PE}IGEM8A}IGIN
PERI(EBI'NAN
O*O
IATI'IT
I'ESIS
I(OTSMUAST
HIDUPIN
IJAR
INDONE
I.AmenOpmhqn
thrcnd
f"perrtt,rgor,
Ehononrl
don
eobgt
ddom
rolgefUon
yttng
Beftelonlutan
PRO'IDING
PENGEMBAI*GAN PERIGBT'NAN
I(EI'APA
SAU'IT
UER'U'
KONSERI'AJI
HIDUPAN
LIAR
INDONESI.A
Mendptahcn
tlnGrd
KepenUmnn
Ehonoml
dsr
Ehobgil
dabm
pengeHoan
yong
AerHqntutan
Penyunting:
Burhanuddin Masy'ud Arzyana Sunkar Yanto Santosa
Desain Sampul:
Barnbang Rahman Istuwahyudi
Mohamad Sofisan Hidayat
Tata Letak Bagian Dalam :
Bambang Rahman Istuwahyudi
Mohamad Sofiuan Hidayat Dede Aulia Rahman
ISBN
:
978-979-17889-3-9@ DKSHE
ZOII
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang
Diterbitkan oleh:
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata Fakultas Kehutanan
DAFTAR
ISIKATA PENGANTAR DAFTAR ISI
LAPORAN KETUA PANITIA SEMILOKA.
I
iv vi
ix
xt
SAMBUTAN REKTOR IPB
RUMUSAN HASIT SEMILOKA :
1.
RumusanHasilseminarBAGIAN A. KEYNOTE SPEECH
L.
MenteriKehutanan Rl2'
Rumusan Hasil Lokakarya:
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan perkebunan Kelapa Sawit Berwawasan Konservasi Hidupan Liar2.
Menteri Lingkungan Hidup Rl.xiii
xviii
xxiii
xxv
3.
Menteri Pertanian RlBAGIAN B. SEMINAR
1.
MAKATAH UTAMA SESI-1a.
GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) )oko Supriyono ...Green Peace Bustar Maistar
Sawit Watch
Jefri Gideon Saragih
d.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Hadi S. Alikodra2.
MAKAIAH UTAMA SESI-2a.
Populasi dan Distribusi orangutan di Dalam dan sekitar Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan BaratChairul Saleh - PERHA42I
b.
Permasalahan dan Manfaat perkebunan Kelapa Sawit Pembangunan Daerah di Kabupaten Kapuas, provinsiL7 29 38 b. c. 52 58 70 bagi Masyarakat dan
Kalimantan Tengah H. Muhammad Mawardi
-
Bupati Kabupaten Kapuasc.
Dampak Konversi Hutan Menjadi Perkebunan Sawit terhadap Keanekaragaman HayatiDr. Luthfiralda syahfirdi - Fakuttas Biotogi universitas Indonesia
d.
Ko-e.ksistensi Gajah dan Manusia: Tantang dan Indikator pembangunan Pembangunan TerencanaWahdiAzmi - Forum Konservasi Gajah Indonesia BAGIAN C. MAKALAH I.OKAKARYA
STUDI KASUS PENGELOTAAN KEBUN SAWTT DAN KONSERVAST HIDUPAN LIAR
a'
Konservasi Keanekaragaman Hayati di Lansekap Kelapa sawit: Peluang dan TantanganBandung Sahari, Gilang F Ramadhan,
Ali
Bosar, dan Joko Supriyono (PT Astra Agro LestarilibQ ...,b.
Pembangunan Wana Yasa sebagai Salah Satu Pola Melestarikan Flora Fauna74
83
H. Achmad Soedarsan (PT. Bisma Dharma Kencana)
c.
Keberadaan dan Peruntukkan Perkebunan Kelapa Sawit dengan Fzuna dan Flora Endemik serta Manusia di Provinsi Papua dan papua Barat90
93
101 Zeth Parinding (BKSDA Papua Barat)
d.
Keberadaan Satwa Liar di Kebun Kelapa Sawit dan Kendala pelestariannya Machmud Thohari, Harnios Arief, Rachmad HermaWan,Sad Hasto dan Kasuma Wijaya (PPSHB LPPM IPB)
BAGIAN D. MAKALAH PENUNJANG
HASIT PENELITIAN DAN PEMIKTRAN TERKAIT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT DAN KONSERVASI HIDUPAN IIAR
a.
Dilema Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit danKonservasi Hidupan Liar: Tinjauan Analitik dari Sudut Ekonomi Kelembagaan dan Kebijakan Publik
Sambas Basuni
b.
Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit vs Keanekaragaman Hayati: Alternatif Solusi Ditinjau dari Perspektif Etika Analisis Kondisi di Masyarakat Dayak Desa Merakai Kalimantan BaratGunardi Djoko Winarno
c.
Functional Diversity of Bird in Rremaining Natural Ecosystem in Oil Palm Landscape Gila'ng F Ramadhan, Bandung Sahari, dan loko Supriyonod.
Pengelolaan Kawasan Konservasi di Konsesi Perkebunan: 'Upaya PT. Kayung Agro Lestari Mengelola Kawasan NKTHari Witono dan Safari KP - PT Kayung Agro Lestari
e.
Permasalahan dan Manfaat Program Relokasi Satwa LiarYanto Santosa dan Pairah
t.
Peranan dan Metoda Penentuan Minimum Viable Population (MVP) dalam Konservasi Hidupan LiarYanto Santosa'dan Rikha Aryani Surya
g.
Potensi Kelapa sawit (E/aeis guinebnsisjacq.) ssebagai spesies Asing Invasif: Studi Kasus di Kampus IPB Darmaga, BogorMarwa Prinando, Agus Hikmat & Ervizal A.M. Zuhud
h.
Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Obat, Pangan, dan Berguna lainnya pada Areal HCY (High Conservation Value) Perkebunan KelapaSawi!
Kabupaten Kapuas Huli,Kalimantan Barat: Studi Kasus di PT B
Nayunda Pradma Widayaninggar, Siswoyo & Ervizal AM. Zihud
i.
Potensi Keanekaragaman Tumbuhan obat, Pangan, dan Berguna Lainnya pada Areal HCV (High Conservation Value) Perkebunan Kelapa Sawit, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat: Studi Kasus di PT AOman Nurrohman, Siswoyo & Ervizal A. M. Zuhud
j.
Dampak Ansinkronisasi Kebijakan RTRW Daerah dengan Pemerintah pusat Terhadap Penurunan Keanekaragaman Jenis HidupanLiar (Studi
Kasus:
Tumpah Tindih Beberapa Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Kawasan Taman Nasional Tanjung Putting)Dede Aulia Rahman, Yanto Santosa
BAGIAN E. HASIT DISKUST KETOMPOK DAN NOTULENSI
HASIL DISKUSI KELOMPOK
1,47
@
@
168 L23
L27
136
774
t75
ft*siding ?e;a,.,ls?,Lbsw3#y, l2€,"k**rr*xi{t4 N,*sps sqwit yrwus r$dup$tt- t^{.*t ts,tdoy*t*
PERANAN DAN METODA PENENTUAN
MINIMUM VIABLE
POPULATION
(MVP)
DALAM KONSERVASI
HIDUPAN
LIAR
Yanto
Santosal)dan
RikhaAryani
Surya2)Laboratorium Ekologi Satwaliar, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan
Institut
PertanianBogor,
BogorProgram Magister Profesi Konseruasi Keanekaragaman Hayati,
Institut
PertanianBogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor
ABSTRAK
Pengambilan keputusan dalam konsenrasi hidupan liar pada dasarnya hanya bisa dilakukan
iika
tersedia2
informasi penting, yakni(1)
kondisi populasi aktual (existing condition) dan(2)
kondisi populasi yang diharapkan/ideal (expected/ideal condition). Kondisi aktual hanyabisa diperoleh
dari
kegiatan inventarisasi yang dilakukan secara berkala/seri. Sedangkankondisi populasi
ideal
ditentukan
oleh
tujuan
pengelolaan.
lJntuk
tujuan pelestarian/konservasi sebagai upaya di kawasan perkebunan kelapa sawit, minimum viablepopulation (MVP) merupakan salah
satu target
dalam sebuah pengembangan perkebunankelapa sawit
ke
depan
pengelolaanhidupan
liar
yang terdapat
di
kawasan tersebut.Pencapaian
nilai
MVPselain diduga
dapat menjamin
kelestarianjuga
dapat
dijadikansebagai
acuan dalam
penghitungankuota panenan
dan
statuspopulasi hidupan
liar,mengingat
dalam
suatu
bentang
lahan
berupa perkebunan kelapa sawitpun
seringditemukan bentuk hidupan
liar
yang cukup beranekaragam. Melalui penentuan MPV akandihasitkan rumusan mengenai
jumtah
populasiminimum yang harus ada
dalam sebuahperkebunan
kelapa sawit untuk irenjamin
kelestariannyabaik secara ekologi
maupun ekonomi ketika bentuk hidupan liar tersebut diusahakan.Kata kunci: konservasi, hidupan liar, MPV, kelapa sawit.
PENDAHULUAN
Pengelolaan
hidupan pada dasarnya
merupakan pengelolaanterhadap populasi
yangterdapat dalam suatu kawasan sebagai bagian dari suatu ekosistem dengan konsep dasar
menggunakan
prinsip-prinsip
ekologi.
Pengelolaansatwaliar
juga
berarti
mengamatifluktuasi komponen-komponen lingkungan dan dapat mengatur parameter populasi guna
menyusun strategi
yang
tepat bagi
pengelolaan. Kerusakandan
hilangnya
habitat, perburuan liar, dan bencana alam mengakibatkan berkurangnya populasi satwa liar di alam.Oleh karena
itu
tujuan
utamadari
konservasi adalahuntuk
mengurangidan
mencegahpengurangan
tersebut
agar
dapat
dimanfaatkan
secara berkelanjutan.
Upaya-upayakonservasi
dapat
dilakukan dengan melakukan pengelolaan populasisatwa
liar,
karenakepunahan
dan
kelestarian ditentukan
oleh ukuran
populasidari
satwa
liar
tersebut (Reed,2002; Sou16, 19BB).1)
2)
Kelemahan yang terjadi adalah minimnya informasi mengenai populasi aktual dan populasi
target yang
harus
dicapai.
Sementarainformasi
tersebut mutlak diperlukan
dalampengelolaan populasi
satwa
liar.
Ukuran populasiminimum lestari atau yang
dikenaldengan istilah Minimum Viable Population (MVP) merupalian ukuran populasi yang menjadi
target
dari
upaya konservasi (Shaffer, 1981: Gilpin dan Soul6, 1986; Soul6,'198-6, Lggl).MVP (Minimum Viable Population) adalah populasi terkecil yang terisolasi yang mempunyai
kemungkinan 99o/o
untuk
bertahan
hidup
atau
lestari
selama
1OO0tihun
seteiahmendapatkan pengaruh demografi, lingkungan, genetik, dan
juga
bencana alam (Shaffer,1981). Selama
ini
upaya konservasi banyak dilakukan tanpa mengetahui target yang jelasuntuk dicapai. Dengan mengetahui
nilai
MVP, diharapkanlangkah-langkah
yang diambildalam upaya konservasi
dapat
dilakukan denganlebih terarah dan efisien.
pengelolaansuatu populasi satwa
liar
harus didasarkan pada ukuran populasi minimum yang mampu bertahan hidup (minimum viable poputation).PENGERTIAN MINIMUM VIABLE POPULATION
Istilah 'minimum'viable population (MVP) atau ukuran populasi minimum lestari merupakan
istilah yang umum
digunakandalam
konservasi biologi (Soule1995).
MVp merupakanukuran
populasiterkecil
yang akan
menjamin
kelangsunganhidupnya dalam
jangka panjang (Hunter 1996, Shaffer 1978). Lemkhul (1984) menyatakan definisi minimum viabtepopulation sebaga[ populasi terkecil yang
terisolasi yang
memiliki peluang 95,Lo/o untukdapat
bertahanselama 100 tahun
meskipundiketahui
ada
pengaruhdari
demografi,lingkungan, genetic dan katastrop.
Nilai populasi minimum lestari yang lebih dikenal dengan Minimum viable population (MVp)
menyatakan ambang
batas ukuran
populasisuatu
spesiesdalam satuan individu
yangmemastikan bahwa populasi
tersebut akan terus
bertahan hidup sampaijangka
waktutertentu (Rai, 2003). Shaffer (19S1) mendevinisikan MVP untuk berbagai jenis spesies yang
terdapat
di
setiap habitat sebagai
populasiterkecil yang terisolali
yang
mempunyaikemungkinan 99o/o
untuk
bertahan
hidup
atau
lestari
selama
1OO0tahun
sete[ah mendapatkan pengaruh demografi, lingkungan, genetik, dan juga bencana alam.Konsep MVP (Minimum Viable Population), pertama
kali
di
cetuskanoleh
Schaffer padatahun 1981, MVP telah mendapatkan perhatian yang lebih dalam bidang konservasi biologi.
Genetik
dan
prosesevolusi menjadi salah
satu
panduanuntuk
memprediksi populisiminimum agar suatu spesies dapat bertahan hidup. Untuk menghindari tekanan inbreeding
dalam
jangka waktu yang
pendek, Franklin(1980)
mengajukan bahwaukuran
minimalpopulasi
yang efektif adalah
tidak
kurang
dari
50
individu,
berdasarkanteori
ukuranminimum inbreeding 1o/o pada setiap generasi. Ukuran inbreeding ini telah dipertimbangkan dengan toleransi untuk banyak spesies hewan domestik yang dikondisikan pada lingkungan yang tidak berbahaya (Franklin, 1980).
Beberapa peneliti berpendapat bahwa lebih penting menentukan nilai populasi
efektif
(Ne)dibandingkan dengan menentukan nilai MVP (Franklin, 1980). Franklin (1980) mengusuikan
50/500
agar,digunakan
oleh
para praktisi
konservasi,dimana
nilai
populasi
efektif dibutuhkanuntu
mencegahlaju
inbreedingyang tidak dapat
diterima, 'sedangkan lajupopulasi
efektif
500 diperlukan untuk menjaga keseluruhan varietas genetik dalam jangkawaktu yang panjang. Dari
pandangan populasigenetik, nilai perkiiaan
populasi -efet<tifsebanyak
50
individu merupakan pencegahandari
tekanan inbreeding,12
sampai 1000untuk
menghindari akumulasi mutasiyang dapat
menghilangkan bebeiapa varietas gen,dan
500-5000untuk
menahan potensi evolusioner (Frankham, 2OO2). Berdasarkanrata nilai populasi g!et<!lrlnilai populasi secara kasar bernilai sekitar o.1oo,
maka kita harus
mempunyai 500 individu dari 5000 individu yang di sensus (Frankham
,
z.ooz1.Menurut soule
(19?l),
hal-hal
yang perlu diperliatikan dalam memilih
spesies dalam analisis populasi adalah :1'
Spesiesyang aktivitasnya dapat
menimbulkan gangguanhabitat pada
beberapa spesies lainnya;
2'
Spesies predatoratau
parasityang
mengganggu spesies lainnyadan
keberadaanya
_
akan menyebabkan penurunaan keragaman spesies iain;3'
Spesies yang memiliki nilai spiritual,Lstetika,
rekresional atau memiliki nilai ekonomi bagi manusia.4.
Spesies yang langka dan terancam punah.PEMNAN/MANFAAT MVP
,Pengetahuan mengenai MVp sangat penting diantaranya :
1'
MVP menjadi dasar dalam penentuan status konservasi dari suatu satwaliar (Harcourt,2oo2;
IUCN2000). Satwa
liar
dapat
dikatakan terancampunah bita
populasinyadibawah
ukuran
populasi
minimum
lestari.
Dengan adanya
MVp
kita
dapat-
menentukan
status
satwa tersebut apakah
langka-,terancam
punah,
melimpal-r dsbnya.Penentuan MVP sangat penting dalam manajemen populasi terutama dalam rangka
penyusunan rencana pengelolaan
suatu.spesies.
Dengan mengetahui MVp,kita
bisa menentukan berapa.jumlahs atwa yang harus dikonseriasi agar tetap lestari dan jelasbagaimana mengelola spesies tersebut.
MVP berperan penting dalam penentuan kuota tangkap satwaliar.
Kuota tangkap dapat ditentukan dari selisih popurasi aktuar dengan
rvvirrusrnardiastuti,
2010i."
MVP
dapat menjadi
rekomendasi kepada pembuat kebijakandan
pengelola dalam manajemen populasi (Soule 1995).PENDEKATAN UNTUK MENGHITUNG MINIMUM VIABLE POPULATION
Ewens
et
al'
(1995)
menyatakan secara umum terdapat dua konsep penentuan
minimum
viable
population.
Konsep yang pertama adalah penentuan MVp berdasarkan genetik yangmenekankan
pada
laiu
kehilangangenetik
dari
suatu
populasitermasuk
di
dalamnyapenurunan fitness
dan
genetic
dri(.
Konsep yang
'kedua
aOafafr--penentuan MVpberdasarkan
demografi
yang
menekankan pada'ieilungkinan
terjadinya
kepunahan populasi akibat dari tekanan demografi.Lemkhul
(1984)
pertamayang
menyatakan argumen penggunaan genetik sebagai dasardalam penentuan
ryiniryum
viabtepopulation
-selanirltnya
Franklin(1980)
menyatakanbahwa setidaknya diperlukan 50-5ob individu untuk mlmpertahankan keragaman genetik.
Iq.r:
tersebut
diperolehdari
pengalamanpraktis Fianklin dalam
membiakkan hewanbudidaya (domestikasi) dan dalam
rieriset laju
mutasi padalalat
buah.
Jumlah minimun tersebut diperkirakan cukup efektif untuk menghindari tJkanan silang dalam jangka pendek serta cukup
efektif untuk
mempertahankan variasi genetik dalampopulasi.
Selanjutnya Lande
(1995)
menyatakan setidaknya dibutuht<ans]ooo
individuuntuk
mempertahankan2.
3.
4.
variasi genetik yang dibutuhkan proses evolusi dan
tersebut.
Aturan 50/500
sulit
diterapkan
karena kenyataan.untuk
menjamih keberadaan populasiasumsi
tidak
selalu didukung
olehDalam aturan, dan 50/500 diasumsikan bahwa suatu populasi terdiri dari N individu dimana
setiap individu memiliki
kemungkinanyang sama
untuk
kawin
serta
menghasilkanketurunan.
Pada kenyatannya, berbagaifaktor termasuk umur,
kesehatan, sterilisasi,kekurangan makanan,
ukuran tubuh yang kecil, dan struktur
sosialbekerja
mencegahperkawinan sehingga banyak individu
yang
bersifatsteril, tidak
memproduksi keturunan. Banyak diantarafaktor
tersebut dipengaruhi degradasi dan fragmentasi habitat (Lemkhul 1984).Dalam penentuan ukuran populasi minimum lestari, digunakan beberapa perangkat lunak
yang
dapat memudahkan penghitungannya. Diantara perangkatlunak tersebui,
sebagaiberikut:
7.
STOCHMVPSalah satu penelitian yang menggunakan perangkat lunak ini adalah penelitian tentang
MVP pada kupu-kupu Bay checkerspot yang dilakukan oleh Amy campbell
tahun
2002.Amy
Campbell menggunakan program modeling STocHMVpuntuk
menenukan nilai MVP kupu-kupu tersebut. Data yang digunakan m-erupakan aata poputurituhrnrn.
2,
VORTEXvoRTEX merupakan perangkat lunak yang paling sering digunakan oleh para peneliti
untuk
menentukanukuran
populasi minimumlestari.-
eeiitut ini
adalah
beberapapneltian
cr(uran popufasr- mthtmum restari yang telahdilaklkan:
Britoet
al(2002)
menentukannilai
MVP dan status konservasi padJ Trinomys eliasi. penentuannilai
minimum
viable
population dengan
menggunakanp.ogru*
voRTEx
jugadilakukan
oleh Grimm (2ooo) dalam
penelitiannya mengenai penentuannilai
MVp capercaillie Tetrao urogallus dan Champman (2001) aatam'penetitiannyi yung berjudul Population
viability
analyseson
a
cyclingpoputation:
a
cautionaryta'le.
BachmayrQoa4)
menggunakansimulasi model
fopuiasi
stokasti.kAengan
vOaffx
untukmengidentifikasi variabel kunci yang mempengaruhi nilai ambang u-aias dalam dinamika
populasi. Untuk menduga resiko kepunahan, dan
untut
meng;ptimatt'sisimanajemen
dengan
membandingkanparameter model
dengandata
pJpulasi Vang aOa. Umurreproduktif maksimum, mortalitas,
dan
fekunditas
merupakanfakior
kunci
dalamdinamika populasi. Berdasarkan simulasi voRTEx kerasnya benc-ana alam memberikan pengaruh yang paling besar terhadap kepunahan spesies (Bachmayr,2OO4). Bachmayr mengasumsikan
umur
16 tahun merupakanumur
reproduktif maksimum dalamkuda
Przewalski. Populasi kuda Przewalski yang lebih
dari
140ekor
kuda diperlukan untuk mencapai kemungkinan 95olo dapat bertahan hidup sampai 100 tahun dalam tekanan bencana alam yang rendah.3.
Matriks
LeslieMatriks Leslie biasa digunakan dalam menentukan ukuran populasi secara kontinue di
masa yang akan
datang.
Wielgus (2001) menggunakan matrik leslie untuk mengetahuiwaktu kepunahan pada Grizzly bear. Data yang digunakan merupakan
Jiia
set populasidari penelitian sebelumnya. MVP ditentukan aenga-n cara mensimulasikan populasi awal.
4.
RAMASMandujano (2OOB) menghitung MVP
untuk
Mexicanmanled
howler monkeysAlouatta
palliata
Mexicana.
Analisis
menggunakan
model
populasi
rto1urtir.
dengan
menggunakan
software
RAMAS/Metapopuntuk
mengevaluasiperanan
parameterdemografi dalam pertumbuhan populasi
dan untuk
mensimulasitren
kelompok dankemungkinan kepunahan lokal dari Mexican mantled howler monkeys Aiouaxa paltiata
jot'*s,/"!iw-; ?*x4*tx.b*,"4**
mexicana
di
LosTuxtlas,
Mexico, dalam dua skenario landscapeyakni
populasi yangterisolasi (IPS) dan populasi yang terfragmentasi atau meta populasi (MPS). Baik pada
simulasi
IPS
maupun MPS peluang kepunahan .secara eksponensial tergantung padaukuran fragmentasi. Perkiraan 60 o/o kepunahan
di
perkirakan akan terjadi pada ukuranfragmentasi yang kurang dari 15 ha. Simulasi ini menunjukan kemungkinan perubahan populasi pada MPS lebih rendah dari IpS.
5,
Microsoft Exel
Pfab, 2000 dalam penelitiannya mengenai PVA pada Euphorbia clivicola menggunakan
Microsoft Excel Version 5.0 dalam pembuatan model pertumbuhan. Pfab menggunakan
matrik
Lefkovitch
dalam
menggabungkanparameter demografi
dan
parameter reproduktif.BEBERAPA PENELITIAN PENENTUAN MVP
DI
DUNIADi dunia beberapa penelitian MVP telah dilakukan, walupun hasil yang diperoleh merupakan
ukuran populasi
total yang
belum menunjukkan kelasumur.
Walaupun demikian,hal
inilebih
maju untuk
menentukan'benchmark' satwa yang harus dipertahankan/dikonservasiagar tetap lestari.
Beberapa penelitian tetang MVP berdasarkan parameter demografi dan genetik diantaranya adalah :
1.
Wielgus
(2OO2)menentukan minimum viable population
grizzly
bearsdi
BritishColumbia.
Dalam penelitiannya, penentuan nilai MVP dilakukan dengan menggunakandata
parameter
demografigrizzly bears dari enam lokasi.
Modefyang
digunakandengan
matriks
dengan asumsi
tidak
terpaut
kepadatan,
model
pertr"rmbuhaneksponensial.
Daya dukung lingkungan(K) tidak
dimasukkan karenatidak
ada datauntuk menduga variasi lingkungan dalam penentuan K. Dalam analisis populasi dibantu
dengan menggunakan program RAMAS GIS
2.
Britoef a/.
(2003) dengan penelitian penentuan MVP dan status konseruasi dari spinyrat di Atlantic
Forest.
Parameter demografi digunakan sebagai dasarpenelitian.
Modelmatrik yang
digunakan adalah modelyang tidak terpaut
kepadatan. Model simulasidibantu dengan program VORTEX
3.
Reed
et al.
(2003)
melakukan
pendugaan MVPuntuk
berbagaivertebrata.
pVA digunakan untk menduga nilai MVP dari 102 spesies. Selain parameter demografi yangdigunakan
dalam
pemodelanjuga
memasukkankatastrop. Faktor
lingkungan dantekanan
inbreeding.
Kriteria yang digunakan dalam penentuan MVP adalah(1)
Rata-rata
daya dukung
(K)
untuk
40
generasidengan
peluang 95o/ountuk
mencapaikelestarian,
(2)
Ukuran populasi awal sama dengan K dengan asumsi sebaian umurstabil,
(3)
output
dari
heterozygosity digunakanuntuk
menghitungukuran
populasiefektif dari setiap nilai K. Untuk simulasi model dibantu dengan
progrim
VORTEX.4.
Leechet al.
(2OOB) yang melakukan pendugaan MVP untuk kaka (Nesfor
meridionalis) yang merupakan flagship dan indicator spesies di New Zealand. Metode penentuan MVp dengan menggunakandata
parameter demografi yang dimasukkanke
dalam matriksLeslie
untuk
menduga ukuran populasi dengan peluang kelestarian 95olo dalam waktu100
tahun.
Simulasi model dibantu dengan program MATLAB 7.0.5.
Goldingay(1995)
melakukan penelitian mengenai penentuan
luas
kawasan
bagikelestarian Australian Gilding masrupial dengan
dasar
parameter demografi seperti kematian, sexratio
dan
kelasumur.
Simulasi untuk menetukan peluang kelestarian 95o/odengan
menggunakanprogram
ALEX.
Dalam penelitian
ini
MVF digunakansebagai dasar dalam penentuan luas habitat yang dapat menjamin-kelangsungan hidup
gilding marsupial.
6.
Howels&
Jones(1996)
melakukan penelitian penentuan luasanhutan yang
tersisauntuk mendukung MVP wild boar
di Scotlandia.
MVP selain ditentukan oleh parameterdemografi
juga
ditentukanoleh
kepadatan, inbreedingdan faktor lingkungan.
Adaempat skenario
yang
digunakan
dalam
pemodelansimulasi
yaitu
(1)
terjadinyainbreeding,
(2)
laju
kematian,
(3)
keragamanlingkungan
dan
(4)
daya
dukunglingkungan.
Asumsi yang digunakan peluang kelestarian 95o/o dicapai dalam waktu 50tahun.
Simulasi model dibantu dengan program VORTEX.PENERAPAN MVP DALAM KONSERVASI HIDUPAN LIAR INDONESIA
Di
Indonesia, penelitian mengenai MVP masih sangatjarang
dilakukan.
Padahal jumlah spesiesyang ada
di
negarakita
sangat
berlimpahbaik
dengansatus yang
dilindungi maupun yangtidak
dilindungi.
Kitatidak
pernahtahu
berapajumlah
satwayang
harusdikonservasi, ukuran populasinya, kelas
umurnya.
Hal ini akan menyulitkan bagi pengeloladalam menyusun Rencana Pengeolaan
Satwa.
Penentuan MVP akanterkait
dengan luasan kawasan konservasi yang menjadi habitat satwa tersebut.Di Indonesia sendiri pernah dilakukan Population and Habitat Viabitity Assessmenf terhadap
beberapa jenis satwa dilindungi diantaranya orang utan, harimau sumatera, gajah sumatera
dan
badakjawa.
Hasil
ini
belum
merupakannilai
MVP,tetapi
paling
tidak
menjadigambaran ukuran satwa yang harus dikonservasi agar
tetrap lestari.
Sedangkan penelitianpenentuan MVP pernah dilakukan untuk jenis satwa yang dimanfaatkan dari jenis yang tidak dilindungi yaitu monyet ekor panjang.
1.
Orang utan
[image:11.594.37.507.423.676.2]P-erkiraan populasi orangutan yang pernah diperoleh
dari
berbagai lokasi seperti disajikan pad-a Tabel 1.Tabel 1. Perkiraan populasi orangutan
No. Lokasi Jumlah
1.
Sumatra (13 unit habitat)2.
Sabah (17 unit habitat)3.
Kalimantan Timur (P.p. morio : 9 unit habitat)4.
Kalimantan Tengah (P.pwurmbii:16
unit habitat)5.
Kalimantan
Barat
&
Sarawak
(P.p.pygmaeus :habitat)
Total populasi orangutan Borneo
Total populasi di alam
6667
1 1017
4825
31300
7 unit
742s54567
6L234 Sumber
:
(revisi PHVA 2OO4, Wich, dkk draft)Para peneliti yang melaporkan hasil survei mereka di
kerusakan
dan
fragmentasihutan tropis
dataranLokakarya PHVA 2004 sepakat bahwa
rendah
merupakan penyebab utamapenyusutan populasi orangutan
yang
sangat drastisdi
berbagai lokasidi
Sumatera danKalimantan. Fragmentasi hutan
telah
membagi populasi orangutandi
Sumaterake
dalamsebelas
kantong
populasi denganukuran yang
berbeda-beda.Di antara
kesebelas blokhabitat
itu
hanyatiga blok
dilaporkan mempunyaifopulasi
lebihdari
500 individu, yang merupakan ukuran minimum untuk menjamin keberlanjutan populasi orangutan.Para peneliti
berpendapatbahwa
hanya pada ukuran
populasiseperti
itu
orangutanmempunyai kekayaan
genetik
yang cukup
untuk
membantunya menghadapi berbagaitantangan perubahan lingkungan. Sebaliknya, populasi
yang
berukuran kurangdari
500individu akan menjadi sangat rentan terhadap berbagai risiko kepunahan,
jika
tidak dibantudengan upaya perlindungan dan pengelolaan populasi.
2.
Badakjawa
Di Indonesia, badak
jawa
hanya terdapatdi
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) denganpopulasi
yang relatif
kecil,yakni sekitar 59-69 ekor
(TNUK2007).
Populasi kecil yang hanya terdapatdi
satu areal memiliki resiko kepunahan yang tinggi, sehingga upaya untukmenjamin kelestarian populasi badak
jawa
dalamjangka
panjang merupakan salah satuprioritas program konservasi badak
jawa di
Indonesia. Secara alami badak jawa tidak akanmampu mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang. Eksistensi badak jawa juga
dinilai sangat
rawan'terhadap terjadinya
bencanaalam,
degradasihabitat,
inbreeding,penyakit,
dan perburuan. Untuk
mencegahterjadinya
inbreeding, langkahlangkah yang harus diambil adalah menghindarkan ukuran kecil populasi awal dan membatasi perubahandalam koefisieh inbreeding (tidak lebih dari 1olo per generasi). Dengan demikian, kebutuhan
minimum untuk pemeliharaan jangka pendek bagi badak jawa dikonversikan dalam populasi
yang berjumlah tidak kurang dari 150-200 individu.
3.
GajahSumatera
Hingga
saat
ini,
hanya
ada dua
populasigajah Sumatera yang diketahui
jumlahnya berdasarkansurvei yang sistematis pada tahun 2000
yaitu,
populasigajah
di
TamanNasional
Bukit
Barisan Seiatan sebanyak498 individu
(95oloQt=[373,666]) dan
TamanNasional
Way
Kambas180
(95o/o Ql=1L44,2251) (Hedgesef
a/
2005). Oleh
karenanyadilakukan estimasi sementara
jumlah
populasi gajah sumatera berkisar antara 24OO-2BOOindividu.
Penentuan MVPuntuk
Gajah sumatera dilakukanoleh
Hansand Dock,
1997 adalah 50 ekor untuk dapat bertahan selama 180 tahun.4.
Harimau Sumatera
Pada peftemuan population and habitat viability assessment (PHVA) tahun 1992 di kota Padang, dinyatakan bahwa hanya tersisa 400 ekor harimau sumatra yang bertahan hidup di
lima kawasan konservasi besar di Sumatera. Seratus individu lainnya diperkirakan hidup di
hutan-hutan di luar kawasan konservasi (Faust dan Tilson L994; Seal et
al.,
L994).5.
Monyet ekor panjang
Penelitian penentuan
untuk jenis
satwa yangtidak
dilindungi dengan pemanfaatan yangtinggi
pernah dilakukan pada monyetekor
panjang (Macaca fascicularis)yang
dilakukanoleh Surya,
2010.
Penelitianini
dilakukandi
empat
tipe
habitat yang ada
di
ProvinsiLampung. Nilai MVP yang diperoleh berdasarkan kelompok, kelas umur dan
jenis
kelamin.Walaupun belum dolakukan validasi,
tetapi
sudah ada gambaranuntuk nilai
MVP monyet ekor panjang berdasakarkan parameter demografiyaitu
35 individu yangterdiri
dari3
bayi-l
jantan
dan6
bayi betina;3
anakjantan
dan7
anakbetina; 1
mudajantan
dan3
mudabetina; 3 dewasa
jantan
dan 7 dewasa betina.DAFTAR PUSTAKA
Brito, D.
2OO2. Minimm Viable Population and Conservation Statusof
the Atlantic
ForestSpiny Rat Trinomys eliasi. Biological Consnration 153-158.
Franklin,
I.R.
1980. Evolutionary change in small populations.In:
Conservation Biotogy: anEvolutionary-Ecological Approach, sou16, M.E. and
wilcox,
B.A.(eds.), pp.
L35-149,Sinauer Assoc., Sunderland, M.A.
Goldingay
R,
HughP.
1995. Area requirementsfor viable
populationsof the
AustralianGliding Marsupial (Petaurus australis). Journal of Biological conservatian 73:L6L-L67 Harcourt
AH.
2OO2. Empirical estimatesof
minimum viable population sizesfor
primates:tens to tens of thousands? Animal consentation S
:
237-244Howells
O,
JonesE.
1996.
A
Feasibilitystudy
of
reintroducingwild
boar Sus scrofa toScotland:
Are
existing
woodlands
large
enough
to
support
minimum
viablepopulations. Journal of biological consenration 81 :72-89
IUCN. 2008. The IUCN Red List of Threatened species: Rusa Timorensis.
Lande R. 1995. Mutation and conservation. Conservation Biotogy 9:782-79L
Leech.TJ, Andrew M.Gormley, Phillip
J.Seddon. 2OOB.
Estimatingthe
minimum viablepopulation size
of
kaka
(/Vestor meridionalis)a
potential suriogate speciesin
New Zealand lowlandforest.
Journal of Biological conser-vation 141:681-691Lehmkuhl JF.
1984.
Determining size and dispersion of minimum viable populationfor
landmanagement planning
and
speciesconservation.
Environments'-ma'nagement volB.No.2 pp
L67-tt6
Reed,
D.H.
1999.
EksperimentalTest
of
Minimum
Viable
Population Size.
AnimalConservation (2000)
3:
7-L4.Shaffer
M.L.
1981.
Minimum population sizesfor
speciesconservation. Bio
science 3L:131-134
Soul6, M.E. 1987. Where
do we go from
here?In:
Viabte Populationsfor
Conservation,soul6, M.E. (ed.), pp. 175-183, cambridge University press, cambridge, England.
Surya, R.A. 2010.
PenentuanUkuran
PopulasiMinimum Lestari Monyet Ekor
panjang(Macaca fascicularis Raffles, 1821) Berdasarkan Parameter Demografi. Tesis.
Institut
Pertanian Bogor.
Tilson
RL. t975.
Social behaviourof
Simakobu Monkeyand
its
relationshipto
humanpredation.
Di dalam
PrihikmatAR.
1999.
Pengaruh vegetasi terhadap sebaranspasial monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
di
Hutan Konservasi HTI pT.MusiHutan
Persada Provinsi Sumatera Selatan.[skripsi]. Bogor
:
Fakultas Kehutanan,Institut
Pertanian Bogor. Bogor.Wieglus, R.B. 2001. Minimum viable population and reserve sizes
for
naturally regulated grizzly bears in British Columbia. Biotogicat Conservation,06:381-3gg.