• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI BOBOT BADAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN UMUR 9 SAMPAI 12 BULAN PADA KONTES TERNAK JAWA BARAT ABDUL HAKIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ESTIMASI BOBOT BADAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN UMUR 9 SAMPAI 12 BULAN PADA KONTES TERNAK JAWA BARAT ABDUL HAKIM"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI BOBOT BADAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN

UMUR 9 SAMPAI 12 BULAN PADA KONTES TERNAK

JAWA BARAT

ABDUL HAKIM

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Bobot Badan Sapi Friesian Holstein Umur 9 sampai 12 pada Kontes Ternak Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2017

Abdul Hakim

(4)
(5)

ABSTRAK

ABDUL HAKIM. Estimasi Bobot Badan Sapi Friesian Holstein Umur 9 sampai 12 Bulan pada Kontes Ternak Jawa Barat. Dibimbing oleh IYEP KOMALA dan RUDI DEDI ISKANDAR.

Dimensi ukuran tubuh merupakan ukuran yang memiliki korelasi yang kuat dengan bobot badan pada. Kontes Ternak Jawa Barat diikuti oleh sapi perah yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan di Jawa Barat dan memiliki performa terbaik di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hubungan dimensi ukuran tubuh sapi Friesian Holstein (FH) pada selang umur 9 sampai 12 bulan terhadap bobot badan pada sapi yang mengikuti Kontes Ternak Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dimensi ukuran tubuh sapi FH betina Kontes Ternak Jawa Barat tahun 2015 pada umur 9 sampai 12 bulan sebanyak 21 ekor sapi betina yang dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Data diolah dengan mencari persamaan regresi linear terbaik kemudian dibandingkan dengan koefisien korelasi antara dimensi ukuran tubuh dengan bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan regresi terbaik diperoleh dari dimensi ukuran tubuh lingkar dada dengan bobot badan dengan nilai koefisien determinasi (R2(Adj)) 62.44% dan nilai korelasi antara lingkar dada dan bobot badan adalah 0.802 yang dikategorikan sangat kuat sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkar dada merupakan parameter ukuran tubuh yang paling baik dalam menduga bobot badan sapi FH umur 9 sampai 12 bulan. Pendugaan bobot badan sapi FH umur 9 sampai 12 bulan dengan menggunakan pita ukur Gordas merupakan metode yang hasilnya paling mendekati bobot badan yang sebenarnya.

Kata kunci: kontes ternak, korelasi, sapi perah

ABSTRACT

ABDUL HAKIM. The Relationship of Friesian Holstein Body Size 9 to 12 Months Against the Weight of Body on Livestock Contest. Supervised by IYEP KOMALA and RUDI DEDI ISKANDAR.

Size of body dimension is a measure that has a strong correlation with the weight of dairy cow. West Java Contest has followed by dairy cow with the best performance in West Java. This study was conducted to examine the relationship of size of body dimension and body weights of Friesian Holstein cows at 9 to 12 month. This research was conducted by using secondary data of dairy cattle body size, West Java livestock Contest in 2015 at age of 9-12 months as many as 21 head. The contest is conducted by West Java Food and Livestock Service Office. The data were processed by finding the best linear regression equation with best subset method in statistical processing application Minitab 17 and then compared with coefficient of correlation between the size of body dimension and body weight. The results showed that the best regression equation obtained from the size of circumference of the chest and body weight with the adjusted coefficient of determination (R2(Adj)) value is 62.44% and the coefficient of correlation value is 0.802. The coefficient of correlation is categorized very strongly, So it can be

(6)

concluded that the chest circumference is the best body size parameter in estimating the body weight of Friesian Holstein cattle aged 9 to 12 months. Estimation of Friesian Holstein body weight aged 9 to 12 months by using Gordas measuring tape was the closest with the real body weight.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

ESTIMASI BOBOT BADAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN

UMUR 9 SAMPAI 12 BULAN PADA KONTES TERNAK

JAWA BARAT

ABDUL HAKIM

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2017 dengan Judul Estimasi Bobot Badan Sapi Friesian Holstein Umur 9 sampai 12 Bulan pada Kontes Ternak Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini khususnya kepada Bapak Iyep Komala, SPt MSi selaku komisi pembimbing I, Bapak Rudi Dedi Iskandar, SPt MSi selaku komisi pembimbing II, Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri, MSc selaku Pembimbing Akademik, dan seluruh staf Bidang produksi, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Sri Rahayu, MSi dan Dr Jakaria, SPt MSi selaku penguji Ujian Akhir Sarjana Peternakan yang telah memberikan atas komentar dan masukannya sehingga penulis dapat membuat hasil penelitian ini menjadi lebih baik.

Ungkapan terima kasih tentunya tidak lupa dihaturkan kepada ayahanda Drs H Abd Salam, ibunda Maimunah, Kakak Qun’an Syukrilah, SIA dan Muhammad Akbar, SP dan adik Faiz Asir atas dukungannya selama ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan di Program Sarjana IPTP 50 dan seluruh mahasiswa Fakultas Peternakan IPB atas semangat dan bantuannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan terutama bidang peternakan

Bogor, September 2017

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 2

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kontes Ternak Jawa Barat dan Analisis Statistik Deskriptif 7 Korelasi antara Bobot Badan dengan Ukuran-ukuran Tubuh 8

Hubungan Bobot Badan dan Ukuran Tubuh 9

Hasil Pengujian Asumsi 11

Bobot Badan Berdasarkan Timbangan dan Estimasi 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(14)

DAFTAR TABEL

1 Interpretasi terhadap koefisien korelasi 5

2 Rataan, simpangan baku, dan koefisien keragaman variabel-variabel linear ukuran tubuh dan bobot badan sapi FH betina umur 9-12 bulan

peserta Kontes Ternak Jawa Barat 8

3 Koefisien korelasi antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan sapi

FH umur 9-12 bulan 9

4 Persamaan regresi dengan menggunakan variabel lingkar dada, lebar

dada, dan lebar pinggul 10

5 Hasil pengujian asumsi non multikolinearitas dan asumsi non

autokorelasi 11

6 Bobot badan sapi FH berdasarkan timbangan dan metode estimasi 12

DAFTAR GAMBAR

1 Pengukuran dimensi ukuran tubuh (a) tinggi badan, panjang badan, lingkar dada, dalam dada (b) lebar pinggang (c) lebar dada 3 2 Kurva pertumbuhan sapi FH dari lahir sampai kawin pertama 7

DAFTAR LAMPIRAN

3 Grafik hasil uji kenormalan persamaan regresi hubungan bobot badan

dengan lingkar dada 16

4 Grafik hasil uji kenormalan persamaan regresi hubungan bobot badan

dengan lingkar dada dan panjang badan 16

5 Grafik hasil uji kenormalan persamaan regresi hubungan bobot badan dengan lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak 17 6 Grafik hasil uji homoskedastik persamaan regresi hubungan bobot badan

dengan lingkar dada 17

7 Grafik hasil uji homoskedastik persamaan regresi hubungan bobot badan

dengan lingkar dada dan panjang badan 18

8 Grafik hasil uji homoskedastik persamaan regresi hubungan bobot badan dengan lingkar dada, tinggi pundak, dan panjang badan 18

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan adalah salah satu sub sektor pertanian yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi manusia terutama protein hewani. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi yaitu susu. Dimensi ukuran tubuh dan bobot badan yang baik dibutuhkan untuk mendukung produksi susu yang baik. Menurut Ensmingger (1993), dimensi tubuh yang lebih besar menunjukkan bahwa sapi tersebut mempunyai kemampuan makan yang lebih banyak, hal tersebut menyebabkan produksi susunya juga lebih banyak. Ukuran tubuh yang besar juga menunjukkan bahwa cadangan makanan dalam tubuh ternak tersebut cukup banyak untuk memproduksi susu. Pribadiningtyas (2012) menyatakan bahwa kemampuan produksi susu seekor ternak betina berkorelasi positif dengan bobot badannya, dengan kata lain semakin berat seekor sapi perah betina maka sapi tersebut berpeluang memiliki kemampuan produksi susu yang semakin tinggi, hal tersebut menjadi dasar mengapa bobot badan menjadi hal yang diamati dalam pemilihan sapi perah yang akan dipelihara dalam suatu peternakan.

Penentuan bobot badan seekor ternak pada dasarnya biasa dilakukan dengan 2 cara, yaitu penimbangan dan pendugaan. Kedua metode tersebut memiliki keuntungan dan keterbatasan masing-masing. Gunawan (2008) menyatakan bahwa penimbangan merupakan cara paling akurat dalam menentukan bobot badan seekor ternak, tetapi memiliki kelemahan antara lain membutuhkan peralatan khusus dan dalam beberapa kasus membutuhkan operator relatif lebih banyak. Metode pendugaan yang biasa dilakukan menurut Gunawan (2008) adalah melalui ukuran tubuh ternak seperti lingkar dada, tinggi pundak, dan lain-lain, akan tetapi memiliki kendala dengan tingkat akurasi penduganya sehingga masih perlu terus dikembangkan terutama dalam konteks ternak-ternak lokal di Indonesia

Proses seleksi sapi perah yang telah beradaptasi di Indonesia dilakukan untuk mendapatkan sapi perah yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Dinas Peternakan Jawa Barat yang sekarang berubah nomenklatur menjadi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat telah melakukan seleksi ternak berdasarkan performa tubuh sapi. Seleksi dilakukan dengan melakukan pengukuran dimensi ukuran tubuh sapi. Upaya seleksi tersebut dilakukan dengan mengadakan Kontes Ternak Jawa Barat. Kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut diikuti oleh peternak-peternak yang memiliki sapi FH yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan di Jawa Barat. Hal tersebut yang menjadi alasan dilakukan penelitian estimasi bobot badan sapi Friesian Holstein pada Kontes Ternak Jawa Barat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan dimensi ukuran tubuh sapi FH umur 9-12 bulan terhadap bobot badan pada sapi yang mengikuti Kontes Ternak Jawa Barat. Penelitian ini juga bertujuan membandingkan antara nilai bobot badan sesungguhnya dengan nilai bobot badan yang didapatkan dengan estimasi menggunakan pita ukur.

(16)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengukuran bobot badan dan ukuran tubuh sapi FH betina peserta Kontes Ternak Jawa Barat umur 9 sampai 12 bulan. Dimensi tubuh yang diamati berupa bobot badan, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, dan lebar pinggang. Jumlah sapi yang diamati pada penelitian ini berjumlah 21 ekor sapi FH betina umur 9-12 bulan.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data, wawancara, dan pendampingan juri di kegiatan Kontes Ternak Jawa Barat. Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2017.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah data sekunder dimensi ukuran tubuh hasil pengukuran tim juri pada kegiatan Kontes Ternak Jawa Barat tahun 2015. Ternak yang diteliti adalah sapi FH betina umur 9 sampai 12 bulan sebanyak 21 ekor. Peserta kontes berasal dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Garut.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur ternak dengan merek Trade Mark Farmer’s Boy, Rondo, dan Gordas, alat tulis, dan laptop.

Prosedur Pengukuran Bobot Badan dan Dimensi Tubuh

Data yang diamati merupakan data dimensi ukuran tubuh yang dilakukan oleh tim juri Kontes Ternak Jawa Barat. Pengukuran dilakukan pada beberapa bagian dengan metode pengukuran sebagai berikut:

1. Bobot badan sebenarnya

Pengukuran bobot badan sebenarnya dilakukan dengan menggunakan timbangan dengan satuan kg;

2. Tinggi pundak

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur. Pengukuran dilakukan dengan mengukur secara vertikal jarak antara titik tertinggi pundak (Os vertebra thoracalis) dan permukaan tanah;

(17)

3 3. Panjang badan

Pengukuran panjang badan dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur. Pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak antara tepi tulang humerus sampai tulang duduk (Tuber ischii);

4. Lingkar dada

Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan menggunakan pita ukur. Pengukuran dilakukan dengan melingkarkan pita ukur di sekeliling rongga dada di belakang sendi bahu (Os scapula);

5. Lebar dada

Pengukuran lebar dada dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur. Pengukuran dilakukan dengan mengukur dari jarak antara sendi bahu (tuber humerus) kiri dan kanan;

6. Dalam dada

Pengukuran dalam dada diukur dengan menggunakan tongkat ukur. Pengukuran dilakukan dengan mengukur dari titik tertinggi pundak (Os

vertebra thoracalis) sampai tulang dada (Os sternum); dan

7. Lebar pinggang

Pengukuran lebar pinggul dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur. Pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak antara tulang Coxal tuber kiri dan kanan;

Dimensi ukuran tubuh yang diukur dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b)

(c)

Gambar 1 Pengukuran dimensi ukuran tubuh (a) tinggi badan, panjang badan, lingkar dada, dalam dada (b) lebar pinggang (c) lebar dada

(18)

4

Wawancara Juri Kontes Ternak

Wawancara dilakukan kepada juri Kontes Ternak Jawa Barat. Wawancara dilakukan untuk mengetahui teknis penjurian sapi perah dalam Kontes Ternak Jawa Barat.

Analisis Data Statistik Deskriptif

Analisis secara statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui kondisi umum ternak yang mengikuti Kontes Ternak Jawa Barat. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan mencari nilai rataan, simpangan baku, koefisien keragaman, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing-masing variabel pengukuran yang diamati pada sapi FH. Rumus untuk menentukan nilai rataan, simpanga baku, dan koefisien keragaman menurut Walpole (1995) adalah sebagai berikut

Rumus perhitungan rataan:

x=∑ xi N i=1 N Keterangan: x = rataan data;

xi = data ke-I; dan

N = banyak data.

Rumus perhitungan simpangan baku:

σ= ∑ (xi - x) 2 N i=1 N-1 Keterangan: σ = simpangan baku; x = rataan;

xi = ukuran ke-I dari variabel ke-X; dan

N = jumlah sampel sapi FH betina.

Rumus perhitungan koefisien keragaman:

KK=σx × 100%

Keterangan:

KK = koefisien keragaman;

σ = simpangan baku; dan

x = rataan.

Analisis Korelasi

Arah kuatnya hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan dapat diketahui dengan analisis koefisien korelasi. Analisi koefisien korelasi

(19)

5 dilakukan terhadap setiap dimensi ukuran tubuh terhadap bobot badan. Perhitungan koefisien korelasi (r) menurut Walpole (1995) dilakukan dengan rumus berikut:

r= n ∑ xni=1 iyi - ( ∑ xni=1 i)( ∑ yni=1 i) [n ∑ xi2-(n ∑ xn i)

i=1 2] n

i=1 [n ∑ yni=1 i2-(n ∑ yni=1 i)2]

Keterangan:

r = koefisien korelasi; x1 = peubah bebas ke-1; x2 = peubah bebas ke-2; dan n = jumlah data.

Nilai Koefisien korelasi kemudian digolongkan berdasarkan tingkat hubungannya. Interpretasi terhadap koefisien korelasi ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Interpretasi terhadap koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00-0.19 Sangat rendah 0.20-0.39 Rendah 0.40-0.59 Sedang 0.60-0.79 Kuat 0.80-1.00 Sangat kuat Sumber: Sugiono (2005) Analisis Regresi

Model yang digunakan berasal dari persamaan regresi linear ganda dengan kriteria memiliki koefisien determinasi (R2) tertinggi, koefisien determinasi terkoreksi (R2(Adj)) tertinggi, dan nilai statistika mallow terendah (Draper dan Smith 1992). Dari hasil analisis regresi linear berganda dipilih persamaan linear yang terbaik untuk menduga bobot badan.

Model analisis linear ganda menurut Walpole (1995) dapat menggunakan persamaan berikut:

y = β0 + β1x1 + β2x2 + … + βnxn

Keterangan:

y = Bobot Badan;

β0 = Intersep;

β1 = Koefisien regresi bobot badan (y) terhadap ukuran tubuh 1 (x1);

β2 = Koefisien regresi bobot badan (y) terhadap ukuran tubuh 2 (x2);

βn = Koefisien regresi bobot badan (y) terhadap ukuran tubuh n (xn); dan

x = Peubah bebas.

Uji Asumsi

Untuk memperoleh hasil yang akurat pada regresi, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelumnya. Terdapat 4 asumsi yang harus dipenuhi suatu persamaan regresi yaitu uji asumsi kenormalan, uji asumsi non multikolinearitas, uji asumsi homoskedasik, dan uji asumsi non autokorelasi. Uji asumsi dilakukan meliputi pengujian sebagai berikut:

(20)

6

1. Uji Asumsi Kenormalan (Walpole 1995)

Uji asumsi kenormalan dilakukan dengan melihat grafik plot probabilitas normal. Persamaan regresi dikatakan memenuhi asumsi kenormalan jika persebaran data mendekati garis lurus;

2. Uji Asumsi Non Multikolinearitas (Hocking 2003)

Uji asumsi Non Multikolinearitas dilakukan dengan mengamati nilai VIF dari setiap variabel bebas yang terlibat dalam persamaan regresi yang sedang diuji. Jika nilai VIF <10, maka dapat dikatakan bahwa asumsi non multikolinearitas dipenuhi;

3. Uji Asumsi Homoskedastik (Ghozali 2006)

Uji Asumsi Homoskedastik dilakukan dengan melihat grafik plot sisa terhadap penduga bobot badan. Jika pada grafik tidak terlihat data membentuk pola tertentu, maka persamaan regresi tersebut dikatakan memenuhi asumsi homokedastik; dan

4. Uji Asumsi Non Autokorelasi (Draper dan Smith 1992)

Uji Non Autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai statistik Durbin Watson (dw) yang dibandingkan dengan nilai du pada Tabel Durbin Watson (du). Jika nilai dw>du, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi antara sisaan. Estimasi Bobot Badan

Estimasi bobot badan dilakukan untuk mengetahui nilai bobot badan dengan mengkonversi ukuran lingkar dada (cm). Estimasi dilakukan dengan menggunakan pita ukur ternak (Farmer’s boy, Rondo, dan Gordas) dan rumus Schoorl. Estimasi dengan pita ukur dilakukan dengan mencocokkan ukuran lingkar dada pada ketiga pita ukur dan mengamati bobot badan yang ditunjukkan. Estimasi bobot badan menurut Wiliamson dan Payne (1986) dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BB =(LD + 22)100

Keterangan:

BB = Bobot Badan; dan LD = Lingkar Dada.

Uji Beda (Uji t)

Uji beda dilakukan untuk mengetahui berbeda atau tidak hasil penimbangan bobot badan dengan estimasi bobot badan menggunakan beberapa metode pendugaan bobot badan yang biasa digunakan. Perhitungan uji beda dilakukan dengan rumus yang dijelaskan oleh Gaspersz (1991) dengan rumus berikut:

t = x - µ ! √#⁄

Keterangan: x̄ = Rataan sampel;

µ = Rataan pembanding;

s = Simpangan baku; dan

(21)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kontes Ternak Jawa Barat dan Analisis Statistik Deskriptif

Kontes Ternak merupakan salah satu agenda rutin tahunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan. Tujuan kegiatan tersebut adalah memberikan penghargaan dan motivasi kepada peternak dalam menyediakan bibit-bibit pengganti bagi induk yang sudah tidak produktif lagi secara swadaya guna meningkatkan daya saing produksi. Termotivasinya peternak dan peningkatan daya saing diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak (Disnak 2017). Penilaian kontes sapi perah terbagi dalam beberapa kategori diantaranya kategori FHC01 (umur 9-12 bulan), FHC02 (umur >12-15 bulan), dan FHC03 (umur 3-4 tahun). Laju pertumbuhan pada sapi FH umur 9 sampai 12 bulan tergolong tinggi. Kondisi umum dimensi ukuran tubuh dan bobot badan sapi FH umur 9 sampai 12 bulan peserta kontes ternak disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Rataan, simpangan baku, dan koefisien keragaman dari dimensi ukuran tubuh dan bobot badan sapi FH betina umur 9-12 bulan peserta Kontes Ternak Jawa Barat.

Variabel N x̄ Maksimum Minimum KK(%)

Tinggi Pundak (cm) 21 123.88 ± 5.18 133.00 121.00 4.18 Panjang Badan (cm) 21 128.82 ± 5.54 139.00 121.00 4.30 Lingkar dada (cm) 21 150.29 ± 9.72 163.00 130.00 6.47 Lebar Dada (cm) 21 36.13 ± 32.60 40.00 32.60 6.87 Dalam Dada (cm) 21 62.06 ± 4.36 70.20 55.00 7.03 Lebar Pinggang (cm) 21 40.81 ± 3.27 48.00 35.00 8.00 Bobot Badan (kg) 21 267.69 ± 43.38 347.50 184.50 16.20

N = Jumlah sampel; x̄ = Rataan; KK = Koefisien Keragaman

Bobot badan rata-rata sapi yang mengikuti kontes ternak tersebut adalah 267.69 ± 43.38 kg dengan rataan ukuran tubuh meliputi tinggi Pundak, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar pinggang, dan lebar pinggul beturut-turut sebesar 123.88 ± 5.12; 128.82 ± 5.54; 150.29 ± 9.72; 36.13 ± 2.48; 62.06 ± 4.36; 40.81 ± 3.27; dan 41.71 ± 2.42 cm. Anggraeni et al. (2008) menyatakan bahwa rataan bobot badan sapi FH pada umur 9-10 bulan dan umur 11-12 bulan adalah 200.5 ± 37.70 dan 295.5 ±49.30 kg, sedangkan rataan ukuran tubuh meliputi dalam dada, lebar dada, panjang badan, tinggi pundak, dan lingkar dada pada sapi FH umur 9-10 bulan berturut-turut adalah 53.80 ± 2.70; 29.00 ± 2.20; 112.10 ± 12.70; 111.90 ± 1.30 dan 140.30 ± 7.00 cm.

Badan Standardisasi Nasional (2008) menyatakan bahwa syarat kuantitatif bibit sapi perah betina adalah memiliki tinggi Pundak minimum 115 cm dengan bobot badan minimum 300 kg dan lingkar dada minimum 155 cm yang dicapai pada umur 15-20 bulan. Nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum setiap dimensi ukuran tubuh dan bobot badan peserta Kontes Ternak Jawa Barat menunjukkan bahwa beberapa peserta kontes ternak telah memenuhi persyaratan kuantitatif bibit sapi perah betina yang telah dicapai pada umur 9-12 bulan. Hasil

(22)

8

tersebut menunjukkan bahwa proses seleksi yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan telah berhasil menjaring calon induk sapi perah betina unggul di Jawa Barat. Pertumbuhan pada umur 12 bulan belum mencapai dewasa tubuh sehingga masih terdapat waktu untuk ternak yang belum mencapai persyaratan kuantitatif tersebut untuk tumbuh dan memenuhi persyaratan tersebut, mengingat bahwa kecepatan pertumbuhan sapi pada usia tersebut masih tergolong tinggi.

Zurahmah dan The (2011) mengatakan bahwa pertumbuhan bobot badan pada sapi lebih bervariasi dibanding dengan pertumbuhan ukuran tubuh lainnya. Anggraeni et al. (2008) mengatakan bahwa pertumbuhan sapi FH akan berlangsung cepat sejak lahir sampai umur 9 atau 10 bulan yang diperkirakan merupakan saat sapi mencapai berumur pubertasnya. Hasil penelitian menunjukkan koefisien keragaman bobot badan merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan ukuran tubuh sapi lainnya dengan nilai 16.20%. Nilai koefisien keragaman akan menurun dengan bertambahnya umur ternak yang mencerminkan mulai berkurangnya pengaruh umur dan pengaruh faktor lingkungan seperti kapasitas produksi susu induk.

Korelasi antara Bobot Badan dengan Ukuran-ukuran Tubuh

Koefisien korelasi dari setiap dimensi ukuran tubuh terhadap bobot badan ditampilkan pada Tabel 3. Bobot badan merupakan respon yang ingin diduga dengan menggunakan peubah bebas yaitu tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, dan lebar pinggang. Hubungan tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, dan dalam dada memiliki korelasi yang kuat serta berkorelasi sangat nyata (P<0.05) dengan bobot badan, sedangkan lebar dada memiliki hubungan yang rendah terhadap bobot badan. Lebar dada tidak berkorelasi signifikan (P>0.05) dengan bobot badan.

Tabel 3 Koefisien korelasi antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan sapi FH umur 9-12 bulan

Korelasi Antara Koefisien Korelasi

Bobot Badan – Tinggi Pundak 0.70a

Bobot Badan – Panjang Badan 0.62a

Bobot Badan – Lingkar Dada 0.80a

Bobot Badan – Lebar Dada 0.35b

Bobot Badan - Dalam Dada 0.67a

Bobot Badan – Lebar Pinggang 0.66a

a Dimensi ukuran tubuh berkorelasi signifikan terhadap bobot badan ; b Dimensi ukuran tubuh tidak

berkorelasi signifikan terhadap bobot badan

Nilai koefisien korelasi ukuran tubuh yang memiliki hubungan yang kuat adalah antara bobot badan dan lingkar dada (r = 0.80) Menurut Sugiono (2005), pada selang 0.80 sampai 1.00 koefisien korelasi menginterpretasikan bahwa hubungan antara kedua parameter tersebut sangat kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Sutomo (2013) menunjukkan bahwa lingkar dada memiliki keeratan hubungan

(23)

9 yang tinggi dengan nilai bobot badan sapi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.94.

Nilai koefisien korelasi parameter tinggi pundak, dalam dada, lebar pinggang, dan panjang badan berturut-turut adalah 0.70, 0.67, 0.66, dan 0.62. Parameter ukuran tubuh tersebut tersebut masih dikatakan berkorelasi signifikan terhadap bobot badan (P<0.05). Menurut Sugiono (2005), pada selang nilai koefisien korelasi 0.60 sampai 0.79, koefisien korelasi menginterprtreetasikan bahwa hubungan antara kedua parameter tersebut kuat. Wijono et al. (2007) menyatakan bahwa pada sapi peranakan ongole hubungan tinggi pundak, panjang badan, dan lingkar dada sapi peranakan ongole pada umur 205 hari nilai koefisien korelasinya adalah 0.45, 0.53, dan 0.62, sedangkan pada umur 305 hari nilai koefisien korelasinya adalah 0.45, 0.57, dan 0.48.

Nilai koefisien korelasi antara bobot badan dengan lebar dada dan lebar pinggul berturut-turut adalah 0.35 dan 0.20. Kedua parameter ukuran tubuh tersebut tidak signifikan berkorelasi dengan bobot badan baik pada taraf 1% dan 5% (P>0.01). Pada selang 0.00 sampai 0.19, nilai koefisien korelasi menginterpretasikan bahwa hubungan antara kedua parameter sangat rendah.

Hubungan Bobot Badan dan Ukuran Tubuh

Persamaan regresi terbaik dapat ditentukan dengan melihat nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2(adj)) terbesar dan nilai standar eror dari regresi (S) terkecil berdasarkan analisis regresi Best-Subset. Koefisien determinasi terbesar menunjukkan bahwa variabel bebas yang terkandung dalam persamaan regresi tersebut berperan besar dalam menentukan bobot badan sapi FH yang berperan sebagai respon.. Persamaan regresi terbaik dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Persamaan regresi dengan menggunakan variabel lingkar dada, lebar dada, dan lebar pinggul

Persamaan Regresi R2(adj) (%) S

BB = -270.1+3.578LD 62.44 26.58

BB = -344 + 3.167LD + 1.06 PB 61.44 26.94

BB = -782 + 5.16TB + 1.79PB + 4.98 LD 61.40 26.95

BB = Bobot Badan; LD = Lingkar Dada; PB = Panjang Badan; TB = Tinggi Pundak; R2

(adj) =

Koefisien Determinasi Terkoreksi; S = Standar Eror dari Regresi

Persamaan regresi dengan lingkar dada sebagai variabel tunggal merupakan persamaan yang paling baik dalam menduga bobot badan dari sapi FH pada umur 9-12 bulan. Persamaan regresi tersebut memiliki nilai R2

(adj) tertinggi yaitu 62.44% dan nilai S terendah sebesar 26.58. Hasil tersebut menunjukkan bahwa lingkar dada berperan sebanyak 62.44% dalam menduga bobot badan. Hasil tersebut juga didukung oleh nilai koefisien korelasi yang dimiliki oleh lingkar dada (0.80) yang dikategorikan sangat kuat. Lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan bahkan menjadi penentu utama.

Salman et al. (2014) melakukan penelitian kurva pertumbuhan sapi FH. Penelitian tersebut dilakukan di BBPTU Baturraden dan PT Taurus Dairy Farm

(24)

10

Sukabumi. Kurva pertumbuhan sapi FH pada kedua lokasi tersebut ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 1 Grafik pertumbuhan sapi FH dari lahir hingga umur kawin pertama di BBPTU Baturraden dan PT Taurus Dairy Farm

Grafik pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa bobot badan sapi FH yang dipelihara di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Baturraden dan PT Taurus Dairy Farm pada umur 9-12 bulan berturut-turut adalah 180-250 kg dan 150-200 kg, sedangkan nilai rata-rata sapi yang mengikuti Kontes Ternak Jawa Barat adalah 267.690 kg, hal tersebut menunjukkan bahwa sapi yang mengikuti kontes ternak memiliki bobot badan lebih baik dibanding ternak yang dipelihara di BBPTU Baturraden PT Taurus Dairy Farm.

Damayanti (2003) menyatakan bobot badan dengan semua dimensi ukuran tubuh mempunyai hubungan yang positif. Amri (1992) menyatakan bahwa semakin besar dimensi ukuran tubuh pada ternak, maka bobot tubuh akan semakin berat. Albele et al. (2001), menyatakan bahwa dimensi ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tulang, otot, dan organ-organ mulai berhenti ketika kecepatan pertumbuhan hampir konstan, sedangkan pada waktu tersebut penggemukan mulai dipercepat. Hal tersebut yang mungkin menyebabkan koefisien korelasi antara panjang badan dengan bobot badan (0.62) lebih rendah dibandingkan dengan koefisien korelasi antara lingkar dada dengan bobot badan.

Megawati et al. (2010) menyatakan bahwa peningkatan bobot badan akan dimanifestasikan dalam peningkatan ukuran tubuh linear. Beberapa parameter yang terlibat dalam ketiga persamaan regresi terbaik penduga bobot badan adalah tinggi pundak, panjang badan, dan lingkar dada. Sutomo et al. (2013) menyatakan lingkar dada memiliki nilai korelasi dengan bobot badan sebesar 0.94. Utami (2008) menyatakan bahwa panjang badan, lebar dada, dalam dada, dan lingkar dada merupakan ukuran tubuh yang paling mempengaruhi bobot badan pada ternak ruminansia. Dalam dada merupakan gambar diameter volume ruang tabung badan ternak. Sutomo et al. (2013) menyatakan lebar dada pada saat dewasa kelamin mulai relatif stabil dibandingkan dengan saat pertama sapi lahir. Hal tersebut yang menyebabkan mengapa lebar dada digunakan pada pendugaan bobot badan sapi FH pada umur 9-12 bulan.

(25)

11 Hasil Pengujian Asumsi

Hasil pengujian asumsi terdiri dari uji non multikolinearitas, uji non autokorelasi, uji kenormalan, dan uji asumsi homoskedastik. Hasil pengujian asumsi non multikolinearitas dan asumsi non autokorelasi disajikan pada Tabel 5 dan hasil uji asumsi kenormalan dan asumsi homoskedastik disajikan pada Lampiran 1-6.

Tabel 5 Hasil pengujian asumsi non multikolinearitas dan asumsi non autokorelasi

Persamaan Regresi VIF dw du

BB = -270.1+3.578LD LD: 1.00 2.33 1.42

BB = -344 + 3.167LD + 1.06 PB LD: 1.87; PB: 1.87 2.19 1.54 BB = -782 + 5.16TB + 1.79PB + 4.98 LD TB: 1.35; PB: 1.70; 2.12 1.67

LD: 1.40

VIF = Variance Inflation Factor; dw = Nilai Statistik Durbin-Watson; du = Nilai Durbin-Watson Tabel; BB = Bobot Badan; TB = Tinggi Pundak; PB = Panjang Badan; dan LD = Lingkar Dada.

Hasil pengujian asumsi pada Tabel 5 menunjukkan ketiga persamaan regresi memenuhi asumsi non multikolinearitas dan asumsi non autokorelasi. Asumsi non autokorelasi terpenuhi karena nilai statistik Durbin Watson lebih besar dari nilai Durbin-Watson Tabel, dan asumsi non multikolinearitas terpenuhi karena nilai VIF untuk setiap variabel penduga dalam persamaan regresi <10 (Ghozali 2006).

Berdasarkan grafik plot probabilitas normal pada Lampiran 1-3 terlihat bahwa grafik mendekati garis lurus, sehingga ketiga persamaan regresi memenuhi asumsi kenormalan. Berdasarkan grafik grafik plot sisa terhadap penduga bobot badan pada Lampiran 4-6 menunjukkan setiap grafik tidak membentuk pola tertentu, sehingga ketiga persamaan regresi tersebut memenuhi asumsi homoskekastik.

Bobot Badan Berdasarkan Timbangan dan Estimasi

Alat yang digunakan oleh juri Kontes Ternak untuk menentukan bobot badan adalah timbangan, sedangkan pita ukur digunakan oleh tim teknis kabupaten dan peternak yaitu pita ukur Farmer’s Boy dan pita ukur Gordas. Pita ukur digunakan dalam menduga bobot badan pada kegiatan Kontes Ternak Jawa Barat. Data bobot sebenarnya yang diukur menggunakan timbangan badan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Data bobot badan sapi FH berdasarkan timbangan dan estimasi Rataan Bobot Badan (kg) Selisih dengan Rataan Bobot Badan Sebenarnya Bobot Badan

Bobot Badan (Timbangan) 267.69 ± 43.38 -

Berat Badan (Pita Ukur Farmer's Boy) 277.52 ± 44.76 22.64 ± 20.29 Berat Badan (Pita Ukur Rondo) 280.50 ± 46.70 23.60 ± 21.65 Berat Badan (Pita Ukur Gordas) 270.60 ± 46.30 21.79 ± 18.95 Berat Badan (Rumus Schoorl) 297.72 ± 32.99a 35.41 ± 17.76

(26)

12

Bobot badan yang diukur dengan menggunakan timbangan digital merupakan hasil yang dianggap paling akurat dibandingkan dengan metode estimasi. Berdasarkan uji beda yang dilakukan, metode estimasi dengan menggunakan pita ukur Farmer’s Boy, Rondo, dan Gordas menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0.05), sedangkan uji beda yang dilakukan antara nilai bobot badan berdasarkan timbangan dan nilai bobot badan berdasarkan estimasi dengan rumus Schoorl adalah berbeda nyata (P<0.05). Nilai rata-rata estimasi berat badan dengan pita ukur Gordas merupakan nilai yang paling mendekati bobot badan sebenarnya dengan selisih 2.90 kg dan nilai P-Value adalah 0.83 diikuti oleh hasil estimasi dengan pita ukur Farmer’s Boy dan Rondo dengan selisih berturut-turut 9.80 kg dan 12.80 kg dengan nilai P-Value berturut-turut 0.47 dan 0.36. Estimasi bobot badan dengan menggunakan rumus Schoorl menunjukkan hasil yang cukup jauh dari bobot badan sebenarnya dengan selisih 30.00 kg dan nilai P-Value adalah 0.02. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan rumus Schoorl membutuhkan koreksi untuk digunakan pada sapi FH umur 9-12 bulan di Indonesia. Hal tersebut bisa disebabkan karena sapi FH yang dipelihara di Indonesia telah beradaptasi dengan lingkungan Indonesia sehingga mengalami perubahan dari negara asalnya maupun negara tempat penelitian yang menghasilkan rumus Schoorl. Metode estimasi bobot badan yang cukup baik dilakukan pada sapi FH umur 9-12 bulan di Indonesia adalah dengan menggunakan pita ukur Gordas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dimensi tubuh yang memiliki korelasi sangat kuat dengan bobot badan sapi FH umur 9-12 bulan yaitu lingkar dada dengan koefisien korelasi 0.80. Tinggi pundak, dalam dada, lebar pinggang, dan panjang badan memiliki korelasi yang kuat dengan nilai 0.70, 0.67, 0.66, dan 0.62. Parameter ukuran tubuh yang paling baik dalam menduga bobot badan sapi FH pada umur 9-12 bulan adalah lingkar dada dengan persamaan regresi Bobot Badan = -270.10 + 3.57 Lingkar Dada. Pita ukur Gordas menunjukkan pendugaan bobot badan yang paling mendekati bobot badan sebenarnya dari sapi FH pada umur 9-12 bulan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan selang umur lainnya pada sapi FH karena pada setiap selang umur tertentu ternak mengalami perubahan ukuran tubuh yang berbeda-beda dan pada umur tertentu pertumbuhan suatu ukuran tubuh berhenti. Penelitian lebih lanjut tersebut agar keakuratan dari pendugaan bobot badan menggunakan ukuran tubuh dapat lebih akurat. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan disarankan untuk menggunakan pita ukur Gordas dalam melakukan pendugaan bobot badan karena berdasarkan hasil yang didapatkan, pita ukur Gordas merupakan pita ukur yang paling mendekati dengan bobot badan sebenarnya.

(27)

13

DAFTAR PUSTAKA

Ako A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. Bogor (ID): IPB Pr.

Amri U. 1992. Beberapa ukuran tubuh sebagai penduga bobot karkas pada ternak domba lokal [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana IPB.

Anggraeni A, Kurniawan N, Sumantri C. 2008. Pertumbuhan pedet betina dan dara sapi Fiesian-Holstein di wilayah kerja bagian barat KPSBU Lembang. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID): 122-131.

Abrle ED, Forrest JC, Gerrard DE, Mils EW. 2001. Principle of Meat Science. Iowa (US): Hunt Publishing Company.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Bibit Sapi Perah Indonesia. Jakarta (ID): BSN.

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat. 2017. Buku Panduan

Kegiatan Pesta Patuk, Panen Pedet dan Kontes Ternak (Pentas Ternak).

Bandung (ID): Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan.

[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Statistik

Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan.

Draper N, Smith S. 1992. Analisis Regresi Terapan. Ed ke-2. Jakarta (ID) Gramedia.

Ensminger ME. 1993. Dairy Cattle Science. Ed ke-3. Danville Illinois (US): Interstate Publishers.

Gasperz V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid ke-1. Bandung (ID): Tarsindo.

Ghozali I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang (ID): BP Universitas Diponegoro.

Gunawan A, Jamal K, Sumantri C. 2008. Pendugaan bobot badan melalui analisis morfometrik dengan pendekatan regresi terbaik Best-Subset pada domba garut tipe pedaging, tangkas dan persilangannya. Majalah Ilmiah Peternakan 11(1): 1-6.

Hanum H. 2011. Perbandingan metode stepwise, best subset regression dan fraksi dalam pemilihan model regresi berganda terbaik. Jurnal Penelitian Sains 14(2): 1-6.

Hocking RR. 2005. Methods and Application of Linear Models: Regression and The Analysis of Variance. Ed ke-2. New Jersey (US): John Wiley & Sons. Jimmy S, David M, Donald KR, Dennis M, 2010, Variability in body morphometric

measurements and their application in predicting live body weight of mubende and small east african goat breeds in Uganda. Middle-East Journal of Scientific

Research 5(2):98-105.

Megawati ET, Noor RR, Rahmat D, Indrawati, Ridwan M. 2010. Potensi ternak lokal domba garut sebagai pangan asal ternak berdasarkan analisis kuantitatif dan genetis. asal ternak berdasarkan Analisis Kuantitatif dan Genetis. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/potensi_ternak_lokal_ domba_garut.pdf Disunting Terakhir Juni 2010 [2011 Mei 24].

Pribadiningtyas PA, Suorayogi TH, Sambodo P. 2012. Hubungan antara bobot badan, volume ambing terhadap produksi susu kambing perah laktasi Peranakan Ettawa. Animal Agricultural Journal 1(1):99-105.

(28)

14

Salman LB, Sumantri C, Noor RC, Saefudin A, Talib C. 2014. Kurva pertumbuhan sapi perah Fries Hollands dari lahir sampai umur kawin pertama dengan model matematika logistic. Informatika Pertanian 23(1): 75-84.

Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung (ID) Alfabeta.

Sutomo S, Purwanto BP, Permana IG. 2013. Studi hubungan respon ukuran tubuh dan pemberian pakan terhadap pertumbuhan sapi pedet dan dara ada lokasi yang berbeda. Jurnal Ilmu Teknologi Peternakan 2(3):175-188.

Wijono DB, Hartati, Dikman DM. 2007. Korelasi ukuran linear tubuh sapihan dengan pertumbuhan bobot hidup dewasa sapi Peranakan Ongole. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Bogor (ID): 236-239.

Williamson G, Payne WJA. 1986. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. London (GB): Longman.

Utami T. 2008. Pola pertumbuhan berdasarkan bobot badan dan ukuran tubuh domba lokal Pada Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Walpole ER. 1995. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Yunita T. 2010. Pemilihan model regresi linear terbaik berdasarkan modifikasi statistik Cp Mallows [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. Zurahmah N dan The E. 2011. Pendugaan bobot badan calon pejantan sapi bali

(29)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Grafik hasil uji kenormalan persamaan regresi hubungan bobot badan dengan lingkar dada

Lampiran 2 Grafik hasil uji kenormalan persamaan regresi hubungan bobot badan dengan lingkar dada dan panjang badan

75 50 25 0 -25 -50 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Sisa P e rs e n 75 50 25 0 -25 -50 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Sisa P e rs e n

(30)

16

Lampiran 3 Grafik hasil uji kenormalan persamaan regresi hubungan bobot badan dengan lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak

Lampiran 4 Grafik hasil uji homoskedastik persamaan regresi hubungan bobot badan dengan lingkar dada

75 50 25 0 -25 -50 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Sisa P e rs e n 320 300 280 260 240 220 200 75 50 25 0 -25 -50 Nilai S is a

(31)

17 Lampiran 5 Grafik hasil uji homoskedastik persamaan regresi hubungan bobot

badan dengan lingkar dada dan panjang badan

Lampiran 6 Grafik hasil uji homoskedastik persamaan regresi hubungan bobot badan dengan lingkar dada, tinggi pundak, dan panjang badan

320 300 280 260 240 220 200 75 50 25 0 -25 -50 Nilai S is a 325 300 275 250 225 200 75 50 25 0 -25 -50 Nilai S is a

(32)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 1 Mei 1995 sebagai anak ketiga dari pasangan Drs H Abd Salam dan Maimunah. Pendidikan sekolah dasar di SDN Pengadilan 5 Kota Bogor ditamatkan pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pada SMPN 19 Kota Bogor tamat pada tahun 2010 dan SMAS Taruna Terpadu tamat tahun 2013. Kesempatan untuk melanjutkan ke program sarjana diperoleh pada tahun 2014 di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB.

Selama perkuliahan, penulis aktif di Agroedutourism Fakultas Peternakan IPB sebagai Pemandu. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum pada Mata Kuliah Ilmu Produksi Ternak Perah pada tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017.

Gambar

Gambar 1  Pengukuran  dimensi  ukuran  tubuh  (a)  tinggi  badan,  panjang  badan,  lingkar dada, dalam dada (b) lebar pinggang (c) lebar dada

Referensi

Dokumen terkait

Dinyatakan selanjutnya bahwa yang dimaksud dengan Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar

Dalam dua periode pembungaan famili-famili yang berasal dari Gundih, Jawa Tengah menunjukkan jumlah bunga, buah yang tertinggi, selain itu juga waktu mulai berbunga yang lebih

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa iklan web series Space # “Kenapa Belum Nikah?” memiliki pengaruh yang positif terhadap brand awareness JD.ID, hal tersebut dibuktikan dengan

Salah satu metode pembelajaran yang dilatarbelakangi permainan dalam salah satu situs Depdiknas adalah metode Crush Word (tebak kata )(www.dikmegnum.go.id ). Tebak

Pembelajaran dengan pendekatan konferensi dimaksudkan agar mahasiswa didik dapat mempelajari lebih dalam tentang kasusnya, namun metode pembelajaran ini sering

Beberapa jenis amfibi dan reptil memiliki daerah sebaran yang sempit dan terbatas, kadang hanya dijumpai pada tipe habitat spesifik, sehingga jenis-jenis yang mempunyai

1) Penataan ulang kawasan Taman Wisata Belawa. Peraturan daerah kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon No.. merupakan kawasan margasatwa untuk satwa labi-labi atau

Desain jembatan penyeberangan buat kaum tuna netra dan cacat tubuh pada Jalan Padjajaran Bandung telah memenuhi persyaratan, tetapi masih ada juga kaum tuna netra dan cacat tubuh