• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Analisis Kesalahan

Untuk dapat memiliki keterampilan, khususnya keterampilan berbahasa, setiap siswa harus melalui tahap belajar. Siswa akan memperoleh ilmu dan wawasan yang awalnya belum diketahui dan dikuasai. Siswa tidak akan terlepas dari kesalahan selama dalam proses belajar. Kesalahan yang dialami siswa merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi saat kegiatan belajar. Namun, kesalahan yang dialami siswa ini tidak bisa dibiarkan terus menerus karena akan berlangsung lama dan mempengaruhi wawasan serta nilai yang akan diperolehnya dalam belajar. Oleh karena itu, kesalahan harus dianalisis agar dapat diketahui bentuk kesalahan dan cara yang tepat untuk mengatasi agar kesalahan itu tidak terjadi dan tidak membekas lama dalam diri siswa. Dengan demikian, perlu untuk memahami pengertian mengenai analisis kesalahan. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian analisis kesalahan.

Ellis (dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan) berpendapat, “Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”.1

Selain itu, Corder (dalam Sri Utari Subyakto-Nababan) berpendapat, “Analisis kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji ke salahan-kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar BT (bahasa target) dalam proses belajar-mengajar BT (bahasa target) tersebut”.2

Jadi, analisis kesalahan

1 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,

(Bandung: Angkasa, 2011), h.59-61

2 Sri Utari Subyakto-Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: PPS IKIP, 1994), h.5

merupakan suatu prosedur kerja yang biasa dilakukan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan mengetahui sejauh mana kesalahannya guna memperbaiki kesalahan tersebut agar tidak membekas lama dalam diri siswa karena kesalahan tidak boleh dibiarkan terlalu lama dan tidak bisa dianggap remeh karena akan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan siswa.

b. Tujuan Analisis Kesalahan

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan menganalisis kesalahan siswa juga memiliki tujuan. Tujuan itu tentunya untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi bagi siswa dalam kegiatan belajar. Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan mengemukakan, analisis kesalahan,

antara lain, bertujuan untuk: (1) menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar, (2) menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan, (3) merencanakan latihan dan pengajaran remedial, (4) memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.3

Selain itu, tujuan dari analisis kesalahan juga dikemukakan oleh Sri Utari Subyakto-Nababan, yaitu, “Untuk melihat sejauh mana para pelajar BT (bahasa target) telah mencapai kemajuan dalam „antar bahasa’nya”.4

Adanya tujuan dalam menganalisis kesalahan siswa, akan membantu pendidik dalam memperbaiki proses belajar-mengajar di dalam kelas. Data hasil analisis kesalahan siswa digunakan sebagai patokan untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, baik dalam memilih metode pengajaran, memilih media pembelajaran, ataupun memilih sumber belajar yang tepat, sehingga akan memberikan hasil yang optimal.

c. Metodologi Analisis Kesalahan

Kegiatan menganalisis kesalahan siswa dalam proses belajar-mengajar tentu memiliki langkah-langkah yang dapat dilakukan agar tujuan dari analisis kesalahan dapat tercapai. Langkah-langkah dalam menganalisis kesalahan siswa yang dikemukakan oleh Jos Daniel Parera, yaitu, “Pengumpulan data dari

3Tarigan dan Djago Tarigan., op.cit., h. 69 4 Nababan, op.cit., h.8

karangan-karangan siswa ajaran atau dari hasil ujian, identifikasi kesalahan baik yang mendapatkan perhatian khusus dengan tujuan tertentu maupun penyimpangan yang umum, klasifikasi atau pengelompokan kesalahan, pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan, identifikasi lingkup tipe kesalahan, dan usaha perbaikan”.5 Jadi, dalam menganalisis kesalahan siswa tidak sembarang menganalisis, tetapi ada langkah-langkah yang harus dilakukan agar memperoleh data yang optimal. Peneliti akan lebih mudah mengetahui bentuk-bentuk kesalahan, sehingga akan diketahui bentuk kesalahan yang mana yang paling banyak dilakukan siswa. Hal ini akan membantu pendidik atau peneliti dalam menentukan rencana tindak lanjut untuk memperbaiki kesalahan siswa agar tidak berlangsung lama.

2. Paragraf

a. Pengertian Paragraf

Sebelum melakukan analisis kesalahan dalam bentuk karangan, tentu harus mengetahui lebih dahulu tentang pengertian paragraf karena karangan yang akan dianalisis terdiri dari beberapa paragraf. Banyak ahli yang berpendapat mengenai pengertian paragraf. Rasyid Sartuni, berpendapat, “Paragraf disebut juga alinea, perenggan, atau baru. Artinya, paragraf adalah satuan bahasa yang

mengungkapkan sebuah gagasan (utama) atau sebuah pokok pikiran”.6

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A mengemukakan, “Paragraf bukan sekedar kumpulan kalimat. Artinya, tulisan yang terdiri dari sekumpulan kalimat belum tentu paragraf. Dikategorikan paragraf jika sekumpulan kalimat tersebut terdiri dari satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas”.7

Alek A. dan H. Achmad H.P. menyatakan bahwa paragraf memiliki beberapa pengertian, yaitu: (1) paragraf ialah karangan mini. Artinya, semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf; (2) paragraf adalah satuan bahasa

5 Jos Daniel Parera, Analisis Kontrastif Bahasa dan Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Ikip, 1997), h. 58

6 Rasyid Sartuni, Aplikasi Bahasa Akademik, (Jakarta: Alfonso Pratama, 2007), Cet. V, h.109 7 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:

tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya; dan (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti yang tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan.8 Selain itu, M. Ramlan berpendapat, “Paragraf merupakan bagian dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu tuturan”.9 Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan berpendapat, “Paragraf

merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan”.10

Laurie Blass dan Meredith Pike-Baky berpendapat, “A paragraph is a group of sentences that develops an idea. The sentences of a paragraph support and give examples of the main idea. A paragraph begins with an indented sentence. A paragraph can stand alone, or it can be grouped with other paragraphs to develop a more general

idea, as in an essay”.11

(Sebuah paragraf merupakan sekolompok kalimat yang mengembangkan sebuah ide. Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf mendukung dan memberikan contoh ide pokoknya. Sebuah paragraf dimulai dengan kalimat yang ditujukan atau dimaksudkan. Sebuah paragraf bisa berdiri sendiri atau bisa dikelompokkan dengan paragraf yang lain untuk mengembangkan ide yang lebih luas, seperti essay).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan bagian dari sebuah tulisan atau karangan yang terdiri dari beberapa kalimat, dibangun oleh sebuah gagasan utama atau ide pokok, dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat penjelas. Jadi, apabila terdapat kumpulan kalimat tetapi tidak mengandung sebuah gagasan atau ide pengarangnya, maka kumpulan kalimat tersebut bukan merupakan paragraf.

8 Alek A. dan H. Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, h.207-208

9 M. Ramlan, Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), Cet. I, h.1

10 Sabarti Akhadiah, dkk, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1995), Cet. IX, h.144

11 Laurie Blass dan Meredith Pike-Baky, Mosaic 1:Writing, (New York: McGraw-Hill/Contemporary, 2002), h.13

b. Syarat-syarat Paragraf yang Baik

Paragraf merupakan sarana yang digunakan untuk menuangkan ide penulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah paragraf agar menjadi paragraf yang baik dan ide yang dituliskan dapat tersampaikan dan dipahami oleh pembaca. Syarat-syarat paragraf yang baik ada tiga, yaitu kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A berpendapat, “Kesatuan

paragraf adalah unsur yang membangun sebuah paragraf tersebut. Sebuah paragraf yang baik, biasanya terdiri dari satu kalimat topik/kalimat utama/kalimat inti dan beberapa kalimat penjelas. Syarat yang kedua adalah kepaduan(koherensi). Maksudnya, dalam sebuah paragraf tidak boleh ada kalimat yang tidak ada hubungannya atau menyimpang dari paragraf itu.”12

Syarat yang ketiga, yaitu kelengkapan. Yakub Nasucha menyatakan, “Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama”.13

Dengan demikian, dalam membuat sebuah paragraf tidak hanya sekedar menuliskan kalimat-kalimat, tetapi dalam sebuah paragraf itu harus ada kalimat utama yang mengandung ide pokok paragraf dan kalimat-kalimat penjelas. Selain itu, harus memperhatikan kepaduan antara kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas, sehingga ide yang disampaikan dapat dipahami.

c. Paragraf Deduktif, Induktif, dan Campuran

Paragraf yang ditulis oleh seorang penulis dalam sebuah karangan berbeda-beda sesuai dengan keinginan penulisnya dalam meletakkan ide atau gagasan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Ide atau gagasan yang ingin disampaikan kepada pembaca terletak di dalam kalimat topik. Letak kalimat topik pada paragraf itu berbeda-beda. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai berpendapat, “Paragraf yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf disebut paragraf

12 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), Cet. I, h.87

13 Yakub Nasucha, dkk., Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah, (Yogyakarta: Media Perkasa, 2009), Cet. II, h.39

deduktif, sedangkan paragraf yang meletakkan kalimat topik di akhir paragraf disebut paragraf induktif”. 14

Paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf campuran yang dikemukakan oleh Minto Rahayu, yaitu: (1) paragraf deduksi dimulai dengan pernyataan tentang kalimat pokok berupa kesimpulan, kemudian disusul dengan sejumlah rincian yang menjelaskan/mendukung kesimpulan tersebut, (2) paragraf induksi dimulai dengan sejumlah rincian yang kemudian disimpulkan pada akhir paragraf, (3) paragraf campuran meletakkan kalimat pokoknya di awal paragraf dan diulangi pada akhir paragraf.15

Dengan demikian, dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis paragraf dalam sebuah karangan, yaitu paragraf deduktif, induktif, dan campuran. Jenis paragraf dalam karangan ditentukan oleh penulisnya sebagai salah satu cara untuk menyampaikan ide yang dimilikinya kepada pembaca. Paragraf deduktif merupakan paragraf yang letak kalimat topiknya di awal paragraf dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat penjelas. Paragraf induktif merupakan paragraf yang diawali dengan kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri kalimat topik. Paragraf campuran merupakan paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal dan akhir paragraf. Setiap karangan dapat memuat salah satu dari tiga jenis paragraf atau memuat ketiga jenis paragraf di atas.

d. Paragraf sebagai Sarana Menuangkan Gagasan

Seseorang yang ingin menyampaikan ide atau gagasannya kepada orang lain harus menggunakan sarana agar gagasan atau idenya dapat tersampaikan dan diterima oleh orang lain. Sarana yang bisa digunakan untuk menuangkan gagasan yang dimiliki, yaitu paragraf. A. Widyamartaya menyatakan, “Menuangkan gagasan ialah memberi bentuk kepada segala sesuatu yang kita pikirkan dan melalui pikiran kita, segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata, khususnya dan teristimewa kata-tertulis, yang tersusun dengan sebaik-baiknya sehingga gagasan kita itu dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh orang lain”.16 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan sarana yang selama ini digunakan dalam setiap karangan atau tulisan

14E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Bahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012), Cet. XII, h.164-165

15 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007), h.104-105 16 A. Widyamartaya, Seni Menuangkan Gagasan, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), Cet. XI, h.31

untuk penulis menyampaikan segala gagasan yang ia miliki, sehingga ide atau gagasannya dapat dibaca serta dipahami dengan jelas oleh pembaca karena ide tersebut dituliskan dalam sebuah kalimat topik dan dijelaskan lagi oleh kalimat-kalimat penjelas.

e. Ide Pokok

1. Pengertian Ide Pokok

Setiap paragraf memiliki satu ide pokok yang ingin disampaikan oleh penulis. Ide pokok disebut juga gagasan utama dan pikiran utama. Pemahaman mengenai ide pokok atau pikiran utama sangat penting sebelum membahas lebih lanjut mengenai letak ide pokok dalam sebuah paragraf. Widjono Hs. berpendapat, “Pikiran utama yaitu topik yang dikembangkan menjadi sebuah paragraf”.17

Kunjana Rahardi menyatakan, “Pikiran utama itu merupakan pesan sangat mendasar yang harus disampaikan sejelas-jelasnya kepada pembaca”.18

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pikiran utama di atas, dapat disimpulkan bahwa pikiran utama atau ide pokok merupakan topik atau pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca dalam sebuah paragraf.

2. Ciri-ciri Ide Pokok

Ide pokok di dalam paragraf memiliki ciri-ciri tertentu. Kunjana Rahardi berpendapat, “Pikiran utama yang baik bagi sebuah paragraf karya tulis ilmiah adalah pikiran utama yang jelas eksistensinya dan memenuhi kriteria ketercukupan kemunculannya.”19

Jadi, ide pokok yang dikatakan baik dalam sebuah paragraf harus jelas dinyatakan dalam paragraf tersebut. Ide pokok yang terdapat dalam kalimat utama harus dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas. Selain itu, ide pokok juga tidak boleh berbelit-belit keberadaannya. Maksudnya, ide pokok tidak boleh terlalu sempit dan juga tidak boleh terlalu luas agar pembaca dapat menangkap dan memahaminya.

17 Widjono Hs., Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2012), h. 224

18 Kunjana Rahardi, Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010), Cet. III, h. 26

3. Penyajian Ide Pokok dalam Paragraf

Pemahaman mengenai pesan yang ingin disampaikan oleh penulis di setiap paragraf dalam sebuah karangan bisa didapatkan dengan cara mengetahui letak ide pokok dalam setiap paragraf. Ide pokok atau gagasan yang ingin disampaikan itu bisa terletak di awal, di akhir, dan di awal-akhir sebuah paragraf. Di bawah ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai letak ide pokok dalam sebuah paragraf.

a. Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf

Ide pokok dalam sebuah paragraf dapat terletak pada bagian awal. M. Ramlan berpendapat, “Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf pada umumnya mengandung pernyataan yang bersifat umum, pernyataan yang masih memerlukan pengembangan, rincian, dan penjelasan lebih lanjut”.20

Zainuddin menyatakan, “Adapun letak pikiran utama dan pikiran penjelas sangat berkaitan, maksudnya bila letak pikiran utama di awal paragraf maka pikiran penjelas menyusul atau menguraikan lebih lanjut”.21

Sejalan dengan itu, Kunjana Rahardi berpendapat, “Pikiran utama yang tersaji di dalam kalimat utama itu menjadi semacam pernyataan umum, kemudian pernyataan yang sifatnya umum itu dijabarkan dengan secara terperinci dengan kalimat-kalimat penjelas yang mengikutinya”.22

Selain itu, Rasyid Sartuni berpendapat, “Penempatan gagasan pada awal paragraf ditempatkan pada kalimat pertama atau kalimat kedua dari sejumlah kalimat dalam paragraf.23 Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa ide pokok yang terletak pada awal paragraf dimulai dengan sebuah kalimat utama di awal paragraf yang mengandung pernyataan umum dan pernyataan umum tersebut dijelaskan oleh kalimat-kalimat selanjutnya yang merupakan kalimat penjelas.

20M. Ramlan, Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), Cet. I, h.2-3

21 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. I, h. 46

22KunjanaRahardi, Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010), Cet. III, h. 34

b. Ide pokok yang terletak pada bagian akhir paragraf

Selain terletak di awal paragraf, ide pokok juga terletak pada bagian akhir paragraf. M. Ramlan berpendapat, “Ide pokok yang demikian pada umumnya merupakan kesimpulan atau rangkuman dari apa yang dikemukakan pada kalimat-kalimat dimukanya”.24 Selain itu, Zainuddin berpendapat, “Letak pikiran utama pada akhir paragraf maka pikiran penjelas menguraikan lebih dahulu, kemudian mencapai suatu kesimpulan (sebagai pikiran utama)”.25

Sejalan dengan itu, Kunjana Rahardi menyatakan, “Kalimat pokok yang berisi pikiran utama itu diletakkan di akhir paragraf, dan kalimat-kalimat yang mendahuluinya adalah semacam pengantar dan penjabar atau pemerinci menuju hal yang sifatnya umum di akhir paragraf itu”.26

Selain itu, Rasyid Sartuni berpendapat, “Dalam paragraf ini uraian yang berupa penjelasan mengawali paragraf dan menyusul kalimat topik atau gagasan utama”.27

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ide pokok yang terletak pada akhir paragraf dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas yang memuat rincian atau penjelasan lebih dahulu dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang terdapat dalam kalimat topik.

c. Ide pokok yang terletak pada bagian awal dan akhir paragraf

Selain terletak pada awal paragraf dan pada bagian akhir dalam paragraf, ide pokok juga memiliki kemungkinan untuk terletak pada bagian awal dan akhir paragraf. Senada dengan hal itu, ada beberapa pendapat mengenai letak ide pokok pada awal dan akhir paragraf atau disebut juga paragraf campuran. Rasyid Sartuni berpendapat, “Dalam paragraf ini gagasan dikemukakan pada awal paragraf lalu diuraikan atau dijelaskan oleh kalimat (-kalimat) berikutnya dan kalimat penutup paragraf merupakan penegasan/pengulangan

24 M. Ramlan, Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), Cet. I, h. 5

25 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. I, h.47

26 Kunjana Rahardi, Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010), Cet. III, h. 34

gagasan”.28

Selain itu, Zainuddin berpendapat, “Letak pikiran utama di awal dan di akhir paragraf maka pikiran penjelas menguraikan setelah pikiran utama (di awal) dan uraian pikiran penjelas tersebut sampai pada kesimpulan”.29

M. Ramlan menyatakan, “Ide pokok yang terletak di bagian awal paragraf berisi pernyataan yang bersifat umum, yang sudah tentu masih memerlukan penjelasan lebih lanjut, sedangkan ide pokok yang terletak di bagian akhir paragraf sebenarnya merupakan ulangan dari ide pokok yang terletak di bagian awal paragraf, hanya sering bentuk kalimat atau kata-katanya tidak sama tepat.30 Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jika ide pokok terletak di awal dan akhir paragraf maka paragraf tersebut diawali dengan kalimat topik yang memuat pernyataan umum, kemudian dijelaskan oleh kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan mengenai penegasan ide pokok yang sudah diungkapkan di awal paragraf.

Seorang penulis agar ide atau gagasannya dapat diterima dan dipahami oleh pembaca, tentu harus menuangkan idenya dalam bentuk paragraf yang baik karena paragraf merupakan sarana dalam menuangkan ide agar dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca. Penulis harus memahami letak-letak ide pokok dalam sebuah paragraf dan bisa menerapkannya dalam tulisan mereka dengan tepat, sehingga ide atau gagasannya bisa tersampaikan dengan baik dan dapat diterima oleh pembaca.

f. Kalimat Utama

1. Pengertian Kalimat Utama

Paragraf merupakan sebuah sarana untuk menuangkan ide. Ide yang dituangkan dalam sebuah paragraf ada di dalam kalimat utama. Kalimat utama disebut juga kalimat topik atau kalimat pokok. Pemahaman ini didukung oleh pendapat Jos Daniel Parera, yaitu, “Paragraf mempunyai satu kalimat topik, yakni

28Ibid., h.120

29Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. I, h.48

30 M. Ramlan, Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1993), Cet. I, h.6

kalimat yang mengandung gagasan dasar atau pokok paragraf tersebut”.31 Jadi, ide pokok dalam sebuah paragraf terdapat di dalam kalimat utama paragraf tersebut. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai letak kalimat utama dalam sebuah paragraf, ada beberapa pengertian mengenai kalimat utama yang harus dipahami. Zainuddin berpendapat, “Kalimat utama merupakan realisasi pikiran utama”.32

Donald Pharr dan Santi V. Buscemi berpendapat, “The topic sentence indicates the specific subject of a paragraph. The topic sentence may be handled in a variety of ways, normally depending on its placement in the paragraph”.33

(Kalimat topik mengindikasikan subjek spesifik (ide) dari sebuah paragraf. Kalimat topik bisa diatur dalam beberapa cara, biasanya tergantung penempatanya dalam suatu paragraf).

Selain itu, Alice Oshima dan Ann Hogue menyatakan, “A topic sentence is the most important sentence in a paragraph. It brefly indicates what the paragraph is going to discuss”.34 (Kalimat utama merupakan kalimat yang paling penting dalam sebuah paragraf. kalimat utama secara singkat menunjukkan apa yang akan didiskusikan dalam sebuah paragraf). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat utama merupakan kalimat yang penting karena mengandung satu ide pokok paragraf. Ide atau gagasan dari penulis dituangkan dan dinyatakan ke dalam kalimat utama agar dipahami oleh pembaca. Kalimat utama penting dalam sebuah paragraf karena dari kalimat utama tersebut setiap paragraf dapat dikembangkan, sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh.

2. Penyajian Kalimat Utama dalam Paragraf

Penulis yang ingin menyampaikan ide atau informasi yang dimilikinya harus memahami letak kalimat utama dalam sebuah paragraf agar bisa menuangkan idenya secara tepat. Berdasarkan letak ide pokok dalam paragraf, kalimat utama

31 Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan Pendapat, (Jakarta: Erlangga, 1991), Cet. II, h. 23

32Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. I, h.49

33 Donald Pharr and Santi V. Buscemi, Writing Today, (New York: McGraw Hill, 2004), h.63 34 Alice Oshima dan Ann Hogue, Writing Academic English, (United States OF America:

juga terletak di awal, di akhir, dan di awal-akhir paragraf. Penjelasan mengenai letak kalimat utama dalam paragraf adalah sebagai berikut.

Dokumen terkait