• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Model Diskusi Kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Model Diskusi Kelas"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MODEL DISKUSI KELAS

Abstrak

Diskusi kelas merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Diskusi model ini meniscayakan adanya proses bertukar pikiran antara siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa dengan aturan-aturan tertentu yang harus yang disepakati dan mengikat secara bersama-sama.

Model pembelajaran ini bersifat interaktif dan kolaboratif sehingga mampu secara efektif memberdayakan potensi-potensi kognisi dan afeksi siswa menjadi pribadi-pribadi yang kritis, demokratis, toleran dan dewasa menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi. Bagi guru, model pembelajaran ini dapat meningkatkan tingkat kreatifitas dan inovasi dirinya. Karena seorang guru yang menggunakan model pembelajaran ini dituntut mengelola jalannya diskusi secara dialektis sehingga dibutuhkan rencana dan persiapan yang detil dan matang.

Model pembelajaran ini disamping memiliki kelebihan namun juga bukannya tanpa kelemahan. Kelebihan model pembelajaran ini antara lain : Mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, dan lain sebagainya. Kelemahan model pembelajaran ini antara lain : Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh siswa yang pandai, Sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi. Jalannya diskusi seringkali dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana, dan beberapa kelemahan lainnya.

Namun, dibanding kelemahannya, model pembelajaran ini lebih banyak mengandung kelebihan sehingga sangat tepat untuk dipergunakan dalam mengelola pembelajaran di kelas untuk menghindari cara-cara konvensional dan ketinggalan

jaman dalam pembelajaran.

A. PENDAHULUAN

▸ Baca selengkapnya: tujuan pembelajaran teks diskusi kelas 9

(2)

siswa mendadak pucat karena mereka takut ditanyai. Beruntung, seorang siswa

yang paling pintar di kelas mengangkat tangannya. Semua anak merasa lega.

Siswa tersebut menanyakan materi terkait yang dianggap masih belum dapat

dipahami dan memberikan komentar singkat1.

Setelah siswa pintar itu bertanya dan berkomentar, guru kembali

menjelaskan berbagai hal. Lagi-lagi, ketika guru bertanya kembali kepada para

siswa, hampir seluruhnya enggan bertanya atau berkomentar2.

Apakah contoh tersebut cukup akrab bagi kita? Menyikapi kondisi

dimana para siswa cenderung pasif di dalam kelas, peran guru diharapkan

mampu membantu para siswa agar lebih aktif dalam memberikan pendapat di

kelas. Perasaan malu atau takut sangat mungkin muncul di kelas jika para siswa

tidak terbiasa mengutarakan pendapat mereka. Oleh karena itu, metode diskusi

penting dilakukan di kelas. Jika contoh di atas menunjukan bahwa hanya siswa

yang pintar yang bicara maka dalam metode diskusi seluruh siswa harus

menyampaikan pendapatnya dengan proporsi yang setara.3

Diskusi kelas bisa menjadi pilihan salah satu model pembelajaran yang

bersifat student center yang dapat membuat dinamika pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup. Guru berperan sebagai designer, fasilitator, motivator, dan

evaluator atas hasil diskusi. Guru pun melalui model ini dapat menunjukan

kreatifitasnya secara lebih kaya, terstruktur, matang dan eksploratif.

1

Sigit Setyawan, Nyalakan Kelasmu : 20 Metode Mengajar dan Aplikasinya (Jakarta : PT. Grasindo, 2013) h. 33

2

Ibid

3

(3)

B. Ruang Lingkup Pembelajaran Model Diskusi Kelas

1. Pengertian

Diskusi adalah tukar pendapat untuk memecahkan suatu masalah atau

mencari kebenaran, atau pertemuan ilmiah yang di dalamnya dilakukan Tanya

jawab guna membahas suatu masalah4

Diskusi, dalam konteks pembelajaran di kelas, merupakan sebuah proses

tukar pikiran antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa lainnya. Diskusi

dapat terjadi dalam kelompok kecil maupun kelompok besar dan hasil akhir tidak

harus berupa keputusan, tapi dapat pula untuk memperjelas permasalahan5.

Diskusi kelas (classroom discussion) berarti diskusi yang diselenggarakan dalam kelas dan melibatkan guru serta para siswa yang menjadi peserta diskusi.

Dalam diskusi kelas pada umumnya gurulah yang menentukan tujuan diskusi.

Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan atau merumuskan informasi di

akhir diskusi6.

Diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat dan

unsur-unsur pengalaman secara teratur. Metode diskusi merupakan metode

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta

didik. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas

4

Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang : Cahaya Agency, 2013)

5

ibid

6

(4)

dan lebih teliti tentang sesuatu, disamping untuk mempersiapkan dan

menyelesaikan keputusan bersama7.

Dalam konsep pendidikan Islam, metode diskusi juga diperhatikan oleh

al-Qur`an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih

memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu

masalah. Perintah Allah dalam hal ini, agar kita mengajak ke jalan yang benar

dengan hikmah dan au’izhah yang baik dan membantah mereka dengan

berdiskusi dengan cara yang paling baik (QS. Al-Nahl, 16 : 125), selanjutnya

terdapat pula ayat-ayat ya g arti ya : Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik.... (Q.S. al-Ankabut, 29 : 49). Di dalam al-Qur`an kata diskusi atau al-mujadalah diulang sebanyak 29 kali. Diantaranya dua ayat yang telah disebutkan, terlihat bahwa keberadaan diskusi

amat diakui dalam pendidikan Islam8

2. Karakteristik Diskusi

Metode diskusi berbeda dari metode ceramah. Dalam metode diskusi

peran guru tidak begitu dominan. Guru biasanya hanya memberikan pengarahan

terhadap jalannya diskusi dan membantu menyimpulkan hasil diskusi yang

dilakukan siswa. Karenanya diskusi mengandung unsur-unsur demokratis. Siswa

diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-ide mereka sendiri. Tiap siswa

7

Gulo W., Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo Persada, 2002) h. 67

8

(5)

diharapkan memberikan sumbangan pendapat sehingga seluruh kelompok

kembali dengan paham yang dibina bersama, kelompok akan maju dari satu

pemikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah sampai kepada paham

terakhir sebagai hasil karya bersama (DEPAG, 2001).

Dilihat dari jumlah peserta yang terlibat, bentuk diskusi dibedakan

menjadi dua, yaitu : (1) diskusi yang terdiri atas beberapa orang saja

(sekelompok orang) misalnya buzing, debat, reaksi lingkaran, diskusi kelas dan

lain sebagainya; dan (2) diskusi yang melibatkan sejumlah massa (banyak orang)

sehingga disebut metode interaksi massa, misalnya seminar, workshop, panel,

forum, dan simposium.

Sebagaimana metode-metode pembelajaran yang lain, metode diskusi

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan metode ini antara

lain :

a. Mendorong siswa berpikir kritis,

b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas,

c. Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk

memecahkan masalah bersama,

d. Mengambil satu alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban

untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbanga yang

seksama,

e. Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain

(6)

f. Membiasakan bersikap toleran.

Dalam redaksi yang lain, kelebihan metode diskusi dapat dijelaskan

sebagaimana berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa ada masalah yang dapat

dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan atau satu

jawaban saja.

b. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling

mengemukakan pendapat secara konstruktif dan dapat diperoleh

suatu keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain

sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, serta

membiasakan bersikap toleran.

d. Menimbulkan kesanggupan pada anak didik untuk merumuskan

pikirannya secara terstruktur dan dalam bentuk yang dapat

diterima oleh orang lain9.

Barlow sebagaimana dikutip oleh Daradjat (1985) mengemukakan

bahwa ada beragam kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan metode

diskusi ini.

a. Sisi Positif

 Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang. Hal ini dapat

diketahui karena konsentrasi siswa akan terfokus kepada masalah

9

(7)

yang sudah didiskusikan. Sehingga partisipasi siswa dalam metode ini

sangat dibutuhkan.

 Memberikan pelajaran bersikap toleran, demokrat, kritis dan berpikir

sistematis kepada siswa.

 Kesimpulan-kesimpulan dari masalah yang sedang didiskusikan dapat

secara mudah diingat siswa. Hal ini disebabkan karena siswa

mengikuti alur berpikir diskusi.

 Memberikan pengalaman kepada siswa tentang etika

bermusyawarah.

b. Sisi Negatif

 Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh siswa yang pandai.

Sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi.

 Jalannya diskusi seringkali dipengaruhi oleh pembicaraan yang

menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan

melebar kemana-mana.

 Diskusi biasanya lebih memboroskan waktu, sehingga tidak jalan

dengan prinsip efesiensi.

Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, bagi guru yang ingin

menggunakan metode diskusi sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya

dengan rapi dan sistematis terlebih dahulu. Dan dalam hal ini, peran sesorang

(8)

3. Tujuan Pembelajaran Model Diskusi Kelas

Tujuan diskusi kelas tidak hanya mengasah kemampuan kognitif tingkat

dasar melainkan juga kemampuan kognitif tingkat lebih tinggi, diantaranya :

a. Membahas materi, permasalahan, atau ide-ide agar siswa mengetahui

atau memahami pokok masalah ;

b. Mencari jalan keluar atau alternatif penyelesaian atas masalah agar siswa

mempertimbangkan, mengevaluasi, merancang, menyimpulkan atau

merumuskan pokok pikiran atau tindakan10.

Metode diskusi pada dasarnya menekankan partisipasi dan interaksi

semua anggota kelompok dalam kegiatan diskusi. Morgan menegaskan bahwa

diskusi yang ideal adalah berpartisipasinya sekelompok individu dalam diskusi

terhadap suatu masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut11. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, metode ini sangat

membantu anak didik untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang Islam dan

dapat saling menghargai perbedaaan. Tema-tema yang bisa didiskusikan

misalnya tentang keragaman madzhab fiqih yang ada dalam Islam. Dalam

konteks thaharah (bersuci), misalnya, guru bisa mengajak siswa memahami perbedaan pendapat yang ada, dimana sebagian ulama menganggap bahwa

menyentuh kulit antara lawan jenis membatalkan wudlu, sementara yang lain

10

Sigit Setyawan, Nyalakan Kelasmu....h. 34 11

(9)

tidak membatalkan wudlu asal tidak disertai dengan syahwat ketika

menyentuhnya. Contoh lain dalam masalah distribusi zakat fitrah, sebagian

berpendapat bahwa zakat fitrah hanya dikhususkan kepada fakir miskin,

sementara yang lain membolehkan diberikan kepada mustahiq selain fakir miskin

asal masih dalam kategori asnaf tsamaniyah (delapan golongan)12.

4. Sintaks (langkah-langkah) Diskusi Kelas

Sintaks (langkah-langkah) pelaksanaan model diskusi kelas dapat

dideskripsikan sebagai berikut13 :

Mula-mula guru menunjuk eorang siswa untuk ke depan guna menulis

pokok-pokok pikiran yang akan didiskusikan. Siswa tersebut akan menjadi notulis

dan catatannya dapat dibaca di papan tulis. Variasinya, jika guru menggunakan

computer dan proyektor LCD, siswa dapat duduk di depan laptop menjadi

notulis, sementara guru melontarkan pertanyaan kepada siswa. Apa yang ditulis

oleh notulis akan tampak pada layar proyektor.

Guru menuliskan pertanyaan panduan diskusi di papan tulis. Guru

menjelaskan prosedur teknisnya, misalnya mengangkat tangan sebelum

menyampaikan pendapatnya dan nama siswa yang berpartisipasi akan dicatat

oleh notulis. Siswa tidak boleh langsung bicara. Dalam hal ini guru berperan

12

Ahmad Munjin Nasih & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran PAI (Bandung : Refika Aditama, 2009), hlm. 57-58

13

(10)

sebagai moderator diskusi. Apabila siswa telah dan memahami tata tertibnya,

guru melontarkan pertanyaan dan siswa menjawab satu per satu atau

menanggapi pernyataan siswa lainnya.

Apabila siswa pasif, guru dapat menunjuk siswa dan menanyakan apakah

siswa tersebut setuju dengan pendapat yang telah dikemukakan? Guru meminta

contoh atau penjelasan tambahan, misalnya mengapa, apa, atau bagaimana?

Setelah dianggap cukup, guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan

atau pokok-pokok pikiran yang telah dibahas. Dalam hal ini siswa merangkum

apa yang telah dibicarakan. Guru dapat meminta beberapa siswa untuk

membuat kesimpulan. Di akhir diskusi, guru memberikan tanggapannya atau

jalannya diskusi dan kesimpulan atau pokok pikiran yang disampaikan.

Dalam pelaksanaan diskusi, guru memiliki beberapa peran sebagai

berikut14 :

a. Guru menentukan salah satu masalah yang akan didiskusikan atau

meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok persoalan

yang akan didiskusikan bersama,

b. Guru menjelaskan tujuan diadakannya diskusi,

c. Guru memberikan ceramah dengan diselingi Tanya jawab mengenai

materi pelajaran yng didiskusikan,

d. Guru menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicaraan siswa

agar seluruh kelas dapat mendengar apa yang sedang didiskusikan,

14

(11)

e. Guru mengatur giliran siswa untuk berbicara agar seluruh siswa dapat

menggunakan kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat,

f. Guru mengatur suasana kelas agar sifat dan isi pembicaraan tidak

menyimpang dari pokok permasalahan yang didiskusikan,

g. Guru membuat catatan persoalan penting yang membutuhkan koreksi

atau menjelaskan lebih detil persoalan tema diskusi yang terkadang

siswa tidak menyadari telah terjadi kesalahan tematik,

h. Guru mengusahakan jalannya diskusi berjalan antar siswa dengan

siswa lainnya.

Diskusi yang baik harus direncanakan dan kunci keberhasilannya

terletak pada isu atau masalah yang didiskusikan. Pemilihan topik diskusi dapat

mempengaruhi keberhasilan diskusi sehingga topik harus dipilih dengan baik15 Ditegaskan pula bahwa secara umum ada beberapa standar penentuan topik

masalah yang dapat menjadi masalah yang baik dalam penerapan metode

diskusi. Berikut ini standar-standar yang dimaksud :

a. Semua atau sebagian besar kelompok anggota sangat tertarik

terhadap masalah yang didiskusikan.

b. Masalah yang dikaji sudah dikenal baik oleh sebagian besar

anggota kelompok.

c. Masalah bersifat jelas, dan dimengerti oleh semua anggota

kelompok.

15

(12)

d. Masalah mempunyai tingkat kesulitan yang dapat menumbuhkan

diskusi yang berkelanjutan.

e. Informasi cukup tersedia bagi anggota kelompok untuk

memecahkan masalah dengan memuaskan.

f. Masalah dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang logis.

g. Masalah merangsang pemikiran yang bermutu.

Dalam konteks pengajaran pendidikan agama Islam, guru agama

hendaknya berhati-hati dalam menentukan masalah yang akan didiskusikan.

Sebab, tidak dipungkiri bahwa banyak persoalan keaagamaan yang sensitif dan

bisa memicu ketidakharmonisan dalm kehidupan beragama.

Setidaknya ada empat hal yang patut diperhatikan oleh guru agama :

1. Isu yang akan didiskusikan menarik dan sesuai dengan taraf

berpikir siswa. Sebagai contoh, untuk siswa yang berada pada

jenjang SD, hendaknya tidak diajak berdiskusi tentang

hukum-hukum yang terkait dengan pernikahan, atau tentang perdebatan

seputar per edaa a tara alira Mu’tazilah de ga Ahlussu ah wa al Ja a’ah, atau dengan aliran yang lain.

2. Materi diskusi hendaknya ddiarahkan untuk mempertebal

keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

3. Sedapat mungkin materi diskusi bukan materi khilafiah yang bisa

(13)

4. Materi diskusi ditujukan untuk menciptakan kehidupan beragama

yang penuh toleransi dan kedamaian.

5. Evaluasi Diskusi Kelas

Evaluasi diskusi kelas dapat dilakukan melalui pencatatan partisipasi

siswa atau obeservasi. Berikut ini merupakan beberapa contoh format untuk

meng-evaluasi pelaksanaan diskusi kelas16 :

[image:13.595.161.507.422.518.2]

1. Catatan partisipasi diskusi dalam bentuk table jurnal pribadi guru.

Tabel 1 : contoh Catatan Partisipasi Siswa

No Nama Siswa Tgl Partisipasi Catatan

1 Tarso 28 Oktober 2013

2 Mimin 28 Oktober 2013 ditunjuk,

tapi tidak mau berpendapat

3 Madrais 30 Oktober 2013

4 ……….. ……….. ……….

2. Catatan Partisipasi diskusi dalam bentuk kartu. Setiap siswa memiliki

kartu partisipasi. Kalau hendak berpendapat, siswa mengangkat kartu

tersebut, lalu berbicara. Guru akan memberikan tanda pada kartu

tersebut.

Tabel 2 : contoh Kartu Partisipasi

16

(14)

KARTU PARTISIPASI

Nama : Lina Yuningsih

Kelas : ………

Tanggal Ttd Guru

Kartu tersebut disimpan oleh siswa dan diserahkan menjelang ujian

akhir semester untuk dijadikan sebagai patokan penilaian partisipasi

atau nilai afektif siswa. Dalam kartu tersebut dapat juga ditambahkan

tanda bintang jika siswa berpendapat dengan sangat bagus atau

pendapatnya menginspirasi teman-temannya.

3. Lembar observasi diskusi yang diisi oleh guru. Pada saat diskusi

dilakukan, guru mencatat kegiatan observasinya dalam lembar

[image:14.595.161.400.138.351.2]

observasi, seperti dalam contoh table berikut :

Table 3 : Contoh Lembar Partisipasi

No Nama Siswa Partisipasi Catatan 1 Mawar Menanggapi pertanyaan

guru

28 Oktober 2013 (2x berpendapat)

2 Melati Menanggapi Pernyataan teman

(15)

Berdasarkan catatan partisipasi siswa, guru dapat melakukan evaluasi

menyeluruh setelah kegiatan diskusi selesai. Misalnya mengapresiasi

para siswa yang sering berpendapat dan meminta siswa yang jarang

berpendapat untuk mengemukakan pendapat.

Ketiga format evaluasi diskusi kelas di atas hanyalah contoh sebagian

bentuk-bentuk format administratif yang bisa dipergunakan untuk melakukan

penilaian secara tertulis, agar pelaksanaan diskusi kelas menjadi lebih terkontrol

dengan baik dan cermat. Tentu saja setiap guru dapat mengembangkannya lebih

banyak dan lebih kreatif disesuaikan dengan kebutuhan.

C. PENUTUP

Demikian deskripsi tentang model diskusi kelas sebagai salah satu model

pembelajaran yang bisa diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan di

madrasah atau sekolah. Sebagai sebuah model pembelajaran, tentu saja model

diskusi kelas tidak bisa lepas dari kelebihan dan kekurangan. Tugas setiap setiap

pendidik untuk bisa dan secara cerdas menguasai dan menggunakan

model-model pembelajaran yang relevan dengan tingkat kesiapan belajar para peserta

didiknya.

Model pembeljaran diskusi merupakan cara efektif untuk mengukur

pengetahuan, keterampiln, dan kreatifitas siswa dalam menerima materi.

(16)

proses diskusi berlangsung. Siswa dapat berperan aktif dan interaktif dalam

pembelajaran untuk menginternalisasikan pengetahuannya dan guru berperan

sebagai partner yang memberikan gagasan bagi siswa ketika dialektika diskusi

tidak maksimal. Guru membiarkan siswa mengeluarkan pendapat dan akan

membantu ketika terjadi kesulitan dalam pemecahan masalah dan proses

diskusi.17

Diskusi sangat efektif untuk mengembangkan proses berpikir siswa,

memupuk mental, mengembangkan sikap diri, dan proses mempertahankan

motivasi belajar tingkat tinggi. Di dalam konsep diskusi, setiap elemen memiliki

kesempatan yang sama untuk berpendapat dan memberikan komentar atas apa

yang didiskusikan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Hendrikus, P. Dori Wuwur, Retorika : Terampil Berpidato, Berdiskusi,

Berargumentasi, Bernegosiasi (Yogyakarta : Kanisius, 1991)

Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang : Cahaya Agency, 2013) Nasih, Ahmad Munjin & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran

PAI (Bandung : Refika Aditama, 2009)

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005) Putra, Juma De, Inspirasi Mengajar ala Harvard University (Yogyakarta : Diva

Press, 2013)

Roestiyah, Didaktik Metodik (Jakarta : Bumi Aksara, 1994)

Setyawan, Sigit, Nyalakan Kelasmu : 20 Metode Mengajar dan Aplikasinya

(Jakarta : PT. Grasindo, 2013)

Supriyanto, Triyo, Paradigma Pendidikan Islam Berbasis

Teo-Antropo-Sosiosentris (Malang : PPM & UIN Malang, 2007)

Gambar

Tabel 1 : contoh Catatan Partisipasi Siswa
Table 3 : Contoh Lembar Partisipasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pemberian madu dicampur kuning telur dan interaksinya memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsentrasi spermatozoa

Irma Fitriyah (2010) meneliti tentang Pengaruh Etos kerja, Disiplin Kerja, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo,

program studi ekstensi s1 ilmu komputer... program studi ekstensi s1 ilmu

Membantu teman pada saat kesulitan dalam bekerja 38. Mengerjakan pekerjaan

Selain itu, kondisi ideal yang seharusnya ada dalam buku setidaknya harus ada evaluasi yang menyeluruh tentang isi dan muatannya, namun fakta yang ada di

Program umum MGMP Kabupaten Jombang adalah program yang bertujuan untuk memberikan wawasan kepada guru tentang kebijakan-kebijakan pendidikan di tingkat daerah sampai

Sedikit banyak di atas telah di bahas bagaimana posisi masing-masing yang dimiliki oleh bahasa Daerah yang pada poin empat ini dikhususkan pada bahasa Jawa dan bahasa

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi yang dilakukan penulis maka dapat disimpulkan terkait struktur birokrasi yang dilakukan oleh DKPS Kabupaten Nunukan dalam