• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG

BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL

BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU

KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

SKRIPSI

FARIS FAKHRI DESTANTO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

ii RINGKASAN

Faris Fakhri Destanto. D14061974. 2011. Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Hj. Komariah, M.Si.

Pembimbing Anggota : Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola hubungan bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang badan pada domba lokal dengan umur yang berbeda. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 216 ekor domba lokal dengan rincian Domba Ekor Tipis (DET) sebanyak 134 ekor dan Domba Ekor Gemuk (DEG) sejumlah 82 ekor yang diambil dari tiga peternakan domba di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah pada bulan Januari hingga Maret 2011. Masing-masing diklasifikasikan menjadi dua kelompok umur, yaitu I0 (0-1 tahun), I1 (1-2 tahun) dan dilakukan pengukuran terhadap bobot

badan (BB), lingkar dada (LD) dan panjang badan (PB). Penentuan antara masing-masing parameter ukuran tubuh dalam setiap bangsa dan umur yang berbeda nyata, diperoleh dan dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan BB pada DEG tidak mengalami perbedaan yang nyata antara umur I0 dan I1 (P>0,05), tubuh diprediksi menggunakan regresi linear sederhana dengan nilai determinasi (R2) dan korelasi (KK) serta ditemukan rumus BB = 1,152 LD - 48,29 (R2 = 0,857; KK = 0,926) dan BB = 0,984 PB - 29,35 (R2 = 0,578; KK = 0,761) untuk DEG I0, sedangkan pada DEG I1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,916 LD - 37,35 (R2 = 0,875; KK = 0,935) dan BB = 1,051 PB - 33,47 (R2 = 0,772; KK = 0,879). DET I0 memiliki pola hubungan yang diperlihatkan dengan rumus BB = 0,748 LD - 26,72 (R2 = 0,901; KK = 0,949) dan BB = 0,838 PB - 23,81 (R2 = 0,575; KK = 0,759), sedangkan pada DET I1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,904 LD - 35,45 (R2 = 0,852; KK = 0,923) dan BB = 1,040 PB - 29,89 (R2 = 0,566; KK = 0,753).

(3)

iii ABSTRACT

Estimation of Body Weight based on Body Length and Chest Circumference of Local Sheep in Tegalwaru Village Ciampea District Bogor

Destanto, F. F., Komariah and M. Baihaqi

The aim of this study was to estimate body weight (BW) based on chest circumference (CC) and body length (BL) of local sheep with different age. The 216 local sheep were selected as sample consists of 134 heads Thin Tailed Sheep (TT) and 82 heads Fat Tailed Sheep (FT). The sample were taken from Bogor consisting of Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah from January to March 2011. The samples were classificated by different age groups, I0 (0-1 year old) and I1 (1-2 years old). The differences of body measurement ages were analyzed by t-test. In order to make equation for estimating BW from CC and BL, there was analized by Correlation and Linear Regression Analyses. The results showed that significantly positive correlation (P<0,01) between CC and BW and between BW and BL in FT and TT. The pattern of relations between the two parameters of body size predicted using simple linear regression and equation formula below, BW = 1,152 CC - 48,29 (R2 = 0,857; Correlation = 0,926) and BW = 0,984 BL - 29,35 (R2 = 0,578; Correlation = 0,761) for FT I0, while the FT I1, the formula predicted size of each body size BW = 0,916 CC - 37,35 (R2 = 0,875; Correlation = 0,935) and BW = 1,051 BL - 33,47 (R2 = 0,772; Correlation = 0,879). TT I0 has a pattern of relationship shown in formula BW = 0,748 CC - 26,72 (R2 = 0,901; Correlation = 0,949) and BW = 0,838 BL - 23,81 (R2 = 0,575; Correlation = 0,759), whereas in the TT I1, prediction formula of each body size such as BW = 0,904 CC - 35,45 (R2 = 0,852; Correlation = 0,923) and BW = 1,040 BL - 29,89 (R2 = 0.566; Correlation = 0,753).

(4)

iv

ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG

BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL

BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU

KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

FARIS FAKHRI DESTANTO D14061974

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

v Judul : Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada

pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor

Nama : Faris Fakhri Destanto NRP : D14061974

Menyetujui, Pembimbing Utama,

Ir. Hj. Komariah, M.Si. NIP. 19590515 198903 2 001

Pembimbing Anggota

Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. NIP. 19800129 200501 1 005

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1988 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Junianto Ngaspan Mintarjo dan Ibu Hj. Tatin Agustina. Pendidikan penulis diawali dari taman kanak-kanak pada tahun 1993 di TK Cenderawasih Jaya 1 Bekasi, dilanjutkan ke sekolah dasar di SD Negeri Siliwangi 1 Bekasi tahun 1994, kemudian ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Bekasi pada tahun 2000. Selepas menamatkan SMP, pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bekasi.

(7)

vii KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor di bawah bimbingan Ir. Hj. Komariah, M.Si. dan Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program sarjana dan meraih gelar sarjana peternakan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud dalam berperan aktif dan berkontribusi memajukan dunia peternakan khususnya di Indonesia.

Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai adanya korelasi positif antara peningkatan bobot badan dengan berbagai macam ukuran tubuh, diantaranya lingkar dada dan panjang badan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kelancaran penelitian. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, namun Penulis berharap semoga karya kecil ini memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat dijadikan panduan bagi yang membutuhkan, khususnya dalam upaya peningkatan prduktivitas Domba Lokal di Kabupaten Bogor.

Bogor, Oktober 2011

(8)
(9)

ix

Kondisi Umum Peternakan ... 16

Mitra Tani Farm ... 16

UD Berkah ... 17

Sumber Rezeki Farm ... 18

Hubungan Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Domba ... 19

Domba Ekor Gemuk ... 20

Domba Ekor Tipis ... 22

Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan Persamaan Regresi Linear ... 24

Domba Ekor Gemuk ... 24

Domba Ekor Tipis……... ... 29

Uji Keakuratan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

UCAPAN TERIMA KASIH ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(10)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pendugaan umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri ... 10 2. Sebaran Kelompok Ternak Berdasarkan Kelompok Umur …………. 11 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang

Berbeda…….………... 20

4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada

Umur yang Berbeda ……….………... 21

5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang

Berbeda…….………... 22

6. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada

Umur yang Berbeda ………..….. 23

7. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I0 …….. 24 8. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I1……... 26 9. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I0………... 29 10. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I1………... 32 11. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan

Lingkar Dada……… 34

12. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan

(11)

xi DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri…….. 12 2. Cara mengukur Ukuran Tubuh……… 13 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea…… 15 4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm………... 17 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD. Berkah….. 18 6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba SR Farm……... 19 7. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot

Badan Domba Ekor Gemuk umur I0 ………... 25 8. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot

Badan Domba Ekor Gemuk umur I0………... 26 9. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot

Badan Domba Ekor Gemuk umur I1 ………... 27 10. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot

Badan Domba Ekor Gemuk umur I1 ………... 28 11. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot

Badan Domba Ekor Tipis umur I0……….. 30 12. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot

Badan Domba Ekor Tipis umur I0 ……….. 31 13. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot

Badan Domba Ekor Tipis umur I1……….. 32 14. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot

(12)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I0…..………... 43 2. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I0 43 3. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan

terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I0….……… 43 4. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I1……….. 43 5. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I1 44 6. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan

terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I1………… 44 7. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I0……….. 44 8. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I0 44 9. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan

terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I0……… 44 10. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I1….………. 45 11. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I1 45 12. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan

terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I1….……….. 45 13. Uji T pada Bobot Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1 46 14. Uji T pada Lingkar Dada antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1 46 15. Uji T pada Panjang Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG

Umur I1……….. 46

16. Uji T pada Bobot Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1… 46 17. Uji T pada Lingkar Dada antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1 47 18. Uji T pada Panjang Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1 47

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis, memiliki beranekaragam plasma nutfah

ternak, salah satunya domba. Menurut Mason (1980) tercatat sebanyak 96% domba di Asia Tenggara berada di Indonesia. Masyarakat Indonesia umumnya beternak domba sebagai sumber penghasilan sampingan. Di daerah pedesaan, masyarakat

lebih cenderung menjadikan ternak domba sebagai sumber penghasilan utama

mereka selain bertani. Masyarakat mengetahui bahwa beternak domba memiliki banyak keuntungan, diantaranya domba merupakan salah satu ternak yang memiliki tingkat kesuburan tinggi.

Mason (1980) menjelaskan domba di Asia memiliki peranan khusus di masing-masing negara asalnya, seperti India memiliki Domba Mandya yang berfungsi memproduksi daging, Pakistan dengan Domba Damani yang dapat menghasilkan susu (ternak perah) dan Domba Lokal dari Indonesia memiliki kesuburan tinggi. Disebutkan total produksi domba ialah 200-220 ekor per 100 ekor domba dewasa per tahun, sehingga dapat dikatakan domba merupakan ternak prolifik atau ternak dengan rataan jumlah kelahiran anak banyak per tahun.

Ternak domba mengalami penyebaran dalam perkembangbiakkannya seiring

dengan keluar-masuknya pedagang domestik maupun internasional yang membawa

serta ternaknya. Provinsi yang besar pengaruhnya dalam distibusi ternak domba

adalah Jawa Barat. Pemanfaatan domba bukan merupakan hal baru bagi masyarakat

daerah Bogor. Tercatat populasi domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2009 mencapai 5.249 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2009).

Salah satu bangsa ternak domba yang dimiliki dan sangat potensial untuk

dikembangkan dimasa mendatang adalah domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi melahirkan yaitu 1,82 kali dalam satu tahun (Iniguez et al., 1991).

Bobot badan domba mencerminkan bobot karkas yang dihasilkan dan

menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan pakan serta nilai

jual domba. Secara umum ada dua metode penentuan bobot badan seekor ternak, yaitu

(14)

2

paling akurat tetapi memiliki beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan

peralatan khusus dan tidak semua ranch memiliki peralatan tersebut. Metode ini dalam

kondisi tertentu tidak praktis. Adapun metode pendugaan umumnya dilakukan

melalui ukuran-ukuran tubuh ternak, misalnya melalui lingkar dada dan panjang

badan.

Data-data seperti bobot badan dan ukuran dimensi tubuh perlu diketahui

untuk menduga bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh pada domba lokal.

Diperkirakan terdapat korelasi positif antara bobot badan dengan lingkar dada, tinggi

pundak dan panjang badan, sehingga secara tidak langsung pendugaan bobot badan

ternak dapat dilakukan dengan hanya menentukan lingkar dada dan panjang badan.

Penentuan bobot badan dengan cara ini diharapkan lebih praktis untuk diterapkan,

walaupun ketepatannya pada masing-masing jenis ternak masih perlu dikaji.

Penelitian yang dilakukan merupakan kajian lanjutan untuk menambah informasi

keeratan hubungan antara panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan pada

tingkat umur yang berbeda.

Tujuan

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Domba Lokal

Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi melahirkan yaitu 1,82 kali dalam satu tahun (Iniguez et al., 1991). Populasi domba di Indonesia tahun 2009 tercatat sebesar 10.471.991 ekor. Angka ini mengalami kenaikan 8,28% dari tahun sebelumnya yaitu berjumlah 9.605.339 ekor. Populasi domba tertinggi terdapat di Propinsi Jawa Barat yaitu 5.524.209 ekor atau sebanyak 52,75% populasi domba di Indonesia terdapat di Jawa Barat (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Domba lokal merupakan bangsa domba bertubuh kecil. Mulyaningsih (1990) berpendapat, sedikitnya terdapat tiga bangsa keturunan asli yang disebut domba pribumi, yaitu Domba Ekor Tipis (thin-tailed), Domba Priangan dari Jawa Barat dan Domba Ekor Gemuk dari Jawa Timur (fat-tailed).

Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal dari India dan DEG berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne, 1993). Domba lokal mampu hidup di daerah yang gersang. Karakteristik domba ini antara lain memiliki badan yang relatif kecil, warna bulu dominan putih pada bagian mata dan pada hidung terdapat bercak hitam, telinga berukuran sedang dan tanduk melengkung ke dalam bagi jantan (Devendra dan McLeroy, 1992; Mulyaningsih, 2006).

Domba Ekor Tipis

Pulau Jawa memiliki beranekaragam bangsa domba. Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia yang mudah ditemui di seluruh Pulau Jawa terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di daerah yang gersang dengan ciri-ciri tubuh kecil, ekor relatif kecil dan tipis serta bulu badan berwarna putih atau belang-belang hitam. Domba betina umumnya tidak bertanduk dengan berat dewasa sekitar 15-20 kg sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar dengan berat dewasa sekitar 30-40 kg.

(16)

4 menyatakan persentase karkas dipengaruhi oleh bobot badan dan perlemakan tubuh pada waktu mencapai kondisi dipasarkan. Komponen karkas terdiri dari tulang, daging dan lemak (Soeparno, 1994).

Domba Ekor Gemuk

Bangsa domba lokal lain yang terdapat di Indonesia ialah Domba Ekor Gemuk (DEG) yang banyak ditemui di daerah Jawa Timur dan Madura. Domba berekor gemuk (fat-tailed) seperti Domba Donggala dan domba-domba lainnya berada di daerah Jawa Timur. DEG juga terdapat di Surabaya dan Situbondo. Ciri khas dari DEG ini adalah bentuk ekor yang panjang, lebar, tebal, besar, semakin ke ujung semakin kecil dan berlemak yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan habitatnya yaitu beriklim kering.

Domba ini memiliki ciri lain yaitu berwarna putih, wool kasar, domba jantan dan domba betina tidak mempunyai tanduk, sebagian besar domba bewarna putih,

Sistem pemeliharaan domba di Indonesia umumnya dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

Sistem Ekstensif

Sistem ekstensif merupakan cara pemeliharaan domba dengan membiarkan seluruh aktivitas makan, perkawinan, pertumbuhan dan penggemukkan dilakukan di padang penggembalaan. Domba dilepas di padang penggembalaan dengan rumput yang cukup subur dan pertumbuhan domba ini sangat tergantung dari kualitas padang pengembalaannya.

Sistem Semi Intensif

(17)

5 sistem semi intensif ternak digembalakan saat siang hari di padang penggembalaan dan pada malam hari ternak dikandangkan serta pakan diberikan di dalam kandang.

Sistem Intensif

Sistem intensif banyak diterapkan pada peternakan komersial. Pemeliharaan dengan sistem ini yaitu ternak dikandangkan terus-menerus (sepanjang hari) (Tomaszewska et al., 1993). Sistem ini umumnya juga diterapkan di pedesaan yang padat penduduknya. Ternak yang dipelihara secara intensif umumnya menggunakan pakan berupa rumput secukupnya, sedangkan sisa kebutuhannya dipenuhi dengan memberikan konsentrat. Peternakan komersial di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea, Bogor menggunakan sistem intensif karena sumber pakan cukup tersedia serta iklim sekitar lokasi cenderung mendukung tumbuhnya hijauan makanan ternak berkualitas. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba.

Munier et al. (2003) menyatakan bahwa pemberian pakan tambahan terhadap domba yang dipelihara secara intensif dapat meningkatkan pertambahan bobot tubuh harian dan bobot akhir. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Selain itu dengan pemeliharaan secara intensif ini ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk program penggemukkan (Mathius et al., 1998).

Pertumbuhan Ternak

(18)

6 Penggemukan

Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk pertambahan bobot badan (Suharya dan Setiadi, 1992). Istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang berarti pembentukan lemak dan istilah tersebut dewasa ini tidak sesuai lagi karena sistem produksi dan selera konsumen yang berubah-ubah. Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya.

Bila ternak yang digunakan belum dewasa, maka program tersebut sifatnya adalah membesarkan sambil menggemukan atau memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1999). Penggemukkan pada umumnya terdapat tiga kategori yaitu penggemukkan jangka waktu pendek (kurang lebih satu bulan), jangka waktu sedang (kurang lebih dua bulan) dan jangka waktu panjang (kurang lebih tiga bulan) (Parakkasi, 1999). Waktu penggemukan yang semakin lama akan menghasilkan pertambahan bobot badan menurun, tetapi presentase karkas akan meningkat seiring dengan lama penggemukan.

Ukuran Tubuh Ternak sebagai Penduga Bobot Badan

(19)

7 Pertumbuhan meliputi peningkatan bobot badan, pertambahan dalam masa organik, mitosis, migrasi sel, sintesis protein dan pertambahan ukuran linear tubuh. Korelasi disebut positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan peningkatan pada sifat lain. Apabila satu sifat meningkat sedangkan sifat lain menurun maka korelasinya disebut negatif (Laidding, 1996). Penggunaan ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat memberikan gambaran eksterior seekor domba dan mengetahui perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam seleksi. Keragaman merupakan suatu sifat populasi yang sangat penting dalam melakukan seleksi. Seleksi akan efektif bila terdapat tingkat keragaman tinggi (Martojo, 1990).

Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan bobot badan ternak, namun bobot badan dapat diduga dengan mengukur ukuran tubuh ternak. Penelitian yang dilakukan Pesmen dan Yardimci (2008) menyimpulkan bahwa bobot badan dapat dijadikan ukuran penduga menggunakan beberapa ukuran tubuh pada Kambing Saanen yang dipisahkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menggunakan kambing umur 2-2,5 tahun pada periode laktasi awal sedangkan kelompok kedua digunakan kambing siap inseminasi untuk pertama kalinya. Bobot badan ditemukan berkorelasi positif dengan lingkar dada, lingkar sengkel, tinggi pundak, panjang badan dan dalam dada pada kelompok pertama, sedangkan pada kelompok kedua bobot badan berkorelasi sempurna dengan lingkar dada dan panjang badan. Persamaan regresi dugaan untuk kelompok pertama yaitu BB = -151,295 + 1,067 LD + 3,262 PB + 0,167 LS + 0,604 TP + 0,254 DD dan BB = -64,753 + 0,863 LD + 0,717 PB - 0,029 LS + 0,207 TP + 0,254 DD untuk kelompok kedua.

(20)

8 dan ukuran linear tubuh pada jantan menunjukkan supremasi. Semua ukuran tubuh secara signifikan lebih tinggi pada Kambing Mubende (P<0,05) menjelaskan bahwa kambing ini lebih besar bentuk tubuhnya dari dua kambing lainnya. Semua ukuran linear tubuh dan bobot badan sangat berpengaruh (P<0,001) dan berkorelasi positif pada segala usia kecuali kelompok dengan dua pasang gigi seri permanen (I2). Penggabungan ukuran tubuh dalam regresi berganda, dapat meningkatkan nilai koefisien determinasi (R2) menjadi 0,91.

Ukuran-ukuran rangka seperti panjang badan kurang dipengaruhi oleh gizi dan dengan demikian menunjukkan ukuran yang melekat lebih baik dari dimensi yang terkait deposisi lemak dan otot, seperti ukuran-ukuran lebar lingkar tubuh serta bobot badan (Kamalzadeh et al., 1998). Coleman dan Evans (1985) melaporkan bahwa pembatasan nutrisi dalam pakan yang diberikan pada sapi, dapat menekan pertumbuhan tinggi dan panjang badan selama fase pertumbuhan. Ukuran linier dan bobot badan nyata dipengaruhi oleh bangsa, umur dan jenis kelamin, namun tidak dengan tingkat warna bulu (P<0,05). Warna bulu dikendalikan tunggal atau sedikit gen sehingga dengan demikian tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada sifat kuantitatif. Persamaan penduga bobot badan (BB) melalui lingkar dada (LD) yang diperoleh pada Kambing Mubende yaitu BB = -35,39 + 0,94 LD dengan koefisien determinasi disesuaikan (R2 adjusted) sebesar 0,90 (P<0,001), sedangkan pada SEA (Teso/Lugware) yaitu BB = -25,85 + 0,76 LD dengan R2 adjusted sebesar 0,88 (P<0,001) (Jimmy et al., 2010).

Studi karakteristik morfometrik yang dilakukan Wirdateti et al. (2009) pada Rusa Sambar akan digunakan sebagai sifat dasar pertumbuhan terkait seleksi. Tujuan penelitian adalah untuk mengatur seleksi terbaik pada keturunan Rusa Sambar. Karakteristik morfometrik yang diamati pada penelitian yaitu masing-masing bobot badan, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, panjang kepala, lebar kepala, lebar telinga dan panjang telinga. Hasil penelitian menunjukkan lingkar dada (LD) berkorelasi sangat nyata terhadap bobot badan (BB) dengan persamaan penduga BB = -108,004 + 1,875 LD. Dapat disimpulkan lingkar dada merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menyeleksi sifat pertumbuhan pada Rusa Sambar.

(21)

9 hormonal, sehingga rusa jantan lebih berat mulai umur dara. Menurut Lincoln (1985), sekresi hormon luteinizing (LH) erat hubungannya dengan pertumbuhan dan siklus reproduksi pada kelompok jantan dan betina. Rendahnya bobot badan pada Rusa Sambar dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan yang tidak memadai, yaitu populasi rusa di lapang melebihi kapasitas tampungnya (Semiadi et al., 2005). Lingkar dada memberikan nilai korelasi fenotipik yang tertinggi kemudian diikuti oleh panjang badan, yaitu masing-masing 0,94 dan 0,90.

Lingkar dada selanjutnya digunakan untuk menduga persamaan regresi linear yang paling baik sebagai penduga bobot badan. Nilai ketepatan (derajat determinasi)

untuk persamaan regresi dengan variabel bebas gabungan lingkar dada dan panjang

badan yaitu 0,88 sedangkan pada lingkar dada sebesar 0,87.Tampak bahwa semakin

banyak variabel bebas yang dilibatkan untuk menduga bobot badan diperoleh derajat

determinasi yang lebih tinggi. Persamaan linier penduga bobot badan dengan derajat

determinasi (R2) tertinggi berturut-turut BB = -116,24 + 1,44 LD + 0,52 PB (R2 =

0,88) dan BB = -108,00 + 1,88 LD (R2 = 0,87).

Cam et al. (2010) menyimpulkan bahwa panjang badan dapat digunakan sebagai penduga bobot badan pada Kambing Kilkeci tanpa mempertimbangkan usia, kondisi lapang dan jenis kelamin yang dibesarkan di empat peternakan berbeda sebelum waktu kawin pada kondisi peternakan rakyat. Terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara kelompok usia. Ditemukan korelasi positif dan signifikan (P<0,001) antara bobot badan dan ukuran tubuh. Korelasi tertinggi ditemukan antara bobot badan dan lingkar dada (0,847) dan dalam dada (0,775). Bobot badan dapat diduga menggunakan persamaan BB = -47,8 + 1,12 LD dengan koefisien determinasi (R2 = 0,717), sedangkan panjang badan dapat digunakan sebagai penduga ukuran bobot badan menggunakan persamaan BB = -20,2 + 0,96 PB dengan koefisien determinasi yang rendah (0,368).

(22)

10 dan Utami (2008) menambahkan lingkar dada, tinggi pundak, dalam dada dan panjang badan, berkorelasi positif dengan bobot badan. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi karena berkaitan dengan produktivitas domba (Trislawati, 2006). Lingkar dada diukur melingkar di belakang sendi siku, sedangkan panjang badan pada domba ditentukan dengan mengukur jarak antara tulang duduk sampai bahu.

Menentukan Umur Domba

Umur ternak dalam pemeliharaan mempunyai peran yang penting karena melalui umur peternak dapat mengetahui kapan ternaknya dapat dikawinkan maupun digemukkan. Cara menentukan umur domba dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan melihat pergantian serta keausan (pergesekan antar gigi susu yang tumbuh menjadi gigi seri) gigi seri dan berdasarkan informasi dari peternak (pencatatan). Umur menentukan tingkat pertumbuhan domba. Pada umur yang berbeda, pertumbuhan domba cenderung tidak sama.

Frandson (1992) menerangkan, saat paling baik untuk menentukan umur seekor ternak adalah ketika pemunculan gigi. Gigi depan disebut gigi seri (incisor) dan biasanya dinyatakan dengan huruf I. Gigi ini diberi nomor dari arah pusat mulut atau simfisis, ke arah lateral. Pasangan pertama diberi kode I1 atau sentral, pasangan kedua disebut I2 atau intermediet, selanjutnya I3 disebut intermediet kedua dan yang terakhir (paling lateral) dengan nomor I4 atau sudut. Penentuan umur berdasarkan pergantian dan keausan gigi seri diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri

Gigi Seri Tetap Umur Keterangan

Belum ada gigi tetap (gigi susu) Kurang satu tahun I0

Sepasang gigi tetap (2 buah) l - 2 tahun I1

Dua pasang gigi tetap (4 buah) 2 - 3 tahun I2

(23)

11 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian telah dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD Berkah yang bertempat di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa barat, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan pada bulan Januari-Maret 2011.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini 216 ekor domba lokal jantan berasal dari tiga lokasi peternakan. Pakan yang diberikan adalah rumput lapang penuh pada UD. Berkah dan Sumber Rezeki Farm serta dan konsentrat dan ampas tahu pada Mitra Tani Farm. Jumlah dan sebaran contoh ternak domba menurut bangsa ternak yang berada pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Kelompok Ternak Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Ternak Kelompok Umur Jumlah

(ekor) I0 (ekor) I1 (ekor)

Domba Ekor Tipis 113 21 134

Domba Ekor Gemuk 52 30 82

Keterangan : I0 = umur kurang dari 1 tahun I1 = umur antara 1,0-1,5 tahun Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan gantung kapasitas 100 kg dengan skala terkecil 0,2 kg, tongkat ukur dengan skala terkecil 0,1 cm, alat tulis dan pita ukur kapasitas 100 cm.

Prosedur Persiapan

(24)

12 Pengumpulan Data

Data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan langsung terhadap sifat kuantitatif (bobot badan, panjang badan, dan lingkar dada) domba. Data sekunder adalah data populasi ternak dan kondisi kandang yang diperoleh melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber dan wawancara. Data-data domba yang telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan umur. Belum adanya sistem pencatatan yang baik menyebabkan umur domba tidak dapat ditentukan sehingga dilakukan penentuan umur ternak domba dengan melihat gigi. Adapun pendugaan umur ternak dilakukan dengan pengamatan berdasarkan gigi seri tetap seperti yang terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri

Peubah yang Diukur

(25)

13 Panjang badan (PB) diukur dengan menghitung jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang bahu (Os scapula) sampai benjolan tulang lapis/tulang duduk (Os ischium), menggunakan tongkat ukur. Panjang badan bersatuan cm.

Lingkar dada (LD) diukur melingkari rongga dada di belakang sendi bahu (Os scapula) dan kaki depan, menggunakan pita ukur. Lingkar dada bersatuan cm.

Bobot badan (BB) diukur menggunakan timbangan. Lingkar dada memiliki satuan kg.

Gambar 2. Cara Mengukur Ukuran Tubuh

Rancangan

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian, menentukan rataan, standar deviasi, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan persamaan regresi antara masing-masing ukuran tubuh yang mendukung keakuratan hasil penelitian. Dalam pengukuran, akan dihasilkan bentuk sebaran yang membentuk garis lurus atau linear. Sebaran data ini diolah menggunakan analisis regresi linear sederhana sesuai dengan persamaan (Brody, 1945) :

y = a + bx Keterangan : y = nilai bobot hidup dugaan (kg)

a = intersep

(26)

14 Hubungan antara dua ukuran tubuh, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi berdasarkan Sudjana (1988), model korelasinya adalah :

Keterangan : r = koefisien korelasi x1 = peubah bebas ke-1 x2 = peubah bebas ke-2 n = banyaknya pengulangan

(27)

15 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Geografis Wilayah

Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada 6o18'10"-6o47'10" Lintang Selatan dan 106o23'45"-107o13'30" Bujur Timur. Kabupaten Bogor terdiri dari 35 kecamatan, salah satunya ialah Kecamatan Ciampea. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 146.608 jiwa yang terdiri atas 75.527 laki-laki dan 71.081 perempuan. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 53,6 km2 dengan ketinggian sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah Kecamatan Ciampea berupa dataran dan perbukitan. Perbukitan di kecamatan ini mencapai 55% dari seluruh luas wilayah, dengan suhu udara sekitar 20-30oC dan curah hujan mencapai 22 hari per tahun (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Kabupaten Bogor, 2010). Penelitian mengambil sampel di tiga peternakan di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah. Desa Tegalwaru merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Ciampea. Batas sebelah Utara Desa Tegalwaru adalah Desa Bojongrangkas. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongjengkol. Lokasi Desa Tegalwaru dapat dilihat pada Gambar 3.

(28)

16 Desa Tegalwaru masuk ke dalam kategori Inpres Desa Tertinggal dengan luas wilayah 338.843 ha dan ketinggian 200 m di atas permukaan laut (dpl) serta curah hujan tinggi yaitu sekitar 21-23 m3. Desa Tegalwaru pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk 12.327 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tegalwaru pada umumnya hanya tamat sekolah dasar atau sederajat, yaitu sebesar 1.135 orang atau 9,21% dari jumlah penduduk, namun masih ada sejumlah masyarakat yang mampu meneruskan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi setingkat program doktor (S3) yaitu sekitar 27 orang atau 0,22% dari jumlah penduduk. Penduduk yang memiliki mata pencaharian bertani (termasuk didalamnay beternak) di Kecamatan Ciampea yaitu berjumlah 971 jiwa atau 7,88% dari jumlah penduduk (Haerudin, 2010).

Kondisi Umum Peternakan Mitra Tani Farm

Mitra Tani Farm atau lebih dikenal MT Farm merupakan sebuah usaha berbasis peternakan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya domba, kambing, sapi dan kelinci. Usaha ini dikelola oleh beberapa alumni Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bidang usaha dari MT Farm mencakup penggemukkan, pembibitan, aqiqah dan cattering. Usaha MT Farm dibina dan dibimbing oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Luas lahan dan kandang sebesar 1 Ha. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem koloni yang dapat menampung 10-15 ekor domba tiap kandang dan total keseluruhan kapasitas kandang hingga 300 ekor ternak domba. Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa konsentrat dan ampas tahu. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 4.

(29)

17 Gambar 4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm

UD Berkah

Usaha Dagang Berkah disingkat UD. Berkah merupakan usaha berbasis

peternakan komersial perorangan yang menangani budidaya dan penjualan ternak

khususnya sapi, domba dan kambing. Peternakan ini didirikan pada tahun 2005.

Bidang usaha dari UD. Berkah mencakup penggemukkan, pembibitan dan aqiqah.

Ternak domba dan kambing dalam jumlah sedikit, hanya untuk aqiqah dan jasa

cattering, sebagian pembibitan. Pada Hari Raya Idul Qurban, jumlah ternak ditambah

untuk keperluan penggemukkan dan penjualan. Kandang penggemukkan domba

menerapkan sistem individu yang dapat menampung hingga 75 ekor ternak domba,

sedangkan kandang pembibitan menerapkan sistem koloni hingga 45 ekor ternak

(30)

18 Gambar 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD Berkah

Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapang dan daun. Waktu pemberian pada pagi, siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan hijauan domba tidak perlu diberikan air minum terpisah. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap genteng. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. UD. Berkah beralamat di Gang Barokah Jalan Manunggal Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Sumber Rezeki Farm

(31)

19 hingga saat ini. Peternakan ini memiliki kandang yang dapat menampung ternak domba hingga 100 ekor. Kandang domba SR Farm menerapkan sistem koloni dengan kapasitas 5-7 ekor per kandang. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba Sumber Rezeki Farm

Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah

hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan

hijauan yang diberikan berupa rumput lapang. Waktu pemberian pada pagi, siang dan

sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan

hijauan domba tidak diberikan air minum. Domba dipelihara dengan sistem intensif

di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah

kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan

jatuh ke penampungan. SR Farm bertempat tidak jauh dari MT Farm, yaitu Desa

Tegalwaru RT.03 RW.05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Domba

(32)

20 suatu bangsa (Doho, 1994). Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk yang telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 3.

Domba Ekor Gemuk

Tabel 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda

Umur Bobot Badan (kg)

I0 18,74±6,05 (n=52)

I1 17,94±5,71 (n=30)

Rataan Umum 18,45±5,91

Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor)

Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk pada umur I0 maupun I1 tidak

berbeda nyata (P>0,05). Domba Ekor Gemuk mempunyai rataan umum bobot badan

sebesar 18,45 kg/ekor dengan kisaran antara 17,94-18,74 kg/ekor. Data

memperlihatkan terjadinya penurunan rataan bobot badan pada Domba Ekor Gemuk.

Perbedaan bobot badan ini mungkin disebabkan oleh kondisi tubuh saat ternak

ditimbang. Perbedaan kondisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan,

sebagaimana dinyatakan oleh Judge et al. (1989) bahwa komposisi tubuh antara lain

dipengaruhi oleh laju pertumbuhan. Diperkirakan pada laju pertumbuhan yang

berbeda, pertumbuhan tulang karkas tidak berbeda, sedangkan pertumbuhan daging

dan lemak karkas berbeda (Rianto et al., 2006). Natasasmita (1979) menambahkan

bahwa pakan sangat penting diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok dan

pertumbuhan ternak, sehingga harus mengandung gizi dan selalu tersedia. Pakan

yang diberikan pada umumnya berupa hijauan; tetapi pada saat ketersediaan hijauan

berkurang, maka perlu diberikan penambahan pakan penguat seperti konsentrat.

Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang

proporsional dari bobot badan, karena bobot badan merupakan fungsi dari volume

tubuh. Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh ternak dapat

dideskripsikan dengan menggunakan ukuran permukaan tubuh dan penilaian visual

pada ternak. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Gemuk (DEG) pada umur

(33)

21 Tabel 4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur

yang Berbeda

Peubah I0 (n=52) I1 (n=30) Rataan Umum (n=82) --- cm ---

Lingkar Dada 58,17±4,86 60,33±5,83 58,96±5,3

Panjang Badan 48,85±4,68 48,9±4,77 48,87±4,68 Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor)

Rataan lingkar dada DEG pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum lingkar dada sebesar 58,96 cm/ekor dengan kisaran antara 58,17-60,33 cm/ekor. Hal yang sama juga terjadi pada rataan panjang badan DEG pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Banyak faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh diantaranya pakan dan jenis kelamin. Pakan yang diberikan pada penelitian ini adalah ad libitum

disesuaikan dengan takaran tempat pakan yang ada, sementara itu kandang berbentuk koloni, sehingga memungkinkan sebagian domba tidak mendapatkan pakan seuai kebutuhannya.

(34)

22 Domba Ekor Tipis

Tabel 5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda

Umur Bobot Badan (kg)

I0 15,32±5,44 (n=113)A

I1 23,91±6,56 (n=21)B

Rataan Umum 16,67±6,42

Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01)

Berbeda dengan Domba Ekor Gemuk, pada Domba Ekor Tipis bobot badan umur I0 dan I1 berbeda sangat nyata (masak dini). Hal tersebut ditunjukkan oleh bobot badan Domba Ekor Tipis umur I1 yang nyata lebih tinggi dibandingkan Domba Ekor Tipis umur I0 (P<0,01). Domba Ekor Tipis umur I0 memiliki rataan bobot badan 15,32 kg/ekor sedangkan pada umur I1, rataan bobot badan Domba Ekor Tipis mencapai 23,91 kg/ekor. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan bobot badan pada domba. Meningkatnya umur berkorelasi dengan meningkatnya bobot badan, namun pertumbuhan akan terhenti pada umur tertentu sehingga bobot badan tidak akan meningkat kembali.

Hasil ini sesuai dengan apa yang dikatakan Tillman et al. (1984) bahwa pertumbuhan ternak terdiri atas tahap cepat yang terjadi mulai awal sampai pubertas dan tahap lambat yang terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai. Bobot badan yang berbeda disebabkan domba mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsumsi pakan. Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Bobot badan juga dipengaruhi oleh manajemen dan lingkungan pemeliharaan serta pemberian pakan yang diberikan, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Aberle et al. (2001) dan Williams (1982).

(35)

23 Tabel 6. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada Umur

yang Berbeda

Peubah I0 (n=113) I1 (n=21) Rataan Umum (n=134) --- cm --- Lingkar Dada 56,15±6,89A 65,62±6,69B 57,64±7,66 Panjang Badan 46,65±4,92A 51,71±4,75B 47,44±5,21

Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01)

Perbedaan umur berpengaruh nyata terhadap rataan lingkar dada dan panjang badan Domba Ekor Tipis (P<0,01). Rataan lingkar dada DET pada umur I1 sangat nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I0. Hal demikian terjadi pula pada rataan panjang badan DET pada umur I0 maupun I1. Rataan panjang badan DET pada umur I1 nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I0. Hasil ini memiliki arti lingkar dada dan panjang badan dapat dijadikan kriteria dalam menentukan bobot badan DET pada umur I0 dan I1. Penelitian sebelumnya menyatakan lingkar dada dan panjang badan mempunyai korelasi yang erat dengan bobot badan domba, sehingga erat hubungannya dengan pertumbuhan. Diwyanto (1982) dan Amri (1992) menambahkan semakin cepat laju pertumbuhan, menyebabkan ukuran tubuh linear seperti lingkar dada dan panjang badan meningkat. Hal ini pula yang mendasari konsep pertumbuhan yaitu ke arah samping (Manggung, 1979).

(36)

24 Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan

Persamaan Regresi Linear

Pada umumnya, bobot badan domba akan mencerminkan bobot karkas yang

dihasilkan dan menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan

pakan serta nilai jual domba. Metode pengukuran bobot badan dapat dilakukan

dengan pendugaan yang umumnya dilakukan melalui ukuran-ukuran tubuh ternak,

misalnya melalui lingkar dada dan panjang badan.

Domba Ekor Gemuk

Tabel 7 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG) umur I0.

Tabel 7. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I0

Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi

Lingkar Dada – Bobot Badan y = 1,152x-48,29

Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan

(37)

25 Gambar 7. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan

Domba Ekor Gemuk Umur I0

(38)

26 Gambar 8. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan

Domba Ekor Gemuk Umur I0

Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda, karena pengaruh genetik maupun lingkungan, namun dapat berkorelasi satu sama lain. Doho (1994) mengemukakan bahwa korelasi yang erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya proses pertumbuhan yang terjadi pada hewan tersebut, karena untuk menjaga keseimbangan biologis, maka setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diiikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh. Tabel 8 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG) umur I1.

Tabel 8. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I1

Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi

Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,916x-37,35 0,875 0,935** Panjang Badan – Bobot Badan y = 1,051x-33,47 0,772 0,879** Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan

(39)

27 Tabel 8 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,916x-37,35 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,935 dan koefisien determinasi 0,875. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,916 satuan dan sekitar 87,5% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 12,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 9). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I1.

Gambar 9. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I1

Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,051x-33,47 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,879 dan koefisien determinasi 0,772. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot

(40)

28 badan (y) sebesar 1,051 satuan dan sekitar 77,2% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 22,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 10). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I1. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Gemuk umur I1 yang diukur tertera pada Tabel 8.

Gambar 10. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I1

Nilai korelasi ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk umur I1 pada umumnya lebih tinggi dari I0, dengan kata lain Domba Ekor Gemuk umur I1 umumnya memiliki hubungan yang lebih erat pada masing-masing ukuran tubuh dibandingkan Domba Ekor Gemuk umur I0. Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 hingga +1. Nilai -1 menunjukkan adanya hubungan yang sempurna namun bersifat terbalik atau berlawanan (negatif) antara masing-masing variabel, sedangkan hubungan +1

(41)

29 menyatakan adanya hubungan sempurna positif antara masing-masing variabel. Koefisien korelasi bernilai sempurna positif mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y juga naik, sedangkan koefisien korelasi bernilai sempurna negatif jika nilai X naik, maka Y akan turun atau sebaliknya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Nurhayati (2004) bahwa terdapat korelasi positif antara bobot badan dan panjang badan.

Domba Ekor Tipis

Tabel 9 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I0.

Tabel 9. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I0

Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi

Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,748x-26,72 0,901 0,949** Panjang Badan – Bobot Badan y = 0,838x-23,81 0,575 0,759** Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan

Tabel 9 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan

bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini

dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,748x-26,72 dengan koefisien

korelasi (r) sebesar 0,949 dan koefisien determinasi 0,901. Hal tersebut memiliki

pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi

peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,748 satuan dan sekitar 90,1% kesesuaian

model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar

dada dan bobot badan, sedangkan 9,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif

pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan

mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot

badan (Gambar 11). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat

(42)

30 Gambar 11 Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan

Domba Ekor Tipis Umur I0

(43)

31 Gambar 12. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan

Domba Ekor Tipis Umur I0

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan nilai ukuran tubuh

ternak ialah bangsa ternak, kemampuan individu ternak saat tumbuh dan manajemen

pemeliharaan termasuk di dalamnya pemberian dan konsumsi pakan. Tumbuh

kembang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pakan dan manajemen

(Aberle et al., 2001). Selanjutnya dinyatakan Cole (1982), laju pertumbuhan setelah

lepas sapih ditentukan oleh potensi pertumbuhan dari masing-masing individu

ternak. Potensi pertumbuhan dalam periode lepas sapih juga dipengaruhi oleh faktor

bangsa. Perbedaan bangsa memberikan keragaman dalam kecepatan pertumbuhan

dan komposisi tubuh. Ternak dari satu bangsa tertentu cenderung tumbuh dan

berkembang dalam suatu sifat yang khas, yang mencerminkan kekhasan bangsanya

(Aberle et al., 2001). Tabel 10 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui

parameter ukuran tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I1.

(44)

32 Tabel 10. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I1

Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi

Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,904x-35,45 0,852 0,923** Panjang Badan – Bobot Badan y = 1,040x-29,89 0,566 0,753** Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan

Tabel 10 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,904x-35,45 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,923 dan koefisien determinasi 0,852. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,904 satuan dan sekitar 85,2% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 14,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 13). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I1.

(45)

33 Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,040x-29,89 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,753 dan koefisien determinasi 0,566. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 1,040 satuan dan sekitar 56,6% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 43,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 14). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I1. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Tipis umur I1 yang diukur tertera pada Tabel 10.

Gambar 14. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I1

Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh besar terhadap bobot badan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa

(46)

34 korelasi positif ditemukan antara lingkar dada dan tingkat pertumbuhan yang mengindikasikan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan pada ternak. Darmadi (2004) menambahkan bahwa pada umumnya lingkar dada lebih mempengaruhi bobot badan dibandingkan panjang badan yang mempengaruhinya.

Uji Keakuratan

Uji keakuratan perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan rumus pendugaan terhadap ukuran tubuh domba yang sebenarnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan ukuran bobot hidup dan lingkar dada yang dimasukkan ke dalam pengolahan data persamaan tersebut. Pengujian keakuratan disajikan pada Tabel 11 dan 12.

(47)

35 Tabel 12. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Panjang

Badan

(48)

36 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penentuan bobot badan dapat menggunakan persamaan regresi dengan menggunakan lingkar dada (LD) dan panjang badan (PB), yaitu BB = 1,152 LD - 48,29 (R2 = 0,857; KK = 0,926) dan BB = 0,984 PB – 29,35 (R2 = 0,578; KK = 0,761) untuk Domba Ekor Gemuk umur I0, sedangkan pada Domba Ekor Gemuk umur I1, persamaan penduga masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,916 LD – 37,35 (R2 = 0,875; KK = 0,935) dan BB = 1,051 PB – 33,47 (R2 = 0,772; KK = 0,879). Domba Ekor Tipis umur I0 memiliki pola hubungan yang diperlihatkan dengan persamaan BB = 0,748 LD – 26,72 (R2 = 0,901; KK = 0,949) dan BB = 0,838 PB – 23,81 (R2 = 0,575; KK = 0,759), sedangkan pada Domba Ekor Tipis umur I1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,904 LD – 35,45 (R2 = 0,852; KK = 0,923) dan BB = 1,040 PB – 29,89 (R2 = 0,566; KK = 0,753).

Saran

(49)

37 UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur tak terhingga Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat pertolongan dari-Nya, Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang istiqomah dalam Iman dan Islam hingga akhir hayatnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir. Hj. Komariah, M.Si. sebagai dosen pembimbing utama dan Bapak Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. sebagai dosen pembimbing anggota atas segala kesabaran, pengertian dan bimbingannya sejak penyusunan proposal hingga penulisan skripsi ini. Ibu Ir. Henny Nuraini, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik, terimakasih atas bimbingan studi selama menjalankan kegiatan akademik di Fapet IPB.

Penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama dari Mas Budi, Mas Afnan dan Mas Amrul beserta tim MT Farm, Kang Tedi dan

Mba’Umi, S.Pt. beserta tim SR Farm dan Ust.Romli dan Mas Tri beserta tim UD.

Berkah juga tim peneliti bimbingan Ibu Komariah, Aslimah, Desti Astuti dan Latifah Hanum yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu selama penelitian berlangsung serta atas informasi berharga terkait kondisi peternakan masng-masing. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan pula kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc dan Ibu Ir. Widya Hermana, M.Si. sebagai dosen penguji dalam ujian sidang, yang telah mengkritik, memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

(50)

38 domba lokal. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Apriliyani, I. N. 2007. Penampilan produksi dan pendugaan bobot hidup berdasarkan

ukuran linear tubuh sapi lokal dan sapi persilangan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor. 2010. Data Curah Hujan Kabupaten Bogor. (Kilkeci). Asian Journal of Animal and Veterinary Advances 5 (1): 52-59. Cole, V. G. 1982. Beef Cattle Production Guide. NSWUP Ed. Parramatta, New

South Wales: Mac Arthur Press.

Coleman, S.W. & B.C. Evans, 1985. Effect of nutrition of age and size on compensatory growth in two breeds of steers. Journal Animal Science 63: 1968-1982.

Darmadi, D. 2004. Produktivitas Domba Garut tipe daging di dua desa yang berbeda ketinggian tempat di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Devendra, C & G. B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. Longman Group Limited, London.

Devendra, C. & G. B. McLeroy. 1992. Sheep Breeds. Dalam : C. Devendra & G. B. McLeroy (Editor). Goat and Sheep Production in the Tropic. ELBS Longman Group Ltd, London.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2009. Statistik Peternakan. http://disnakan.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&i d =175&Itemid=311 [8 Juni 2011]

Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Statistik Peternakan 2009. Departemen Pertanian, Jakarta.

(51)

39 Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada Domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Oliver & C. Van Der Weathuizen. 2002. Relationship between production performance, visual appraisal and body measurements of young Dorper Rams. South African Journal of Animal Science 32 : 256-262.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan : B. Srigandono dan Koen Praseno. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Google Maps. 2011. Peta Satelit Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea.

http://maps.google.com/peta+satelit+desa+tegalwaru+kecamatan+ciampea [5 Agustus 2011].

Haerudin. 2009. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa Kepala Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea, Bogor.

Iniguez, L., M. Sanhez & S. P. Ginting. 1991. Productivity of Sumatran Sheep in a system integrated with rubber plantation. Small Ruminant Research 5 : 303-307.

Jamal, M. K. 2007. Pendugaan bobot badan melalui ukuran-ukuran tubuh dengan pendekatan analisis regresi best-subset pada Domba Garut tipe tangkas, pedaging dan persilangannya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jimmy, S., M. David, K. R. Donald & M. Dennis. 2010. Variability in body morphometric measurements and their application in predicting live body weight of Mubende and Small East African Goat breeds in Uganda. Middle-East Journal of Scientific Research 5 (2): 98-105.

Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Forest, H. B. Hedrick & R. A. Merkel. 1989. Principles of Meat Science. Kendal Hunt Publishing Company, Dubuque. Kamalzadeh, A., W. J. Koops & J. van Bruchem, 1998. Feed quality restriction and

compensatory growth in growing sheep: modelling changes in both dimensions. Livestock Production Science 53: 57-67.

Laidding, A. R. 1996. Hubungan berat badan dan lingkar dada dengan beberapa sifat ekonomi penting pada Sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan Universitas Hassanudin IV (10) : 127-133.

Lincoln, G. A. 1985. Seasonal breeding in deer. In: Biology of deer production (Eds. P.F. Fennessy & K.R. Drew). The Royal Society of New Zealand Bulletin 22:165-179.

Ludgate, P. J., 1989. Kumpulan peragaan dalam rangka penelitian ternak kambing dan domba di pedesaan. Cetakan kedua. Small Ruminant Collaborative Research Support Program. Balitnak. Departemen Pertanian, Bogor.

(52)

40 Martojo, H. 1990. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Pusat Antar Universitas

Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mason, I. L. 1980. Profilic Tropical Sheep. Food and Agricultural Organization of The United Nations, Rome.

Mathius, W. B., B. Haryanto & I. W. R. Susana. 1998. Studi strategi kebutuhan energi protein untuk domba lokal: Dua tingkat energi-protein ransum, atas jumlah foetus. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian, Bogor.

Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik Domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyaningsih, N. 1990. Domba Garut sebagai sumber plasma nutfah ternak. Plasma

Nutfah Hewan Indonesia. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Indonesia. 42-49.

Mulyaningsih, T. 2006. Penampilan Domba Ekor Tipis jantan yang digemukkan dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Munier, F. F., D. Bulo, Syafruddin & Femmi N. F. 2003. Pertambahan bobot badan

Domba Ekor Gemuk (DEG) yang dipelihara secara semi-intensif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian, Bogor.

Natasasmita, A. 1979. Body composition of Swamp Buffalo (Bubalus bubalis). A study of developmental growth and sex differences. Thesis. University of Melbourne, Australia.

Noor, R. R. 2004. Genetika Ternak. Edisi ke 3. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nurhayati. 2004. Penampilan pertumbuhan Domba Priangan di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Pesmen, G. & M. Yardimci. 2008. Estimating the live weight using some body measurements in Saanen Goats. Archiva Zootechnica 11 (4) : 30-40.

Rianto, E., E. Lindasari, E. Purbowati. 2006. Pertumbuhan dan komponen fisik karkas Domba Ekor Tipis jantan yang mendapat dedak padi dengan aras berbeda. Journal Animal Production 8 (1) : 29-33.

Rizal, Y. 2000. Respon ayam broiler terhadap penggantian sebagian bungkil kedelai dengan bungkil inti sawit dalam ransum. Jurnal Peternakan dan Lingkungan (6) 1 : 15 – 20

(53)

41 Semiadi G, Adhi IGMJ & Trasodiharto A. 2005. Pola kelahiran Rusa Sambar

(Cervus unicolor) di Penangkaran Kalimantan Timur. Jurnal Biodiversitas 6 (1) : 59-62.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi II. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sudjana. 1988. Metode Statistik. Edisi ke IV. Tarsito, Bandung.

Suharya, E. & R. Setiadi. 1992. Pembinaan produksi ternak domba dan kambing di Jawa Barat. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor, Bogor.

Tillman, A.D., Hartadi H., Reksohadiprodjo S., Prawirokusumo S. & Lebdosoekojo S. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner & T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Trislawati, L. 2006. Seleksi Domba Garut pejantan di Peternakan Ternak Domba Sehat Dompet Dhuafa (TDS-DD) Republika berdasarkan ukuran-ukuran tubuh. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Utami, T. 2008. Pola pertumbuhan berdasarkan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh Domba Lokal di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Williams, I. H. 1982. A Course Manual in Nutritions and Growth. Australian Vicechamcellons Com, Australia.

Williamson G. & W. J. A. Payne. 1993. Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. 5th Ed. Longmans Green and Company, Ltd. London.

(54)
(55)

43 Lampiran 1. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I0

Variabel Jumlah Rataan SE Rataan StDev lingkar dada (x) 52 58.173 0.674 4.862 panjang badan (x) 52 48.846 0.648 4.675 bobot badan (y) 52 18.743 0.839 6.052

Lampiran 2. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I0

lingkar dada panjang badan panjang badan 0.783

bobot badan 0.926 0.761

Lampiran 3. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I0

Persamaan Regresi :

bobot badan (y) = - 48.3 + 1.15 lingkar dada (x)

Penduga Nilai Nilai SE T P

Konstanta -48.291 3.885 -12.43 0.000

lingkar dada (x) 1.15232 0.06656 17.31 0.000

S = 2.31100 R2 = 85.7% R2 (adj) = 85.4%

Persamaan Regresi :

bobot badan (y) = - 29.4 + 0.985 panjang badan (x)

Penduga Nilai Nilai SE T P

Konstanta -29.359 5.829 -5.04 0.000

Panjang badan (x) 0.9848 0.1188 8.29 0.000

S = 3.96637 R2 = 57.9% R2 (adj) = 57.0%

Lampiran 4. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I1

Gambar

Gambar 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD Berkah
Gambar 6.
Tabel 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda
Tabel 5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Lingkar dada Hasil analisis statistik tentang korelasi (r) dan koefisien determinasi (R 2 ) antara lingkar dada dengan bobot

Materi penelitian adalah 76 catatan bobot badan dan lingkar dada sapi perah umur 1, 30, 180, 365, 548 dan 730 hari dari Program Progeny Testing III yang diadakan oleh BIB

Dengan demikian, diperoleh bahwa penggunaan lingkar dada dan panjang badan sebagai variabel bebas adalah lebih konsisten dengan regresi berganda yang memakai ukuran badan

Panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, dan dalam dada, merupakan ukuran tubuh yang memiliki korelasi tertinggi dengan bobot badan pada domba Garut tangkas,

Ukuran lingkar dada mempunyai hubungan yang paling erat terhadap bobot badan daripada ukuran tubuh lainnya pada tiap kelompok umur, sehingga ukuran lingkar dada

bobot badan menggunakan ukuran-ukuran tubuh ternak dapat dilakukan dengan. beberapa ukuran antara lain panjang badan, lingkar dada dan dalam

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran statistik vital kambing Senduro jantan yang meliputi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan memiliki hubungan yang sangat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan regresi terbaik diperoleh dari dimensi ukuran tubuh lingkar dada dengan bobot badan dengan nilai koefisien determinasi (R 2 (Adj)