• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis dan Mekanik Komposit Polimer dari Limbah Styrofoam, Aspal, Serat Pinang dan Pasir Hitam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sifat Fisis dan Mekanik Komposit Polimer dari Limbah Styrofoam, Aspal, Serat Pinang dan Pasir Hitam"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Nomor Sampel

Komposisi (%)

Densitas (gr/cm3)

Porositas (%)

Daya Serap Air

(%)

Kuat Impak

(J/m2)

Kuat Lentur

(MPa)

1 65:5:0:1:29 2,13 12,60 5,90 2562,5 5,265

2 64:5:1:1:29 2,54 12,36 5,24 4985,9 11,594

3 63:5:2:1:29 2,35 16,84 7,29 2016,2 4,398

(8)

Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Densitas Genteng Komposit Polimer Serat Pinang

Nomor

Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Porositas Genteng Komposit Polimer Serat Pinang

Nomor

1 65:0 18,66 17,62 8,25 12,60

2 64:1 20,48 19,46 8,25 12,36

3 63:2 20,44 19,05 8,25 16,84

4 62:3 22,61 21,00 8,25 19,51

Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Daya Serap Air Genteng Komposit Polimer Serat Pinang

Nomor

1 65:0 18,66 17,62 5,90

2 64:1 20,48 19,46 5,24

3 63:2 20,44 19,05 7,29

(9)

Nomor Sampel

Komposisi

(pasir hitam : serat pinang) %

Lebar (mm)

Tinggi (mm)

Sudut Kuat Impak (J/m2)

1 65:0 14,0 9,87 137,25o 2562,5

2 64:1 14,0 11,70 125,30o 4985,9

3 63:2 14,0 11,62 138,00o 2016,2

4 62:3 13,2 11,90 139,15o 1837,9

Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kuat Lentur Genteng Komposit Polimer Serat Pinang

Nomor Sampel

Komposisi

(pasir hitam : serat pinang) %

Lebar (mm)

Tinggi (mm)

Kuat Lentur (MPa)

1 65:0 16,0 11,70 5,265

2 64:1 15,0 10,79 11,594

3 63:2 15,0 11,75 4,398

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

Asiyanto. 2008. Metode Kontruksi Proyek Jalan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Asnawi. 2011. Pembuatan Genteng dari Pemanfaatan LDPE (Low Density Polyethilen) Bekas, Aspal Iran dan Agregat Pasir Halus.

http://repository.usu.ac.id.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008. Kemasan Polistirena Foam (Styrofoam). Volume 9. No. 5. ISSN 1829-9334, Jakarta.

Coed, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB. Hal. 1

Efendi, Sinaga. 2011. Perbandingan Sifat Matriks Komposit Polimer Selulosa Asetat Sintesis dan Selulosa Asetat Komersil yang Divariasikan dengan

Polipropilen Sebagai Bahan Kemasan. Tesis FMIPA. Medan :

Universitas Sumatera Utara.

Ginting, Bhengan. 2012. Pembuatan Papan Komposit dengan Menggunakan Kemasan Oli (HDPE) Yang Diperkuat Serat Ijuk. Skripsi FMIPA.

Medan : Universitas Sumatera Utara.

Harni, Juli. 2011. Pembuatan dan Karakterisasi Genteng Polimer Menggunakan Bahan Aspal dengan Campuran Serbuk Ban Bekas dan Polipropilen Bekas. Skripsi FMIPA. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Hartomo, Anton J. 1995. Penuntun Analisis Polimer Aktual. Yogyakarta: Andi Offset. Hal. 1

http://www.batan.go.id/view.2013. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2013

http://www.roofing.com.ua/en/news/2010/09/26/ppcher.htm

http://www.rumahide.com/tag/atap-genteng. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2013

http://www.wikipedia.co.id/pinang. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2013

Husna, Ismatul. 2011. Pemanfaatan Serbuk Ban Bekas dan Styrofoam dalam Campuran Aspal untuk Pembuatan Genteng Polimer. Skripsi FMIPA.

Medan : Universitas Sumatera Utara.

(15)

Latif, Syafruddin. 2009. Perencanaan dan Pencetakan Genteng Polimer. Diakses tanggal 8 Agustus 2013.

Machine, 2011. Polistirena/polystyrene.

http://ahmadhafizullahritonga.blog.usu.ac.id/2011/02/18/Polistirena/

diakses tanggal 7 Agustus 2013

Meruasni, Ratmawan S. 1993. Efek Pengerjaan Kimia Terhadap Sifat Mekanik papan Komposit Serat Sabut Kelapa. Skripsi FMIPA. Medan : Universitas

Sumatera Utara.

Panjaitan, Kristina. 2011. Sifat Kelenturan Komposit Hibrid Serat gelas-Coremat dengan Resin Epoksi. Skripsi FMIPA. Medan : Universitas Sumatera

Utara.

Piatti, G. 1978. Advances Composite Materials. London : Applied Science Publishers LTD.

Rina, Fitria. 2006. Analisis Pengaruh Perlakuan Serat terhadap Kekuatan Tarik Serat Agave Cantula Roxb. Tesis. Semarang : Universitas Negeri

Semarang.

Ritonga, Eva. 2011. Sifat Kelenturan Komposit Hybrid Serat Gelas-Coremat Resin Poliester C-108B. Skripsi FMIPA. Medan : Universitas Sumatera

Utara.

Saragih, Deli Natalia. 2007. Pembuatan dan Karakterisasi Genteng Beton yang Dibuat dari Pulp Serat Daun Nenas-Semen Portland Pozolan. Skripsi

FMIPA. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Schwartz, M.M. 1984. Composite Materials Handbook. New York : McGraw-Hill Book Company.

Setiabudy, Rudy. 2007. Material Teknik Listrik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Stevens, Malcolm P. 2007. Kimia Polimer. Jakarta : PT. Perca. Hal. 35-36 Subaer. 2008. Pengantar Fisika Geopolimer. Solo : Maulana Offset. Hal. 4 Sulaksono, Sony. 2001. Rekayasa Jalan. SI–374. Departemen Teknik Sipil. Bandung : ITB.

(16)

41

Suryati, 2012. Pembuatan dan Karakterisasi Genteng Komposit Polimer dari Campuran Resin Poliester, Aspal, Styrofoam Bekas dan Serat Panjang

Ijuk. Tesis FMIPA. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Van Vlack, LH. 1994. Ilmu dan Teknologi Bahan. Edisi Kelima. Terjemahan Japrie, S. Jakarta : Erlangga.

Wignall, A. 2003. Proyek Jalan Teori dan Praktek. Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.

Zainuddin. 1996. Komposit Ijuk Serat Panjang dengan Resin Polyester. Skripsi FMIPA. Medan : Universitas Sumatera Utara.

(17)

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU Medan bulan September 2013 sampai Maret 2014.

3.2. Peralatan dan Bahan

3.2.1. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Ayakan

Berfungsi sebagai saringan atau ayakan untuk menyaring sampel. 2. Hot Plate

Berfungsi sebagai pemanas. 3. Beaker Glass

Berfungsi sebagai wadah untuk mengukur dan mencampurkan sampel. 4. Spatula atau pengaduk batang

Berfungsi sebagai alat untuk mengaduk campuran bahan dan meratakan sampel saat dituangkan ke dalam cetakan.

5. Cetak Kempa

Berfungsi sebagai alat untuk mencetak campuran bahan. 6. Cetakan komposit berupa balok ukuran 20x15x1 cm

Berfungsi sebagai tempat untuk mencetak sampel. 7. Aluminium foil

Berfungsi untuk melapisi cetakan agar sampel tidak keluar dari cetakan dan tidak melekat langsung pada plat tipis.

8. Neraca Analitik digital

(18)

25

9. Wadah perendaman

Berfungsi sebagai tempat untuk merendam serat pinang.

10. Plat tipis

Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sampel.

11. Mikrometer Skrup

Berfungsi untuk mengukur tebal sampel.

3.2.2. Bahan

Adapun bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Pasir hitam

2. Aspal 3. Serat pinang 4. Styrofoam bekas

5. Poliester yucalac 157 BQTN-EX 6. Katalis MEKPO

7. NaOH 5% 200 gram

Berfungsi untuk menghilangkan peptin dan lignin pada serat. 8. Aquadest 4 liter

Berfungsi untuk melarutkan NaOH.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Perlakuan pada Serat Pinang

1. Dipilih serat pinang dengan diameter yang hampir sama 2. Direndam serat pinang dalam air selama 24 jam

3. Dibersihkan serat pinang pada air yang mengalir

4. Dikeringkan serat pinang pada ruang terbuka di bawah sinar matahari 5. Direndam serat pinang dengan NaOH 5 % selama 1 jam

6. Dibersihkan serat pinang dari NaOH 5 % dengan aquadest

(19)

3.3.2. Perlakuan pada Styrofoam dan Poliester

1. Ditimbang styrofoam dengan neraca analitik digital sesuai komposisi yang telah ditentukan.

2. Dihancurkan styrofoam sehingga menjadi bagian-bagian yang kecil.

3. Dilarutkan dengan poliester

4. Ditambahkan katalis MEXPO sebanyak 5% dari jumlah resin poliester

5. Campuran selanjutnya diaduk dengan menggunakan mixer hingga diperoleh larutan yang merata.

3.3.3. Pembuatan Genteng Polimer

1. Ditimbang serat pinang sesuai komposisi yang telah ditentukan dengan menggunakan neraca analitik digital.

2. Dimasukkan aspal ke dalam beaker glass sebanyak 5% dan dipanaskan sampai meleleh dengan suhu 56oC.

3. Dimasukkan pasir hitam yang sudah ditimbang ke dalam aspal yang telah meleleh dan diaduk sampai merata.

4. Campuran aspal dan pasir hitam didinginkan hingga suhu ruang.

5. Ditambahkan poliester dan styrofoam yang telah dilarutkan dan diaduk. 6. Dibersihkan cetakan agar kotoran tidak melekat pada cetakan.

7. Dilapisi kedua plat tipis dengan aluminium foil untuk bagian alas cetakan dan penutup cetakan.

8. Campuran dimasukkan ke dalam cetakan, serat ditempatkan di tengah-tengah (komposit-serat-komposit)

9. Dipress dengan menggunakan cetak kempa pada suhu 70oC selama 30 menit. 10. Didinginkan hasil cetakan pada suhu kamar selama satu hari, kemudian

dikeluarkan dari cetakan.

11. Dilakukan perlakuan yang sama pada variasi komposisi yang lain (Tabel 3.1) 12. Dipotong sampel sesuai ukuran spesimen masing-masing pengujian

13. Dilakukan uji fisis dan mekanis untuk mengetahui sampel yang optimal. 14. Dicatat data dari pengujian fisis dan mekanis tersebut.

(20)

27

Tabel 3.1. Komposisi Bahan

Nomor Sampel

Komposisi (% berat) dari berat total 900 gram

Pasir Hitam Aspal Serat Pinang Styrofoam Poliester

Sampel I 65% 5% 0% 1% 29%

Sampel II 64% 5% 1% 1% 29%

Sampel III 63% 5% 2% 1% 29%

(21)

3.4 Diagram Alir Penelitian

disaring dipanaskan pada suhu

56oC

didinginkan hingga mencapai suhu ruang

diaduk sampai merata

dipress menggunakan cetak kempa selama 30 menit pada suhu 70oC

dilepas dari cetakan

dipotong sesuai ukuran spesimen

Pasir Aspal

Pasir Halus Aspal Cair

Campuran Komposit

Sifat Fisis : 1. Densitas 2. Porositas 3. Daya serap air

Sifat Mekanik : 1. Uji impak 2. Uji kekuatan

lentur diaduk sampai merata

Campuran Poliester

dan Styrofoam

p Dituang ke dalam cetakanSerat pinang disusun di tengah

Didinginkan pada suhu ruang selama 24 jam

Genteng Komposit Polimer

Data

Hasil dan Pembahasan

(22)

De benda dengan volum persamaan 2.1. Data disajikan dalam Tabel

n sifat fisis yang menunjukkan perbandinga ume. Besarnya densitas dapat dihitung dengan

ata hasil pengujian dan perhitungan densita bel 4.1. sebagai berikut:

ilai Densitas Genteng Komposit Polimer Serat

Persentase Berat

am : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Polie

65 : 5 : 0 : 1 : 29

rlihat pada sampel 2 dengan nilai densitas sebe dapat dilihat gambar grafik hubungan antara de

nang berikut ini.

(23)

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diamati bahwa kerapatan genteng yang dihasilkan nilainya menurun pada sampel 3 dan 4, pengurangan pasir dan penambahan serat mengakibatkan adanya penambahan fraksi volume, hal ini disebabkan adanya perbedaan antara kerapatan serat pinang dan pasir, dengan fraksi berat yang sama antara pasir dan serat pinang namun fraksi volume keduanya akan berbeda sehingga dengan pengurangan pasir dan penambahan serat pinang dalam fraksi berat yang sama dapat menambah volume genteng komposit polimer yang dihasilkan, hal ini akan berpengaruh terhadap nilai kerapatan genteng tersebut.

Hasil pengujian sampel 2 menunjukkan nilai kerapatannya lebih besar dibandingkan sampel 1, 3 dan 4 yaitu 2,54 gr/cm3, penambahan fraksi berat serat pinang sebanyak 1% memberikan pengaruh yang optimum terhadap volume genteng komposit polimer yang dihasilkan. Namun pada sampel 3 dan 4 dengan komposisi serat 2% dan 3%, nilai kerapatannya menurun, hal ini disebabkan jumlah serat yang digunakan sudah melebihi batas maksimal, ketidakmampuan matriks mengikat serat dalam jumlah yang banyak mengakibatkan sampel kurang optimum, banyak serat yang terlepas dan terjadinya banyak rongga baik di permukaan material maupun yang terbentuk di dalamnya.

Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa penambahan serat pinang dalam batas ukuran tertentu dapat memperbaiki sifat fisis genteng komposit polimer yang dihasilkan, namun jika serat yang digunakan sudah melebihi batas maksimal maka komposit yang dihasilkan akan kurang optimum. (Suryati, 2012)

Saat ini Badan Standarisasi Nasional Indonesia belum mengeluarkan persyaratan khusus untuk densitas genteng polimer, dalam penelitian ini standart yang digunakan mengacu pada spesifikasi sebuah genteng polimer komersil. Nilai kerapatan genteng polimer acuan adalah sebesar 1500 kg/m3atau sama dengan 1,5 gr/cm3 sedangkan nilai kerapatan genteng polimer yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 2130 kg/m3sampai 2540 kg/m3atau sama dengan 2,13 gr/cm3 sampai 2,54 gr/cm3. Ini artinya kerapatan yang diperoleh dalam penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan nilai kerapatan genteng rujukan. Nilai kerapatan yang mendekati standart diperoleh pada sampel 1 yaitu 2130

(24)

31

penelitian ini lebih opt karena semakin besar tersebut.

4.1.2. Pengujian Porosi

Porositas didefinisika suatu sampel yang be dalam satuan persen ( persamaan 2.2. Data disajikan dalam Tabel dengan komposisi se sedangkan nilai porosi sebesar 19,51 %. Da h optimum dibandingkan dengan densitas gent

sar nilai kerapatan suatu bahan maka semaki

orositas (porosity)

sikan sebagai banyaknya lubang atau pori yang berhubungan langsung dengan kerapatan. Porosi n (%). Besarnya porositas dapat dihitung denga ata hasil pengujian dan perhitungan porosita bel 4.2. sebagai berikut.

ilai Porositas Genteng Komposit Polimer Ser Persentase Berat

am : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Polie

65 : 5 : 0 : 1 : 29

64 : 5 : 1 : 1 : 29

63 : 5 : 2 : 1 : 29

62 : 5 : 3 : 1 : 29

n Tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa nilai por % – 19,51%. Nilai porositas terendah terlihat serat pinang 1% dengan nilai porositas sebe porositas tertinggi terlihat pada sampel 4 dengan

Dari Tabel 4.2. dapat dilihat gambar grafik hubun n persentase serat pinang berikut ini.

31

Porositas

genteng komersil, akin bagus bahan

ng terdapat dalam orositas dinyatakan

(25)

Berdasarkan gambar 4.2 dapat diamati bahwa porositas genteng yang dihasilkan mengalami kenaikan pada sampel 3 dan 4 yaitu 16,48% dan 19,51%, hal ini sesuai dengan kerapatan yang diperoleh pada sampel 3 dan 4 yaitu 2,35 gr/cm3 dan 2,30 gr/cm3. Porositas berbanding terbalik dengan kerapatan suatu bahan yang berpengaruh terhadap kekuatan sifat fisis maupun mekanis. Pada sampel 2 menunjukkan persentase porositas yang terendah yaitu sebesar 12,36%, hal ini menunjukkan tidak banyaknya rongga atau kekosongan pada sampel tersebut. Porositas juga sangat berpengaruh terhadap kekuatan mekanis suatu bahan karena apabila semakin banyak rongga maka semakin rendah pula sifat mekanisnya.

4.1.3. Pengujian Daya Serap Air (DSA)

Pengujian daya serap air dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase air yang terserap oleh sampel yang direndam selama 24 jam (Husna,2011). Pengujian daya serap air telah dilakukan pada semua sampel dengan masing-masing komposisi. Besarnya daya serap air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3. Data hasil pengujian dan perhitungan daya serap air selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.3. sebagai berikut.

Tabel 4.3. Nilai Daya Serap Air Genteng Komposit Polimer Serat Pinang

Nomor

Sampel

Persentase Berat

(Pasir Hitam : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Poliester)

DSA

(%)

1 65 : 5 : 0 : 1 : 29 5,90

2 64 : 5 : 1 : 1 : 29 5,24

3 63 : 5 : 2 : 1 : 29 7,29

4 62 : 5 : 3 : 1 : 29 7,66

(26)

33 menjadi homogen se dibandingkan dengan komposit yang dihasi dapat membentuk ban Jika kita meruj penyerapan air maksi dalam penelitian ini unt standart antara 5,24% genteng komposit pol dibandingkan dengan

k Hubungan Daya Serap Air Dengan dan Tanpa S

n gambar 4.3 dapat dilihat bahwa daya serap ambahnya serat. Daya serap air terendah terdapa

mpel ini menggunakan serat pinang sebany danya serat sebanyak 1% ini membuat ikatan m

sehingga cacat berupa rongga yang terbentuk an komposit yang menggunakan serat pinang le n karakteristik matriks poliester, aspal dan s

pel 3 dan 4 dimana daya serap airnya sebesar 7,29% unaan serat yang terlalu banyak, lemahnya i dak homogenan campuran mengakibatkan terjadi

hasilkan, selain permukaan komposit yang tida uk banyaknya rongga di dalam material komposit.

erujuk pada Badan Standarisasi Nasional Indone ksimal 10%, maka genteng komposit polimer ni untuk sampel 1 sampai 4 lebih rendah nilainya 5,24% sampai 7,66%. Hal ini menunjukkan bahwa

polimer yang dihasilkan pada penelitian ini gan nilai daya serap air Badan SNI, karena

33

Daya Serap Air

npa Serat Pinang

rap air meningkat dapat pada sampel nyak 1% sebagai n matriks dan pasir ntuk relatif rendah lebih banyak, hal n styrofoam yang

7,29% dan 7,66%, a ikatan serat dan jadinya cacat pada tidak merata juga posit.

(27)

4.2. Sifat Mekanik G

4.2.1. Pengujian Ku

Uji impak bertujua pembebanan dinamis. dimana sampel dilet menuju sampel. Besa persamaan 2.4. Data disajikan dalam Tabel

ujuan untuk menentukan ketangguhan sa is. Metode impak ini disesuaikan dengan diletakkan pada kedua penumpu lalu pembeba

esarnya kuat impak dapat dihitung dengan ta hasil pengujian dan perhitungan kuat impa bel 4.4. sebagai berikut.

ai Kuat Impak Genteng Komposit Polimer Se Persentase Berat

itam : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Pol

65 : 5 : 0 : 1 : 29

64 : 5 : 1 : 1 : 29

63 : 5 : 2 : 1 : 29

62 : 5 : 3 : 1 : 29

n Tabel 4.4. di atas dapat dilihat bahwa nilai kua 1837,9 – 4985,9 J/m2. Nilai kuat impak terenda

nilai impak sebesar 1837,9 J/m2, sedangkan ni da sampel 2 dengan komposisi serat pinang 1% Tabel 4.4. dapat dilihat gambar grafik hubun entase serat pinang berikut ini.

afik Hubungan Kuat Impak Dengan dan Tanpa S 1837.9

3%

Kuat Impak sampel terhadap n model Charpy, bebanan tiba–tiba gan menggunakan ndah terlihat pada n nilai kuat impak 1% yaitu sebesar hubungan antara kuat

(28)

35

Dari gambar 4.4 di atas kekuatan tertinggi dihasilkan pada sampel 2 yaitu sebesar 4985,9 J/m2, hal ini dikarenakan penggunaan serat yang optimum yaitu sebanyak 1% sehingga ikatan matriks dan serat homogen. Sedangkan pada sampel 3 dan 4 dengan komposisi serat 2 % dan 3 %, kekuatannya menurun dibandingkan dengan sampel 2.

Kekuatan impak dapat didefinisikan kekuatan bahan terhadap pembebanan dinamis. Kekuatan impak bertambah seiring dengan penambahan serat pinang pada komposisi tertentu, dan dapat memperbaiki sifat bahan yang sebelumnya getas menjadi liat. Pada sampel 4 dengan komposisi serat pinang 3 % terlihat nilai kuat impak terendah dibandingkan dengan komposisi serat yang lain. Hal ini dapat disebabkan serat yang digunakan sebanyak 3% sedangkan komposisi matriks dalam penelitian ini menggunakan poliester dengan komposisi yang tetap yaitu 29 % sehingga serat mendominasi komposit, adanya kejenuhan dari matriks pada komposisi serat pinang 3 % mengakibatkan ikatan antara matrik dan serat melemah, kurangnya tingkat pembasahan matriks terhadap serat mengakibatkan banyak serat yang terlepas dari matriks, sehingga kondisi fisik genteng yang dihasilkan pada komposisi ini kurang baik.

4.2.2. Pengujian Kuat Lentur

Pengujian kekuatan lentur bertujuan untuk mengetahui ketahanan polimer terhadap pembebanan. Pengujian ini menggunakan metode three point bending. Besarnya kuat lentur dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5. Data hasil pengujian dan perhitungan kuat lentur selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.5. sebagai berikut.

Nomor

Sampel

Persentase Berat

(Pasir Hitam : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Poliester)

Lentur

(MPa)

1 65 : 5 : 0 : 1 : 29 5,265

2 64 : 5 : 1 : 1 : 29 11,594

3 63 : 5 : 2 : 1 : 29 4,398

(29)

Berdasarkan ta pada interval 4,196 -4 dengan nilai sebesa pada sampel 2 dengan Tabel 4.5. dapat dil persentase serat pinan

Gambar 4.5. Grafik H

Dari gambar 4.5 lentur spesimen sanga tidak diperkuat serat kekuatan lenturnya masuk dengan sempur memiliki ikatan yang

n tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa nilai kua - 11,594 MPa. Nilai kuat lentur terendah terliha besar 4,196 MPa, sedangkan nilai kuat lentur t ngan komposisi serat pinang 1% yaitu sebesar 11,594

dilihat gambar grafik hubungan antara kuat nang berikut ini.

afik Hubungan Kuat Lentur Dengan dan Tanpa S

r 4.5 di atas maka dapat dilihat bahwa pertam ngat dipengaruhi oleh komposisi serat. Pada rat diperoleh hasil uji sebesar 5,265 MPa. Unt

a meningkat, penambahan kekuatan ini lah serat pinang yang digunakan pada kom mpel 3 dan 4, sampel dengan fraksi berat serat ngalami penurunan kekuatan bahkan kekuatanny

npa serat), hal ini disebabkan oleh pengguna ak mengakibatkan matriks tidak dapat meng purna, akibatnya serat akan terjebak dalam ng kuat dengan matriksnya.

4.196

Kuat Lentur kuat lentur berada

rlihat pada sampel ur tertinggi terlihat 11,594 MPa. Dari kuat lentur dengan

npa Serat Pinang

(30)

37

(31)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan untuk genteng komposit polimer dengan pengujian sifat fisis dan sifat mekanik sebagai berikut :

1. Sifat fisis genteng komposit polimer dengan variasi komposisi menggunakan bahan pasir hitam, aspal, serat pinang, styrofoam dan poliester yaitu (64:5:1:1:29)% . diperoleh densitas sebesar 2,54 gr/cm3, porositas sebesar 12,36%, daya serap air sebesar 5,24%. Hasil yang memenuhi SNI adalah nilai daya serap air yang berada pada interval 5,24% - 7,66%, sesuai dengan daya serap air SNI-0096:2007 maksimal 10%. Sedangkan nilai densitas yang memenuhi standart genteng polimer komersil yaitu berada pada interval 2,13 gr/cm3 – 2,54 gr/cm3, sesuai dengan nilai densitas genteng polimer komersil sebesar 1,5 gr/ cm3.

2. Sifat mekanik genteng komposit polimer dengan variasi komposisi menggunakan bahan pasir hitam, aspal, serat pinang, styrofoam dan poliester yaitu (64:5:1:1:29)% diperoleh kekuatan impak sebesar 4985,9 J/m2, kekuatan lentur sebesar 11,594 MPa. Hasil yang memenuhi standart genteng polimer komersil adalah nilai kuat lentur pada sampel 2 yaitu sebesar 11,594 MPa, sesuai dengan nilai kuat lentur genteng polimer komersil sebesar 10 MPa.

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan serat alam yang belum pernah digunakan sebagai penguat komposit.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan komposisi seratnya lebih divariasikan dan rangenya lebih dipersempit lagi, seperti 0%, 0,2%, 0,4% dan seterusnya. 3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan beberapa pengujian

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposit

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda. Pada dasarnya, komposit dapat didefenisikan sebagai campuran makroskopik dari serat dan matriks. Serat merupakan material yang umumnya jauh lebih kuat dari matriks dan berfungsi memberikan kekuatan tarik. Sedangkan matriks berfungsi untuk melindungi serat dari efek lingkugan dan kerusakan akibat benturan. (Schwartz, 1984)

Penggunaan material yang siap diaplikasikan sebagai komponen pada suatu struktur menuntut adanya peningkatan sifat mekanis yang tinggi. Para rekayasawan pun selalu melakukan berbagai kajian riset untuk merekayasa material baru yang memiliki sifat fisis-mekanis lebih baik, seperti bahan baru komposit. Komposit berpenguat serat merupakan jenis komposit yang paling banyak dikembangkan. (Vlack, 1994)

Tujuan dibentuknya komposit adalah :

a. Memperbaiki sifat mekanik dan sifat spesifik tertentu. b. Mempermudah desain yang sulit pada manufaktur. c. Menghemat biaya.

d. Bahan lebih ringan. (Ritonga Eva, 2011)

(33)

2.2. Polimer

Polimer, walau ada ribuan jenis, yang komersial di masyarakat hanya beberapa puluh saja. Resin sintetik yang beraneka ragam itu sebagian besar sumbernya ialah minyak bumi. Indonesia makin sadar, minyak bumi tak boleh diboros dan dijual mentah belaka. Itulah sebabnya berbagai kompleks petrokimia, pabrik plastik, pusat olefin dan aromatik gencar dibangun dan dimajukan. Polimer adalah bahan masa depan. Polimer tidak sekedar komoditi, melainkan makin menjadi bahan rekayasa, fungsional/struktural, spesial. Polimer adalah wahana pacuan dan picuan nilai tambah pula. (Hartomo, 1995)

Polimer tinggi adalah molekul yang mempunyai massa molekul besar. Polimer tinggi terdapat di alam (benda hidup, baik binatang maupun tumbuhan, mengandung sejumlah besar bahan polimer) dan dapat juga disintesis di laboratorium. Para ahli kimia telah berhasil menggali pengetahuan yang dapat digunakan untuk membuat polimer yang sesuai bagi berbagai tujuan tertentu, dan pengetahuan tentang hal itu menyebabkan industri polimer berkembang pesat dalam empat puluh tahun terakhir ini. (Coed, 1991)

Polimer meliputi bahan plastik dan karet. Polimer yang paling umum dikenal adalah polimer organik yang tersusun dari rantai karbon yang panjang, hidrogen dan unsur-unsur non-logam. Polimer pada umunya memiliki rapat massa yang kecil dan sangat lentur (flexible). Selain polimer organik dikenal pula polimer anorganik yang penyusun utamanya tidak terdiri atas atom karbon. (Subaer, 2008)

2.3. Matriks

Matriks adalah bahan dasar pembentuk komposit yang mengikat pengisi dengan tidak terjadi ikatan secara kimia. Matriks dalam suatu komposit polimer berperan untuk mempertahankan posisi dan orientasi serat untuk melindunginya dari pengaruh lingkungan. Secara umum matriks terdiri dari 3 macam yaitu polimer, logam dan keramik. (Rina Pritria, 2006)

(34)

7

2. Pendistribusi beban yang dikenakan pada material komposit kepada partikel penguat.

3. Melindungi partikel penguat dari kerusakan eksternal. (Sulistia Rudi, 2006) Matriks berfungsi sebagai pengikat dari isian/ penguat tadi, dan jika dikenai beban ia akan terdeformasi dan mendistribusikan beban (tegangan) tadi ke seluruh unsur-unsur isian penguat,dan berfungsi sebagai unsur penguat struktur komposit. Sedangkan material-material penguat pada umumnya merupakan unsur kekuatan komposit. Selain itu, material juga tahan terhadap panas, reaksi kimia, tahanan, atau konduktor listrik, dan sifat-sifat yang lain. (Efendi Sinaga, 2011)

2.4. Unsaturated Polyester Resin (UPR) BQTN 157-EX

Unsaturated Polyester Resin (UPR) merupakan jenis resin termoset atau lebih

populernya disebut poliester saja. Yukalac adalah suatu merk dagang untuk seri-seri yang istimewa dari Unsaturated Polyester Resin. UPR berupa resin cair dengan viskositas yang relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis dipakai pada keadaan cair, yang memudahkan penyusupan dan pembasahan disertai dengan sistem pengeras. (Kristina, 2011)

2.5. Katalis Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO)

Katalis yang digunakan adalah katalis Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) dengan bentuk cair, berwarna bening. Fungsi dari katalis adalah mempercepat proses pengeringan (curring) pada bahan matriks suatu komposit. Semakin banyak katalis yang dicampurkan pada cairan matriks akan mempercepat proses laju pengeringan, tetapi akibat mencampurkan katalis terlalu banyak akan membuat komposit menjadi getas. Proses pengeringan resin diberi bahan tambahan, yaitu katalis jenis Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO), katalis digunakan untuk mempercepat proses pengerasan cairan resin pada suhu yang lebih tinggi. (Zainuddin, 1996)

(35)

matahari, dingin dan angin. Jenis-jenis lain dari struktur, sebagai contoh, suatu bangunan untuk kebun, akan melindungi dari dingin, angin dan hujan tetapi bisa tembus cahaya. Suatu rumah bisa diatapi dengan material yang melindungi dari cahaya matahari tetapi tidak menghalangi unsur-unsur yang lain.

Setiap jenis genteng punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kita bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk dan umur rencananya masing masing. Berikut akan dibahas beberapa jenis yang paling popular saat ini :

2.6.1. Atap Sirap

Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini umur kerjanya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu besi yang digunakan, dan besarnya sudut atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan antara 25 tahun hingga selamanya. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah bergaya country dan yang menyatu dengan alam.

2.6.2. Genteng Tanah Liat Tradisional

Material ini banyak dipergunakan pada rumah umumnya. Gentang terbuat dari tanah liat yang dipress dan dibakar dan kekuatannya cukup bagus. Genteng tanah liat membutuhkan rangka untuk pemasangannya. Genteng dipasang pada atap miring. Warna dan penampilan genteng ini akan berubah seiring waktu yang berjalan. Biasanya akan tumbuh jamur di bagian badan genteng. Bagi sebagian orang dengan gaya rumah tertentu mungkin ini bisa membuat tampilan tampak lebih alami, namun sebagian besar orang tidak menyukai tampilan ini.

2.6.3. Genteng Keramik

(36)

9

2.6.4. Genteng Beton

Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanah tradisional, hanya bahan dasarnya adalah campuran semen PC (Portland Cement) adalah semen yang paling banyak terdapat di pasaran, masyarakat Indonesia biasa menyebut semen abu-abu untuk membedakan dengan semen warna (semen pengisi nat). Bahan baku semen PC adalah batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang dimasak dalam tanur bertekanan tinggi dan pasir kasar, kemudian diberi lapisan tipis yang berfungsi sebagai pewarna dan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan hampir selamanya, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 tahun hingga 40 tahun.

2.6.5. Atap Seng

Atap ini sebenarnya dibuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan zinc secara elektrolisa. Tujuannya untuk membuatnya menjadi tahan karat. Jadi, kata seng berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan bertahan selama lapisan zinc ini belum hilang, yang terjadi sekitar tahun ke-30-an. Setelah itu, atap akan mulai bocor apabila ada bagian yang terserang karat.

2.6.6. Atap Dak Beton

Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton. Banyak digunakan pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Konstruksinya yang kuat memungkinkan untuk mempergunakan atap ini sebagai tempat beraktifitas. Contohnya menjemur pakaian dan bercocok tanam dengan pot. Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi. Maka perlu pengawasan pada pengecoran dan pemakaian waterproofing pada lapisan atasnya.

2.6.7. Genteng Metal

(37)

2.7. Genteng Polimer

Genteng berbasis polimer merupakan suatu alternatif pengganti genteng yang kita kenal selama ini, dibuat dengan mencampur polimer sebagai matriks dan pengisi (filler) dari bahan alam. Genteng komposit polimer dibuat secara partikel

komposit dengan terlebih dahulu mengubah bentuk bahan pengisi menjadi partikel, partikel ini kemudian dicampur dengan matriks polimer pada suhu titik leleh polimer tersebut. Matriks yang digunakan adalah polietilen, polipropilen, dan paduan polietilen–karet alam, sedangkan bahan pengisinya adalah jerami, pasir dan serbuk gergaji.

Adapun karakteristik dari genteng komposit polimer komersil dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Karakteristik Genteng Komposit Polimer Komersil

No Sifat Fisik dan Mekanik Nilai

1 Daya serap air 0,6 %

2 Kuat bengkok 10 MPa

3 Ketahanan beku Tidak kurang dari 150 cycle,cm

4 Abradability 0,9 g/cm3

5 Jangka waktu pelunturan Tidak kurang dari 50 tahun

6 Kedap air Kedap air

7 Densitas (Kerapatan) 1500kg/m3

8 Ketahanan pukul Tahan pukul

9 Sifat tahan bakar Susah terbakar

10 Massa dalam 1 m2 20 kg

11 Masa dalam 1 pc 2,1 kg

12 Jumlah dalam 1 m2 9 pc

(Sumber :http://roofing.com.ua/en/news/2010/09/26/ppcher.htm)

(38)

11

komposit polimer mempunyai beberapa keunggulan seperti ringan, kuat, ekonomis dan elastis serta menggunakan bahan alam yang berlimpah sebagai bahan pengisi. (Batan,2013)

2.7.1. Genteng Aspal

Material yang satu ini dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain. Material ini diolah sehingga menghasilkan sebuah genteng yang ringan, lentur dan tahan air. Aspal dalam hal ini berfungsi sebagai water proofing sehingga atap menjadi tahan terhadap kebocoran. Selain anti bocor, genteng aspal juga lebih ringan dibandingkan genteng tanah liat, beton atau keramik. Dengan bobot yang ringan konstruksi atap pun bisa diminimalkan, sehingga biaya pun bisa dihemat.

Ada dua model yang tersedia di pasar. Pertama, model datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka. Multipleks dan rangka dikaitkan dengan bantuan sekrup. Genteng aspal dilem ke papan. Untuk jenis kedua, model bergelombang, ia cukup disekrup pada balok gording.

Untuk itu perlu mencoba merencanakan pembuatan genteng dengan menggunakan bahan plastik (polimer) dan proses cetak injeksi merupakan salah satu cara dalam pengolahan plastik untuk membuat genteng ini. Untuk membuat barang-barang plastik agar mempunyai sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau aditif.

Berdasarkan sistemnya genteng ini memiliki struktur polimer khusus yang meningkatkan fleksibilitas. Kekuatan tarik produk meningkat karena usia pembuatan lapisan lebih kuat dan lebih tahan lama untuk menyediakan produk dengan kinerja yang sangat baik. (Syafrudin latif, 2009)

2.8. Styrofoam

Kota-kota besar di dunia, salah satunya Jakarta banyak mengalami masalah perkotaan

(39)

Sampah itu sendiri merupakan salah satu masalah yang cukup memprihatinkan bagi

perkotaan yang mayoritas penduduknya bersifat konsumtif.

Penggunaan material bekas secara otomatis akan mengurangi energi yang

dikonsumsi dalam proses produksi pembuatan material. Dengan kata lain, material

bekas yang digunakan seakan-akan dibuat tanpa menggunakan energi, karena energi

yang digunakan untuk pembuatan material sudah dihitung saat material tersebut

pertama digunakan. Selain itu penggunaan material bekas juga akan mengurangi

sampah yang tidak dapat terurai dalam waktu singkat. Sampah merupakan material

sisa yang tidak diinginkan lagi setelah berakhirnya suatu proses. Styrofoam atau

yang dikenal dengan Expandable Polystyrene (EPS) adalah suatu material yang terbuat ekspansi polystyrene beads (butir polistiren) yang dibuat dengan cara dicetak (moulding).

Karakteristik styrofoam secara umum dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 Karakteristik Styrofoam

Sifat Fisis Ukuran

Densitas 1050 kg/m3

Densitas EPS 25–200 kg/m3

Spesifik Gravitasi 1,05

Konduktivitas Listrik (s) 10–16 S/m Konduktivitas Panas (k) 0,08 W/(m.K)

Modulus Young (E) 3000–3600 Mpa

Kekuatan Tarik (st) 46–60 Mpa

Perpanjangan 3–4 %

Temperatur Transisi gelas (Tg) 95oC (Badan POM, 2008)

2.8.1. Sifat-sifat Styrofoam

(40)

13

masih bisa digunakan dan styrofoam membutuhkan waktu lebih dari 1 juta tahun supaya bisa terurai sempurna. Untuk itu perlu sebuah solusi supaya sampah styrofoam tersebut tidak menumpuk dan lama kelamaan menimbulkan masalah

tersendiri. Salah satu solusinya yaitu dengan digunakan kembali. Sifat-sifat styrofoam antara lain :

• Tahan benturan

• Menginsulasi panas

• Ringan

• Tahan air

• Kedap suara

• Sulit terurai

• Mudah dipotong

• Ekonomis

• Berwarna putih pada umumnya

• Larut dalam cairan kimia tertentu • Mudah terbakar. (Machine,2011)

Styrofoam dapat digunakan kembali sebagai material bangunan. Pengaplikasiannya bisa menjadi berbagai elemen, misalnya lapisan pelapis dinding kedap suara, fascade bangunan, interior bangunan, dan berbagai elemen lainnya. Sifatnya yang mudah dibentuk sangat membantu dalam proses pembangunan. Sifatnya yang ringan juga memudahkan pengangkutan material ke site pembangunan. Juga harganya yang ekonomis membuatnya mudah didapat.

2.9. Aspal

(41)

bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.

Aspal sendiri dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan

hingga suhu 350o C dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil. (Wignall, 2003)

Sumber aspal dari kilang minyak (refinery bitumen). Aspal yang dihasilkan dari industri kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen, straight bitumen atau steam refined bitumen. Isitilah refinery bitumen

merupakan nama yang tepat dan umum digunakan. Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses destilasi minyak bumi.

2.9.1. Jenis Aspal

Secara umum jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu sebagai berikut :

a. Aspal alamiah merupakan aspal yang berasal dari berbagai sumber alam, seperti pulau Trinidad dan Bermuda. Aspal dari Trinidad mengandung kira-kira 40% organik dan zat-zat anorganik yang tidak dapat larut, sedangkan yang berasal dari Bermuda mengandung kira-kira 6% zat-zat yang tidak dapat larut. Dengan pengembangan aspal minyak bumi, aspal alamiah relatif menjadi tidak penting.

b. Aspal batuan adalah endapan alamiah batu kapur atau batu pasir yang diperpadat dengan bahan-bahan berbitumen. Aspal ini terjadi di berbagai bagian di Amerika Serikat. Aspal ini umumnya membuat permukaan jalan yang sangat tahan lama dan stabil.

c. Aspal minyak bumi pertama kali digunakan di Amerika Serikat untuk perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan-bahan pengeras jalan aspal sekarang berasal dari minyak mentah domestik bermula dari ladang-ladang di Kentucky, Ohio, Meksiko, Venezuela, Colombia, dan Timur Tengah.

(42)

15

yang mampu menyesuaikan terhadap fluktuasi suhu. Aspal dapat bersifat sebagai perekat, sebagai filter karna sifat yang cair pada suhu tertentu dapat mengisi rongga yang kosong dan bersifat kedap air (waterproof). (Asnawi,2011)

Tabel 2.3 Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Tipe Grade 60/70

Sifat Ukuran Spesifikasi /

Penggolongan

Standart

Pengujian

Densitas pada T 25oC Kg/m3 1010–1060 ASTM-D71/3289

Penetrasi pada T 25oC 0,1 mm 60/70 ASTM-D5

Titik leleh oC 49/56 ASTM-D36

Daktilitas pada T 25oC Cm Min. 100 ASTM-D113

Kerugian pemanasan %wt Max. 0,2 ASTM-D6

Penurunan pada penetrasi setelah pemanasan

% Max. 20 ASTM-D6&D5

Titik nyala oC Min. 250 ASTM-D92

Kelarutan dalam CS2 %wt Min. 99,5 ASTM-D4

Spot Test Negatif AASHO T102

( Sony Sulaksono,2001) Penambahan bahan polimer pada aspal yang bersifat plastomer dapat meningkatkan kekuatan tinggi dalam campuran aspal polimer. Pada sisi lain, bahan yang bersifat elastomer seperti karet alam, maupun karet sintetis, dapat memberikan aspal dengan fleksibilitas dan keelastisan yang lebih baik, termasuk juga perbaikan terhadap resistensi dan ketahanan terhadap temperatur rendah.

2.9.2. Kandungan Dalam Aspal

(43)

Saat ini pemakaian bahan aditif dan bahan pengganti ke dalam campuran beton aspal campuran panas telah banyak digunakan dengan beberapa alasan misalnya jika diinginkan aspal yang kelengketannya tinggi maka aspal akan ditambah polimer yang mempunyai kelengketan tinggi seperti polimer jenis elastomer atau jika diinginkan aspal yang dapat menahan temperatur yang bervariasi maka aspal akan ditambah polimer jenis plastomer yang mampu menahan temperatur yang cukup bervariasi, atau bila pada suatu lokasi dimana jalan akan dibangun terdapat kesulitan dalam mendapatkan material-material pengisi (filler) maka salah satu jalan keluarnya adalah pemakaian material pengganti filler dalam campuran beton aspal campuran panas. (Asiyanto,2008)

2.10. Serat Pinang

Pinang merupakan tanaman yang sekeluarga dengan kelapa. Salah satu jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman. Secara rinci, sistematika pinang diuraikan sebagai berikut:

Divisi : Plantae Kelas : Monokotil Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae atau Palmae Genus : Areca

Spesies : Areca catechu L

2.10.1. Kandungan Kimia Pinang

Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C

8H13NO2), arekolidine,

(44)
(45)

Kayu palmae mempunyai sifat yang lebih dekat dengan kayu daun lebar daripada kayu daun jarum. Hal ini dicerminkan oleh adanya saluran pada struktur kayu kelapa sawit yang menyerupai sel pembuluh pada kayu daun lebar. Apabila sepotong kayu daun lebar seratnya dipisah-pisahkan dan diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak sel-sel dengan berbagai macam bentuk ukuran, ada yang mirip tong atau pipa, ada yang mirip kotak dan ada yang berbentuk panjang dan sangat langsing. Sel-sel yang berbentuk panjang dan langsing ini dikenal dengan nama serat. Dinding serat biasanya lebih tebal dari dinding parenkim dan pembuluh. Panjangnya antara 300-3600 mikron. Ketebalan dindingnya relatif dibandingkan diameter, dapat tipis, tebal atau sangat tebal. Semakin kecil diameter serat semakin tinggi kekuatan bahan serat. Hal ini dikarenakan cacat yang timbul semakin sedikit.

2.10.4. Serat Sebagai Penguat

Material penguat biasanya kekuatannya tinggi, bentuk material komposit yang dipergunakan adalah bermacam-macam, seperti : serat, partikel, lamina atau lapisan, flake atau serpihan, pengisian atau filler. Secara umum fungsi material penguat ini adalah sebagai bahan untuk memperkuat komposit, sehingga sifat mekanis menjadi tangguh dan lebih kokoh bila dibandingkan dengan tanpa material penguat. Tangguh adalah jika pemberian gaya atau beban yang menyebabkan bahan-bahan tersebut menjadi patah (pada pengujian tiga titik lentur). Sedangkan kokoh adalah kondisi yang diperoleh akibat benturan atau pukulan serta proses kerja yang mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras pada pengujian impak. (Piatti, 1978)

2.11. Pasir Hitam

(46)

19

2.11.1. Kandungan Pasir

Kandungan pasir amat pelbagai, bergantung kepada sumber batu tempatan dan keadaan. Pasir putih cerah yang terdapat di pesisiran pantai tropika dan semi-tropika adalah batu kapur terhakis dan mungkin mengandungi batu karang dan serpihan kerangka tambahan kepada bahan hasilan organik atau organik lain. Gubuk pasir gipsum di White Sands National Monument di New Mexico adalah terkenal bagi warna pasir putih berkilauan.

Arkose adalah pasir batu pasir dengan sejumlah besar kandungan feldspar, terhasil dari luluhhawa dan hakisan biasanya dari unjuran batu granit berhampiran. Sesetengah pasir mengandungi magnetite, chlorite, glauconite atau gipsum. Pasir kaya dengan magnetite berwarna gelap hingga ke hitam, sama seperti pasir terhasil dari basalt gunung berapi dan obsidian. Pasir mengandungi chlorite-glauconite biasanya berwarna hijau, sebagaimana pasir terhasil dari lava basalt dengan kandungan olivine tinggi. Kebanyakan pasir terutama yang terdapat di Eropa Selatan memiliki cemaran besi dalam kristal kuartz pasir, memberikan warna kuning gelap. Menandakan pasir di sesetengah kawasan mengandungi garnet dan galian tahan lain, termasuk sejumlah kecil batu permata.

Pasir hitam dapat diperoleh dengan menggunakan magnet, dimana pasir hitam ini akan melekat pada magnet ketika didekatkan karena mengandung besi. Dan sebagian orang mengatakan dengan nama biji besi. Pasir hitam ini sering berada di pinggiran sungai dan laut.

2.12. Pengujian Sampel

Pengujian sampel bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat genteng polimer yang dibuat, baik sifat fisis, sifat mekanik maupun sifat termal. Sampel yang diuji akan diketahui kelebihan dan kekurangannya, dan untuk mengetahui kadar kelayakan pemakaian serta kualitasnya. (Rudy,2007)

2.12.1 Pengujian Densitas

(47)

Densitas sampel dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

ρ = ...(2.1) dengan :

ρ = kerapatan (gr/cm3) m = massa sampel (gram) V = volume sampel (cm3)

2.12.2 Pengujian Porositas

Porositas merupakan proporsi volume rongga kosong. Porositas juga berhubungan langsung dengan kerapatan. Porositas dinyatakan dalam % yang menghubungkan antar volume benda keseluruhan. Berdasarkan ASTM C 373–88, porositas sampel dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

Porositas (%) = x ρairx 100% ...(2.2)

dengan :

P = Porositas (% )

Mj = Massa jenuh sampel (gram)

Mk = Massa kering sampel di udara (gram)

V = volume sampel (cm3)

2.12.3 Pengujian Daya Serap Air

Pada saat terbentuk sampel kemungkinan ada terjadinya udara yang terjebak dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral yang pembentuk akibat perubahan cuaca, maka terbentuklah lubang atau rongga kecil di dalam butiran agregat (pori). Pori dalam sampel bervariasi dan menyebar di seluruh butiran. Pori-pori mungkin menjadi reservoir air bebas didalam agregat. Persentase berat air yang mampu diserap agregat dan serat didalam air disebut daya serapan air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat dan serat disebut kadar air. (Saragih Natalia, 2007)

(48)

21

Pengujian daya serap air (Water absorbtion) dilakukan pada masing– masing sampel pengeringan. Lama perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu kamar . Massa awal sebelum direndam diukur dan massa sesudah perendaman.

Untuk mendapatkan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Daya serap air ( Water absorbtion) = x 100%... (2.3) dengan :

Mb= Massa basah (gram)

Mk= Massa kering (gram)

2.12.4. Pengujian Impak

Pengujian kekuatan impak merupakan kriteria untuk mengetahui kegetasan bahan. Matriks dan serat memiliki peranan penting dalam menentukan sifat mekanik dan fisis dari komposit. (Zainuri, 2009)

Pengujian impak ini dilakukan untuk mengetahui ketangguhan sampel terhadap pembebanan dinamis. Sampel uji berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 60 mm sesuai dengan standart ASTM D-256. Kemudian sampel diletakkan pada alat penumpu dengan jarak span 40 mm. Godam pada posisi awal dengan sudut 160o, kemudian godam dilepaskan secara tiba-tiba sehingga menumbuk sampel.

Sebelum dilakukan pengujian sampel terlebih dahulu dilakukan percobaan tanpa sampel penguji. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya energi yang hilang akibat gesekan pada porosnya dan gesekannya dengan udara. Setelah penumpukan sampel hingga sampel patah/retak maka pengukuran dilakukan denga membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk skala. (Meruasni,1993)

Kekuatan impak yang dihasilkan (Is) merupakan perbandingan antara energi serap (Es) dengan luas penampang (A).

(49)

Es = Energi serap (J)

A = Luas penampang (mm2)

2.12.5. Pengujian Kekuatan Lentur (UFS/Ultimate Flexture Strength)

Sampel uji berbentuk persegi panjang dengan ukuran 150 mm disesuaikan dengan standart ASTM D – 790. Pengujian Kekuatan Lentur (UFS) dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer terhadap pembebanan. Dalam metode ini metode yang digunakan adalah metode tiga titik lentur. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. (Ginting Bhengan, 2012)

Beban digantungkan pada beban dan span diletakkan di atas piringan besi. Jarak span diatur 80 mm satu sama lain dan sampel diletakkan ditengah-tengah span. Skala pembebanan maksimum diberi sebesar 100 kgf dan kecepatan 20 mm/menit. Display beban dan regangan tepat pada skala nol. Kertas grafik diatur pada chart recorder sehingga tepat pada posisinya. Kemudian switch dihidupkan bersamaan dengan menekan tombol DOWN. Setelah sampel uji patah, tombol stop ditekan kemudian tombol RECALL untuk memperoleh beban dan regangan maksimum. Dicatat beban atau Load dan stroke (defleksi) yang ditunjukkan oleh alat Electronoic System Universal Tensile Machine. Pada permukaan bagian atas yang dibebani akan terjadi kompresi, sedangkan pada permukaan bawah sampel akan terjadi tarikan. Pada pengujian ini terhadap sampel uji diberikan pembebanan yang arahnya tegak lurus terhadap sampel. (Husna,2011)

(50)

23

Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan lentur yaitu :

σ = ...(2.5)

dengan :

σ = Tegangan lentur (MPa) P = Load atau beban (N) L = jarak span (mm) b = lebar sampel (mm) d = tebal sampel (mm)

2.13. Syarat Mutu Genteng Menurut Standar Nasional Indonesia

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 0099 : 2007, syarat mutu genteng meliputi :

1. Sifat Tampak

Genteng harus memiliki permukaan atas yang mulus, tidak terdapat retak, atau cacat lain yang mempengaruhi sifat pemakaiannya.

2. Penyerapan Air

Penyerapan air maksimal 10 %

3. Ketahanan terhadap Perembesan Air ( Impermeabilitas)

(51)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan dengan peningkatan jumlah populasi penduduk kebutuhan akan rumah juga meningkat. Rumah sebagai tempat tinggal merupakan kebutuhan primer setelah makanan dan pakaian. Secara fisik rumah di Indonesia memiliki bagian dinding, atap, pintu, jendela dan lantai yang didesain sesuai iklim di negara tropis. Adanya dua musim yakni penghujan dan kemarau mengharuskan bentuk atap yang tahan terhadap kedua cuaca tersebut. Di Indonesia atap rumah kebanyakan terbuat dari genteng tanah. Material ini selain tahan terhadap cuaca, juga ringan, kuat dan lebih ekonomis dalam perawatan.

Permintaan genteng semakin meningkat seiring dengan pembangunan yang pesat. Bahan genteng yang digunakan pun sudah bervariasi, mulai dari genteng tanah, seng, genteng beton, genteng berbahan keramik dan lain–lain. Khusus untuk genteng polimer, pemakaiannya saat ini sedang berkembang karena sangat fleksibel dan mudah dipasang serta ringan. Di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara pemakaian genteng polimer ini masih terbatas dikarenakan harga yang relatif mahal dan masih merupakan barang impor.

Pinang merupakan tanaman yang sekeluarga dengan kelapa. Dan tanaman ini masih sangat banyak di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Sementara sampai saat ini penggunaan pinang belum terlalu tersohor di dunia industri. Untuk itu diperlukan kreasi baru dalam pemanfaatan serat pinang guna mengembangkan bahan alam yang masih banyak di Indonesia. Serat pinang merupakan salah satu bahan komposit yang masih jarang dipakai dalam masyarakat umum.

(52)

2

sampah itu akan tidak terkontrol. Untuk itu harus ada solusi bagaimana cara mengurangi sampah tersebut, salah satunya dengan digunakan kembali, yakni sebagai material bangunan.

Melalui penelitian ini akan diuraikan bagaimana styrofoam dapat digunakan sebagai bahan terutama dalam pembuatan genteng polimer. Penggunaan styrofoam pada pembuatan genteng polimer dimaksudkan untuk memberi daya rekat yang baik antara bahan dalam campuran, styrofoam akan bereaksi dengan polimer yang akan membentuk crosslink yang mana campuran tersebut mempunyai daya rekat yang buruk bila hanya menggunakan aspal sebagai bahan untuk merekatkan antara bahan-bahan lainnya. Karena aspal hanya sebagai perekat dalam campuran tersebut, sedangkan styrofoam berfungsi sebagai perekat dan pengikat.

Dari uraian di atas maka peneliti ingin membuat genteng polimer menggunakan aspal dan pasir hitam sebagai bahan dasar serta limbah styrofoam dan serat pinang sebagai zat perekat dan penguat. Diharapkan genteng ini memiliki kualitas yang baik dan tahan lama.

1.2 Rumusan Masalah

Pemanfaatan limbah-limbah produksi atau barang bekas dan tanaman pinang masih belum seluruhnya dilakukan, karena kurangnya perhatian dari masyaraakat umum maka limbah barang bekas tersebut semakin menjadi masalah.

1. Apakah styrofoam dan serat pinang dapat bercampur secara sempurna dengan aspal dan pasir hitam.

2. Bagaimana sifat fisik dan mekanik dalam komposisi bahan-bahan tersebut. 3. Mengetahui komposisi yang sesuai, untuk menghasilkan komposit polimer

(53)

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada :

1. Bahan yang digunakan dalam campuran pembuatan komposit polimer adalah pasir hitam, aspal, serat pinang, styrofoam dan poliester.

2. Variabel tetap yaitu poliester 29%, aspal 5% dan styrofoam 1%, sedangkan pasir hitam dan serat pinang sebagai variabel bebas yang divariasikan dengan perbandingan (65:0%, 64:1%, 63:2% dan 62:3%) dari total campuran 100%.

3. Pengujian sifat fisis meliputi uji densitas, porositas dan uji daya serap air, sifat mekanik meliputi uji impak dan uji kekuatan lentur.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh variasi komposisi serat pinang terhadap sifat fisis komposit polimer.

2. Mengetahui pengaruh penambahan serat pinang terhadap sifat mekanis komposit polimer.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Pemanfaatan serat pinang dan styrofoam yang merupakaan limbah, sehingga dapat digunakan kembali dan memiliki nilai ekonomis.

2. Diharapkan produk komposit polimer ini dapat diaplikasikan menjadi genteng polimer.

(54)

4

1.6 Sistematika Penulis

Sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah :

BAB I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk proses pengembilan data, analisa data serta pembahasan.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini membahas tentang rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, peralatan dan bahan penelitian, prosedur penelitian serta diagram alir penelitian.

BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian

Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa data yang diperoleh dari penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran

(55)

SERAT PINANG DAN PASIR HITAM

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi genteng komposit polimer menggunakan campuran pasir hitam, aspal, serat pinang, styrofoam dan poliester. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi terhadap karakteristik genteng. Komposisi poliester, aspal, styrofoam yang digunakan tetap, yaitu 29%, 5% dan 1% dari berat total sampel 100%, sedangkan komposisi pasir hitam dan serat pinang divariasikan dengan perbandingan; (65% : 0%), (64% : 1%), (63% : 2%) dan (62% : 3%). Karakterisasi yang dilakukan meliputi pengujian densitas, porositas, daya serap air, uji kekuatan lentur dan uji impak. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik genteng sangat dipengaruhi oleh fraksi berat serat. Karakteristik optimum dicapai pada komposisi (29:5:1:64:1)%, dan diperoleh kerapatan 2,54 gr/cm3, porositas 12,36%, daya serap air 5,24%, kekuatan lentur 11,594 MPa, kekuatan impak 4985,9 J/m2.

(56)

CHARACTERISTIC PHYSIC AND MECANIC POLYMER COMPOSITES OF STYROFOAM WASTE, ASPHALT, NUT FIBER AND BLACK SAND

ABSTRACT

The research on the manufacture and characterization of polymer composite tile using a mixture of black sand, asphalt, nut fiber, styrofoam waste and polyester has been done. This reset aims to determine the effect of variations in composition the characteristics of the tile roofed. The composition of polyester, asphalt, styrofoam is made constant, of 29%, 5% and 1% of the total weight of the sample 100%, while the composition of black sand and nut fiber varied by comparison; (65% : 0%), (64% : 1%), (63% : 2%) and (62% : 3%). Characterization testing performed included density, porosity, water absorption, flexural test and impact test. The results show that the characteristics of the tile is strongly influenced by the weight fraction of fiber. The optimum characteristics are achieved in the composition (29:5:1:64:1)%, and obtained 2,54 gr/cm3density, porisity 12,36%, water absorption 5,24%, flexural strength of 11,594 MPa, impact strength of 4985,9 J/m2.

(57)
(58)
(59)

Judul : Sifat Fisis dan Mekanik Komposit Polimer dari Limbah Styrofoam, Aspal, Serat Pinang dan Pasir Hitam

Kategori : Skripsi

Nama : Ade Irma Yuliana

Nomor Induk Mahasiswa : 090801011

Program Studi : Sarjana (S1) Fisika

Departemen : Fisika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, April 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Tua Raja Simbolon, S.Si,M.Si Drs. Aditia Warman, M.Si

NIP. 197211152000121001 NIP. 195705031983031003

Disetujui Oleh :

Departemen Fisika FMIPA USU Ketua,

(60)

PERNYATAAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIK KOMPOSIT POLIMER DARI LIMBAH STYROFOAM, ASPAL,

SERAT PINANG DAN PASIR HITAM

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing–masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2014

(61)

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan studi selama perkuliahan dan dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Pembuatan dan Karakterisasi Limbah Styrofoam, Aspal, Serat Pinang dan Pasir Hitam Untuk Bahan Genteng Komposit Polimer.

Terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua saya Ali Nasution dan Nur Aini Harahap yang selalu memberikan motivasi, nasihat, kasih sayang dan do’a selama penulis kuliah sampai penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Drs. Aditia Warman, M.Si selaku pembimbing 1 dan bapak Tua Raja Simbolon, S.Si,M.Si selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman –teman seperjuangan: Fitri Yuniati Hrp, Arvilla Mikartini, Herdiana Purba, Suhartina Malau, Agus Ningsih, Sukria Novianti, Monora, Silviana, Agus Siahaan, Nur Jannah, Zainalludin, Resdina, Andrian, Esra, Ferdy, Istas, Timbul, Poltak dan seluruh teman-teman stambuk “breaving” 2009 yang tak bisa tersebukan satu per satu namanya yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada Abang/Kakak Senior dan adik Junior Fisika USU stambuk 2010, khususnya Elsa Eka Putri Hrp, 2011, dan 2012 khususnya Muhammad iqbal, Ivan, Dewi, Hanifah. Kepada teman – teman Asrama Putri USU: Reni Yusmanita, Nur Asmi Lbs, Nirma Hairani Sitompul, Fitriani Pohan, Erni Fauziah Nst, dan adik-adik di asrama putri serta teman – teman dari kimia: Bang Edi, Bang Mail, Kak Ai, Diana, Mirah, Marda, Xera yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT akan membalasnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2014

(62)

SIFAT FISIS DAN MEKANIK KOMPOSIT POLIMER DARI LIMBAH STYROFOAM, ASPAL,

SERAT PINANG DAN PASIR HITAM

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi genteng komposit polimer menggunakan campuran pasir hitam, aspal, serat pinang, styrofoam dan poliester. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi terhadap karakteristik genteng. Komposisi poliester, aspal, styrofoam yang digunakan tetap, yaitu 29%, 5% dan 1% dari berat total sampel 100%, sedangkan komposisi pasir hitam dan serat pinang divariasikan dengan perbandingan; (65% : 0%), (64% : 1%), (63% : 2%) dan (62% : 3%). Karakterisasi yang dilakukan meliputi pengujian densitas, porositas, daya serap air, uji kekuatan lentur dan uji impak. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik genteng sangat dipengaruhi oleh fraksi berat serat. Karakteristik optimum dicapai pada komposisi (29:5:1:64:1)%, dan diperoleh kerapatan 2,54 gr/cm3, porositas 12,36%, daya serap air 5,24%, kekuatan lentur 11,594 MPa, kekuatan impak 4985,9 J/m2.

(63)

ABSTRACT

The research on the manufacture and characterization of polymer composite tile using a mixture of black sand, asphalt, nut fiber, styrofoam waste and polyester has been done. This reset aims to determine the effect of variations in composition the characteristics of the tile roofed. The composition of polyester, asphalt, styrofoam is made constant, of 29%, 5% and 1% of the total weight of the sample 100%, while the composition of black sand and nut fiber varied by comparison; (65% : 0%), (64% : 1%), (63% : 2%) and (62% : 3%). Characterization testing performed included density, porosity, water absorption, flexural test and impact test. The results show that the characteristics of the tile is strongly influenced by the weight fraction of fiber. The optimum characteristics are achieved in the composition (29:5:1:64:1)%, and obtained 2,54 gr/cm3density, porisity 12,36%, water absorption 5,24%, flexural strength of 11,594 MPa, impact strength of 4985,9 J/m2.

(64)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Sistematika Penulisan 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Komposit 5

2.2 Polimer 6

2.3 Matriks 6

2.4 Unsaturated Polyester Resin (UPR) BQTN 157-EX 7 2.5 Katalis Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) 7

2.6 Genteng 7

2.6.1 Atap Sirap 8

(65)

2.6.7 Genteng Metal 9

2.7 Genteng Polimer 10

2.7.1 Genteng Aspal 11

2.8 Styrofoam 11

2.8.1 Sifat-sifat Styrofoam 12

2.9 Aspal 13

2.9.1 Jenis Aspal 14

2.9.2 Kandungan Dalam Aspal 15

2.10 Serat Pinang 16

2.10.1 Kandung Kimia Pinang 16

2.10.2 Morfologi Tanaman Pinang 17

2.10.3 Penggolongan Serat 17

2.10.4 Serat Sebagai Penguat 18

2.11 Pasir Hitam 18

2.11.1 Kandungan Pasir 19

2.12 Pengujian Sampel 19

2.12.1 Pengujian Densitas 19

2.12.2 Pengujian Porositas 20

2.12.3 Pengujian Daya Serap Air 20

2.12.4 Pengujian Impak 21

2.12.5 Pengujian Kekuatan Lentur 22

2.13 Syarat Mutu Genteng Menurut SNI 23

Bab 3. Metodologi Penelitian

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 24

3.2 Peralatan dan Bahan 24

3.2.1 Peralatan 24

3.2.2 Bahan 25

(66)

3.3.2 Perlakuan pada Styrofoam dan Poliester 26

3.3.3 Pembuatan Genteng Polimer 26

3.4 Diagram Alir Penelitian 28

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Sifat Fisis Genteng Komposit Polimer 29

4.1.1 Pengujian Densitas 29

4.1.2 Pengujian Porositas 31

4.1.3 Pengujian Daya Serap Air 32

4.2 Sifat Mekanik Genteng Komposit Polimer 34

4.2.1 Pengujian Kuat Impak 34

4.2.2 Pengujian Kuat Lentur 35

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 38

5.2 Saran 38

(67)

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1 Karakteristik Genteng Komposit Polimer Komersil 10

2.2 Karakteristik Styrofoam 12

2.3 Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Tipe Grade 60/70 15

3.1 Komposisi Bahan 27

4.1 Nilai Densitas Genteng Komposit Polimer Serat Pinang 29

4.2 Nilai Porositas Genteng Komposit Polimer Serat Pinang 31

4.3 Nilai Daya Serap Air Genteng Komposit Polimer Serat Pinang 32

4.4 Nilai Kuat Impak Genteng Komposit Polimer Serat Pinang 34

(68)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1 Pinang dan bagian-bagiannya 17

2.2 Pengujian Kuat Lentur 22

4.1 Grafik Hubungan Densitas Dengan dan Tanpa Serat 29

Pinang

4.2 Grafik Hubungan Porositas Dengan dan Tanpa Serat 31 Pinang

4.3 Grafik Hubungan Daya Serap Air Dengan dan Tanpa 33 Serat Pinang

4.4 Grafik Hubungan Kuat Impak Dengan dan Tanpa 34 Serat Pinang

4.5 Grafik Hubungan Kuat Lentur Dengan dan Tanpa 36

(69)

Nomor Judul Halaman

Lamp

1. Lampiran A 41

2. Lampiran B 44

Gambar

Tabel 3.1. Komposisi Bahan
Tabel 4.1. Nilaiilai Densitas Genteng Komposit Polimer Serat
Tabel 4.2. Nilaiilai Porositas Genteng Komposit Polimer Ser
Tabel 4.3. Nilai Daya Serap Air Genteng Komposit Polimer Serat Pinang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yang hendak di capai adalah mendeskripsikan pengaruh penerapan metode Intervensi Semantik Divergen untuk meningkatkan kemampuan menyebut benda

155 Tampan Pekanbaru, Pokja Pengadaan Barang / Jasa (Non-Konstruksi) Pekerjaan Pengadaan Jasa Security, telah mengadakan pembukaan File Dokumen Penawaran dengan

a. Ada Tim Editor yang terdiri atas satu atau lebih pakar dalam bidang ilmu yang sesuai. Diterbitkan dan diedarkan serendah-rendahnya secara nasional. Koran/majalah populer/majalah

[r]

Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda kepada Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, Kesultanan Sambas menjadi bagian dari Negara

Ibu yang berpendidikan tinggi lebih cenderung membuat keputusan untuk meningkatkan gizi dan kesehatan pada anak, selain itu ibu juga merupakan pengasuh utama bagi anak

3) Makna nama yang terkandung pada nama rumah makan yang ada di Kota Padang terdiri dari 3 jenis dalam kajian antropolinguistik yaitu : Makna Futuratif, terdapat pada

Apabila Saudara tidak hadir sesuai jadwal tersebut di atas, maka Pokja Pengadaan berkesimpulan Saudara menerima hasil evaluasi/kesimpulan akhir terhadap penawaran yang saudara