• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Arang Aktif Dari Tempurung Biji Karet (Hevea Brasiliensis) Sebagai Adsorben Pada Pemurnian Minyak Goreng Bekas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Arang Aktif Dari Tempurung Biji Karet (Hevea Brasiliensis) Sebagai Adsorben Pada Pemurnian Minyak Goreng Bekas"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

1. Menghitung berat jenis minyak

1 5 40 11,788 16,650 16,223 0,912

60 11,788 16,650 16,209 0,909

80 11,788 16,650 16,191 0,906

2 10 40 11,788 16,650 16,185 0,904

60 11.788 16,650 16,182 0,903

80 11,788 16,650 16,176 0,902

3 15 40 11,788 16,650 16,168 0,901

60 11,788 16,650 16,167 0,900

80 11,788 16,650 16,166 0,900

Persamaan yang digunakan untuk menghitung berat jenis minyak yaitu :

= −

− Dimana, m = berat piknometer kosong

= berat piknometer kosong + aquades = berat piknometer kosong + minyak

Sampel I (waktu 40 menit dan massa arang aktif 5 gram)

(2)

(gr) (%)

1 5 40 0,350

60 0,300

80 0,280

2 10 40 0,210

60 0,170

80 0,120

3 15 40 0,090

60 0,082

80 0,070

Persamaan yang digunakan untuk menghitung kadar air pada minyak :

(%) = − ℎ 100%

Sampel I (waktu 40 menit dan massa arang aktif 5 gram) (%) = 5 − 4,9825

5 100%

(3)

arang

Persamaan yang digunakan untuk menghitung kadar asam lemak bebas : (%) =

1000 100 %

Dimana,

ml NaOH : Volume titran NaOH

N NaOH : Normalitas larutan NaOH (mol/L) BM : Berat Molekul asam lemak 256 g/mol

Sampel I

(%) = 15 0,05 256

5 1000 100 %

(4)

arang

Persamaan yang digunakan untuk menghitung bilangan peroksida :

(5)

Alinda F. Rosita Dan Wenti A. Widasari. 2008. Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas Dari KFC Dengan Mengggunakan Adsorben Karbon Aktif. Makalah Seminar. Semarang. Universitas Diponegoro.

Ando,J. 1982. Hasil Destilasi Kering Jenis Kayu Indonesia. Laporan BPHH/FPRI. No. 161.

Bhattacharya, Sajilata, Tiwari & Singhal, 2008. Regeneration of thermally polymerized frying oils with adsorbents. Journal of food chemistry, 110, 562-570.

Doerner, Max, 1984.The Materials of the Artist and Their Use in Painting: With Notes on the Techniques of the Old Masters, Revised Edition. Harcourt. ISBN 0-15657716-X.

Fransiswa Ginting, 2011. Pemurnian Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Zeolit Aktif Dan Arang Aktif. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara

Harmin, Nora Dkk. 2012. Pemanfaatan Arang Aktif Dari Serbuk Gergaji Kayu Ulin Untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng Bekas. Konversi, Volume 1 No 1. Universitas Lambung Mangkurat.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Ketaren, S.. 2008.Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press

(6)

Kusnaedi, 2010.Mengolah Air Kotor untuk Air Minuman. Penebar Swadaya, Jakarta

Lestari, Pratiwi Putri. 2010. Pemanfaatan Minyak Goreng Jelantah Pada Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Nordin. M.F.N. & Wannahari. R Reduction of Peroxide Value in Used Palm Cooking Oil Using Bagasse Adsorbent. American International Journal of Contemporary Research Vol. 2 No. 1; January 2012. Faculty of Agro Industry & Natural Resources Universiti Malaysia Kelantan, Locked bag 36, Pengkalan Chepa 16100 Kota Bharu Kelantan, Malaysia.

(http://www.aijcrnet.com/journals/Vol_2_No_1_January_2012/20.pdf)

Prihandana, R.R., Hendroko, dan M. Nuramin, 2007. Menghasilkan Biodisiel Murah. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Sinaga, Sartika S. 2008. Pengaruh Penambahan Sari Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L)Terhadap Perubahan Bilangan Peroksida, Bilangan Iodin Dan Bilangan Asam Dari Minyak Goreng Bekas. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

SNI 3741:2002,Minyak Goreng. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.

(7)

Utari , Windy. 2013.Efektifitas Karbon Aktif Dalam Menurunkan Kadar Bilangan Peroksida Dan Penjernihan Warna Pada Minyak Goreng Bekas. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara.

White, P. J. 1991.Methods for measuring changes in deep-fat frying oils. Journal Food Technology. 45 (2) : 75-80.

Wijana, S.Arif, H dan Nur, H. 2005.Tekno Pangan: Mengolah Minyak Goreng Bekas. Surabaya: Trubus Agrisarana

Winarno, F.G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Dasar Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan januari 2014 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanur pengarangan, pipet tetes, hot plate, oven, batang pengaduk, gelas ukur, alu lumpang, timbangan digital, cawan porselen, botol aquadest, penjepit, tabung erlenmeyer, buret, volume labu takar 500 ml dan lainnya.

3.2.2 Bahan

(15)

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Proses pengarangan tempurung biji karet

a. Dicuci tempurung biji karet dengan Aquadest dengan merendam selama 30 menit lalu disaring

b. Dipanaskan tempurung biji karet dalam oven 100oC sampai 3 jam c. Diarangkan tempurung biji karet dengan oven pada suhu 300oC d. Didinginkan arang tempurung biji karet didalam desikator e. Dihaluskan arang tempurung biji karet dengan alu lumpang f. Diayak arang tempurung biji karet dengan ayakan 100 mesh

3.3.2 Proses pengaktivan karbon aktif

a. Diaktivasi secara kimia dengan merendam arang tempurung biji karet dengan H3PO45% selama 24 jam

b. Arang aktif tempurung biji karet dicuci dengan aquades sampai netral c. Dikeringkan arang tempurung biji karet yang sudah direndam H3PO4 5%

didalam oven pada suhu 110oC selama 3 jam

d. Diaktivasi secara fisika dengan memanaskan arang aktif tempurung biji karet pada suhu 800oC selama 1 jam.

(16)

3.3.3 Uji kualitas Karbon aktif

1. Uji kadar air

a. Ditimbang 2 gram karbon aktif tempurung biji karet sebagai massa mula–mula

b. Dipanaskan didalam oven pada suhu 110oC selama 3 jam

c. Didinginkan karbon aktif tempurung biji karet didalam desikator d. Ditimbang kembali massa tempurung biji karet

e. Dihitung banyaknya air yang terkandung dalam karbon aktif tempurung biji karet

2. Uji kadar abu

a. Ditimbang 2 gram karbon aktif tempurung biji karet sebagai massa mula–mula

b. Dipanaskan didalam tanur pada suhu 750oC selama 6 jam

c. Didinginkan karbon aktif tempurung biji karet didalam desikator d. Ditimbang kembali massa karbon aktif tempurung biji karet

e. Dihitung banyaknya abu yang terbentuk setelah pembakaran karbon aktif tempurung biji karet.

3. Uji kadar zat mudah menguap

a. Ditimbang 2 gram karbon aktif tempurung biji karet sebagai massa mula–mula

(17)

4. Uji daya serap iodin

a. Ditimbang lima gram karbon aktif

b. Dikeringkan pada suhu 110oC selama 3 jam c. Didinginkan dalam desikator

d. Ditambanhkan 25 ml larutan iodin 0,1 N dan diaduk dengan magnetic stirrerselama 15 menit

e. Disaring campuran karbon aktif dan iodin dengan kertas saring. f. Diambil sebanyak 10 mL filtrat

g. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning berkurang

h. Ditambahkan beberapa tetes amilum 1%

i. Dititrasi kembali sampai larutan tidak berwarna j. Dihitung daya serab karbon aktif terhadap iodin

3.4 Pemurnian Minyak goreng bekas

1. Minyak goreng 100 gram dalam erlenmeyer 250 ml 2. Dipanaskan minyak goreng bekas hingga suhu 70oC

3. Dicampurkan dengan arang aktif tempurung biji karet yang sudah diaktivasi sebanyak 5, 10 dan 15 gram

4. Diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer dengan variasi waktu kontak

40, 60 dan 80 menit

5. Hasil campuran disaring dengan menggunakan kertas saring.

(18)

3.5 Diagram Alir Penelitian

3.5.1 Diagram pembuatan arang tempurung biji karet

Gambar 3.1 Diagram pembuatan arang aktif tempurung biji karet Tempurung biji karet

Direndam dan dicuci dengan aquades selama 30 menit

Tempurung Biji karaet yang sudah dicuci

Dikeringkan didalam oven pada suhu 110oC selama 3

jam

Diarangkan pada suhu 300oC

Dihaluskan

Diayak dengan ukuran ayakan 100 mesh

(19)

3.5.2 Diagram aktivasi karbon aktif tempurung biji karet

Gambar 3.2 Diagram aktivasi karbon aktif tempurung biji karet

Karbon aktif tempurung biji karet

Direndam dengan H3PO4 ,5%

selama 24 jam

Disaring

Endapan Filtrat

Dikeringkan dioven pada suhu 110oC

Ditanur pada suhu 800oC selama 1 jam

Didinginkan didalam desikator

Dicuci dengan aquades

Disaring

Filtrat Endapan karbon aktif

Dikeringkan di oven

(20)

3.5.3 Diagram analisa kualitas karbon aktif tempurung biji karet 1. Analisa kadar air

Gambar 3.3 Diagram analisa kadar air

Karbon aktif tempurung biji karet

Ditimbang sebanyak 2 gram

Dipanaskan didalam oven pada suhu 110oC selama 3 jam

Didinginkan didalam desikator

Ditimbang

(21)

2. Analisa kadar abu

Gambar 3.3 Diagram analisa kadar air

Karbon aktif tempurung biji karet

Ditimbang sebanyak 2 gram

Dipanaskan ditanur pada suhu 750oC selama 6 jam

Didinginkan didalam desikator

Ditimbang

(22)

3. Analisa kadar zat mudah menguap

Gambar 3.4 Diagram analisa kadar zat mudah menguap

Karbon aktif tempurung biji karet

Ditimbang sebanyak 2 gram

Dipanaskan ditanur pada suhu 950oC selama 10 menit

Didinginkan didalam desikator

Ditimbang

(23)

4. Penentuan daya serap idodin

Dipanaskan pada suhu 1100C selama 3 jam

Didinginkan dalam desikator Ditambahkan 25 ml larutan iodin Diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit Disaring

v

diambil sebanyak 10 ml

dititrasi dengan larutan Na2S203sampai warna kuning ditambahkan beberapa tetes amilum 1%

dititrasi kembali sampai larutan tidak berwarna 5 gram karbon aktif

Endapan Filtrat

Dicatat volume Na2S203yang

(24)

3.5.4 Diagram pemurnian minyak goreng bekas

100 gram Minyak goreng bekas

Dipanaskan hingga suhu 70oC

Ditambahkan karbon aktif sebanyak 5, 10, 15 gram

Disaring dengan menggunakan kertas saring

Diadung dengan magnetic stirrer selama 40, 60, 80 menit

Minyak Goreng Murni

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil pengujian kualitas arang aktif

Data – data hasil pengujian kualitas arang aktif tempurung biji karet yang diperoleh adalah dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil pengujian kualitas arang aktif Tempurung Biji Karet

No Kadar

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa kualitas arang aktif tempurung biji karet dengan suhu aktivasi 800oC telah memenuhi SNI.

4.1.2 Hasil pengujian kualitas minyak goreng bekas sebelum penambahan karbon aktif

Data – data hasil pengujian kualitas minyak goreng bekas sebelum penambahan karbon aktif yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Hasil pengujian kualitas minyak goreng bekas

No Berat Jenis

(26)

4.1.3 Hasil pengujian kualitas minyak goreng bekas setelah penambahan karbon aktif

4.1.2.1 Berat Jenis

Data – data hasil pengujian berat jenis pada Minyak Goreng yang diperoleh terlihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.3 Hasil Pengujian berat jenis minyak goreng murni

No Massa Arang

aktif (gr)

Waktu (Menit) Berat jenis

1 5 40 0,912

60 0,909

80 0,906

2 10 40 0,904

60 0,903

80 0,902

3 15 40 0,901

60 0,900

80 0,900

(27)

0.898 0.9 0.902 0.904 0.906 0.908 0.91 0.912 0.914

0 20 40 60 80 100

B

e

ra

t

je

n

is

Waktu (Menit)

5 gram

10 gram

(28)

4.2 Kadar air

Data–data hasil pengujian kadar air pada Minyak Goreng yang diperoleh terlihat pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.4 Hasil Pengujian kadar air minyak goreng

No Massa Arang aktif (gr) Waktu (menit) Kadar air (%)

1 5 40 0,350

60 0,300

80 0,280

2 10 40 0,210

60 0,170

80 0,120

3 15 40 0,090

60 0,082

80 0,070

(29)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

0 20 40 60 80 100

k

ad

ar

ai

r

Waktu (menit)

5 gram

10 gram

(30)

4.3 Kadar Asam Lemak Bebas

Data – data hasil pengujian kadar asam lemak bebas pada Minyak Goreng yang diperoleh terlihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.5 Hasil Pengujian kadar asam lemak bebas minyak goreng No Massa arang

(31)
(32)

4.4 Bilangan Peroksida

Kenaikan angka peroksida (PV) hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tak sedap. Sehingga kenaikan angka peroksida dapat digunakan sebagai indikator kerusakan minyak

Data–data hasil pengujian bilangan peroksida pada Minyak Goreng yang diperoleh terlihat pada Tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Bilangan Peroksida Minyak Goreng No Massa arang

(33)
(34)

4.2 Pembahasan

Dari grafik 4.1 Hubungan antara kadar karbon aktif yang ditambahkan dan waktu terhadap berat jenis, terlihat bahwa dengan bertambahnya berat karbon aktif yang dicampurkan maka berat jenis cenderung turun. Menurut ketaren (1986), keuntungan penggunaan arang aktif sebagai adsorben pada minyak adalah karena arang aktif lebih efektif sebagai adsorben. Penggunaan karbon aktif yang lebih banyak sebagai campuran adsorben akan meningkatkan efektivitas adsorbsi. Disamping itu, waktu adsorbsi yang lebih lama akan menaikkan efektivitas adsorbsi sehinggan berat jenis menurun.

Dari grafik 4.2 Hubungan antara kadar karbon aktif yang ditambahkan dan waktu terhadap berat kadar air, terlihat bahwa dengan bertambahnya berat karbon aktif yang dicampurkan maka kadar air cenderung turun. (Alinda F. Rosita dan Wenti A. Widasari, 2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa karbon aktif akan menyerap air dalam minyak dan seiring penambahan jumlah karbon aktif, maka semakin banyak air yang diserap. Waktu adsorbsi yang lebih lama juga meningkatkan penyerapan air oleh karbon aktif sehingga kadar air menurun.

(35)
(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesmpulan didapat dalam penelitian ini adalah:

1. Kualitas arang aktif tempurung biji karet yang diperoleh adalah kadar air 5,500 %, kadar abu 6,000 %, kadar karbon terikat 73,000 %, kadar zat mudah menguap 21,000 %, kadar daya serap iodin 251,321 %.

2. Kualitas minyak goreng bekas sebelum penambahan karbon aktif memiliki berat jenis 0,995, kadar air 0,520 %, kadar asam lemak bebas 11,776% dan bilangan peroksida 20,000 Meq/gr. Bila dibandingkan dengan kualitas minyak goreng bekas setelah penambahan karbon aktif telah mengalami penurunan dengan kondisi optimum pada penambahan karbon aktif sebesar 15 gram dan waktu kontak 80 menit dimana berat jenis turun hingga 0,900, begitu juga dengan kadar air hingga 0,070% diikuti dengan kadar asam lemak bebas hingga 0,716% serta bilangan peroksida hingga 4 meq/kg.

(37)

5.2 SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan arang aktif dari sumber alam lainnya dengan menggunakan kadar arang aktif dan waktu operasi yang lebih tinggi dari penelitian ini serta pengaruh suhu pencampuran terhadap kualitas minyak goreng.

(38)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak goreng

Lemak dan minyak merupakan suatu trigliserida yang terbentuk dari kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Lemak dan minyak sebagai bahan pangan dibagi menjadi dua, yaitu lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak misalnya mentega, dan lemak yang dimasak bersama-sama bahan pangan atau dijadikan sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan misalnya minyak goreng (Ketaren 1986).

Minyak goreng bukan hanya sebagai media transfer panas ke makanan, tetapi juga sebagai bahan makanan. Selama penggorengan sebagian minyak akan masuk ke bagian luar bahan goreng dan mengisi ruang kosong yang semula diisi oleh air. Hasil penggorengan biasanya mengandung 5-40% minyak. Komposisi minyak yang rusak dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti pengendapan lemak dalam pembuluh darah dan penurunan nilai cerna lemak (Wijana, 2005).

(39)

Tabel 2.1 Syarat Mutu Minyak Goreng Menurut (SNI 01-3741-2002)

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Bau dan Rasa - Normal

2 Warna - Putih, kuning pucat sampai kuning

3 Kadar Air % b/b Maks 0,30

4 Berat jenis 0,900

5 Bilangan Asam % Maks 2

6 Bilangan peroksida Meq/gr Maks 2

7 Cemaran logam

7.1 Besi (Fe) mg/kg Maks 1.5

7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 0.1

7.3 Raksa (Hg) mg/kg Maks 0.1

7.4 Timbal (Pb) mg/kg Maks 40.0

7.5 Timah (Sn) mg/kg Maks 0.005

7.6 Seng (Zn) mg/kg Maks 40.0/250.0)

8 Arsen (As) % b/b Maks 0.1

Sumber : Standar Nasional Indonesia 01-3741-2002

2.2 Minyak Goreng Bekas

Minyak goreng bekas mengandung berbagai radikal bebas, yang setiap saat siap untuk mengoksidasi organ tubuh secara perlahan. Minyak goreng bekas kaya akan asam lemak bebas. Terlalu sering mengkonsumsi minyak goreng bekas dapat menyebabkan potensi kanker meningkat. Menurut para ahli kesehatan, minyak goreng hanya boleh digunakan dua sampai empat kali menggoreng (Winarno, 1980).

(40)

mengurangi kualitas minyak dan menyebabkan efek kesehatan yang merugikan bagi manusia(Bhattacharya, et al. 2008)

Sehubungan dengan banyaknya minyak goreng bekas dari sisa industri maupun rumah tangga dalam jumlah tinggi dan menyadari adanya bahaya konsumsi minyak goreng bekas, maka perlu dilakukan upaya –upaya untuk memanfaatkan minyak goreng bekas tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Pemanfaatan minyak goreng bekas ini dapat dilakukan pemurnian agar dapat digunakan kembali sebagai media penggorengan atau digunakan sebagai bahan baku produk berbasis minyak seperti sabun (Susinggih dkk, 2005).

Jika kita mengumpulkan minyak goreng bekas (disebut juga recycled frying oil)keuntungan yang bisa diperoleh antara lain adalah :

a. Mencegah terjadinya polusi lingkungan (air dan tanah) dengan tidak adanya pembuangan miyak goreng bekas ke sembarang tempat.

b. Mengurangi bahan karsinogenik yang beredar di masyarakat. Penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang (ditandai dengan warna coklat tua, hitam) akan mengoksidasi asam lemak tidak jenuh membentuk gugus peroksida. Senyawa ini memicu kanker, pembesar hati, ginjal dan gangguan jantung (Prihandana, 2007).

(41)

peningkatan kualitas minyak goreng bekas adalah dengan adsorpsi menggunakan adsorben sehingga mutu minyak dapat dipertahankan. Adsorben tersebut dapat menghilangkan sebagian asam lemak bebas dan peroksida. Minyak goreng yangn sudah diadsorpsi dapat digunakan kembali sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dan pembuatan sabun.

2.3 Kualitas minyak Goreng

2.3.1 Berat Jenis

Peningkatan berat jenis berbanding lurus dengan banyaknya frekuensi dalam menggoreng. Hal ini dikarenakan selama penggorengan terdapat kotoran yang berasal dari bahan yang bercampur dalam minyak tersebut dan mengakibatkan bobot jenis yang meningkat. Berat jenis dipengaruhi oleh kotoran yang terkandung didalam minyak. Kotoran tersebut antara lain yang berasal dari bahan baku, asam lemak bebas, hidrokarbon, mono dan digliserida hasil hidrolisa dari trigliserida serta zat-zat hasil oksidasi dan komposisi minyak (White, P. J. 1991).

2.3.1 Penentuan Kadar Air pada Minyak

Penentuan kadar air minyak goreng bekas adalah mengetahui kadar air yang terdapat pada minyak goreng dengan menggunakan oven pada suhu 60oC selama 3 jam (Pratiwi Putri Lestari, 2010)

2.3.2 Asam Lemak Bebas

(42)

Meningkatnya kadar Asam Lemak Bebas pada waktu penggorengan adalah terutama jumlah uap dari makanan selama proses penggorengan dan suhu penggorengan. Faktor lain yang mempengaruhi meningkatnya Asam Lemak Bebas termasuk dengan adanya rempah-rempah makanan yang gosong di dalam minyak.

Tingkat Asam Lemak Bebas yang sangat tinggi bisa menghasilkan asap yang berlebih dan rasa yang tidak sedap. Kadar Asam Lemak Bebas dapat membantu dalam penilaian syarat dari minyak yang berkualitas baik (Sartika S Sinaga, 2008).

2.3.3 Penentuan Angka Peroksida

Bilangan peroksida adalah menyatakan terjadinya oksidasi dari minyak. Bilangan peroksida berguna untuk penentuan kualitas minyak setelah pengolahan dan penyimpanan. Pada pengolahan minyak dengan cepat dan tepat dari minyak yang berkualitas baik, bilangan peroksidanya hampir mendekati nol. Peroksida akan meningkat sampai pada tingkat tertentu selama penyimpanan sebelum penggunaan, yang jumlahnya tergantung pada waktu, suhu, dan kontaknya dengan cahaya dan udara (Sartika S Sinaga, 2008).

(43)

2.4 Arang Aktif

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi (Meilita Tryana Sembiring dkk, 2003)

Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif (Meilita Tryana Sembiring dkk, 2003).

Arang aktif adalah sejenis adsorben (penyerap) yang berwarna hitam dan berbentuk granula, bulat, pelet atau bubuk. Hanya dengan 1 g arang aktif akan didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan sekitar 500 m2. Dengan luas permukaan yang sangat besar, arang aktif memiliki kemampuan menyerap zat-zat yang terkandung dalam air dan sangat efektif dalam menyerap zat terlarut dalam air baik organik maupun anorganik (Kusnaedi.2010)

(44)

meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan.

Beberapa keuntungan arang aktif dibandingkan dengan adsorben – adsorben lain yaitu:

a. Penyerapan yang dilakukan untuk proses pemisahan dan pemurnian umumnya tanpa terlebih dahulu melakukan penghilangan kelembapan. b. Karena luasnya untuk mencapai permukaan bagian dalam dapat menyerap

dengan banyak molekul non polar dan menyerap dengan lemah molekul-molekul polar organik.

c. Panas adsorpsi atau kekuatan ikatan, pada arang aktif lebih rendah dibandingkan penyerap yang lain karena kekuatan Vander Waals merupakan kekuatan utama dalam adsorpsi. Sehingga pelepasan molekul– molekul yang terserap relatif lebih mudah dan membutuhkan energi yang lebih rendah untuk regenerasi arang aktif.

2.4.1 Sifat-Sifat Karbon Aktif

Karena susunan atom-atom yang tidak teratur, sifat-sifat fisik karbon aktif berbeda dari bentuk grafit dan intan. Partikel karbon aktif sangat kecil, dengan diameter antara 10-300 nm, dan kerapan kira-kira 1,8 mg/m3.

(45)

2.4.2 Proses Pembuatan Arang

Proses pembuatan arang aktif dapat dibagi dua: 1. Proses Kimia

Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat pada. Selanjutnya pada tersebut dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotong-potong. Aktifasi dilakukan pada temperatur 100°c. Arang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300 °c. Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia.

2. Proses Fisika

Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur 1000 °c yang disertai pengaliran uap. Proses fisika banyak digunakan dalam aktifasi arang antara lain:

a. Proses Briket: bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat briket, dengan cara mencampurkan bahan baku atau arang halus dengan ter. Kemudian, briket yang dihasilkan dikeringkan pada 550°C untuk selanjutnya diaktifasi dengan uap.

(46)

hasil pengembunan uap hasil penguraian senyawa-senyawa organik dari bahan baku(Meilita Tryana Sembiring, Dkk, 2003)

Proses aktifasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul – molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Berdasarkan standar kualitas arang aktif menurut SNI 06- 3730-1995 tertulis pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Kualitas arang aktif menurut SNI 06- 3730-1995

No Uraian Persyaratan kualitas

Butiran Serbuk 1 Bagianyang hilang pada pemanasan 9500C,% Maks 15 Maks 25

2 Kadar air ,% Maks 4,5 Maks 15

3 Kadar abu,% Maks 2,5 Maks 10

6 Daya serap terhadap I2,mg/g Maks 750 Maks 750

2.4.3 Pembagian Karbon Aktif

Ada dua macam tipe karbon aktif yaitu :

(47)

serbuk – serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah (Doerner, Max, 1984).

2. Arang aktif sebagai bahan penyerap uap

Biasanya berbentuk granula atau pellet yang sangat keras dengan diameter pori berkisar antara 10-200 Å. Tipe porinya lebih halus dan digunakan dalam fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut atau katalis pada pemisahan dan pemurnian gas. Umumnya arang ini dapat diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai struktur keras. Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan arang aktif untuk masing-masing tipe, pernyataan diatas bukan merupakan suatu keharusan. Karbon aktif merupakan bahan yang multi fungsi dimana hampir sebagian besar telah dipakai penggunaannya oleh berbagai macam jenis industri (Doerner, Max, 1984).

2.4.5 Pengujian kualitas karbon aktif

Pengujian kualitas dilakukan terhadap beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai penentu mutu arang aktif yang dihasilkan. Metode pengujian didsarkan pada metode standar (kecuali penentu nilai rehidrasi). Beberapa pengujian yang dilakukan dalam menentukan kualitas karbon aktif pada penelitian ini adalah :

1. Kadar air (AOAC, 1971 dan SNI, 1995)

(48)

Kadar air (%) =

100 %

(2.1)

2. Kadar zat mudah menguap (AOAC, 1971 DAN SNI, 1995)

Pada prinsipnya metode ini mengandalkan penguapan zat – zat dalam arang selain air. Caranya dengan menimbang sampel sebanyak 20 gram dan dipanasakan pada suhu 800 – 900oC selama 15 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang

Kadar zat mudah menguap (%) = X 100 % (2.2) dimana :

a = berat sampel awal

b = berat sampel setelah ditanur

3. Kadar abu total (AOAC<1971 DAN SNI, 1995)

(49)

4. Kadar karbon (SNI, 1995)

Fraksi karbon dalam arang aktif adalah hasil dari proses pengarangan selain abu, air dan zat – zat yang mudah menguap. Penentuannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Kadar karbon terikat (%) = 100% - (b+c) (2.4)

Dimana : b = zat menguap (%) C = kadar abu (%)

5. Daya serap iodin (SNI, 1995)

Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 1 gram, selanjutnya ditambahkan 25 ml larutan iod monoklorida diaduk campuran iodin dan sampel dengan hati–hati dan disimpan ditenpat yang gelap selama 2 jam, ke dalam erlenmeyer ditambah 10 ml larutan kalium iodida (KI) 20 % dan 150 ml air suling kemudian diaduk dan seterusnya dititrasi dengan larutan tiosulfat 0,1 N. Sebagai petunjuk adalah larutan pati/kanji dan untuk perbandingan digunakan larutan blanko dengan cara yang sama

Daya serap terhadap larutan iodin =

( )

( ) , (2.5)

Dimana : A : volume titrasi iodin (ml) B : volume Na2S2O3

Fp : faktor pengencer a : bobot arang aktif (gr)

(50)

2.5 Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben. Sifat adsorpsi partikel koloid banyak dimanfaatkan dalam proses penjernihan air atau pemurnian suatu bahan yang masih mengandung pengotor, partikel koloid mempunyai permukaan luas sehingga mempunyai daya serap adsorpsi yang besar. Terjadinya adsorpsi pada permukaan larutan disebabkan karena adanya kekuatan atau gaya tarik–menarik antara atom atau molekul pada permukaan larutan. Peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain disebut adsorpsi, zat yang diserap disebut fase terserap sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul dipermukaan adsorben.

(51)

2.5.2 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara lain :

a. Suhu dan Konsentrasi Zat Terlarut

Dengan bertambahnya suhu maka adsorpsi dari larutan akan berkurang, untuk senyawa yang mudah menguap adsorpsi dilakukan pada suhu kamar dan jika memungkinkan dengan suhu yang lebih rendah.

b. Jumlah Adsorben

Suatu adsorben yang mempunyai ukuran partikel yang seragam yaitu mempunyai luas permukaan per satuan luas yang tetap sehingga banyaknya adsorbat yang diadsorpsi sebanding dengan berat adsorben.

c. Kelarutan Adsorbat

Adsorpsi akan terjadi jika molekul dipisahkan dari pelarut dan diikat pada permukaan karbon, dimana senyawa yang dapat larut yaitu yang mempunyai afinitas yang kuat terhadap pelarutnya.

d. Pengadukan

Kecepatan adsorpsi tergantung pada jumlah pengadukan dalam sistem, pengadukan dilakukan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan.

e. Sifat Adsorben dan Luas Permukaan

(52)

Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama. Makin besar pori–pori adsorben maka adsorpsi molekul dari larutan akan terjadi dengan baik, semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak molekul yang terserap.

2.6 Tanaman Karet

Karet (Hevea brasiliensis) termasuk genus Hevea dan famili Euphorbiaceae. Selain menghasilkan getah (lateks) karet juga menghasilkan biji. Pohon karet merupakan pohon yang tegak, kuat, bercabang banyak, dan berdaun lebat (Iskandar, 1983).

Menurut Aritonang (1986) karet merupakan tanaman berbuan polong yang sewaktu masih muda buahnya terpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit tebal yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung biji. Setelah tua warna kulit buah berubah menjadi keabu– abuan dan kemudian mengering. Pada waktunya pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya. Tiap buah tersusun atas dua sampai empat kotak biji. Pada umumnya berisi tiga kotak biji dimana setiap kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah pada umur lima tahun dan semakin banyak setiap pertambahan umurnya.

(53)

kg = 3 kg. Jadi dalam luas areal perkebunan satu Ha, tanaman karet dapat menghasilkan lebih kurang 1.500 kg biji karet (Teterissa dan Marpaung, 1985).

Bobot biji karet3-5 gram tergantung dari varietas, umur biji dan kadar air. Biji karet berbentuk bulat telur dan rata pada salah satu sisinya (Whenwantha, 1987).

(54)

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikomsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Konsumsi minyak goreng biasanya digunakan sebagai media menggoreng bahan pangan dan penambah citra rasa yang membentuk struktur pada pembuatan roti (Wijana, dkk 2005).

Saat ini kebutuhan minyak goreng semakin meningkat. Setelah digunakan minyak goreng tersebut akan mengalami perubahan sifat dan bila ditinjau dari komposisi kimianya minyak goreng bekas pakai mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan. Penggunaan minyak goreng sebagai bahan dasar penghantar panas untuk membantu memasak makanan itu mengubah kandungan dalam minyak goreng. Pemanasan minyak goreng, terlebih dengan suhu yang sangat tinggi akan merusak ataupun menghilangkan kandungan vitamin-vitamin yang ada pada minyak tersebut dan terbentuk asam lemak yang tidak menyehatkan.

(55)

Karbon atau sering juga disebut sebagai arang merupakan suatu padatan berpori yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan secara kovalen serta memiliki luas permukaan yang sangat besar, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi.

Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Karbon selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap karbon tersebut dilakukan aktifasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, karbon akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Karbon yang demikian disebut sebagai karbon aktif.

Karbon aktif dapat bersumber dari bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh- tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi karbon aktif, antara lain: tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara. Permukaan karbon aktif bersifat non-polar sehingga lebih mudah melakukan penyerapan warna, bau, dan mengurangi jumlah peroksida sehingga memperbaiki mutu minyak. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa- senyawa kimia tertentu yang bersifat selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri.

(56)

meningkatkan nilai ekonomisnya tempurung biji karet dapat dimanfaatkan untuk arang aktif (Marnia Lusianti, 1989).

Salah satu upaya untuk memanfaatkan tempurung biji karet yang digunakan sebagai adsorben, yaitu karbon aktif, dalam memurnikan minyak goreng bekas agar tidak terbuang dan dapat digunakan kembali sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dan pembuatan sabun serta tidak berbahaya bagi kesehatan masyarakat sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pembuatan Arang Aktif Dari Tempurung Biji Karet (Hevea

brasiliensis) Sebagai Adsorben Pada Pemurnian Minyak GorengBekas”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Bagaimana kualitas arang aktif tempurung biji karet dengan suhu aktivasi 8000C

2. Bagaimana kemampuan arang aktif tempurung biji karet dengan suhu aktivasi 800oC terhadap peningkatan kualitas minyak goreng bekas dengan pengaruh waktu kontak dan kadar arang aktif

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(57)

3. Variasi waktu kontak pencampuran arang aktif dengan minyak goreng bekas adalah 40 menit, 60 menit dan 80 menit.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas arang aktif tempurung biji karet setelah diaktivasi dengan suhu 8000C.

2. Untuk mengetahui kualitas minyak goreng bekas sebelum dan setelah penambahan kadar karbon aktif serta untuk mengetahui kemampuan arang aktif biji karet terhadap peningkatan kualitas minyak goreng.

3. Untuk mengetahui kualitas minyak goreng bekas terhadap pengaruh kadar penambahan arang aktif dan waktu kontak pencampuran arang aktif tempurung biji karet dengan minyak goreng bekas.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk mendapatkan suatu bahan alternatif yang murah, mudah dan sederhana untuk meningkatkan kualitas minyak goreng bekas.

(58)

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang,rumusan masalah,batasan masalah,tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang minyak goreng, minyak goreng bekas, kualitas minyak goreng, arang aktif dan adsorbsi

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian yakni, alat- alat dan bahan yang digunakan serta prosedur percobaan.

BAB IV METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan data penelitian yang diperoleh peneliti, dan menerangkan pengolahan data serta hasil dari penelitian.

BAB V PENUTUP

(59)

GORENG BEKAS

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemurnian minyak goreng bekas dengan adsorben dari tempurung biji karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan arang aktif tempurung biji karet dalam proses adsorbsi minyak goreng bekas. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui waktu yang paling baik dari antara range waktu yang digunakan untuk proses adsorbsi minyak goreng bekas dengan menggunakan arang aktif dari tempurung biji karet. Arang aktif yang dibuat dengan membakar tempurung biji karet dan diaktivasi menggunakan H3PO45% dengan suhu aktivasi 800oC. Arang aktif yang diperoleh digunakan untuk mengadsorbsi minyak goreng bekas dengan variasi jumlah arang aktif sebanyak 5, 10 da 15 gram. Arang aktif dan minyak goreng yang sudah dicampurkan tersebut diadsorbsi dengan variasi waktu 40, 60 dan 80 menit menggunakan magnetic stirrer. Setelah disaring, minyak goreng tersebut dianalisa berat jenis, kadar air, kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat karbon aktif dan waktu kontak merupakan variabel yang berpengaruh. kondisi yang relatif baik diperoleh pada berat karbon aktif 15 gram dan waktu kontak 80 menit dengan perolehan berat jenis 0,900, kadar air 0,070%, kadar asam lemak bebas sebesar 0,716% dan bilangan peroksida 4 meq/kg.

(60)

ABSTRACT

The research on the purifylng used cooking oil. With adsorbent of rubber sheed sell. This study aims to determine the extent to wich the trafficof activated charcoal adsorbs the process used cooking oil. As for any other purpose is to determine the best time of the time range used to process used cooking oil adsorbtion using activated carbon from rubber seed shell. An activated charcoal is created by burning rubber sheed sheel and activated using H3PO4 5 % with activation temperature 800

0

C. An activated charcoal was use to adsorb use cooking oil with activated charcoal as much variation in the amount of 5, 10 and 15 grams. An activated charcoal and cooking oil that has been mixed with the time variation of the adsorbed 40, 60 and 80 minutes using a magnetic stirrer. Once filtered, the oil anallyzed its density, moisture content, free fatty acid an peroxide number. The result showed that the weight of activated carbon and the contact time is an influential variable. The relatively good condition on the weight of activated carbon obtained 15 gram and 80 minutes of contact time, with the acquisition of specific gravity 0,900, water content 0,070 %, levels of free fatty acids 0,716 % and peroxide number 4,000 mEq/gr.

(61)
(62)
(63)

Judul :PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BIJI KARET (Hevea brasiliensis) SEBAGAI

ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS

Kategori :SKRIPSI

Nama :SUHARTINA MALAU

Nomor Induk Siswa :090801053

Program Studi :SARJANA (S1) FISIKA Departemen :FISIKA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

(64)

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BIJI KARET (Hevea brasiliensis) SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK

GORENG BEKAS

SKRIPSI

Saya mengaku bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa Kutipan dan ringkasan yang masing–masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2014

(65)

Penulis memanjatkan puji dan syukur atas berkat Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan kasih KaruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Pemurnian Minyak Goreng Bekas Dengan Menggunakan Arang Aktif Cangkang Karet” guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk materi, ide, dorongan semangat serta do’a yang tulus. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Kerista Sebayang sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan saran – saran untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Tua Raja simbolon,S.Si, M.si sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

3. Almahrum Bapak Dr. Nasir Saleh, sebagai dosen wali yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis.

4. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang, sebagai Ketua Jurusan Fisika FMIPA USU.

5. Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M. Si, sebagai Sekretaris Jurusan Fisika FMIPA USU.

6. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

(66)

dan edak saya (Varida Aritonang) serta ponakan saya Raymond Malau dan Clairin Malau yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materi selama penulis kuliah sampai penyelesaian skripsi ini.

9. Teman- teman stambuk 2009 : agus, gusning, monora panca bakkara herdiana br purba, ade irma, fitri, resdina.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran- saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis,

(67)

GORENG BEKAS

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemurnian minyak goreng bekas dengan adsorben dari tempurung biji karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan arang aktif tempurung biji karet dalam proses adsorbsi minyak goreng bekas. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui waktu yang paling baik dari antara range waktu yang digunakan untuk proses adsorbsi minyak goreng bekas dengan menggunakan arang aktif dari tempurung biji karet. Arang aktif yang dibuat dengan membakar tempurung biji karet dan diaktivasi menggunakan H3PO45% dengan suhu aktivasi 800oC. Arang aktif yang diperoleh digunakan untuk mengadsorbsi minyak goreng bekas dengan variasi jumlah arang aktif sebanyak 5, 10 da 15 gram. Arang aktif dan minyak goreng yang sudah dicampurkan tersebut diadsorbsi dengan variasi waktu 40, 60 dan 80 menit menggunakan magnetic stirrer. Setelah disaring, minyak goreng tersebut dianalisa berat jenis, kadar air, kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat karbon aktif dan waktu kontak merupakan variabel yang berpengaruh. kondisi yang relatif baik diperoleh pada berat karbon aktif 15 gram dan waktu kontak 80 menit dengan perolehan berat jenis 0,900, kadar air 0,070%, kadar asam lemak bebas sebesar 0,716% dan bilangan peroksida 4 meq/kg.

(68)

ABSTRACT

The research on the purifylng used cooking oil. With adsorbent of rubber sheed sell. This study aims to determine the extent to wich the trafficof activated charcoal adsorbs the process used cooking oil. As for any other purpose is to determine the best time of the time range used to process used cooking oil adsorbtion using activated carbon from rubber seed shell. An activated charcoal is created by burning rubber sheed sheel and activated using H3PO4 5 % with activation temperature 800

0

C. An activated charcoal was use to adsorb use cooking oil with activated charcoal as much variation in the amount of 5, 10 and 15 grams. An activated charcoal and cooking oil that has been mixed with the time variation of the adsorbed 40, 60 and 80 minutes using a magnetic stirrer. Once filtered, the oil anallyzed its density, moisture content, free fatty acid an peroxide number. The result showed that the weight of activated carbon and the contact time is an influential variable. The relatively good condition on the weight of activated carbon obtained 15 gram and 80 minutes of contact time, with the acquisition of specific gravity 0,900, water content 0,070 %, levels of free fatty acids 0,716 % and peroxide number 4,000 mEq/gr.

(69)

Halaman

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Sistematika Penulisan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Minyak Goreng 6

2.2 Minyak Goreng Bekas 7

2.3 Kualitas Minyak Goreng 9

2.3.1 Berat Jenis 9

2.3.2 Kadar Air 9

2.3.3 Asam Lemak Bebas 9

2.3.4 Bilangan Peroksida 10

2.4 Arang Aktif 11

2.4.1 Sifat–Sifat Karbon Aktif 12

2.4.2 Proses Pembuatan Arang Aktif 13

2.4.3 Pembagian Arang Karbon Aktif 14

2.4.4 Pengujian Kualitas Karbon Aktif 15

2.5 Adsorbsi 18

2.5.1 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Adsorbsi 19

2.6 Tanaman Karet 20

BAB III METODE PENELITIAN 22

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 22

3.2 Alat dan Bahan 22

3.2.1 Alat 22

(70)

3.3.3 Uji Kualitas Karbon Aktif 24

3.3.4 Pemurnian Minyak Goreng 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33

4.1 Hasil 33

4.1.1 Hasil Pengujian Kualitas Arang Aktif 33 4.1.2 Hasil Pengujian Kualitas Minyak Goreng Bekas Sebelum 33

Dimurnikan

4.1.3 Hasil Pengujian Kualitas Minyak Goreng Sesudah Dimurnikan 34 4.1.3.1 Hasil Pengujian Berat Jenis 34 4.1.3.2 Hasil Pengujian Kadar Air 36 4.1.3.3 Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas 38 4.1.3.4 Hasil Pengujian Bilangan Peroksida 40

4.2 Pembahasan 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44

5.1 Kesimpulan 44

5.2 Saran 45

(71)

Halaman

Tabel 2.1 SNI 7709-2012 7

Tabel 2.2 SNI 06- 3730-1995 14

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kualitas Arang Aktif 33 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kualiatas Minyak Goreng Sebelum Dimurnikan 33

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Berat Jenis 34

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kadar Air 36

(72)

Halaman

Grafik 4.1 Hubungan antara waktu dan massa arang aktif vs 35 berat jenis Minyak goreng bekas

Grafik 4.2 Hubungan antara waktu dan massa arang aktif vs 37 kadar air Minyak goreng bekas

Grafik 4.3 Hubungan antara waktu dan massa arang aktif vs 39 asam lemak Bebas Minyak goreng bekas

(73)

Halaman

Lampiran A 49

Lampiran B 53

Gambar

Gambar 3.1 Diagram pembuatan arang aktif tempurung biji karet
Gambar 3.2 Diagram aktivasi karbon aktif tempurung biji karet
Gambar 3.3 Diagram analisa kadar air
Gambar 3.3 Diagram analisa kadar air
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun langkah pembelajaran- nya sebagai berikut: (a) guru menyiap- kan materi, media grafis, peralatan, ruangan, dan siswa, serta media kartu model take and give,

Mohon maaf untuk setiap download hanya 5 nomor soal, silahkan anda ulangi download untuk mendapatkan soal lebih lengkap. Jika anda ingin melihat kunci jawaban silahkan berkunjung di

[r]

KOMPETENSI DASAR (KD). Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar..

Menimbang : bahwa dengan adanya perubahan nomenklatur jabatan fungsional Pustakawan yang baru, dipandang perlu menyesuaikan kembali jenjang jabatan fungsional Pustakawan

• Mauruts yaitu harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris setelah diambil untuk kepentingan pemakaman jenazah, pelunasan hutang mayit, dan.. Muslim dan

Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang Menduduki Jabatan Fungsional. Teknik Pengairan, Teknik Jalan dan Jembatan, Teknik Tata

Guru menjelaskan materi kepada siswa yang belum menguasai, proses lahirnya Bani Umayyah. Guru melakukan penilaian kembali dengan soal yang sejenis. Remedial di laksanakan