• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN KRUPUK IKAN BANDENG DENGAN SUBSTITUSI DURI IKAN BANDENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN KRUPUK IKAN BANDENG DENGAN SUBSTITUSI DURI IKAN BANDENG"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN KRUPUK IKAN BANDENG DENGAN

SUBSTITUSI DURI IKAN BANDENG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Eka Nila Sari

5401406023

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS

NEGERI

SEMARANG

(2)

ii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Dra. Wahyuningsih, M. Pd Dra. Sri Endah Wahyuningsih, M. Pd NIP. 196008081986012001 NIP. 196805271993032010

Penguji

Oktavianti Paramita,S.Pd, M.Sc

NIP. 19811009200512001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Dra. Hanna Lestari S, MSi. Dra. Endang Setyaningsih NIP. 195209101979032003 NIP. 195207141987022001

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknik UNNES

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya.

Pendapat atau temuan lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode ilmiah. Bila suatu saat ditemukan dan terbukti karya tulis ini

merupakan jiplakan hasil karya orang lain, penulis bersedia dituntut sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Semarang, Agustus 2013

Eka Nila Sari

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya kearifan dan inovasi mengolah makanan berbahan dari

bumi dan laut adalah kunci pembuka kreativitas

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada ayah, ibu dan suamiku tercinta sebagai wujud tanggung jawab dan rasa terimakasihku atas segala doa dan restunya.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Pembuatan Krupuk Ikan dengan Substitusi Duri Ikan Bandeng”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bimbingan, motivasi dan bantuan dari pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. M. Harlanu, M.Pd., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

2. Dra. Wahyuningsih, M.Pd., Ketua Jurusan Teknologi Jasa Produksi, Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan studi.

3. Dra. Hanna Lestari S, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran,

bimbingan dan pengarahan dari awal sampai akhir kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Endang Setyaningsih, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran,

bimbingan dan pengarahan dari awal sampai akhir kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

(6)

vi

Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan pengetahuan, wawasan yang semakin luas bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2013

(7)

vii

ABSTRAK

Eka Nila Sari, 2013. Pembuatan Krupuk Ikan bandeng dengan Substitusi Duri Ikan Bandeng”. Skripsi. Jurusan Teknologi Jasa Produksi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dra. Hanna Lestari S, M.Si, II. Dra. Endang Setyaningsih Kata Kunci: Krupuk ikan, duri bandeng

Krupuk ikan adalah krupuk yang bahannya terdiri dari adonan tepung dan daging ikan. Krupuk ikan banyak digemari orang, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Banyak jenis ikan dapat dijadikan bahan dasar untuk pembuatan krupuk, misalnya ikan tenggiri, ikan kakap, ikan tongkol, dan lain sebagainya. Jumlah duri ikan Bandeng yang selama ini banyak tidak dimanfaatkan hanya menjadi limbah saja, Padahal duri-duri tersebut masih memiliki kandungan gizi yang dapat dimanfaatkan. Kandungan gizi pada duri ikan Bandeng berdasarkan hasil uji labolatorium ditemukan bahwa pada duri ikan Bandeng mengandung kalsium sebanyak 4,7756% dan fosfor sebanyak 1,3125%. Sehingga perlu inovasi pemanfaatan limbah duri bandeng, dengan dibuatnya olahan krupuk ikan bandeng dengan subtitusi duri ikan bandeng.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Adakah perbedaan kualitas inderawi kerupuk ikan dengan kerupuk ikan hasil inovasi dengan substitusi duri ikan bandeng sebesar 40%, 30%, dan 20%? (2) Adakah tingkat kesukaan masyarakat terhadap kerupuk ikan dengan kerupuk ikan hasil inovasi dengan substitusi duri ikan bandeng 40%, 30%, dan 20%? (3) Bagaimanakah kandungan gizi pada kerupuk ikan hasil inovasi dengan substitusi duri ikan bandeng 40%, 30%, dan 20%?

Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian adalah duri ikan bandeng yang dicampurkan pada pembuatan krupuk ikan bandeng dengan subtitusi duri ikan bandeng. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: variabel bebas yaitu kerupuk ikan dengan campuran duri bandeng dengan prosentase rasio duri ikan bandeng : daging ikan bandeng : tepung tapioka yaitu 40%:10%:50%, 30%:20%:50%, 20%:30%:50%. variabel terikat yaitu adalah kualitas kerupuk duri ikan bandeng hasil eksperimen yang meliputi indikator warna, rasa, aroma, tekstur.Serta variabel konrtol yaitu jumlah bahan dan ukuran bahan yang digunakan, proses pencampuran bahan, tebal tipisnya adonan,pencetakan, lama pengeringan, lama pengorengan serta alat yang digunakan dimana semua variable dikondisikan sama. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi dan anava satu arah.

(8)

viii

tingkat kesukaan secara umum panelis terhadap kerupuk ikan bandeng dengan substitusi duri bandeng adalah cukup menyukai, dengan rerata sampel 1 sebesar 2,68 (cukup suka ), rerata sampel 2 sebesar 3,18 (cukup suka) dan rerata sampel 3 sebesar 4,38 (suka). (3) Kandungan kalsium dan fosfor kerupuk ikan bandeng dengan substitusi duri bandeng hasil eksperimen yaitu sampel 1 (40:10:50) kalsium sebesar 6,80% dan fosfor sebesar 28,17%, sampel 2 (30:20:50) kalsium sebesar 6,77% dan fosfor sebesar 28,15%, sampel 3 (20:30:50)kalsium sebesar 6,75% dan fosfor sebesar 28,14%. Ketiga sampel ini ternyata sesuai dengan standar SNI (5%), dengan kandungan kalsium dan fosfor terbesar adalah sampel 1.

(9)

ix

2.1.8 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Krupuk ... 19

2.1.9 Duri Ikan Bandeng ... 23

2.2 Kerangka Berpikir ... 25

2.2.1 Hipotesis ... ... 28

(10)

x

3.1 Penentuan Objek Penelitian... 29

3.2 Variabel Penelitian ... 29

3.3 Desain Eksperimen ... 30

3.4 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen ... 33

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.6 Alat Pengumpul Data ... 42

3.7 Metode Analisis Data ... 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Hasil Penelitian………. ... 53

4.2 Pembahasan... 72

BAB 5 PENUTUP ... 76

5.1 Simpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Ikan Segar per 100 Gram Bahan ... 1

2. Komposisi Krupuk Ikan per 100 Gram ... 2

3. Susunan Duri pada Tubuh Ikan Bandeng ... 4

4. Standar Kualitas Krupuk Ikan ... 10

5. standar kandungan gizi krupuk ikan ... 11

6. ciri-ciri ikan segar ... 13

7. Komposisi Kimia Bandeng ... 23

8. Komposisi Bahan Pembuatan Krupuk Ikan dengan Substitusi Duri Ikan Bandeng ... 34

9. Peralatan dalam Pembuatan Krupuk Ikan dengan Substitusi Duri Ikan Bandeng ... 35

10. Daftar Analisa Varian Klasifikasi Tunggal ... 49

11. Interval Persentase dan Kategori Kesukaan ... 52

12. Uji Normalitas Data ... 53

13. Uji Homogenitas Varian Data ... 54

14. Hasil Analisis Varian Pada Indikator Lama ... 54

15.Ringkasan Perhitungan Uji Tukey Indikator Warna ... 55

16. Nilai Rata-rata Uji Inderawi pada Indikator Warna ... 56

(12)

xii

18. Ringkasan Perhitungan Uji Tukey Indikator Aroma ... 58

19. Nilai Rata-rata Uji Inderawi pada Indikator Aroma ... 59

20. Hasil Analisis Varians pada Indikator Rasa Ikan ... 60

21. Ringkasan Perhitungan Uji Tukey Indikator Rasa Ikan ... 61

22. Nilai Rata-rata Uji Inderawi pada Indikator Rasa Ikan ... 62

23. Hasil Analisis Varians pada Indikator Kerenyahan ... 63

24. Ringkasan Perhitungan Uji Tukey Indikator Kerenyahan ... 64

25. Nilai Rata-rata Uji Inderawi pada Indikator Kerenyahan ... 65

26. Hasil Analisis Varians pada Indikator Penampakan ... 66

27. Ringkasan Perhitungan Uji Tukey Indikator Penampakan ... 67

28. Nilai Rata-rata Uji Inderawi pada Indikator Penampakan ... 69

39. Nilai Rata-rata Profil Kesukaan……….. ... 69

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fillet Bandeng Telihat Posisi Duri ... 4

2. Struktur Duri pada Ikan Bandeng ... 25

3. Skema Kerangka Pemikiran ... 27

4. Skema Desain Acak Sempurna ... 31

5. Skema Desain Eksperimen ... 32

6. Skema Pembuatan Krupuk Ikan dengan Tambahan Duri Bandeng ... 38

7. Histogram Nilai Rata-rata Indikator Warna pada Kerupuk Ikan ... 56

8. Histogram Nilai Rata-rata Indikator Aroma pada Kerupuk Ikan ... 59

9. Histogram Nilai Rata-rata Indikator Rasa pada Kerupuk Ikan ... 62

10. Histogram Nilai Rata-rata Indikator Kerenyahan pada Kerupuk Ikan ... 65

11. Histogram Nilai Rata-rata Indikator Penampakan pada Kerupuk Ikan ... 68

12. Grafik Radar Uji Kesukaan ... 70

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara Seleksi Calon Panelis ... 90

2. Daftar Nama Calon Panelis ... 93

3. Daftar Nama Calon Panelis yang Diterima ... 94

4. Tabulasi Data Wawancara Seleksi Panelis ... 95

5. Formulir Penilaian ... 97

6. Uji Validitas ... 100

7. Formulir Penlaian Uji Inderawi ... 115

8. Tabulasi Data Indikator Warna ... 118

9. Tabulasi Data Indikator Aroma ... 121

10. Tabulasi Data Indikator Rasa ... 124

11. Tabulasi Data Indikator Kerenyahan ... 127

12. Tabulasi Data Indikator Penampakan ... 130

13. Profil Uji Kesukaan ... 133

14. Hasil Laboratorium Uji Kalsium dan Fosfor ... 134

15. Foto bahan dan proses pembuatan krupuk ikan subtitusi duri bandeng ... 136

16. Foto hasil jadi krupuk ... 141

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas

wilayahnya merupakan perairan. Ikan merupakan salah satu hasil perikanan

yang banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan sumber protein hewani

yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mudah didapat dengan harga yang

relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Kandungan protein yang tinggi yaitu 17,00% dan kadar lemak yaitu 4,50%

yang rendah pada ikan segar sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.

Untuk lebih jelasnya, kandungan gizi ikan segar dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 1.Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan

Komponen Kadar (%)

Kandungan air Protein

Lemak

Mineral dan Vitamin

76,00 17,00 4,50 2,52-4,50 Sumber: www.ristek.go.id

Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi ikan

baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang merupakan

hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan merupakan

(16)

Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh

masyarakat karena produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni

perubahan sifat-sifat daging seperti bau (odour), rasa (flavour), bentuk

(appearance) dan tekstur.

Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah krupuk ikan. Produk

makanan kering dengan bahan baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini

sangat digemari masyarakat. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap

ketika bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan untuk jenis

makanan khas tertentu selalu dilengkapi dengan krupuk. Makanan ini menjadi

kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan.

Selain rasa yang enak tersebut, krupuk ikan juga memiliki kandungan zat-zat

gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Komposisi zat-zat gizi dalam

krupuk disajikan dalam Tabel 2. berikut:

Tabel 2. Komposisi Krupuk Ikan (per 100 gram)

(17)

3

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa kandungan protein ikan

segar dan krupuk ikan tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa

kandungan protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah mengalami

pengolahan.

Krupuk ikan adalah krupuk yang bahannya terdiri dari adonan tepung

dan daging ikan. Jenis krupuk lain yang juga banyak digemari adalah krupuk

udang yang terbuat dari adonan tepung dengan udang. Krupuk ikan atau

krupuk udang mempunyai beberapa kualitas tergantung pada komposisi

banyaknya ikan atau udang yang terkandung dalam krupuk. Semakin banyak

jumlah ikan atau udang yang terkandung dalam krupuk semakin baik

kualitasnya

Krupuk ikan banyak digemari orang, mulai dari anak-anak sampai

dewasa. Banyak jenis ikan dapat dijadikan bahan dasar untuk pembuatan

krupuk, misalnya ikan belida, ikan tenggiri, ikan ekor kuning, ikan tengke,

ikan kakap, ikan kue, ikan tongkol, dan lain sebagainya.

Melihat banyaknya peminat terhadap krupuk ikan maka penulis

berkeinginan untuk mengembangkan krupuk ikan dengan bahan lain sehingga

menghasilkan rasa dan gizi yang lebih baik. Bahan lain yang akan

ditambahkan kedalam proses pembuatan krupuk ikan adalah duri ikan

Bandeng. Ikan Bandeng merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki rasa

yang spesifik, dan memiliki tulang serta duri yang cukup banyak sehingga jika

dikonsumsi berisiko tinggi bila di konsumsi oleh manusia terutama pada

(18)

(kalsium dan fosfor) maka penulis terdorong untuk memanfaatkan duri ikan

Bandeng menjadi bahan tambahan pada krupuk ikan. Duri pada ikan Bandeng

seperti terlihat pada susunan dibawah ini.

Gambar 1. (Fillet) Bandeng Terlihat Posisi Duri

Tabel 3. Susunan Duri Pada Tubuh Bandeng

Nama Letak Jumlah

Kanan Kiri

Duri Disepanjang punggung 42 42

Duri Perut Di perut, mulai dari belakang katup belakang

16 16

Duri Dada Antara duri perut dengan duri punggung, mulai dibelakang katup insang.

12 12

Duri Pangkal Ekor Dekat dengan pangkal ekor 12 12

Jumlah 82 82

Sumber:www.ristek.go.id

Jumlah duri ikan Bandeng yang selama ini lebih banyak tidak

dimanfaatkan hanya menjadi limbah. Limbah duri ikan bandeng yang

(19)

5

sekitar 5,4 ton per tahun. Padahal duri-duri tersebut masih memiliki

kandungan gizi yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Kandungan gizi pada

duri ikan Bandeng berdasarkan penelitian awal di labolatorium Chem-Mix

Pratama pada tanggal 3 Januari 2013 ditemukan bahwa pada duri ikan

Bandeng mengandung kalsium sebanyak 4,7756% dan fosfor sebanyak

1,3125%.

Oleh karena itu, perlu pengolahan lebih lanjut agar limbah tulang ikan

Bandeng tidak menjadi sampah yang mencemari lingkungan. Selama ini ada

kegunaan duri ikan Bandeng yang sudah dimanfaatkan yaitu digunakan

sebagai bahan untuk membuat nugget dimodifikasi dengan biji ketapang,

sebagai bahan untuk membuat abon dan sebagai bahan membuat kerajinan

seni seperti tempat tisu, tempat pensil, hiasan meja, pigura dan block note .

Pemanfaatan tersebut tentunya setelah duri-duri tersebut dilunakkan dan

dipresto dengan suhu bertekanan tinggi sehingga dapat lunak.

Hal tersebut membangkitkan keinginan penulis untuk ikut

memanfaatkan duri ikan bandeng sehingga dapat memiliki nilai jual kembali.

Penulis akan subtitusi menjadi jenis makanan ringan yaitu krupuk. Substitusi

duri ikan Bandeng pada campuran tepung tapioka,daging bandeng dan

beberapa bumbu dapat menghasilkan rasa yang berbeda dan disukai oleh

masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan

eksperimen pembuatan krupuk ikan dengan substitusi duri ikan untuk

(20)

masyarakat. Penulis mengambil judul “Pembuatan Krupuk Ikan Bandeng

Dengan Substitusi Duri Ikan Bandeng”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan

yang akan di teliti dalam penelitian ini yaitu

1. Adakah perbedaan kualitas inderawi krupuk ikan bandeng dengan krupuk

ikan hasil inovasi dengan substitusi duri ikan bandeng sebesar 40%, 30%,

dan 20%?

2. Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap krupuk ikan dengan

krupuk ikan bandeng hasil inovasi dengan substitusi duri ikan bandeng

40%, 30%, dan 20%?

3. Bagaimanakah kandungan gizi (kalsium dan fosfor) pada krupuk ikan

bandeng hasil inovasi dengan substitusi duri ikan bandeng 40%, 30%, dan

20%?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusahan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan kualitas inderawi krupuk ikan dengan krupuk

ikan hasil inovasi dengan substitusi duri ikan bandeng 40%, 30%, dan 20%.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya tingkat kesukaan masyarakat terhadap

krupuk ikan dengan krupuk ikan hasil inovasi dengan substitusi duri ikan

(21)

7

3. Untuk mengetahui kandungan gizi (kalsium dan fosfor) pada krupuk ikan

hasil inovasi dengan substitusi duri ikan bandeng 40%, 30%, dan 20%.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai peneliti adalah:

1. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat menambah wawasan mahasiswa

program studi Tata Boga Fakultas Tehnik UNNES.

2. Referensi masukan kepada produsen krupuk ikan dalam mengembangkan

produknya.

3. Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan.

5. Penegasan Istilah

1. Pembuatan Krupuk Ikan bandeng

Pembuatan krupuk ikan merupakan rangkaian proses dari pencampuran

bahan-bahan menjadi adonan meliputi:tepung tapioka,daging bandeng, duri

ikan bandeng yang sudah dihaluskan dan bumbu. kemudian mengukus

adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari

dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak.

2. Substitusi

Substitusi berasal dari kata tambah yang mendapat awalan pe- dan akhiran–

an sehingga membentuk kata benda. Substitusi artinya meningkatnya

jumlah atau isi suatu benda setelah adanya objek/unsur yang

(22)

3. Duri Ikan (Bandeng)

Duri ikan bandeng adalah bagian tulang ikan yang tidak dikonsumsi atau

tidak dikehendaki untuk dimakan dan biasanya dibuang sehingga dianggap

sebagai limbah. Duri yang merupakan tulang ikan merupakan komponen

yang keras. Hal ini menyebabkan tulang ikan tidak mudah diuraikan oleh

dekomposer, sehingga tulang tersebut menjadi limbah. Sedangkan duri ikan

(bandeng) tersebut sebenarnya masih mempunyai nilai gizi karena sangat

banyak mengandung unsur utama dari tulang ikan yaitu kalsium dan fosfor.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa substitusi duri ikan

Bandeng adalah suatu cara untuk subtitusi krupuk ikan dengan duri-duri ikan

Bandeng sehingga menghasilkan rasa, aroma, warna dan tekstur yang baru.

Substitusi bahan ini bertujuan untuk menghindari kebosanan masyarakat

(23)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 LANDASAN TEORI

Landasan teori berisi beberapa konsep yang digunakan sebagai dasar

teori penelitian yang mencakup teori tentang krupuk ikan, kandungan gizi,

macam-macam krupuk ikan, syarat ikan yang baik, bahan dan alat yang

digunakan, proses produksi krupuk ikan, lokasi usaha dan fasilitas produksi,

kualitas krupuk, faktor yang mempengaruhi kualitas krupuk, dan teori

tentang duri ikan bandeng.

2.1.1 Krupuk Ikan

Ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah

sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.

Pengolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang

mengkonsumsi ikan lebih banyak dan salah satunya diproduksi menjadi

krupuk ikan. (BPPT, 2000:1)

Produk olahan yang telah terindustrialisasi secara mapan tersedia

dengan daya tarik yang masih kurang dan yang murah harganya. Pada

umumnya harga krupuk terjangkau masyarakat dan hampir tersedia di

berbagai kedai/warung/rumah makan/toko pangan (Yuliati, 2012:1)

Krupuk ikan adalah produk makanan kering yang berasal dari ikan

(24)

Krupuk ikan banyak jenis dan bentuk yang dijual di pasaran. Jenis

makanan ini bergantung pada jenis bahan bakunya, sedangkan variasi

bentuknya bergantung pada daya kreativitas pembuatannya. Krupuk ikan

adalah krupuk yang bahannya terdiri dari adonan tepung dan ikan. Krupuk

ikan mempunyai beberapa kualitas bergantung pada komposisi banyaknya

ikan yang terkandung dalam krupuk. Semakin banyak jumlah ikan yang

terkandung dalam krupuk maka semakin baik kualitasnya (Wahyono &

Marzuki, 2010:3)

Bahan baku krupuk ikan banyak dijumpai di daerah Nelayan Surabaya,

Tuban, Rembang, Jepara, dan Cilacap. Namun peralatan yang digunakan

masih bersifat tradisional. Selama tahapan proses pembuatan krupuk ikan,

hal yang paling mendasar adalah pada proses pengeringan di tempat terbuka

sehingga mempengaruhi hygienitas krupuk (Yuliati, 2012:1).

Standar kualitas krupuk ikan yang dipersyaratkan Standar Nasional

Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Standar Kualitas Krupuk Ikan

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Rasa dan aroma Khas krupuk ikan

2 Serangga dalam bentuk stadia dan potongan-potingan serta benda-benda asing

Tidak ternyata

3 Kapang Tidak ternyata

4 Air % Maks. 11

5 Abu tanpa garam % Maks. 1

(25)

11

7 Lemak % Maks. 0,5

8 Serat kasar % Maks. 1

9 Bahan tambahan makanan Tidak ternyata atau sesuai dengan peraturan yang

11 Cemaran Arsen (As) Tidak ternyata atau sesuai

dengan peraturan yang berlaku

Sumber : SNI No. 01-2713-1999 2.1.2 Kandungan Gizi

Krupuk ikan yang terbuat dari adonan tepung dan ikan mempunyai

kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, dan mineral yang

bermanfaat bagi pemenuhan nutrisi manusia. Standar kandungan gizi krupuk

ikan yang ditetapkan Standar nasional Indonesia adalah seperti tabel berikut.

Tabel 5. Standar kandungan gizi Krupuk Ikan

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Rasa dan aroma Khas krupuk ikan

Tidak ada atau sesuai dengan peraturan yang berlaku 8 Cemaran Arsen

(As)

Tidak ada atau sesuai dengan peraturan yang berlaku

(26)

2.1.3 Macam-macam Krupuk Ikan

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal krupuk ikan sebagai

makanan. Krupuk ikan pada umumnya dikonsumsi sebagai makanan yang

mampu membangkitkan selera makan atau sekedar dikonsumsi sebagai

makanan kecil. Banyak jenis krupuk yang telah dibuat orang, mulai dari

krupuk yangdibuat dari beras, tepung terigu, atau tepung tapioka.

Bahan-bahan tersebut dapat diramu dengan Bahan-bahan tamBahan-bahan seperti udang, ikan

tengiri, ikan patin, lele dan sebagainya sehingga menjadi krupuk ikan

dengan rasa sesuai ikan yang ditambahkan. Macam-macam ikan misalnya:

krupuk ikan tengiri, krupuk ikan tongkol, krupuk udang, dan masih banyak

lainnya. (Wahyono & Marzuki, 2010:1)

2.1.4 Ciri-ciri Fisik

Ciri-ciri fisik krupuk ikan yang dijual di pasaran bentuknya yang

lebar dan tekstur yang renyah. Kerenyahan krupuk ikan sangat ditentukan

oleh kadar airnya. Semakin banyak mengandung air krupuk ikan akan

semakin kurang renyah dan daya kembang krupuk tidak bisa maksimal.

Sebaliknya bila semakin sedikit kandungan air krupuk ikan akan semakin

renyah dan daya kembang krupuk lebih maksimal. Demikian pula bila

prosentase kandungan tepung lebih banyak dibandingkan ikannya, maka

krupuk bisa mengembang tetapi rasanya kurang. Sebaliknya bila

perbandingan tepung dengan ikan seimbang maka rasa krupuk lebih enak

(27)

13

2.1.5 Syarat Ikan yang Baik

Ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan krupuk

berbahan baku ikan harus memiliki tingkat kesegaran yang tinggi sehingga

produk makanan yang dihasilkan memiliki mutu yang lebih baik. Mutu

produk yang dihasilkan tergantung dari bahan baku maupun proses

pengolahan yang dilakukan. Berikutadalah ciri-ciri ikan segar yang bermutu

tinggi maupun yang bermutu rendah (Tabel 6).

Tabel 6. Ciri-ciri ikan segar yang yang bermutu tinggi maupun yang Bermutu rendah

Parameter Ikan segar bermutu tinggi Ikan segar bermutu rendah Mata Cerah, bola mata menonjol,

kornea jernih

Bola mata cekung, pupil putih susu, kornea keruh

Insang Warna merah cemerlang, tanpa lendir

Warna kusam, dan berlendir

Lendir Lapisan lendir jernih, transparan, mengkilat cerah, belum ada perubahan warna

Lendir berwarna kekuningan sampai coklat tebal, warna cerah hilang, pemutihan nyata

Daging dan perut

Sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut dagingnya utuh, bau isi perut segar

Sayatan daging kusam, warna merah jelas sepanjang tulang belakang, dinding perut membubar, bau busuk

Bau Segar, bau rumput laut, bau spesifik menurut jenis

Bau busuk

Konsistensi Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang

Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang

(28)

Berdasarkan SNI tentang syarat-syarat ikan segar di atas maka untuk

memilih bahan dasar yaitu ikan bandeng harus memperhatikan ciri-ciri di

atas agar diperoleh kualitas makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.

2.1.6 Bahan dan Alat yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan krupuk ikan

bandeng dengan tambahan duri ikan bandeng adalah :

2.1.6.1 Bahan dasar dan bahan tambahan

1) Bahan dasar

Bahan dasar yang digunakan adalah tepung tapioka.

Tepung tapioka adalah pati dari singkong. Tepung tapioka yang

berkualitas dapat menjadikan krupuk lebih baik. Ciri-ciri tepung

tapioka yang berkualitas baik adalah tidak berbau apek, berwarna

putih bersih, tidak menggumpal dan bersih dari kotoran.

2) Bahan tambahan

(a) Daging ikan

Daging ikan digunakan untuk memberikan rasa dan

aroma khas ikan pada krupuk. Daging ikan sebelum

dicampurkan pada tepung tapioka harus dihancurkan sampai

lembut dengan blender dahulu sehingga dapat tercampur

dengan rata.

(b) Bumbu

(29)

15

Bawang putih yang digunakan adalah bawang putih

yang berkualitas bagus Ciri-cirinya antara lain : butirannya

utuh, tidak busuk dan segar, aromanya khas bawang putih.

- Garam (NaCl)

Dalam pembuatan krupuk, penggunaan garam

mutlak ada. Garam yang digunakan adalah garam yang

mengandung senyawa yodium.

- Gula berfungsi sebagai penetral rasa, sehingga gula yang

digunakan hanya sedikit.

Adapun alat-alat yang digunakan untuk pembuatan krupuk

ikan secara sederhana yaitu: baskom, alat penghancur bumbu (cobek),

pisau, tampah (nyiru), kompor, Loyang, dan sendok.

Adapun peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan

krupuk ikan di industri rumahan yaitu :

1) Alat penghancur ikan

Digunakan untuk melumatkan hasil ikan yang telah

dibersihkan dari kepada dan sisiknya sehingga diperoleh daging

yang telah ditumbuk halus dan siap dicampur dengan bahan lain.

2) Alat pelembut bahan (mullen)

Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang

telah dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu. Mesin ini

berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh satu orang

(30)

3) Baskom

Baskom ini berbentuk bundar dengan berbagai ukuran yang

disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencampur bahan sesuai

kapasitas muatan yang diinginkan. Baskom ini dapat terbuat dari

plastik maupun alumunium.

4) Pencetak

Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan

berbentuk silinder sebelum dimasukkan ke cetakan sesuai ukuran

yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang

tercetak menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini

membutuhkan satu orang tenaga kerja untuk menjalankannya.

5) Alat pengukus (dandang)

Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang

terbuat dari alumunium yang didalamnya dilengkapi dengan

sarangan untuk memanaskan dengan menggunakan uap panas.

6) Mesin pemotong

Mesin pemotong ini terbuat dari logam besi dengn lapian

stainless steel, dilengkapi dengan mata pisau digunakan untuk

memotong krupuk sehingga ketebalan dapat diukur sesuai

keinginan. Mesin pemotong dijalankan oleh dua orang tenaga

(31)

17

7) Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan krupuk terutama pada

saat matahari kurang atau pada saat musim hujan. Oven berbentuk

persegi panjang yang terbuat dari cor-coran semen dan pasir yang

terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat krupuk

yang akan dikeringkan sedangkan bagian bahwa kolong untuk

mengalirkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.

2.1.7 Kualitas Krupuk

Krupuk yang berkualitas baik dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu

kualitas krupuk yang ditinjau dari sifat yang tampak meliputi bentuk,

aroma, rasa, warna dan kualitas krupuk ditinjau dari sifat yang

tersembunyi meliputi unsur-unsur kimia didalamnya. Berikut ini akan

diuraikan kualitas krupuk menurut Siti Sofiah dan Dwi Sutristiati (1992 :

12) yaitu:

1) Kualitas krupuk ditinjau dari sifat yang tampak

Sifat yang tampak pada krupuk adalah rasa, warna, aroma, dan

tekstur.

(a) Rasa

Rasa sesuai dengan bahan yang digunakan yaitu khas ikan

yang digunakan, gurih karena ada perpaduan bumbu yang

terdiri dari bawang putih, garam dan gula.

(32)

Warna yang baik pada krupuk adalah putih gelap (untuk

krupuk tanpa zat pewarna), serta dipengaruhi pula oleh bahan

dasar yang dipergunakan.

(c) Aroma

Aroma krupuk sesuai dengan bahan apa yang digunakan.

Krupuk ikan mempunyai aroma khas ikan.

(d) Tekstur

Tekstur krupuk yang baik adalah permukaan halus, tidak

timbul bintil-bintil, tidak retak-retak atau ada lubang-lubang

pada luas permukaan krupuk.

2) Kualitas krupuk ditinjau dari sifat yang tersembunyi

Sifat yang tersembunyi dari krupuk adalah sifat kimia yang

tidak dapat diuji oleh indera manusia. Untuk mengetahui unsur

gizi yang ada didalam krupuk hanya dapat diketahui melalui

pengujian labolatorium.

Pengendalian kualitas krupuk harus dilakukan terhadap

bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses produksi dan

menghasilkan produk yang memenuhi Standar Nasional

Indonesia. Sedangkan kualitas itu sendiri mempunyai arti yaitu

sebagai kumpulan sifat dari suatu produk dan mempengaruhi

(33)

19

2.1.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas krupuk ikan

bandeng

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas krupuk adalah bahan

(bahan baku dan bahan tambahan), serta bumbu, proses produksi dan

peralatan yang dipergunakan. Faktor-faktor tersebut diuraikan secara

singkat sebagai berikut :

1) Bahan baku dan bahan tambahan

(a) Bahan baku

Bahan baku yang digunakan adalah tepung tapioka. Tepung

tapioka adalah pati dari singkong. Ciri-ciri tepung tapioka yang

berkualitas baik adalah tidak berbau apek, berwarna putih

bersih tidak menggumpal dan bersih dari kotoran.

(b) Bahan tambahan

(1) Daging ikan Bandeng

Dalam penelitian daging ikan Bandeng presto

digunakan untuk memberikan rasa dan aroma khas ikan

pada krupuk. Daging ikan Bandeng ini sebelum

dicampurkan dengan tepung tapioka maka harus

dihancurkan dengan blender dahulu sehingga dapat

tercampur dengan rata.

(2) Duri ikan Bandeng

Bahan tanbahan yang digunakan untuk membuat

(34)

ditambahkan untuk memperoleh rasa, warna, aroma, dan

tekstur krupuk yang baru. Duri ikan akan mempengaruhi

kualitas krupuk ikan, semakin duri bersifat lunak atau

lembut semakin tidak terasa mengganggu ketika memakan

krupuk hasil eksperimen namun tentu saja rasanya akan

berbeda.

(3) Bumbu

(a) Bawang putih (Allium Sativum)

Bawang putih yang dipergunakan adalah bawang

putih yang berkualitas bagus. Ciri-cirinya antara lain :

butirannya utuh, tidak busuk dan segar, aromanya khas

bawang putih.

(b) Garam (NaCl)

Dalam pembuatan adonan krupuk, penggunaan

garam mutlak ada. Garam yang digunakan adalah

garam yang mengandung senyawa yodium.

(c) Gula

Gula berfungsi sebagai penetral rasa, sehingga gula

yang digunakan hanya sedikit.

1) Proses produksi

Proses produksi merupakan serangkaian kegiatan dalam

pengolahan suatu produk. Proses pengolahan yang kurang baik akan

(35)

21

diuraikan mengenai proses produksi yang dapat mempengaruhi

kualitas krupuk.

a) Pembuatan adonan

Dalam percobaan pembuatan adonan, menggunakan proses

panas. Dalam pembuatannya sebagian tepung tapioca di encerkan

dengan air, daging bandeng,duri ikan bandeng,dan bumbu

direbus sampai mendidih kemudian masukksan tepung tapioca

yang sudah diencerkan aduk hingga rata. Kemudian adonan

tersebut dicampur dengan sisa tepung tapioca lalu diuli sampai

kalis (tidak lengket ditangan). Jika adonan yang diuli tidak kalis

maka calon krupuk yang dihasilkan akan lembek dan tidak dapat

diiris.

b) Pengukusan

Dalam proses pengukusan menggunakan dandang, yang

besar kecilnya disesuaikan dengan banyaknya adonan yang akan

dikukus dan Lama pengukusan disesuaikan dengan banyaknya

adonan yang dikukus. Misalnya adonan yang dibuat dari 1 kg

adonan maka waktu yang diperlukan cukup 60 menit.

c) Pendinginan

Pendinginan dilakukan agar calon krupuk (dodolan)

menjadi kenyal dan keras, sehingga akan mempermudah dalam

proses pengirisan. Dalam proses pendinginan, calon krupuk

(36)

dengan sempurna mempengaruhi calon krupuk (dodolan). Lama

pendinginan kurang lebih 12-24 jam. Dalam proses pendinginan

para-para tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Hal ini

akan mengakibatkan permukaan calon krupuk (dodolan) menjadi

keras dan menyulitkan kita dalam proses pengirisan.

d) Pengirisan

Pengirisan yang baik tergantung dari sifat calon krupuk

(dodolan) dan pisau yang digunakan. Hasil pengirisan dapat

bagus jika calon krupuk (dodolan) yang diiris kenyal dan padat

sehingga permukaan krupuk halus. Pisau yang digunakan harus

pisau yang tipis dan tajam. Pisau yang bagus dan tipis dan tajam

akan menghasilkan permukaan krupuk yang bagus dan krupuk

dapat tipis.

d) Pengeringan atau penjemuran

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah

luas permukaan bahan yang dikeringkan, dimana permukaan

yang lebar dan tipis akan lebih cepat kering dari pada yang

permukaannya sempit dan tebal. Kecepatan arus angin juga

mempengaruhi pengeringan, artinya makin cepat arus angin

makin cepat proses pengeringan. Dalam pembuatan krupuk ini,

penulis menggunakan pengeringan sinar matahari (pengeringan

(37)

23

e) Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan krupuk ikan

dengan substitusi duri ikan Bandeng ini harus bersih dan higienis

untuk menjaga agar tidak terjadi kontaminasi dengan adonan,

sehingga menjadi adonan yang diinginkan. Adapun peralatan

yang digunakan dalam pembuatan krupuk ini adalah baskom,

cobek dan muntu, panci, dandang, kompor, timbangan, solet

kayu, gelas ukur, talenan, pisau, tampah.

2.1.9 Duri Ikan Bandeng

Ikan Bandeng (Latin: Chanos chanos atau Inggris: Milkfish)

merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki rasa yang spesifik, dan

telah dikenal di Indonesia bahkan di luar negeri. Menurut penelitian

Balai Pengembangan dan Penelitian Mutu Perikanan (1996) dalam

www.bi.go.id, Semarang 11 Februari 2012, kandungan omega-3

Bandeng sebesar 14.2% melebihi kandungan omega-3 pada ikan

salmon (2.6%), ikan tuna (0.2%) dan ikan sardines/ mackerel (3.9%).

Kandungan gizi Bandeng secara lebih lengkap dapat dilihat pada

komposisi kimia yang terdapat pada Bandeng.

Tabel 7. Komposisi Kimia Bandeng

(38)

Omega-3 Lioleic Acid 1.

Eicosapentanoic Acid (EPA) Decosahexanoic Acid (DHA) Energy

14.2 % 25 % 3.39 % 9.48 % 820.60 cal

Sumber: Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, 1996

Dengan kandungan protein yang tinggi (38%), Bandeng merupakan

salah satu sumber pangan yang sangat bergizi. Adanya diversifikasi olahan

produk Bandeng merupakan salah satu upaya untuk memenuhi selera

masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein, yang juga

merangsang berkembangnya budidaya ikan bandeng. Akan tetapi, kelemahan

dari Bandeng ini yaitu adanya tulang dan duri yang cukup banyak di dalam

tubuh Bandeng sehingga sulit apabila dikonsumsi oleh manusia terutama

anak-anak. Hal ini mengurangi minat masyarakat untuk mengkonsumsi

Bandeng. Jumlah duri yang terdapat pada ikan bandeng adalah sebagai

berikut; pada bagian punggung ada 42 pasang duri bercabang yang menempel

di dalam daging dekat permukaan kulit luar, bagian tengah ada 12 pasang

duri pendek, pada rongga perut ada 16 duri pendek dan bagian perut dekat

(39)

25

Gambar 2. Struktur Duri Pada Ikan Bandeng

Struktur duri bandeng diatas memperlihatkan jumlah duri ikan

bandeng yang banyak dan biasanya tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu,

sebagai salah satu variasi makanan dengan menggunakan duri ikan bandeng

ini maka dikembangkan usaha substitusi duri ikan bandeng pada pembuatan

krupuk ikan.

2.2 Kerangka Berpikir

Krupuk ikan adalah krupuk yang bahannya terdiri dari adonan tepung

dan daging ikan. Jenis krupuk lain yang juga banyak digemari adalah krupuk

udang yang terbuat dari adonan tepung dengan udang. Krupuk ikan

mempunyai beberapa kualitas tergantung pada komposisi banyaknya ikan

yang terkandung dalam krupuk. Semakin banyak jumlah ikan yang

terkandung dalam krupuk semakin baik kualitasnya.

Kerenyahan krupuk sangat ditentukan oleh kadar airnya. Semakin

banyak mengandung air, maka krupuk akan semakin kurang

(40)

memperoleh daya kembang krupuk yang lebih baik maka adonan krupuk

harus dalam proporsi tepung dengan udang atau ikan yang seimbang.

Krupuk ikan yang ada di pasaran selama ini hanya biasa- biasa saja

yaitu berbentuk bulat, oval dan hanya berasa sedikit ikan serta sedikit

mengandung nilai gizi sehingga perlu adanya upaya untuk memenuhi

kebutuhan gizi konsumen dengan cara diversifikasi bahan. Kreativitas dalam

pembuatan krupuk ikan yaitu dengan membuat krupuk ikan menjadi bentuk

yang lain yang lebih menarik dan memberikan rasa yang berbeda sehingga

masyarakat tidak bosan dengan krupuk yang telah ada saat ini. Bentuk

krupuk juga dapat mempengaruhi nilai ekonomis krupuk. Dengan adanya

inovasi tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.

Salah satu alternatif pemecahan seperti yang sudah tertulis diatas yaitu

substitusi duri ikan Bandeng dalam pembuatan krupuk ikan.

Permasalahan yang muncul yaitu adakah perbedaan kualitas inderawi

krupuk ikan dengan substitusi duri ikan bandeng hasil inovasi ditinjau dari

rasa, aroma, warna dan tekstur. Bagaimana kandungan gizi krupuk ikan hasil

inovasi dengan substitusi duri ikan Bandeng yang terbaik. Adakah perbedaan

kesukaan masyarakat terhadap krupuk ikan dengan krupuk ikan hasil inovasi

dengan substitusi duri ikan Bandeng.

Untuk itu percobaan dilakukan dengan tiga macam variasi antara duri

ikan bandeng : daging ikan bandeng : tepung tapioka, yaitu 40%:10%:50%,

30%:20%:50%, dan 20%:30%:50%. Hasilnya kemudian diuji organoleptik

dan uji laboratorium sehingga dapat diketahui kualitas inderawi ditinjau dari

rasa, aroma, warna dan tekstur, serta dapat diketahui kandungan gizinya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat skema kerangka berfikir dibawah

(41)

27

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Duri ikan Bandeng

Alternative pemecahan sebagai bahan substitusi pembuatan krupuk ikan

1. Adakah perbedaan kualitas inderawi krupuk ikan dengan krupuk ikan hasil inovasi (rasio duri ikan bandeng : daging ikan bandeng, yaitu 40%:10%:50%, 30%:20%:50%, 20%:30%:50%)

2. Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap krupuk ikan dengan krupuk ikan hasil inovasi (rasio duri ikan bandeng : daging ikan bandeng, aroma, warna dan tektur

Pemecahan masalah dengan eksperimen pembuatan krupuk ikan dengan substitusi duri ikan Bandeng dengan rasio (rasio duri ikan bandeng : daging ikan bandeng, yaitu 40%:10%:50%, 30%:20%:50%, 20%:30%:50%).

Uji indrawi dan kesukaan

(42)

2.2.1 HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

Hipotesis yang diajukan dalam penelitaian ini adalah :

a. Ho: tidak ada perbedaan kualitas krupuk ikan bandeng dengan

subtitusi duri ikan bandeng dengan perbandingan bervariasi yaitu

40% : 30% : 20% ditinjau dari rasa, warna, aroma dan tekstur.

b. Ha:Ada perbedaan kualitas krupuk ikan bandeng dengan subtitusi

duri ikan bandeng dengan perbandingan bervariasi yaitu 40% :

(43)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau prosedur mengenai

bagaimana kegiatan penelitian yang akan dilakukan untuk mengumpulkan dan

memahami objek-objek yang menjadi sasaran dari penelitian yang dilakukan.

Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.

Keberhasilan percobaan tergantung dari metode yang digunakan. Agar suatu

kegiatan percobaan diperoleh hasil yang baik, maka diperlukan metode atau

teknik ilmiah yang terencana dan dapat dipertanggung jawabkan.

3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian

Obyek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Obyek dalam penelitian ini adalah duri

ikan bandeng, dalam pembuatan krupuk ikan bandeng dengan subtitusi duri

ikan bandeng dengan prosentase rasio duri ikan bandeng : daging ikan

bandeng : tepung tapioka 40%:10%:50%, 30%:20%:50%, 20%:30%:50%).

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi dan Suharsimi Arikunto (2006:118)

mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek

(44)

penelitian ini digunakan 3 variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat,

variabel kontrol.

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi hasil penelitian.

Variabel bebas penelitian ini adalah krupuk ikan dengan campuran duri

bandeng dengan prosentase rasio duri ikan bandeng : daging ikan bandeng :

tepung tapioka yaitu 40%:10%:50%, 30%:20%:50%, 20%:30%:50% (untuk

penggunaan 1 resep krupuk dengan total tepung 250 gram).

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh

variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kualitas

krupuk duri ikan bandeng hasil eksperimen yang meliputi indikator rasa,

warna, aroma, tekstur dan kandungan gizi.

3.2.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang akan mempengaruhi hasil

eksperimen sehingga harus dikendalikan. Dalam penelitian ini variabel

kontrolnya adalah jumlah bahan dan ukuran bahan yang digunakan, proses

pencampuran bahan, tebal tipisnya adonan, pencetakan, lama pengeringan,

lama penggorengan serta alat yang digunakan dimana semua variabel

dikondisikan sama.

3.3 Desain Eksperimen

Desain eksperimen merupakan langkah-langkah yang perlu diambil

(45)

31

dapat diperoleh, sehingga akan membawa pada analisis obyektif dan

kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas (Sudjana,

2005:1).

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

acak sempurna. Perlakuan dikenakan sepenuhnya secara acak kepada

unit-unit eksperimen.Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah

kelompok yang dikenai perlakuan berupa penggunaan tepung tapioca dan

ikan bandeng dengan substitusi duri ikan Bandeng dengan rasio duri ikan

bandeng : daging ikan bandeng : tepung tapioka, yaitu 40%:10%:50% diberi

kode A, 30%:20%:50% diberi kode B, dan rasio 20%:30%:50% diberi kode

C. Kelompok kontrol dengan kode K, adalah kelompok yang tidak dikenai

perlakuan, yang digunakan sebagai pembanding terhadap kelompok yang

dikenai perlakuan eksperimen.

Skema desain acak sempurna.

Gambar 4. Skema Desain Acak Sempurna

Keterangan :

E : Kelompok eksperimen K : Kelompok kontrol

R : Random

X : Treatment (perlakuan) O : Observasi

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 86)

E X

O1 O2 K

(46)

Gambar 5. Skema Desain Eksperimen

Keterangan:

Kode KK0 : Kelompok kontrol krupuk ikan tanpa diberi perlakuan

KEa

(47)

33

Kode KEa : Kelompok eksperimen krupuk ikan bandeng dengan rasio duri

bandeng, ikan bandeng : tepung tapioka yaitu 40%:10%:50%,

Kode KEb : Kelompok eksperimen krupuk ikan bandeng dengan duri

bandeng, ikan bandeng : tepung tapioka yaitu 30% : 20% :

50%.

Kode KEc : Kelompok eksperimen krupuk ikang banden dengan rasio duri

bandeng: ikan bandeng : tepung tapioka 20% : 30% : 50%.

A : pengulangan ke-1

B : pengulangan ke-2

C : pengulangan ke-3

3.4 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

Prosedur pelaksanaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang

telah ditentukan dalam melaksanakan percobaan krupuk ikan dengan

tambahan duri ikan bandeng. Adapun prosedur pelaksanaan eksperimen

meliputi waktu dan tempat eksperimen, bahan dan alat serta tahap-tahap

eksperimen.

3.4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Eksperimen dan Pengujian Kandungan gizi

Eksperimen pembuatan krupuk ikan dengan tambahan duri ikan

bandeng ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013, di rumah yang beralamat

di desa lebuawu RT 06 RW 01 Untuk pengujian Laboratorium di Lab. CV.

CHEM-MIX PRATAMA. Kretek, Jambinan, Banguntapan, Bantul,

(48)

3.4.2 Bahan dan Ukuran Bahan

Penggunaan bahan di dalam eksperimen ini dipilih bahan yang

berkualitas baik, misalnya kondisi bahan masih baik, tidak berubah rasa dan

tidak kadaluarsa. Bahan – bahan yang digunakan pada eksperimen ini

meliputi bahan baku dan bahan tambahan. Keseluruhan bahan serta ukuran

masing – masing bahan yang digunakan untuk eksperimen ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Komposisi Bahan Pembuatan Krupuk Ikan dengan tambahan Duri ikan Bandeng

Peralatan yang digunakan di dalam pelaksanaan eksperimen ini

dipilih yang kondisinya masih baik dan higienis. Peralatan yang digunakan

(49)

35

Tabel 9. Peralatan dalam Pembuatan Krupuk Ikan dengan tambahan Duri Ikan Bandeng

No Nama Alat Jumlah

1 Timbangan Digital 1 buah

2 Blender 1 buah

3 Kom plastik 1 buah

4 Pisau 1 buah

5 Cobek dan muntu 1 buah

6 Tampah/nyiru 2 buah

7 Panci 1 buah

8 Serok 1 buah

9 Wajan dan susruk 1 buah

10 Kompor 1 buah

11 Panci presto 1 buah

12 Plastic kemasan 1Pak

3.4.4 Tahap – Tahap Eksperimen

Eksperimen dalam pembuatan krupuk ikan dengan subtitusi duri

bandeng ini melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan

dan tahap penyelesaian.

1. Tahap persiapan

a. Menyiapkan semua alat, bahan pokok dan bahan tambahan yang

diperlukan dalam pembuatan krupuk ikan duri bandeng.

b. Menimbang bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan krupuk

(50)

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam pembuatan krupuk ikan dengan

subtitusi duri ikan bandeng meliputi tahap pencampuran, pengukusan,

pendinginan, pembentukan, pengeringan dan penggorengan.

a. Tahap pencampuran

Dalam pembuatan adonan menggunakan proses panas.Duri

banbeng yang sudah dipresto selama 20 menit kemudian di blender

(pasta duri bandeng), daging ikan bandeng yang sudah halus, dan bumbu

dicampur rata. Kemudian proses pembuatan kanji, dalam pembuatan

kanji, seluruh bahan harus tercampur rata dengan air kemudian

campurkan dengan sisa tepung tapioka lalu diuleni menjadi adonan kalis

sampai siap di bentuk seperti lontong.

b. Tahap pengukusan

Adonan yang telah betul-betul rata, kemudian dikukus,

menggunakan dandang dan lama disesuaikan dengan banyaknya adonan

yang dikukus, misalnya adonan yang dibuat dari 1kg adonan maka

waktu yang dibutuhkan cukup 60 menit.

c. Pendinginan

Setelah adonan yang dikukus matang, kemudian didinginkan

dengan cara ditiriskan/ diangin-anginkan selama 12-24 jam, agar adonan

menjadi kenyal dan keras sehingga akan mempermudah dalam proses

(51)

37

d. Pengirisan dan pencetakan

Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam dan

tipis, selain menggunakan pisau bisa juga menggunakan alat pemotong

mesin sehinggga ketebalannya sama. Adonan yang sudah didinginkan

tadi kemudian diiris tipis-tipis, usahakan dengan ketebalan yang sama (±

3 mm).

e. Tahap pengeringan

Krupuk yang telah dicetak kemudian dijemur sampai kering di

bawah sinar matahari/dikeringkan dengan alat pengering.

3. Tahap Penyelesaian

a. Pengemasan

Krupuk yang sudah kering kemudian dikemas menggunakan plastik

(52)

b. Skema

Persiapan

campurkan

Pelaksanaan

Penyelesaian

Gambar 6. Skema Pembuatan Krupuk Ikan dengan subtitusi Duri ikan Bandeng

(53)

39

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini bertujuan untuk mengetahui kualitas

krupuk ikan dengan substitusi duri ikan yang terbaik. Data yang dibutuhkan

dalam pengumpulan data ini meliputi penilaian subyektif dan obyektif

3.5.1 Penilaian Subyektif

Penilaian subyektif dapat dilakukan oleh semua orang dan akan

memperoleh hasil yang berbeda-beda karena tingkat kepekaan tiap manusia

berbeda-beda. Penilaian subyektif menggunakan alat indera manusia yaitu:

indera penglihatan, indera penciuman, indera peraba, dan indera perasa.

Penilaian subyektif akan diperoleh data yang kemudian akan dianalisis secara

statistik agar hasil penilaian tidak bersifat subyektif lagi sehingga data yang

diperoleh menjadi valid atau dapat dipercaya. Penilaian subyektif meliputi

dua macam yaitu: uji inderawi dan uji organoleptik.

3.5.1.1 Uji Inderawi

Uji inderawi adalah suatu pengujian terhadap sifat karakteristik bahan

pangan dengan menggunakan indera manusia termasuk indera penglihatan,

penciuman, perasa, pendengar dan peraba (Bambang Kartika, dkk. 1998:3).

Untuk melaksanakan pengujian ini diperlukan instrumen sebagai alat ukur,

yaitu panelis agak terlatih yang mengetahui sifat-sifat sensorik dari sampel

yang dinilai dan mengetahui tentang cara-cara penilaian, yang meliputi

warna, rasa, aroma, dan tekstur karena mendapat penjelasan atau latihan

(54)

Dalam penelitian ini penilaian inderawi menggunakan tipe pengujian

dengan uji scoring. Tipe pengujian ini digunakan untuk menilai mutu bahan

dan intensitas sifat tertentu yaitu warna, aroma, tekstur dan rasa (Kartika

dkk, 1988:59). Dalam penelitian ini uji inderawi digunakan dengan tujuan

untuk mengetahui perbedaan kualitas masing-masing sampel krupuk hasil

eksperimen yang ditinjau dari aspek warna, rasa, aroma, dan tekstur dengan

menggunakan skala penilaian. Skala penilaian diberikan 1 sampai dengan 5

dengan ketentuan nilai 5 untuk yang terbaik dan nilai 1 untuk yang kurang

baik. Untuk lebih jelasnya kriteria dapat dilihat berikut ini :

a) Warna krupuk yang sudah digoreng

1) putih skor 5

2) putih gelap skor 4

3) kuning skor 3

4) kekuningan skor 2

5) kecoklatan skor 1

b) Rasa

1) Sangat Gurih ( khas ikan ) skor 5

2) Gurih (khas ikan) skor 4

3) Cukup gurih( khas ikan ) skor 3

4) Kurang gurih skor 2

5) Tidak gurih skor 1

c) Aroma ikan

1) Sangat nyata skor 5

2) Nyata skor 4

(55)

41

4) Kurang nyata skor 2

Tidak nyata skor 1

d) Tekstur

1) Kerenyahan

(a) Sangat renyah skor 5

(b) Renyah skor 4

(c) Cukup renyah skor 3

(d) Agak keras skor 2

(e) Keras skor 1

2) Penampakan

(a) Sangat banyak bintik duri skor 5

(b) Banyak bintik duri skor 4

(c) Sedikit bintik duri skor 3

(d) Beberapa bintik duri skor 2

(e) Tidak ada bintik duri skor 1

3.5.1.2 Uji Organoleptik atau Uji Kesukaan

Dalam pengujian ini panelis mengemukakan responnya yang berupa

suka atau tidak suka terhadap sifat produk hasil eksperimen yang diuji

(Kartika dkk,1988:56). Untuk Uji Organoleptik ini panelis yang digunakan

adalah panelis tidak terlatih. Pada pengujian organoleptik ini menggunakan

skala hedonik dengan lima (5) kriteria kesukaan dan diberi skor sebagai

berikut :

1) Sangat suka skor 5

(56)

3) Netral (Cukup suka) skor 3

4) Kurang suka skor 2

5) Tidak suka skor 1

3.5.2 Penilaian Obyektif

Penilaian secara obyektif dilakukan dengan uji laboratorium.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam

krupuk ikan bandeng dengan subtitusi duri ikan bandeng terutama kalsium

dan fosfor, di dalam krupuk hasil pengujian. Uji kandungan gizi ini

dilaksanakan Laboratorium CV. CHEM-MIX PRATAMA. Kretek,

Jambinan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

3.6 Metode Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

panelis agak terlatih yang digunakan untuk menilai kualitas sampel krupuk

hasil inovasi terbaik dan panelis tidak terlatih digunakan untuk menilai

tingkat kesukaan atau daya terima masyarakat hasil krupuk hasil inovasi

terbaik guna mendapatkan data dari masyarakat hasil krupuk ikan hasil

inovasi.

3.6.1 Panelis Agak Terlatih

Panelis agak terlatih adalah panelis yang sebelum melakukan

penilaian terlebih dahulu melalui proses pelatihan untuk mengetahui sifat

dan karakteristik suatu produk. Jumlah panelis agak terlatih adalah 15-25

orang yang dipilih berdasarkan ketentuan-ketentuan berikut:

(57)

43

2) Mengetahui cara penilaian inderawi

3) Mempunyai tingakat kepekaan yang tinggi

4) Telah dilatih sebelum pengujian

5) Instrumen harus valid dan reliable

(Soewarno Soekarto, 1985:49 – 52)

Berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas maka panelis agak terlatih

yang digunakan dalam penilaian ini adalah mahasiswa Teknologi Jasa dan

Produksi Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang

telah lulus mata kuliah Analisis Mutu Pangan, sebanyak 30 mahasiswa yang

mempunyai pengetahuan dalam menganalisis produk makanan.

Salah satu syarat untuk mendapatkan panelis agak terlatih adalah

instrument (panelis) mempunyai kepekaan dan konsistensi yang tinggi

dengan kata lain valid dan reliabel. Upaya yang dapat dilakukan untuk

memperoleh instrumen (panelis) yang valid dan reliabel harus melalui

tahap-tahap seleksi panelis atau tahap-tahap-tahap-tahap validitas instrumen dan reliabilitasi

instrumen.

3.6.1.1 Validitas Instrumen

Validitas instrumen merupakan proses / kegiatan untuk mendapatkan

instrumen (panelis) yang dapat mengukur / menilai sesuatu dengan tepat

sesuai dengan keadaan sebenarnya (valid). Validasi instrumen terdiri dari

(58)

1. Validitas Internal

Validitas internal adalah upaya untuk mendapatkan panelis yang

valid melalui wawancara. Wawancara dapat dilakukan secara lisan atau

dengan pengisian kuesioner (Bambang Kartika, 1988:20). Wawancara

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara tidak langsung dengan

membagi kuesioner kepada calon panelis. Materi wawancara meliputi :

kondisi kesehatan, bersedia menjadi panelis, pengetahuan tentang jenis

produk yang disajikan, serta kesukaan terhadap jenis produk yang

disajikan. Syarat panelis agak terlatih yang lolos wawancara, apabila total

skor dalam angket 75% dari ideal (100%), jumlah panelis yang lolos pada

tahap wawancara yaitu berjumlah 25 orang, selanjutnya dilakukan seleksi

dengan validasi isi.

2. Validitas Isi

Validitas isi merupakan upaya untuk mengetahui kemampuan

dalam menilai suatu produk yang meliputi warna, rasa, aroma dan tekstur

dengan baik dan benar melalui uji inderawi. Untuk mendapatkan validitas

isi dari instrumen yang memenuhi syarat validitas internal (diterima pada

tahap penyaringan), kemudian dilakukan seleksi berikutnya dengan

latihan. Pada tahap ini peneliti menyebar lembar penilaian dan produk

yang berupa sampel. Pada tahap latihan panelis dilakukan sebanyak 6 kali

penilaian terhadap produk krupuk ikan dengan tambahan duri bandeng

(59)

45

1998:24) Data hasil penilaian dianalisis dengan menggunakan Range

Methode dengan ketentuan adalah sebagai berikut :

Jika ≥ 1, maka calon panelis diterima

Jika ≤ 1, maka calon panelis ditolak

(Bambang Kartika, dkk, 1988:24)

Dari hasil analisis tersebut akan diketahui hasil perhitungan range

method diperoleh rasio jika > 1, maka calon panelis memenuhi syarat,

jika rasio < 1, maka calon panelis tidak memenuhi syarat.

3.6.1.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah pengukuran yang memiliki konsisten

tinggi sebagai pengukuran yang ajeg atau stabil (Sugiyono, 2002:354).

Panelis akan mempunyai tingkat reliabilitas apabila panelis mempunyai

keajegan dalam menilai produk pada waktu yang berbeda. Dari data

penilaian, maka dapat ditentukan jumlah panelis yang akan diterima yaitu

apabila total skor range minimal ≥ 60% dari jumlah skor yang ada,

sedangkan panelis yang ditolak yaitu apabila skor rangenya ≤ 60% dari

jumlah skor yang ada.Berdasarkan uji reliabilitas dari seleksi calon panelis

yang lolos dapat mengikuti tahap selanjutnya berupa tahap latihan yang

dinyatakan sebagai panelis agak terlatih.

3.6.2 Panelis Tidak Terlatih

Panelis tidak terlatih digunakan untuk menguji tingakat kesukaan

pada suatu produk ataupun menguji tingkat kemauan seseorang untuk

(60)

menggunakan suatu produk. Menyangkut tingkat kesukaan terhadap suatu

makanan maka semakin banyak jumlah panelis, maka hasilnya akan

semakin baik. Jumlah panelis tidak terlatih minimal 80 orang. (Bambang

Kartika, 1988: 32). Panelis tidak terlatih yang digunakan adalah panelis

yang dapat mengenal produk krupuk ikan dengan substitusi duri ikan

Bandeng dan panelis tidak perlu melakukan latihan penilaian. Panelis tidak

terlatih yang akan digunakan untuk menilai krupuk hasil eksperimen adalah

masyarakat yang tinggal di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati

Semarang baik mahasiswa/pelajar atau masyarakat umum dengan kategori

sebagai berikut :

a. Pelajar/mahasiswa selain TJP Tataboga 14-20 tahun = 25 orang

b. Karyawan/wiraswasta berusia 20-29 tahun = 25 orang

c. Ibu-ibu yang berusia 30-59 tahun = 25 orang

d. Bapak-bapak yang berusia 30-59 tahun = 25 orang

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis varian klasifikasi tunggal untuk menguji hipotesis kerja dan analisis

deskriptif persentase digunakan untuk uji kesukaan, namun sebelum data

dianalisis dengan analisis varian klasifikasi tunggal perlu dilakukan uji

prasyarat hipotesis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas yaitu sebagai

(61)

47

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data setiap sampel

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan metode

liliefors karena jumlah sampel kurang dari 30, dengan langkah-langkah

yang diungkapkan oleh Sudjana ( 2005:466) yaitu sebagai berikut :

1) Mengurutkan data yang terkecil sampai terbesar

2) Mencari nilai mean rumusnya, X =

3) Mencari nilai simpanan baku rumusnya, S=

4) Menghitung angka baku, rumusnya Z =

5) Menghitung luas F(Z1), dengan mengkonsultasikan harga pada

tabledengan ketentuan jika < maka dikurangi > maka dikurang

6) MenghitungS

(

) =

7) MenghitungLo

=

F( )

S ( ),dengan ketentuan Jika Lo > Ltabel, maka data yang diperoleh tidak normal.

Jika Lo < Ltabel, maka data yang diperoleh normal.

Keterangan :

= Nilai mean

F = Jumlah nilai frekuensi

s

= Nilai simpangan baku Xi = Nilai data ke-i

(62)

Kriteria pengujian adalah jika Lo < L1 (5% : n) maka data berdistribusi

normal (Sudjana 2005:467).

3.7.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah suatu cara untuk mengetahui apakah

varians setiap sampel sudah homogen atau tidak, dimana pada penelitian

ini menggunakan uji Bartlett. Pengujian dilakukan dengan langkah –

langkah sebagai berikut :

1) Menghitung varian gabungan dari semua sampel, rumusnya :

= {∑( 1) /∑( )}

2) Mencari harga satuan B, rumusnya : B = (Log ) ∑ ( – 1)

3) Menghitung Chi kuadrat, rumusnya : = (ln10) {B - Σ ( – 1) log

}

Dengan 1n10 = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan

Keterangan :

=

varian gabungan

=

varian masing-masing

=

koefisien Bartlett

=

banyaknya anggota kelas

Dengan taraf nyata α = 5% tolak Ho jika

,

dimana didapat dari tabel Chi kuadrat dengan peluang (1 - ∞) dan dk: (k - 1) dengan k adalah kelompok sampel (Sudjana, 2002 : 263).

Jika data dinyatakan normal dan homogen maka dilakukan Analisis

(63)

49

3.7.3. Analisis Varians Klasifikasi Tunggal

Analisis varians klasifikasi tunggal digunakan untuk mengetahui

perbedaan ketiga sampel atau membuktikan hipotesis kerja mayor yang

berbunyi yaitu ada perbedaan kualitas krupuk ikan bandeng dengan

tambahan duri bandeng dengan prosentase duri bandeng, ikan bandeng

dan tepung tapioka yaitu 40% : 10% : 50%, 30% : 20% : 50%, dan 20% :

30% : 50% ditinjau dari aspek warna, aroma, rasa, tekstur. Penggunaan

analisis varians klasifikasi tunggal karena data yang diperoleh hanya

memenuhi satu variabel.

Tabel 10. Daftar analisa varian klasifikasi tunggal Sumber

varian

Derajad bebas

Jumlah kuadrat (JK) Rerata JK (MK)

N = jumlah subyek seluruhnya= a.b

Gambar

Tabel 7. Komposisi Kimia Bandeng
Gambar 2. Struktur Duri Pada Ikan Bandeng
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Skema Desain Acak Sempurna
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara pembuatan bandeng duri lunak (presto) adalah dengan cara ikan bandeng utuh dicuci terlebih dahulu, kemudian dibelah menjadi dua bagian lalu diberikan olesan bumbu berupa

Pengujian hipotesis yang dilakukan dari hasil penelitian menunjukkan “ tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas warna, aroma, rasa dan tekstur antara abon

Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui pengaruh proporsi ikan bandeng dan udang terhadap sifat organoleptik kerupuk mentah yang meliputi warna, aroma, tingkat

diversifikasi produk untuk olahan ikan bandeng antara lain bandeng goreng cabut duri, bandeng kentucky, otak-otak bandeng, abon ikan bandeng, abon duri ikan

Diperoleh hasil satu produk yang terbaik meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa yaitu pada produk bubur instan bayi yang telah disubstitusi tepung ikan pepetek

Hal ini disebabkan pada konsentrasi tepung tulang ikan yang digunakan, aroma khas ikan bandeng yaitu berbau lumpur dan tanah yang melekat pada tepung tulang

"Program pengabdian kepada masyarakat yang berjudul pemanfaatan limbah duri ikan bandeng sebagai bahan baku kerupuk di Desa Kalanganyar Kecamatan Sedati, Sidoarjo ini bertujuan untuk

Tingkat penerimaan konsumen terhadap rupa, rasa, aroma dan tekstur kerupuk atom ikan jelawat dengan penggunaan daging ikan dan tepung ikan Perlakuan Nilai organoleptik Rupa Rasa Aroma