• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KERUSAKAN BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP

KANDUNGAN

FREE FATTY ACID

DAN RENDEMEN CPO DI

KEBUN TALISAYAN 1 BERAU

PRYO ADI LUKITO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

PRYO ADI LUKITO. Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau. Dibimbing oleh SUDRADJAT.

Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan untuk memperlajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu CPO yang dilaksanakan diKebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Berau, Kalimantan Timur pada bulan Februari−Juni 2013. Analisis data dan permasalah masalah dibantu dengan menggunakan diagram Ishikawa dan regresi linierdengan menjadikan buah bermutuburuk, buah terlambat pengangkutan (restan), buah luka, dan kehilangan hasil panen sebagai faktor-faktor penyebab masalah baik pada aktivitas panen maupun pengangkutan hasil panen. Hasil analisis menunjukkan bahwa masalah penurunan mutu CPO diantaranya dapat dilihat dari rendahnya rendemen minyak kelapa sawit (CPO)serta tingginya kandunganFree Fatty Acid (FFA) dalam CPO. Rendemen minyak yang rendah disebabkan oleh mutu buah yang buruk dan kehilangan hasil panen. Kandungan FFA dalam CPO tinggi karena mutu buah buruk, buah restan (terlambat pengangkutan), dan buah luka.

Kata kunci:CPO, FFA, kelapa sawit, panen, rendemen

ABSTRACT

PRYO ADI LUKITO. The Effect of Palm Oil Fruit Bunch Injury to Free Fatty Acid Content and CPO Rendement at Talisayan 1 Estate Berau. Supervised by SUDRADJAT.

The objective of this internship specifically was to study the factors that affect the quality of CPO. The internship was conducted in Talisayan 1 Estate PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Berau, East Kalimantan from February to June 2013. Problem analysis using Ishikawa diagram and linear regression by making poor quality fruit, fruit “restan” (leftover), injury fruit, and the loss of crops as factors that cause of problems, both the activity of harvesting until transporting the yields. The analysis show that CPO degradation probelms one of which can be seen from the low rendement of palm oil (CPO) and high Free Fatty Acid (FFA) CPO. Low oilrendementcausedbypoorfruit qualityandyieldloss. High FFA CPO causedbypoorqualityfruit, leftoverfruit, andfruitinjury.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGARUH KERUSAKAN BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP

KANDUNGAN

FREE FATTY ACID

DAN RENDEMEN CPO DI

KEBUN TALISYAN 1 BERAU

PRYO ADI LUKITO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi :Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau Nama : Pryo Adi Lukito

NIM : A24090046

Disetujui oleh

Dr Ir Sudradjat, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya semoga teladan darinya dapat ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua umatnya.Alhamdulillah, karya tulis yang mulai dikerjakan sejak bulan Februari 2013, dengan tema pemanenan kelapa sawitdan diberi judul Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau, dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung penuh perkuliahan penulis dan selalu memberikan waktu serta doa untuk kemajuan dan kesuksesan penulis 2. Bapak Dr Ir Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi atas bimbingan dan

pelajaran yang bermafaat

3. Bapak Prof Dr Ir Bambang S. Purwoko, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas saran-saran dan motivasi selama perkuliahan

4. Bapak Dr Haryadi dan Dr Supijatno yang telah bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian skripsi penulis serta nasihat dan kritik yang membangun 5. Teladan Prima Group yang telah memberikan kesempatan dan akomodasi

untuk penulis menjalankan kegiatan magang di Kebun Talisayan 1 dan Talisayan Mill PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation beserta pada staf dan karyawannya

6. Bapak Tentrem, Raga, Dedi, Hilmy, Aly, Sobri, Dana, Arif, dr Zacky, Bapak Sofwan, Ibu Aisyah, Ibu Ina,Mas Azis, dan para mandor beserta karyawan afdeling I, II, dan III, atas bantuan, bimbingan, dan kesabaran selama penulis menjalankan kegiatan magang

7. Teman-teman mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) IPB atas persahabatan, dukungan, serta doanya sehingga semakin mendewasakan penulis

8. Keluarga Agronomi dan Hortikultura (AGH), khususnya angkatan 46 (2009) yang solid, creative, attractive, dan enthusiastic atas kebersamaan dan pelajaran yang menjadikan penulis tumbuh dan berkembangan menjadi agronom dan semoga tetap isthiqomah untuk pertanian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE MAGANG 2

KEADAAN UMUM 3

Letak Wilayah Administratif 3

Keadaan Iklim dan Tata Guna Lahan 4

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 4

Keadaan Tanaman dan Produksi 5

PELAKSANAAN MAGANG 6

Aspek Teknis 6

Panen (Potong Buah) 6

PengangkutanBuah 10

Pemupukan Anorganik 10

Sensus Hama, Ulat Api, Ulat Kantong, dan Tikus 11

Pengendalian Gulma 12

Tunas Pokok (Prunning) 13

Kualitas Buah Kelapa Sawit 13

Pengolahan Buah Kelapa Sawit 13

Aspek Manajerial 15

Manajerial Tingkat Asisten Afdeling 15

Manajerial Tingkat Kemandoran 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Mutu Buah 16

Kenaikan FFA dalam CPO akibat Buah Luka 17

Penurunan Rendemen CPO karena Dampak Mutu Buah dan Kehilangan

Hasil Panen 19

Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Restan dan Pengangkutan Buah 20

KESIMPULAN DAN SARAN 23

Kesimpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 23

(11)

DAFTAR TABEL

1 Sebaran populasi dan produksi varietas bibit Marihat, Socfin, dan Topaz

di Kebun Talisayan 1 tahun 2012 6

2 Penggunaan HK, produksi TBS, dan output pemanen di Kebun Talisayan

1 tahun 2012 6

3 Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, kebutuhan tenaga kerja harian dan realisasi di afdeling 2 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013 8

4 Daftar perlengkapan panen beserta fungsinya 9

5 Ambang populasi (ekor) kritis ulat api dan ulat kantong 12

6 Rekaputulasi pengamatan ulat 12

7 Deskripsi kelompok buah dan batas toleransinya 14 8 Standar kualitas minyak kelapa sawit dan kernel di Talisayan Mill 14 9 Hubungan persentase produksi buah bermutu buruk (unripe, over ripe,

empty bunch, dan abnormal) bulanan dengan rataan kandungan FFA

dalam CPO pada Januari 2012–April 2013 17

10 Hubungan presentase produksi buah buah bermutu buruk (unripe, over ripe, empty bunch, dan abnormal) bulanan dengan rataan rendemen CPO

pada Januari 2012–April 2013 19

11 Pengaruh umur restan terhadap kadar FFA dalam CPO 21

DAFTAR GAMBAR

1. Contoh pembuatan diagram Ishikawa 3

2. Perbedaan bentuk buah dan pelepah bibit kelapa sawit, a) Marihat, b)

Socfin, dan c) Topaz 5

3. Jenis hama, bentuk serangan, dan administrasi pengamatan hama kelapa sawit; a) dan b) bentuk serangan dan hama ulat api (S.nitens); c) formulir sensus pengamatan serangan hama; d) dan e) hama ulat kantong (Mahasena carbeti); f) hama tikus pohon (Rathus tiomanicus) 12

4. Keterkaitan aktivitas potong buah, transpor, dan sasaran pengolahan 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uraian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas (PHL) di Kebun

Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 26

2 Uraian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun

Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 27

3 Uraian kegiatan magang sebagai pendamping asisten afdeling di Kebun

Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 28

4 Identifikasi masalah penurunan rendemen (ekstraksi) minyak di Kebun

Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 31

5 Identifikasi masalah kandungan FFA dalam minyak yang tinggi di Kebun

(12)

6 Identifikasi masalah pelukaan pada tandan buah segar (TBS) di Kebun

Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 32

7 Identifikasi masalah restan (pengangkutan TBS yang terlambat) di Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 32 8 Curah hujan lima tahun terakhir (2008−20012) di Kebun Talisayan 1 PT

Tanjung Buyu Perkasa Plantation 33

9 Peta Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 34 10 Struktur organisasi Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara dengan luas perkebunan kelapa sawit dan sebagai produsen Crude Palm Oil (CPO) nomor satu di dunia, yakni sekitar 24 juta ton (Wahyudi 2012). Produksi CPO Indonesia selain menjadisumber pendapatan negara,juga sekaligus memenuhi 47% kebutuhan minyak nabati dunia (Wiyono 2013). Manfaat lain dari adanya perkebunan kelapa sawit yaitu terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan, yang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian dan taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan.

Tantangan Indonesia saat ini adalah menjaga kepercayaan konsumen CPO dari isu-isu negatiftentang kelapasawit yang sedang berkembang dengan cara tetap memproduksi CPO yang bermutu dan bersertifikat secara nasional dan internasional. Indonesia juga harus dapat terus bersaing di pasar minyak nabati dunia bersama nagara produsen lainya seperti Malaysia; memenuhi kebutuhan dalam negeri; serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara.

Mutu CPO dapat dilihat secara kuantitas dan kualitas. Produksi buah dengan kuantitas baik akan menghasilkan rendemen CPO 23.2−27.4% (Pahan 2006) dengan kadar asam lemak bebas (ALB) atauFree Fatty Acid (FFA) <3% (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003). Rendemen minyak yang tinggi didapatkan dengan cara mengolah buah kelapa sawit yang matang (ripe), karena buah yang matang memiliki kandungan minyak terbanyak (rendemen minyak tinggi) daripada jenis atau kelompok mutu buah lainnya. Buah matang diperoleh dari kegiatan panen atau potong buah sehingga mengharuskan pemanen untuk mengutamakan momotong buah matang dengan jumlah paling banyak (> 98%) agar hasil ekstraksi minyak (rendemen CPO) tinggi.

Semakin tinggi kandungan FFA, maka semakin rendah kualitas CPO. Pengaruh rendah atau tingginya FFA dan rendemenCPO terletak pada mutu buah yang dipanen. Mutu buah yang baik akan menghasilkan CPO dengan FFA rendah dan rendemen minyak yang tinggi. Buah yang terlambat diolah akibat terlambat pengangkutan(restan) dapat meningkatkan FFA, selain itu penanganan yang kasar juga dapat meningkatkan laju FFA. Luka pada buah kelapa sawit akibat penanganan yang kasar dapat menstimulasi konversi molekul minyak menjadi FFA dengan laju yang sangat tinggi, sehingga kandungan FFA meningkat dengan cepat (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).

Pembentukan FFA terbanyak adalah saat di lapangan atau sebelum mulai diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), karena pada saat pengolahan di PKS kenaikan FFA hanya 0.1% atau paling tinggi 0.3−0.5% pada PKS yang kurang terkendali pengawasannya. Kenaikan FFA saat penimbunan dan pengapalan hingga sampai di tangan konsumen juga relatif rendah (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).

(15)

METODE MAGANG

Pelaksanaan magang dimulai pada 11 Februari hingga 11 Juni 2013 bertempat di Kebun Talisayan 1, PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Teladan Prima Group, Desa Cepuak, Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Penulis ditempatkan oleh perusahaan di afdeling 2 TSE 1. Penempatan disalah satu afdeling ini bertujuan agar penulis dapat mengikuti keseluruhan kegiatan kebun baik aspek tektnis maupun menejerial secara utuh dan kontinu.

Pelaksanaan magang yaitu dengan terlibat aktif pada seluruh pekerjaan di tingkat afdeling atau divisi, denganluas standar afdeling adalah 500−1000 ha yang dipimpin oleh satu orang asisten afdeling.Kegiatan afdeling meliputi tiga tingkat, yaitu sebagai pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling.Uraian kegiatan harian magang selama empat bulan yang penulis lakukan dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3. Selain kegiatan yang dilampirkan pada Lampiran 1, 2, dan 3,penulis juga melakukan penelitian untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu CPO dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit. Penelitian dilakukan melalui observasi lapangan, pengambilan sampel, dan uji laboratorium.

Observasi lapangan bertujuan mengumpulkan informasi secara langsung di lapangan baik dengan cara pengamatan maupun wawancara. Observasi lapangan yang dilakukan meliputi: (1) permasalah produksi buah atau tandan buah segar (TBS) yang bermutu buruk; (2) pengumpulan dan penyusunan buah di tempat pengumpulan hasil (TPH) yang kurang disiplin; (3) pengangkutan buah dari TPH ke pabrik kelapa sawit (PKS) yang kurang efektif. Ketiga pokok masalah tersebut diidentifikasi menggunakan diagram Ishikawa sehingga dapat ditentukan akar permasalahan hasil observasi.

Pengambilan contoh bertujuan mendapatkan data lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta menghasilkan kesimpulan yang sah. Contoh yang diambil adalah (1) buah lepas berumur restan (keterlambatan angkut) 0−14 hari dengan masing-masing umur restan diambil sebanyak 50 gram;(2) data sekunder perusahaan selama bulan Januari 2012 sampai dengan April 2013, diantaranyahasil pengelompokkan (grading) mutu buah buah di PKS; rendemen CPO harian; dan kadar FFA dalam CPO harian.Contoh buah lepas dengan berbagai umur restan digunakan untuk uji laboratorium kandungan FFA dalam CPO setiap umur restan (0−14 hari).

(16)

Data-data sekunder perusahaan digunakan untuk mengukur besaran dampak suatu masalah melalui analisis regresi linear sederhana.Pengujian di laboratorium untuk mengetahui kadar FFA pada buah restan dengan berbagai umur restan. Analisis FFA dilakukan sesuai dengan prosedur yang dilakukan di perusahaan yaitu dengan metode titrasi. Perhitungan FFA adalah sebagai berikut:

Identifikasi dan pemecahan masalah kandungan FFAdalam CPO yang tinggi dan rendemen CPO yang rendah menggunakan bantuan diagram Ishikawa. Diagram Ishikawa biasa dikenal dengan diagram sebab akibat atau diargram tulang ikan (Gambar 1). Diagram ini merupakan suatu alat atau metode yang dapat membantu mengidentifikasi penyebab dari suatu masalah serta dampak dari masalah tersebut (Lux Innovation 2008). Hasil identifikasi masalah menggunakan Diagram Ishikawa yang terdapat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6.

Pengukuran dampak atau risiko kandungan FFAdalam CPOyang tinggi dan rendemen CPO yang rendah menggunakan analisis regresi linear sederhana dan uji nilai signifikasi. Analisis regresi data dan informasi dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007 dan MINITAB 1.4.

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Kebun Talisayan 1 terletak di Desa Cepuak, Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Perjalanan menuju lokasi kebun dapat ditempu melalui perjalanan darat, laut, dan udara. Perjalanan udara dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, akan mendarat di Bandara Sepinggan, Balikpapan dan kemudian transit menuju Bandara Kalimarau, Berau, yang kurang lebih menghabiskan waktu 3.5 jam perjalanan. Perjalanan dilanjutkan menuju kebun dengan menggunakan angkutan darat atau mobil pribadi dengan estimasi waktu 4 jam perjalanan. Kondisi jalan sudah beraspal, tetapi beberapa kilometer sebelum tiba di lokasi, jalan yang dilalui adalah jalan satuan pemukiman penduduk yang berbatu dan belum beraspal. Jalur darat dapat ditempuh dari Kota Samarinda dengan estimasi waktu 12−14 jam dengan melintasi jalan lintas kabupaten yang memotong hutan. Penggunaan transportasi air juga dapat ditempuh untuk tiba di lokasi, dari Kota Tanjung Redep, Berau dengan estimasi waktu selama 3 jam perjalanan.

(17)

Kebun Talisayan 1 memiliki batas sebelah Utara dengan Kebun Plasma 02 dan Laut Sulawesi; sebelah Timur dengan Kebun Talisayan 2; sebelah Selatan dengan Kebun Plasma 05 atau Desa Bumi Jaya, dan sebelah Barat dengan Kebun Plasma 01 atau Desa Cepuak.

Keadaan Iklim dan Tata Guna Lahan

Variabel iklim yang rutin diamati di Kebun Talisayan 1 adalah curah hujan dan hari hujan. Rata-rata hari hujan dan curah hujan bulan Januari 2008 hingga Desember 2012 adalah sebesar 125 hari dan 2 350 mmtahun-1, kodisi tersebut telah termasuk kondisi curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Pahan 2006). Menurut tipe iklim Schmidt-Fergusson Kebun Talisayan 1 tergolong iklim A (sangat basah) (Kartasapoetra 2004).Data curah hujan dan hari hujan lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran7.

Luas lahan Kebun Talisayan 1 adalah 2 971 ha, dengan pembagian guna lahan 90.8% untuk tanaman menghasilkan, 4% untuk jalan dan jembatan, 3% untuk emplasemen dan pondok karyawan, serta 2% untuk pabrik pengolahan kelapa sawit. Kebun Talisayan 1 tidak memiliki area tanaman belum menghasilkan, pembibitan, land cover,area cadangan dan okupasi. Peta Kebun Talisayan 1 dapat dilihat pada Lampiran 8.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di Kebun Talisayan 1 terbagi menjadi dua kelompok, yakni staff dan non-staff. Luar areal Kebun Talisayan 1 sebesar 2 971 ha dibutuhkan 6 orang staff dan tambahan asisten agronomi (asisten afdeling) yang bertanggungjawab untuk mengkoordinir kebun plasma yang jumlahnya disesuaikan dengan luasan kebun plasma dengan standar mengikuti kebun inti. Dibutuhkan tambahan satu orang asisten kepala (askep) untuk luasan kebun yang lebih besar dari 3 000 ha atau dengan pertimbangan kebutuhan lainnya, seperti program in-house training untuk persiapan sebagai Estate Manager jika dinilai telah mampu.

Tenaga kerja non-staff terbagi menjadi dua kelompok, yakni karyawan tidak langsung dan langsung. Karyawan tidak langsung adalah karyawan yang terlibat secara tidak langsung pada kelompok pekerjaan di lapangan atau yang berkaitan dengan budidaya tanaman, seperti supervisi, administrasi, dan bagian pendukung atau pelayanan umum.

Karyawan tidak langsung memiliki empat bagian yaitu karyawan bagian (1) kantor besar dan gudang, (2) karyawan bagian umum, (3) karyawan traksi, serta (4) kayrawan bagian kantor dan administrasi afdeling. Pengelolaan kantor besar dan gudang di Kebun Talisayan 1 menggunakan sistem administrasi semi komputerisasi dengan rincian tenaga pembukuan; bagian personalia dan payroll; bagian administrasi tanaman; pengurus gudang; krani gudang; dan bagian pelayanan umum.

(18)

palayanan umum (kebersihan dan perawatan kantor serta taman), centeng, mudim, operator listrik dan air, serta pengasuh anak karyawan.

Karyawan langsung merupakan karyawan yang teribat langsung pada pekerjaan budidaya dan pemeliharaan tanaman. Adapun pekerjaan karyawan langsung di Kebun Talisayan 1 antara lain adalah sebagai: mandor panen, krani panen, mandor tunas, mandor pemupukan anorganik, mandor semprot (pengendalian gulma secara kimia), mandor perawatan jalan dan infrastruktur, serta mandora loading(pengangkutan buah). Struktur organisasi tingkat afdeling dan ketersediaan tenaga kerja secara lengkap tersaji pada Lampiran 9.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Talisayan 1 menggunakan bibit dengan tahun tanam bervariasi, mulai tahun tanaman 2005, 2006, dan 2007 dengan menggunakan tiga varietas/klon bibit yaitu Marihat, Socfin, dan Topaz.Marihat merupakan bahan tanam yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan oleh PPKS (PPKS 2012). Socfin merupakan bahan tanam unggul yang dikeluarkan oleh PT Socfin Indonesia yang disahkan oleh SK Kementerian Pertanian No.440/Kpts/LB.320/2004 dan No.441/Kpts/LB.320/2004 (Socfin 2013). Topaz adalah bahan tanam yang dikeluarkan oleh Asian Agri yang telah disahkan oleh SK Kementerian Pertanian No.57-60/Kpts/SR.120/I/2004 (Said 2013).Gambar 2 memperlihatkan perbedaan bentuk buah dan pelepah ketiga jenis bibit yang digunakan. Sebaran produksi, dan produktivitas bibit klon Marihat, Socfin, dan Topaz di Kebun Talisayan 1 dapat dilihat pada Tabel 1. Produktivitas tertinggi tahun 2012 didapatkanolehtanaman dengan tahun tanam 2006 yang berasal darivarietas Marihat, yaitu 31.88 ton ha-1, hal itu diduga karenapemupukan yang sesuai dengan rencana dan kebutuhan tanaman, baiknya kegiatan pemeliharaan tanaman, serta kondisi lingkungan di sekitar tanaman yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Gambar 2Perbedaan bentuk buah dan pelepah bibit kelapa sawit, a) Marihat, b) Socfin, dan c) Topaz

(19)

Tabel 1 Sebaran produksi dan produktivitasvarietas/klon Marihat, Socfin, dan Topazdi Kebun Talisyaan 1 tahun 2012

Sumber: Kantor besar Kebun Talisayan 1; aMRH (Marihat), bSOC (Socfin), cTPZ (Topaz);dhasil rataan dari produktivitas

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis Panen (Potong Buah)

Panen merupakan kegiatan memotong TBS (Tandan Buah Segar) dari tanaman kelapa sawit hingga tempat pengumpulan hasil (TPH) sebelum akhirnya diangkut dan diolah di pabrik menjadi CPO (crude palm oil) dan kernel. Pekerjaan panen dilakukan oleh pemanen, mandor panen, dan krani panen. Mandor dan krani bertindak sebegai supervisor. Supervisor adalah tim yang membantu asisten afdeling mengerjakan tugas supervisi, yaitu pengawasan, pengorganisasian, serta bertanggung jawab terhadap anggota, lokasi, dan hasil panen pada tingkat afdeling. Kebijakan perusahaan menetapkan sapta disiplin panen untuk pembentukan karakter disiplin pada pekerjaan panen, yang isinya: (1) buah matang dipotong semua; (2) buah mentah nol persen; (3) buah lepas dikutip semua; (4) buah di susun rapi di TPH; (5) pelepah disusun rapi di gawangan mati; (6) tidak ada pelepah sengkleh; dan (7) administrasi diisi tepat waktu. Penilaian terhadap kinerja supervisi dapat dilihat dari aplikasi sapta disiplin panen di lapangan dan output pemanen (kg HK-1).Penggunaan HK (hari kerja), produksi TBS, dan output pemanen Kebun Talisayan 1 pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Penggunaan HK, produksi TBS, dan output pemanen di Kebun Talisayan 1 tahun 2012

Sumber: Kantor besar Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

(20)

Taksasi Harian. Taksiran produksi (taksasi) adalah kegiatan menghitung jumlah TBS atau janjang siap panen pada luasan tertentu. Tujuan taksasi adalah memperkirakan jumlah dan tonasejanjang yang dapat dipanen serta jumlah tenaga panen harian. Kebijakan setiap perusahan dalam menentukan metode taksasi berbeda-beda. Kebun Talisayan 1, PT Tanjung Buyu Perkasa Plantations (TSE 1 PT TBPP) melakukan taksasi setiap hari atau menggunakan angka kerapatan panen (AKP) aktual. Syarat mendapatkan angka kerapatan panen aktual adalah dengan metode pengambilan contoh yang representatif. Setiap hari target panen adalah satu seksi panen ( 5 blok), sehingga 2 blok adalah batas minimal yang dijadikan sebagai blok contoh. AKP digunakan untuk menghitung jumlah TBS taksiran pada luasan tertentu, yang selanjutnya dapat ditentukan kebutuhan tenaga panen per harinya.Rumus perhitungan AKP adalah sebagai berikut:

Efektivitas taksiran terlihat dari selisih antara realisasi dengan taksirannya, semakin kecil selisih maka efektivitas taksasi tinggi dan perlu dipertahankan. Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, dan kebutuhan tenaga kerja harian dengan realisasi di lapangan di afdeling 1 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 ditunjukkan bahwa rataan selisih tonase taksiran dengan realisasi sebesar 34%, artinya ketidaktepatan taksiran cukup besar sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan taksasi di afdeling 2 belum berjalan efektif.

Seksi Panen. Setiap afdeling dibagi menjadi 6 seksi panen, yaitu: A, B, C, D, E, dan F. Seksi panen adalah luasan tertentu yang harus selesai dipanen dalam satu hari. Seksi panen dibuat demikian agar satu seksi selesai dipanen satu hari; mempermudah pindah hancakantar blok; mempermudah pengawasan tim supervisi;efisiensi transpor buah; dan meningkatkan output pemanen. Seksi panen yang tidak selesai dalam satu hari akan dikerjakan dihari berikutnya, sehinggadapat berdampak pada bertambahnya luasan panen yang harus dikerjakan dan menjadikan rotasi panen tinggi jika tidak segera diatasi.

(21)

Tabel 3 Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, dan kebutuhan tenaga kerja harian dan realisasi di afdeling 1 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013

Sumber: Kantor afdeling 2 Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

Hancak Panen. Hancak panen yang diterapkan Kebun Talisyan 1 adalah hancak giring tetap per kemandoran, artinya setiap mandor memiliki tanggung jawab hancak yang sama setiap kali panen.Satu hancak panen terdiri dari 2−4 baris tanaman berdekatan. Satu pemanen memiliki tanggung jawab minimal satu hancak panen dan disesuaikan dengan jumlah kehadiran harian pemanen. Satu afdeling dengan luasan standar 1000 ha dibutuhkan tiga kemadoran panen, yang tiap kemandoran 40−42 baris tanaman, yang artinya satu orang mandor bertanggung jawab atas 20−21 orang pemanen.

Kelebihan hancak giring tetap per kemandoran adalahdimungkinkan adanya pertukaran hancak yang berdekatan antar pemanen atau dengan kata lain pemanen harus dapat menyelesaikan hancak panen rekannya yang berdekatan saat tidak bekerja. Salah satu kelemahan tipe hancak ini adalah kurang adanya rasa tanggung jawab dalam menjaga hancak tetap bersih dan rapi, melainkan fokus untuk memotong buah dan mendapatkan premi sebanyak-banyaknya. Hancak panen Tanggal AKP

(22)

selesai saat buah masak (ripe) dipanen semua, buah lepas dikutip bersih, pelepah dirumpuk rapi di gawangan mati atau antar baris tanaman, dan tidak ada pelepah sengkleh.

Apel Pagi. Kegiatan apel pagi dimulai pukul 06.00 WITA di depan kantor afdeling masing. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh mandor masing-masing. Saat apel pagi, mandorperlu menyampaikan beberapa evaluasi hari sebelumnya dan hal-hal yang sifatnya informatif. Karyawan memiliki hak untuk menyampaikan keluhan, masukan, ataupun hal serupa lainnya kepada mandor, selaku supervisor. Agenda apel pagi antara lain: pemeriksaan kehadiran, penentuan lokasikerja, pembagian hancak panen, serta penyampaian prestasi dan jumlah pendapatan pemanen.

Perlengkapan Panen. Kegiatan panen didukung oleh beberapa alat panen yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan harus dilengkapi oleh pemanen. Perlengkapan panen dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Daftar perlengkapan panen beserta fungsinya

No. Nama alat Fungsi

1. Dodos Memotong buah dan pelepah, baik digunakan saat ketinggian tanaman relatif rendah

2. Egrek Memotong TBS dan pelepah, baik digunakan saat ketinggian tanaman relatif tinggi

3. Angkong Melangsir atau memindahkan buah dari piringan ke TPH 4. Tojokatau

Gancu

Menyusun buah di angkong dan TPH 5. Helm Melindungi kepala pemanen

6. Sepatu boots Melindungi kaki pemanen

7. Arang Menuliskan nomor hancak pemanen pada tandan buah yang disusun di TPH, untuk memudahkan pencatatan buah oleh krani panen

Sumber: Pengamatan langsung di lapangan

(23)

yang dibutuhkan untuk mendapat basis dan lebih borong akan berkurang karena pekerjaan semakin banyak.

Kriteria Matang Panen. Standar perusahaan dalam menentukan kriteria buah yang masak (layak dipanen) adalah minimal TBS memiliki 1 brondolan yang telah lepas, akan tetapi menurut standar bidang quallity accurance buah matang atau buah yang layak dipanen adalah buah yang sudah memiliki brondolan ≥ 3 butir per janjang atau maksimum brondolan telah lepas 50%, warna buah kemerahan dan bagian dalam kulit buah berwarna orange. Buah atau TBS yang belum memiliki brondolan (buah lepas) disebut buah mentah yang tidak layak panen.

Prestasi Kerja Pemanen.Prestasi kerja dapat diukur dari pendapatan, mutu buah yang dipanen, dan output kerja pemanen. Semakin tinggi pendapatan (basis dan lebih borong), maka semakin tinggi produktivitas serorang pemanen. Mutu buah yang diharapkan adalah  5% buah lewat matang (over ripe), 1% buah mentah (unripe), 0% gagang panjang,0% buah busuk (empty bunch), 0% buah abnormal, dan selebihnya (±90%) adalah buah matang (ripe). Output kerja adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan, baik luas panen yang diselesaikan maupun terkutipnya semua buah lepas, tersusunnya rumpukan pelepah dengan rapi, dan tidak ada buah masak yang tertinggal di pokok.

Pengangkutan Buah

Kegiatan setelah panen adalah pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik (loading ramp). Organisasi pengangkutan buah melibatkan: karyawan pemuat buah (kenek buah), mandor transport, supir truk, dan mandor traksi. Armada angkut TBS menggunakan dump truck dengan kapasitas angkut  7000 kg per angkut. Tidak ada kriteria TBS tertentu yang boleh atau tidak dimuat ke dalam truk, akan tetapi semua TBS yang ada di TPH harus habis dimuat dan diangkut ke pabrik. TBS yang terlambat pengangkutan(misalnya terlambat 1 hari), harus didahulukan dalam pengangkutan berikutnya.Setiap karyawan pemuat buah memiliki kewajiban sama halnya pemanen, yaitu menyelesaikan hari kerja, mencapai basisborong3000 kg per orang dan sebanyak-banyaknya mendistribusikan TBS dan buah lepas ke pabrik.

Permasalahan yang terjadi adalah jalan dan atau jembatan yang rusak sehingga menghambat proses muat dan distribusi buah. TBS dan brondolan yang tidak dapat dimuat akan dapat menambah jumlah buah restan (buah terlambat angkut). Penyelesaian yang telah dilakukan antara lain pengangkutan buah dan buah lepas secara manual atau menggunakan jasa langsir buah manual dari TPH ke jalan utama oleh karyawan wanita sampai jalan koleksi selesai diperbaiki dan dapat dilalui truk buah; penggunaan alat berat untuk muat buah dan pengangkutan buah ke PKS; melakukan perawatan jalan yang terdapat buah restan atau blok yang sedang dipanen; serta tidak melakukan pekerjaan panen pada blok yang jalan utama dan koleksinya tidak dapat diakses truk buah.

Pemupukan Anorganik

(24)

meminimalisir bongkahan pupuk yang terbawa adalah dua hal yang perlu diawasi oleh mandor dan tenaga until pupuk.

Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk artinya meletakkan untilan pupuk pada tiap baris tanaman pada blok aplikasi (supply point). Tiap supply point adalah empat baris tanaman dengan diberikan untilan pupuk sesuai kebutuhan dosis pupuk pertanaman. Pengeceran dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan pemupukan menggunakan dump truck. Semakin cepat dan tepat pengeceran yang dilakukan, maka semakin memudahkan penabur pupuk melaksanakan tugasnya. Cuaca hujan dan jalan yang tergenang air sering kali menjadi masalah pekerjaan ini karena untilan pupuk dapat hilang tercuci.

Penaburan pupuk. Pelaksanaan pemupukan dibantu dengan alat berupa takaran tabur pupuk sesuai dosis, ember pupuk sebagai wadah untilan, dan selendang untuk menggendong ember. Setiap dua baris tanaman membutuhkan maksimal tiga orang, yang masing-masing bertugas satu orang sebagai pembawa untilan pupuk dan dua orang lainnya sebagai penabur. Pupuk ditabur ke sekitar rumpukan pelepah di antara pokok sawit dan di pasar tengah dengan tujuan memacu pertumbuhan akar muda di daerah tersebut karena pada kelapa sawit yang berumur 6.5 tahun panjang akar absorsinya telah mencapai 32 meter pohon-1 (Pahan 2006). Penaburan pupuk yang baik dapat dinilai dengan melihat ketipisan taburan dan jarak taburan dengan tanah. Semakin tipis taburan, maka peluang terserap tanah akan semakin besar dan memperkecil peluang tercuci oleh air atau menguap. Dekatnya jarak taburan pupuk dengan tanah akan semakin mempercepat tanah menyerap unsur hara yang terkandung pada pupuk.

Sensus Hama Ulat Api, Ulat Kantong, dan Tikus

Tiga kegiatan ini dilakukan dalam satu hari kerja, yang secara administrasi pelaporannya terpadu dalam satu formulir sensus serangan hama kelapa sawit. Gambar 3 adalah hama dan bentuk serangannya pada kelapa sawit yang ada di Kebun Talisayan 1. Ambang populasi kritis ulat api dan kantong dapat dilihat pada Tabel 5.

(25)

Gambar 3 Jenis hama, bentuk serangan, dan administrasi pengamatan hama kelapa sawit; a) dan b) bentuk serangan dan hama ulat api (S.nitens); c) formulir sensus pengamatan serangan hama; d) dan e) hama ulat kantong (Mahasena carbetti); f) hama tikus pohon (Rathus tiomanicus)

Tabel 5 Ambang populasi (ekor) kritis ulat api dan ulat kantong

Kategori Sumber: Vademecum pemeliharaan tanaman TBM dan TM Kebun Talisayan

Pengamatan hama tanaman kelapa sawit yang dilakukan di blok H-23 (afdeling 2) pada bulan Februari 2013 menunjukkan bahwa serangan ulat api termasuk pada jenis serangan berat dengan jumlah ulat 48 ekor ulat per pelepah, sedangkan serangan ulat kantong tergolong jenis serangan ringan dengan jumlah ulat 1 ekor ulat per pelepah. Rekapitulasi pengamatan serangan ulat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rekaputulasi pengamatan ulat

Jenis hama

Gulma yang menjadi perhatian dalam pekerjaan budidaya kelapa sawit adalah gulma yang berada di piringan, pasar rintis, pasar tengah, dan di sepanjang tepi jalan utama dan koleksi. Pengendalian yang digunakan ada dua jenis, yaitu pengendalian gulma secara manual dan kimia. Pengendalian gulma manual

(26)

diterapkan pada jenis gulma berkayu yang ada di area tanaman menghasilkan. Kendala dari pengendalian manual adalah dibutuhkan tenaga kerja (TK) yang banyak dan waktu yang relatif lama sehingga pekerjaan pemeliharaan tanaman ini sering kali tidak diprioritaskan atau hanya ditujukan pada area yang memiliki jumlah gulma berkayu dominan. Pengendalian gulma secara kimia adalah kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan yang rutin dilaksanakan setiap hari. Pekerjaan ini memiliki tim khusus yang melayani semua afdeling (inti dan plasma) Kebun Talisayan 1, dengan standar 5 ha TK-1.

Tunas Pokok (Prunning)

Prunning adalah kegiatan memotong pelepah yang berjumlah di atas standar perusahaan untuk kondisi produksi buah yang optimal. Penunasan dapat menggunakan dodos (tinggi tanaman  2.5 meter) dan menggunakan egrek untuk tanaman yang tingginya > 2.5 meter. Beberapa tipe penunasan yaitu songgoh tiga dan songgoh dua, artinya setiap buah yang muncul minimal disanggah oleh tiga pelepah (songgo tiga) atau dua pelepah (songgo dua). Songgo tiga berlaku untuk tanaman yang berumur  6 tahun atau pelepah disisakan 48−56 pelepah, dan untuk tanaman yang lebih tua diberlakukan songgo dua atau disisakan 40−48 pelepah. Enam tujuan penunasan diantaranya mempermudah pekerjaan panen (potong buah); menghindari tersangkutnya brondolan pada pelepah; melancarkan proses penyerbukan alami; mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi dan taksasi; sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit; dan pada tanaman muda (tunas pasir) mempermudah pemupukan, pengendalian gulma, dan pengutipan buah lepas.

Kualitas Buah Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit yang telah dipanen akan mendapatkan proses grading sebanyak dua kali, yakni dilakukan oleh kerani panen di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan oleh petugas grading di hoper loading ramp (pabrik). Grading adalah kegiatan pemeriksaan kualitas buah dengan tujuan sebagai salah satu alat kontrol kualitas buah yang diterima kebun dan atau pabrik. Parameter grading buah dapat dilihat pada Tabel 7.

Pengolahan Buah Kelapa Sawit

Kebun Talisayan 1 memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang jaraknya dekat dengan lokasi kebun produksi, selain mengolah buah dari kebun inti PKS Talisayan Mill (TSM) juga mengolah buah dari kebun plasma dan kebun milik masyarakat sekitar PKS. Hasil olahan buah kelapa sawit di TSM berupa Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel), dengan kapasitas olah mencapai 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam.

(27)

Tabel 7 Deskripsi kelompok buah dan batas toleransinya

Kelompok buah (%) Deskripsi Batas

toleransi

Brondolah telah lepas lebih dari 90% 0%

Buah abnormal Buah gagal berkembang menjadi buah masak normal (buah partenokarpi  50%; buah batu; buah sakit; dan buah kecila)

0%

Buah bergagang panjang

Gagang janjang buah panjangnya berukuran lebih dari 2 cm

0% Buah lepas di TPH Buah lepas yang dikutip oleh pemaneng dan diletakkan

di tempat pengumpulan hasil (TPH)

5−10% Sumber: Bagian quality accurance Teladan Prima Group;aBerat janjang rata-rata

(BJR) < 3 kg

Tabel 8 Standar kualitas hasil olahan kelapa sawit di Talisayan Mill

Batasan indikator Produk

CPO Kernel

FFA (Free Fatty Acid) < 3.00% -

Moist (kadar air) < 0.20% < 7.00% Dirt (kotoran) < 0.02% < 6.00% DOBI (Deterioration of Bleachability Index) > 2.61 -

Rendemen >24.00% -

Sumber: Bagian quality accurance Teladan Prima Group

Saat rendemen CPO kurang dari 24% perusahaan dapat rugi karena tidak dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen secara penuh dan apabila peristiwa ini terus menerus terjadi dapat mengurangi rasa kepercayaan konsumen dan akhirnya berpaling menjadi pelanggan CPO. Nilai DOBI adalah nilai dari tampilan warna dari minyak kelapa sawit (MKS), nilai DOBI yang tinggi akan mengurangi kadar kemerahan MKS karena warna minyak olahan yang lebih disukai oleh konsumen untuk konsumsi dengan warna yang kekuningan mendekati benih karena dinilai lebih bersih dari kotoran.

(28)

buah, serta baik atau buruknya manajerial pemanenan di lapangan (potong buah dan transpor buah).

Semakin baik manajerial panen, maka semakin menguntungkan bagi perusahaan karena produksi ton per TBS per hektar yang tinggi (output), biaya per kg yang rendah, dan mutu produksi yang baik berupa asam lemak bebas atau FFA yang rendah.

Terdapat pembagian peran antara karyawan kebun dengan pabrik dalam penjagaan kualitas hasil olahan kelapa sawit. Tugas utama personil kebun atau lapangan adalah mengambil buah dari pokokdengan tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Tugas utama bagian pabrik adalah mengolah buah secepat-cepatnya dan menjaga kehilangan hasil (losses), oleh karena itu diagram keterkaitan aktivitas potong buah, transpor, dan sasaran pengolahan dibuat (Pahan 2006), yang dapat dilihat pada Gambar4.

Gambar 4Keterkaitan aktivitas potong buah, transpor, dan sasaran pengolahan

Aspek Manajerial

Manajerial adalah salah satu fungsi dari tim pengelola kebun yang terdiri darimanager, asisten afdeling, mandor dan bagian administrasi.Aspek manajerial yang dilakukan selama magang adalah manajerial tingkat afdeling. Pekerjaan manajerial tingkat afdeling dibagi ke dalam dua tingkatanyaitu tingkat asisten afdeling dan kemandoran, yang dibedakan dari pembagian tugas atau pekerjaan dan besarnya tanggung jawab.

Manajerial Tingkat Asisten Afdeling

(29)

telah dibuat digunakan untuk membuat rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan (RKB), dan rencana kerja harian (RKH). Kegiatan manajerial lainnya yang rutin dilakukan bersama mandor adalah rapat pembentukan atau pengorganisasian kongsi kerja per kemandoran dan lingkaran pagi yang dilaksanakan setiap hari sebelum memulai aktivitas yang bertujuan menyampaikan informasi penting sekaligus memberikan instruksi pekerjaan sesuai perencanaan sebelumnya. Tanggung jawab asisten afdeling adalah membawahi mandor, krani panen, dan krani afdeling, serta membuat laporan kegiatan harian dan bulanan.

Manajerial Tingkat Kemandoran

Perencanaan yang dilakukan oleh mandor adalah mengenai pekerjaan-pekerjaan teknis budidaya harian tingkat afdeling. Minimal setiap mandor membawahi 20−25 orang karyawan yang sifatnya tentatif tegantung kebutuhan pekerjaan harian dan bulanan. Pembagian tugas mandor dilakukan saat pelaksanaan apel pagi, yang kemudian mandor akan melaporkan hasil pekerjaan (jenis pekerjaan, penggunaan tenaga kerja dan atau bahan yang digunakan, absensi karyawan, dan prestasi kerja) setiap harinya. Laporan harian mandor dikenal dengan laporan kegiatan mandor (LKM). LKM adalah dasar dari pembuatan laporan harian dan bulanan asisten afdeling. Dibutuhkan team work yang baik dan rasa tanggung jawab yang mumpuni agar pembagian tugas berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Mutu Buah

Mutu buah yang dipanen dapat diketahui dengan cara grading buah. Hasil grading mengelompokkan buah bermutu buruk adalah buah mentah (unripe), buah lewat matang (over ripe), buah busuk dan atau janjang kosong (empty bunch), serta buah abnormal. Pengujian dilakukan pada setiap kelompokmutu buah tersebut untuk menduga dampak kenaikan kandungan Free Fatty Acid (FFA) dalam CPO. Hubungan antara produksi buah bermutu buruk dengan kandaungan FFA dalam CPO dapat dilihat pada Tabel 9.

Mutu buah yang buruk dapat meningkatkan kadar FFA secara signifikan saat buah tersebut diolah menjadi CPO secara bersamaan. Berdasarkan prediksi persamaan regresi linier (Tabel 9) kadar FFA dalam CPO akan meningkat sebesar 0.04% setiap pengolahan 1% buah buah bermutu buruk.

(30)

Tabel 9 Hubungan persentase produksibuah bermutu buruk (unripe, over ripe, empty bunch, dan abnormal)bulanan dengan rataan kandungan FFA dalam CPO pada Januari 2012–April 2013

Bulan Unripe

Sumber: Laboratorium Talisayan Mill (TSM) PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation Kedua adalah karena buah yang dipanen tidak dapat segera diolah pada hari yang sama (terlambat angkut) sehingga mengalami penundaan olah atau penimbunan baik di kebun maupun di loading ramp PKS.

Peristiwa terpanen dan terangkutnya empty bunch hingga ke PKSterjadi karena rotasi panen yang tinggi (≥6/9) sehingga buah matang pada tanamankelapa sawit telahberubah menjadi over ripe dan empty bunch, tergantung umur kematangan buah.Rotasi panen yang tinggi dapat meningkatkan produksi buah dengan kematangan yang buruk atau terlalu tua bahkan sampai mengalami pembusukan. Setiap kenaikan persentase blok dengan rotasi tinggi 1% akan menyebabkan peningkatkan persentase buah busuk 0.33% (Djoharet al.2003).

Kenaikan FFA dalam CPO akibat Buah Luka

(31)

Pembentukan FFA dalam buah dimulai dengan pecahnya dinding sel yang mengandung minyak, sehingga enzim lipolitik yang terdapat pada protoplasma bekerja menghidrolisis lemak dan asam lemak akhirnya dibebaskan (FFA terbentuk). Reaksi tersebut akan berlangsung sangatcepat, akan tetapi pada buah yang tidak luka FFA hanya naik 0.2% selama 4 hari (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003). Enzim lipolitik akan diinaktifkan pada suhu 60oC sewaktu perebusan buah di PKS,dengan begitu dapat dikatakan bahwa proses pengumpulan dan pengangkutan buah di kebun atau sebelum diolah di PKS merupakan titik kritis timbulnya luka pada buah yang dapat mempercepat terbentuknya FFA di lapangan.

Penggunaan alat panen yang kurang bijak adalah salah satu penyebab buah luka karena penanganan panen yang kasar. Kelapa sawit yang semakin tinggi akan menyulitkan penggunaan dodos dalam menjangkau buah sehingga potensi adanya buah luka lebih besar. Ketinggian kelapa sawit tergantung pada tahun tanam, semakin tua maka semakin tinggi jangkauan panennya.

Umur tanaman berdasarkan tahun tanam di TSE 1 talah mencapai 6−8 tahun,yang berdampak pada sudut panen dengan dodos akan lebih kecil dari 45o. Penggunaan dodos dengan sudut >45o akan menguras tenaga pemanen yang bekerja selama 7 jam setiap harinya. Tenaga yang terkuras akan berdampak pada konsentrasi pemanen yang menurun sehingga potensi pelukaan buah karena terkena pisau dodos lebih besar. Penggunaan egrek atau sabit sebagai alat panen dengan kondisi seperti ini adalah pilihan yang lebih bijak bila diterapkan. Salat satu tujuannya adalah memudahkan tenaga panen dalam memotong buah sekaligus meminimalisir adanya buah luka karena alat panen.

Buah luka juga diakibatkan karena buah yang busuk atau sakit. Buah sakit disebabkan karena aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan cendawan. Salah satu penyakit tanaman kelapa sawit adalah busuk tandan yang disebabkan oleh cendawan Marasmius palmivorius. Tandan buah yang terserang berat oleh penyakit ini dapat meningkatkan FFA dalam minyak (Pahan 2006). Secara perlahan aktivitas bakteri dan cendawan mengakibatkan kerusakan pada minyak dalam buah, salah satunya kenaikan kadar FFA dalam minyak melalui reaksi oksidasi (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003). Tingkat serangan penyakit busuk tandan di Kebun Talisayan 1 relatif rendah atau tidak membahayakan secara ekonomis.

Buah rusak atau buah tidak utuh dapat disebabkan salah satunya oleh serangan hama tikus. Serangan tikus (Rathus tiomanicus) dewasa adalah dengan mengonsumsidaging buah (mesocarp) antara 5.94−13.70 gram hari-1ekor-1atau setara dengan kehilangan minyak (CPO) berkisar antara 327.96−962.38 kg ha -1

(32)

Penurunan Rendemen CPO karena Dampak Mutu Buah dan Kehilangan Hasil Panen

Dua penyebab rendahnya rendemen CPO yakni mutu buah olahan yang buruk dan kehilangan hasil panen. Mutu buah buruk yang diprediksi menyebabkan rendemen CPO rendah adalah buah mentah (unripe), buah lewat matang (over ripe), buah busuk dan atau janjang kosong (empty bunch), buah abnormal dan buah bergagang panjang (long stalk). Kecuali kelompok buah bergagang panjang semua kelompok mutu buah buruk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan rendemen minyak. Hubungan antara pengolahan buah bermutu buruk denganrendemen CPO dapat dilihat pada Tabel 10.

Kelompok empty bunchdan abnormal adalah dua kelompok mutu buah buruk yang pengaruhnya paling besar terhadap penurunan rendemen minyak daripada kelompok mutu buah buruk lainnya. Kelompok empty bunch adalah kelompok buah yang telah hampir 90% brondolannya telah lepas dari tandan atau telah terserang penyakit, artinya pengolahan buah empty bunch hanya akan menambah tonase TBS tanpa menghasilkan tambahan rendemen minyak karena tandan kosong tidaklah menghasilkan minyak.

Tabel 10 Hubungan presentase produksi buah bermutu buruk (unripe, over ripe, empty bunch, dan abnormal) bulanan dengan rataan rendemen CPO pada Januari 2012–April 2013 Persamaan regresi linier Rendemen (%) = 25.4 – 0.07unripe+ 0.05over ripe-

0.41empty bunch- 0.08abnormal

R2 82.4%

(33)

Buah abnormal adalah kelompok buah yang memiliki fruit set yeng rendah atau jumlah buah partenokarpinya lebih banyak daripada buah yang jadi. Buah partenokarpi atau buah tidak sempurna disebabkan karena penyerbukan tidak sempurna atau tidak dapat dilakukan karena posisi buah yang terjepit oleh pelepah, sehingga menghasilkan buah dengan kandungan minyak yang rendah serta tidak memiliki cangkang dan endosperm (Prasetyo dan Susanto 2005).

Penurunan rendemen CPO secara signifikan disebabkan oleh pengolahan buah bermutu buruk secara bersamaan.Setiap pengolahan 1% buah bermutu buruk akan mengurangi rendemen minyak sebesar 0.14% (Tabel 10). Model persamaan regresi linier dapat 82.4% (R2) menjelaskan secara tepat bahwa penurunan rendemen CPO disebabkan karena pengolahan buah bermutu buruk, sisanya 17.6% penurunan rendmen CPO disebabkan oleh faktor lain di luar model persamaan.

Kehilangan hasil produksi juga dapat menjadi faktor penurunan rendemen CPO, yaitu buah lepas tidak dikutip, restan (terlambat pengangkutan), dan buah matang tidak dipanen. Ketiga sumber kehilangan hasil tersebut dapat terjadi saat di kebun ataupun pengangkutan. Buah tinggal atau buah matang yang tertinggal di pokok adalah tanggung jawab pemanen dan mandor panen, apabila supervisi berjalan dengan baik maka perilaku pemanen yang demikian dapat dicegah.

Pengutipan buah lepas yang baik mencirikan kualitas SDM yang baik pula. Mengutip buah lepas dari dalam blok dan disusun rapi dengan alas karung di TPH adalah tugas pemanen, sedangkan mengangkut buah lepas dari TPH ke PKS adalah tugas dari kenek buah, sehingga penting fungsi mandor panen dan mandor transpor untuk menjaga sikap disiplin kerja para anggotanya dalam mengutip dan mendistribusikan buah lepas secara optimal.

Sebab-sebab lain kehilangan hasil yang diamatai di lapangan antara lain: brondolan yang tercecer di pelepah; brondolah yang tercecer di TPH brondolan yang tercecer di jalan koleksi atau jalan utama saat pengangkutan; dan TBS yang terjatuh saat pengangkutan.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan perusahaan dalam meminimalisir kehilangan hasil adalah menambah tenaga kerja untuk pengutipan brondolan dan memberikan pengawasan ketat saat pemuatan buah dari TPH ke truk agar tinggi tumpukan tidak terlalu tinggi.

Pemahaman akan orientasi pekerjaan bukan hanya menguntungkan secara pribadi namun secara kolektif (pribadi dan perusahaan) penting untuk selalu ditanamkan oleh perusahaan.Dampak sikap pemanen atau kenek buah yang kurang disiplin mengutip buah lepas dan kurang baiknya supervisi akan menurunkan rendemen CPO sebesar 4% (Mangoesoekarjo dan Tojib 2003). Perusahaan yang mengutamakan kualitas akan selalu menjaga komitmen dari tiap SDM atau karyawan yang bekerja melalui pembinaan secara rutin dan terus-menerus agar menjadi perusahaan yang prestatif dan memiliki kualitas SDM yang baik.

Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Restan dan Pengangkutan Buah

(34)

(Hartley 1967) telah dipenuhi di Talisayan 1 Estate (TSE 1), bersamaan dengan hal tersebut pengelola kebun yang belum siap menjadikan jalan dan jembatan yang cocok dengan berbagai cuaca (all weather road) akan berpeluang lebih besar memproduksi buah restan.

Besarnya pengaruh restan bervariasi bergantung dari umur buah restan, semakin lama buah terlambat angkut atau tertimbun akan semakin memperburuk mutu buah sekaligus meningkatkan kandungan FFA dalam CPO. Berikut adalah hasil uji laboratorium berbagai umur restan dengan kenaikan FFA (Tabel 11).

Koefisien regresi 0.94 mengandung pengertian bahwa setiap umur restan bertambah 1 hari (24 jam), maka FFA akan meningkat sebesar 0.94%. Model ini memiliki nilai R2 85.4%, artinya 84.5% kenaikan FFA hampir tepat disebabkan oleh umur restan dan 15.5% penyebab sisanya tidak dijelaskan pada model persamaan ini. Kanaikan FFA dalam model ini berlaku untuk buah masak yang terlambat angkut, karena ≥98% target panen adalah buah masak. Kriteria buah masak berdasarkan kebijakan perusahaan adalah buah telah membrondol 1 (satu) buah.

Tabel 11 Pengaruh umur restan terhadap kandungan FFA dalam CPO

Umur restan (hari) FFA (%) Rataan FFA (%)

Persamaan regresi linier FFA (%) = 3.079 + 0.94 Umur Restan

R2 84.1%

Sumber: Data primer uji laboratorium PKS TSM PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

(35)

curam sehingga apabila kondisi ini dikombinasikan dengan cuaca yang bercurah hujan tinggi, maka secara langsung akan menambah jumlah buah restan (Djohar et al. 2003).Restan dapat menurunkan kualitas fraksi atau mutu buah karenaterjadinya penundaan pengolahan buah baik di TPH maupun di loading ramp PKS (Hidayat 2009).

Waktu pengangkutan berhubungan dengan waktu simpan buah di bak truk dan berkorelasi positif pada suhu dalam bak. Kombinasi waktu simpan dan kenaikan suhu (menjadi suhu kamar) akan menurunkan mutu minyak yang terkandung dalam buah. Salah satu pemicunya adalah aktivitas oksidasi yang terjadi pada suhu tinggi. Oksidasi akan mengakumulasi peroksida sebagai penyebab kerusakan utama minyak (ketengikan) karena minyak dibiarkan di udara dan semakin bertambah dengan kenaikan suhu (Ketaren 1986). Oksidasi menjadikan trigliserida tak jenuh berikatan dengan oksigen di udara sehingga menghasilkan senyawa aldehida dan keton. Kedua senyawa ini tidak disukai karena menyebabkan ketengikan (Pahan 2006).Ketengikan diartikan sebagai kerusakan atau perubahan bau dan rasa dalam lemak atau bahan pangan berlemak seperti CPO (Ketaren 1986).

Kerusakan ini tidak berdampak signifikan karena terjadi secara perlahan, namun semakin besar apabila buah telah mengalami pelukaan. Suhu kamar juga memberikan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan mikroorganisme yang bersifat kontaminan dan mempercepat pembusukan buah. Aktivitas mikroorganisme (bakteri dan cendawan) juga dipicu dari kotoran seperti tanah dan serasah dari kebun yang terikut bersama buah lepas. Kedua aktivitas ini dapat meningkatkan kandungan FFA dalam CPO bahkan penyebab bau tengik, perubahan warna minyak, penurunan kandungan vitamin dan asam lemak esensial (Pahan 2006). Usaha menekan agar waktu selama proses panen sampai sterilisasi di PKS sesingkat mungkin dilakukan dalam rangka memproduksi CPO dengan kandungan FFA rendah (Hartley 1967).

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Mutu produksi dilihat dari terpenuhinya rendemen CPO minimal sesuai standar perusahaan (23−24%) dan kandungan FFA dalam CPO  3%, sehingga penting mengetahui dan memperlajari faktor-faktor penyebabnya. Kelompok mutu buah buruk yang terpanen dan diolahdi PKS (pabrik pengolahan kelapa sawit) dapat meningkatkan kandungan FFA sekaligus menurunkan rendemen CPO olahan.

Besarnya peningkatan kandungan FFA dalam CPO adalah 0.04% setiap pengolahan 1% buah bermutu buruk(unripe, over ripe, empty bunch, dan abnormal), sedangkan penurunan rendemen CPO adalah sebesar 0.14% setiap pengolahan 1% buah bermutu buruk. Mutu buah yang buruk dipengaruhi oleh lamanya penundaan buah untuk diolah (restan), baik saat buah berada padapokok kelapa sawit, di tempat pengumpulan hasil (TPH), di loading ramp PKS, maupunakibat pelukaan pada buah. Semakin lama penundaan buah untuk diolah dan banyaknya luka pada buah akan semakin memperburuk mutu buah. Lamanya penundaan buah dapat meningkatkan kandungan FFA CPO sebesar 0.94% setiap bertambahnya umur tunda 1 hari (24 jam).

Kedisiplinan kerja karyawan panen dan tim supervisi menjadi catatan penting bagi perusahaan karena dapat mempengaruhi mutu produksi kelapa sawit. Baiknya kualitas sarana dan prasarana perusahaanseperti jalan, jembatan dan jumlah truk pengangkut buah, yang harus selalu siap dengan berbagai kondisi akan dapat memperbaiki dan menjaga mutu minyak kelapa sawit.

Saran

Penggunaan data untuk pembuatan model regresi linier disarankan menggunakan data dengan jenjang waktu yang lebih lama (≥ 1.5 tahun) agar analisis yang dihasilkan lebih tepat. Faktor yang memperngaruhi mutu CPO khususnya faktor organisme pengganggu tanaman (OPT) dan pelukaan buah belum diketahui besaran dampaknya sehingga disarankan penelitian berikutnya dapat lebih mengkaji aspek ini. Penting bagi perusahaan untuk melakukan pembinaan rutin dan terus menerus bagi para staf dan karyawan, untuk meningkatkan pemahaman dan kedisiplinan sehingga meningkatnya prestasi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) perusahaan. Penganggulangan restan (terlambat pengangkutan) penting dilakukan oleh perusahaan dengan cara memperbaiki jalan koleksi dan jalan utama serta menambah alat transportasi pengangkutan buah.

DAFTAR PUSTAKA

Djohar S, Tanjung H, Cahyadi ER. 2003. Building a competitive advantage on CPO through supply chain management: a case study in PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari, Riau [Internet]. JMA.1(1):20−23.[diunduh pada 2013 Juli 09]. Tersedia pada: http://jma.mb.ipb.ac.id

(37)

Hidayat MA. 2009. Analisis konsistensi mutu dan rendemen crude palm oil (CPO) di pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam [skripsi]. Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara Kartasapoetra GA. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan

Tanaman. Jakarta (ID): Bumi Aksara

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI Pr.

Lux Innovation. 2008. Ishikawa diagram=cause and effect diagram. Lux Innovation [Internet]. [diunduh 2013 Mei 31]. Tersedia pada:

http://www.innovation.public.lu/en/ir-entreprise/techniques-gestion-innovation/resolution-problem/080825-Diagramme-d_Ishikawa-verse-eng.pdf Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Mangoensoekarjo S, Tojib A.T, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2012. Marihat klon-pilihan terbaik kelapa sawit

[internet]; [diunduh pada: 2013 sep 20]. Klon. Tersedia pada: http://www.iopri.org/download/finish/8/64.html

Presetyo AE, Susanto A. 2005. Fruits set kelapa sawit dengan teknik hatch-carry Elaedobius kamerunicus [ulasan]. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Said M. 2013. Kebun Topaz 250 Hektare Produksi Bibit Sawit [Internet]; [diunduh pada: 2013 Agustus 30]. Berita. Tersedia pada: http://www.antarariau.com/berita/26931/kebun-topaz-250-hektare-produksi-bibit-sawit

Sipayung A, Thohari M. 1994. Penelitian pengembangan burung hantu Tytoalba dalam perkebunan kelapa sawit. Buletin PPKS.1:97−104

Socfin Indonesia. 2013. Apa varietas benih kelapa sawit yang dikeluarkan oleh PT Socfin Indonesia? [internet]; [diunduh pada: 2013 Sep 20]. Pertanyaan & Jawaban. Tersedia pada: http://www.socfindo.co.id/?q=node/68

Surtikanti. 2011. Bioekologi burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus.Seminar dan Pertemnuan Tahunan XXI PEL PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan[Internet]. [7 Juni 2011 di Sulawesi Selatan]. Sulawesi Selatan (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. hlm 72−75; [diunduh 2013 Agustus 8]. Tersedia pada:http://www.arsipbalitsereal.net/wp-content/uploads/2013/02/10 Surtikanti-Bioekologi-predator-tikus-Tyto-alba.pdf

Wahyudi A. 2012. Produksi CPO Indonesia Terbesar di Dunia [Internet]; [diunduh pada: 2013 Oktober 11] . Berita. Tersedia pada:

http://www.bumn.go.id/ptpn8/publikasi/berita/produksi-cpo-indonesia-terbesar-di-dunia/

(38)
(39)

Lampiran 1 Uraian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas (PHL) di Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja penulis Lokasi

Penulis Karyawan Standar

11 Feb Orientasi kebun - - - Afdeling 2

12 Feb Panen & pengangkutan

buah -

27 Feb Pemeriksaan mutu buah & hancak panen

(40)

Lanjutan (Lampiran 1)

Tanggal Uraian kegiatan Prestasi Kerja Lokasi

Penulis Karyawan Standar

Lampiran 2 Uraian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di KebunTalisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

Tanggal Uraian kegiatan

15 Mar Penghitungan TBS di

(41)

Lanjutan (Lampiran 2)

9 April Analisis kandungan FFA

dan DOBI CPO - - 7 jam

Lampiran 3 Uraian kegiatan magang sebagai asisten afdeling mandor di Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

Tanggal Uraian kegiatan

16 April Pemerikasaan mutu buah

& hancak penen 3 orang 30 ha 7 jam

19, G-20, G-23,

I-19

17 April Pemerikasaan mutu buah

& hancak penen 1 orang 10 ha 7 jam

19, G-20

18 April Administrasi afdeling - - 7 jam Kantor afd

2

19 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 5 jam

Lab. Talisayan

(42)

Lanjutan (Lampiran 3)

20 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 4 jam

Lab. Talisayan

21 April Libur - - - -

22 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

23 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

24 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisyan

Mill

25 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

26 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

27 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

28 April Libur - - - -

29 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

30 April Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

1 Mei Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

2 Mei Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

3 Mei Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

4 Mei Analisis kandungan FFA

dalam CPO - - 7 jam

Lab. Talisayan

Mill

5 Mei Libur - - - -

6 Mei Pemeriksaan mutu buah

dan hancak panen 1 orang 20 ha 5 jam

20, H-21

(43)

Lanjutan (Lampiran 3)

16 Mei Pemantauan burung hantu

(44)

Lanjutan (Lampiran 3)

Tanggal Uraian kegiatan

Prestasi kerja penulis

Lokasi Jumlah

mandor yang diawasi

Luas areal yang diawasi

Lama kegiatan

1 Juni Presentasi hasil magang - - -

Kantor besar TSE

1

2 Juni Libur - - - -

3 Juni Administrasi afdeling - - 7 jam Kantor afd 2

4 Juni Administrasi afdeling - - 7 jam Kantor afd

2

5 Juni Administrasi afdeling - - 7 jam Kantor afd

2

6 Juni Libur - - - -

7 Juni Administrasi afdeling - - 5 jam Kantor afd

2

8 Juni Persiapan pulang - - - -

Lampiran 4 Identifikasi masalah penurunan rendemen (ekstraksi) minyak di Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

(45)

Lampiran 6 Identifikasi masalah pelukaan pada tandan buah segar (TBS) di Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

(46)
(47)

Lampiran 8 Curah hujan lima tahun terakhir (2008-20012) di Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

Bulan

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM

Januari 11 416 11 271 12 505 13 385 14 298

Februari 16 272 10 333 12 132 12 254 8 101

Maret 21 335 12 208 8 57 14 295 25 214

April 13 184 14 250 8 105 12 230 11 242

Mei 4 54 7 108 10 99 6 207 10 115

Juni 11 270 3 25 8 53 6 207 4 162

Juli 16 107 3 51 13 170 4 63 3 217

Agustus 8 114 6 72 12 102 2 61 3 71

September 6 96 - - 17 282 5 129 3 89

Oktober 10 233 5 51 13 262 14 481 12 121

November 18 370 20 228 13 290 6 149 19 443

Desember 14 303 9 106 13 208 6 232 18 423

Total 154 2 753 100 1703 139 2 266 100 2 536 130 2 494

Rataan hari hujan (hari) 125 Rataan curah hujan (mm) 2 350

Bulan basah (BB) 10 7 9 10 10

Bulan kering (BK) 1 3 2 - -

Qa Rataan jumlah BK / Rataan jumlah BK X 100% = 1.2 / 9.2 X 100% = 13% (tipe A: sangat basah)

Sumber: Data sekunder Kebun Talisayan 1, HH (Hari Hujan) dan MM (satuan milimeter untuk volume curah hujan); aklasifikasi tipe iklim Schimidt-Fergusson untuk komoditas perkebunan; BK: < 60 mm, BB: > 100 mm; 0 < Q < 14.3 (tipe A/sangat basah); 14.3 < Q < 33.3 (tipe B/basah); 33.3 < Q < 60 (tipe C/agak basah); 60 < Q < 100 (tipe D/sedang); 100 < Q < 167 (tipe E/agak kering); 167 < Q < 300 (tipe F/kering); 300 < Q < 700 (tipe G/sangat kering); Q > 700 (tipe

(48)

Lampiran 9 Peta Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

(49)
(50)

Lampiran 10Struktur organisasi Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu PerkasaPlantationtahun 2012 Manager

Asisten kepala

Asisten traksi/CE

Asisten afdeling KTU/Kasie

Bengkel Mandor

semprot

Mandor panen dan pemeliharaan

Mantri tanaman Kantor kebun Kepala

poliklinik

Transport Krani afdeling Mantri buah Gudang

Tukang dan adm. traksi

Mantri sensus

(51)

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Contoh pembuatan diagram Ishikawa
Gambar 2Perbedaan bentuk buah dan pelepah bibit kelapa sawit, a) Marihat, b)
Tabel 1 Sebaran produksi dan produktivitasvarietas/klon Marihat, Socfin, dan Topazdi Kebun Talisyaan 1 tahun 2012
Tabel 3  Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, dan kebutuhan tenaga kerja harian dan realisasi di afdeling 1 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan Notaris adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayanin, namun pelaksanaan pengawas terhadap perilaku dan pelaksana jabatan Notaris bukanlah hal yang

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema pengembangan model pembelajaran bola tangan dengan memodifikasi permainan bola tangan

Guru mengunggah slide power point yang berisi soal/masalah tentang pencatatan transaksi giro bank syariah pada google classroom yang dibagi dalam beberapa

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan hanya untuk Alloh SWT yang telah meridhoi dan memberikan petunjuk kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi

• Dari hasil penelitian, kepuasan kerja adalah variabel yang paling berpengaruh besar terhadap komitmen organisasi karyawan Semen Gresik disarankan untuk memprioritaskan

Objek ini memperhatikan bagaimana cara memunculkan kembali dan menguatkan kesan atau suasana yang menjadi ciri khas kuliner Kota Solo yang telah terbentuk sejak

Ide dibalik kaitan yang tidak kaku adalah untuk mengurangi gaya putar protesa yang mendesak periodontium dari gigi penyangga dengan memendekkan mahkota klinis gigi asli sehingga

Fungsi dari masing-masing komponen system pengapian adalah 1) baterai sebagai sumber arus, 2) kunci kontak untuk menghidupkan dan mematikan sistem pengapian, 3) koil untuk