Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nur Rafiqah 1110013000027
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DI MA ANNAJAH
JAKARTA
TAHLIN
PELAJARAN
2OI3I2OI4Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Nur Rafiqah NIM. 1110013000027
Di Bawah Bimbingan,
JURUSAN
PEI{DIDIKAN
BAHASA DAN
SASTRAINDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI SYARIF
HIDAYATULTAH
JAKARTA
2014
Eksposisi Siswa Kelas
X
SemesterI
di MA
Annajah Jakarta Tahun Pelajaran 201312014" disusun oleh Nur Rafiqah,NIM
1110013000027, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada23 September 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sa{ana SI (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Jakarta, 25 September 2014 Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (PLT Ketua Jurusan/Prodi) Didin Syafrudin. MA.. M.Pd.
NrP. 19600307 t99002 t00L
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Dra.Ilindun. M.Pd.
NIP. 197012t5 200912 2 001
Penguji I
Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. DTT
Penguji II
Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A.
DTT
Tanggal
XTEi!/t
-q1z
\
rs
$rpl
4*/r
_-*(.:.?L*'f
lmu Tarbiyah dan Keguruan
,
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
NIM
Fakultas
Jurusan
Semester
Judul Skripsi
Yang bertanda tangan
Dosen Pembimbing
Nur Rafiqah
Jakarta,16Maret 1992
I 1 10013000027
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
x
Analisis Kesalahan Penentuan lde Pokok dalam Karangan Eksposisi Siswa Kelas X Semester
I
di MA Annajah Jakarta Tahun Pelajaran 2A13/2014Dra. Mahmudah FitriyahZA, M.Pd.
Dengan
ini
menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.Jakarta, 25 September 2014
Yang Menyatakan
ffiffiffieffi
ffi
Nur Rafiqahi
Nur Rafiqah, 1110013000027, 2014, “Analisis Kesalahan Penentuan Ide Pokok
dalam Karangan Eksposisi Siswa Kelas X Semester I di MA Annajah Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pembimbing: Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd.
Penelitian ini menganalisis kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi siswa kelas X semester I di MA Annajah Jakarta. Analisis kesalahan merupakan suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengidentifikasi kesalahan yang dibuat oleh siswa melalui beberapa tahap, yaitu mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat di dalam data, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan, dan menilai taraf keseriusan kesalahan. Ide pokok merupakan topik atau pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca dalam sebuah paragraf. Karangan eksposisi merupakan karangan yang mengungkapkan, menjelaskan, dan menguraikan suatu pokok persoalan, ide, atau informasi untuk menambah wawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penentuan ide pokok di dalam karangan eksposisi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk membuat gambaran yang akurat dan apa adanya mengenai bentuk-bentuk kesalahan penentuan ide pokok di dalam karangan eksposisi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan terdiri atas tiga kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X berjumlah 31 siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa banyak melakukan kesalahan dalam menentukan ide pokok. Bentuk kesalahannya, yaitu ide pokok yang ditulis tidak jelas eksistensinya dan tidak memenuhi kriteria ketercukupan kemunculannya di dalam paragraf. Ide pokok yang tidak jelas eksistensinya disebabkan ide pokok yang ditulis tidak dibahas di dalam paragraf, berasal dari kalimat penjelas, dan ide pokok tidak dijelaskan di dalam kalimat selanjutnya. Selain itu, paragraf yang ditulis hanya ada satu kalimat, terdiri atas dua kalimat yang belum jelas maksudnya, dan hanya terdiri atas kalimat-kalimat penjelas, sehingga tidak ada ide pokok yang jelas eksistensinya. Ide pokok yang tidak memenuhi kriteria ketercukupan kemunculannya disebabkan ide pokok yang ditulis terlalu luas, sehingga kurang mewakili isi paragraf. Selain itu, ide pokok yang ditulis merupakan kalimat utamanya. Dengan demikian, sebagian besar siswa belum mampu dalam menentukan ide pokok paragraf dengan tepat. Hal itu terbukti dari banyaknya siswa yang melakukan kesalahan.
ii
NurRafiqah, 1110013000027, 2014 “Students’ error analysis in determination main idea of expository essay at the first grade of MA Annajah Jakarta Academic Year 2013/2014”. Department of Education Indonesian Language and Literature. Faculty
of
Tarbiyah and Teachers’ Training State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta. Advisor: Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd.This research examines students’error analysis in determining main idea of expository essay on the first semesterat the first grade of MA Annajah. Error analysis is a work procedure which is usually used by researchers or language teacher to identify an error made by students through several steps, there are collect data, identify the error which can be found in the data, explain the error, classify the error, and assessthe level of error seriousness. Main idea is a topic or a message that want to be delivered by writer toward reader in a paragraph form. Expository essay is an article which express, explain, and expose a main problem, idea, or information for increasing knowledge. This study purpose is to describe the forms of error in the determination of main idea in expository essay.
The methodology used in this research is descriptive qualitative. Its purpose is to give an accurate illustration about error forms in determining main idea of expository essay. In the collecting data the researcher used observation, test, and interview. For technique of analyzing data which were utilized consist of three activities; data reduction, data presentation, and conclusion. The subject of this research is the first grade of Senior High School approximately thirty one students.
The result of this study showed that students have made much error in determining main idea. Types of the error among of them are the existence of the main idea which is written by students was not explicit and unfulfilled the criteria of emergence adequate in paragraph. The reason why the existence of the main idea was not explicit is the main idea written was not discussed in the paragraph, derived from explanatory sentence, and the main idea was not explained in the next sentence. Beside of that, the paragraph written is only in one sentence, where in consists of two sentences are not very clear, and only stand up of supporting details. So that, there was no main idea which the existence is clear. The main idea which is not fulfilled the criteria of emergence adequate in paragraph caused by the main idea written too broad. So as, it less represent the content of paragraph. Furthermore, the main idea which was written is topic sentence. So, some of students are not be able to determine the main idea of paragraph exactly. That was proved because there were many students have made the error.
iii
rahmat dan karunia-Nya, serta kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis sehingga diberikan kemudahan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kesalahan Penentuan Ide Pokok dalam Karangan Eksposisi Siswa Kelas X Semester I di MA Annajah Jakarta”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada utusan Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembaca.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, karya ilmiah ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta yang telah
mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini;
2. Didin Syafrudin, M.A., Ph.D., selaku pelaksana tugas Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;
3. Dra. Mahmudah Fitriyah, Z.A., M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis selama ini. Terima kasih untuk semangat, arahan, bimbingan, dan kesabaran Ibu selama membimbing penulis;
iv
5. Segenap staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
6. Bapak Drs. Bukhori, selaku kepala MA Annajah, sekaligus guru bahasa dan sastra Indonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan menjadi nara sumber dalam penelitian skripsi ini;
7. Orang tua penulis tercinta, Bapak H. Suhandi Nurdin dan Ibu Hj. Ratna Juwita, yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, dan kasih sayang hingga detik ini. Kakak dan Adik penulis, Rina Nurdiyana dan Nur Rasyida, yang selalu memberikan semangat, canda, dan tawa pelepas kepenatan;
8. Ahmad Samsudin, matahari yang setia mendampingi dan meluangkan waktu saat penulis menyusun skripsi. Terima kasih atas doa, motivasi, saran, dan bantuannya;
9. Sahabat-sahabat penulis, Ratna Agustina Pangestu, Astuti Nurasani, Sri Wahyuningsih, Desy Khusnul Qotimah, Liza Amalia, Ayu Rizqi P., Nur Amalina, Amalia Utami S., Nurhikmah Robiah, dan Afriyanti, yang menjadi motivasi bagi penulis. Terima kasih atas doa dan dukungannya; 10.Teman-teman seperjuangan, mahasiswa PBSI angkatan 2010, khususnya
v
Akhirnya, penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Jakarta, 25 September 2014
vi
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK……………… i
ABSTRACT………...……… ii
KATA PENGANTAR……….…………. iii
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR TABEL……….... ix
DAFTAR LAMPIRAN……… x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….……….. 1
B. Identifikasi Masalah …..….………. 5
C. Batasan Masalah ………...…... 5
D. Rumusan Masalah ………... 5
E. Tujuan Penelitian ………. 6
F. Manfaat Penelitian ………... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik...…...………. 8
1. Analisis Kesalahan……….... 8
a. Pengertian Analisis Kesalahan……… 8
b. Tujuan Analisis Kesalahan………... 9
c. Metodologi Analisis Kesalahan……...……….... 9
2. Paragraf………..………... 10
a. Pengertian Paragraf…..…….……….. 10
b. Syarat-syarat Paragraf yang Baik…………..……….…. 12
c. Paragraf Deduktif, Induktif, dan Campuran………... 12
vii
2. Ciri-ciri Ide Pokok………. 14
3. Penyajian Ide Pokok……….. 15
f. Kalimat Utama……….…. 17
1. Pengertian Kalimat Utama……….…. 17
2. Penyajian Kalimat Utama………... 18
g. Kalimat penjelas……….…... 20
3. Karangan………..………..….. 21
a. Pengertian Karangan……….……….…... 21
b. Perencanaan Karangan………...……….….. 21
c. Karangan Eksposisi………... 23
1. Pengertian Karangan Eksposisi.……….. 23
2. Ciri-ciri Karangan Eksposisi……….….. 23
3. Metode Penulisan Eksposisi………... 24
B. Hasil Penelitian yang Relevan……...………. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……… 31
B. Metode Penelitian………... 31
C. Subjek Penelitian……… 32
D. Teknik Pengumpulan Data………. 32
E. Instrumen Penelitian………... 34
F. Teknik Analisis Data……….…. 36
G. Triangulasi Data.……… 38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah………..……… 39
B. Penyajian Data……….……….…. 45
viii
B. Saran ……… 93
DAFTAR PUSTAKA... 94
ix
Tabel 3. 1 Kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi
berdasarkan ciri jelas eksistensinya………..…. 34
Tabel 3. 2 Kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi berdasarkan ciri memenuhi kriteria ketercukupan kemunculannya….. 35
Tabel 3. 3 Kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi siswa kelas X MA Annajah Jakarta………...….... 35
Tabel 3. 4 Kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi berdasarkan ciri jelas eksistensinya………... 37
Tabel 3. 5 Kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi berdasarkan ciri memenuhi kriteria ketercukupan kemunculannya….. 38
Tabel 4. 1 Data tenaga pendidik dan kependidikan berdasarkan jenis kelamin dan status kepegawaian………... 41
Tabel 4. 2 Data tenaga pendidik dan kependidikan berdasarkan jenjang Pendidikan... 42
Tabel 4. 3 Data siswa berdasarkan jenis kelamin dan rombel………... 42
Tabel 4. 4 Data keadaan sarana dan prasarana………...………. 43
Tabel 4. 5 Peralatan penunjang pembelajaran……….… 44
Tabel 4. 6 Kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi berdasarkan ciri jelas eksistensinya………...….... 45
Tabel 4. 7 Kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi berdasarkan ciri memenuhi kriteria ketercukupan kemunculannya….. 47
x Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 3 : Karangan Eksposisi Siswa
Lampiran 4 : Instrumen Tes Lampiran 5 : Hasil Observasi Lampiran 6 : Hasil Wawancara Lampiran 7 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 8 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari Ketua Jurusan PBSI
Lampiran 9 : Surat Keterangan Mengadakan Penelitian dari MA Annajah Jakarta Lampiran 10 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari MA Annajah
Jakarta
1
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam keseharian, manusia tidak pernah lepas dari kegiatan berbahasa, mulai dari anak-anak hingga dewasa, baik secara verbal ataupun nonverbal. Baik dalam melakukan suatu pekerjaan ataupun untuk menuangkan segala gagasan atau ide yang dimilikinya. Sama halnya dengan siswa di sekolah, baik SD, SMP, ataupun SMA. Mereka dituntut untuk bisa mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Dalam hal ini, tentunya siswa harus memiliki keterampilan dalam berbahasa, sehingga bisa mudah dalam bersosialisasi dan tepat dalam menuangkan gagasan yang dimilikinya.
agar mendorong mereka menguasai keterampilan berbahasa, yang tentunya akan membantu dan mempermudah mereka dalam memahami segala hal yang berkaitan dengan bahasa dan menuntaskan segala kewajiban mereka sebagai siswa di sekolah.
Kesalahan siswa dalam menentukan ide pokok yang dimaksudkan oleh penulis dalam suatu bacaan atau karangan itu memang kerap terjadi dalam setiap latihan yang diberikan oleh guru bahasa dan sastra Indonesia. Suatu kekhilafan yang besar apabila hal ini dianggap sebagai persoalan yang sederhana dan tidak segera diatasi. Menentukan ide pokok dalam setiap paragraf merupakan salah satu kompetensi yang selalu muncul dalam setiap Ujian Nasional ataupun Ujian Sekolah bahasa dan sastra Indonesia, baik itu di SD, SMP, maupun SMA. Apabila siswa tidak tepat dalam menentukan ide pokok dalam suatu paragraf, tentu akan berdampak negatif pada hasil ujian mereka. Bukan suatu hal yang tidak mungkin apabila menyebabkan mereka lulus dengan nilai yang kurang baik atau bahkan tidak lulus ujian.
Ketepatan dalam menentukan ide pokok memang hal yang sangat penting bagi siswa. Hal ini karena menetukan ide pokok merupakan materi yang selalu muncul dalam Ujian. Selain itu, menentukan ide pokok sebagai kunci utama untuk memahami setiap bacaan dengan cepat. Tanpa disadari, siswa akan selalu melakukan kegiatan membaca, baik membaca buku-buku, artikel, surat kabar, berbagai jenis karangan, ataupun karya tulis ilmiah. Selain itu, menentukan ide pokok dapat melatih siswa untuk menyampaikan ide yang ada dalam pikiran mereka kepada orang lain dengan tepat, baik secara lisan ataupun tulisan. Misalnya, siswa yang nantinya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kemampuan ini akan mendukung mereka untuk dapat membuat sebuah karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan, yang menuntut mereka untuk bisa menyampaikan dan menuliskan gagasan secara tepat.
Membaca merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi dan memahami makna suatu bacaan. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagian besar terdapat bacaan yang memang menuntut siswa untuk teliti dalam membacanya. Namun, banyak siswa yang malas mengerjakan soal bahasa Indonesia karena bacaan yang kerap kali panjang lebar. Siswa yang tidak memiliki minat membaca tentu wawasannya terbatas dan mereka akan kesulitan dalam menentukan ide suatu bacaan.
Selain itu, rendahnya minat dan kurangnya kemampuan siswa dalam menulis yang juga disebabkan oleh rendahnya minat membaca siswa, yang membuat siswa tidak tepat dalam menuangkan ide yang dimilikinya ke dalam tulisan. Faktor lainnya, yaitu metode dan media pembelajaran yang digunakan guru kurang inovatif. Hal tersebut mengakibatkan beberapa permasalahan, yaitu ketika siswa membaca, mereka keliru atau tidak dapat memahami gagasan atau ide yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh penulis dalam sebuah bacaan, siswa tidak dapat menyampaikan ide atau gagasan dengan tepat, baik secara langsung ketika ia berbicara ataupun secara tidak langsung saat ia menulis sebuah karangan, siswa tidak bisa menentukan ide pokok dalam sebuah paragraf yang terdapat di dalam soal, khususnya soal ujian yang mengakibatkan mereka mendapatkan nilai rendah, bahkan akan mendorong mereka untuk mencontek jawaban agar memperoleh nilai yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang difokuskan pada aspek “Analisis Kesalahan Penentuan Ide Pokok dalam Karangan Eksposisi Siswa Kelas X Semester I di MA Annajah Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang timbul adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman siswa dalam menentukan ide pokok secara tepat. 2. Kurangnya pemahaman siswa dalam membedakan antara ide pokok dan
kalimat utama.
3. Rendahnya minat serta keterampilan siswa dalam membaca buku. 4. Rendahnya minat siswa dalam menulis karangan.
5. Kurang tepatnya metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru.
C. Batasan Masalah
Judul penelitian ini telah menimbulkan sejumlah masalah yang telah teridentifikasi. Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini, maka dipandang perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan agar lebih terarah dan tidak melebar. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini hanya akan membahas mengenai Analisis Kesalahan Penentuan Ide Pokok dalam Karangan Eksposisi Siswa Kelas X Semester I di MA Annajah Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
D
. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan acuan yang dipegang dalam melakukan segala kegiatan,
agar penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu mendeskripksikan bentuk-bentuk kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi siswa kelas X semester I di MA Annajah Jakarta tahun pelajaran 2013/2014.F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoretis dari penelitian ini diharapkan:
a. Memperluas pengalaman serta khasanah penelitian di bidang bahasa terutama dalam penentuan ide pokok khususnya bagi diri peneliti. b. Memberikan gambaran bagi guru, bagaimana kesalahan siswa dalam
menentukan ide pokok dalam suatu karangan. Guru dapat memberikan pendalaman materi dan latihan pada hal-hal yang kurang dikuasai siswa.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan:
a. Bagi guru bahasa Indonesia, untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama bahasa khususnya materi ide pokok dan meningkatkan pengajaran membaca dan menulis sehingga siswa mampu memahami serta menentukan ide pokok paragraf dengan baik.
b. Bagi peneliti, untuk mendapatkan data empiris guna mengetahui bentuk kesalahan penentuan ide pokok paragraf dan memberikan sumbangan terhadap pola penyajian dan pengembangan bahasa terutama bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Selain itu, peneliti juga mendapatkan bahan atau ilmu baru.
8
A.
Deskripsi Teoritik
1.
Analisis Kesalahan
a. Pengertian Analisis Kesalahan
Untuk dapat memiliki keterampilan, khususnya keterampilan berbahasa, setiap siswa harus melalui tahap belajar. Siswa akan memperoleh ilmu dan wawasan yang awalnya belum diketahui dan dikuasai. Siswa tidak akan terlepas dari kesalahan selama dalam proses belajar. Kesalahan yang dialami siswa merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi saat kegiatan belajar. Namun, kesalahan yang dialami siswa ini tidak bisa dibiarkan terus menerus karena akan berlangsung lama dan mempengaruhi wawasan serta nilai yang akan diperolehnya dalam belajar. Oleh karena itu, kesalahan harus dianalisis agar dapat diketahui bentuk kesalahan dan cara yang tepat untuk mengatasi agar kesalahan itu tidak terjadi dan tidak membekas lama dalam diri siswa. Dengan demikian, perlu untuk memahami pengertian mengenai analisis kesalahan. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian analisis kesalahan.
Ellis (dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan) berpendapat,
“Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”.1
Selain itu, Corder (dalam Sri Utari Subyakto-Nababan) berpendapat,
“Analisis kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji ke
salahan-kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar BT (bahasa target) dalam proses belajar-mengajar BT (bahasa target) tersebut”.2 Jadi, analisis kesalahan
1 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2011), h.59-61
merupakan suatu prosedur kerja yang biasa dilakukan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan mengetahui sejauh mana kesalahannya guna memperbaiki kesalahan tersebut agar tidak membekas lama dalam diri siswa karena kesalahan tidak boleh dibiarkan terlalu lama dan tidak bisa dianggap remeh karena akan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan siswa.
b. Tujuan Analisis Kesalahan
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan menganalisis kesalahan siswa juga memiliki tujuan. Tujuan itu tentunya untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi bagi siswa dalam kegiatan belajar. Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan mengemukakan, analisis kesalahan,
antara lain, bertujuan untuk: (1) menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar, (2) menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan, (3) merencanakan latihan dan pengajaran remedial, (4) memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.3
Selain itu, tujuan dari analisis kesalahan juga dikemukakan oleh Sri Utari Subyakto-Nababan, yaitu, “Untuk melihat sejauh mana para pelajar BT (bahasa target) telah mencapai kemajuan dalam „antar bahasa’nya”.4 Adanya tujuan dalam menganalisis kesalahan siswa, akan membantu pendidik dalam memperbaiki proses belajar-mengajar di dalam kelas. Data hasil analisis kesalahan siswa digunakan sebagai patokan untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, baik dalam memilih metode pengajaran, memilih media pembelajaran, ataupun memilih sumber belajar yang tepat, sehingga akan memberikan hasil yang optimal.
c. Metodologi Analisis Kesalahan
Kegiatan menganalisis kesalahan siswa dalam proses belajar-mengajar tentu memiliki langkah-langkah yang dapat dilakukan agar tujuan dari analisis kesalahan dapat tercapai. Langkah-langkah dalam menganalisis kesalahan siswa yang dikemukakan oleh Jos Daniel Parera, yaitu, “Pengumpulan data dari
3Tarigan dan Djago Tarigan., op.cit., h. 69
karangan-karangan siswa ajaran atau dari hasil ujian, identifikasi kesalahan baik yang mendapatkan perhatian khusus dengan tujuan tertentu maupun penyimpangan yang umum, klasifikasi atau pengelompokan kesalahan, pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan, identifikasi lingkup tipe kesalahan, dan usaha perbaikan”.5 Jadi, dalam menganalisis kesalahan siswa tidak sembarang menganalisis, tetapi ada langkah-langkah yang harus dilakukan agar memperoleh data yang optimal. Peneliti akan lebih mudah mengetahui bentuk-bentuk kesalahan, sehingga akan diketahui bentuk kesalahan yang mana yang paling banyak dilakukan siswa. Hal ini akan membantu pendidik atau peneliti dalam menentukan rencana tindak lanjut untuk memperbaiki kesalahan siswa agar tidak berlangsung lama.
2.
Paragraf
a. Pengertian Paragraf
Sebelum melakukan analisis kesalahan dalam bentuk karangan, tentu harus mengetahui lebih dahulu tentang pengertian paragraf karena karangan yang akan dianalisis terdiri dari beberapa paragraf. Banyak ahli yang berpendapat mengenai pengertian paragraf. Rasyid Sartuni, berpendapat, “Paragraf disebut juga alinea, perenggan, atau baru. Artinya, paragraf adalah satuan bahasa yang
mengungkapkan sebuah gagasan (utama) atau sebuah pokok pikiran”.6
Ramlan A.
Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A mengemukakan, “Paragraf bukan sekedar
kumpulan kalimat. Artinya, tulisan yang terdiri dari sekumpulan kalimat belum tentu paragraf. Dikategorikan paragraf jika sekumpulan kalimat tersebut terdiri
dari satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas”.7
Alek A. dan H. Achmad H.P. menyatakan bahwa paragraf memiliki beberapa pengertian, yaitu: (1) paragraf ialah karangan mini. Artinya, semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf; (2) paragraf adalah satuan bahasa
5 Jos Daniel Parera, Analisis Kontrastif Bahasa dan Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Ikip, 1997), h. 58
6 Rasyid Sartuni, Aplikasi Bahasa Akademik, (Jakarta: Alfonso Pratama, 2007), Cet. V, h.109 7 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya; dan (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti yang tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan.8 Selain itu, M. Ramlan berpendapat, “Paragraf merupakan bagian dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu tuturan”.9 Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan berpendapat, “Paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan”.10
Laurie Blass dan Meredith Pike-Baky berpendapat, “A paragraph is a group of sentences that develops an idea. The sentences of a paragraph support and give examples of the
main idea. A paragraph begins with an indented sentence. A paragraph can stand
alone, or it can be grouped with other paragraphs to develop a more general
idea, as in an essay”.11
(Sebuah paragraf merupakan sekolompok kalimat yang mengembangkan sebuah ide. Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf mendukung dan memberikan contoh ide pokoknya. Sebuah paragraf dimulai dengan kalimat yang ditujukan atau dimaksudkan. Sebuah paragraf bisa berdiri sendiri atau bisa dikelompokkan dengan paragraf yang lain untuk mengembangkan ide yang lebih luas, seperti essay).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan bagian dari sebuah tulisan atau karangan yang terdiri dari beberapa kalimat, dibangun oleh sebuah gagasan utama atau ide pokok, dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat penjelas. Jadi, apabila terdapat kumpulan kalimat tetapi tidak mengandung sebuah gagasan atau ide pengarangnya, maka kumpulan kalimat tersebut bukan merupakan paragraf.
8 Alek A. dan H. Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, h.207-208
9 M. Ramlan, Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), Cet. I, h.1
10 Sabarti Akhadiah, dkk, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1995), Cet. IX, h.144
b. Syarat-syarat Paragraf yang Baik
Paragraf merupakan sarana yang digunakan untuk menuangkan ide penulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah paragraf agar menjadi paragraf yang baik dan ide yang dituliskan dapat tersampaikan dan dipahami oleh pembaca. Syarat-syarat paragraf yang baik ada tiga, yaitu kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A berpendapat, “Kesatuan
paragraf adalah unsur yang membangun sebuah paragraf tersebut. Sebuah paragraf yang baik, biasanya terdiri dari satu kalimat topik/kalimat utama/kalimat inti dan beberapa kalimat penjelas. Syarat yang kedua adalah kepaduan(koherensi). Maksudnya, dalam sebuah paragraf tidak boleh ada kalimat yang tidak ada hubungannya atau menyimpang dari paragraf itu.”12 Syarat yang ketiga, yaitu kelengkapan. Yakub Nasucha menyatakan, “Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama”.13 Dengan demikian, dalam membuat sebuah paragraf tidak hanya sekedar menuliskan kalimat-kalimat, tetapi dalam sebuah paragraf itu harus ada kalimat utama yang mengandung ide pokok paragraf dan kalimat-kalimat penjelas. Selain itu, harus memperhatikan kepaduan antara kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas, sehingga ide yang disampaikan dapat dipahami.
c. Paragraf Deduktif, Induktif, dan Campuran
Paragraf yang ditulis oleh seorang penulis dalam sebuah karangan berbeda-beda sesuai dengan keinginan penulisnya dalam meletakkan ide atau gagasan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Ide atau gagasan yang ingin disampaikan kepada pembaca terletak di dalam kalimat topik. Letak kalimat topik pada paragraf itu berbeda-beda. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai berpendapat,
“Paragraf yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf disebut paragraf
12 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), Cet. I, h.87
deduktif, sedangkan paragraf yang meletakkan kalimat topik di akhir paragraf disebut paragraf induktif”. 14
Paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf campuran yang dikemukakan oleh Minto Rahayu, yaitu: (1) paragraf deduksi dimulai dengan pernyataan tentang kalimat pokok berupa kesimpulan, kemudian disusul dengan sejumlah rincian yang menjelaskan/mendukung kesimpulan tersebut, (2) paragraf induksi dimulai dengan sejumlah rincian yang kemudian disimpulkan pada akhir paragraf, (3) paragraf campuran meletakkan kalimat pokoknya di awal paragraf dan diulangi pada akhir paragraf.15
Dengan demikian, dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis paragraf dalam sebuah karangan, yaitu paragraf deduktif, induktif, dan campuran. Jenis paragraf dalam karangan ditentukan oleh penulisnya sebagai salah satu cara untuk menyampaikan ide yang dimilikinya kepada pembaca. Paragraf deduktif merupakan paragraf yang letak kalimat topiknya di awal paragraf dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat penjelas. Paragraf induktif merupakan paragraf yang diawali dengan kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri kalimat topik. Paragraf campuran merupakan paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal dan akhir paragraf. Setiap karangan dapat memuat salah satu dari tiga jenis paragraf atau memuat ketiga jenis paragraf di atas.
d. Paragraf sebagai Sarana Menuangkan Gagasan
Seseorang yang ingin menyampaikan ide atau gagasannya kepada orang lain harus menggunakan sarana agar gagasan atau idenya dapat tersampaikan dan diterima oleh orang lain. Sarana yang bisa digunakan untuk menuangkan gagasan yang dimiliki, yaitu paragraf. A. Widyamartaya menyatakan, “Menuangkan gagasan ialah memberi bentuk kepada segala sesuatu yang kita pikirkan dan melalui pikiran kita, segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata, khususnya dan teristimewa kata-tertulis, yang tersusun dengan sebaik-baiknya sehingga gagasan kita itu dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh orang lain”.16 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan sarana yang selama ini digunakan dalam setiap karangan atau tulisan
14E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Bahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012), Cet. XII, h.164-165
15 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007), h.104-105
untuk penulis menyampaikan segala gagasan yang ia miliki, sehingga ide atau gagasannya dapat dibaca serta dipahami dengan jelas oleh pembaca karena ide tersebut dituliskan dalam sebuah kalimat topik dan dijelaskan lagi oleh kalimat-kalimat penjelas.
e. Ide Pokok
1. Pengertian Ide Pokok
Setiap paragraf memiliki satu ide pokok yang ingin disampaikan oleh penulis. Ide pokok disebut juga gagasan utama dan pikiran utama. Pemahaman mengenai ide pokok atau pikiran utama sangat penting sebelum membahas lebih lanjut mengenai letak ide pokok dalam sebuah paragraf. Widjono Hs. berpendapat,
“Pikiran utama yaitu topik yang dikembangkan menjadi sebuah paragraf”.17
Kunjana Rahardi menyatakan, “Pikiran utama itu merupakan pesan sangat mendasar yang harus disampaikan sejelas-jelasnya kepada pembaca”.18 Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pikiran utama di atas, dapat disimpulkan bahwa pikiran utama atau ide pokok merupakan topik atau pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca dalam sebuah paragraf.
2. Ciri-ciri Ide Pokok
Ide pokok di dalam paragraf memiliki ciri-ciri tertentu. Kunjana Rahardi berpendapat, “Pikiran utama yang baik bagi sebuah paragraf karya tulis ilmiah adalah pikiran utama yang jelas eksistensinya dan memenuhi kriteria ketercukupan kemunculannya.”19 Jadi, ide pokok yang dikatakan baik dalam sebuah paragraf harus jelas dinyatakan dalam paragraf tersebut. Ide pokok yang terdapat dalam kalimat utama harus dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas. Selain itu, ide pokok juga tidak boleh berbelit-belit keberadaannya. Maksudnya, ide pokok tidak boleh terlalu sempit dan juga tidak boleh terlalu luas agar pembaca dapat menangkap dan memahaminya.
17 Widjono Hs., Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2012), h. 224
18 Kunjana Rahardi, Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah, (Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010), Cet. III, h. 26
3. Penyajian Ide Pokok dalam Paragraf
Pemahaman mengenai pesan yang ingin disampaikan oleh penulis di setiap paragraf dalam sebuah karangan bisa didapatkan dengan cara mengetahui letak ide pokok dalam setiap paragraf. Ide pokok atau gagasan yang ingin disampaikan itu bisa terletak di awal, di akhir, dan di awal-akhir sebuah paragraf. Di bawah ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai letak ide pokok dalam sebuah paragraf.
a. Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf
Ide pokok dalam sebuah paragraf dapat terletak pada bagian awal. M. Ramlan berpendapat, “Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf pada umumnya mengandung pernyataan yang bersifat umum, pernyataan yang masih memerlukan pengembangan, rincian, dan penjelasan lebih
lanjut”.20
Zainuddin menyatakan, “Adapun letak pikiran utama dan pikiran penjelas sangat berkaitan, maksudnya bila letak pikiran utama di awal
paragraf maka pikiran penjelas menyusul atau menguraikan lebih lanjut”.21
Sejalan dengan itu, Kunjana Rahardi berpendapat, “Pikiran utama yang tersaji di dalam kalimat utama itu menjadi semacam pernyataan umum, kemudian pernyataan yang sifatnya umum itu dijabarkan dengan secara terperinci dengan kalimat-kalimat penjelas yang mengikutinya”.22 Selain itu, Rasyid Sartuni berpendapat, “Penempatan gagasan pada awal paragraf ditempatkan pada kalimat pertama atau kalimat kedua dari sejumlah kalimat dalam paragraf.23 Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa ide pokok yang terletak pada awal paragraf dimulai dengan sebuah kalimat utama di awal paragraf yang mengandung pernyataan umum dan pernyataan umum tersebut dijelaskan oleh kalimat-kalimat selanjutnya yang merupakan kalimat penjelas.
20M. Ramlan, Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia,
(Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), Cet. I, h.2-3
21 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet.
I, h. 46
22KunjanaRahardi, Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah, (Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010), Cet. III, h. 34
b. Ide pokok yang terletak pada bagian akhir paragraf
Selain terletak di awal paragraf, ide pokok juga terletak pada bagian akhir paragraf. M. Ramlan berpendapat, “Ide pokok yang demikian pada umumnya merupakan kesimpulan atau rangkuman dari apa yang dikemukakan pada kalimat-kalimat dimukanya”.24 Selain itu, Zainuddin berpendapat, “Letak pikiran utama pada akhir paragraf maka pikiran penjelas menguraikan lebih dahulu, kemudian mencapai suatu kesimpulan (sebagai
pikiran utama)”.25
Sejalan dengan itu, Kunjana Rahardi menyatakan,
“Kalimat pokok yang berisi pikiran utama itu diletakkan di akhir paragraf,
dan kalimat-kalimat yang mendahuluinya adalah semacam pengantar dan penjabar atau pemerinci menuju hal yang sifatnya umum di akhir paragraf
itu”.26
Selain itu, Rasyid Sartuni berpendapat, “Dalam paragraf ini uraian yang berupa penjelasan mengawali paragraf dan menyusul kalimat topik atau
gagasan utama”.27
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ide pokok yang terletak pada akhir paragraf dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas yang memuat rincian atau penjelasan lebih dahulu dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang terdapat dalam kalimat topik.
c. Ide pokok yang terletak pada bagian awal dan akhir paragraf
Selain terletak pada awal paragraf dan pada bagian akhir dalam paragraf, ide pokok juga memiliki kemungkinan untuk terletak pada bagian awal dan akhir paragraf. Senada dengan hal itu, ada beberapa pendapat mengenai letak ide pokok pada awal dan akhir paragraf atau disebut juga paragraf campuran. Rasyid Sartuni berpendapat, “Dalam paragraf ini gagasan dikemukakan pada awal paragraf lalu diuraikan atau dijelaskan oleh kalimat (-kalimat) berikutnya dan kalimat penutup paragraf merupakan penegasan/pengulangan
24 M. Ramlan, Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), Cet. I, h. 5
25 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. I, h.47
26 Kunjana Rahardi, Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010), Cet. III, h. 34
gagasan”.28
Selain itu, Zainuddin berpendapat, “Letak pikiran utama di awal dan di akhir paragraf maka pikiran penjelas menguraikan setelah pikiran utama (di awal) dan uraian pikiran penjelas tersebut sampai pada
kesimpulan”.29
M. Ramlan menyatakan, “Ide pokok yang terletak di bagian awal paragraf berisi pernyataan yang bersifat umum, yang sudah tentu masih memerlukan penjelasan lebih lanjut, sedangkan ide pokok yang terletak di bagian akhir paragraf sebenarnya merupakan ulangan dari ide pokok yang terletak di bagian awal paragraf, hanya sering bentuk kalimat atau kata-katanya tidak sama tepat.30 Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jika ide pokok terletak di awal dan akhir paragraf maka paragraf tersebut diawali dengan kalimat topik yang memuat pernyataan umum, kemudian dijelaskan oleh kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan mengenai penegasan ide pokok yang sudah diungkapkan di awal paragraf.
Seorang penulis agar ide atau gagasannya dapat diterima dan dipahami oleh pembaca, tentu harus menuangkan idenya dalam bentuk paragraf yang baik karena paragraf merupakan sarana dalam menuangkan ide agar dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca. Penulis harus memahami letak-letak ide pokok dalam sebuah paragraf dan bisa menerapkannya dalam tulisan mereka dengan tepat, sehingga ide atau gagasannya bisa tersampaikan dengan baik dan dapat diterima oleh pembaca.
f. Kalimat Utama
1. Pengertian Kalimat Utama
Paragraf merupakan sebuah sarana untuk menuangkan ide. Ide yang dituangkan dalam sebuah paragraf ada di dalam kalimat utama. Kalimat utama disebut juga kalimat topik atau kalimat pokok. Pemahaman ini didukung oleh pendapat Jos Daniel Parera, yaitu, “Paragraf mempunyai satu kalimat topik, yakni
28Ibid., h.120
29Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet.
I, h.48
kalimat yang mengandung gagasan dasar atau pokok paragraf tersebut”.31 Jadi, ide pokok dalam sebuah paragraf terdapat di dalam kalimat utama paragraf tersebut. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai letak kalimat utama dalam sebuah paragraf, ada beberapa pengertian mengenai kalimat utama yang harus dipahami. Zainuddin berpendapat, “Kalimat utama merupakan realisasi pikiran utama”.32 Donald Pharr dan Santi V. Buscemi berpendapat, “The topic sentence indicates the specific subject of a paragraph. The topic sentence may be handled in a
variety of ways, normally depending on its placement in the paragraph”.33
(Kalimat topik mengindikasikan subjek spesifik (ide) dari sebuah paragraf. Kalimat topik bisa diatur dalam beberapa cara, biasanya tergantung penempatanya dalam suatu paragraf).
Selain itu, Alice Oshima dan Ann Hogue menyatakan, “A topic sentence is the most important sentence in a paragraph. It brefly indicates what the
paragraph is going to discuss”.34 (Kalimat utama merupakan kalimat yang paling penting dalam sebuah paragraf. kalimat utama secara singkat menunjukkan apa yang akan didiskusikan dalam sebuah paragraf). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat utama merupakan kalimat yang penting karena mengandung satu ide pokok paragraf. Ide atau gagasan dari penulis dituangkan dan dinyatakan ke dalam kalimat utama agar dipahami oleh pembaca. Kalimat utama penting dalam sebuah paragraf karena dari kalimat utama tersebut setiap paragraf dapat dikembangkan, sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh.
2. Penyajian Kalimat Utama dalam Paragraf
Penulis yang ingin menyampaikan ide atau informasi yang dimilikinya harus memahami letak kalimat utama dalam sebuah paragraf agar bisa menuangkan idenya secara tepat. Berdasarkan letak ide pokok dalam paragraf, kalimat utama
31 Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan Pendapat, (Jakarta: Erlangga, 1991), Cet. II, h. 23
32Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet.
I, h.49
33 Donald Pharr and Santi V. Buscemi, Writing Today, (New York: McGraw Hill, 2004), h.63
34 Alice Oshima dan Ann Hogue, Writing Academic English, (United States OF America:
juga terletak di awal, di akhir, dan di awal-akhir paragraf. Penjelasan mengenai letak kalimat utama dalam paragraf adalah sebagai berikut.
a. Kalimat utama di awal paragraf
Jika ide pokok terletak pada awal paragraf, maka kalimat utamanya terletak di awal paragraf. Kunjana Rahardi berpendapat, “Kemungkinan posisi kalimat utama yang pertama adalah di awal kalimat. Dengan kalimat utama yang ada di awal paragraf demikian itu, perincian dan jabaran bagi kalimat utama tersebut akan menyertainya pada kalimat-kalimat yang berikutnya”.35 Selain itu, Widjono Hs. menyatakan, “Paragraf itu lebih efektif jika diawali dengan kalimat topik, diikuti kalimat penjelas 1, penjelas 2,
penjelas 3; dan diakhiri dengan kalimat konklusi”.36
Jadi, dapat disimpulkan bahwa apabila kalimat utama terletak di awal paragraf maka paragraf tersebut diawali oleh kalimat yang berisi ide atau gagasan dari penulis yang kemudian dijelaskan oleh kalimat-kalimat selanjutnya yang berisi pernyataan khusus atau rincian mengenai ide pada kalimat utama.
b. Kalimat utama di akhir paragraf
Jika ide pokok terletak pada akhir paragraf, maka kalimat utamanya terletak di akhir paragraf karena ide pokok dinyatakan dalam kalimat utama. Kunjana Rahardi berpendapat, “Kalimat pokok yang tempatnya di akhir paragraf terlebih dahulu di awali dengan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu dapat berupa perincian-perincian, analisis, dan deskripsi, contoh-contoh, dan sejumlah pemaparan serta argumentasi”.37 Senada dengan itu, Widjono, Hs. berpendapat, “Paragraf diakhiri kalimat topik dan diawali dengan kalimat penjelas. Artinya, paragraf ini menyajikan kasus khusus, contoh, penjelasan, keterangan, atau analisis lebih dahulu, baru ditutup
dengan kalimat topik”.38
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan
35Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009),
h.105
36Widjono Hs., Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2012), h. 226
37Rahardi, op.cit., h.106
bahwa apabila kalimat utama terletak di akhir paragraf maka paragraf tersebut diawali dengan kalimat-kalimat yang berisi penjelasan atau rincian yang sifatnya khusus dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan.
c. Kalimat utama di awal dan di akhir paragraf
Ada beberapa pendapat mengenai kalimat utama yang terletak di awal dan akhir paragraf. Kunjana Rahardi berpendapat, “Kalimat utama yang banyak dianggap muncul di dua tempat itu, kalimat keduanya hanya
merupakan pengulangan dari yang pertama”.39
Widjono Hs. menyatakan,
“Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya satu.
Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran utama paragraf tersebut”.40 Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat utama bisa terletak di awal dan akhir paragraf, tetapi bukan berarti dalam satu paragraf memiliki dua kalimat utama. Kalimat utama yang kedua hanya bentuk pengulangan dari kalimat utama yang ada di awal paragraf untuk memberikan penegasan kepada pembaca mengenai inti pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis.
Setiap paragraf memiliki kalimat utama yang berbeda-beda letaknya, tergantung pada cara penulis dalam menyampaikan ide kepada pembaca. Setiap kalimat utama walaupun letaknya berbeda-beda tentu akan tetap mengandung ide tertentu. Kalimat utama ini membantu pembaca dalam memahami ide yang ingin disampaikan penulisnya.
g. Kalimat Penjelas
Sebuah paragraf mengandung ide pokok yang dituangkan di dalam kalimat utama. Ide pokok tersebut dijelaskan di dalam kalimat-kalimat penjelas, sehingga menjadi jelas dan dapat dipahami oleh pembaca. Hal ini sejalan dengan pendapat
Kunjana Rahardi, yaitu, “Dapat dikatakan sebagai kalimat penjelas karena tugas
dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan
kalimat utama yang terdapat dalam paragraf tersebut”.41
3.
Karangan
a. Pengertian Karangan
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian karangan. Pengertian karangan yang dikemukakan oleh Lamuddin Finoza, yaitu, “Hasil penjabaran suatu gagasan
secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan”.42
Mahsusi berpendapat, “Karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi. Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi”.43
Pengertian karangan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “Hasil mengarang; cerita; buah pena”.44 Jadi, dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan Hasil rangkaian kalimat-kalimat yang terdiri atas kalimat topik dan kalimat-kalimat penjelas, yang disusun berdasarkan kaidah yang telah ditetapkan. Karangan digolongkan dalam lima bentuk, yaitu eksposisi, persuasi, argumentasi, narasi, dan deskripsi. Dari kelima bentuk karangan, hanya karangan eksposisi yang akan dibahas dalam tulisan ini karena karangan eksposisi merupakan karangan yang digunakan sebagai media dalam penelitian.
b. Perencanaan Karangan
Seseorang yang ingin membuat karangan dengan baik dan ide atau informasi yang ingin disampaikannya dapat diterima serta dipahami oleh pembaca, tentu harus membuat perencanaan lebih dahulu. Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A. berpendapat, “Secara teoritis, perencanaan karangan terdiri atas tiga
41 Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 110
42 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2008), Cet.
XIV, h. 228
43 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 228
tahapan: pra penulisan, penulisan, dan pascapenulisan (revisi)”.45 Tahap pertama, yaitu prapenulisan. Prapenulisan merupakan tahap awal yang harus dilalui dalam membuat karangan dengan cara menentukan tema dan topik yang akan diangkat dalam karangannya. M. Yunus, dkk berpendapat, “Dari topik tersebut itu kita akan kembangkan sebuah wacana. Itulah sebabnya dalam menentukan sebuah topik tidak boleh terlalu luas, karena wacana tersebut akan terlalu panjang dan tidak akan terfokus pembahasannya. Topik yang telah kita tentukan tersebut kita jabarkan menjadi sub-subtopik dalam bentuk kerangka wacana”.46 Penulis mengeluarkan ide yang dimilikinya atau melihat fenomena yang terjadi di sekitarnya untuk dijadikan tema dan topik dalam karangannya. Setelah itu, penulis mencari bahan-bahan tulisan yang sesuai dengan tema dan topik yang telah ditentukan serta membuat kerangka karangan. Agar karangan yang dibuatnya tidak melebar, topik yang telah ditentukan dijabarkan menjadi sub-subtopik di dalam kerangka karangan yang akan dikembangkan, sehingga membentuk karangan yang utuh dan padu.
Tahap kedua, yaitu tahap penulisan. Pada tahap ini, penulis mulai menulis dengan mengembangkan kerangka yang sudah dibuatnya berdasarkan sub-subtopik yang telah ditentukan, hingga menjadi sebuah karangan. Tahap ketiga, yaitu pascapenulisan. Tahap ini merupakan tahap memperbaiki karangan yang sudah dibuat sehingga menjadi karangan yang lebih baik dari sebelumnya. Pada tahap ini, penulis menilai lebih dahulu karangan yang dibuatnya, mencari kekurangan atau kesalahan dalam karangannya, dan memperbaikinya. Penulis bisa meminta bantuan orang lain untuk menilai karangannya dalam proses perbaikan. Dengan demikian, apabila penulis sudah melalui tiga tahapan yang telah diuraikan, maka akan menghasilkan karangan yang berkualitas dan ide dalam karangan akan tersampaikan dengan baik.
45 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), Cet. I, h. 132
c. Karangan Eksposisi 1. Pengertian Eksposisi
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian eksposisi. Minto Rahayu berpendapat, “Eksposisi atau pemaparan adalah bentuk tulisan yang berusaha menerangkan dan menguraikan suatu pokok bahasan yang dapat memperluas
pandangan atau pengetahuan pembaca”.47 Gorys Keraf berpendapat, “Eksposisi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu obyek sehingga
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca”.48
Regina L. Smalley dan Mary K. Ruetten berpendapat, “A paragraph that explains or analyzes a topic is an expository paragraph. (Expository comes from the term expose, meaning ‘to reveal.’)”.49 (Sebuah paragraf yang menjelaskan atau menganalisa sebuah topik disebut paragraf eksposisi. (Eksposisi berasal dari kata expose, yang berarti
“mengungkapkan”.)) A. Chaedar Alwasilah dan Senny Suzanna Alwasilah
menyatakan, “Eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi,
menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan.50 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa eksposisi merupakan bentuk tulisan atau karangan yang mengungkapkan, menjelaskan, dan menguraikan suatu pokok persoalan, ide, atau informasi untuk menambah wawasan. Karangan eksposisi ditulis untuk memberikan penjelasan secara rinci tentang persoalan sehingga pembaca mengetahui dan memahami dengan jelas persoalan yang terjadi.
2. Ciri-ciri Karangan Eksposisi
Setiap karangan memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan yang dimaksud terlihat dari ciri-cirinya. Karangan eksposisi memiliki ciri-ciri tertentu yang harus diperhatikan saat proses penulisan agar menjadi sebuah karangan eksposisi yang baik.
47 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007), h.160-161
48 Gorys Keraf, Eksposisi: Komposisi Lanjutan II, (Jakarta: Grasindo,1995), h.7
49 Regina L. Smalley dan Mary K. Ruetten, Refining Composition Skills, (U.S.E: Heinie & Heinie Publishers, 1990), h.126
50 A. Chaedar Alwasilah dan Senny Suzanna Alwasilah, Pokoknya Menulis, (Bandung: Kiblat
Ciri-ciri karangan eksposisi yang dikemukakan oleh Mariskan (dalam Dalman), yaitu: (1) paparan itu karangan yang berisi pendapat, gagasan, keyakinan, (2) paparan memerlukan fakta yang diperlukan dengan angka, statistik, peta, grafik, (3) paparan memerlukan analisis dan sintesis, (4) paparan menggali sumber ide dari pengalaman, pengamatan, dan penelitian, serta sikap dan keyakinan, (5) paparan menjauhi sumber daya khayal, (6) bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang informatif dengan kata-kata yang denotatif, (7) penutup paparan berisi penegasan.51
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi merupakan karangan yang berisi ide atau informasi, yang mengharuskan penulisnya memiliki data dan wawasan yang luas terkait ide yang akan dituangkannya dalam karangan serta harus memiliki pengetahuan tentang kaidah penulisan yang baik dan benar.
3. Metode Penulisan Eksposisi
Karangan eksposisi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metode. Metode-metode yang dimaksud, yaitu metode identifikasi, perbandingan, ilustrasi, klasifikasi, definisi, dan analisis. Berikut ini akan diuraikan mengenai metode-metode penulisan eksposisi.
1. Metode identifikasi
Metode penulisan eksposisi yang pertama, yaitu metode identifikasi. Minto Rahayu berpendapat, “Metode ini berusaha menyebutkan ciri-ciri pengenal objek hingga pembaca juga mengenalnya”.52 Selain itu, Gorys Keraf menyatakan, “Dalam hal ini makna yang tepat untuk membatasi kata identifikasi sebagai suatu metode eksposisi adalah proses menyebutkan unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau obyek sehingga ia dikenal sebagai hal atau obyek tersebut”.53 Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode identifikasi dapat digunakan dalam menulis karangan eksposisi dengan memberikan ciri-ciri dari suatu permasalahan yang diangkat dalam karangan, misalnya ciri-ciri dalam tanggung jawab.
51 Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), Cet. III, h.120
52Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007), h.123
2. Metode perbandingan
Metode penulisan eksposisi yang kedua, yaitu metode perbandingan. Minto Rahayu berpendapat, “Perbandingan adalah suatu cara menunjukkan kesamaan dan perbedaan antara dua objek atau lebih dengan mempergunakan dasar tertentu (analogi deklaratif)”.54 Selain itu, Gorys Keraf berpendapat,
“Metode perbandingan merupakan suatu metode atau cara untuk
menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antara dua obyek atau lebih dengan mempergunakan dasar-dasar tertentu”.55 Jadi, metode ini dapat digunakan dalam menulis karangan eksposisi dengan membandingkan dua atau lebih permasalahan, menjelaskan persamaan dan perbedaannya, misalnya membandingkan guru yang profesional dengan guru yang tidak profesional.
3. Metode ilustrasi
Metode penulisan eksposisi yang ketiga, yaitu metode ilustrasi. Minto Rahayu menyatakan, “Ilustrasi adalah suatu metode untuk mengadakan gambaran atau penjelasan yang khusus dan konkret atas suatu prinsip umum. metode ini menunjukkan langsung contoh nyata untuk menerangkan hal yang abstrak (sastra, hukum, sosial) penulis memerlukan contoh nyata”.56 Senada dengan itu, Gorys Keraf berpendapat, “Ilustrasi atau eksemplifikasi adalah suatu metode untuk mengadakan gambaran atau penjelasan yang khusus dan konkret atas suatu prinsip umum atau suatu gagasan umum”.57 Jadi, metode ini dapat digunakan dalam menulis karangan eksposisi dengan menyertakan contoh-contoh untuk memperjelas ide atau pendapat pengarang, misalnya karangan eksposisi tentang kehidupan manusia diilustrasikan seperti roda.
4. Metode klasifikasi
Metode keempat dalam penulisan karangan eksposisi, yaitu metode klasifikasi. Minto Rahayu menyatakan, “Klasifikasi merupakan suatu metode
54 Rahayu, op.cit., h.162 55 Keraf, op.cit., h.165
56Rahayu, op.cit., h.127
untuk menempatkan barang-barang dalam suatu sistem kelas tertentu hingga dapat dilihat hubungan ke samping, ke bawah, dan ke atas”.58 Selain itu, Gorys Keraf berpendapat, “Klasifikasi merupakan suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan-pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia”.59 Dengan demikian, metode ini dapat digunakan dalam menulis karangan eksposisi dengan mengelompokkan suatu permasalahan yang diangkat dalam karangan berdasarkan kriteria tertentu.
5. Metode definisi
Metode kelima yang digunakan dalam penulisan karangan eksposisi, yaitu metode definisi. Minto Rahayu berpendapat, “Definisi ialah pernyataan tentang apa yang dimaksud dengan suatu hal atau pernyataan tentang makna suatu istilah”.60 Selain itu, Gorys Keraf berpendapat, “Secara sederhana definisi dapat dibatasi sebagai: suatu proses untuk memberi pengertian pada sebuah kata, dengan menyampaikan seperangkat ciri pada kata tadi, supaya kata itu dapat dibedakan dari kata-kata lainnya, dan dengan demikian dapat ditempatkan dengan tepat dan sesuai di antara kata-kata lainnya dalam sebuah konteks”.61 Dengan demikian, metode ini dapat digunakan dalam menulis karangan eksposisi dengan cara memberikan penjelasan tentang pengertian suatu permasalahan yang diangkat sebagai dasar mengembangkan karangan, misalnya pengertian pembelajaran atau pengertian suatu penyakit.
6. Metode analisis
Metode keenam dalam penulisan eksposisi, yaitu metode analisa. Minto Rahayu berpendapat, “Analisa adalah suatu cara membagi-bagi suatu subjek dengan komponen-komponen; berarti melepaskan, menanggalkan, menguraikan sesuatu yang terikat padu".62 Selain itu, Gorys Keraf menyatakan, “Analisa pada dasarnya adalah suatu cara membagi-bagi suatu
58Rahayu, op.cit., h.164 59 Keraf, op.cit., h.99
60Rahayu, op.cit., h.165 61 Keraf, op.cit., h.117-118
obyek ke dalam komponen-komponennya”.63 Jadi, metode ini dapat digunakan dalam menulis karangan eksposisi dengan menuliskan atau menguraikan sebab-akibat suatu permasalahan yang dituangkan dalam karangan, misalnya fenomena-fenomena alam yang terjadi, seperti menguraikan sebab-akibat tsunami.
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa teori tentang eksposisi yang harus diketahui dan dipahami. Teori tersebut salah satunya tentang keenam metode yang telah diuraikan. Metode-metode di atas dapat digunakan dalam menulis eksposisi sehingga apa yang ingin disampaikan dalam karangan tersebut dapat dipahami dengan baik dan dapat menambah wawasan pembaca.
B.
Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang pertama adalah penelitian dengan judul Keefektifan Penerapan Metode PQ4R dalam Meningkatkan Kemampuan Menentukan Ide Pokok Suatu Paragraf pada Siswa Kelas IX SMP
Negeri 2 Sabbang, yang disusun oleh Nur Hariati pada tahun 2013, mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa hasil tes berbentuk soal pilihan ganda yang terdiri atas 20 soal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Hariati menyimpulkan bahwa menentukan ide pokok suatu paragraf dengan penerapan metode PQ4R telah mencapai kategori ketuntasan, sedangkan menentukan ide pokok suatu paragraf tanpa penerapan metode PQ4R belum mencapai kategori ketuntasan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode PQ4R efektif digunakan dalam pembelajaran menentukan ide pokok suatu paragraf siswa kelas IX SMP Negeri 2 Sabbang.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang ide pokok suatu paragraf. Kedua penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok setiap paragraf. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hariati terletak pada analisis dan subjek penelitiannya.
Penulis menganalisis kesalahan penentuan ide pokok dalam karangan eksposisi siswa, sedangkan penelitian lain menganalisis keefektifan penerapan metode PQ4R pada siswa dalam meningkatkan kemampuan menentukan ide pokok suatu paragraf. Penelitian Nur Hariati dilakukan terhadap siswa kelas IX SMP di Sabbang, sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X MA di Jakarta Selatan. Dengan demikian, terlihat perbedaan analisis dan subjek penelitian antara kedua penelitian yang dilakukan.
Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian berjudul Pengaruh Pengajaran Struktur Teks serta Keterampilan Menemukan Kalimat Topik dan
Pikiran Utama terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Siswa Kelas I SMU
Rumasukun menyimpulkan bahwa hasil belajar membaca pemahaman dari siswa yang diajarkan struktur teks serta keterampilan menemukan kalimat topik dan pikiran utama adalah sama dengan hasil belajar siswa yang tidak diajarkan struktur teks serta keterampilan menemukan kalimat topik dan pikiran utama. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nurja M. Rumasukun dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas pikiran utama (ide pokok). Kedua penelitian tersebut membahas tentang kemampuan siswa yang diteliti dalam menemukan pikiran utama atau ide pokok yang akan memdorong siswa untuk lebih memahami sebuah bacaan atau tulisan. Perbedaannya terletak pada analisis dan subjek penelitiannya.
Penelitian ini menganalisis kesalahan penentuan ide pokok pada karangan eksposisi siswa, sedangkan penelitian Nurja M. Rumasukun menganalisis pengaruh pengajaran struktur teks serta keterampilan menemukan kalimat topik dan pikiran utama terhadap hasil belajar membaca pemahaman. Penelitian Nurja M. Rumasukun dilakukan terhadap siswa Kelas I SMU XV, sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X MA di Jakarta. Dengan demikian, terlihat perbedaan analisis dan subjek penelitian antara kedua penelitian yang dilakukan.
Penelitian ketiga yang relevan adalah penelitian berjudul Peningkatan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Paragraf dalam Membaca Intensif
dengan Menggunakan Model Cooperative Script Siswa Kelas VII MTs As’Sadiyah
31
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat PenelitianPenelitian ini bertempat di MA Annajah yang beralamat di Jl. Ciledug Raya, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan. Kegiatan pengambilan data dilakukan di ruang pembelajaran.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Agustus 2014. Pengambilan data dilakukan saat pembelajaran berlangsung.
B.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian penelitian kualitatif. Nuraida dan Halid Alkaf berpendapat, “Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang bertujuan meneliti suatu masalah dengan cara merumuskan permasalahan lalu meneliti dengan cara mendalam, yaitu pengamatan, pencatatan, wawancara, dan terlibat dalam proses penelitian guna menemukan penjelasan berupa pola-pola, deskripsi, dan menyusun indikator”.1 Nana Syaodih Sukmadinata menyatakan, “Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang diarahkan pada memahami
fenomena sosial dari perspektif partisipan”.2 Berdasarkan dua pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang meneliti suatu permasalahan atau fenomena sosial secara mendalam untuk memperoleh gambaran dari permasalahan atau fenomena sosial yang diteliti dan memahami permasalahan atau fenomena sosial tersebut. Jenis metode penelitian kualitatif yang digunakan, yaitu metode deskriptif. Nazir (dalam Andi Prastowo)
1 Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Tangerang: Islamic Research Publishing, 2009), Cet. I, h.35
berpendapat, “Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, ataupun suatu
kelas peristiwa pada mas