PEMBELAJARAN MODEL DISKUSI KELAS
Abstrak
Diskusi kelas merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Diskusi model ini meniscayakan adanya proses bertukar pikiran antara siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa dengan aturan-aturan tertentu yang harus yang disepakati dan mengikat secara bersama-sama.
Model pembelajaran ini bersifat interaktif dan kolaboratif sehingga mampu secara efektif memberdayakan potensi-potensi kognisi dan afeksi siswa menjadi pribadi-pribadi yang kritis, demokratis, toleran dan dewasa menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi. Bagi guru, model pembelajaran ini dapat meningkatkan tingkat kreatifitas dan inovasi dirinya. Karena seorang guru yang menggunakan model pembelajaran ini dituntut mengelola jalannya diskusi secara dialektis sehingga dibutuhkan rencana dan persiapan yang detil dan matang.
Model pembelajaran ini disamping memiliki kelebihan namun juga bukannya tanpa kelemahan. Kelebihan model pembelajaran ini antara lain : Mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, dan lain sebagainya. Kelemahan model pembelajaran ini antara lain : Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh siswa yang pandai, Sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi. Jalannya diskusi seringkali dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana, dan beberapa kelemahan lainnya.
Namun, dibanding kelemahannya, model pembelajaran ini lebih banyak mengandung kelebihan sehingga sangat tepat untuk dipergunakan dalam mengelola pembelajaran di kelas untuk menghindari cara-cara konvensional dan ketinggalan
jaman dalam pembelajaran.
A. PENDAHULUAN
▸ Baca selengkapnya: tujuan pembelajaran teks diskusi kelas 9
(2)siswa mendadak pucat karena mereka takut ditanyai. Beruntung, seorang siswa
yang paling pintar di kelas mengangkat tangannya. Semua anak merasa lega.
Siswa tersebut menanyakan materi terkait yang dianggap masih belum dapat
dipahami dan memberikan komentar singkat1.
Setelah siswa pintar itu bertanya dan berkomentar, guru kembali
menjelaskan berbagai hal. Lagi-lagi, ketika guru bertanya kembali kepada para
siswa, hampir seluruhnya enggan bertanya atau berkomentar2.
Apakah contoh tersebut cukup akrab bagi kita? Menyikapi kondisi
dimana para siswa cenderung pasif di dalam kelas, peran guru diharapkan
mampu membantu para siswa agar lebih aktif dalam memberikan pendapat di
kelas. Perasaan malu atau takut sangat mungkin muncul di kelas jika para siswa
tidak terbiasa mengutarakan pendapat mereka. Oleh karena itu, metode diskusi
penting dilakukan di kelas. Jika contoh di atas menunjukan bahwa hanya siswa
yang pintar yang bicara maka dalam metode diskusi seluruh siswa harus
menyampaikan pendapatnya dengan proporsi yang setara.3
Diskusi kelas bisa menjadi pilihan salah satu model pembelajaran yang
bersifat student center yang dapat membuat dinamika pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup. Guru berperan sebagai designer, fasilitator, motivator, dan
evaluator atas hasil diskusi. Guru pun melalui model ini dapat menunjukan
kreatifitasnya secara lebih kaya, terstruktur, matang dan eksploratif.
1
Sigit Setyawan, Nyalakan Kelasmu : 20 Metode Mengajar dan Aplikasinya (Jakarta : PT. Grasindo, 2013) h. 33
2
Ibid
3
B. Ruang Lingkup Pembelajaran Model Diskusi Kelas
1. Pengertian
Diskusi adalah tukar pendapat untuk memecahkan suatu masalah atau
mencari kebenaran, atau pertemuan ilmiah yang di dalamnya dilakukan Tanya
jawab guna membahas suatu masalah4
Diskusi, dalam konteks pembelajaran di kelas, merupakan sebuah proses
tukar pikiran antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa lainnya. Diskusi
dapat terjadi dalam kelompok kecil maupun kelompok besar dan hasil akhir tidak
harus berupa keputusan, tapi dapat pula untuk memperjelas permasalahan5.
Diskusi kelas (classroom discussion) berarti diskusi yang diselenggarakan dalam kelas dan melibatkan guru serta para siswa yang menjadi peserta diskusi.
Dalam diskusi kelas pada umumnya gurulah yang menentukan tujuan diskusi.
Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan atau merumuskan informasi di
akhir diskusi6.
Diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat dan
unsur-unsur pengalaman secara teratur. Metode diskusi merupakan metode
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta
didik. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas
4
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang : Cahaya Agency, 2013)
5
ibid
6
dan lebih teliti tentang sesuatu, disamping untuk mempersiapkan dan
menyelesaikan keputusan bersama7.
Dalam konsep pendidikan Islam, metode diskusi juga diperhatikan oleh
al-Qur`an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih
memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu
masalah. Perintah Allah dalam hal ini, agar kita mengajak ke jalan yang benar
dengan hikmah dan au’izhah yang baik dan membantah mereka dengan
berdiskusi dengan cara yang paling baik (QS. Al-Nahl, 16 : 125), selanjutnya
terdapat pula ayat-ayat ya g arti ya : Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik.... (Q.S. al-Ankabut, 29 : 49). Di dalam al-Qur`an kata diskusi atau al-mujadalah diulang sebanyak 29 kali. Diantaranya dua ayat yang telah disebutkan, terlihat bahwa keberadaan diskusi
amat diakui dalam pendidikan Islam8
2. Karakteristik Diskusi
Metode diskusi berbeda dari metode ceramah. Dalam metode diskusi
peran guru tidak begitu dominan. Guru biasanya hanya memberikan pengarahan
terhadap jalannya diskusi dan membantu menyimpulkan hasil diskusi yang
dilakukan siswa. Karenanya diskusi mengandung unsur-unsur demokratis. Siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-ide mereka sendiri. Tiap siswa
7
Gulo W., Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo Persada, 2002) h. 67
8
diharapkan memberikan sumbangan pendapat sehingga seluruh kelompok
kembali dengan paham yang dibina bersama, kelompok akan maju dari satu
pemikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah sampai kepada paham
terakhir sebagai hasil karya bersama (DEPAG, 2001).
Dilihat dari jumlah peserta yang terlibat, bentuk diskusi dibedakan
menjadi dua, yaitu : (1) diskusi yang terdiri atas beberapa orang saja
(sekelompok orang) misalnya buzing, debat, reaksi lingkaran, diskusi kelas dan
lain sebagainya; dan (2) diskusi yang melibatkan sejumlah massa (banyak orang)
sehingga disebut metode interaksi massa, misalnya seminar, workshop, panel,
forum, dan simposium.
Sebagaimana metode-metode pembelajaran yang lain, metode diskusi
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan metode ini antara
lain :
a. Mendorong siswa berpikir kritis,
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
c. Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama,
d. Mengambil satu alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban
untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbanga yang
seksama,
e. Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain
f. Membiasakan bersikap toleran.
Dalam redaksi yang lain, kelebihan metode diskusi dapat dijelaskan
sebagaimana berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa ada masalah yang dapat
dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan atau satu
jawaban saja.
b. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif dan dapat diperoleh
suatu keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, serta
membiasakan bersikap toleran.
d. Menimbulkan kesanggupan pada anak didik untuk merumuskan
pikirannya secara terstruktur dan dalam bentuk yang dapat
diterima oleh orang lain9.
Barlow sebagaimana dikutip oleh Daradjat (1985) mengemukakan
bahwa ada beragam kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan metode
diskusi ini.
a. Sisi Positif
Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang. Hal ini dapat
diketahui karena konsentrasi siswa akan terfokus kepada masalah
9
yang sudah didiskusikan. Sehingga partisipasi siswa dalam metode ini
sangat dibutuhkan.
Memberikan pelajaran bersikap toleran, demokrat, kritis dan berpikir
sistematis kepada siswa.
Kesimpulan-kesimpulan dari masalah yang sedang didiskusikan dapat
secara mudah diingat siswa. Hal ini disebabkan karena siswa
mengikuti alur berpikir diskusi.
Memberikan pengalaman kepada siswa tentang etika
bermusyawarah.
b. Sisi Negatif
Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh siswa yang pandai.
Sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi.
Jalannya diskusi seringkali dipengaruhi oleh pembicaraan yang
menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan
melebar kemana-mana.
Diskusi biasanya lebih memboroskan waktu, sehingga tidak jalan
dengan prinsip efesiensi.
Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, bagi guru yang ingin
menggunakan metode diskusi sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya
dengan rapi dan sistematis terlebih dahulu. Dan dalam hal ini, peran sesorang
3. Tujuan Pembelajaran Model Diskusi Kelas
Tujuan diskusi kelas tidak hanya mengasah kemampuan kognitif tingkat
dasar melainkan juga kemampuan kognitif tingkat lebih tinggi, diantaranya :
a. Membahas materi, permasalahan, atau ide-ide agar siswa mengetahui
atau memahami pokok masalah ;
b. Mencari jalan keluar atau alternatif penyelesaian atas masalah agar siswa
mempertimbangkan, mengevaluasi, merancang, menyimpulkan atau
merumuskan pokok pikiran atau tindakan10.
Metode diskusi pada dasarnya menekankan partisipasi dan interaksi
semua anggota kelompok dalam kegiatan diskusi. Morgan menegaskan bahwa
diskusi yang ideal adalah berpartisipasinya sekelompok individu dalam diskusi
terhadap suatu masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut11. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, metode ini sangat
membantu anak didik untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang Islam dan
dapat saling menghargai perbedaaan. Tema-tema yang bisa didiskusikan
misalnya tentang keragaman madzhab fiqih yang ada dalam Islam. Dalam
konteks thaharah (bersuci), misalnya, guru bisa mengajak siswa memahami perbedaan pendapat yang ada, dimana sebagian ulama menganggap bahwa
menyentuh kulit antara lawan jenis membatalkan wudlu, sementara yang lain
10
Sigit Setyawan, Nyalakan Kelasmu....h. 34 11
tidak membatalkan wudlu asal tidak disertai dengan syahwat ketika
menyentuhnya. Contoh lain dalam masalah distribusi zakat fitrah, sebagian
berpendapat bahwa zakat fitrah hanya dikhususkan kepada fakir miskin,
sementara yang lain membolehkan diberikan kepada mustahiq selain fakir miskin
asal masih dalam kategori asnaf tsamaniyah (delapan golongan)12.
4. Sintaks (langkah-langkah) Diskusi Kelas
Sintaks (langkah-langkah) pelaksanaan model diskusi kelas dapat
dideskripsikan sebagai berikut13 :
Mula-mula guru menunjuk eorang siswa untuk ke depan guna menulis
pokok-pokok pikiran yang akan didiskusikan. Siswa tersebut akan menjadi notulis
dan catatannya dapat dibaca di papan tulis. Variasinya, jika guru menggunakan
computer dan proyektor LCD, siswa dapat duduk di depan laptop menjadi
notulis, sementara guru melontarkan pertanyaan kepada siswa. Apa yang ditulis
oleh notulis akan tampak pada layar proyektor.
Guru menuliskan pertanyaan panduan diskusi di papan tulis. Guru
menjelaskan prosedur teknisnya, misalnya mengangkat tangan sebelum
menyampaikan pendapatnya dan nama siswa yang berpartisipasi akan dicatat
oleh notulis. Siswa tidak boleh langsung bicara. Dalam hal ini guru berperan
12
Ahmad Munjin Nasih & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran PAI (Bandung : Refika Aditama, 2009), hlm. 57-58
13
sebagai moderator diskusi. Apabila siswa telah dan memahami tata tertibnya,
guru melontarkan pertanyaan dan siswa menjawab satu per satu atau
menanggapi pernyataan siswa lainnya.
Apabila siswa pasif, guru dapat menunjuk siswa dan menanyakan apakah
siswa tersebut setuju dengan pendapat yang telah dikemukakan? Guru meminta
contoh atau penjelasan tambahan, misalnya mengapa, apa, atau bagaimana?
Setelah dianggap cukup, guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan
atau pokok-pokok pikiran yang telah dibahas. Dalam hal ini siswa merangkum
apa yang telah dibicarakan. Guru dapat meminta beberapa siswa untuk
membuat kesimpulan. Di akhir diskusi, guru memberikan tanggapannya atau
jalannya diskusi dan kesimpulan atau pokok pikiran yang disampaikan.
Dalam pelaksanaan diskusi, guru memiliki beberapa peran sebagai
berikut14 :
a. Guru menentukan salah satu masalah yang akan didiskusikan atau
meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok persoalan
yang akan didiskusikan bersama,
b. Guru menjelaskan tujuan diadakannya diskusi,
c. Guru memberikan ceramah dengan diselingi Tanya jawab mengenai
materi pelajaran yng didiskusikan,
d. Guru menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicaraan siswa
agar seluruh kelas dapat mendengar apa yang sedang didiskusikan,
14
e. Guru mengatur giliran siswa untuk berbicara agar seluruh siswa dapat
menggunakan kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat,
f. Guru mengatur suasana kelas agar sifat dan isi pembicaraan tidak
menyimpang dari pokok permasalahan yang didiskusikan,
g. Guru membuat catatan persoalan penting yang membutuhkan koreksi
atau menjelaskan lebih detil persoalan tema diskusi yang terkadang
siswa tidak menyadari telah terjadi kesalahan tematik,
h. Guru mengusahakan jalannya diskusi berjalan antar siswa dengan
siswa lainnya.
Diskusi yang baik harus direncanakan dan kunci keberhasilannya
terletak pada isu atau masalah yang didiskusikan. Pemilihan topik diskusi dapat
mempengaruhi keberhasilan diskusi sehingga topik harus dipilih dengan baik15 Ditegaskan pula bahwa secara umum ada beberapa standar penentuan topik
masalah yang dapat menjadi masalah yang baik dalam penerapan metode
diskusi. Berikut ini standar-standar yang dimaksud :
a. Semua atau sebagian besar kelompok anggota sangat tertarik
terhadap masalah yang didiskusikan.
b. Masalah yang dikaji sudah dikenal baik oleh sebagian besar
anggota kelompok.
c. Masalah bersifat jelas, dan dimengerti oleh semua anggota
kelompok.
15
d. Masalah mempunyai tingkat kesulitan yang dapat menumbuhkan
diskusi yang berkelanjutan.
e. Informasi cukup tersedia bagi anggota kelompok untuk
memecahkan masalah dengan memuaskan.
f. Masalah dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang logis.
g. Masalah merangsang pemikiran yang bermutu.
Dalam konteks pengajaran pendidikan agama Islam, guru agama
hendaknya berhati-hati dalam menentukan masalah yang akan didiskusikan.
Sebab, tidak dipungkiri bahwa banyak persoalan keaagamaan yang sensitif dan
bisa memicu ketidakharmonisan dalm kehidupan beragama.
Setidaknya ada empat hal yang patut diperhatikan oleh guru agama :
1. Isu yang akan didiskusikan menarik dan sesuai dengan taraf
berpikir siswa. Sebagai contoh, untuk siswa yang berada pada
jenjang SD, hendaknya tidak diajak berdiskusi tentang
hukum-hukum yang terkait dengan pernikahan, atau tentang perdebatan
seputar per edaa a tara alira Mu’tazilah de ga Ahlussu ah wa al Ja a’ah, atau dengan aliran yang lain.
2. Materi diskusi hendaknya ddiarahkan untuk mempertebal
keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
3. Sedapat mungkin materi diskusi bukan materi khilafiah yang bisa
4. Materi diskusi ditujukan untuk menciptakan kehidupan beragama
yang penuh toleransi dan kedamaian.
5. Evaluasi Diskusi Kelas
Evaluasi diskusi kelas dapat dilakukan melalui pencatatan partisipasi
siswa atau obeservasi. Berikut ini merupakan beberapa contoh format untuk
meng-evaluasi pelaksanaan diskusi kelas16 :
[image:13.595.161.507.422.518.2]1. Catatan partisipasi diskusi dalam bentuk table jurnal pribadi guru.
Tabel 1 : contoh Catatan Partisipasi Siswa
No Nama Siswa Tgl Partisipasi Catatan
1 Tarso 28 Oktober 2013
2 Mimin 28 Oktober 2013 ditunjuk,
tapi tidak mau berpendapat
3 Madrais 30 Oktober 2013
4 ……….. ……….. ……….
2. Catatan Partisipasi diskusi dalam bentuk kartu. Setiap siswa memiliki
kartu partisipasi. Kalau hendak berpendapat, siswa mengangkat kartu
tersebut, lalu berbicara. Guru akan memberikan tanda pada kartu
tersebut.
Tabel 2 : contoh Kartu Partisipasi
16
KARTU PARTISIPASI
Nama : Lina Yuningsih
Kelas : ………
Tanggal Ttd Guru
Kartu tersebut disimpan oleh siswa dan diserahkan menjelang ujian
akhir semester untuk dijadikan sebagai patokan penilaian partisipasi
atau nilai afektif siswa. Dalam kartu tersebut dapat juga ditambahkan
tanda bintang jika siswa berpendapat dengan sangat bagus atau
pendapatnya menginspirasi teman-temannya.
3. Lembar observasi diskusi yang diisi oleh guru. Pada saat diskusi
dilakukan, guru mencatat kegiatan observasinya dalam lembar
[image:14.595.161.400.138.351.2]observasi, seperti dalam contoh table berikut :
Table 3 : Contoh Lembar Partisipasi
No Nama Siswa Partisipasi Catatan 1 Mawar Menanggapi pertanyaan
guru
28 Oktober 2013 (2x berpendapat)
2 Melati Menanggapi Pernyataan teman
Berdasarkan catatan partisipasi siswa, guru dapat melakukan evaluasi
menyeluruh setelah kegiatan diskusi selesai. Misalnya mengapresiasi
para siswa yang sering berpendapat dan meminta siswa yang jarang
berpendapat untuk mengemukakan pendapat.
Ketiga format evaluasi diskusi kelas di atas hanyalah contoh sebagian
bentuk-bentuk format administratif yang bisa dipergunakan untuk melakukan
penilaian secara tertulis, agar pelaksanaan diskusi kelas menjadi lebih terkontrol
dengan baik dan cermat. Tentu saja setiap guru dapat mengembangkannya lebih
banyak dan lebih kreatif disesuaikan dengan kebutuhan.
C. PENUTUP
Demikian deskripsi tentang model diskusi kelas sebagai salah satu model
pembelajaran yang bisa diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan di
madrasah atau sekolah. Sebagai sebuah model pembelajaran, tentu saja model
diskusi kelas tidak bisa lepas dari kelebihan dan kekurangan. Tugas setiap setiap
pendidik untuk bisa dan secara cerdas menguasai dan menggunakan
model-model pembelajaran yang relevan dengan tingkat kesiapan belajar para peserta
didiknya.
Model pembeljaran diskusi merupakan cara efektif untuk mengukur
pengetahuan, keterampiln, dan kreatifitas siswa dalam menerima materi.
proses diskusi berlangsung. Siswa dapat berperan aktif dan interaktif dalam
pembelajaran untuk menginternalisasikan pengetahuannya dan guru berperan
sebagai partner yang memberikan gagasan bagi siswa ketika dialektika diskusi
tidak maksimal. Guru membiarkan siswa mengeluarkan pendapat dan akan
membantu ketika terjadi kesulitan dalam pemecahan masalah dan proses
diskusi.17
Diskusi sangat efektif untuk mengembangkan proses berpikir siswa,
memupuk mental, mengembangkan sikap diri, dan proses mempertahankan
motivasi belajar tingkat tinggi. Di dalam konsep diskusi, setiap elemen memiliki
kesempatan yang sama untuk berpendapat dan memberikan komentar atas apa
yang didiskusikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hendrikus, P. Dori Wuwur, Retorika : Terampil Berpidato, Berdiskusi,
Berargumentasi, Bernegosiasi (Yogyakarta : Kanisius, 1991)
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang : Cahaya Agency, 2013) Nasih, Ahmad Munjin & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
PAI (Bandung : Refika Aditama, 2009)
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005) Putra, Juma De, Inspirasi Mengajar ala Harvard University (Yogyakarta : Diva
Press, 2013)
Roestiyah, Didaktik Metodik (Jakarta : Bumi Aksara, 1994)
Setyawan, Sigit, Nyalakan Kelasmu : 20 Metode Mengajar dan Aplikasinya
(Jakarta : PT. Grasindo, 2013)
Supriyanto, Triyo, Paradigma Pendidikan Islam Berbasis
Teo-Antropo-Sosiosentris (Malang : PPM & UIN Malang, 2007)