• Tidak ada hasil yang ditemukan

Erosi gigi akibat udara yang mengandung asam baterai pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Sungai Petani Kedah Malaysia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Erosi gigi akibat udara yang mengandung asam baterai pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Sungai Petani Kedah Malaysia."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

2

7 6

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PREVALENSI EROSI GIGI PADA PEKERJA DI PABRIK BATERAI YUASA, KAWASAN PERINDUSTRIAN SUNGAI PETANI, KEDAH, MALAYSIA.

No. Kartu : Tanggal :

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ………..

B. ISILAH JAWABAN YANG SESUAI PADA KOTAK YANG

DISEDIAKAN

5. Sudah berapa tahun Anda berkerja di kilang ini? A. < 5 tahun

B. 5 - 10 tahun C.

>

10 tahun

6. Berapa jam Anda berkerja di kilang setiap hari? A. < 5 jam

B. 5 - 9 jam C. > 9 jam

7. Pada masa berkerja, Apakah Anda menggunakan alat perlindungan mulut seperti masker, guard dan sebagainya?

A. Ya (Tuliskan) B. Tidak

(2)

C. PEMERIKSAAN EROSI GIGI

Lokasi Erosi Keterangan

Kode A

Hanya pada bagian labial atau bukal Hanya pada bagian lingual atau palatal Hanya pada bagian oklusal atau insisal Bagian labial dan insisal/oklusal Bagian lingual dan insisal/oklusal Mengenai lebih dari dua bagian

Tingkat Keparahan Erosi Keterangan

Kode 0

Enamel terlihat kabur/buram tanpa kehilangan kontur gigi

Kehilangan enamel

Kehilangan enamel dan dentin(belum melewati dento enamel junction) Kehilangan enamel dan dentin melewati dento enamel junction Sudah mengenai pulpa

Tidak dapat diidentifikasi

Permukaan yang Terkena Erosi Keterangan

Kode (-) Kode (+)

Kurang dari setengah permukaan gigi yang terkena erosi

(3)
(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganss C. Dental erosion-Defination of erosion and links to tooth wear. Monogr Oral Sci Basel, Karger 2006; 20: 9 - 16.

2. Mahoney EK, Kilpatrick NM. Dental erosion: part 1. Aetiology and prevalence of dental erosion.New Zeland Dental Journal 2003; 2: 33-5.

3. O’Sullivan E, Milosevic A. UK national and clinical guidelines in paediatric dentistry: diagnosis, prevention and management of dental erosion. J Dent Child 2008; 18: 29-38.

4. Lussi A, Jaeggi T.Dental erosion-intrinsic causes of dental erosion. Monogr Oral Sci Basel, Karger 2006; 20: 119-39.

5. Suyama Y, Takaku S, Okawa Y, Matsukubo T. Dental erosion in workers exposed to sulphuric acid in lead storage battery manufacturing facility. Bull Tokyo Dent Coll 2010; 51(2): 77-83.

6. Malcolm D, Paul E. Erosion of the teeth due to sulphuric acid in the battery industry. Brit, J.Industr. Med 1961; 18: 63-70.

7. Amin WM, AL-Omoush SA, Amman. Oral health status of workers exposed to acid fumes in phosphate and battery industries in Jordan. International Dental Journal 2001; 51: 169-174.

8. Bruggan C. Dental erosion in industry. Brit, J. Industr. Med 1968; 25: 249-68. 9. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan

pemeliharaan. Medan: USU Press 2008: 21-24.

10. Zero DT, Lussi A. Erosian-chemical and biological factors of importance to the dental practitioner. Int Dent J 2005; 5: 285-90.

11. Hara AT, Lussi A, Zero, DT. Extrinsic causes of erosion. biological factors. In: Whitford GM (ed) Monographs in Oral Science. Dental Erosion: from diagnosis to theraphy. Karger, Basel 2006; 20: 88-99.

(5)

13. Griffin JD. Anterior CEREC CAD/CAM porcelain treatment of GERD erodedteeth. Contemporary Esthetics 2006; 4: 1-12.

14. Barron RP, Carmicheal RP, Marcon MA, Sardor GKB. Dental erosion in gastroesophageal reflux disease. J Can Dent Assoc 2003; 69 (2): 84-9.

15. Gandara BK, Truelove EL. Diagnosis and management of dental erosion. J Contemporary Dent Practice 1999; 1: 1-17.

16. American Dental Association. Oral health topics-aneroxia nervosa(Eating Disorders)

17. Gray A, Ferguson MM, Wall JG. Wine tasting and dental erosion.case report. Australian Dental Journal 1998; 43(1): 32-4.

(February 14.2010).

18. Dugmore CR, Rock WP. A multifactorial analysis of factors associated with dental erosion. Br Dent J 2004; 196: 283-86.

19. Whitford GM (ed). Monograph in Oral Science. Dental erosion: from diagnosis to therapy. Karger, Basel 2006; 20: 106-11.

20. Lussi A, Jaeggi T. Occupation and Sports. In: Lussi A, editor. Dental erosion: From diagnosis to therapy. Basel: Karger 2006; 106–11.

21. Gendama A. Types of batteries: Mengenal jenis-jenis baterai berdasarkan bahan kimianya.

22. Shipley S, Taylor K, Mitchell W. Identifying cause of dental erosion. General Dentistry; Januari-Februari 2005: 73-75.

(June 8. 2010).

23. Wiegand A, Attin T. Occupational dental erosion from exposure to acids. Occupational Medicine 2007; 57: 169-76.

24. Ren YF. Dental Erosion: etiology, diagnosis and prevention. Peer-Reviewed Publication 2011; 75-82.

(6)

BAB 3

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

(7)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk melihat erosi gigi akibat asam baterai pada pekerja pabrik baterai.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di pabrik baterai Yuasa, kawasan Perindustrian Sungai Petani, Kedah, Malaysia. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Mei 2014 sampai semua sampel terpenuhi.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik baterai Yuasa sebanyak 300 orang di kawasan Perindustrian Sungai Petani, Kedah, Malaysia.

Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

N = Jumlah populasi

Zα = sifat baku alfa= 5%=1,96

P = proporsi kategori variabel yang diteliti d = presisi=0.07

Sampel diambil sebanyak 130 orang, 65 sampel dipilih dari divisi pekerja kilang dan 65 dipilih dari divisi administrasi. Pengambilan sampel dilakukan secara acak

Zα2 P(1-P ) N d2 (N-1)+ Zα2 P(1-P)

(1.962) (0.5) (1-0.5) (300)

0.072 (300-1)+ 1.962 (0.5) (1-0.5) =118.79 orang

n =

(8)

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Umur

Umur responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan. 3. Jangka lama pekerja berkerja di pabrik baterai Jumlah tahun pekerja berkerja di pabrik baterai yaitu: A.< 5 tahun

B. 5-10 tahun C.> 10 tahun

4. Waktu berada di pabrik baterai

Waktu pekerja berada di pabrik baterai yaitu: A. < 5 jam

B. 5-9 jam C. > 9 jam

5. Alat perlindungan mulut

Alat yang digunakan untuk melindungi mulut dan gigi seperti masker dan guard yang digunakan sewaktu berkerja di pabrik baterai:

A.Ya B.Tidak

C.Kadang-kadang 6. Prevalensi erosi gigi

(9)

A) Lokasi erosi gigi

a. Kode A: Hanya pada bagian labial atau bukal b. Kode B: Hanya pada bagian lingual atau palatal c. Kode C: Hanya pada bagian oklusal atau insisal d. Kode D: Bagian labial dan insisal/oklusal e. Kode E: Bagian lingual dan insisal/oklusal f. Kode F: Mengenai lebih dari dua bagian B) Tingkat keparahan erosi

a. Kode 0: Enamel normal

b. Kode 1: Enamel terlihat kabur/buram tanpa kehilangan kontur gigi c. Kode 2: Kehilangan enamel

d. Kode 3: Kehilangan enamel dan dentin (belum melewati dento enamel junction)

e. Kode 4: Kehilangaan enamel dan dentin melewati dento enamel junction

f. Kode 5: Sudah mengenai pulpa g. Kode 9: Tidak dapat diidentifikasi C) Permukaan yang terkena erosi

Diukur secara horizontal yaitu dari mesial ke distal

a. kode(-): kurang dari setengah permukaan gigi yang terkena erosi b. kode(+): lebih dari setengah permukaan gigi yang terkena erosi

3.5 Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yaitu:

1. Pengambilan data dilakukan di pabrik pembuatan baterai pada ruang yang tersedia dan diberi penerangan yang cukup tentang kuesioner dan cara mengisi dengan benar.

(10)

3. Kumpulkan kesemua kuesioner.

4. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan menggunakan kaca mulut datar dan kain kasa steril untuk membersihkan debris.

5. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Indeks pengukuran erosi gigi yang digunakan adalah indeks erosi gigi menurut O’Sullivan.

6. Pemeriksaan dilakukan oleh tim yang terdiri atas pemeriksa dan pencatat. Sebelum penelitian, dilakukan kalibrasi untuk menyamakan persepsi dan mengurangkan examiner error dan memperoleh interpretasi yang sama.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi yaitu menggunakan program Statistical Package of the Social Science (SPSS). Analisis data penelitian meliputi perhitungan prevalensi dan persentase erosi berdasarkan lokasi, tingkat keparahan, luas permukaan dan elemen gigi pada pekerja pabrik baterai.

BAB 4

(11)

4.1 Gambaran Responden

Pada penelitian ini, secara keseluruhan jumlah responden laki-laki pada divisi administrasi (64,62%) dan pekerja kilang (67,69%) lebih banyak daripada perempuan (Tabel 5).

Tabel 5. Gambaran Responden Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia berdasarkan Jenis Kelamin (n=130)

Divisi

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Total

n % N % n

Administrasi 42 64,62 23 35,38 65

Pekerja Kilang 44 67,69 21 32,31 65

Total 86 66,15 44 33,85 130

4.2 Kebiasaan Pekerja Pabrik Baterai Yuasa

Responden kedua divisi lebih banyak berkerja 5 sampai 10 tahun dimana pada divisi administrasi sebanyak 49,20% dan pada divisi pekerja kilang sebanyak 47,69%. Responden yang berkerja kurang dari 5 tahun pada divisi administrasi sebanyak 35,40% dan pada divisi pekerja kilang sebanyak 40%. Responden yang berkerja lebih dari 10 tahun pada divisi administrasi hanya sebanyak 15,40% dan pekerja kilang sebanyak 12,31% (Tabel 6).

(12)

< 5 tahun 5 -10 tahun > 10 tahun

n % N % n %

Administrasi 23 35,40 32 49,20 10 15,40 65 Pekerja Kilang 26 40,00 31 47,69 8 12,31 65

Pada penelitian ini, dapat dilihat bahwa responden kedua divisi umumnya berkerja 5 sampai 9 jam setiap hari yaitu sebanyak 55,38% pada divisi administrasi dan 53,84% pada divisi pekerja kilang. Pekerja pabrik yang berkerja kurang dari 5 jam pada divisi administrasi sebanyak 23,07% dan pada divisi pekerja kilang sebanyak 21,54 sedangkan yang berkerja lebih dari 9 jam pada divisi administrasi adalah sebanyak 21,54% dan pada divisi pekerja kilang 24,62% (Tabel 6).

Tabel 7. Persentase Distribusi Jam Kerja pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia (n=130)

Divisi

Jam Kerja pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa/hari

< 5 jam 5-9 jam 9 jam n

n % N % n %

Administrasi 15 23,07 36 55,38 14 21,54 65 Pekerja

Kilang

14 21,54 35 53,84 16 24,62

65

Pada penelitian ini, seluruh responden (100%) pada divisi administrasi tidak menggunakan perlindungan mulut sedangkan pada divisi pekerja kilang yang tidak menggunakan hanya 16,92%. Responden yang menggunakan perlindungan mulut pada divisi pekerja kilang sebanyak 35,38% dan kadang-kadang sebanyak 47,70% (Tabel 8).

(13)

Divisi

Perlindungan Mulut yang digunakan

Ya Kadang-kadang Tidak n

n % n % n %

Administrasi - - - - 65 100,00 65

Pekerja Kilang 23 35,38 31 47,70 11 16,92 65

4.3 Prevalensi Erosi Gigi

Prevalensi erosi gigi pada pekerja pabrik adalah 28,46%. Pada pekerja kilang, dijumpai prevalensi erosi sebanyak 47,70% sedangkan pada divisi administrasi hanya 9,20% mengalami erosi gigi (Tabel 9).

Tabel 9. Prevalensi Erosi Gigi pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia (n=130)

Divisi

Erosi Gigi

n

Ada Tidak

n % N %

Administrasi 6 9,20 59 90,80 65

Pekerja Kilang 31 47,70 34 52,31 65

Total 37 28,46 93 71,54 130

Pada divisi administrasi, responden perempuan mengalami erosi yang lebih banyak, yaitu sebanyak 33,33% dibandingkan laki-laki 8,00% sebaliknya pada pekerja kilang, laki-laki mengalami erosi lebih banyak yaitu 92,00% dibandingkan perempuan 66,67%.

(14)

Jenis Kelamin

Erosi Gigi

n Divisi Administrasi Divisi Pekerja Kilang

n % n % n %

Laki-Laki 2 8,00 23 92,00 25 100,00

Perempuan 4 33,33 8 66,67 12 100,00

Pada penelitian ini, erosi gigi paling sering ditemukan pada elemen gigi insisivus 2 kanan dan kiri dengan persentase 30,63%, diikuti insisivus 1 kanan dan kiri dengan persentase 16,25%, kaninus kanan dan kiri sebanyak 3,75% sedangkan gigi premolar 1 dan molar 1 kanan dan kiri dengan persentase 1,88 dan hanya 1,25% pada premolar 2 dan molar 2 kanan dan kiri (Tabel 11).

Tabel 11. Persentase Distribusi Erosi Gigi berdasarkan Elemen Gigi pada Rahang Atas

Elemen Gigi n %

Rahang Atas

Insisivus 1 kanan dan kiri Insisivus 2 kanan dan kiri Kaninus kanan dan kiri Premolar 1 kanan dan kiri Premolar 2 kanan dan kiri Molar 1 kanan dan kiri Molar 2 kanan dan kiri

26

(15)

dan kiri dengan sebanyak 1,88%, gigi premolar 1 dan molar 1 kanan dan kiri dengan persentase 1,25 dan hanya 0,63 % pada premolar 2 kanan dan kiri (Tabel 12).

Tabel 12. Persentase Distribusi Erosi Gigi berdasarkan Elemen Gigi pada Rahang Bawah

Elemen Gigi n %

Rahang Bawah

Insisivus 1 kanan dan kiri Insisivus 2 kanan dan kiri Kaninus kanan dan kiri Premolar 1 kanan dan kiri Premolar 2 kanan dan kiri Molar 1 kanan dan kiri Molar 2 kanan dan kiri

14

Berdasarkan lokasi, erosi gigi paling sering dijumpai hanya pada satu permukaan yaitu pada permukaan labial dengan persentase 56,25% diikuti dengan lingual sebesar 30,63%, palatal (8,13%), bukal (4,38%) sedangkan pada permukaan oklusal hanya 0,63%. Erosi gigi pada dua permukaan dan yang mengenai lebih dari dua permukaan tidak ditemukan (Tabel 13).

Tabel 13. Persentase Distribusi Erosi Gigi Berdasarkan Lokasi Erosi

(16)

Labial

Tingkat keparahan yang sering ditemukan adalah terjadinya kehilangan enamel dengan persentase 66,88%. Enamel terlihat kabur/ buram sebanyak 30,63% sedangkan kehilangan enamel dan dentin yang belum melewati dento enamel junction hanya 2,50%. Tidak ditemukan erosi gigi yang sudah melewati dento enamel junction, yang mencapai pulpa dan tidak dapat diidentifikasi (Tabel 14).

Tabel 14. Persentase Tingkat Keparahan Erosi

Tingkat Keparahan Erosi n %

Enamel terlihat kabur/buram 49 30,63

Kehilangan enamel 107 66,88

Kehilangan enamel dan dentin (belum melewati dento enamel

junction) 4 2,50

Kehilangan enamel dan dentin melewati dento enamel junction - -

Sudah mengenai pulpa - -

Tidak dapat diidentifikasi - -

Erosi gigi paling sering ditemukan mengenai kurang dari setengah permukaan gigi dengan persentase 63,76% dan hanya 36,26% erosi gigi yang mengenai lebih dari setengah permukaan gigi (Tabel 15).

(17)

Luas Permukaan yang Terkena n % Kurang dari setengah permukaan gigi

Lebih dari setengah permukaan gigi

102 58

(18)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, diperoleh prevalensi erosi gigi pada pekerja pabrik baterai Yuasa sebanyak 28,46%. Hasil ini berbeda dengan penelitian Cate sebesar 31,7%. Perbedaan ini mungkin terjadi karena pada penelitian Cate, sampel diambil dari beberapa jenis pekerja pabrik yang terpapar asam seperti pekerja pabrik baterai dan pembuat acar tetapi pada penelitian ini hanya pada pekerja pabrik baterai.

Ada perbedaan prevalensi erosi gigi yang signifikan antara pekerja pabrik divisi administrasi dan divisi pekerja kilang. Berdasarkan hasil penelitian Amin dkk, skor erosi antara pekerja pabrik baterai dan kelompok kontrol pada pabrik yang sama mempunyai perbedaan yang signifikan (p<0,05).

8

6

Penelitian Malcum dan Paulus menemukan bahwa hanya pekerja pabrik baterai yang mempunyai kontak langsung dengan asam baterai terjadi erosi.7 Hal ini mungkin disebabkan karena pekerja kilang lebih sering terpapar dengan udara yang terkontaminasi asam baterai dibandingkan pekerja pada divisi administrasi.

Permukaan gigi yang sering terkena erosi adalah permukaan labial yaitu 56,25% dimana hasil yang sama ditemukan pada penelitian Amin, dkk.

20

7

(19)

Tingkat keparahan yang paling sering ditemukan pada penelitian ini adalah terjadinya kehilangan enamel yaitu 66,88%, sedangkan pada penelitian Cate enamel hanya terlihat kabur/buram tanpa terjadi kehilangan kontur gigi.8 Hal ini mungkin disebabkan karena pada penelitian ini kebanyakan pekerja pabrik tidak menggunakan perlindungan mulut yang disediakan sehingga udara yang terkontaminasi dengan asam baterai terpapar secara langsung pada permukaan gigi sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan enamel.

Berdasarkan luas permukaan yang terkena, pada penelitian ini erosi gigi paling sering ditemukan mengenai kurang dari setengah permukaan gigi dimana hasil yang sama diperoleh Cate.

20,22,23

8

(20)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Prevalensi erosi gigi pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Kedah Malaysia adalah sebanyak 28,46%.

2. Persentase erosi gigi yang paling sering terdapat pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Kedah Malaysia adalah pada permukaan labial yaitu sebanyak 56,25% .

3. Persentase tingkat keparahan erosi gigi yang paling sering terjadi pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Kedah Malaysia adalah kehilangan enamel sebanyak 66,88%.

4. Erosi gigi berdasarkan luas permukaan pada pekerja pabrik baterai Yuasa Kedah Malaysia paling sering ditemukan mengenai kurang dari setengah permukaan gigi dengan persentase 63,76%.

5. Persentase erosi gigi paling sering ditemukan pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Kedah Malaysia adalah pada elemen gigi insisivus kanan dan kiri rahang atas dengan persentase 30,63%.

6.2 Saran

1. Perlunya informasi yang jelas tentang dampak udara yang terkontaminasi dengan asam baterai terhadap kesehatan gigi pada pekerja yamg sering terpapar dengan asam di pabrik baterai.

2. Perlunya edukasi pada pekerja pabrik baterai tentang upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya erosi gigi dan perlunya penggunaan perlindungan mulut, rajin berkumur dengan air putih dan mengurangi waktu paparan dengan asam di pabrik.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Erosi Gigi

Erosi gigi adalah suatu proses kronis kehilangan jaringan keras gigi yang disebabkan proses kimiawi zat asam yang tidak melibatkan bakteri. Semua zat asam, baik zat asam intrinsik maupun ekstrinsik mampu mendemineralisasi enamel gigi dengan menghasilkan suatu pH yang lebih rendah dari pH kritis pada enamel gigi. Mineral gigi akan larut pada waktu gigi berkontak dengan senyawa yang bersifat asam dan menyebabkan lesi erosi.

Erosi gigi harus dibedakan dengan karies gigi walaupun keduanya mempunyai kesamaan yaitu terjadi demineralisasi pada jaringan keras gigi akibat asam. Erosi dan karies gigi sama-sama dari asam yang merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri dalam tubuh tetapi erosi gigi terjadi karena proses kimia tanpa melibatkan bakteri, hal ini berbeda dengan karies gigi.

9

9

2.2 Faktor Risiko

Ada beberapa faktor risiko terjadinya erosi gigi, antara lain adalah faktor kimia, faktor biologis dan perilaku. Faktor-faktor tersebut sangat penting dan membantu dalam menjelaskan mengapa erosi gigi dapat terjadi.

a. Faktor Kimia

(22)

Nilai pH, kandungan kalsium, fosfat dan flour pada minuman atau makanan adalah faktor penting yang mempengaruhi terjadinya erosi. Kandungan tersebut menentukan tingkat kejenuhan pada mineral gigi yang menyebabkan penguraian mineral gigi. Tingkat kejenuhan yang rendah pada enamel dan dentin akan menyebabkan demineralisasi awal pada permukaan yang diikuti dengan kenaikan pH lokal dan peningkatan kandungan mineral pada cairan di sekitar permukaan gigi.

Semakin besar kapasitas buffering pada makanan atau minuman asam, semakin lama pula waktu yang diperlukan saliva untuk menetralkan asam. Kapasitas buffer suatu larutan memiliki efek yang berbeda saat larutan berkontak lebih lama pada permukaan gigi dan tidak digantikan oleh saliva. Kapasitas buffer makanan atau minuman yang lebih tinggi akan mempercepatkan proses penguraian. Hal ini disebabkan karena semakin banyak ion-ion mineral dari gigi yang dibutuhkan agar zat asam tidak menyebabkan proses demineralisasi lebih jauh.

10

b. Faktor Biologi

10

Faktor biologi yang terkait dengan erosi gigi meliputi sifat dan karakteristik saliva, pelikel gigi, struktur gigi dan jaringan lunak di sekitarnya. Interaksi faktor-faktor tersebut dengan agen penyebab erosi dan aspek perilaku, sejalan dengan waktu dapat mempengaruhi perkembangan atau terhambatnya proses erosi gigi.

Saliva merupakan faktor biologi yang paling penting yang dapat mempengaruhi terhambatnya proses erosi gigi karena kemampuaanya secara langsung membasahi, membersihkan, menetralkan dan buffer zat asam. Saliva juga berperan membentuk membran protektif dan mengurangi demineralisasi serta meningkatkan remineralisasi dengan adanya kalsium, fosfat, dan flour yang terkandung di dalamnya.

11

Peran penting lainnya dari saliva terkait dengan pembentukan pelikel. Pelikel adalah lapisan tipis protein yang dibentuk saliva. Pelikel melindungi gigi terhadap erosi dengan cara bertindak sebagai membran penghalang proses difusi yang mencegah kontak langsung asam dengan permukaan gigi serta mengurangi banyaknya jumlah hidroksi apatit yang larut karena asam.

11

(23)

c. Faktor Perilaku

Faktor perilaku yang berperan penting dalam perkembangan erosi gigi meliputi kebiasaan saat makan dan minum, gaya hidup sehat dan tidak sehat serta kebiasaan menjaga kesehatan rongga mulut.

Erosi gigi dikaitkan dengan frekuensi dan cara makan atau minum. Cara makanan dan minuman asam masuk ke dalam mulut mempengaruhi lama kontak zat penyebab erosi dengan gigi. Misalnya kebiasaan mengulum minuman akan menurunkan pH pada permukaan gigi sehingga meningkatkan risiko terjadinya erosi.

12

Gaya hidup juga dapat menyebabkan erosi gigi. Gaya hidup meliputi olah raga yang teratur dan diet buah-buahan dan sayur-sayuran, misalnya pada diet laktovegetarian. Olah raga meningkatkan kehilangan cairan tubuh yang dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan aliran saliva.

12

Gaya hidup yang tidak sehat juga dikaitkan dengan erosi gigi. Pencandu alkohol berisiko terhadap erosi gigi. Konsumsi minuman beralkohol tinggi dapat menyebabkan erosi gigi tidak hanya karena kandungan zat asamnya tapi juga sebagai hasil dari kondisi lainnya seperti refluks gastroesofageal, sering muntah dan perubahan saliva.

12

12

2.3 Faktor Etiologi

Erosi gigi merupakan suatu proses kehilangan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh berkontaknya gigi dengan zat asam. Zat asam ini dapat berasal dari dalam tubuh (intrinsik) dan dari luar tubuh (ekstrinsik).13-15

2.3.1 Faktor Intrinsik

(24)

Penyakit GERD merupakan suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh asam lambung yang lewat dari perut ke esophagus dan ke dalam mulut. Asam lambung ini mempunyai pH yang rendah yang menyebabkan iritasi dan nyeri pada ulu hati. Pada pasien GERD, cairan asam bisa berada lama di esophagus sehingga terjadi erosi lining esophagus. Gravitasi, aksi menelan dan saliva merupakan mekanisme pelindung yang penting pada kondisi ini. Kerusakan jaringan terjadi sewaktu tidur karena posisi terlentang menyebabkan sekresi asam lambung berada lebih lama di dalam mulut. Karena sekresi serta aksi menelan saliva juga berkurang sewaktu tidur, memungkinkan asam tetap berada di esophagus untuk waktu yang lama yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak dan gigi.

Pada pasien GERD, sering terjadi keausan oklusal berlebihan disertai dengan erosi pada permukaan lingual dan insisal. Keausan enamel lebih cenderung terjadi pada permukaan lingual pada kasus GERD (Gambar 1). Keausan secara berlebihan pada permukaan lingual gigi dan erosi pada permukaan insisal dan oklusal merupakan tanda awal penyakit ini sehingga dokter gigi lebih cenderung mendeteksi awal penyakit ini.

13,14

13,14

Penyakit lain yang dapat menyebabkan erosi gigi adalah sindroma Sjogren. Sindroma Sjogren adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan kekeringan

(a) (b)

(25)

pada mulut dan mata. Hal ini terjadi pada waktu sistem kekebalan tubuh merusak kelenjar yang menghasilkan saliva. Peradangan pada kelenjar liur menyebabkan mulut kering. Sindroma Sjogren diklasifikasikan sebagai Sindroma Sjogren Primer bila tidak berkaitan dengan penyakit autoimun sistemik dan Sindroma Sjogren Sekunder bila berkaitan dengan penyakit autoimun sistemik lain dan yang paling sering adalah Artritis Reumatoid, Sistemic Lupus Erithemateus (SLE) dan Sklerosis Sistemik. Sindroma Sjogren Primer paling banyak ditemukan sedangkan Sindroma Sjogren Sekunder hanya 30% kejadiannya.

Gejala yang disebabkan penyakit Sjogren ini adalah mulut kering. Antibodi yang menyerang dan menghancurkan sel-sel kelenjar eksokrin menyebabkan kehancuran sel-sel kelenjar ludah. Karena itu, penderita akan mengalami penurunan produksi saliva. Kondisi ini menyebabkan mulut kering dan sulit mengunyah makanan. Apabila terjadi penurunan produksi saliva, maka terjadi penurunan buffer saliva sehingga mulut kering yang memicu terjadi erosi gigi. Penderita sindrom ini cenderung mengkonsumsi minuman bersifat asam untuk merangsang aliran saliva dan menjaga rongga mulut agar tetap basah. Namun hal ini akan menurunkan pH saliva sehingga bertambah risiko terjadinya erosi gigi.

15

Kondisi psikologis seperti aneroxia nervosa dan bulimia untuk menghindari kenaikan berat badan juga dapat menyebabkan erosi. Aneroxia biasanya melibatkan rasa takut yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan atau takut menjadi kurus meskipun penderita kelihatan kurus. Penderita berusaha mengurangi berat badan dengan membatasi asupan makanan. Penderita juga akan berolahraga secara berlebihan. Penderita bulimia mempunyai kebiasaan makan berlebihan yang dapat terjadi beberapa kali dalam seminggu atau paling parah beberapa kali sehari. Saat itulah, penderita mungkin merasa benar-benar di luar kendali. Mereka mungkin menelan ribuan kalori yang tinggi karbohidrat dan lemak. Jumlah makanan yang dikonsumsi dianggap berlebihan dalam keadaan normal. Oleh karena itu, mereka akan memuntahkan kembali makanan dengan cara memasukkan jari ke dalam mulut sehingga muntah.

15

(26)

Komplikasi oral pada individu yang terlibat adalah sering muntah. Hal ini menyebabkan erosi pada enamel gigi yang merupakan pelindung gigi. Oleh karena muntah mengandung asam, akhirnya akan menyebabkan ausnya enamel gigi penderita. Hal ini biasanya terjadi pada permukaan lingual dan palatal gigi depan dalam enam bulan pertama muntah. Seiring waktu, dan karena penyakit terus berlangsung, erosi pada bagian depan gigi menjadi terlihat dan menipis, kuning, mengkilap dan mungkin bahkan transparan dekat ujung gigi. Erosi gigi juga dialami oleh hampir 89% penderita bulimia (Gambar 2).16

Gambar 2.

2.3.2 Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik penyebab erosi gigi adalah zat asam yang berasal dari luar tubuh. Zat asam ini dapat berasal dari makanan dan minuman yang bersifat asam, obat-obatan, pekerjaan dan lingkungan. Faktor diet meliputi makanan dan minuman bersifat asam yang dikonsumsi secara berlebihan, mungkin juga akibat obat yang bersifat asam yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan faktor pekerjaan meliputi paparan klorin dari kolam renang, maupun paparan agen korosif dari pabrik.4,9

2.3.2.1Diet

Erosi gigi pada permukaan (a) fasial dan (b) palatal pada pasien Bulimia16

(27)

Banyak makanan dan minuman yang bersifat asam. Makanan dan minuman dikatakan bersifat asam apabila nilai pH kurang dari 5,5 yaitu di bawah pH kritis enamel. Contoh makanan yang bersifat asam adalah buah-buahan dengan konsentrasi asam sitrat yang tinggi seperti apel, jeruk nipis, jeruk, nenas dan sebagainya. Minuman bersifat asam adalah jus buah-buahan sitrat seperti jus jeruk, minuman berkarbonat seperti coca cola dan cuka (asam asetat) (Tabel 1). Sering mengkonsumsi makanan dan minuman bersifat asam akan memicu terjadi erosi gigi yang lebih cepat.4,9,17

Tabel 1. Nilai pH pada beberapa jenis makanan dan minuman Jenis makanan dan minuman

9 • Minuman jeruk

(28)

Obat-obatan dapat menyebabkan erosi gigi dengan berbagai mekanisme. Kerusakan bisa dihasilkan secara langsung oleh kadar keasaman obat yang berkontak langsung dengan gigi pada saat dikonsumsi. Selain itu, beberapa obat-obatan dapat menyebabkan xerostomia yang cenderung mengurangi aliran saliva dan dengan demikian mengurangi efek protektif dari saliva untuk gigi sehingga meningkatkan risiko terjadinya erosi gigi.

Studi oleh McDerra dkk. telah meneliti hubungan antara erosi dan obat inhalasi yang digunakan untuk mengobati asma. Hasil penelitian mengatakan bahwa aerosol mungkin memiliki efek langsung pada gigi atau dapat menimbulkan risiko langsung akibat xerostomia yang dihasilkan oleh beta 2 agonis konten obat-obatan seperti salbutamol dan terbutaline. Inhaler yang mengunakan obat-obat ini dapat digunakan hingga empat kali sehari selama jangka waktu yang panjang yang memicu terjadinya erosi gigi.

18

Demineralisasi gigi yang disebabkan oleh obat-obatan dapat terjadi setelah pasien mengonsumsi obat-obatan lebih dari setahun. Hal ini dapat terlihat pada gigi anterior maksila dan mandibula, terutama pada permukaan labial dan lingualnya.

18

18

2.3.2.3Pekerjaan

Ada beberapa pekerjaan yang menyebabkan seseorang terpapar dengan zat asam. Seringnya kontak dengan zat asam pada lingkungan pekerjaan dapat meningkatkan risiko terjadinya erosi gigi.

a) Pencicip anggur profesional

Pada pencicip anggur professional, mencicipi rasa minuman anggur sering dilakukan selama 30-60 detik di dalam mulutnya. Beberapa di antara mereka mencicip hingga 200 jenis minuman anggur dalam sehari sampai empat hari berturut-turut dan melakukannya beberapa kali dalam setahun. Keadaan ini dapat menyebabkan erosi gigi yang meluas. Dalam dua tahun, permukaan servikal gigi akan menjadi hipersensitif.

(29)

Beberapa laporan kasus dan penelitian melaporkan hubungan olahraga dan erosi gigi. Penyebabnya secara langsung misalnya pada perenang yang berlatih di kolam dengan pH air yang rendah (Gambar 3). Penyebab secara tidak langsung misalnya individu yang melakukan latihan angkat berat sehingga refluks gastroesofagealnya meningkat.4

.

.

c. Industri kimia

Polusi industri menyebabkan pekerja di pabrik pembuatan baterai dan asam hidroklorit terpapar asam sulfur saat proses galvanisasi dilakukan. Biasanya erosi gigi yang terjadi pada pekerja-pekerja ini terlihat pada permukaan labial gigi anterior yang tidak dilindungi oleh bibir.

Ada bermacam-macam jenis baterai di pasaran misalnya baterai laptop, baterai handphone dan lain-lainnya. Secara garis besar, berdasarkan bahan kimianya baterai dibagi dalam dua kategori besar yaitu:

20

i) Baterai primer

21

Jenis ini disebut juga sebagai baterai sekali pakai yang berarti setelah habis alur listriknya, baterai tersebut harus dibuang ditempat semestinya. Ada beberapa macam baterai primer yaitu:21

(a)

Erosi pada permukaan (a) palatal dan (b) oklusal dengan eksposur dentin yang luas padaperenang aktif 4

(b)

(30)

Heavy duty atau Carbon Zinc (Zn-MnO2) Baterai primer yang paling murah yang banyak digunakan dalam rumah tangga seperti pada jam dinding dan remote control.

Alkaline, zinc alkaline manganese dioxide

Baterai jenis ini memiliki power yang lebih dan umur simpan yang lebih lama dan sering digunakan dalam mainan, kamera dan senter.

Lithium Cells Baterai ini memiliki kemampuan kinerja yang jauh lebih baik melampaui baterai elektrolit konvensional. Umur simpannya dapat lebih dari 10 tahun dan tetap berkerja dengan baik pada suhu yang sangat rendah. Baterai Lithium umumnya sebesar uang koin saja dan digunakan dalam kalkulator.

Silver Oxide Cells Baterai jenis ini memiliki kepadatan energi yang sangat tinggi tetapi harganya yang mahal karena terbuat dari bahan perak. Ukurannya sangat kecil yaitu sebesar kancing baju dan digunakan pada jam tangan dan kalkulator.

Zinc Air Cells Baterai jenis ini menjadi standar yang digunakan pada alat bantu dengar. Memiliki waktu pakai yang sangat lama karena hanya memiliki material anoda saja, sedangkan katodanya memanfaatkan udara di sekitarnya.

ii) Baterai sekunder

Jenis ini disebut juga sebagai baterai yang dapat dicas ulang jika telah habis alur listriknya. Ada beberapa macam baterai sekunder yaitu: 21

(31)

* Baterai yang diproduksi

Beberapa proses yang harus dilakukan untuk pembuatan baterai meliputi: 1. Pembuatan case dan cover baterai.

Pertama wadah dan penutup baterai akan dibuat yang umumnya dari bahan polypropylene. Wadah plastik baterai biasanya terdiri atas 6 bagian yang dikenali sebagai sel. Setelah dibuat wadah dan penutup tersebut, penutup diasingkan

Rechargeable Alkaline Merupakan baterai alkali yang paling murah yang dapat dicas ulang, memiliki umur simpan yang lama dan cocok untuk penggunaan yang umum. Baterai ini sering digunakan dalam Mp3, lampu listrik tenaga matahari dan mainan.

Nickel-Cadmium (Ni-Cd) Baterai yang dapat dicas ulang yang dan mempunyai daya yang tinggi serta dapat digunakan dalam rentan temperatur yang luas. Kekurangan baterai ini adalah waktu pemakaian yang rendah. Baterai ini digunakan dalam kamera digital. Nickel-Metal Hydride (Ni-MH) Baterai ini memiliki 30% lebih kapasitas

dibanding baterai Ni-Cd pada tegangan yang sama. Jumlah cas ulang setelah pemakaian lebih tinggi dan memiliki kemampuan beban arus yang lebih tinggi. Baterai ini digunakan pada alat pertukangan.

Lithum Ion (Li-Ion) Baterai ini merupakan terobosan baru dalam dunia baterai rechargeable. Beratnya lebih ringan 30% dan kapasitasnya lebih 30% daripada baterai (Ni-MH). Baterai ini digunakan pada Notebook dan Handphone.

(32)

2. Positif dan negatif pelat

Pelat logam biasanya dibuat dari timah. Pelat logam ini akan dipasangkan ke setiap sel dalam wadah tersebut. Pelat ini akan menghasilkan muatan positif dan negatif untuk menghasilkan arus listrik. Setelah itu, pasta timah oksida akan diaplikasikan ke atas pelat tersebut. Untuk memproduksi pelat negatif, sulfat akan ditambahkan ke pasta tersebut. Seterusnya asam sulfat encer akan ditambahkan. Separator yang terdiri atas bahan sintetis yang tipis akan dipasangkan sebagai spacer diantara pelat positif dan negatif untuk mencegah kejutan listrik, sementara masih memungkinkan arus listrik mengalir antara pelat.

3. Elemen

Suatu plat positif dipasangkan dengan plat negatif berserta separator dikenali sebagai elemen. Elemen tersebut akan dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam wadah baterai dan dihubungkan dengan logam konduktif.

4. Elektrolit

Setelah itu, larutan elektrolit asam sulfat dan air ditambahkan untuk mengisi wadah baterai tersebut. Kemudian penutup baterai ini akan dipasangkan dan baterai akan diperiksa untuk kebocoran.

5. Charging

Akhirnya, pelat baterai akan dihubungkan ke sumber listrik agar baterai tersebut dapat dicas selama beberapa jam. Setelah dicas, penutup baterai akan dibersihkan, diberi label dan baterai akan dipaketkan untuk distribusi.

(33)

untuk mencelup pelat timah pada asam sulfat dimana kondisi ruangan tersebut amat padat dan penuh dengan kabut asam sehingga tempoh berkerja yang lama di sana akan menyebabkan kesukaran bernafas yang dapat berakibat fatal pada pekerja pabrik yang menderita asma dan peyakit pernafasan lain.

Saat ini ada banyak indeks yang digunakan untuk mendiagnosis erosi gigi. Indeks-indeks ini merupakan modifikasi atau kombinasi dari indeks yang digunakan Eccles dan indeks Smith dan Knight. Salah satu indeks yang paling sering digunakan adalah indeks O’Sullivan (Tabel 2, 3 dan 4). Indeks ini mengukur erosi gigi berdasarkan lokasi, tingkat keparahan dan luas permukaan yang terkena erosi gigi.

2.4 Indeks Erosi Gigi

22

Tabel 2. Indeks erosi gigi O’Sullivan Lokasi Erosi

Hanya pada bagian labial atau bukal Hanya pada bagian lingual atau palatal Hanya pada bagian oklusal atau insisal Bagian labial dan insisal/oklusal Bagian lingual dan insisal/oklusal Mengenai lebih dari dua bagian

Tingkat Keparahan Erosi Keterangan

Kode 0

Enamel terlihat kabur/buram tanpa kehilangan kontur gigi

Kehilangan enamel

Kehilangan enamel dan dentin(belum melewati dento enamel junction)

Kehilangan enamel dan dentin melewati dento enamel junction

Sudah mengenai pulpa Tidak dapat diidentifikasi

(34)

Kode (-) Kode (+)

Kurang dari setengah permukaan gigi yang terkena erosi

Lebih dari setengah permukaan gigi yang terkena erosi

Tabel 3. Indeks erosi gigi oleh Lussi dkk Fasial

22

Keterangan

0 Tidak ada erosi Permukaan gigi halus, kadang mengkilap. Dan mungkin terdapat developmental ridge

1 Kehilangan permukaan enamel. Ditemukan lesi di daerah servikal gigi. Cekungan pada enamel lebar tapi tidak dalam, untuk membedakannya dari gigi yang abrasi.

2 Tepi lesi bergelombang. 3 Dentin tidak terpapar

Kerterlibatan dentin kurang dari setengah permukaan gigi Keterlibatan dentin lebih dari setengah permukaan gigi

Oklusal Keterangan

0 Tidak ada erosi. Permukaan gigi halus, kadang mengkilap. Dan mungkin terdapat developmental ridge.

1

Sedikit erosi pada cusp gigi, cusp gigi membulat, terdapat restorasi gigi sebelahnya meningkat, groove pada permukaan oklusal.

2 Kehilangan permukaan enamel tanpa melibatkan dentin

Lesi lebih parah. Tanda lebih jelas daripada grade 1. Melibatkan dentin.

*permukaan fasial, lingual dan oklusal pada semua gigi kecuali molar tiga

Tabel 4. Indeks Eccless Skor

22

(35)

Klas I Lesi superfisial, hanya pada permukaan enamel. Terlihat enamel tipis dan berkilat. Klas II Lesi terlokalisasi, <1/3 permukaan dentin. Terdapat lesi yang berbentuk cawan dan lekukan yang dalam pada enamel dan dentin.

Klas III Lesi general, >1/3 permukaan dentin, kehilangan banyak jaringan dentin.

Indeks yang dikembangkan dan digunakan selama 20 tahun terakhir ini tidak dapat dibandingkan antara satu sama lain karena tidak ada suatu standar tertentu. Penelitian-penelitian yang dilakukan belum menemukan suatu indeks yang dapat digunakan sebagai standar untuk mengukur erosi gigi.22

2.5 Hubungan Erosi dengan Udara yang Mengandung Asam Baterai

2.5.1 Proses Erosi

(36)

2.5.2 Gambaran Klinis

Gambaran awal erosi gigi terlihatnya adanya bercak putih yang secara mikroanatomi terlihat bulat, licin dan mengilat (Gambar 4). Pada tahap lanjut, enamel akan semakin banyak menghilang, gigi terlihat makin licin dan mengilat, enamel tetap utuh pada gingival margin dan terbentuk cekungan pada daerah oklusal (Gambar 5). Cekungan tersebut merupakan ciri khas dari dentin yang lunak dan kurang mineralisasi.24 Gambar 6 menunjukkan erosi pada permukaan labial dan insisal gigi pekerja pabrik baterai.

Erosi gigi pada bagian servikal pada gigi insisivus, kaninus dan premolar mandibular akibat konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan asam tinggi 24 Gambar 5.

Erosi awal pada gigi molar mandibula akibat frekuensi konsumsi makanan dengan

(37)

2.6 Pencegahan

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi erosi:

a. Memperbaiki ventilasi pabrik pembuatan baterai. Apabila telah dibuat lubang kecil pada dinding di pabrik, maka konsentrasi asam di udara semakin kurang karena aliran udara yang lebih baik. Oleh karena itu prevalensi erosi gigi juga semakin berkurang.

b. Mengurangi waktu paparan dengan asam di pabrik.

c. Memakai masker pelindung sepanjang waktu paparan dengan asam.

d. Menggunakan mouth rinsing solution atau setidak-tidaknya kumur dengan air putih sewaktu bekerja di pabrik.6-8

2.7 Perawatan

Perlu atau tidaknya dilakukan restorasi pada gigi yang mengalami erosi tergantung kebutuhan pasien, tingkat keparahan erosi gigi dan potensi berkembangnya lesi.

Perawatan erosi gigi sebaiknya dilakukan pada tahap awal untuk mencegah gangguan fungsional dan estetis. Perawatan yang dianjurkan adalah aplikasi flour dan penambalan permukaan gigi dengan bahan komposit (Gambar 7). Pada erosi yang berat, dapat dirawat dengan pembuatan veneer keramik atau overlay mahkota. Pada pasien dengan erosi gigi yang parah dan kehilangan lebih dari dua permukaan gigi, dilakukan pemasangan mahkota, bridge dan overdenture.

25

25 Gambar 6. Erosi pada permukaan

(38)

BAB 3

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 7. Groove pada molar yang

(39)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerusakan gigi dibagi atas dua yaitu kerusakan karies dan non-karies. Ada beberapa jenis kerusakan gigi non karies yaitu atrisi, abrasi, abfraksi, fraktur dan erosi. Erosi merupakan demineralisasi jaringan keras permukaan gigi yang disebabkan oleh proses kimia yang tidak melibatkan bakteri.1 Erosi gigi diakibatkan oleh suatu proses kimia di mana hilangnya mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh asam. Zat asam ini akan dapat menyebabkan larutnya mineral di bawah permukaan gigi.

Zat asam yang menyebabkan erosi gigi dibagi atas dua yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang terjadi dari dalam tubuh kita sendiri di mana cairan asam lambung yang berkontak dengan gigi sewaktu muntah. Kejadian seperti ini sering terjadi pada wanita hamil yang mengalami morning sickness danpenderita GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Selain itu, pada pasien yang mempunyai masalah pola makan seperti bulimia dan anorexia nervosa dimana penderita sering memuntahkan balik makanan dengan sengaja sehingga terjadi erosi gigi. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar dan bukan dari tubuh sendiri seperti obat-obatan, air berklorin pada kolam renang, makanan dan minuman yang bersifat asam serta lingkungan pekerjaan dengan udara yang terkontaminasi.

1,2

Lingkungan pekerjaan dengan udara yang terkontaminasi sering terjadi pada pekerja pabrik. Pada pekerja pabrik yang terpapar dengan asam, akan memberi efek terhadap gigi baik secara langsung yaitu kontak langsung asam pada permukaan gigi maupun secara tidak langsung yaitu permukaan gigi yang terpapar kepada udara yang terlarut dengan konsentrasi asam. Di antara asam yang sering menyebabkan erosi adalah asam sulfat dan asam fosfat. Pada pabrik pembuatan baterai terdapat kandungan asam sulfat yang tinggi. Apabila asam ini mengenai permukaan gigi untuk

(40)

jangka waktu yang panjang, maka terjadi dekalsifikasi secara terus-menerus. Paparan asam dengan tingkat berlebihan akan menyulitkan untuk mempertahankan enamel gigi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyama dkk. di Jepang pada tahun 1991 menunjukkan pada pabrik pembuatan baterai, dibuktikan bahwa asam sulfat lebih tinggi dari tahap toleransi yaitu melebihi 1 mg/m

2-4

3

.Pada pekerja pabrik baterai ini, dijumpai erosi gigi dan persentase erosi gigi meningkat setelah 10 tahun berkerja. Prevalensi terjadinya erosi gigi adalah 20%. Persentase erosi gigi pada pekerja pabrik yang berkerja selama 10-14 tahun adalah sebanyak 42,9%, 57,1% apabila berkerja selama 15-19 tahun dan 66,7% apabila berkerja melebihi 20 tahun.5 Penelitian Malcom dan Paul di Manchester pada sekelompok pekerja pabrik baterai menunjukkan bahwa terjadi erosi gigi pada gigi anterior yang dapat dibagi atas 4 kelompok berdasarkan level erosinya. Penelitian ini menunjukkan ada kerusakan progresif pada mahkota gigi akibat kabut asam.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amin dkk. yang dilakukan di Jordan menyatakan bahwa terdapat erosi gigi pada pekerja pabrik asam dan pada pekerja pabrik baterai.

6

7

Penelitian yang dilakukan oleh Cate di Manchester pada 555 pekerja yang terpapar dengan asam menunjukkan bahwa prevalensi terjadi erosi gigi sebanyak 31,7%. Erosi terjadi sebanyak 94% pada permukaan enamel dan 6% melibatkan dentin.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti erosi gigi akibat asam baterai pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Sungai Petani, Kedah, Malaysia.

8

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah:

(41)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prevalensi erosi gigi pada pekerja pabrik baterai.

2. Untuk mengetahui persentase erosi gigi berdasarkan lokasi pada pekerja pabrik baterai.

3. Untuk mengetahui persentase erosi gigi berdasarkan tingkat keparahan pada pekerja pabrik baterai.

4. Untuk mengetahui persentase erosi gigi berdasarkan luas permukaan pada pekerja pabrik baterai.

5. Untuk mengetahui persentase erosi gigi berdasarkan elemen gigi pada pekerja pabrik baterai.

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan tentang data prevalensi erosi gigi pekerja pabrik baterai.

2. Sebagai bahan penyuluhan kepada pekerja pabrik baterai tentang pentingnya melakukan upaya proteksi terhadap pengaruh asam pada gigi.

(42)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi/ Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014

S.Jeevamalar Sri Rengan

Erosi gigi akibat udara yang mengandung asam baterai pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Sungai Petani Kedah Malaysia.

x + 37 halaman

(43)

terpapar dengan asam terutama pada pekerja pabrik baterai akan mengalami erosi gigi.

(44)

DI SUNGAI PETANI KEDAH MALAYSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

S.JEEVAMALAR SRI RENGAN NIM: 100600149

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(45)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi/ Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014

S.Jeevamalar Sri Rengan

Erosi gigi akibat udara yang mengandung asam baterai pada pekerja pabrik baterai Yuasa di Sungai Petani Kedah Malaysia.

x + 37 halaman

(46)

terpapar dengan asam terutama pada pekerja pabrik baterai akan mengalami erosi gigi.

(47)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 24 September 2014 Pembimbing: Tanda Tangan

Prof. Sondang Pintauli,drg.,Ph.D NIP : 19640712 198903 2 001

(48)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 24 September 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Sondang Pintauli, drg., PhD ANGGOTA : 1. Simson Damanik, drg.,M.Kes

(49)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., PhD., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., PhD., Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Simson Damanik, drg., M.Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku tim penguji atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Astrid Yudhit, drg.,M.Si selaku penasehat akademik yang banyak memberikan motivasi dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. En. Khairul Anwar selaku Manajer Pabrik Baterai Yuasa, Kawasan Perindustrian Sungai Petani, Kedah, Malaysia yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di pabrik tersebut.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada orangtua penulis, Ayah Sri Rengan Sellaperumal dan Ibu Muniamah Kannayagoundan, adik penulis Madan Raj dan Sandiya atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

(50)

disebutkan satu per satu atas bantuan, doa, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, September 2014 Penulis,

(51)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN……… HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………...

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTARISI... . vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………... 1.2 Rumusan Masalah………... 1.3 Tujuan Penelitian………... 1.4 Manfaat Penelitian………...

1 2 3 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Erosi Gigi………... 2.2 Faktor Risiko………... 2.3 Faktor Etiologi………... 2.3.1 Faktor Intrinsik………... 2.3.2 Faktor Ekstrinsik……….. 2.3.2.1 Diet………... 2.5.1 Proses Erosi………. 2.5.2 Gambaran Klinis……….

(52)

2.7 Perawatan……… 21 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian……… 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……….………. 3.3 Populasi dan Sampel………... 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 3.5 Cara Pengumpulan Data………. 3.6 Pengolahan dan Analisis Data………

22 22 22 23 25 26 BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden………... 4.2 Kebiasaan Pekerja Pabrik Baterai Yuasa……… 4.3 Prevalensi Erosi Gigi………...

26 26 28

BAB 5 PEMBAHASAN………... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 35

(53)

DAFTAR TABEL

Nilai pH pada beberapa jenis makanan dan minuman………. Indeks erosi gigi O’ Sullivan……… Indeks erosi gigi oleh Lussi dkk………... Indeks Eccless………... Gambaran Responden Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia berdasarkan Jenis Kelamin (n=130)…... Persentase Distribusi Lama Berkerja pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia (n=130)……….……….. Persentase Distribusi Jam Kerja pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia (n=130)……….………... Persentase Distribusi Penggunaan Perlindungan Mulut yang digunakan pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia (n=130)………. Prevalensi Erosi Gigi pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia (n=130)……….………. Prevalensi Erosi Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia (n=37)…………... Persentase Distribusi Erosi Gigi berdasarkan Elemen Gigi pada Rahang Atas……….. Persentase Distribusi Erosi Gigi berdasarkan Elemen Gigi pada Rahang Bawah……….. Persentase Distribusi Erosi Gigi Berdasarkan Lokasi Erosi……….... Persentase Tingkat Keparahan Erosi………..……….. Persentase Distribusi Erosi Gigi Berdasarkan Luas Permukaan Yang

(54)

DAFTAR GAMBAR

(55)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner prevalensi erosi gigi pada pekerja pabrik baterai Yuasa.

2. Surat Keterangan izin penelitian di Pabrik Baterai Yuasa, Kedah, Malaysia. 3. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 4. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari Pabrik Baterai Yuasa.

Gambar

Gambar 7. Groove mengalami erosi ditambal dengan
Tabel 5. Gambaran Responden Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia berdasarkan Jenis Kelamin (n=130)
Tabel 7. Persentase Distribusi Jam Kerja pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah   Malaysia (n=130)
Tabel 9. Prevalensi Erosi Gigi pada Pekerja Pabrik Baterai Yuasa di Kedah Malaysia (n=130)
+7

Referensi

Dokumen terkait