• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mempelajari Perubahan Aktivitas Antioksidan dan Lemak Selama Fermentasi Daging Biji Picung (Pangium edule Reinw.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mempelajari Perubahan Aktivitas Antioksidan dan Lemak Selama Fermentasi Daging Biji Picung (Pangium edule Reinw.)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPELAJARI PERUBANAN AKTIVITAS

AWTIOKSIDAM

DAN LEMAK SELAMA FERMENTASI

DAGING BlJl PICUNG

( Pangiom edule Reinw.)

Oleh

ETI

ROMLAH

F 24. 0592

1 9 9 2

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN WSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Eti Romlah. F 24.0592. Mempelajari perubahan aktivitas antioksidan dan leniak selaina fermentasi daging biji picung (Potigi~rt?~ cc[~l/e Reinw.). Di bawah birnbingnn Dedi Fardiaz.

RINGKASAN

Antinksidan merupakan senyawa yang dapat ~ n e n c e ~ a h oksidasi. khususnya oksidasi lemak. Menurut penelitian Meiriyanto (1988) daging biji p i c ~ ~ n g segar dan yang terfer~nentasi mempunyai aktivitas antioksidan yang

berbeda, dimana aktivitas antioksidan daging biji picung terfermentasi lebih

tinggi dibandingkan aktivitas antioksidan daging biji picung segar.

Tujuii~l penelitian ini untuk inempelajari prrubahan aktivitas antioksiclan d a n lelnilk selama fermentasi daging biji picung.

Fermentasi daging biji picung dilakukan dengan tahap-tahap perebusan

daging biji picung segar, penirisan, pemberian abu dapur dan fermentasi biji

picung. Lama perebusan yang dilakukan ada dua taraf yaitu perebusan selama 80

lnenit dan 40 menit. Fermentasi daging biji picung dilakukan di dapur dan di 1;lboratorium dengan Suhu perebusan 99OC. Waktu fermentasi daging hiji picutng

i

rnasing-masing 0, 7, 14, 21, 28, 35, dan 42 hari.

Warna daging biji picung hasil fermentasi b e w e r n a coklat kehitalnan.

senlakin lama fermentasi warnanya semakin gelap. Dernikian juga ekstrak metanol yang dihasilkan beiwarna coklat kehitaman, semakin lama fel-rnentasi

wtrrnanya scmakin gelap. Semakin lama fermenrasi kadar air daging biji pic~lng

srmaltin I-endah. I<adai- air daging biji picung hasil fermrntasi di dajxtr dengan lama perehusan*kO menit denyan lama fermentasi no1 hari sarnpai 42 hari masing- inasing 55.11%: 71.62%, 57.45%, 51.41%. 60.13%,55.75%, dan 41.74%. I<adar

air daging hiji picung yang direbus selama SO menit. difermentasi di laboratorium p t ~ d ; ~ hari ke no1 sampai hari 42 masing-masing 5S.72%, 61.49%> 56.29%. 57.35%.

(3)

menit, ciifermentasi d:cpur. fel-tnentasi s e l a ~ n a no1 hi~ri sampai 42 I masing- masing nilainya 60.56%. 73.04Yo. 59.31'%, 53.70%. 01.13%. 51.63%. dan 38.00%.

Kadar air ciilging biji picung yang direbus selama 40 menit difermentasi tli

l a b o r a t o r i t ~ ~ n dengan lama fel-mentasi no1 hari sampai 42 hari masing-masing nilainya 56.09%;;, 54.25%: 65.78%> 61.77%. 58.29%,42.79%, dan 62.64% pada hari ke 42. Kadar air dipengaruhi secara nyata oleh lamanya prrebusan dan lamanya fermentasi, tetapi tidak dipengaruhi secara nyata oleh tempat fermentasi.

Faktor protektif selama fermentasi daging biji picung mengal>ilni

peningkatan. Untuk perebusan selilma 80 menit dan tempat fermentasi di dapur

dengt~n lama fermentasi no1 hari si~rnpai 42 hari masing-masing adalah 1.57. 1.99:

1.85. I . 1.75. 3.17. dan 2.92. Faktor protektifdaging biji picung dengan lamil p e r e h u s ; ~ ~ ~ 80 inenit. tempat fermentasi di laboratorium untuk masing-masing lama fe1.1nenrasi no1 hari sampai 42 hari adalah 1.75, 1.34, 2.51. 2.62. 1.85, 1.26

dan 2.88. Faktor prorektif daging biji picung yang dit'ermentasi selama no1 hac-i

s;~mpai 42 hari pada perebusan selama 40 menit dengan tempat fermentilsi di

~I:IPLII- clan di lal>oratorium masing-masing 1.36. 1.68. 1.84. 2.09. 1.30 1.77. 1.94

i

dan 1 . 0 1.51. 1.25. 1.63, 1.90, 3.06, 1.66. Faktor protektif dipengaruhi st-cara nyata oleh lalnanya perebusan, tempat fermentasi dan lamanya fermentasi.

Kadar lemak daging biji picung dipengaruhi secara nyata oleh lama

perebus:ln. tempat dan lama fermentasi. Nilai kadar lemak daging biji picung

direbus selicrna SO menit difermentasi di dapur, direbus selama 80 menit

clifel-lnelitasi di lahoratoriurn. direh~ls sflama 40 menit difermentilsi di d a p i ~ r . dan

clirebus s e l a ~ n a 40 rnenit clifet-nlentasi di labol-atorium herticrut-turut aclalah

47.71%. 44.94C~;. -3.?.lOC,k. 53.23%. 42.00%. 38.78%. 2S.55%, d i ~ n 44.66%, 40.')6%, 3 5 51.41%. 37.81%. 34.63%. 28.69% dan 44.85%: 36.75%. 44.03%, 49.65%. 41.07C;;. 25.SS5;. 47.70C;; sertil 44.-35%. 44.84%> 35.01%. 55.56%, 27.17%:

e

(4)

Faktol- [,I-otektif ekstrak metitnol dagi~ig hiji picung yang clifel-tiientasi cli diipur lebili tinggi dibiinding ysng difertnent:~si cli lal~o~.;~toric~m. ~1etiiiki;tn J L I ~

faktor l?~-otektif ekstl-;ik metanol daging biji picung 1i:lsil fel-mentasi deng;in l i i ~ i i ; ~

1xrebils;in $0 nirnit lrllili tinggi clihaliding lania pert.h~~s:rn 10 ~ n e n i t . K ~ c I ~ I -

leln;~lc ~ 1 1 1 t l 1 k s c i i i ~ ~ i i prrl;iku;ln dari 1ii11-i kc nol si~mpai Iitiri ke 14 ~ i i r n ~ : ~ I ; i ~ i i i

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

MEMPELAJARI PERUBAMAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

DAN LEMAK SELAMA FERMENTASI

DAGING BIJI PICUNG (~rcl~~ilon

ed~rle Reinw.)

SKRIPSI

s e b i ~ g ~ i salah satu s p r a t u n r u k memperoleh gelai

SARJANA TEKNOLOGI PERTANTAN

pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi

Fakultzts teknologi Pertanian

Institut Pel-tanian Bogor

OIeh

ETI ROMLAH

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Mahaesa yang telah memberikan rahmat dan anugerahNya

sehingga skripsi ini dapat tersusun.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Jurusan

Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. selaku dosen pembim-

pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama

penelitian sampai tersusunnya skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ni Luh Puspitasari, MSc. dan Ir. Nuri Andarwu-

lan yang telah turut menguji skripsi ini.

3. Bapak clan Mamah yang selalu berdoa untuk kemajuan putri-

putrinya.

4. Ceu Enung dan Bang Cius yang telah memberikan bantuan

serta dorongan moril sehingga penulis dapat menyele-

saikan skripsi ini.

4. Ibu Ing Mokoginta, ibu Effionora yang telah banyak

memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan selama

penelitian ini.

5. Bapak Hasan Basri, Syarifah dan ~ i e s t a yang telah ba-

nyak memberikan bantuan selama penelitian ini.

(7)

penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

dari pembaca sangat penulis harapkan guna penyempurnaan

selanjutnya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

(8)

DAFTAR IS1

Halaman

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR IS1

...

iii

...

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

...

vii

I

.

PENDAHULUAN

...

1

I1

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

3

A

.

BOTANI PICUNG

...

3

B

.

KOMPOSISI DAN DAYA GUNA PICUNG

...

6

C

.

OKSIDASI

...

10

D

.

ANTIOKSIDAN

...

14

E

.

FERMENTASI

...

18

I11

.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

...

21

A

.

BAHAN DAN ALAT

...

21

1

.

Bahan

...

i 21 2

.

Alat

...

21

B

.

METODE PENELITIAN

...

22

1

.

Perlakuan Fermentasi

...

22

2

.

Kadar Air (A.O.A.C., 1971)

...

26

3

.

Kadar Lemak (Fardiaz et al.. 1986)

..

2 7 4

.

Pemisahan Asam Lemak Bebas

...

(Fardiaz et al.. 1986) 28 5

.

Esterifikasi Asam Lemak Bebas (Fardiaz et al.. 1986)

...

28

6

.

Analisis Asam Lemak Bebas dengan
(9)

Halaman

7

.

Ekstraksi Antioksidan dengan Metanol

(Hammerschmidt. 1 9 7 8 )

...

2 9

8

.

Pengukuran Aktivitas ~ n t i o k s i d a n

(Taylor dan Richardson. 1 9 8 0 )

...

3 0

C

.

MODEL RANCANGAN PERCOBAAN

...

3 2

A

.

FERMENTASI DAGING BIJI PICUNG

( P a n q i u m edule Reiwn.)

...

36

B

.

KADAR AIR

...

37

C

.

EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DAN PENGAMATAN

AKTIVITASNYA

...

4 0

...

D

.

LEMAK DAN ASAM LEMAK 48

V

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

5 5

..

A

.

KESIMPULAN

...

5 5

B

.

SARAN

...

5 6

LAMPIRAN

...

G0
(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16.

Daun picung

...

5

Buah picung

...

6

Struktur kimia asam hidnokarpat (A),

asam khaulmograt (B) dan asam gorlat

. . . .

(C) (Hilditch dan Williams, 1964) 9

Skema umum oksidasi lemak (Nawar,

1985)

...

12

Rumus struktur paradifenol dan ortodi-

fen01 (Winarno et al., 1980)

...

15

~ e a k s i antioksidan dengan gugus fenol

dan amina aromatik dengan radikal pe-

roksida (Ranney, 1979)

...

16

Reaksi antara radikal antioksidan

dengan radikal peroksida (Ranney,

1979)

...

17

Reaksi ion logam yang terlibat dalam

proses oksidasi (Ranney, 1979)

. . .

18

Diagram alir perlakuan fermentasi da-

ging biji picung

...

2 3

Drum dan gas burner zepplin untuk

perebusan daging biji picung segar

..

24

Penirisan dan pendinginan daging biji

picung yang telah direbus

...

25

Abu dapur (A) dan biji picung siap di-

...

fermentasi 25

Fermentasi daging biji picung

. . .

2 6

Diagram alir metode ekstraksi daging biji picung yang larut dalam metanol

(modifikasi metode Hammerschmidt, 1978) 3 2

Oksigenmeter

...

3 4
(11)

Halaman

Gambar 17

Gambar 18.

Gambar 19.

Gambar 2 0.

Gambar 21.

Gambar 22.

Gambar 23.

Gambar 24.

Gambar 25.

Gambar 26.

Gambar 27

Daging biji picnug hasil fermentasi 0,

14, 28 dan 4 2 hari yang telah dikering

bekukan (menurut arah jarum jam)

...

37

Grafik hubungan antara kadar air dengan

lamanya fermentasi daging biji picung 3 9

Pembentukan malonaldehid dari hasil ok- sidasi asam lemak tidak jenuh (Nawar,

1985)

...

43

Pengukuran faktor protektif

...

44

Reaksi asam linoleat dengan BHT (Nawar,

1985)

...

45

Hubungan nilai faktor protektif dengan lamanya fermentasi

. . .

47

Hubungan kadar lemak dengan lamanya

...

fermentasi 49

Distribusi asam lemak bebas dari daging biji picung hasil fermentasi di dapur

dan lama perebusan 80 menit

...

53

Distribusi asam lemak bebas dari daging biji picung hasil fermentasi di dapur

dan lama perebusan 40 menit

...

53

Distribusi asam lemak bebas dari daging biji picung hasil fermentasi di lab dan

lama perebusan 80 menit

...

54

Distribusi asam lemak bebas dari daging biji picung hasil fermentasi di lab dan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.

Lampiran 2a.

Lampiran 2 b .

Lampiran 2c.

Lampiran 2d.

Lampiran 2e.

Lampiran 3a.

Lampiran 3b.

Lampiran 3c.

Lampiran 3d.

Lampiran 3e.

Lampiran 4a.

Lampiran 4 b .

Lampiran 4 c .

Lampiran 4d.

Rekapitulasi data analisis fermentasi

daging biji picung

...

6 1

Daftar sidik ragam pengukuran kadar

air

...

62

Uji BNJ interaksi AxB pada pengukuran

kadar air

...

62

Uji BNJ interaksi AxC pada pengukuran

kadar air

...

6 3

Uji BNJ interaksi BxC pada pengukuran

kadar air

...

6 3

Uji BNJ interaksi AxBxC pada penguku-

ran kadar air

...

64

Daftar sidik ragam pengukuran faktor

protektif

...

65

Uji BNJ interaksi AxB pada pengukuran

faktor protektif

...

65

Uji BNJ interaksi AxC pada pengukuran

faktor protektif

...

6 6

Uji BNJ interaksi BxC pada pengukuran

faktor protektif

...

66

Uji BNJ interaksi AxBxC pada penguku-

ran faktor protektif

...

6 7

Daftar sidik ragam pengukuran kadar

lemak

...

68

Uji BNJ interaksi AxB pada pengukuran

kadar lemak

...

6 8

Uji BNJ interaksi AxC pada pengukuran

kadar lemak

...

69

Uji BNJ interaksi BxC pada pengukuran

(13)

Halaman

Lampiran 4e. Uji BNJ interaksi A x B x C pada penguku-

ran kadar lemak

...

7 0

Lampiran 5. Hasil analisis aktivitas antioksidan

dengan menggunakan alat oksigen meter 71

Lampiran 6a. Distribusi asam lemak bebas hasil

analisis dengan alat kromatografi gas 72

Lampiran Gb. Kromatogram asam lemak standar I

....

- 1 3

-

Lampiran Gc. Kromatogram asam lemak standar I1

...

7 4

Lampiran Gd. Kromatogram asam lemak standar I11

..

7 5
(14)

I. PENDAHULUAN

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mencegah

oksidasi lemak. Antioksidan dewasa ini telah banyak

digunakan untuk berbagai jenis makanan yang mengandung

lemak, baik antioksidan alami maupun buatan. Menurut

Ketaren (1986) antioksidan untuk bahan pangan harus

memenuhi persyaratan tertentu yaitu: (1) tidak beracun dan

tidak mempunyai efek fisiologis, (2) tidak menimbulkan

flavor yang tidak enak, rasa dan warna pada minyak atau

bahan pangan, (3) larut sempurna dalam minyak atau lemak,

(4) efektif dalam jumlah yang relatif kecil (menurut Food

& Drug Administration dosis yang diizinkan adalah 0.01 -

0.1%), dan (5) tidak mahal serta selalu tersedia.

Antioksidan yang sering dipergunakan dalam bahan

pangan umumnya berasal dari alam (natural antioksidan),

misalnya dsam sitrat, askorbat, tartarat, dan malat serta

lesitin. Perhatian kepada antioksidan alami semakin

meningkat dikarenakan berbagai alasan, antara lain: (1)

bahan alami diduga lebih aman daripada bahan sintetik, (2)

untuk menghindari bahan sintetik yang belum terjamin

keamanannya

,

(3) untuk menurunkan biaya, (4) untuk

mendapatkan sifat karakteristik yang sesuai dengan

keinginan (Dugan, 1980).

Banyak antioksidan alami yang telah ditemukan dari

(15)

bahwa ekstrak metanol panas dari Spanish peanut mempunyai

aktivitas antioksidan karena mengandung dihidroquersetin

(taxifolin). Houlihan et al. (1964) berhasil mengisolasi

dan mengidentifikasi senyawa antioksidan dalam daun

Rosmarinus officinalis L. sebagai rosmaridifenol yang

merupakan diterpendifenol. Pada pengujian memakai lemak

babi ternyata rosmaridifenol tersebut aktivitasnya lebih

besar daripada BHA (butylated hydroxyanisole). Satu tahun

kemudian Houlihan et al. berhasil mengisolasi dan

mengidentifikasi senyawa antioksidan lain dari daun

Rosmarinus officinalis L. sebagai rosmariquinon

(C19H2202). Taga et al. (1978) melaporkan bahwa ekstrak

metanol dari Chia seeds mempunyai potensi antioksidan.

Menurut penelitian Meiriyanto (1988) komponen yang

terdapat dalam biji picung (Pangium edule Reiwn.) sebelum

dan sesudah fermentasi memiliki sifat aktivitas

I

antioksidan sehingga dapat mencegah oksidasi bahan pangan.

Panghegar (1990) mengisolasi komponen antioksidan alami

dari daging biji picung, dan Adidjaja (1991) menganalisis

aktivitas antioksidan alami dari daginq biji picung pada

minyak kelapa. Penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui perubahan antioksidan dan komponen lemak pada

(16)

11. TINJAUAN PUSTAKA

A . B O T A N I P I C U I j G ( P a n g i u m e d u l e R e i n w . )

Nama P a n g i u m j e l a s b e r a s a l d a r i b a h a s a ' i e l a y u

P a n g i ; s e d a n g e d u l e b e r a s a l d a r i k a t a l a t i n e d e r e y a n g

b e r a r t i c a k a n d a n e d u l e b e r a r t i d a p a t d i m a k a n

( S u g i a n t o , 1 9 8 4 ) .

P i c u n g ( P a n q i u m e d u l e R e i n w . ) m e m p u n y a i nama

d a e r a h , s e p e r t i B a t a k : P a n g i ( D a i r i ) , H a p e s o n g ( T o b a ) -

I n d o n e s i a : K a p a y a n g , P a n g i ( M e l a y u ) , P u c u n g ( J a k a r t a ) -

M i n a n q k a b a u : K a p a y a n g , K a p e n c u e n g , K a p e c o n g , S i m a u n y -

L,avpunq: Kayu t u b a h b u a h - S u n d a : P a c u n y , P i c u n g - J a v a :

Pakem t u ) , P u c u n g - M a d u r a : P a k e m - B a l i : P a n g i -

Sumbawa: K a l o w a - B u g i s : P a n g i - T a n i m b a r : N a g a f u ( H e y n e ,

1 9 8 7 ) .

P i c u n g ( P a n g i u m e d u l e R e i w n . ) t e r m a s u k d a l a m j e n i s

t a n a m a n D i c o t y l e d o n a e ( t a n a m a n b e r k e p i n g d u a ) d a r i

d i v i s i S p e r m a t o p h y t a d e n g a n s u b d i v i s i A n g i o s p e r m a e

( t u n b u h a n b e r b i j i t e r t u t u p ) d e n g a n o r d o P a r i e n t a l i s ,

f a m i l i F l a c o u r t i a c e a e , g e n u s P a n g i u m d a n s p e c i e s P a n g i -

urn e d u l e R e i n w . ( B a c k e r d a n B r i n k

,

1 9 6 3 ) .

M e n u r u t K o o r d e r s d a n V a l e t o n y a n g d i k u t i p o l e h

I l e y n e (19;-) p o h o n p i c u n y t i n g g i n y a s a m p a i 4 0 a d a n h e s a r b a t a n c j n y a ( d e n ~ ~ a n b a n i r - b a n i r ) 2 . 5 0 m, t e i - s e b a r

d i s e l u r u h T J u s a n t a r a . P o h o n i n i t e r d a p a t t u m b u h l i a r

(17)

l a u t - c l i J a w a B a r a t b i a s a n y a h a n y a t u m b u h t e r p e n c a r -

d i t a n a m t e r u t a m a d i d a e r a h - d a e r a h b u k i t r e n d a h .

M e n u r u t M a n g o n t a n e t a l . ( 1 9 2 5 ) t a n a m a n p i c u n g d a p a t t u m b u h p a d a b e r b a g a i k o n d i s i t a n a h , b a i k d i d a e r a h

p i n g g i r a n s u n g a i , d a e r a h h u t a n j a t i , t a n a h y a n g k e r i n g

maupun t e r g e n a n g a i r , t a n a h b e r l e m p u n g d a n k a d a n y -

kaclang p d d a t a n a h y a n y b e r b a t u , d e n g a n 3 0 0 - 1 0 0 0 m d i .

a t a s p e r n u k a a n l a u t . Tanaman i n i d a p a t m e n j a d i b e s a r

d e n g a n d i a m e t e r b a t a n g d a p a t m e n c a p a i 2 . 5 m d a n t i n g g i m e n c a p a i 4 0 n .

D i b a g i a n p u n c a k p o h o n p i c u n g b a n y a k t e r d a p a t c a b a n g , d a n c a b a n g y a n g m a s i h mudah b e r b u l u . X u l i t

k a y u b e r w a r n a c o k l a t k e m e r a h a n a t a u a b u - a b u k e c o k l a t a n ,

l i c i n d a n k a d a n g - k a d a n g k a s a r d e n g a n b a n y a k c e l a h y a n g

m e n g e r a s ( K e n g , 1 9 6 9 )

.

M a n g o n t a n e t a l . ( 1 9 8 5 ) m e l a p o r k a n bahwa d a u n

p i c u n g t e r k u n p u l p a d a u j u n g r a n t i n g , b e r t a n g k a i p a n j a n g

pacla p o h o n n u d a h e r l e k u k t i g a , p a d a p o h o n t u a b u l a t

t e l u r l e h a r d e n g a n p a n g k a l y a n g t e r p a n c u n g a t a u b c r h e n -

t u k j a n t u n g , m e r u n c i n y , m e n g k i l a t d a n b e r w a r n a h i j a u

t u a , t u l a n g d a u n p a d a s i s i bawah m e n o n j o l . Daun p i c u n g

d a p a t d i l i h a t p a d a Gambar 1.

M e n u r u t B u r k i l ( 1 9 3 5 ) p o h o n p i c u n g s e j a k b e r u m u r

1 5 t a h u n b e r k x ~ a h t e r u s m e n e r u s s e p a n j a n g m u s i m . Buah

a g a k t i d a k s i v e t r i s , b e r h e n t u k b u l a t t e l u r d e g a n k e d u a

(18)

Gambar 1. Daun picung

Ukuran buah picung bervariasi dengan panjang 17-30 c m

dan lebar 7-10 cm atau lebih. Kulit buah berwarna

coklat kemerahan dengan permukaannya kasar dimana

terdapat ientisel. Tangkai buah berukuran panjang 8-15

cm denqan diameter 7-12 mm. Sugianto (1984) mengatakan

di dalam buah picung apabila sudah masak panjangnya

dapat mencapai 25 cm terdapat kira-kira 20 biji yang

(19)

. .

Gambar 2. Buah picung

B. KOMPOSISI DAN DAYA GUNA PICUNG

Picung pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk hasil

fermentasi, yang disebut kluwak. Komposisi kluwak,

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi gizi Kluwak setiap loog*)

Komponen Jumlah

Kalori (xal) 273.0

Protein (9) 10.0

Lemak (9) 24.0

Karbohidrat (g) 13.5

Kalsium (mg) 40.0

~ o s f or (m9) 100.0

Besi (mg) 2 . 0

Vit A (SI) 0.0

Vit C (mg) 30.0

Vit B1 (mg) 0.15

Air (9) 51.0

Bdd ( % ) 80.0

* ) Daftar Komposisi Bahan Makanan, Dir. Gizi

(20)

Menurut Sugianto (1984) baik daun, biji maupun bagian-bagian lainnya dari tanaman picung beracun. Hal

ini disebabkan oleh senyawa glikosida yang ada di

dalamnya, yaitu.ginokardin (C13HlgOgN). Karena penga-

ruh enzim ginokardase, maka senyawa tersebut mengalami

hidrolisis, dengan membebaskan HCN, seperti reaksi

berikut ini:

C H 0 N

+

H20

-

C6H804

+

CfHk206

+

HCN

gEok&Zin keton g u osa

Ginokardin glukosida dan enzim ginokardase seka-

rang masing-masing dikenal dengan nama sianogenik

glukosida dan enzim glukosidase (Muchtadi, 1989).

Menurut Hilditch dan Williams (1964) lemak biji

picung apabila diasamkan akan menghasilkan lemak siklik

yang tidak jenuh yaitu asam hidnokarpat (C16H2802) dan

asam khaulmograt (C18H3202), atau asam Z-siklopentena-

1-undekanoat dan asam 2-siklopentena-1-tridekanoat.

Asam gorlat (C18H3002) yang jumlahnya lebih sedikit

daripada kedua asam lemak di atas dalam kondisi

tertentu menyertai kedua asam lemak lainnya. Struktur

kimia asam hidnokarpat, asam gorlat dan asam

khaulmograt dapat dilihat pada Gambar 3. Asam lemak

siklik ini mempunyai sifat anti bakteri dengan keis-

timewaan mampu mengobati lepra, kudis dan beberapa

(21)

Menurut Rumphius yang dikutip oleh Heyne (1987)

kulit kayu pohon ini yang diramas-ramas dan ditaburkan

di perairan akan mematikan ikan, oleh sebab itu dipakai

sebagai tuba ikan. Demikian juga daunnya dapat dipakai

dengan cara yang sama untuk menangkap udang tanpa

membahayakan kesehatan, kemudian udang tersebut dapat

dimakan. Jika sepotong daging yang terdapat ulat di

dalamnya itu konon dibungkus dalam daun ini maka ulat-

ulat itu akan keluar dan mati.

Menurut Vorderman yang dikutip oleh Heyne (1987)

di Banten biji picung yang dicincang halus dan dijemur

selama 2-3 hari dipakai untuk mengawetkan ikan. Ikan

laut yang baru ditangkap yang berukuran sedang, diber-

sihkan perutnya di pantai oleh para pembeli dan setelah

itu rongga badannya diisi dengan cincangan tadi. Pada

dasar keranjang angkutan ikan dihamp.arkan selapis

cincangan biji picung dan di atasnya diatur selapis

ikan; lapisan ikan ini ditutupi dengan selapis cin-

cangan biji picung, di atasnya dipasang lagi selapis

ikan dan seterusnya sampai keranjang terisi penuh.

Untuk pengangkutan berjarak jauh maka para penjualnya

kadang-kadang menggunakan satu bagian qaram dan tiga

bagian picung, akan tetapi kadang-kadang hanya memakai

(22)

Gambar 3. Struktur kimia asam hidnokarpat (A), asam khaulmograt (B) dan asam gorlat

(C) (Hilditch dan Williams, 1964)

Di dalam buah picung terdapat banyak biji besar,

berwarna kelabu berbentuk telur limas dan keras. Dalam

biji terdapat daging biji yang banyak mengandung lemak

(Mangontan et al., 1985). Di daerah-daerah yang jarang

ada kelapa sering kali minyak biji-biji picung dipakai

sebagai pengganti minyak kelapa. Biji-biji yang masak

mula-mula direbus dalam air selama dua atau tiga jam

dan sesudah itu dikupas, serta dibuangi noda-noda hitam

dalam inti biji. Inti biji kemudian direndam dalam air

selama 24 jam, lalu dijemur di bawah sinar matahari

sehingga minyaknya keluar jika dipijit dan akhirnya

dikempang. Jika minyak tidak disimpan dalam botol yang

terisi penuh niscaya akan cepat menjadi tengik. Untuk

(23)

dipanaskan dan dikerinqkan terlebih dahulu serta

selanjutnya dijaqa agar minyaknya itu janqan sampai

banyak terguncang dan dipanaskan dua hari sekali

(Heyne, 1987).

Menurut Vorderman yang dikutip oleh Heyne (1987)

juqa menqemukakan bermacam cara untuk dapat memakan

bijinya. Biji tadi dengan sendirinya harus dibebaskan

dari sianida yanq beracun. Cara yanq dilakukan adalah

sebagai berikut: buahnya yang masak dan jatuh dengan

sendirinya disimpan selama 10-14 hari sehinqqa buahnya

menjadi busuk. Kemudian bi j i-bi j inya dipisahkan,

dicuci dan direbus cukup lama. Setelah dingin biji-

biji ini diselaputi abu dan ditumpuk dalam lubang luar

rumah, lubang tadi ditutupi dengan daun pisanq dan

ditimbuni tanah. Biji-biji itu dibiarkan terkubur

selama 40 hari, sesudah itu digali keluar dan setelah

dicuci bersih dibawa ke pasar untuk dijual sebaqai

kluwak. Isinya berwarna coklat berlemak dan licin,

rasanya tidak enak, akan tetapi untuk pindanq dan

samba1 sebagai lauk nasi, kluwak sangat digemari.

C. OKSIDASI

Kerusakan oksidatif pada bahan makanan yanq menqan-

dung lemak merupakan masalah yanq pentinq karena dapat

(24)

bahkan produk teroksidasi dapat beracun. Sebaliknya,

oksidasi lemak pada batas tertentu kadang-kadang di-

inginkan, seperti pada keju khusus dan aroma pada

makanan yang digoreng (Nawar, 1985). Kerusakan lemak

yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang

disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan

oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh

dalam lemak (Winarno, 1988).

Menurut Nawar (1985) mekanisme oksidasi pada lemak

terdiri dari tiga tahap yaitu inisiasi (pembentukan

peroksida), propagasi (dekomposisi peroksida) dan

terminasi (penghentian reaksi). Skema umum oksidasi

lemak secara jelas dapat dilihat pada Gambar 4. Menurut

teori yang sampai kini masih dianut orang, sebuah atom

hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang

letaknya di sebelah atom karbon lain yang mempunyai

ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh sudtu kuantum

energi sehingga membentuk radikal bebas. Kemudian

radikal ini dengan O 2 membentuk peroksida aktif

yany dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat

sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa

dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh energi yang

lebih tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim.

Senyawa-senyawa dengan'rantai karbon yang lebih pendek

(25)

O 2 dimer, polimer,

RH

/

siklik peroksida,

komponen hidroperok&ida

i

I

s pemecahan

s aldehid, keton,

1

i hidrokarbon, furan,

asam.

Komponen-

komponen asiklik dan siklik

[ROOHI

I

t-'

OH

dimer

,

ROOR,

ROR +

&]

---+

komponen-komponen keto, hidroksi

I

dan epoksi

pemecahan

I

1

aldehid radikal alkil

1

semialdehid

J

.

4

atau

I---!

11

okso-eter

O2 kondensasi hidrokarbon

I

I

i2

4, .L

hidrokarbon alkiltrioksan terminal ROOH 4,

aldehid dan dioksidan

rantai-pendek hidrokarbon

.1

asam aldehid

epoks i alkohol

(26)

yang bersifat folatil dan menimbulkan bau tengik pada

lemak (Winarno et al., 1988). Menurut Labuza (1971)

yang dikutip oleh Ragnarsson et al. (1977) reaksi

oksidasi yang terjadi pada lemak tidak jenuh dapat

menyebabkan hilangnya asam lemak esensial, pemecahan

beberapa vitamin dan pigmen, dan dapat pula menurunkan

nilai biologis protein.

Adanya panas dapat merangsang atau menstimulir

reaksi oksidasi. Semakin tinggi suhu kecepatan oksida-

si akan semakin bertambah. Sinar juga dapat memperce-

pat oksidasi, sinar ultra violet lebih aktif dalam

mempercepat oksidasi daripada sinar-sinar tampak

(visible light) karena sinar ultra violet mempunyai

panjang gelombang yang lebih kecil sehingga energinya

lebih besar (Winarno et al., 1980).

Menurut Stuckey (1977) jalannya autooksidasi lemak

dan hasil produk akhirnya tergantung pada besarnya

tingkat kondisi yang sedang berlangsung seperti

temperatur, katalis, jenis asam lemak, distribusi dan

bentuk geometri ikatan rangkap dan jumlah oksigen

tersedia. Dan Winarno et al. (1980) mengatakan kece-

patan oksidasi lemak tergantung dari jenis asam

lemaknya, adanya antioksidan, adanya prooksidan

(katalis) dan faktor-faktor lainnya. Beberapa Zat

kimia seperti ozon, peroksida, serta logam-logam

(27)

dapat mempercepat oksidasi lemak. Beberapa enzim

tertentu, misalnya lipoksidase juga dapat bertindak

sebagai katalis dalam reaksi oksidasi lemak.

D. ANTIOKSIDAN

Kata antioksidan digunakan pada semua senyawa

yang dapat mencegah reaksi oksidasi tanpa memperhatikan

mekanismenya. Lebih jauh lagi, terminologi antioksidan

pangan sering digunakan untuk menunjukkan komponen yang

dapat mengganggu rantai reaksi radikal bebas yang

terlibat dalam reaksi oksidasi lemak (Lindsay, 1985)

dalam tulisan ini yang dimaksud antioksidan adalah zat

yang dapat memperlambat atau mencegah reaksi autooksi-

dasi pada lemak. Winarno et al. (1980) mengatakan

antioksidan adalah senyawa yang biasanya mengandung

orto atau para difenol, seperti terlihat pada Gambar 5.

Menurut Winarno (1988) antioksidanqdibagi menjadi

antioksidan primer dan antioksidan sekunder. Antioksi-

dan primer adalah suatu zat yang dapat menghentikan

reaksi berantai pembentukan radikal yang melepaskan

radikal hidrogen, seperti tokoferol, lesitin, fosfati-

da, sesamol, gosipol, asam askorbat, BHT, PG dan NDGA.

Antioksidan sekunder adalah suatu zat yang dapat mence-

gah kerja prooksidan sehingga dapat digolongkan sebagai

(28)

para difenol orto difenol

Gambar 5. Rumus struktur paradifenol dan

ortodifenol (Winarno et al., 1980)

Adapun Ranney (1979) mengklasifikasikan antioksi-

dan atas tiga bagian berdasarkan prinsip kerjanya dalam

mencegah terjadinya proses oksidasi, pertama adalah

antioksidan yang mempunyai gugus fen01 dan amina aroma-

tik sebagai contoh adalah BHT, BHA, metilen bisfenol

dan difenilamin, yang bekerja dengan cara berinteraksi

dengan radikal bebas yang terdapat dalam sistem yang

membentuk produk substrat non radikal dan suatu radikal

fenoksi atau fenimino melalui pemberian atom hidrogen

yang dimiliki antioksidan terhadap radikal substrat

seperti yang terlihat pada Gambar 6.

Jika radikal antioksidan yang dihasilkan cukup

stabil atau secara sterik dicegah dari reaksi

berikutnya, maka radikal antioksidan tersebut tidak

akan bekerja sebagai suatu initiator dari reaksi

berikutnya. Pada kenyataannya adalah mungkin bereaksi

dengan reaksi bebas kedua dalam sistem sehingga

bereaksi dengan reaksi rantai dua radikal seperti yang

(29)

Gambar 6. Reaksi antioksidan dengan gugus fen01 dan amina aromatik dengan radikal

peroksida (Ranmy, 1979)

Kedua adalah antioksidan yang berfungsi dengan

cara yang sama untuk menghilangkan molekul-molekul

hidroperoksida dari sistem. Caranya adalah melalui

suatu mekanisme yang tidak melibatkan radikal-radikal

bebas. Molekul-molekul hidroperoksida RaOOH diikat

oleh antioksidan melalui ikatan hidrogen dan susunan

sterik sehingga terjadi suatu migrasi ikatan untuk

menghasilkan suatu alkohol dari suatu bentuk teroksida-

si dari tio eter. Contoh jelas dari antioksidan ini

adalah dilauril tiodipropionat (DLTDP). Molekul ini

mengandung atom sulfur peroksidasi yang mampu bereaksi

dengan molekul hidroperoksida berikutnya. Model kerja

ini menempatkan grup hidroksil ke dalam sistim atau

substrat. Juga dikenal fenomena sinergis, yaitu

(30)

radikal bebas dan lainnya merupakan pengurai hidroper-

oksida digunakan secara kombinasi, maka pengaruh kese-

luruhan melebihi penggunaan masing-masing secara terpi-

sah.

Gambar 7 . Reaksi antara radikal antioksidan

dengan radikal peroksida (Ranney, 1 9 7 9 )

Ketiga adalah antioksidan yang dapat menginaktiva-

si logam yang dapat mencegah terjadinya oksidasi.

Inisiasi oksidasi bisa dihasilkan oleh reaksi pertu-

karan elektron antara substrat dan ion logam bervalensi

banyak. Pada Gambar 8 ion logam direduksi dan

(31)

18

dapat dioksidasi kembali oleh oksigen dari udara atau

melalui mekanisme lain untuk menghasilkan katalis

oksidasi.

oksidasi

M(n-l)+ > Mn+

Gambar 8. Reaksi ion logam yang terlibat dalam

proses oksidasi (Ranney, 1979)

Antioksidan yang umum digunakan langsung pada

makanan adalah grup fenol kecuali etoksikuin yang

merupakan seriamine. Metode analisa untuk menentukan

adanya antioksidan pada makanan pada dasarnya :

1. Separasi fenol denqan cara ekstraksi, destilasi,

presipitasi atau kromatografi.

2. Pengukuran kuantitatif dengan kolorimeter, UV, infra

merah atau teknik yang lainnya (Stuckey, 1977)

Ditinjau dari segi biokimia, fermentasi merupakan

aktivitas mikroorganisme untuk memperoleh energi yang

diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhannya melalui

pemecahan atau katabolisme terhadap senyawa-senyawa

organik secara anaerobik. Untuk memperoleh energi

(32)

penerima elektron. Dari segi mikrobiologi industri,

fermentasi adalah proses untuk menghasilkan berbagai

produk dengan perantara atau dengan melibatkan

mikroorganisme (Rachman, 1989). Buckle et al,. (1978)

menambahkan bahwa fermentasi adalah perubahan kimia

balam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim. Enzim

yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme atau

telah ada dalam bahan pangan

Menurut Pratt (1972) ekstrak air panas dari

konsentrat protein kedelai, tepung kedelai yang

dihilangkan lemaknya, dan kacang kedelai segar maupun

kering cukup besar aktivitas antioksidannya. Gyorgy et

al., (1964) telah mengisolasi dan mengidentifikasi tiga

antioksidan alami yang terkandung di dalam kedelai

terfermentasi (tempe), yaitu 6,7,4'-trihidroksi iso-

lavon (faktor-Z), 7,4-dihidroksi isoflavon (daidzein)

,

3

dan 5,7,4'-trihidroksiisoflavon (genestein). Menurut

Hammerschmidt dan Pratt (1978) terdapat senyawa

flavonoid yang tidak lazim yaitu 6,7,4'-trihidroksi

isof lavon yang dapat diisolasi dari kedelai

terfermentasi (tempe)

,

dan memiliki aktivitas

antioksidan. Daidzein dan genestein terdapat secara

alami pada kedelai mentah, sedangkan faktor-2 belum

dapat diisolasi pada kedelai mentah (Pratt dan Birac,

1979). Keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa

(33)

sebelum proses fermentasi (Gyorgy et al., 1984).

Dalam proses pembuatan daging bi j i picung

terfermentasi mula-mula biji picung segar direbus, lalu

dibungkus dengan abu sisa pembakaran kayu kemudian

dipendam selama 40 hari agar terjadi fermentasi

(Burkill, 1935) Menurut Meiriyanto (1988) aktivitas

antioksidan dari daging biji picung fermentasi memper-

lihatkan peningkatan aktivitas antioksidan dari mulai

hari k e no1 sampai ka 40 hari fermentasi. Berdasarkan

proses pembuatan yang melalui tahap perebusan, maka

dapat diduga bahwa senyawa antioksidan alami yang

(34)

111. BAHAN D A N METODE PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah biji picung (Pangium edule Reinw.) segar

yang diperoleh dari daerah Ciampea, Bogor. BHT

(Eastman Chemical Product Inc., Kingsport,

TENNESE), Petroleum eter p.a., Dietil eter p.a.,

(MERCK, Darmstadt) diperoleh dari laboratorium

kimia PAU Pangan dan Gizi. BF3-Metanol, Etanol,

NaC1, Na2C03, H2SOq diperoleh dari laboratorium

Kimia Pangan Teknologi Pangan Dan Gizi, Darmaga,

Bogor. Asam linolenat dari Cica Kamto Chemical Co.

Inc., Tokyo Japan. n-heptadekanoat diperoleh dari

Nacalai Tesque. Inc., Kyoto Japan.

2. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah: warning blender, freeze Drier (NEOCOOL-

Yamato, Tokyo, JAPAN, kromatografi gas (Shimadzu

GC-9Am), biological oxygen monitor YSI model 53

(Yellow Spring Instrument Co., Inc., Ohio, USA),

thermostat model CB - 500 ts. (Riko-Kagaku Sangyo

(35)

polyrecorder EPR - 111A, Tokyo, JAPAN), soxhlet,

kertas saring Whatman No.42, neraca analitis, dan

alat-alat gelas untuk keperluan analisis.

B. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini dilakukan perlakuan fermentasi

daging biji picung, pengamatan dan analisis sebagai

berikut :

1. Perlakuan fermentasi

Percobaan yang dilakukan untuk mempelajari

fermentasi biji picung adalah mengkombinasikan

faktor tempat fermentasi, waktu perebusan dan

lamanya fermentasi secara faktorial. Lama

perebusan terdiri atas dua taraf yaitu 80 menit

(Ao) dan 40 menit (Al), tempat fermentasi terdiri

atas dua taraf yaitu di'dapur asal (Bo) dan di

laboratorium (Bl), lamanya fermentasi terdiri dari

7 taraf yaitu masing-masing 0, 7 , 14, 21, 28, 35

dan 42 hari (Co, C1, C2, C3, C4, C5 dan CG) dengan

suhu perebusan tetap. ~ i a g r a m alir perlakuan

(36)

Biji picung

I

6 perebusan

80 menit dan 10 menit

I

penirisan

1

penaburan abu dapur

I

j.

fermentasi

di dapur dan di laboratoriun I

.I

pengambilan contoh

masing-masing dengan lama fermentasi

0, 7, 14, 21, 28, 3 5 dan 42 hari

I

i.

analisis kadar air

I

1

pengering bekuan

I

I

6 .

analisis leblh lanjut

P

Gambar 9. Diagram alir perlakukan fermentasi daging

biji picung

Pada penelitian ini perebusan biji picung

dilakukan di dalam drum besar yang telah dipotong

setengah tingginya. Untuk merebus seribu biji

picung diperlukan air i 3 0 liter, dan suhu air

selama perebusan 9 g 0 c . Sumber panas untuk

perebusan ini berasal dari api kompor uap minyak

tanah yang dikenal dengan sebutan g a s burner

zepplin (Gambar 10). Setelah perebusan selesai (80

(37)

d i n g i n d e n g a n s e n d i r i n y a (Gambar 1 1 ) . S e t e l a h d i n g i n b a r u b i j i p i c u n g t e r s e b u t d i t a b u r i d e n g a n

a b u d a p u r (Gambar 1 2 d a n 1 3 ) . C o n t o h yang d i a m b i l m a s i n g - m a s i n g 2 5 b i j i , d i u k u r k a d a r a i r n y a d a n s i s a n y a d i k e r i n g b e k u k a n u n t u k d i a n a l i s i s l e b i h

l a n j u t .

(38)

Gambar 11. P e n i r i s a n d a n p e n d i n g i n a n d a g i n g b i j i p i c u n g y a n g t e l a h d i r e b u s

-

(39)

Gambar 1 3 . F e r m e n t a s i d a g i n g b i j i p i c u n g

2 . K a d a r a i r (A.O.A.C., 1 9 7 1 )

K a d a r a i r c o n t o h d i t e n t u k a n s e b a g a i b e r i k u t ,

c o n t o h d i t i m b a n g s e b a n y a k 2 gram d a n d i k e r i n g k a n d a l a m o v e n p a d a s u h u I O S ~ C , p e n g e r i n g a n d i l a k u l c a n

s a m p a i b e r a t n y a k o n s t a n .

IZadar a i r c o n t o h d a p a t d i h i t u n g d e n g a n

menggunakan rumus :

k a d a r a i r = a-b x 100%

C

a = b e r a t wadah d a n b a h a n n u l a - m u l a

b= b e r a t wadah d a n b a h a n s e t e l a h k e r i n g

(40)

Tiga gram sampel ditimbang langsung dalam

saringan timbel lalu dilipat diletakkan dalam alat

ekstraksi soxhlet yang kering, dilakukan reflux

selama 5 jam. Lemak yang diperoleh dipanaskan

dalam oven pada suhu 1 0 5 ~ ~ sampai berat konstan.

Kadar lemak contoh dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

kadar lemak = berat lemak x 100%

berat sampel

4. Pemisahan Asam Lemak Bebas (Fardiaz et al., 1986)

Minyak diekstrak dengan dietil eter,kemudian

asam lemak bebas dipisahkan dengan metode Mattick

dan Lee (1959).

Ke dalam satu gram contoh minyak di dalam

corong pemisah ditambahkan berturut-turut 8 4mg n-

heptadekanoat, 35 ml campuran dietil eter dan

petroleum eter (1:1), 6.5 ml etanol dan 12.5 mg

Na2C03 1%. Air dipisahkan dari lapisan eter.

Lapisan eter tersebut diekstraksi kembali masing-

masing dengan:

(1) 1.5 ml etanol 95%

+

7.5 ml Na2C03 1%

(2) 1.5 ml etanol 95% + 5 ml Na2COj 1%

(3) 6.5 ml air destilata.

(41)

pemisah baru, ditambahkan 1.5 ml H2S04 10% dan

diekstrak dengan 12.5 ml campuran pelarut dietil

eter:petroleum eter (1:l). Lapisan eter dipisahkan

k e dalam botol kecil bertutup dengan volume 5 ml

dengan melewati kertas saring Whatman no.1 yang

berisi beberapa gram Na2S04 anhidrat. Pelaruf

diuapkan dengan cara melewatkan gas N2 k e dalan

botol, dan ekstraksi dengan 12.5 ml campuran

petroleum eter dan dietil eter (1:l) dilakukan tiga

kali dengan pelarut segar.

5. Esterifikasi Asam Lemak Bebas (Fardiaz et al., 1986)

Sebelum dianalisa dengan kromatografi gas,

asam-asam lemak bebas diesterifikasi dengan tujuan

supaya asam lemak tersebut mudah diuapkan. Asam

lemak bebas yang diperoleh ditimbang sebanyak 5-15

mg di dalam vial, ditambah BF3-metanol sebanyak 0.S

ml dan dipanaskan pada suhu 65-70°c selama satu

jam. Kemudian k e dalam vial tersebut ditambahkan

larutan NaCl jenuh sebanyak 0.4 ml dan diaduk

merata. Sesaat sebelum diinjeksikan k e dalam

kromatografi gas, k e dalam vial ditambahkan 0.4 ml

petroleum eter. Lapisan atas dari larutan ini

diambil sebanyak 5-10 p 1 untuk diinjeksikan k e

(42)

6 . Analisis Asam Lemak Bebas dengan Kromatografi Gas

(Fardiaz et al., 1986)

Analisis asam lemak bebas dilakukan dengan

menggunakan alat kromatografi gas model Shimadzu

GC-9Am. Jenis kolom yang digunakan adalah SP233O

(10% phenyl, 90% cyanopropyl) dengan dimensi kolom

250

x

0.5 x 0.3 cm. Ukuran injektor yang digunakan

5 p 1 dan suhu injektor 2 3 0 ~ ~ . Gas karier adalah

nitrogen dengan "flow rate" 20 mllmenit, tekanan

gas H2 dan O2 masing-masing dipasang pada tekanan

0.6 kg/cm2 dan 0.2 kg/cm2. Suhu kolom 1 5 0 - 1 8 0 ~ ~

(15 menit), 1 8 0 - 2 1 0 ~ ~ (24 menit) dan terakhir

2 3 0 ~ ~ . Detektor yang digunakan adalah jenis FID

(Flame Ionization Detector).

7. Ekstraksi Antioksidan dengan Metanol (Hammerschmidt,

Untuk menentukan aktivitas antioksidan,

percobaan diawali dengan prosedur ekstraksi dari

komponen daging biji picung (Panqium edule Reinw.)

yang larut dalam metanol. Prosedur ekstraksi

menggunakan metode Hammerschmidt (1978) dengan

sedikit modifikasi seperti Gambar 14. Hasil

ekstraksi kemudian diukur aktivitas antioksidannya

(43)

penambahan 125 ml metanol

I

penghancuran

(2 menit)

I

J.

pengocokan semalam

pemanasan

(5 menit)

I

.L

penyaringan dengan Whatman no.42 pencucian residu dengan 25 ml metanol

panas

I

4.

ekstrak (150 ml)

Gambar 14. Diagram alir metode ekstraksi daging biji picung yang larut dalam metanol (modifikasi me- tode Hammerschmidt, 1978)

1

8. Pengukuran Aktivitas Antioksidan (Taylor dan

Richardson, 1980)

Aktivitas antioksidan ditentukan dengan

menggunakan oksigenmeter (metode aktivitas

oksigen)

.

Sampel sebanyak 0.2 ml dilarutkan dalam

5 ml air jenuh oksigen dan ditambah asam linolenat

sebanyak 53 mg (36 mM). Untuk kontrol dipergunakan

asam linolenat 36 mM dilarutkan dalam 5.2 ml air

jenuh oksigen, dan sebagai pembanding dipergunakan

(44)

jenuh oksigen juga dengan penambahan asam linolenat

sebanyak 53 mg.

Air jenuh oksigen diperoleh dengan cara

memberikan udara k e dalam air suling dengan bantuan

pompa udara (aspirator) selama 1.5 jam. dapun

cara kerja analisis aktivitas antioksidan dengan

menqgunakan oksigenmeter adalah sebagai berikut:

(1) menghubungkan alat ke arus listrik,' (2)

menghidupkan sirkulator (penangas air dengan

temperatur konstan 3g0c)

,

(3) menghidupkan

oksigenmeter, (4) memutar tombol k e ampermeter, (5)

memasukkan 5 ml air jenuh oksigen dengan pengaduk

magnet ke dalam tabung contoh, (6) membiarkan

selama tiga menit sampai temperatur seimbang, (7)

memasukkan sensor k e dalam tabung contoh, mengelu-

arkan seluruh udara melalui lubang kecil (dibantu

dengan sedikit memutar batang sensor), batas

larutan plunger berada di tengah over flow groove

(8) menyalakan pengaduk magnetik, (9) menempatkan

skala pada 0% dengan mengatur tombol amper nol,

(10) menempatkan perekam pada skala nol, (11)

memutar tombol selektor k e posisi air, dan

menempatkan skala pada loo%, (12) menempatkan

perekam ke skala maksimum dengan menggunakan

recorder adjust, (13) memperhatikan . kestabilan

(45)

bebas gangguan (noise), (14) memasukkan kontrol/

sampel/pembanding (total volume 5.2 ml) dan

pengaduk magnetik k e dalam tabung contoh, (15)

memasukkan sensor ke dalam tabung contoh, dan (16)

membiarkan selama 90 menit, dan laju penangkapan

oksigen tercatat oleh perekan. Oksigen meter

ditunjukkan pada Gambar 15, sedangkan sensor dan

ruang contoh diperlihatkan pada Gambar 16.

Hasil analisis aktivitas antioksidan dengan

mengyunakan oksigenmeter dinyatakan sebagai faktor

protektif, yaitu perbandingan lamanya waktu (menit)

oksidasi yang terjadi pada emulsi dengan penambahan

antioksidan dengan lamanya waktu (menit) oksidasi

yang terjadi pada kontrol.

C . MODEL RANCANGAN PERCOBAAN

Model rancangan percobaan yang digunakan adalahl

rancangan faktorial di dalam rancangan acak lengkap.

Modelnya adalah:

Y . . = p + A . + 6 . + Ck + ( A S ) . . + (AC)ik + ( 6 C ) j k + ( A S C ) i j k + L , ( i j k )

Ijkt 1 1 I J

dengan

'ijkl = peubah respon karena pengaruh bersama

taraf ke-i faktor A , taraf ke-j faktor

B, taraf ke-k faktor C yang terdapat

(46)

= pengaruh rata-rata yang sebenarnya

= pengaruh tambahan dari taraf ke-i fak-

tor A

= pengaruh tambahan dari taraf ke-j fak-

tor B

= pengaruh tambahan dari taraf ke-k fak-

tor C

= pengaruh tambahan dari interaksi anta-

ra taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j

f aktor B

= penqaruh tambahan dari interaksi anta-

ra taraf ke-i faktor A dan taraf ke-k

f aktor C

= pengaruh tambahan dari interaksi anta-

ra taraf ke-j faktor B dan taraf ke-k

f aktor C

= pengaruh tambahan dari interaksi anta-

ra taraf ke-i faktor A , taraf ke-j

faktor B dan taraf ke-k faktor C

= pengaruh tambahan dari satuan percoba-

an ke-1 dalam kombinasi perlakuan

(47)
(48)

RUBBER

PROBE CLAMP

HOLD DOWN RING

SHOULDER SCREW

BATH COVER

OVERFLOW GROOVE

;i

ACCES SLUT

MAGNETIC S T I R R E R

(49)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. FERMENTASI DAGING BIJI PICUNG (Panqium edule Reiwn.)

Menurut Sugianto (1984) daging biji picung dapat

dimakan, asal dibebaskan dahulu HCN-nya. Caranya ialah

dengan merebus dahulu biji buah picung yang sudah masak

(sebaiknya buah yang telah jatuh dari pohon dengan

sendirinya). Biji-biji tersebut kemudian ditanam dalam

tanah, kira-kira 40 hari lamanya.

Selama perebusan suhu tidak boleh turun, sehingga

besarnya api harus diperhatikan, dan air pada awal

perebusan harus cukup karena bila kekurangan air,

sewaktu perebusan berjalan tidak boleh ditambah air

dingin. Kalau ha1 ini dilakukan biasanya daging biji

picung hasil fermentasi masih terasa pahit, yang

i menandakan HCN belum semuanya dibebaskan.

Abu dapur ialah abu yang dihasilkan dari pembakaran

kayu bakar. ~iasanya abu ini merupakan limbah rumah

tangga yang memasak makanannya menggunakan tungku kayu

bakar. Abu ini berguna untuk melindungi biji picung

selama fermentasi dari fluktuasi kelembaban udara

karena abu dapur bersifat higroskopis.

Warna daging biji picung hasil fermentasi 0, 7,

14, 21, 28, 35 dan 42 hari semakin lama semakin coklat

tua (Gambar 17). Hasil analisa kadar air, kadar lemak

(50)

d i f e r m e n t a s i s e l a m a 0, 7 , 1 4 , 2 1 , 28, 35 dan 42 h a r i d i s a j i k a n pada Lampiran 1.

Gambar 1 7 . Daging b i j i p i c u n g h a s i l f e r m e n t a s i 0 , 1 4 , 28 dan 42 h a r i y a n g t e l a h d i k e r i n g bekukan

( m e n u r u t a r a h jarum jam)

B . KADAR A I R

H a s i l a n a l i s i s k a d a r a i r d a r i d a g i n g b i j i p i c u n g

dengan p e r e b u s a n selama 80 m e n i t dan t e m p a t f e r m e n t a s i

d i d a p u r pada h a r i k e no1 s e b e s a r 55.11%, s e d a n g k a n

pada h a r i k e 4 2 b e r u b a h m e n j a d i 4 1 . 7 4 % . Demikian j u g a

u n t u k d a g i n g b i j i p i c u n g yang d i r e b u s s e l a m a 8 0

m e n i t , d i f e r m e n t a s i d i l a b o r a t o r i u m pada h a r i k e no1

(51)

3 9 . 0 8 % . Kadar air daging biji picung yang direbus

selama 4 0 menit dan fermentasi dilakukan di dapur pada

hari ke no1 sebesar 6 0 . 5 6 % turun menjadi 3 8 . 6 6 % pada

fermentasi hari ke 42. Kadar air daging biji picung

yang direbus selama 40 menit dan fermentasi dilakukan

di laboratorium ternyata mengalami peningkatan dari

5 6 . 0 9 % pada hari ke no1 menjadi 62.64% pada hari ke 42.

Hasil percobaan Buchner menunjukkan bahwa

fermentasi akan terjadi apabila terdapat aktivitas

enzim (Rachman, 1 9 8 9 ) . Buckle et al. (1978) mengatakan

berkurangnya reaksi enzimatis disebabkan oleh

berkurangnya gerakan dari substrat untuk meresap ke

bagian aktif dari enzim. Walaupun bagian aktif dari

enzim tetap berfungsi sekalipun nilai a, sangat rendah,

substrat dan bahan pereaksi lainnya seperti air, harus

cukup mampu bergerak untuk mencapai bagian tersebut.

Winarno (1988) menyatakan kadar air semakin tinggi

mengakibatkan aktivitas enzim akan semakin tinggi.

Dari pengamatan kadar air dan perhitungan statis-

tika dengan uji-F pada tingkat kepercayaan 9 9 % ,

diperoleh bahwa kadar air dipenqaruhi oleh lama

perebusan dan lamanya fermentasi, tetapi tidak

dipengaruhi oleh tempat fermentasi. Diduga faktor

lingkungan tempat fermentasi tidak banyak berpengaruh

(52)

hampir sama dan selama fermentasi biji picung ditutup

oleh abu dapur. Baik perebusan selama 80 menit maupun

40 menit mempunyai kadar air semakin rendah bila

fermentasi semakin lama (Gambar 18).

Penurunan kadar air ini diduga disebabkan oleh

penguapan yang terjadi selama fermentasi. Penquapan

ini terjadi melalui kulit biji picung bagian bawah yanq

kerapatannya lebih rendah dibandinqkan bagian kulit

lainnya.

A 1 : u a k t u peretusan 80 m e n i t A2 : v a k t u perebusan 40 m n i t

61 : tempat fermentasi d i d a p r

i

I 02 : tempat fermentasi d i Laboratoriun

0

0 7 14 21 2 8 36 4 2

lama fermentas1 (harl)

- A181 + A 1 2 A ,4251 ,4252

!

Gambar l a . Grafik hubungan antara kadar air dengan

(53)

C. EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DAN PENGAMATAN AKTIVITASNYA

Masing-masing daging biji picung terfermentasi

yang telah dikering-bekukan (sebanyak 20 gram)

diekstrak dalam metanol (150 ml) sehingga didapatkan

13.3% b.k (w/v). Ekstraksi ini bertujuan untuk

melarutkan komponen antioksidan yang larut dalam

metanol. Meiriyanto (1988) telah berhasil membuat

ekstrak aaging biji picung yang mempunyai aktivitas

antioksidan menggunakan pelarut metanol. Demikian juga

Panghegar (1990) telah berhasil mengisolasi antioksidan

dari ekstrak metanol daging biji picung, serta Adidjaja

(1991) berhasil membuat kristal antioksidan dari ekstrak metanol daging biji picung.

Chang et al. (1977) telah mencoba berbagai pelarut

untuk mengisolasi antioksidan dari rosemary dan sage.

Ekstraksi dengan pelarut polar metanol mendapatkan

hasil komponen antioksidan murni tertinggi.

Hammerschmidt dan Pratt (1978) mengekstrak antioksidan

fenolik dari kedelai kering menggunakan metanol.

~ e m i k i a n juga Taga et al. (1984) melakukan ekstraksi

komponen antioksidan fenolik dari Salvia bispanica L.

dengan metanol.

Ekstrak yang dihasilkan dari daging biji picung

terfermentasi memiliki warna kuning kecoklatan.

Semakin lama fermentasi dllakukan warna ekstrak semakin

(54)

dengan metode penurunan intensitas warna 13-karoten,

warna ini perlu dihilangkan karena mengganggu

pengukuran intensitas warna 8-karoten. Penghilangan

warna dapat dilakukan dengan menggunakan karbon aktif.

Dalam penelitian ini tidak dilakukan penghilangan warna

karena metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas

antioksidan adalah metode aktivitas oksigen (oksigen-

meter). Dengan metode ini warna tidak mempengaruhi

hasil analisis.

Pada prinsipnya analisis aktivitas antioksidan

dengan menggunakan metode aktivitas oksigen didasarkan

atas reaksi reduksi oksidasi dalam emulsi asam linoleat

dengan air jenuh oksigen pada suhu 3g0c. Penambahan

antioksidan k e dalam emulsi mengakibatkan waktu yang

dibutuhkan untuk menangkap oksigen yang terlarut

dibandingkan dengan emulsi tanpa penambahan antioksidan

1

lebih lama (Taylor dan Richardson, 1980). Laju

penangkapan oksigen oleh sensor (probe) berbanding

lurus dengan arus yang dihasilkan. Reaksi yang terjadi

adalah sebagai berikut:

O2

+

2H20 4- 4e--40H- (katoda)

4Ag

+

4C1-

'

4AgC1

+

4e- (anoda)

Oksigen dapat bereaksi dengan katoda karena ada

arus yang mengalir melalui sensor, yang sebanding

(55)

dari teflon dan silikon yang permeabel terhadap

oksigen. Pada saat oksigen diserap oleh katoda,

tekanan oksigen pada membran adalah nol. Dengan

demikian terjadi gaya yang menyebabkan oksigen

berdifusi melalui membran, besarnya setara dengan

tekanan absolut dari oksigen di luar membran. Jika

tekanan oksigen meningkat oksigen akan banyak berdifusi

melalui membran sehingga arus yang mengalir melalui

sensor semakin besar. Demikian sebaliknya tekanan

oksigen yang rendah akan menghasilkan arus yang kecil.

Difusi yang terjadi pada membran setara dengan tekanan

dan arus pada sensor, sehingga terdapat hubungan yang

linear antara tekanan oksigen di luar membran dengan

arus pada sensor.

Oksigen dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh

membentuk malonaldehid sebagai indikasi adanya oksidasi

3

lipid (Gambar 19). Adanya antioksidan akan menghambat

oksidasi asam lemak tidak jenuh. Antioksidan dari

daging biji picung diduga menghambat oksidasi linolenat

dengan cara memberikan atom hidrogen pada radikal

peroksida asam lemak. Hal ini disebabkan zat aktif

antioksidan dari daging biji picunq diduga mempunyai

(56)

+

o2

dan kemudian RH

I OOH

1

Gambar 19. Pembentukan malonaldehid dari hasil oksidasi asam lemak tidak jenuh (Nawar, 1965)

Pola penurunan kadar kejenuhan pada kontrol

terlihat sangat cepat (Gambar 20). Oksigen banyak

digunakan untuk mengoksidasi asam linoienat sehingga

kadar kejenuhan oksigen berkurang sangat cepat. Hal

ini menunjukkan terjadi reaksi oksidasi dan reduksi

qntara asam linolenat dan oksigen. Asam linolenat

berperan sebagai reduktor sedangkan oksigen yang

terlarut dalam air berfungsi sebagai oksidator. Reaksi

berjalan dengan cepat karena tidak ada senyawa yang

dapat menghambat atau melindungi oksidasi asam linolenat

oleh oksigen.

Taylor dan Richardson (1980) mengatakan bahwa

aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan faktor

protektif yang merupakan perbandingan antara waktu

oksidasi pada emulsi yang ditambah antioksidan (menit)

(57)

(menit). Faktor protektif dalam percobaan ini dihituny

berdasarkan penurunan kejenuhan oksigen pada saat

mencapai 50%. Faktor protektif kemudian dihitung

sebagai perbandingan antara waktu (menit) yang

dibutuhkan untuk oksidasi emulsi yang ditambahkan

antioksidan dengan emulsi tanpa antioksidan (kontrol)

pada saat kejenuhan oksigen mencapai 50%. Adanya

aktivitas antioksidan ditunjukkan denqan nilai

protektif yang lebih besar daripada satu. Makin kuat

aktivitas antioksidan nilai faktor protektif yany

dimilikinya juga semakin besar.

P E R S E H R B J E N U H A H

Keterangan:

FPA = faktor protektif antioksidan A

(58)

Emulsi asam linolenat dalam air jenuh oksigen

dengan penambahan BHT (0.4% v/v) menghasilkan grafik

yang landai. Adanya BHT dapat menghentikan reaksi

berantai oksidasi asam linolenat oleh oksigen pada

tahap terminasi. BHT akan menyumbangkan hidrogen dan

bereaksi dengan radikal ROO' membentuk produk yang

stabil (Gambar 21). Dengan demikian kadar kejenuhan

oksigen dapat dipertahankan karena oksigen terlarut

tidak digunakan untuk mengoksidasi asam linolenat.

Gambar 21. Reaksi asam linoleat dengan BHT (Nawar, 1985)

00'

I

+

[1H3 (CH2) 4 ~ ~ = ~ k( c H ~ ) ~ ~7 ~= ~~ ~~m-e ~ ~

-OCH3 BHT

peroksida dari

(59)

Hasil analisis aktivitas antioksidan alami daging

biji picung hasil fermentasi dengan menggunakan oksi-

yenmeter dapat dilihat pada Lampiran 5. Kurva untuk

kontrol yang merupakan emulsi asam linolenat dalam air

jenuh oksigen terlihat lebih curam dibandingkan dengan

kurva yang lainnya (contoh dan standar). Hal ini

menunjukkan bahwa dalam sistem emulsi tersebut terjadi

proses oksidasi reduksi yang lebih cepat dibandingkan

dengan sistem emulsi yang ditambah BHT atau ekstrak

metanol daging biji picung. Pada kontrol, oksigen yang

terdapat dalam emulsi lebih banyak digunakan untuk

mengoksidasi asam linolenat, sehingga persentase

.kejenuhan oksigen berkurang sangat cepat. Dalam emulsi

ini, asan linolenat berperan sebagai reduktor sedangkan

oksigen sebagai oksidator.

Penambahan ekstrak metanol daging biji picung

terfermentasi 0 sampai 42 hari dapat mengurangi

penurunan oksigen terlarut. Hal yang sama terjadi pada

penambahan antioksidan sintetis BHT. Hal ini

menunjukkan ekstrak daging biji picung terfermentasi

mempunyai aktivitas antioksidan.

Lampiran 3a sampai 3c dan Gambar 22 menunjukkan

terjadinya peningkatan nilai faktor protektif bila

waktu fermentasi makin lama untuk semua perlakuan.

Nilai faktor protektif ini sangat nyata dipengaruhi

(60)

fermentasi juga oleh interaksi faktor yang berpengaruh

tersebut.

A 2 : vaktu perebusan 40 menit

81 : tenpat fermentasi d i daplr

62 : tempat fermentasi di labarrrtoriun

Gambar 22. Hubungan nilai faktor protektif dengan lama- nya fermentasi

Faktor protektifi selama fermentasi daging biji

picung dari perlakuan perebusan selama 80 menit dan

tempat fermentasi di dapur pada hari k e no1 dan hari k e

42 masing masing 1.57, 2.92, demikian juga nilai faktor

protektif daging biji picung dengan perebusan selama 80

menit difermentasi di laboratorium, lama perebusan 40

menit difermentasi di dapur dan di laboratorium dari

hari k e no1 clan hari k e 42 masing-masing berturut-turut

1.75, 2.88, 1.36, 1.94, 1.50, dan 1.66, menunjukkan

(61)

lamanya fermentasi daging biji picung. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Meiriyanto (1388).

Terjadinya peningkatan aktivitas antioksidan

selama fermentasi -daging biji picung diduga sama

seperti pembentukan antioksidan pada tempe. Penelitian

Pandoe (1984) menyatakan tempe sangat tahan terhadap

pembentukan peroksida, sehingga tidak mudah menjadi

tengik. Keadaan ini menunjukkan adanya antioksidan

alami yang dikandung tempe. Menurut Hammerschmidt dan

Pratt (1978) terdapat senyawa flavonoid yang tidak

lazim yaitu 6,7,4'-trihidroksi isoflavon (faktor-2),

yang dapat diisolasi dari kedelai terfermentasi

(tempe), dan memiliki antivitas antioksidan. Daidzein

(7,4'-dihidroksi) isoflavon dan gonestein (5,7,4'-

trihidroksi) terdapat secara alami pada kedelai mentah

dan ditemukan dalam tempe. Sedangkan faktor-2 belum

dapat diisolasi pada kedelai mentah. Oleh

Hammerschmidt dan Pratt (1978) disimpulkan bahwa

senyawa faktor-2 tidak aktif sebelum proses fermentasi.

D. LEMAK DAN ASAM LEMAK

Dalam sistem biologis, termasuk di dalamnya

makanan, molekul lemak seringkali berada dalam

keteraturan yang tinggi, dan secara relatif terbatas

dalam ha1 jarak antar molekul dan gerakannya, dan

(62)

sekitarnya seperti protein, karbohidrat, air, enzim,

garam, vitamin dan pro atau antioksidan. Komposisi

lemak, derajat keteraturan molekulnya dan hubungan

dengan komponen bukan lemak sangat beragam tergantung

pada spesies tumbuhan dan hewan serta letak lemak dalam

bagian tubuh organisme (Nawar, 1985)

Kadar lemak pada hari ke no1 untuk perlakuan

perebusan 80 menit fermentasi dilakukan di dapur,

perebusan 80 menit fermentasi di lakukan di

laboratorium, perebusan 40 menit fermentasi di dapur,

dan perebusan selama 40 menit fermentasi di

laboratorium masing-masing 47.71%, 44.66%, 44.85% dan

44.35%. Sedangkan pada hari k e 42 berturut-turut kadar

lemaknya 28.55%, 28.69%, 42.70%, dan 42.35%.

A2 : waktu prebusan 40 menit

81 : t m p a t f e m n t a s i di daplr

1

/

82 : t m t fermentasi di Lvboratoriun

I

0 1 I

0 7 14 21 28 36 4 2

lama ferrnentsal (harl)

(63)

Dari hasil analisis sidik ragam dan interaksinya

dengan tingkat kepercayaan 99%, kadar lemak dipengaruhi

oleh lama perebusan, tempat fermentasi dan lamanya

fermentasi. Gambar 23 menunjukkan hubungan kadar lemak

dengan lamanya fermentasi. Fermentasi daging bi ji

picung pada hari ke 21 untuk semua perlakuan memiliki

kadar lemak yang meningkat, ha1 ini diduga karena

komponen yang semula tidak larut dalam petroleum eter

mengalami pernutusan ikatan sehingga dapat larut dalam

petroleum eter. Setelah hari 2 1 komponen yang larut

dalam petroleum eter diduga mengalami degradasi menjadi

komponen yang lebih sederhana dan tidak larut dalan

petroleum eter.

Menurut Pratt (1980) banyak minyak nabati yang

dilindungi secara alami oleh antioksidan (polifenol).

Antioksidan tersebut menghasilkan suatu efek protek

Gambar

Diagram alir metode  ekstraksi  daging  biji picung yang larut  dalam  metanol
Grafik hubungan antara kadar air dengan
Gambar  1.  Daun picung
Gambar  2.  Buah picung
+7

Referensi

Dokumen terkait

BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN PENGGUNA PADA EFEKTIVITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BANK PERKREDITAN.. RAKYAT DI

Sambil berkenalan dan bercengkraman dengan keluarga Bapak I Made Gempol saya mulai mencari informasi mengenai keadaan keluarga Bapak I Made Gempol, saya

yang dilakukan adalah untuk mendapatkan keefektifan perlakuan media audio visual terhadap pemahaman tentang tata cara pengurusan jenazah siswa.. O 2 adalah

Hal-hal yang perlu dikaji sebagai bahan pertimbangan untuk merancang proses KBM MMP di dalam kelas, sekurang-kurangnya guru harus mengkaji dan menetapkan tujuan

Buku Teks Bahan Ajar Siswa SMK Mata Pelajaran Agribisnis Tanaman Buah Semusim Kelas XI Semester 4 memuat tentang Agribisnis Tanaman Buah melon yang berisikan uraian

Hasil pengujian hipotesis yang diperoleh dengan taraf signifikan 5% menunjukkan bahwa Opini Audit, Audit Report Lag, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh secara

Diberi waktu 1 (satu) minggu setelah Ujian menyelesaikan tugas ujian dan mengirimkan File Hasil Ujian ke marsigitina@yahoo.com dan ditayangkan di blog mahasiswa masing-masing..

Untuk itulah perlu perancangan dan pembangunan suatu sistem yaitu merancang dan membuat Aplikasi Sistem Informasi Akademik Laboratorium Untuk Jurusan Keahlian yang