Tambah lagi, menurut Cyril Burt dalam

bukunya The Young Delinguent, terlebih jika seseorang mentalnya terbelakang dan lemah ingatan yang meniru adegan-adegan dari film itu, dan yang ditiru

bukan bukan perbuatannya, tetapi juga karena dorongan jhatnya memang sudah

ada padanya. Akhirnya Cyril Burt menyimpulkan bahwa film bearti dengan

peranannya sebagai pengganti bentuk-bentuk hiburan yang lebih berbahaya.38

Mengacu pada penjelasan di atas, adapula beberapa faktor penyebab terjadinya

kekerasan yang dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Ibnu Fauzy yang

menerangkan bahwa terdapat faktor keinginan, yaitusuatu kemauan yang sangat

kuat yang mendorong si pelaku untuk melakukan sebuah kejahatan. Misalnya

seseorang yang setelah menonton suatu adegan atau peristiwa yang secara tidak

langsung telah menimbulkan hasrat yang begitu kuat dalam dirinya untuk meniru

38Ibid.

(46)

adegan tersebut39dan L. Moeljatno menjelaskan juga faktor penyebab terjadinya

kekerasan dipengaruhi oleh faktor alkohol, faktor ini juga dianggap penting dalam

mengakibatkan kriminalitas seperti: pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan

dengan kekerasan, pengemisan, bagi kejahatan seks dan penimbulan kebakaran,

walaupun alkohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda

Tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.40

Dijelaskan dalam buku Wahyu Muljono, bahwa sumber-sumber kejahatan

sebagian besar disebabkan oleh: kemiskinan, kekayaan yang tidak merata,

peperangan, manusia dan pemberontakan. Buku ini juga mengatakan kalu

pencegahan terhadap kejahatan lebih baik daripada penghukuman. Apalagi di saat

ini hukuman sangat berat dan tidak adil atau dikatakan tidak sesuai dengan

kejahatan yang dilakukan masyarakat. Hal-hal inilah yang kemudian memicu

adanya penentangan-penentangan. Munculah ilmu kriminologi yang semakin

lama semakin berkembang.41

D. Kekerasan dalam Rumah Tangga Dilihat dari Kriminologi

Dalam KDRT, perspektif kriminologi sebagai sebuah ilmu yang salah satu

tugasnya mencandrakan dan menganalisis kriminalitas khususnya kejahatan

kekerasan sebagai gejala sosial, melihat bentuk kejahatan dengan menggunakan

kekerasan yang menjadi subjek penelitian tersebut, merupakan suatu bentuk dari

perilaku menyimpang (deviant behaviour). Perilaku menyimpang ini biasanya diartikan sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan

39

Ibnu Bauzy. Ketika Nafsu Berbicara. Cendika Sentra Muslim. 2004. Jakarta. Hlm 54

40

L. Moeljatno. Kriminlogi. PT Bina Aksara. 1986. Jakarta. Hlm. 101

41

(47)

kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma dan penyimpangan ini

terjadi apabila seseorang atau sebuah kelompok tidak memenuhi patokan baku

dalam masyarakat.42

Kekerasan dalam pandangan hukum tidak memandang pelakunya adalah seorang

wanita atau pria tetap harus di kenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Dalam pandangan kriminologi dilihat dari sebab-sebab terjadinya

kekerasan tersebut, kemudian dilihat dari keadaan yang mendorong dari dalam

diri pelaku sehingga pelaku dapat melakukan kekerasan tersebut, serta reaksi

masyarakat terhadap kekerasan yang terjadi di sekitarnya.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dilakukan istri terhadap suami dalam

kasus yang dilampirkan oleh penulis disebabkan oleh faktor ekonomi seperti yang

sudah dijelaskan dalam buku Abdul Syani “sosiologi kriminalitas” bahwa faktor

ekonomi juga termasuk kedalam penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga, sebab istri melakukan kekerasan tersebut adalah suami yang tidak

memiliki pekerjaan atau pengangguran, sehingga mengakibatkan rendahnya

tingkat ekonomi dalam keluarga mereka. Akibat rendahnya tingkat perekonomian

ini maka dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari akan sulit, sehingga

inilah yang menjadi akar permasalahan istri melakukan kekerasan tersebut

terhadap suaminya.

Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam perspektif hukum dan kriminologi.Secara

terminologi KDRT adalah setiap perbuatan yang berakibat timbulnya

42

(48)

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau

penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,

pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan seseorang secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga.

Kalau dilihat dari sasaran serta bentuk dari KDRT paling banyak menimpa kaum

perempuan walaupun ada korban itu dari kaum laki-laki tapi kalau dilihat dari

persentasenya jauh lebih banyak dari kaum laki-laki. Kekerasan ini dampaknya

dapat berupa kesengsaraan dan penderitaan para korbannya, baik secara fisik,

psikis, ataupun ekonomi dan penelantaran ekonomi. Yang tidak kalah banyak juga

berupa kekerasan seksual.

KDRT itu merupakan masalah yang universal bagi umat manusia, artinya KDRT

itu dapat terjadi pada berbagai kalangan masyarakat, dan pelakunya sama sekali

tidak dibedakan oleh status serta stratifikasi sosial ekonomi tertentu, tingkat usia,

maupun profesi yang ditekuni. Disini permasalahan KDRT dapat menimpa pada

siapa saja baik pelakunya sebagai pegawai, dokter atau polisi sekalipun.

KDRT mencakup secara luas kajian didalamnya termasuk juga Hak Asasi

Manusia (HAM), dimana kekerasan dalam rumah tangga juga telah memasuki

ranah HAM dimana kita ketahui bahwa didalam rumah tangga terdapat

manusia-manusia didalamnya yang harus diberi kebebasan-kebebasan tertentu untuk

(49)

kedalam Undang-undang No 39 Tahun 1999 mempunyai asas-asas sebagai

berikut:43

1. setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang

sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam semangat persaudaraan.

2. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan perlakuan

hukum yang adil serta mendapatkan kepastian hukum dan perlakuan yang

sama didepan hukum.

3. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan

dasar manusia tanpa diskriminasi.

43

(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelititan ini adalah

menggunakan pendekatan yuridis normatif, yuridis empiris dan pendekatan

kriminologi. Untuk itu diperlukan penelitian yang merupakan suatu rencana

pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah yang didasarkan pada

peraturan perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan

dengan penulisan pada penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan

menganalisa, dan menelaah berbagai peraturan perundang-undangan serta

dokumen yang erat hubungnnya dengan masalah yang akan diteliti yaitu tinjauan

kriminologis terhadap tindak pidana KDRT yang dilakukan oleh isteri terrhadap

suami.42

Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang digunakan untuk memperoleh

data primer yang digunakan dengan wawancara dengan responden yaitu petugas

yang berwenang dengan masalah yang akan diteliti yaitu tinjauan kriminologis

terhadap tindak pidana KDRT yang dilakukan oleh isteri terrhadap suami.

42

(51)

Pendekatan kriminologi terbagi menjadi dua43:

a. Pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan cara melakukan

observasidan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta tentang kejahatan dan pelaku kejahatan.

b. Pendekatan kasualitas adalah pendekatan sebab akibat.

c. Pendekatan normatif, kriminologi dikatakan sebagai idiografic discipline, karena kriminologi mempelajari fakta-fakta, sebab akibat dan

kemungkinan-kemungkinan dalam kasus yang sifatnya individual.

B. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan

penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan pihakPenyidik Reskrim

Polresta Bandar Lampung dan Dosen Hukum Pidana Universitas Lampung untuk

mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, data

sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur, dan

perundang-undangan.44 Jenis data sekunder dalam skripsi ini dari bahan hukum

43

Yesmil Anwar &Adang. Kriminologi. PT Refika Aditama.2013. Bandung. Hlm. 38

44Ibid

(52)

primer yang diperoleh dalam studi dokumen, bahan hukum sekunder, dan bahan

hukum tersier, yang diperoleh melalui studi literatur, yaitu :

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat, seperti berikut :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

b. Bahan sekunder dalam penelitian ini bersumber dari bahan-bahan hukum

yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa serta memehami

permasalahan, seperti teori atau pendapat para ahli dalam buku-buku

hukum, dokumen atau makalah yang terkait dengan penelitian.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder, yang terdiri dari kamus,

artikel atau berita serta berbagai keterangan media masa sebagai pelengkap

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah orang yang memberi atau mengetahui secara jelas untuk

menjadi sumber informasi yang valid. Dalam penelitian skripsi ini yang dijadikan

narasumber adalah pihak-pihak yang berkaitan dengan terjadinya tindak pidana

KDRT yang dilakukan istri terhadap suami, Penyidik Reskrim Polresta Bandar

Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila.

1. Penyidik Reskrim Polresta Bandar Lampung :1 (satu) orang

(53)

3. LSM DAMAR di Bandar Lampung :1 (satu) orang

Jumlah :3 (tiga) orang

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Studi pustaka (library research), yaitu melakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan menguntip dari buku-buku literature serta

melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan pokok bahasan.

b. Studi lapangan (field research) yang dilakukan melalui wawancara (interview) adalah sebagai usaha mengumpulkan data dengan cara mengajukan Tanya jawab dengan responden penelitian.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut :

a. Seleksi Data, yaitu melakukan pemeriksaan pada data yang terkumpul

untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai

dengan permasalahan yang diteliti.

b. Klasifikasi Data, yaitu menempatkan data menurut

kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dilakukan oleh suami terhadap istri antara lain: hubungan seksual yang tidak

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN PSIKIS DAN FISIK DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN.. OLEH SUAMI

Terdakwa oleh penuntut umum telah di- dakwa melakukan tindak pidana dengan dak- waan bahwa Sumpono Sugianto pada hari rabu tanggal 3 Desember 2008 sekitar pukul

Pembuktian tindak pidana terhadap pelaku tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pengadilan Negeri Makassar terdakwa Sardi Hasmin HS alias Dani yang

KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk

Penelitian ini mengkaji permasalahan: pertama, kecenderungan hakim menjatuhkan pidana penjara tanpa mempertimbangkan pidana tambahan berupa konseling sebagai sanksi pidana dalam

Terdakwa oleh penuntut umum telah didakwa melakukan tindak pidana dengan dakwaan bahwa Sumpono Sugianto pada hari rabu tanggal 3 Desember 2008 sekitar pukul 22.00

Terdakwa oleh penuntut umum telah di- dakwa melakukan tindak pidana dengan dak- waan bahwa Sumpono Sugianto pada hari rabu tanggal 3 Desember 2008 sekitar pukul