• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERSEPSI NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI

WAKTU ORANG TUA PADA ANAK

(Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor)

MEI SUCIATI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu Orang Tua pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2013

Mei Suciati

(4)
(5)

ABSTRACT

MEI SUCIATI. Analysis of Children Value Perception and Time Investment of Parents to Children (Case in Situ Udik Village, Cibungbulang Subdistrict, District of Bogor). Under supervision of HARTOYO and IRNI RAHMAYANI JOHAN.

The purpose of this research were to describe the value of children and time investment of parents in the village area and to analyze the effect of family characteristic and value of children toward time investment of parents to children at Situ Udik Village, Cibungbulang Sub District, District of Bogor. This research involved 60 families respondent which have child under five years old that split into two social economic status: poor (30 families) and not poor (30 families), base on BKKBN’s family welfare phasing.The sample were interviewed by using structure questionnaire. The result of this research showed that there are no significant different on the perception of children value between poor and not poor family, as well as time investment of parents to children. Regression analyzis showed that time investment of parents to children influenced by mother’s education and value of children.

Keywords: time investment, value of children, village

ABSTRAK

MEI SUCIATI. Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu Orang Tua pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh HARTOYO dan IRNI RAHMAYANI JOHAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua di perdesaan serta menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan persepsi nilai anak terhadap perilaku investasi orang tua pada anak di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian melibatkan 60 keluarga yang memilki anak usia balita, dan dikelompokkan berdasarkan dua status sosial ekonomi : miskin (30 keluarga) dan tidak miskin (30 keluarga) berdasarkan data pentahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN. Responden diwawancarai menggunakan kuisioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persepsi nilai anak pada keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Begitu juga pada perilaku investasi waktu orang tua pada anak. Hasil regresi menunjukkan bahwa perilaku investasi waktu orang tua pada anak dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan persepsi nilai anak.

(6)
(7)

MEI SUCIATI. Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu Orang Tua pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang,Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh HARTOYO dan IRNI RAHMAYANI JOHAN.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak pada keluarga diperdesaan. Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) mengidentifikasi karakteristik demografi dan sosioekonomi dari keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan, (2) menganalisis perbedaan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan, (3) menganalisis hubungan antara persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan, (4) menganalisis alokasi waktu yang dilakukan pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan, dan (5) menganalisis pengaruh karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga terhadap persepsi nilai anak, alokasi waktu ibu dalam mengurus anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan.

Desain penelitian adalah cross sectional study. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli 2012. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anak usia balita. Penarikan contoh dilakukan dengan metode stratified random sampling dengan kriteria stratifikasi status kesejahteraan keluarga, setelah sebelumnya dipilih dua RW secara purposive dengan syarat jumlah keluarga yang memiliki balita tertinggi (terpilih RW 2=136 keluarga dengan balita dan RW 3=128 keluarga yang memiliki balita). Pemilihan contoh kemudian dilakukan dengan mengacak keluarga yang memenuhi kriteria di dua RW terpilih dengan proporsi masing-masing 15 keluarga untuk setiap kriteria (15 keluarga miskin dengan anak balita dan 15 keluarga tidak miskin dengan anak balita untuk masing-masing RW), sehingga didapatkan total seluruh contoh penelitian adalah 60 keluarga.

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara kepada responden terpilih dengan menggunakan kuesioner meliputi data karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga serta persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak, sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum wilayah dan data kependudukan diperoleh dari Kantor Desa Situ Udik dan literatur-literatur terkait. Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, entry ke komputer, pengecekan data dan selanjutnya dianalisis. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif untuk mengetahui nilai minimal, maksimal, rataan, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Analisis inferensia menggunakan uji beda Independent sample T-Test, uji korelasi Pearson, serta uji regresi.

(8)

rataan T-test pun menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan total responden keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Penelitian ini mayoritas respondennya tidak bekerja. Hasil penelitian juga menunjukkan besar keluarga pada keluarga miskin memiliki perbedaan yang nyata dengan besar keluarga pada keluarga tidak miskin.

Hasil uji beda rataan T-test tidak menunjukkan perbedaan persepsi nilai anak pada anak antara kedua tipe keluarga. Pada dimensi psikologis, baik keluarga miskin maupun tidak miskin, mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang dan tinggi dengan proporsi hamper berimbang. Pada dimensi sosial dan ekonomi, baik keluarga miskin dan tidak miskin mayoritas mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang. Hasil uji beda rataan T-test tidak menunjukkan perbedaan investasi waktu pada anak antara kedua tipe keluarga. Pada dimensi pendidikan, baik keluarga miskin maupun tidak miskin (hampir 100%) menginvestasikan waktu untuk anak pada kategori rendah dan sedang dengan proporsi hampir berimbang. Pada dimensi kesehatan, keluarga miskin masih banyak (23,3%) yang menginvestasikan waktu untuk anak pada kategori rendah, sedangkan keluarga tidak miskin yang menginvestasikan waktu untuk anak dalam bidang kesehatan pada kategori rendah hanya 6.7% sisanya di kategori sedang dan tinggi. Sementara itu, investasi waktu untuk anak dalam hal gizi dari keluarga tidak miskin lebih dari 50% sudah berada pada kategori tinggi dan sisanya di kategori sedang, sedangkan keluarga miskin lebih dari 50% berada pada kategori sedang dan sisanya sebagian besar di kategori tinggi.

(9)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang

 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

(10)
(11)

ANALISIS PERSEPSI NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI

WAKTU ORANG TUA PADA ANAK

(Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor)

MEI SUCIATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Nama : Mei Suciati NRP : I24062857

Disetujui, DosenPembimbing

Dr. Ir. Hartoyo, M. Sc Irni Rahmayani Johan, SP.,MM Pembimbing 1 Pembimbing 2

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(14)
(15)

PRAKATA

Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) ini.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Irni Rahmayani Johan SP.,MM. selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, masukan, serta saran yang diberikan dalam penyusunan skripsi.

2. Megawati Simanjuntak SP.,M.Si dan Dr. Tin Herawati, SP.,M.si sebagai dosen penguji atas masukan dan arahan yang diberikan untuk perbaikan skripsi.

3. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S atas bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjadi dosen pembimbing akademik.

4. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah mendidik, mengajar, serta membagi pengalaman berharga kepada penulis terkait keilmuan di bidang keluarga dan konsumen.

5. Kader beserta jajaran pemerintahan Desa Situ Udik dan Kecamatan Cibungbulang atas bantuan dan kerjasamanya.

6. Yayasan Karya Salemba Empat beserta donatur untuk bantuan beasiswa sehingga memungkinkan penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini. 7. Suami Januar Ardiyanto dan ananda tercinta Novaisha Ammara Najmi

dan seluruh keluarga (Mae, Bapak, Ibu, dan adik-adik) atas doa serta dukungan yang tak pernah terhenti untuk penulis.

8. Teman-teman di LDK Al Hurriyyah IPB dan IKK 43 atas kebersamaan yang telah dibangun selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis menantikan kritik serta saran untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.

Bogor, Juli 2013

(16)
(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...

iv

DAFTAR GAMBAR...

v

DAFTAR LAMPIRAN...

vi

PENDAHULUAN...

1

Latar Belakang...

1

Perumusan Masalah...

3

Tujuan Penelitian...

4

Kegunaan Penelitian...

5

TINJAUAN PUSTAKA...

7

Keluarga...

7

NilaiAnak...

9

Investasi Orang tua terhadap Anak...

11

Investasi pada Anak Usia Dini...

12

Investasi Waktu Orang tua pada Anak...

13

Alokasi Waktu Ibu...

14

KERANGKA PEMIKIRAN...

17

METODE PENELITIAN...

19

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian...

19

Contoh dan Metode Penarikan Contoh...

19

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data...

20

Pengolahan dan Analisis Data...

22

HASIL DAN PEMBAHASAN...

25

Hasil...

25

Pembahasan... SIMPULAN DAN SARAN………..…

40

45

Simpulan………..…..

45

Saran……….………..…...

45

DAFTAR PUSTAKA………..………...……..

47

LAMPIRAN………..………..………..

53

Kuesioner Penelitian………..…………..

55

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Definisi keluarga sejahtera menurut tahapan dalam IKS... 7 2. Variabel penelitian, skala, dan kategori yang digunakan... 21 3. Pengkategorian variabel penelitian... 23 4. Sebaran usia responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga.. 26 5. Sebaran usia suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga... 27 6. Sebaran jenjang pendidikan responden berdasarkan status

kesejahteraan keluarga... 27 7. Sebaran jenjang pendidikan suami berdasarkan status kesejahteraan

keluarga... 28 8. Sebaran jenis pekerjaan responden berdasarkan status

kesejahteraan keluarga... 29 9. Sebaran jenis pekerjaan suami berdasarkan status kesejahteraan

keluarga... 29 10. Sebaran besar keluarga responden berdasarkan status

kesejahteraan keluarga... 30 11. Sebaran pendapatan responden berdasarkan status kesejahteraan

keluarga... 31 12. Sebaran persepsi nilai anak per dimensi berdasarkan status

kesejahteraan keluarga... 32 13. Ringkasan uji T-Test terhadap variabel nilai anak per dimensi... 33 14. Sebaran investasi waktu pada anak per dimensi berdasarkan

status kesejahteraan keluarga... 35 15. Ringkasan uji T-Test terhadap variabel investasi waktu per dimensi... 36 16. Sebaran aktivitas sehari pada responden... 37 17. Koefisien korelasi antar variabel karakterisik keluarga, persepsi

orang tua terkait nilai anak, dan perilaku investasi waktu orang tua

terhadap anak... 38 18. Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi persepsi nilai anak... 39 19. Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi persepsi nilai anak setelah dihilangkan beberapa

(19)

20. Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi investasi waktu... 40 21. Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi alokasi waktu ibu dalam mengurus anak...

41

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka berpikir penelitian... 18 2. Bagan penarikan contoh... 20

DAFTAR LAMPIRAN

(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional (Muhi 2011). Penduduk perdesaan merupakan suatu potensi sumber daya manusia (SDM) yang memiliki peranan ganda, yaitu sebagai objek pembangunan dan sekaligus sebagai subjek pembangunan. Dikatakan sebagai objek pembangunan, karena sebagian penduduk di perdesaan dilihat dari aspek kualitas masih perlu dilakukan pemberdayaan. Sebaliknya sebagai subjek pembangunan penduduk perdesaan memegang peranan yang sangat penting sebagai kekuatan penentu (pelaku) dalam proses pembangunan perdesaan maupun pembangunan nasional (Muhi 2011). Sumber daya manusia adalah titik sentral segala kegiatan dan keberhasilan pembangunan di Indonesia, karena kualitas sumber daya yang ada akan meningkatkan pembangunan di sektor lain. Sebagaimana arah pembangunan jangka panjang bahwa pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia agar makin maju, mandiri, dan sejahtera.

Investasi dalam sumber daya manusia memainkan peranan penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Dengan melihat data dari 98 negara pada periode 1960-1985, Barro (1991) menemukan sebuah hubungan positif antara SDM dengan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto riil per kapita. Upaya peningkatan kualitas SDM menjadi prioritas utama yang menjadi perhatian pemerintah baik itu melalu faktor pendidikan maupun non pendidikan karena bangsa yang memiliki SDM yang unggul dan profesional akan lebih maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain (Syafaruddin 2002).

(22)

bahwa investasi orang tua terhadap anak dalam keluarga menjadi suatu hal yang bersifat krusial, terutama pada saat usia dini karena investasi sumberdaya manusia bersifat jangka panjang dan menekankan pentingnya peran keluarga.

Hartoyo (1998) menerangkan lebih jauh dengan mendefinisikan investasi orang tua terhadap anak sebagai segala usaha, aktivitas, atau alokasi sumberdaya keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan akan menjadi individu yang produktif saat dewasa. Perilaku investasi pada anak dapat diukur dengan menghitung seberapa besar alokasi sumberdaya keluarga, khususnya sumberdaya uang dan waktu yang dicurahkan untuk anak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa curahan sumberdaya keluarga pada anak dapat meningkatkan kualitas modal manusia pada diri anak sehingga kelak akan mempunyai produktivitas yang lebih baik. Oleh karena itu, alokasi waktu dan uang untuk anak dapat dipandang sebagai bentuk investasi, karena orang tua berharap anak memiliki produktivitas yang tinggi dan memberi manfaat lebih besar pada keluarga kelak (Hartoyo 2003). Terkait dengan investasi waktu, Guryan et al (2006) dalam jurnalnya menuliskan bahwa investasi waktu pada anak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perkembangan kualitas anak yang kelak akan menjadi dewasa yang produktif. Ini juga merupakan salah satu mekanisme yang bersambung dimana status ekonomi akan diteruskan dari generasi ke generasi.

Investasi anak dipengaruhi oleh persepsi orang tua terhadap nilai anak (Permatasari 2010 dan Surachman 2011). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Wuryani (2002) menunjukkan bahwa nilai anak berhubungan dengan investasi sumber daya manusia. Nilai anak bagi orang tua dilatarbelakangi berbagai faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat serta penghasilan yang dapat menyebabkan perbedaan pandangan mengenai anak (Siregar 2003). Perbedaan berbagai faktor tersebut mengindikasikan adanya implikasi perbedaan nilai anak pada orang tua di keluarga miskin dan tidak miskin.

(23)

menjadi bagian dari tujuan penelitian ini. Dengan sasaran responden yang dibagi menjadi keluarga miskin dan tidak miskin, penelitian ini juga mencoba untuk melihat perbandingan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak di perdesaan pada keluarga miskin dan tidak miskin.

Rumusan Masalah

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan indikator kualitas pembangunan manusia melalui Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang pencapaiannya tergantung pada derajat kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. Indeks ini dikembangkan oleh ekonom Pakistan bernama Mahbub ul Haq pada tahun 1990 dan digunakan oleh United Nation Development Program (UNDP) pada laporan tahunannya sejak tahun 1993. Pada tahun 2011, IPM Indonesia hanya menempati urutan 124 dari 187 negara di dunia. Padahal dari segi kuantitas jumlah penduduk, Indonesia merupakan negara dengan urutan ke 4 dalam hal jumlah penduduk terbesar di dunia, yakni sebesar 241 Juta Jiwa (UNDP 2011). Hal ini kelak akan menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Jika dilihat di level nasional, Jawa barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia atau memiliki 18% dari total penduduk Indonesia ternyata masih memiliki IPM yang lebih rendah dibandingkan IPM Indonesia secara keseluruhan (BPS 2012). Data BPS (2012) membuktikan bahwa IPM Jawa Barat pada tahun 2009 adalah 71,64 dan masih berada di bawah IPM Indonesia secara keseluruhan yakni 71,76. Kabupaten Bogor sebagai kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di Jabar juga ternyata memiliki IPM yang lebih rendah dibanding IPM Jawa Barat. Data BPS Provinsi Jawa Barat (2010) menunjukkan bahwa IPM Kabupaten Bogor adalah 71,35. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan IPM di Kabupaten Bogor secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap IPM Indonesia.

(24)

anak. Seperti halnya pendidikan formal, pelatihan yang dilakukan di rumah dapat berkontribusi besar terhadap kapasitas individu.

Di Indonesia, wanita (ibu) masih dianggap sebagai orang utama dalam keluarga yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak. Guhardja et al (1995) menemukan bahwa 90% dari keluarga menyatakan bahwa ibu adalah pengasuh utama anak. Pengasuh utama yang lain adalah ayah (3.5%), nenek (2.8%), saudara lain (1.7%), kakak (1%), dan pembantu (1%).

Hasil temuan (Welis 1994, Jatiningsih 2004, & Lestari 2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi alokasi waktu orang tua yang tersedia untuk pengasuhan anak dapat meningkatkan kualitas anak. Hasil temuan Surachman (2011) menunjukkan bahwa nilai anak berpengaruh terhadap investasi orang tua terhadap anaknya.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penelitian ini berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik demografi dan sosio ekonomi dari keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan?

2. Adakah perbedaan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan? 3. Bagaimana hubungan antara persepsi nilai anak dan perilaku investasi

waktu orang tua pada anak di perdesaan?

4. Bagaimana alokasi waktu yang dilakukan pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan?

5. Bagaimana pengaruh karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga terhadap persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak, dan alokasi waktu ibu dalam mengurus anak di perdesaan?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum, tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak pada keluarga di perdesaan.

Tujuan Khusus

(25)

2. Menganalisis perbedaan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan. 3. Menganalisis hubungan antara persepsi nilai anak dan perilaku investasi

waktu orang tua pada anak di perdesaan.

4. Menganalisis alokasi waktu yang dilakukan pada keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan.

5. Menganalisis pengaruh karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga terhadap persepsi nilai anak , perilaku investasi waktu orang tua pada anak, dan alokasi waktu ibu dalam mengurus anak di perdesaan.

Kegunaan

Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain :

a. Bagi peneliti, dapat mengasah kemampuan berpikir logis dan sistematis dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan.

b. Bagi institusi, dapat menyumbangkan referensi baru terutama yang berkaitan dengan persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu pada anak di perdesaan.

c. Bagi masyarakat, dapat memberikan gambaran mengenai persepsi nilai anak dan perilaku investasi waktu pada anak di perdesaan.

(26)
(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil yang terdiri dari individu-individu yang terkait oleh perkawinan (suami isteri), darah atau adopsi (orangtua anak), dan dalam kasus keluarga luas terlihat adanya nenek, kakek dengan cucu. Fungsi keluarga adalah bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan, dan mengembangkan anggota-anggotanya (Guhardja, et al 1992).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merumuskan konsep keluarga sejahtera yang dikelompokan secara bertahap menjadi keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, dan keluarga sejahtera tahap III plus. Sunarti (2008) menyatakan bahwa batasan operasional dari keluarga sejahtera adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, kebutuhan psikologis, kebutuhan perkembangan, dan kepedulian sosial.

Untuk mengkategorisasikan keluarga ke dalam tahapan kesejahteraan, digunakan indikator kesejahteraan keluarga (IKS) yang mulai digunakan pada tahun 1994. Pada tahun 2005 IKS telah dimodifikasi dengan menambahkan dan mengurangi beberapa poin indikator. Definisi keluarga sejahtera menurut tahapan dalam indikator keluarga sejahtera ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 1. Definisi keluarga sejahtera menurut tahapan dalam IKS

Tahap Definisi

Pra KS keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan

KS I keluarga tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi KS II keluarga yang selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya

dapat pula memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya

KS III keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum dan kebutuhan sosial psikologisnya serta sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di lingkungan desa atau wilayahnya

KS III Plus keluarga yang selain telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya, dapat pula memenuhi kebutuhan pengembangannya, serta sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu dalam masyarakat

(28)

Dengan mempertimbangan pengertian kemiskinan secara luas maka keluarga yang berada pada tahap pra keluarga sejahtera (Pra KS) dan keluarga sejahtera I (KS I) yang dapat digolongkan sebagai keluarga miskin. Keluarga pada tahap tersebut bukan hanya belum mampu memenuhi kebutuhan dasar, namun juga kebutuhan sosial psikologis seperti akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan makanan yang bergizi. Sedangkan keluarga yang berada pada tahap KS II, KS III, dan KS III plus digolongkan sebagai keluarga tidak miskin.

Karakteristik Keluarga Besar Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang individu. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan eksternal pertama yang dikenal begitu bayi dilahirkan di dunia. William Bannet dalam Mindasa (2007) mengungkapkan bahwa keluarga sebagai tempat paling efektif dimana seseorang anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi hidupnya. Keluarga inti terdiri dari orang tua dan anak. Namun dalam masyarakat Indonesia, masih ada kemungkinan bertambahnya jumlah keluarga sehingga menjadi keluarga luas jika ditambah dengan saudara, nenek, kakek, tante, paman. Anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang sama (Mindasa 2007). Secara umum, orangtua yang berasal dari keluarga kecil dapat mencurahkan waktu dan perhatian yang cukup banyak pada anak. Semakin besar keluarga akan semakin sedikit perhatian yang diperoleh anak dari orang tua (Pulungan 1993 diacu dalam Cahyaningsih 1999). Harisudin (1997) menyatakan bahwa jumlah keluarga akan mempengaruhi kualitas pemenuhan kebutuhan anggota keluarga. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang cukup akan menyebabkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Semakin besar keluarga maka semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya (Sa’diyah 1998).

Pendidikan Orangtua

(29)

anak-anaknya atau potensi sumberdaya yang dimiliki anak-anaknya (Pulungan dalam Kurniatifillah 2003). Tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka persepsi, pemahaman, dan kepribadian. Hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang dapat menjadi faktor penentu dalam berkomunikasi dalam keluarga. Tingkat pendidikan dapat dijadikan cerminan keadaan sosial ekonomi di dalam masyarakat. Semakin tinggi pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi investasi yang diperlukan (Suhardjo dalam Rahmaulina 2007).

Dalam pengasuhan anak, pendidikan orangtua terutama pendidikan ibu penting untuk diperhatikan karena akan turut menentukan kualitas pengasuhan anak. Pendidikan formal yang tinggi pada ibu membuat pola pengasuhan akan bertambah baik (Amelia 2001).

Pendapatan

Menurut BPS (2007), besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukan untuk mencari nafkah (Sumarwan 2004). Pemilikan sumberdaya uang dalam suatu keluarga akan relatif terbatas, tergantung jumlah dan kualitas orang yang berpartisipasi dalam pencarian pendapatan (Guhardja, et al 1992).

Usia Orangtua

Usia adalah indeks yang menempatkan individu-individu dalam urutan perkembangan (Hurlock 1980). Usia orang tua umumnya dimulai ketika seseorang berada pada masa dewasa (20-60 tahun). Menurut Monks et al (2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah, membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.

Nilai Anak

(30)

guna (utilitas) (Surachman 2011). Nilai mempunyai ciri yang bermacam-macam yakni dilihat dari posisinya adalah 1) nilai absolut, 2) nilai normatif, dan 3) nilai relatif, dilihat dari orientasi nilai yaitu 1) nilai intrinsik dan 2) nilai ekstrinsik, serta jika dilihat dari cakupan nilai terdiri dari nilai umum dan nilai khusus (Guharjda et al 1992). Nilai absolut merupakan nilai yang tertanam kuat dalam diri seseorang yang memiliki kecenderungan tidak dapat berubah karena faktor lingkungan. Nilai normatif merupakan acuan-acuan tertentu yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu. Nilai relatif merupakan nilai yang dianut oleh seseorang dan berbeda bagi individu maupun kelompok tergantung dari keadaan dan lingkungan tempat tinggal (Deacon & Firebaugh 1981).

Nilai anak menurut Siregar (2003) terbagi menjadi dua yaitu nilai positif (kepuasan, kebaikan, dan keuntungan). Menurut Suckow dan Klaus (2002), nilai anak terdiri dari tiga dimensi yaitu 1) nilai psikologis-emosional anak, 2) nilai ekonomi-utilitarian anak, dan 3) nilai sosial-normatif anak. Senada dengan pernyataan Suckow dan Klaus (2002), Hoffman dan Hoffman (1973) diacu dalam Santrock (2007), nilai anak adalah harapan orang tua terhadap anak yang terdiri dari nilai psikologi (anak sebagai sumber kepuasan), nilai sosial (anak sebagai pencegah perceraian dan meningkatkan status sosial keluarga), dan anak sebagai nilai ekonomi yaitu sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan ekonomi keluarga di masa yang akan datang.

(31)

harta kekayaan. Selain itu, nilai anak dari segi sosial adalah kehadiran anak yang dapat meningkatkan status orang tua di masyarakat.

Menurut Joshi dan Mac Clean (1997) dalam Putri (2006), nilai anak merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak berdasarkan potensi yang dimiliki oleh anak. Hal ini terkait dengan persepsi nilai anak oleh orangtua merupakan respon dalam memahami akan adanya anak yang berwujud pendapat-pendapat sebagai pilihan untuk berorientasi pada suatu hal (Siregar2003). Becker (1955) dalam Hernawati (2002) menyebutkan bahwa anak dipandang sebagai sumberdaya yang sangat berharga dan tahan lama. Anak secara alami memiliki nilai psikis dan materi. Oleh karena itu, orang tua beranggapan bahwa anak merupakan nilai investasi di masa depan. Dalam hal ini, orang tua beranggapan bahwa anak dapat memberikan kebahagiaan dan merupakan jaminan di hari tua serta membantu perekonomian keluarga.

Investasi Orangtua Terhadap Anak

Schultz (1981) menyatakan bahwa faktor yang paling menentukan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin bukanlah ruang, energi, dan tanah untuk pertanian, melainkan peningkatan kualitas manusia (human capital) dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Peningkatan kualitas manusia dilakukan melalui investasi sumberdaya manusia.

Keluarga memegang peranan penting dalam memproduksi modal manusia seorang anak, investasi dalam modal manusia merupakan salah satu cara bagi keluarga untuk meningkatkan produktivitas marginal seorang anak sehingga akan meningkatkan kapasitas pendapatan anak tersebut (Taubman 1996). Deacon dan Firebough (1988) menyatakan bahwa suatu bagian yang signifikan dari pengembangan modal manusia didapat dari proses belajar secara sadar ataupun tidak sadar yang dilakukan dalam keluarga. Orang tua yang menggunakan waktunya untuk mengajarkan anaknya melakukan tugas tertentu akan berkontribusi terhadap pembentukan modal manusia seorang anak. Seperti halnya pendidikan formal, pelatihan yang dilakukan di rumah dapat berkontribusi besar terhadap kapasitas individu. Dengan demikian keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam pembangunan sumberdaya manusia.

(32)

produktif saat dewasa. Menurut Bryant dan Zick (2006) investasi terhadap anggota keluarga yang berarti investasi terhadap sumberdaya manusia (human capital) memiliki banyak bentuk, namun cara yang paling umum untuk berinvestasi terhadap sumberdaya manusia adalah melalui pendidikan formal selain juga melalui kesehatan dan pengasuhan anak.

Perilaku investasi pada anak dapat diukur dengan menghitung seberapa besar alokasi sumberdaya keluarga, khususnya sumberdaya uang dan waktu yang dicurahkan untuk anak (Hartoyo 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa curahan sumberdaya keluarga pada anak dapat meningkatkan kualitas modal manusia pada diri anak sehingga kelak akan mempunyai produktivitas yang lebih baik. Oleh karena itu, alokasi waktu dan uang untuk anak dapat dipandang sebagai bentuk investasi, karena orangtua berharap anak memiliki produktivitas yang tinggi dan memberi manfaat lebih besar pada keluarga kelak (Hartoyo 2003).

Investasi pada Anak Usia Dini

Kualitas seorang individu pada usia dini sangat penting, bukan hanya untuk alasan apa yang terjadi pada usia tersebut namun juga untuk alasan masa depan. Kapabilitas yang dimiliki oleh individu dewasa sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang dirasakan pada saat usia dini. Investasi dalam pendidikan dan bentuk lainnya yang didapatkan pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan kapabilitas seseorang dimasa depan melalui dua cara. Pertama, hal tersebut secara langsung dapat membuat individu hidup lebih kaya dan memiliki sedikit permasalah. Persiapan yang baik pada saat usia dini dapat meningkatkan kecakapan hidup seseorang. Kedua, individu yang dipersiapkan dengan baik saat usia dini akan lebih produktif secara ekonomi dan menghasilkan pendapatan yang lebih baik (Sen 1999).

Meyers (1992) diacu dalam Sunarti (2008) menekankan beberapa alasan pentingnya investasi dalam perkembangan anak sejak usia dini. Hal tersebut merupakan bagian dari pemenuhan hak asasi anak untuk berkembang sampai potensi optimal. Selain itu, investasi dalam perkembangan anak usia dini juga berkaitan dengan nilai sosial dan moral, serta memberikan sumbangan ekonomi bila ditinjau dari produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan.

(33)

keuntungan perkembangan secara kumulatif dimana sebaliknya, bila tidak dilakukan atau terjadi kekurangan, bisa menyebabkan kehilangan yang bersifat irretrievable (tidak bisa dilakukan kompensasi pada tahapan usia-usia selanjutnya) seperti dalam hal status gizi. Defisiensi pada usia dini akan menyebabkan kerusakan atau cacat (defect) secara fisik dan kognitif yang tidak dapat diperbaiki atau dikompensasi di tahapan usia selanjutnya (irreversible) yang berdampak pada produktivitas saat dewasa. Hal tersebut yang menyebabkan tingginya tingkat pengembalian investasi pada anak usia dini (Anderson & Hague 2007).

Kualitas anak akan semakin tinggi dengan meningkatnya investasi yang dilakukan orangtua terhadap anak (Leibowitz 1982; Hartoyo 1998). Lebih lanjut disimpulkan bahwa investasi orangtua dalam bentuk waktu berdampak positif terhadap kualitas anak yang diukur dari status gizi anak (Hartoyo 1998). Artinya, semakin banyak waktu yang dicurahkan orangtua untuk anak, terutama yang mendukung tumbuh kembangnya, akan semakin meningkatkan status gizi anak.

Investasi Waktu Orangtua pada Anak

Menurut Guhardja et al (1992) hubungan alokasi waktu rumah tangga dengan lingkungan dipengaruhi oleh empat sistem, yaitu sistem ekonomi, sistem politik, sistem teknologi, dan sistem sosial budaya. Terdapat tiga kategori penggunaan waktu rumahtangga, yaitu: (a) waktu untuk aktivitas pasar, baik untuk upah maupun usaha sendiri, (b) waktu untuk pekerjaan rumah tangga, dan (c) waktu santai.

(34)

Developmental care meliputi: (a) aktivitas perawatan seperti memandikan dan memberi makan, (b) aktivitas bermain dan companionship seperti bermain aktif dan pasif serta aktivitas waktu luang lainnya bersama anak, (c) aktivitas terkait prestasi seperti menemani belajar, mengerjakan tugas, membaca bersama, dan aktivitas edukatif lainnya, dan (d) aktivitas sosial seperti mengunjungi tetangga, pembicaraan keluarga, aktivitas religius, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial lainnya . Sementara itu menurut Guryan et al (2006) mendefinisikan total child care sebagai penjumlahan dari empat komponen primer penggunaan waktu yaitu (1) bagian basic adalah waktu yang dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak, meliputi pemberian ASI, mengayun-ayunkan anak untuk tidur,memberi makan, mengganti popok, menyediakan kebutuhan obat-obatan (baik secara langsung ataupun tidak), mengurusnya, dan sebagainya, (2) bagian pendidikan adalah waktu yang dihabiskan untuk membacakan buku, mengajar anak, membantu menyelesaikan PR anak, menghadiri pertemuan di sekolah anak dan aktivitas sejenisnya, (3) bagian hiburan meliputi bermain game bersama anak, bermain di luar bersama anak, menghadiri acara olahraga anak atau pertunjukan tarinya, dan jalan-jalan bersama anak, (4) bagian travel adalah segala perjalanan yang berhubungan dengan ketiga kategori pengasuhan di atas. Sebagai contoh, mengantar anak ke sekolah, ke dokter, les tari semua termasuk ke dalam pengasuhan anak bagian travel.

Data tren penggunaan waktu oleh ibu di Amerika Serikat dari tahun 2003 hingga 2008 menunjukkan bahwa dalam satu minggu, sekitar 13.8 jam dihabiskan untuk kegiatan merawat anak. Angka tersebut meningkat dari data pada tahun 1965 sebesar 10.2 jam dalam satu minggu. Sementara ayah menghabiskan waktu yang lebih sedikit dalam merawat anak, yaitu sekitar 7 jam dalam satu minggu (Bianchi & Suzanne 2000).

Alokasi Waktu Ibu

(35)

dibawah umur delapan belas tahun dibandingkan ibu, yakni ayah kurang dari satu jam tiap harinya dan ibu rata-rata dua jam tiap harinya (Folbre 2008).

(36)
(37)

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak merupakan aset masa depan bangsa, sehingga diperlukan suatu pengembangan kualitas anak agar dapat meningkatkan kualitas bangsa. Peningkatan kualitas ini dapat terlihat dari perilaku investasi sumber daya manusia yang diberikan oleh orang tua untuk anak.Investasi sumber daya manusia dapat berupa investasi pendidikan, investasi kesehatan, dan juga pemenuhan kebutuhan gizi yang dapat dilihat dari perilaku orang tua dalam mengalokasikan waktu dan uang terhadap anak.

Hasil penelitian Wuryani (2002) menunjukkan bahwa nilai anak berhubungan dengan investasi sumber daya manusia. Hal ini diperkuat oleh Surachman (2011) yang menyatakan bahwa nilai anak berpengaruh terhadap perilaku investasi orang tua terhadap anaknya.

Setiap keluarga memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang masing-masing keluarga. Karakteristik keluarga seperti jumlah anggota keluarga, usia orang tua, usia anak, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orangtua akan mempengaruhi keadaan keluarga. Latar belakang sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi sumber daya orang tua yang diberikan untuk anak dan kualitas anak (Woodhouse 1999). Menurut Ali (2009), kaum perempuan yang mengikuti pendidikan dengan lebih baik akan lebih mampu menjaga kesehatan diri dan anak-anaknya.

Nilai anak bagi orang tua juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Siregar (2003) nilai anak bagi orang tua dilatarbelakangi berbagai faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat serta penghasilan yang dapat menyebabkan perbedaan pandangan mengenai anak.

(38)

Keterangan: Hubungan antar variabel yang diteliti Variabel yang diteliti

[image:38.595.147.587.133.507.2]

Hubungan antar variabel tidak yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian Faktor Lingkungan

- Tempat tinggal Karakteristik Demografi - Besar keluarga - Usia suami

responden - Usia responden - Usia anak responden

Karakteristik Sosio Ekonomi

- Pendidikan suami responden - Pendidikan

responden - Pendapatan - Pekerjaan

- Status kesejahteraan

Persepsi Nilai Anak

(39)

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan serta dengan menggunakan metode survey yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama (Singarimbun & Effendi, 1995).Penelitian ini berlokasi di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan mempertimbangkan kemudahan dan faktor jumlah balita (wilayah tersebut termasuk salah satu yang tertinggi di Kabupaten Bogor).

Waktu penelitian (meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan) adalah tiga belas bulan, dimulai dari Maret 2012 hingga Juli 2013.

Contoh dan Metode Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan anak berusia balita. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di Desa Situ Udik yang dibedakan berdasarkan status sosio ekonomi, yaitu miskin dan tidak miskin dan terpilih sebagai contoh. Status sosio ekonomi dilihat dari tingkat kesejahteraan berdasarkan Indikator Keluarga Sejahtera dengan alasan kemudahan mendapatkan data. Keluarga yang tergolong kedalam pra-KS dan KS-I dengan alasan ekonomi,digolongkan kedalam keluarga miskin. Sementara keluarga yang termasuk kedalam KS-II, KS-III, dan KS-III plus digolongkan kedalam keluarga tidak miskin. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dari keluarga yang menjadi contoh.

(40)
[image:40.595.53.479.70.747.2]

masing-masing RW), sehingga didapatkan total seluruh contoh penelitian adalah 60 keluarga.

Gambar 2. Bagan penarikan contoh

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara kepada responden terpilih dengan menggunakan kuesioner meliputi data karakteristik demografi dan sosio ekonomi keluarga, persepsi nilai anak (nilai psikologis, nilai sosial, dan nilai ekonomi), perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak (dimensi pendidikan, kesehatan, dan gizi), dan alokasi waktu ibu sehari. Sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum wilayah dan data kependudukan yang diperoleh dari Kantor Desa Situ Udik dan literatur-literatur terkait. Sementara itu, tingkat kesejahteraan keluarga contoh dilihat dari data pentahapan Keluarga Sejahtera hasil pengukuran dengan Indikator Kesejahteraan Keluarga oleh BKKBN. Variabel penelitian, definisi operasional, dan kategori dapat dilihat pada Tabel 2.

Desa Situ Udik (Keluarga dengan balita = 935)

RW 2 (Keluarga yang memiliki balita =

136)

RW 3 (Keluarga yang memiliki balita =

128)

Keluarga miskin (n = 15)

Purposive Purposive Stratified random Keluarga tidak miskin (n = 15)

Keluarga tidak miskin (n = 15) Keluarga

(41)
[image:41.595.98.509.99.767.2]

Tabel 2 Variabel penelitian, definisi operasional, dan skala data

Variabel Definisi operasional Skala Data Karakteristik demografi keluarga

a. Besar keluarga Banyaknya anggota keluarga

yang tinggal dalam satu rumah

Rasio

Usia suami Lama hidup suami responden

saat dilakukan wawancara (tahun)

Rasio

b. Usia responden Lama hidup responden saat

dilakukan wawancara (tahun)

Rasio

Usia anak Lama hidup anak responden

saat dilakukan wawancara (tahun)

Rasio

Karakteristik sosial ekonomi keluarga

a. Pendidikan suami Pendidikan terakhir yang telah

ditempuh suami responden

Ordinal

Pendidikan responden Pendidikan terakhir yang telah

ditempuh responden

Ordinal

b. Pekerjaan suami

Pekerjaan responden

Jenis pekerjaan suami

responden

Jenis pekerjaan responden

Nominal

Nominal

c. Pendapatan keluarga Total pendapatan yang

diterima keluarga setiap bulan yang dilihat dari besar nominalnya

Rasio

Status kesejahteraan Kondisi keluarga yang

dibandingkan dengan indikator kesejahteraan menurut BKKBN

Nominal

Nilai anak

a. Ekonomi b. (8 item)

Persepsi responden mengenai anak dilihat dari segi ekonomi (anak merupakan investasi untuk meningkatkan ekonomi keluarga)

interval (1-4)

c. Psikologis d. (11 item)

Persepsi responden mengenai anak dilihat dari segi psikologis

(anak sebagai sumber

kepuasan)

Interval (1-4)

Sosial

e. (7 item)

Persepsi responden mengenai anak dilihat dari segi sosial (anak untuk meningkatkan status sosial keluarga)

Interval (1-4)

Perilaku investasi waktu orang tua pada anak

a. Pendidikan b. (8 item)

Alokasi waktu yang dilakukan

oleh responden untuk

menunjang pendidikan anak

interval (1-4)

c. Kesehatan d. (6 item)

Alokasi waktu yang dilakukan responden untuk menunjang kesehatan anak

Interval (1-4)

e. Gizi/pangan f. (5 item)

Alokasi waktu ibu mengurus anak

Alokasi waktu yang dilakukan responden untuk menunjang gizi anak

Curahan waktu yang dilakukan responden untuk melakukan aktivitas atau kegiatan bersama anak

Interval (1-4)

(42)

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi beberapa tahapan yaitu pengeditan, pemberian skor, entry data, cleaning data, dan analisis data. Uji deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai minimum-maksimum, rataan, dan standar deviasi variabel penelitian. Uji beda digunakan untuk menganalisis perbedaan karakteristik contoh, persepsi nilai anak, dan perilaku investasi waktu orang tua pada anak antara keluarga miskin dan tidak miskin. Uji korelasi digunakan untuk menguji hubungan antarvariabel. Uji regresi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi nilai anak, alokasi waktu mengurus anak dan perilaku investasi waktu orang tua. Tahapan analisis data yang dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik demografi, sosial dan ekonomi keluarga dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang dianalisis dan memberi makna terhadap data. Tiap karakteristik tersebut dianalisis berdasarkan tipe keluarga yaitu miskin dan tidak miskin.

2. Uji beda Independent sample T-Test digunakan untuk melihat perbedaan beberapa karakteristik demografi, sosial dan ekonomi keluarga di keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin.

3. Uji beda Independent sample T-Test digunakan untuk melihat perbedaan persepsi nilai anak di keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. 4. Uji beda Independent sample T-Test digunakan untuk melihat perbedaan

perilaku investasi waktu pada anak di keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin.

5. Hubungan antara karakteristik (demografi, sosial, dan ekonomi) keluarga, persepsi nilai orang tua, dan perilaku investasi waktu dianalisis menggunakan korelasi Pearson.

6. Uji regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi variabel dependen yaitu nilai anak dengan menggunakan lebih dari dua variabel independen yaitu karakteristik (demografi, sosial, dan ekonomi) keluarga. 7. Uji regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi perilaku dari

(43)
[image:43.595.94.511.157.807.2]

8. Uji regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi variabel dependen yaitu alokasi waktu responden mengurus anak dengan menggunakan lebih dari dua variabel independen yaitu karakteristik (demografi, sosial, dan ekonomi) keluarga, dan persepsi nilai anak, dan perilaku investasi waktu pada anak.

Tabel 3 pengkategorian variabel penelitian

Variabel Kategori Karakteristik demografi keluarga

d. Jumlah anggota keluarga Berdasarkan Hurlock (1980)

[1] Keluarga kecil (≤4 orang); [2] Keluarga sedang (5-7

orang); dan [3] Keluarga besar (≥8 orang)

e. Usia suami Berdasarkan Hurlock (1980)

[1] Dewasa awal: 18-40 tahun; [2] Dewasa madya: 41-60 tahun; [3] Dewasa akhir: >41-60 tahun

Usia responden Berdasarkan Hurlock (1980)

[1] Dewasa awal: 18-40 tahun; [2] Dewasa madya: 41-60 tahun; [3] Dewasa akhir: >41-60 tahun

Usia anak

g. Jenis kelamin anak

Usia balita 0 – 5 tahun [1] Laki-laki; [2] Perempuan

Karakteristik sosial ekonomi keluarga

d. Pendidikan suami 1] Tidak sekolah; [2] Tidak tamat SD;[3] Tamat SD; [4]

Tamat SMP; [5] Tamat SMA; [6] Diploma; dan [7] S1-S3

e. Pendidikan responden 1] Tidak sekolah; [2] Tidak tamat SD;[3] Tamat SD; [4] Tamat SMP; [5] Tamat SMA; [6] Diploma; dan [7] S1-S3

f. Pendidikan anak [1] Belum sekolah;[2] playgroup / KB; [3] PAUD [4] TK

g. Pekerjaan suami

h. Pekerjaan responden

[1]Tidak bekerja [2] Wirausaha [3] Pedagang [4]Petani[5] Buruh[6] Buruh tani non-tani [7] Jasa [8] Lain-lain

1]Tidak bekerja [2] Wirausaha [3] Pedagang [4]Petani[5] Buruh[6] Buruh tani non-tani [7] Jasa [8] Lain-lain

Pendapatan keluarga Berdasarkan UMR Bogor (2010)

1. Rendah (≤ Rp 971 200)

2. Sedang (Rp 971 201-Rp 1 942 401) 3. Tinggi (> Rp 1 942 402)

Status kesejahteraan

1. pra-KS dan KS-I (miskin).

2. KS-II, KS III dan KS III Plus( tidak miskin)

Nilai anak

f. Ekonomi 1] Tidak setuju; [2] Kurang setuju; [3] Setuju; [4] Sangat

setuju

Psikologi 1] Tidak setuju; [2] Kurang setuju; [3] Setuju; [4] Sangat

setuju

g. Sosial 1] Tidak setuju; [2] Kurang setuju; [3] Setuju; [4] Sangat

setuju

Perilaku investasi waktu orang tua pada anak

g. Pendidikan 1] Tidak pernah; [2] Kadang-kadang; [3] Sering; [4]

Selalu

h. Kesehatan 1] Tidak pernah; [2] Kadang-kadang; [3] Sering; [4]

Selalu i. Gizi/pangan

Alokasi waktu

1] Tidak pernah; [2] Kadang-kadang; [3] Sering; [4] Selalu

(44)
(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi waktu orang tua terhadap anak pada keluarga di perdesaan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak balita yang dibedakan menjadi keluarga miskin dan tidak miskin, dan penggalian informasi dilakukan pada ibu yang merupakan responden penelitian ini.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RW 02 dan 03 Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas wilayah Desa Situ Udik secara keseluruhan adalah seluas tersebut 370,150 Ha. Letak desa ini berbatasan secara langsung dengan Desa Situ Ilir di sebelah utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pasarean, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cimayang, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karacak.

Jarak Desa Situ Udik ke pusat pemerintahan, yaitu 5 km ke pusat pemerintahan Kecamatan Cibungbulang, 40 km ke pemerintahan Kabupaten Bogor, dan 145 km ke ibukota Provinsi Jawa Barat. Dilihat dari letak geografisnya, Desa Situ Udik berada pada ketinggian 460 meter diatas permukaan laut. Berada dengan topografi yang sedang, sehingga jumlahcurah hujan di desa ini rata-rata 3000-4000 mm pertahun. Sedangkan suhu rata-rata sepanjang tahun di Desa Situ Udik adalah 19°C hingga 29°C.

(46)

Jumlah penduduk Desa Situ Udik adalah sebesar 13.684 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebesar 7.089 jiwa dan perempuan sebesar 6.595 jiwa. Jika dirinci menurut kelompok umur, komposisi penduduk Desa Situ Udik adalah sebagai berikut umur 0-5 tahun berjumlah 1.379 jiwa, umur 5-6 tahun berjumlah 593 jiwa, umur 7-12 tahun berjumlah 2.008 jiwa, umur 13-15 tahun berjumlah 1.348 jiwa, umur 16-21 tahun berjumlah 2.838 jiwa, umur 22-59 tahun berjumlah 5.030 jiwa, dan jumlah penduduk yang berumur > 60 tahun adalah sebanyak 488 jiwa.

Karakteristik Keluarga Usia

Pada penelitian ini, pembagian rentang usia menggunakan pendapat Hurlock (1980), yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (>60 tahun). Penjelasan mengenai usia responden dapat dilihat di Tabel 4. Informasi pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa usia responden berkisar antara 20-50 tahun. Lebih dari tiga perempat (83.3%) responden pada keluarga miskin berada pada kategori usia dewasa awal. Begitu juga pada keluarga tidak miskin, hampir seluruh responden (90%) juga berada pada kategori usia dewasa awal. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara usia responden pada keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Rataan usia responden pada keluarga miskin sebesar 32.83 tahun, sedangkan pada keluarga tidak miskin sebesar 29.80 tahun.

Tabel 4 Sebaran usia responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Usia KM (n=30) KTM (n=30) Total (n=60)

n % n % n %

Dewasa awal (18-40 tahun) 25 83.3 27 90 52 86.7 Dewasa madya (41-60 tahun) 5 16.7 3 10 8 13.3

Min-max (tahun) 21-50 20-45 20-50

Rataan ± SD (tahun) 32.83±7.67 29.80±6.40 31.32±7.17

P-Value 0.102

KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin

Adapun usia suami responden berkisar antara 22-60 tahun. Pada keluarga miskin, sebanyak 64.3% suami responden berada pada kategori usia dewasa awal. Begitu juga pada keluarga tidak miskin, sebanyak 76.7% suami responden berada pada kategori usia dewasa awal (Tabel 5).

(47)
[image:47.595.106.514.104.767.2]

rataan T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara usia suami responden pada keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Tabel 5 Sebaran usia suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Usia KM (n=28) KTM (n=30) Total (n=58)

n % n % % n

Dewasa awal (18-40 tahun) 18 64.3 3 76.7 41 70.7 Dewasa madya (41-60 tahun) 10 35.7 7 23.3 17 29.3

Min-max (tahun) 22-60 25-57 22-60

Rataan ± SD (tahun) 36.17±13.09 36.07±8.28 36.12±10.86

P-Value 0.241

KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin

Pendidikan

Sebanyak 10% responden pada keluarga tidak miskin tidak bersekolah sedangkan pada keluarga tidak miskin tidak ada yang tidak bersekolah. Sebanyak 6,7% responden pada keluarga miskin tidak tamat SD, sedangkan pada keluarga tidak miskin jumlah ini yaitu sebanyak 3,3%. Lebih dari separuh (60%) jumlah responden di keluarga miskin memiliki jenjang pendidikan tamat SD dan pada keluarga tidak miskin sebanyak 36,7%. Sementara itu, pada jenjang pendidikan SMP, pada keluarga miskin sebanyak 16,7% tamat SMP sedangkan pada keluarga tidak miskin jumlahnya hampir dua kali lipatnya, yaitu sebanyak 30%. Pada jenjang pendidikan tamat SMA terdapat hanya terdapat 6,7% responden keluarga miskin yang menempuh jenjang tersebut, sedangkan pada responden keluarga tidak miskin hampir seperempat responden 23,3% tamat SMA. Pada keluarga tidak miskin terdapat responden yang menempuh jenjang pendidikan diploma sebanyak 6,7%. Hasil uji beda rataan T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada jenjang pendidikan responden antara kedua keluarga (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran jenjang pendidikan responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Jenjang pendidikan KM (n=30) KTM (n=30) Total (n=60)

n % N % n %

Tidak sekolah 3 10 0 0 4 6.7

Tidak tamat SD 2 6.7 1 3.3 3 5

Tamat SD 18 60 11 36.7 28 46.7

Tamat SMP 5 16.7 9 30 14 23.3

Tamat SMA 2 6.7 7 23.3 9 15

DIPLOMA (D1-D3) 0 0 2 6.7 2 3.3

P-Value 0.001*

* berbeda nyata pada α=5%

[image:47.595.110.518.140.238.2]
(48)

Adapun, jenjang pendidikan suami responden antara keluarga miskin dan tidak miskin memiliki pola yang sama dengan jenjang pendidikan responden (Tabel 7). Lebih dari dua per tiga (67,9%) jumlah suami responden di keluarga miskin memiliki jenjang pendidikan tamat SD, sedangkan pada keluarga tidak miskin suami responden paling banyak berada pada jenjang pendidikan tamat SMP yaitu sebanyak 40%. Pada jenjang pendidikan tamat SMA terdapat sebanyak 17,9% suami responden keluarga miskin yang menempuh jenjang tersebut, sedangkan pada keluarga tidak miskin yaitu sebanyak 23,3%, dan terdapat 3,3% suami responden keluarga tidak miskin yang menempuh jenjang diploma.

Tabel 7 Sebaran jenjang pendidikan suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Jenjang pendidikan KM (n=28) KTM (n=30) Total (n=58)

n % n % n %

Tidak tamat SD 2 7.1 1 3.3 3 5.2

Tamat SD 19 67.9 9 30 28 48.3

Tamat SMP 2 7.1 12 40 14 24.1

Tamat SMA 5 17.9 7 23.3 12 20.7

DIPLOMA (DI, DII, DIII) 0 0.0 1 3.3 1 1.7

P-Value 0.017*

* berbeda nyata pada α=5%

KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin

Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenjang pendidikan responden dan suami responden pada keluarga tidak miskin berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan keluarga miskin (Tabel 7). Menurut (Hartoyo 2009) kemiskinan sering berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan, karena individu dengan tingkat pendidikan yang rendah besar kemungkinan bekerja pada jenis pekerjaan dengan tingkat upah yang rendah pula yang menjadi penyebab kemiskinan tersebut.

Pekerjaan

(49)
[image:49.595.112.518.103.199.2]

Tabel 8 Sebaran jenis pekerjaan responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Pekerjaan KM (n=30) KTM (n=30) Total (n=60)

n % n % n %

Tidak bekerja 26 86.7 24 80 50 83.3

Wiraswasta 2 6.7 5 16.7 7 11.7

Petani 1 3.3 0 0 1 1.7

Guru 0 0 1 3.3 1 1.7

Buruh 1 3.3 0 0 1 1.7

KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 9, jenis pekerjaan mayoritas suami pada keluarga miskin adalah kuli bangunan (35.7%), wiraswasta (21.4%), dan buruh (14.3%). Sementara itu, pada keluarga tidak miskin, separuh suami (50%) berprofesi sebagai wiraswasta.

Tabel 9 Sebaran jenis pekerjaan suami berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Pekerjaan KM (n=28) KTM (n=30) Total (n=58)

n % n % n %

Tidak Bekerja 1 3.6 0 0 1 1.7

Buruh 4 14.3 6 20 10 17.2

Kuli Bangunan 10 35.7 0 0 10 17.2

Wiraswasta 6 21.4 15 50 21 36.2

Serabutan 3 10.7 0 0 3 5.2

Pegawai swasta 0 0 6 20 6 10.3

Lain-lain 4 14.3 3 10 7 12.1

KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin

Besar Keluarga

Besar keluarga menunjukkan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang sama (Mindasa 2007). Secara umum, orangtua yang berasal dari keluarga kecil dapat mencurahkan waktu dan perhatian yang cukup banyak pada anak. Semakin banyak jumlah anak dalam suatu keluarga, maka perhatian pada anak akan terbagi-bagi .Hurlock (1980) membagi besar keluarga menjadi 3 kategori, yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari dan sama dengan 4, keluarga sedang dengan jumlah anggota 5 sampai 7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 8 orang.

[image:49.595.110.515.321.444.2]
(50)
[image:50.595.73.489.21.817.2]

dari 8 orang. Adapun pada keluarga tidak miskin sebanyak separuh responden juga memiliki jumlah anggota keluarga 5 sampai 7 orang (keluarga sedang), dan sebanyak 40% merupakan keluarga kecil. Sementara itu jika dibagi berdasarkan keluarga inti dan luas, keluarga miskin pada penelitian ini tersusun atas 67% keluarga inti dan 33% keluarga luas, komposisi ini hampir sama pada keluarga tidak miskin yaitu 70% keluarga inti dan 30% keluarga luas. Hasil uji beda rataan T-test menunjukkan bahwa rataan jumlah anggota keluarga pada keluarga miskin berbeda nyata dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga pada keluarga tidak miskin.

Tabel 10 Sebaran besar keluarga responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Besar Keluarga KM (n=30) KTM (n=30) Total (n=60)

N % n % n %

Keluarga kecil (≤ 4 orang) 6 20 12 40 18 30 Keluarga sedang (5-7 orang) 17 56.7 15 50 32 53.3 Keluarga besar (≥ 8 orang) 7 23.3 3 10 10 16.7

Min-max 3-14 3-8 3-14

Rataan ± SD 6.57±2.71 5.07±1.6 5.82±2.33

P-Value 0.011*

* berbeda nyata pada α=5%

KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin

Pendapatan

Istilah pendapatan mengacu pada aliran kompensasi ekonomi yang diterima dalam suatu periode tertentu (Schiller 2008). Dalam penelitian ini, pendapatan per bulan keluarga adalah total keseluruhan pemasukan yang diterima keluarga baik melalui ayah, ibu, ataupun anggota keluarga lainnya. Berdasarkan UMR Bogor (2010), kategori pendapatan keluarga dibagi menjadi tiga, yaitu rendah (Rp 971 200), sedang (Rp 971 201- Rp 1 942 401), dan tinggi (>Rp 1 942 402).

(51)
[image:51.595.111.516.120.246.2]

Tabel 11 Sebaran pendapatan responden berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Pendapatan KM (n=30) KTM (n=30) Total (n=60)

N % n % n %

Rendah (≤971 200) 17 56.7 3 10 20 33.3

Sedang (971 201-1 942

401) 8 26.7 10 33.3 18 30.0

Tinggi (> 1 942 402) 5 16.7 17 56.7 12 36.7 Min-max (dalam ribu) 200-3.200 500-20.000 200-20.000 Rataan ± SD (dalam ribu) 1.205±859 3.209±4.273 2.207±3.218

P-Value 0.017**

* berbeda nyata pada α=5%

KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak MIskin

Nilai Anak

Seperti yang diungkapkan oleh Hoffman dan Hoffman (1973) diacu dalam Santrock (2007), nilai anak adalah harapan orang tua terhadap anak yang terdiri dari nilai psikologi (anak sebagai sumber kepuasan), nilai sosial (anak sebagai pencegah perceraian dan meningkatkan status sosial keluarga), dan anak sebagai nilai ekonomi yaitu sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

Hasil pengamatan terhadap nilai anak dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%). Pada dimensi psikologis, baik keluarga miskin maupun tidak miskin mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang dan tinggi dengan proporsi hampir berimbang. Beberapa atribut yang termasuk kategori sedang pada dimensi nilai psikologis yaitu “anak memberikan perasaan was-was atau khawatir”, dan atribut “kehadiran anak membuat orang tua menjadi kurang bebas bepergian/ bekerja”. Sedangkan pada dimensi sosial dan ekonomi, baik keluarga miskin dan tidak miskin mayoritas mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang.

(52)

anak pada dimensi ekonomi antara keluarga miskin dan tidak miskin. Hal itu ditunjukkan dengan nilai anak pada dimensi ekonomi yang lebih tinggi pada keluarga miskin dibandingkan keluarga tidak miskin. Sementara itu, pada dimensi psikologis dan sosial tidak terdapat perbedaan nyata terhadap nilai anak antara keluarga miskin dan tidak miskin.

Tabel 12 Sebaran persepsi nilai anak per dimensi berdasarkan status kesejahteraan keluarga

Dimensi Kategori KM (n=30) KTM (n=30) Total (n=60)

n % n % n %

Nilai Psikologis

Rendah 0 0 0 0 0 0

Sedang 15 50 13 43.3 28 46.7

Tinggi 15 50 17 56.7 32 53.3

Nilai Sosial

Rendah 0 0 0 0 0 0

Sedang 23 76.7 22 73.3 45 75

Tinggi 7 23.3 8 26.7 15 25

Nilai Ekonomi

Rendah 0 0 5 16.7 5 8.3

Sedang 26 86.7 23 76.7 49 81.7

Tinggi 4 13.3 2 6.7 6 10

P-Value 0.96

* berbeda nyata pada α=5%

KM = Keluarga Miskin, KTM = Keluarga Tidak Miskin

Pada dimensi psikologis, terdapat perbedaan persepsi pada keluarga miskin dan tidak miskin di salah satu atribut, yaitu “anak merupakan beban dalam hidup (membuat kepikiran, cemas, dll)”. Hasil uji beda rataan T-test dengan α=5% menunjukkan bahwa keluarga miskin lebih menyetujui persepsi bahwa anak merupakan beban dalam hidup mereka (membuat kepikiran, cemas, dan lain-lain) dibandingkan keluarga tidak miskin.

Perbedaan persepsi pada keluarga miskin dan tidak miskin juga terdapat pada dimensi sosial, yaitu “anak yang berperilaku buruk akan mempermalukan nama keluarga di mata masyarakat”. Hasil uji beda rataan T-test dengan α=10% menunjukkan bahwa keluarga tidak miskin lebih menyetujui persepsi bahwa anak yang berperilaku buruk akan mempermalukan nama keluarga di mata masyarakat dibandingkan keluarga miskin.

[image:52.595.91.484.205.384.2]
(53)
[image:53.595.110.530.171.742.2]

dibandingkan keluarga tidak miskin. Atribut-atribut tersebut adalah “anak merupakan tenaga kerja keluarga yang dapat membantu perekonomian keluarga” dan “kehadiran anak dapat membantu orang tua dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga”. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Ringkasan uji T-test terhadap variabel nilai anak per dimensi

No Indikator Nilai Anak

Mean KM (n=30) Mean KTM (n=30) P-Value Nilai Psikologis

1 Kehadiran anak dapat memperkuat hubungan antara

suami dan istri 3.27 3.30 0.842

2 Anak merupakan beban dalam hidup (membuat

kepikiran, cemas, dll) 1.90 1.43 0.038*

3 Anak memberikan dorongan untuk lebih semangat

bekerja 3.23 3.37 0.303

4 Anak dapat menimbulkan stress pada orang tua 1.63 1.70 0.761

5 Anak merupakan berkah perkawinan 3.30 3.43 0.379

6 Keberadaan anak memberikan kepuasan pada orang tua 3.30 3.33 0.786

7 Anak menimbulkan perasaan was-was atau khawatir 2.60 2.57 0.888

8 Anak memberikan jaminan rasa aman di hari tua 3.20 3.33 0.321

9 Anak merupakan hiburan bagi orang tua 3.31 3.27 0.779

10 Anak memberikan kegembiraan dan kebahagiaan dalam

hidup orang tua 3.37 3.40 0.808

11 Kehadiran anak membuat orang tua menjadi kurang

bebas bepergian/bekerja 1.90 2.07 0.474

Nilai Sosial

12 Anak terdidik dengan baik akan menimbulkan

penghargaan bagi orang tua dan keluarga dari masyarakat

3.17 3.30 0.364

13 Keberadaan anak merupakan suatu keharusan dalam

sebuah keluarga 3.17 3.13 0.753

14 Keluarga lebih dihargai di masyarakat jika memiliki anak

yang berpendidikan tinggi 3.17 3.20 0.838

15 Anak merupakan kebanggaan keturunan 3.13 3.20 0.542

16 Anak merupakan ahli waris dalam keluarga 3.07 3.17 0.490

17 Anak yang berperilaku buruk akan mempermalukan

nama keluarga di mata masyarakat 2.37 2.83 0.060**

18 Anak dapat meneruskan garis keluarga/keturunan, nama

keluarga, dan tradisi keluarga 3.17 3.10 0.668

Nilai Ekonomi

19 Semaki

Gambar

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian
Gambar 2. Bagan penarikan contoh
Tabel 2 Variabel penelitian, definisi operasional, dan skala data
Tabel 3  pengkategorian variabel penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan pengujian pada halaman tambah fasilitas, maka dimasukan data baru untuk SD dengan nama “sdn tambah fas” yang telah di- input- kan, akan di- update dengan

[r]

Nakon što se predmet pronađe robot se pomakne u drugu točku snimanja te se ponovno traži 3DL vizijskim procesom. Zadnji korak je prilaz i

Malah kami memohon daripada-Mu Ya Allah dengan penuh ketaakulan agar majlis anugerah ini akan menjadi katalis dan sumber inspirasi kepada pelajar-pelajar lain supaya

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh penambahan etanol dan lama fermentasi cairan pulpa hasil samping fermentasi biji kakao terhadap karakteristik cuka kakao,

Dalam resolusi tersebut dinyatakan bahwa masyarakat internasional dapat mengambil tindakan yang dibutuhkan, termasuk penggunaan kekerasan berdasarkan BAB VII Piagam

Pada Gambar 2.8 mengasumsikan keidealan opamp bahwa pada titik membalik dan tak membalik mempunyai beda tegangan sebesar 0 volt dan besar arus yang masuk ke

Merek (brand) adalah sekumpulan gambar atau ide yang mewujudkan suatu produk, jasa, atau bisnis. Atribut-atribut seperti nama, logo, slogan, dan desain dapat memberikan