• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran di SMP Al-Amanah Cisauk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran di SMP Al-Amanah Cisauk"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN

DI SMP AL-AMANAH CISAUK

Oleh:

ACHMAD LAZIM NIM : 102018224169

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN

DI SMP AL-AMANAH CISAUK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh: Achmad Lazim NIM. 102018224169

Di Bawah Bimbingan

Drs. Syafril, M. Pd NIP. 150 097 592

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN DI SMP AL-AMANAH CISAUK” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 5 Februari 2007

Sidang Munaqasyah

Dekan / Pembantu Dekan Bid. Akademik/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP : 150 231 356 NIP : 150 202 343

Anggota

Penguji I Penguji II

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Sembah dan sujud syukur kepada Allah Sang Pemilik Alam beserta isinya “innalillahi wa inna ilaihi roji’un” dan tiada sekutu bagi-Nya, Dzat yang penuh dengan cinta dan penuh kasih karena atas cinta dan kasih-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada ummat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.

Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA., Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(5)

4. Bapak Drs. Syafril, M. Pd., Dosen pembimbing skripsi yang tak berhenti memberikan saran produktif dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Alisuf Sobri, Dosen Penasehat Akademik. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis kuliah.

6. Bapak Drs. Oman Rohmanudin, Kepala SMP Al-Amanah. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMP Al-Amanah, atas kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian.

7. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, serta Perpustakaan Jurusan Kependidikan Islam, terima kasih atas buku-bukunya dan layanan serta fasilitas yang telah diberikan kepada penulis.

(6)

9. Adikku Achmad Fauzan dan Nur Fajriatul Azizah yang tiada hentinya memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas doa dan dukungannya.

10.Kepada sosok yang menyempurnakan dan menyejukkan hatiku “Fathiarani Nurul Ramadhani”, “kau adalah … … …!”

11.Kawan-kawan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2002, khususnya kawan-kawan kelas C, yang sudah menyelesaikan studi dan yang belum mudah-mudahan cepat selesai, terima kasih atas motivasi dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, semoga jasa baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Semog skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 27 April 2007

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Masalah Penelitian ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Pembatasan Masalah ... 8

3. Perumusan Masalah ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR A. Tinjauan Teoritis ... 10

1. Pengembangan Kompetensi Guru... 10

a. Pengertian Kompetensi Guru ... 10

b. Jenis-jenis Kompetensi Guru ... 19

c. Konsep Pengembangan Kompetensi Guru... 24

d. Indikator Pengembangan Kompetensi Guru ... 29

(8)

2. Mutu Pengajaran ... 34

a. Pengertian Pengajaran dan Mutu Pengajaran... 34

b. Komponen Pengajaran ... 37

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pengajaran... 47

B. Kerangka Berfikir... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

C. Variabel Penelitian ... 54

D. Populasi dan Sampel ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Teknik Pengolahan Data ... 56

G. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 57

H. Teknik Analisa Data... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Al-Amanah... 60

1. Historis SMP Al-Amanah dan Perkembangannya... 60

2. Visi dan Misi SMP Al-Amanah ... 63

3. Struktur Organisasi SMP Al-Amanah... 64

B. Keadaan Kurikulum SMP Al-Amanah... 64

(9)

D. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Al-Amanah... 69 E. Deskripsi dan Analisis Data... 69 F. Interpretasi Data... 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 100

(10)

DAFTAR TABEL

1. Kisi-kisi instrument penelitian ... 58

2. Deskripsi keadaan kurikulum SMP Al-Amanah... 65

3. Deskripsi keadaan guru dan pegawai SMP Al-Amanah ………... 67

4. Deskripsi keadaan siswa SMP Al-Amanah ………... 68

5. Deskripsi keadaan sarana dan prasarana SMP Al-Amanah ………... 69

6. Pengembangan kompetensi guru ... 71

7. Rencana pengembangan kompetensi guru ... 71

8. Pencantuman kegiatan dalam rencana pengembangan kompetensi guru ... 72

9. Sosialisasi program pengembagan kompetensi guru ……… ... 72

10.Pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru ……… ... 73

11.Keiikutsertaan guru dalam kegiatan pengembangan kompetensi………. 73

12.Hambatan dalam kegiatan pengembangan kompetensi………. .. 74

13.Penyimpangan dalam tujuan, materi dan cara ……… ... 74

14.Penyimpangan dalam jadwal ……….... ... 75

15.Efektifitas pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi……….. 75

16.Pemantauan atau pengawasan……… ... 76

17.Evaluasi kegiatan ... 76

18.Keberhasilan kegiatan . ... 77

19.Program pengembangan kompetensi guru……… 77

(11)

21.Anjuran kepala sekolah dalam membuat rencana pengajaran………... 78

22.Kunjungan (mensupervisi) kelas ………... 79

23.Pengawasan terhadap PBM ………... 79

24.Pemberian wawasan keilmuan… ... 80

25.Pemberian pengetahuan dan keterampilan mengajar ... 80

26.Penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru …………... 81

27.Keikutsertaan dalam penataran/seminar pendidikan……….... 81

28.Peningkatan kompetensi Anda sebagai guru ………. ... 82

29.Aplikasi hasil penataran/seminar dalam PBM………. ... 82

30.Implementasi hasil pengembangan dalam proses pengajaran ………... 83

31.Penerapan metode pembelajaran………... 83

32.Kesulitan dalam menerapkan hasil pengembangan …………... ... 84

33.Manfaat kegiatan pengembangan bagi guru……. ... 84

34.Perbaikan terhadap faktor penghambat mutu pengajaran……….. 85

(12)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dewasa ini mutu pendidikan banyak dibicarakan serta berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkannya. Upaya yang telah dilaksanakan diantaranya adalah perbaikan kurikulum, perbaikan gedung, pemenuhan sarana belajar, metode pembelajaran dan peningkatan kualitas para pendidik.

Profesional guru hingga kini pun masih banyak dipertanyakan orang, baik di kalangan pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan hampir setiap hari, media massa khususnya media massa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru, berita-berita tersebut ironisnya banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri.

(13)

memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar/ menyimpang dari kode etik sebagi seorang guru.1

Masalah mutu pendidikan hingga saat ini masih menjadi suatu problematika yang bersifat umum, karena pada saat orang membicarakan mutu pendidikan tidak kelihatan dengan jelas ukuran mutu yang sebenarnya. Ada yang merisaukan ukuran mutu karena mengetahui keterbatasan pengetahuan siswa tentang suatu bidang pelajaran karena melihat kemampuan membaca dan menulis para pelajar karena melihat rendahnya disiplin sosial generasi muda. Oleh karena itu, menyadari pentingnya mutu dalam pendidikan maka dipandang perlu setiap lembaga pendidikan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidiknya yaitu guru, mengingat posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan kualitas anak didik. Untuk itu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus membina dan mengembangkan secara khusus kompetensi guru dengan tujuan mereka termotivasi untuk kreatif, imajinatif, dan progresif, sehingga siswa yang dididik menjadi berkualitas dan berguna bagi lingkungan masyarakat dimana ia tinggal maupun bagi nusa dan bangsa.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru tidak mudah, diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan

1

(14)

pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui massa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.2

Masalah guru senantiasa mendapat perhatian yang serius, baik oleh pemerintah maupun masyarakat pada umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Mengingat bahwa guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Selain itu, masalah mengenai pengembangan kompetensi guru juga diperkuat oleh adannya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagaimana yang tercantum pada pasal 34 tentang pembinaan dan pengembangan, dimana pembinaan dan pengembangan kompetensi guru tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan baik oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Mengingat bahwa guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan, karena peranan guru sangat mempengaruhi terhadap peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan hendaknya dapat mengembangkan kompetensi para gurunya agar mutu pengajaran yang dilakukan dapat dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Tidak semua guru dapat melakukan pekerjaan yang ditekuni dengan profesional, hal ini dikarenakan kurangnya pembinaan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh

2

(15)

guru tersebut. Dengan adanya pembinaan dan pengembangan kompetensi terhadap para guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran sehingga mutu pendidikan pun dapat dicapai dengan baik.

Pembinaan dan pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional yang selama ini dipandang masyarakat cukup rendah dan untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bermutu tidaknya suatu sekolah atau lembaga pendidikan sangat tergantung pada kadar kualitas tenaga pendidik yaitu guru. Kadar kualitas tenaga pendidik dapat menjadi salah satu penyebab kadar kualitas out put sekolah. Mutu tenaga pendidik merupakan faktor utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang pada gilirannya akan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat yang menjadi supra sistem sekolah.

Oleh karena itu, pengembangan kompetensi profesional guru perlu dilakukan agar guru selalu memiliki sikap terbuka dan mengikuti perkembangan baru dalam bidang pendidikan. Dimana pada dasarnya pengembangan kompetensi profesional guru yang dilakukan adalah untuk menambah pengetahuan, menambah keterampilan dan merubah sikap, yang dapat membangkitkan semangat untuk bekerja.

(16)

memiliki pengetahuan, kecakapan dan keahlian sebagaimana diharapkan. Pengembangan kompetensi profesional guru ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pengajaran yang dilakukan guru, yang pada gilirannya akan mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri.

Demikian penting pengembangan kompetensi terhadap guru, namun terkadang hilang oleh tidak adanya komunikasi yang baik antara guru dan kepala sekolah, sehingga timbul rasa kurang diperhatikan dari pihak guru oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

(17)

Dalam perkembangannya sekolah SMP Al-Amanah terbilang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tahun ke tahun baik secara kuantitas maupun kualitas sekolah ini terus meningkat. Secara kuantitas siswa SMP Al-Amanah terus meningkat sampai tahun pelajaran 2005/2006, yang memiliki 17 rombongan belajar. Sedangkan secara kualitas dari tahun ke tahun sekolah ini pun terus meningkat, baik kualitas hasil pembelajaran maupun kualitas ekstrakurikulernya.

Secara kualitas pada tahun 1996 hasil pembelajaran yang diperoleh sekolah tersebut sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional untuk tingkat daerah Serpong meraih juara 3. Kemudian untuk kegiatan pramuka, pada tahun 1997 sekolah ini terpilih untuk mengikuti upacara tingkat nasional di TMII. Selain itu, kualitas ekstrakurikuler lainnya seperti dari bidang olahraga dan seni pun cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari berbagai prestasi yang telah diperoleh dari berbagai perlombaan yang telah diikutinya, seperti pada tahun 2004/2005 sekolah ini meraih juara 3 kejuaraan futsal tingkat Kabupaten Tangerang. Kemudian pada tahun 2005/2006 untuk kejuaraan futsal sekolah ini meraih juara 1 tingkat Kabupaten Tangerang dan juara 3 untuk kejuaraan bola voli putri tingkat Kabupaten Tangerang.

(18)

ekstrakurikulernya. Dari prestasi-prestasi penghargaan yang diperoleh SMP Al-Amanah, sebenarnya masih ada banyak penghargaan lainnya yang diperoleh dari tahun ke tahun oleh sekolah tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pihak sekolah memperhatikan minat dan bakat para siswanya dengan mengikutsertakan dan berpartisipasi dalam setiap kejuaraan, baik yang diselenggarakan oleh tingkat Kabupaten Tangerang maupun se- JABOTABEK.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa sekolah SMP Al-Amanah tidak hanya mengutamakan dan memperhatikan kualitas pendidikannya saja, tetapi sekolah ini juga memperhatikan minat dan bakat dari para siswanya sehingga tidak heran bila sekolah ini meskipun belum lama berdiri sudah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang ada disekitarnya baik dari segi pengajarannya maupun kegiatan ekstrakurikulernya.

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan judul “PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN DI SMP AL-AMANAH.”

Masalah Penelitian

Identifikasi Masalah

(19)

merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan sistem manajemen.

Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan kinerja guru b) Pengembangan kurikulum pembelajaran dalam peningkatan kualitas

pengajaran

c) Pengembangan mutu guru dalam peningkatan proses belajar mengajar d) Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan kreativitas mengajar

guru

e) Pembinaan terhadap keterampilan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran

f) Pengembangan metodologi pembelajaran dalam peningkatan mutu pengajaran

g) Pengembangan media pembelajaran dalam peningkatan proses belajar mengajar

h) Pengembangan kurikulum pembelajaran dalam peningkatan kinerja guru i) Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran j) Hasil pengembangan kompetensi guru terhadap peningkatan kinerja guru

(20)

Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, sehingga agar pembahasan tidak terlalu meluas dan lebih memudahkan serta lebih terarah dalam skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

a. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan yang dilakukan oleh kepala sekolah sehubungan dengan peningkatan mutu pengajaran. Pengembangan adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki oleh guru.

b. Kompetensi guru yang dimaksud adalah kompetensi profesional guru dalam pengajaran yang meliputi kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola program pengajaran, kinerja guru dalam proses belajar mengajar dan kemampuan guru dalam mengelola evaluasi program pengajaran.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka selanjutnya penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengembangan Kompetensi Guru a. Pengertian Kompetensi Guru

Sebelum membahas lebih dalam mengenai kompetensi guru, penulis terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literature mengenai arti dari profesi itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar istilah profesi atau profesional. “Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai seorang dokter, yang lain mengatakan bahwa profesinya sebagai arsitek, atau ada pula sebagai pengacara, guru, dan lain sebagainya”.3

Bila diamati dengan cermat bermacam-macam profesi tersebut, belum dapat dilihat dengan jelas apa yang merupakan kriteria bagi suatu pekerjaan sehingga dapat disebut suatu profesi itu. Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar itu adalah suatu profesi, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan profesi dan kriteria yang harus dipenuhi agar suatu jabatan dapat disebut suatu profesi.

Menurut Ornstein dan Levine (1984), sebagaimana yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya “Profesi Keguruan” menyatakan

(22)

bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini:

1) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan)

2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalyak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya). 3) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek. 4) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri. 5) Mempunyai kode etik untuk mejelaskan hal-hal yang meragukan

atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

6) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya.

7) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lainnya).4

Sedangkan menurut Peter Salim (1982) yang telah diterjemahkan oleh Muhamad Nurdin mengatakan bahwa “Profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang berdasarkan pada pendidikan keahlian tertentu”.5 Adapun pendapat dari Sikun Pribadi (1991:1) yang dikutip oleh Muhamad Nurdin, mengatakan bahwa “Profesi pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”.6

Selain itu, Kenneth Lynn (1965:67) memberikan definisi profesi sebagai berikut: “A profession delivers esoteric service based on esoteric

4

Ibid., h. 15-16

5

Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Prismaso PHIE, 2004), Cet. Ke-1, h. 119-120

6

(23)

knowledge systematically formulated and applied to the need of a client” (suatu profesi yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang dipahami oleh orang tertentu secara sistematik yang diformulasikan dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien).7 Didalam bukunya “Guru Profesional dan implementasi kurikulum” Syafruddin Nurdin mengatakan bahwa “Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu”.8

Dari berbagai pengertian profesi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam profesi digunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan orang lain. Selain itu, dari gambaran pengertian profesi diatas juga menimbulkan makna, bahwa profesi yang disandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan.

Profesi sebagai seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan oleh sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan

7

Ibid., h. 121

8

(24)

khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perlu adanya syarat atau kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi.

Menurut Sardiman (1994:131) yang mengutip pendapat Wolver, sebagaimana yang diterjemahkan oleh Muhamad Nurdin dalam bukunya “Kiat Menjadi Guru Profesional”, mengatakan bahwa suatu pekerjaan disebut profesi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya memeliki pengetahuan umum dan keahlian yang khusus. 2) Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya adanya

keterkaitan dalam suatu organisasi profesional, memiliki otonomi jabatan, kode etik, serta merupakan karya bakti seumur hidup.

3) Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional dan memperoleh perlindungan hukum.9

Sedangkan menurut Rochman Natawidjaya yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin, mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi, yaitu:

1) Ada standar kerja yang baku dan jelas.

2) Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.

9

(25)

3) Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahan-kan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.

4) Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya dalam memperlakukan kliennya.

5) Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku. 6) Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam)

terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.10

Sedangkan menurut Glenn Langford yang telah diterjemahkan oleh Martinis Yamin dalam bukunya “Profesionalisasi Guru dan Implementasi KBK”, mengatakan bahwa kriteria suatu profesi mencakup:

1) Upah

2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan 3) Memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan 4) Mengutamakan layanan

5) Memiliki kesatuan

6) Mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya.11 Dari berbagai penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa jabatan profesional harus sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah dikemukakan di atas, sehingga tindakan seorang guru tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini membuktikan bahwa untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah, apalagi menjadi seorang guru yang profesional.

10

Syafruddin Nurdin, Op. Cit. h. 15-16

11

(26)

Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. “Padanan kata yang berasal dari bahasa inggris ini cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan”.12 Hanya, proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan berperingkat tinggi.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) “Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.”13

Menurut Broke and Stone (1975) sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Uzer Usman menyatakan bahwa “Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat penting.”14

Sedangkan menurut W. Robert Houston yang telah diterjemahkan oleh Roestiyah N.K mengartikan kompetensi sebagai “Suatu tugas yang memadai, atau pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dtuntut oleh seseorang.”15

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), Cet. Ke-7, h.229

13

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2005), Cet. Ke-17, h. 14

14

Ibid.,

15

(27)

Dengan gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.

Menurut pandangan tradisional, guru adalah “seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan (Roestiyah, 1982:182)”.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai “Orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.”17

Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin dalam bukunya “Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum” mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru.18 Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, guru adalah “Seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik, sehingga menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan (1985:65)”.19

Menurut Mc Loed, yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” mengungkapkan bahwa

16

Syafruddin Nurdin, Op. Cit. h. 6

17

Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 222

18

Syafruddin Nurdin, Loc. Cit.

19

(28)

“Teacher is a person whose occupation is teaching others.”20 Artinya guru adalah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Ngalim Purwanto mengartikan bahwa guru adalah “Orang yang pernah memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok, misalnya guru silat, guru ngetik, guru tari dan lain-lain.”21

Berdasarkan sejumlah sumber tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya atau menurut Soepardjo Adikusumo “mengecer informasi dengan menjaja-jajakannya di depan kelas. Akan tetapi, dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berprikemanusiaan yang mendalam”.22

Melihat pendapat para ahli di atas tentang pengertian guru (pendidik) dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang bisa dikatakan guru oleh orang lain, karena ia telah memberikan ilmunya terhadap orang lain dan bisa bermanfaat untuk orang tersebut, dan dia (guru) tidak mengharapkan balasan apapun kecuali ilmu yang telah diberikan bisa bermanfaat bagi didrinya maupun orang lain (murid dan masyarakat).

20

Muhibbin Syah, Loc. Cit.,

21

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidkan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Le-13, h. 138

22

(29)

Di dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” Uzer Usman mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan “kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.”23 Artinya bahwa guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut guru yang kompeten dan profesional.

Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saman bahwa “Seseorang dikatakan berkompeten dalam bidang tetentu apabila orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian sesuai dengan tuntutan bidang yang bersangkutan, dengan demikian ia mempunyai kewenangan dalam pelayanan sosial.”24

Menurut Barlow (1985) sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Muhibbin Syah menyatakan bahwa “Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.”25

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki setiap guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya secara baik dan bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

23

Moh. Uzer Usman, Loc. Cit.,

24

Saman. A, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. Ke-1, h.94

25

(30)

b. Jenis-jenis Kompetensi Guru

Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan. Maka setiap guru harus memiliki perilaku dan kemampuan yang cukup untuk mengembangkan siswanya dengan baik. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawbnya sebagai pengajar, guru harus menguasai berbagai kompetensi yang dimilikinya.

Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” membagi kompetensi kedalam dua bagian yaitu kompetensi pribadi dan kompetensi profesional.

1) Kompetensi Pribadi, kemampuan pribadi ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Mengembangkan kepribadian

(1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(2) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru

b) Berinteraksi dan berkomunikasi

(1) Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional

(2) Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan

c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan

(1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar (2) Membimnimg siswa yang berkelainan dan berbakat khusus d) Melaksanakan administrasi sekolah

(1) Mengenal pengadministrasian sekolah (2) Melaksanakan administrasi sekolah

e) Melaksanakan penelitian bersama untuk keperluan sekolah (1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah

(2) Melaksanakan penelitian sederhana

2) Kompetensi profesional, kemampuan profesional ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

(31)

(1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mengenal tujuan nasional (2) Mengenal fungsi sekolah dan masyarakat

b) Menguasai bahan pengajaran

(1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan Dasar dan Menengah

(2) Menguasai bahan pengajaran c) Menyusun program pengajaran

(1) Menetapkan tujuan pengajaran

(2) Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran (3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar (4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai (5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar

d) Melaksanakan Program Pengajaran (1) Mengatur ruang belajar

(2) Mengelola interaksi belajar mengajar

e) Menilai hasil belajar mengajar untuk kepentingan pengajaran (1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

(2) Menilai proses belajar mengajar yang yang telah dilaksana-kan.26

Sedangkan menurut Nana Sudjan dalam bukunya “Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar” membagi kompetensi kedalam tiga bidang, yaitu:

1) Kompetensi bidang kognitif 2) Kompetensi bidang sikap (afektif)

3) Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik).27

Penjelasan mengenai tiga bidang kompetensi yang telah disebutkan diatas adalah sebagai berikut:

1) Kompetensi bidang kognitif

Kompetensi bidang kognitif yaitu kemampuan intelektual yang dimiliki oleh guru. Seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan

26

Moh. Uzer Usman, Op. Cit. h. 16-19

27

(32)

metode mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang masyarakat, serta pengetahuan umum lainnya.

2) Kompetensi bidang afektif

Kompetensi bidang sikap (afektif) adalah kesediaan dan kesiapan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya. Misalnya sikap mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransiterhadap sesama teman

profesinya.

3) Kompetensi bidang psikomotorik

Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik) yaitu segala

kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar, seperti keterampilan mengajar, membimbing menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, keterampilan berkomunikasi dan lain-ain.

(33)

Kompetensi guru di Indonesia telah dikembangkan pula oleh Proyek Pembina Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Menurut P3G yang termasuk kompetensi profesional guru ada sepuluh yang meliputi:

a. Menguasai bahan

b. Mengelola program belajar mengajar c. Mengelola kelas

d. Menggunakan media atau sumber

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan f. Mengelola ineraksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran

h. Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan di sekolah

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip-prinsip dan penafsiran hasil pendidikan bagi keperluan pengajaran.28

Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus di miliki dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Adapun kompetensi yang harus di miliki oleh guru sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

Berikut ini penjelasan mengenai kompetensi yang telah disebutkan di atas, yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik

28

(34)

Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pengajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pengajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan wibawa menjadi tauladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia.

3. Kompetensi Sosial

Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional

Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

(35)

perumusan kompetensi dasar guru bisa dijadikan pedoman bagi guru untuk menilai dirinya apakah dia sebagai seorang guru dalam menjalankan profesinya telah dapat memenuhi kompetensi-kompetensi tersebut. Bila belum, guru harus berani mengakui kekurangannya itu, dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya dan lebih memantapkan dirinya menjadi seorang guru.

c. Konsep Pengembangan Kompetensi guru

Sebelum membahas lebih dalam mengenai pengembangan kompetensi guru, penulis terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literatur mengenai pengembangan personil karena bila dilihat dari kaca mata manajemen guru adalah sebagai tenaga personil dari sebuah lembaga atau organisasi.

Dalam hubungannya dengan hal tersebut, Sudarwan Danim mengemukakan bahwa Tujuan pengembangan personil adalah untuk:

1) Meningkatkan performans dalam posisi mereka yang memegang jabaan atau menduduki posisi tertentu;

(36)

3) Mempromosikan pengembangan diri semua personil dalam rangka meningkatkan pengaruhnya sebagai individu dan memudahkan pemenuhan kebutuhan.29

Konsep pengembangan tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Bambang Tri Cahyono bahwa “Pengembangan adalah setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi, mempengaruhi sikap-sikap atau menambah kecakapan-kecakapan. Dengan kata lain, pengembangan adalah sikap kegiatan yang dimaksudkan untuk mengubah kelakuan, yang terdiri dari pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan sikap.”30

Dari tujuan pengembangan tersebut di atas, ternyata pengembangan kompetensi tenaga edukatif tidak berbeda dengan tujuan pengembangan personil yang telah diuraikan, yaitu untuk meningkatkan performans dan meningkatkan keterampilan atau keahlian pokok yang harus dimiliki, keterampilan konseptual, teknikal dan pribadi untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.

Selanjutnya Castetter merumuskan bahwa pengembangan personil mencakup kegiatan, baik kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang yang masing-masing mempunyai tujuan berbeda. Pengembangan personil ini merupakan suatu proses peningkatan personil melalui pendekatan-pendekatan

29

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 35

30

(37)

yang menekankan pada “Self-realization, Self-growth and Self-development”, dimana melibatkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan, sikap-sikap keterampilan dan pengetahuan.31

Dalam pengembangan ini ada dua kegiatan, yaitu: (1) yang khusus direncanakan dan diterapkan oleh sistem sekolah (pendekatan formal), (2) yang dilakukan oleh personil itu sendiri (pendekatan informal).

Untuk menentukan program pengembangan ada tiga pertimbangan pokok dalam perencanaannya, yaitu:

1) Kebutuhan organisasi untuk pengembangan;

2) Kebutuhan akan peningkatan pengetahuan khusus dan keterampilan bagi personil;

3) Potensi personil untuk pertumbuhan dan perkembangan.32

Dalam pendapatnya, Sudarwan Danim membuat suatu model proses pengembangan yang terdiri dari:

1) Perencanaan pengembangan personil

Perencanaan pengembangan personil ini merupakan perencanaan makroyang meliputi aspek pengembangan menyangkut isu-isu pokok, seperti program apa yang diharapkan dapat dikerjakan, apa batasannya, dan bagaimana urutan prioritasnya, penanggung jawab dan sifatnya,

31

Sudarwan Danim, Op. Cit. h. 36

32

(38)

prioritasnya dan tanggung jawab, dan lain sebaginya dari seluruh tingkat administrasi yang erlibat dalam kegiatan pengembangan.

2) Pemprograman pengembangan personil

Pemrograman pengembangan personil maksudnya adalah mentransformasikan perencanaan makro kedalam suatu rangkaian perencanaan mikro, berupa desain operasional dan program pengembangan.

3) Pengevaluasian program pengembangan personil.

Dimana tahap ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat keberhasilan pengembangan yang telah direncanakan dan kelemahan-kelemahan dalam proses penyelenggaraan.33

Menurut Suryosubroto dalam bukunya “Manajemen Pendidikan di Sekolah”, mengatakan bahwa bentuk-bentuk peningkatan profesi keguruan secara garis besar adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan profesi secara individual: a) Peningkatan melalui penataran-penataran b) Peningkatan profesi melalui belajar sendiri c) Peningkatan profesi melalui media massa

33

(39)

2) Peningkatan profesi keguruan melalui organisasi profesi: a) Peningkatan melalui kegiatan diskusi kelompok b) Peningkatan melalui kegiatan ceramah ilmiah c) Peningkatan melalui kegiatan karyawisata

d) Peningkatan melalui kegiatan buletin organisasi.34

Guru sebagai personil edukatif dituntut juga untuk mengembangkan bidang pekerjaannya sesuai dengan rumusan-rumusan di atas, karena memang perkembangan dalam bidang ilmu pengeahuan dan teknologi telah demikian maju dengan pesatnya, sehingga lembaga sekolah dituntut untuk bisa mengikuti gerak langkahkemajuan itu, dimana semua personil yang terlibat didalamnya harus menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Tenaga edukaif atau guru sebagai salah satu personil di lembaga sekolah harus mengembangkan kompetensi demi keberhasilan pelaksanaan tugas profesionalnya, disamping melaksanakan inovasi dan mengatasi tantangan yang menghadangnya.

Senada dengan hal tersebut di atas, Nana Sudjana mengemukakan bahwa: Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula ia harus sadari bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan. Oleh karena itu, guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam rangaka melaksanakan tugas profesinya. Ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan pada masyarakat pada umumnya. Disinilah letaknya

34

(40)

pengembangan profesi yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.35

Sudarwan Danim mengemukakan tiga manfaat pengembangan guru, yaitu: a) Peningkatan performansi guru sesuai dengan posisinya saat ini;

b) Pengembangan keterampilan guru untuk mengantisipasi tugas-tugas baru yang bersifat reformasi;

c) Merangsang pertumbuhan diri guru bagi penciptaan kepuasan kerja secara individual.36

Sedangkan menurut Siagian, disamping bermanfaat bagi organisasi, kegiatan program pengembangan sudah barang tentu bermanfaat pula bagi para anggota organisasi.37

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa guru juga senantiasa mempunyai andil besar dan tanggung jawab terhadap pengembangan profesionalnya disamping lembaga atau departemen yang terkait bagi peningkatan mutu pengajaran dalam mencapai tujuan pendidikan.

d. Indikator Pengembangan Kompetensi Guru

Mutu pada dasarnya adalah suatu pengertian yang abstrak dan subyektif, karena berdasarkan sudut pandang seseorang atau berdasarkan dengan syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan bersama. Dalam hal ini

35

Nana Sudjana, Op. Cit., h.16

36

Sudarwan Danim, Loc. Cit.,

37

(41)

mutu kompetensi guru adalah dimana guru tersebut dengan kompetensi yang dimilikinya dapat melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Diantara indikator kompetensi guru secara umum ialah:

1) Melaksanakan tugas belajar mengajar dengan menggunakan persiapan mengajar, perencanaan bahan pelajaran, hadir di kelas sesuai dengan jadwal. Melaksanakan berbagai teknik dan metode mengajar untuk lebih memudahkan pemahaman siswa, melaksanakan evaluasi terhadap bahan pelajaran yang telah disampaikan.

2) Pengelolaan kelas dan mengelola interaksi belajar mengajar, agar pelaksanaan belajar mengajar berjalan dengan suasana kondusif. 3) Membantu siswa ketika menghadapi kesulitan baik yang

berhubungan langsung dengan pelajaran maupun tidak.

4) Selalu berusaha meningkatkan kepentingan belajar dengan mencari metode-metode baru dalam penyampaian bahan pelajaran.

5) Selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan bidang studi yang dipegangnya dan mengikuti kegiatan ilmiah berupa diskusi atau seminar.

6) Bertanggung jawab untuk membantu sesama guru dan membantu sekolah dalam kegiatan pengembangan kurikulum serta berpartisipasi dalam kepanitiaan yang diselenggarakan oleh sekolah.38

Sedangkan Sudarwan Danim, mengemukakan empat langkah pengembangan personalia, yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3) Pelaksanaan, dan 4) Evaluasi.39

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis berpendapat bahwa sekolah sebagai suatu organisasi dipandang perlu untuk mengadakan pengembangan personalia, dalam hal ini salah satu diantaranya adalah pengembangan

38

Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-1, h. 30-31

39

(42)

kompetensi guru. Dimana pengembangan kompetensi guru tersebut menyangkut tiga hal yang harus dilakukan yaitu perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan.

Perencanaan kegiatan tersebut merupakan kegiatan merencanakan proses belajar mengajar, pelaksanaan kegiatan merupakan kegiatan melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, sedangkan evaluasi kegiatan dimaksudkan untuk menilai kemajuan proses belajar mengajar.

Kegiatan pengembangan tenaga kependidikan yakni guru, dilakukan atas prakarsa institusi, kelompok maupun individu. Dilihat dari perspektif institusi, kegiatan ini diperuntukkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian.

Pengembangan tenaga kependidikan atas prakarsa institusi adalah penting, namun yang tidak kalah pentingnya adalah prakarsa personal tenaga kependidikan untuk menjalani proses profesionalisasi.40

Dari paparan di atas diketahui bahwa kewajiban untuk mengembang-kan kompetensi profesional guru adalah kewajiban guru itu sendiri, atasan dari guru tersebut seperti kepala sekolah dan supervisor sebagai kepanjangn tangan dari institusi yang berkaitan dengan dunia kependidikan.

40

(43)

Dalam pengembangan kompetensi guru mengenai hal-hal tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan ini menurut penulis bisa mencakup bagaimana sekolah atau individu guru dalam merencanakan pengembangan kompetensi profesional keguruannya, seperti berencana untuk senantiasa mengembangkan kompetensi profesional guru seperti: berencana mengikuti pelatihan-pelatihan, membeli buku-buku baru dan sebagainya. Pelaksanaan adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya baik oleh individu guru yang bersangkutan atau oleh sekolah atau juga institusi terkait.

Adapun kegiatan evaluasi adalah melakukan penilaian terhadap pelaksanaan-pelaksanaan yang telah dilakukan atau dikerjakan, apakah perencanaan yang dibuat sudah terlaksan atau belum, sesuai dengan rencana atau tidak, serta berhasil atau tidaknya perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kompetensi guru, oleh institusi sekolah atau guru itu sendiri.

(44)

dimana layanan tersebut diberikan oleh orang ahli (kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru dengan maksud agar dapat meningkatkan baik kualitas guru maupun kualitas proses dan hasil pengajaran sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai dengan baik.

Oleh karena itu, dengan adanya pengembangan kompetensi terhadap guru, maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan sehingga proses pengajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sehingga guru tersebut dapat menjadi seorang yang profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Adapun aspek-aspek yang perlu dikembangkan diantaranya adalah aspek afektif, kognitif dan psikomotor guru dalam pendidikan dan pengajaran yang meliputi aspek pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian guru, sehingga guru diharapkan dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.

e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi

Pengembangan kompetensi guru merupakan proses perubahan kemampuan profesional guru secara bertahap ke arah yang lebih baik untuk terciptanya suatu kesempurnaan. Pengembangan kompetensi guru merupakan bagian dari kegiatan peningkatan tenaga kependidikan.

(45)

datangnya dari dalam dirinya dan dari luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam dirinya (faktor internal) antara lain adalah faktor kesehatan, potensi, sikap dan kepribadian. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal) antara lain adalah kepala sekolah, anak didik, dan sarana prasarana sekolah.

Menurut Kartini Kartono terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi antara lain adalah faktor dari dalam diri sendiri yang meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri yang meliputi lingkungan dan sarana prasarana.41

Kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa guru sebagai ahli pendidikan dan pengajaran harus mampu memiliki kesadaran, keinginan dan kemauan untuk selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga diharapkan guru menjadi lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu ditunjang juga dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajaran (pendidikan dan pelatihan, seminar, dan penataran-penataran).

2. Mutu Pengajaran

a. Pengertian Pengajaran dan Mutu Pengajaran

41

(46)

Padanan kata pengajaran yang dapat dijumpai dalam kepustakaan asing adalah learning atau instruction, istilah instruction sering diartikan sebagai “Proses pembelajaran yakni proses membuat orang melkukan proses belajar sesuai dengan rancangan.”42

Di dalam buku “Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem” Roestiyah N.K mengemukakan empat definisi pengajaran yaitu: “pertama, Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Kedua, Pengajaran adalah mengajar siswa-siswa bagaimana cara belajar. Ketiga, Pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa. Keempat, Mengajar adalah interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru.43

Adapun pengertian pengajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Kata “mengajar” berarti memberi pelajaran. Sedangkan kata “mengajarkan” berarti memberikan pelajaran. Berdasarkan arti-arti ini, kemudian KBBI itu mengartikan pengajaran sebagai “proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan.”44

Selanjutnya, istilah pengajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to direct to do something; to teach to do something; to furnish with information.

42

Udin Saripudin Winatapura dan Rustana Ardinawata, Materi Pokok Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan UT, 2000), Cet. Ke-4, h. 2

43

Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. Ke-3, h. 41-44

44

(47)

Yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu; mengajar agar melakukan sesuatu; memberi informasi. Istilah instruction (pengajaran) menurut Reber (1988) berarti: “Pendidikan atau proses perbuatan mengajarkan pengetahuan.”45

Sementara itu, Tardif (1987) memberi arti instruction secara lebih rinci yaitu: A preplanned goal directed educational process designed to facilitate learning. Artinya, pengajaran adalah sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar.46

Selain pengertian tersebut di atas, ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli pendidik diantaranya adalah menurut Meril sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Gafur dalam bukunya ‘Desain Instruksional”, pengajaran adalah suatu kegiatan dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar ia dapat bertingkah laku dan bereaksi terhadap kondisi tertentu.”47

Adapun pengajaran menurut Nana Sudjana adalah “Suatu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa dalam melakukan proses belajar.48

45

Ibid.,

46

Ibid., h. 33-34

47

Abdul Gafur, Desain Instruksional, (Solo: Tiga Serangkai,1989), h. 22

48

(48)

Dari berbagai definisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada hakikatnya pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja untuk mengelola lingkungan anak didik agar memungkinkannya untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut.

Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, kualitas, taraf, kadar, atau derajat dari kecerdasan, kepandaian dan sebagainya.49

Menurut Nurhasan, pengertian secara umum kata “Mutu dapat diartikan kualitas, suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan.”50 Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu adalah ukuran untuk menyatakan esensi semua benda atau hal berupa standar ideal yang ingin dicapai oleh suatu proses.

Pada pembahasan di atas, telah dijabarkan mengenai pengertian mutu dan pengajaran secara terpisah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan mutu pengajaran adalah kualitas atau gambaran yang menjelaskan baik buruknya mengenai hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik dalam proses pendidikan.

b. Komponen Pengajaran

49

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pistaka, 2002), Edisi III, Cet. Ke-2, h. 768

50

(49)

Komponen pengajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berhubungan, saling mempengaruhi serta saling melengkapi. Komponen yang dimaksud adalah semua berbagai yang ada di dalam sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Bagian-bagian ini merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri sendiri, meskipun kadang-kadang dapat digunakan secara terpisah.51

Dalam proses belajar mengajar diperlukannya kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengajaran, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai alat dalam pengajaran, kurikulum memiliki bagian-bagian penting yang dapat mendukung operasinya secara baik. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam pencapaian tujuan pengajaran.

Komponen pokok kurikulum menurut Subandijah meliputi: “Komponen tujuan, komponen isi/materi, komponen organisasi/strategi, komponen media, dan komponen proses belajar mengajar. Sedangkan yang termasuk dalam komponen penunjang kurikulum meliputi: Sistem administrasi dan supervisi, pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan sistem evaluasi.”52

51

Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1, h. 105

52

(50)

Dari komponen-komponen kurikulum tersebut di atas, penulis mengambil beberapa komponen yang berkaitan dengan peningkatan mutu pengajaran. Adapun komponen-komponen pengajaran yang dapat mempengaruhi mutu pengajaran antara lain adalah:

1) Tujuan pengajaran; 2) Materi/bahan pengajaran; 3) Metode pengajaran;

4) Media/sarana prasarana pengajaran; dan 5) Evaluasi pengajaran

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai komponen pengajaran tersebut di atas, maka penulis memberikan penjelasan satu persatu.

1) Tujuan Pengajaran

Tujuan merupakan suatu hal yang paling penting dalam proses pengajaran, yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor, karena tujuan pengajaran dapat menunjang tercapainya tujuan belajar.

(51)

mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun dan sebagainya, sehingga setiap siswa mempunyai harapan yang mungkin berbeda.

Adapun tujuan pengajaran yang ada kaitannya dengan bidang studi dapat dinyatakan lebih spesifik, misalnya dalam sains “sadar akan keindahan dan keteraturan dalam lingkungan belajar. Rumusan tentang tujuan harus mengenal perubahan dalam minat dan kebutuhan siswa, dan perubahan dalam kebutuhan masyarakat dan lembaga pendidikannya.53

Menurut Muhammad Uzer Usman, hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan pula oleh guru sebagai perancang (designer) belajar mengajar. Untuk itu, guru dituntut menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini dijadikan pedoman dalam perumusan tujuan instruksional.

Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan dan minat. Sedangkan domain psikomotorik mencakup tujuan-tujuan yang

53

A. Tresna Sastrawijaya, M. Sc, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-1, h. 26-27

(52)

berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak. Klasifikasi tujuan tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar, karena hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa. Hal ini memberikan pula petunjuk bagi guru dalam menentukan tujuan-tujuan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari dalam diri siswa.54

Dari uraian tersebut, untuk menentukan bermutu tidaknya pendidikan dan pengajaran di sekolah, maka guru, kepala sekolah, siswa dan masyarakat dapat berperan secara aktif di dalam usaha untuk mencapai tujuan pengajaran yang direncanakan dan yang diharapkan sesuai dengan perkembangan zaman.

2) Materi/bahan Pengajaran

Yang dimaksud dengan bahan pengajaran adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh pembelajar dalam melaksanakan aktivitas belajarnya. Bahan pengajaran bisa berasal dari guru, buku-buku teks, paper, makalah, artikel, disamping dapat berasal dari lapangan atau obyek tertentu.

Menurut Ali Imron dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran”, mengatakan bahwa penyediaan bahan pengajaran sangat bergantung pada tujuan pengajaran, karakteristik siswa, siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa dan faktor ketersediaan tidaknya bahan pengajaran.55 Penguasaan bahan pengajaran oleh guru mengarah kepada sifat spesifikasi

54

Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 34

55

(53)

atas ilmu yang diajarkan. Dengan melakukan penguraian di dalam memberikan materi pengajaran akan mempermudah siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dari materi yang telah disusun dengan baik, dapat dilihat tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran. Apakah materi yang diberikan merupakan penyajian fakta-fakta, kecakapan-kecakapan yang hanya membutuhkan daya mental saja untuk menguasainya, atau menghendaki keterampilan dan berisi kebiasaan-kebiasaan yang dapat membentuk sesuatu yang nampak.

Dengan memperhitungkan isi, sifat dan luasan materi dalam pengajaran akan mempermudah guru di dalam menetapkan baik tujuan pengajaran maupun metode pengajaran yang mempunyai ciri-ciri yang sesuai dengan keadaan materi pengajaran.

3) Metode Pengajaran

(54)

metode pengajaran yang baik adalah metode pengajaran yang mampu mengembangkan semangat dan kemampuan belajar lebih lanjut.

Metode pengajaran adalah segala usaha yang sistematis pragmatis yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pengajaran melalui berbagai aktifitas baik di dalam maupun diluar kelas diluar lingkungan sekolah.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar Dr. A.L. Backer mengemukakan sejumlah metode dalam pengajaran sebagai berikut:

1) Metode tiruan 2) Metode percobaan

3) Metode pengalaman pembuatan 4) Metode conditioning

5) Metode ceramah atau kuliah 6) Metode buku

7) Metode deelektrik atau pembahasan 8) Metode elektronik56

Selain metode mengajar diatas penulis juga akan mengemukakan metode mengajar menurut Abdul Majid dalam buku “Perencanaan Pengajaran”yaitu sebagai berikut:

1) Metode Ceramah 2) Metode Tanya Jawab 3) Metode Tulisan 4) Metode Diskusi

5) Metode Pemecahan Masalah (Problem solving method) 6) Metode Kisah

7) Metode Perumpamaan

56

(55)

8) Metode Pemahaman dan Penalaran

9) Metode perintah berbuat baik dan saling menghormati 10)Metode Suri Teladan

11)Metode hikmah dan mau’izhah hasanah 12)Metode peringatan dan pemberian motivasi 13)Metode Praktik

14)Metode Karya Wisata

15)Metode Tadrij (pertahapan).57

Apapun penggunaan suatu metode hendaknya dapat membawa suasana interaksi atau pembelajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar maupun menumbuh kembangkan minat belajar serta membangkitkan semangat belajar dan menghidupkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Dari uraian tersebut, maka metode mengajar sangat mendukung keberhasilan belajar. Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik di dalam menentukan metode pengajaran seyogyanya disesuaikan dengan pokok bahasan yang diberikan kepada siswa. Selain itu pula untuk

menanggulangi kejenuhan siswa, sebaiknya di dalam menentukan metode mengajar dilakukan secara bervariasi.

4) Media/sarana prasarana Pengajaran

Menurut Mursall. M media adalah suatu eksistensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Dalam arti sempit media pengajaran hanya meliputi

57

Abdul Majid, Perencanaan Pengajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(56)

media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana, sedangkan arti luas media tidak hanya meliputi media

komunikasi dan elektronik yang komplek, akan tetapi juga menyangkut alat-alat sederhana seperti fotografi, diagram dan bagan buatan guru, obyek-obyek nyata serta kunjungan keluar sekolah.

Pengetahuan dan pemahaman tentang media pengajaran setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran meliputi:

a) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan PBM b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

c) Tentang proses pengajaran

d) Hubungan antara metode mengajar dengan media pengajaran e) Memelihara dan menggunakan media pengajaran

f) Nilai atau manfaat media dalam pengajaran g) Berbagai jenis alat dan teknik media

h) Usaha inovasi dalam media pengajaran.58

Salah satu manfaat dari media pengajaran adalah dapat

mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Adapun manfaat media pengajaran antara lain:

a) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

58

(57)

b) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan energi. c) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

d) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.59

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media/sarana prasarana pengajaran dijadikan hal yang sangat mendukung tercapainya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) maupun Tujuan Instruksional Umum (TIU) dalam proses pengajaran. Guru harus mampu di dalam

menggunakan media yang tersedia sehingga antara media dan metode saling melengkapi di dalam proses pengajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu pengajaran.

5) Evaluasi pengajaran

Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Evaluasi hasil pengajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi pengajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

59

(58)

Menurut Ali Imron dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran” mengatakan bahwa kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses pengajaran. Dengan evaluasi akan diketahui, apakah pengajaran yang telah dilakukan telah mencapai tujuan atau belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab pengajaran tersebut berhasil atau tidak.60

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengajaran sangat menunjang keberhasilan dari proses pengajaran, karena dengan adanya evaluasi pengajaran dapat dijadikan tolak ukur dalam mengadakan perbaikan pengajaran yang lebih bermutu dan sesuai dengan

perkembangan zaman.

Dari penjelasan mengenai berbagai komponen pengajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pengajaran komponen-komponen tersebut merupakan hal yang sangat penting sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pengajaran

Usaha meningkatkan mutu pengajaran bukanlah pekerjaan mudah tanpa banyak menemui hambatan. Adanya hambatan ini meminta setiap orang

60

(59)

yang mengusahakan peningkatan mutu pengajaran untuk memperhatikan segala faktor yang dapat mempengaruhi mutu pengajaran. Segala faktor tersebut perlu diidentifikasikan agar usaha yang dilakukan berjalan lancar.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu pengajaran, diantaranya adalah:

1) Tenaga kependidikan yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru dan Staf; 2) Pengelolaan sekolah yaitu pengaturan pengintegrasian segala kegiatan

yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah serta segala kegiatan yang berhubungan dengan sekolah;

3) Anak didik;

4) Lingkungan dan Orang tua;

5) Sarana dan prasarana pendidikan.61

Selain hal tersebut di atas, untuk meningkatkan mutu guru perlu dipertimbangkan faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia serta pembinaan dan pengembangan yang telah diupayakan dengan baik oleh kepala sekolah, namun jika guru tersebut tidak memiliki kemauan maka semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya kemauan, kecakapan, serta keahlian yang dimiliki oleh seorang guru maka segala kekurangan yang ada akan menjadi pendorong baginya untuk senantiasa

61

(60)

selalu berusaha meningkatkan kemampuannya, sehingga mutu pengajaran dalam pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mutu pengajaran adalah suatu kualitas atau gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik dalam proses pendidikan. Untuk mencapai mutu pengajaran yang baik tidak terlepas dari berbagai indikator yang mempengaruhi proses pengajaran itu sendiri, karena indikator-indikator tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses pengajaran.

Adapun indikator-indikator yang mempengaruhi tercapainya mutu pengajaran diantaranya yaitu tujuan pengajaran, bahan/materi pengajaran, metode pengajaran, media/sarana prasarana pengajaran dan evaluasi pengajaran. Dimana semua indikator tersebut merupakan suatu komponen yang terdapat di dalam kurikulum pengajaran, dimana komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dalam proses pengajaran.

A. Kerangka Berfikir

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 1 Deskripsi Kurikulum SMP Al-Amanah
Tabel 2
Tabel 3 Deskripsi Keadaan Siswa SMP Al-Amanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan metode yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta memahami segala

Ekonomi Sumut pada triwulan II-2009 menunjukkan perkembangan yang cukup baik, sebagaimana tercermin pada laju pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh 4,74% (yoy), lebih

Dari analisis kuantitatif maupun kualitatif yang dilakukan dilingkungan usaha AJB Bumiputera 1912, baik internal maupun eksternal yang secara keseluruhan merupakan

Beberapa kelompok kecil substansi kelabu yang disebut ganglia atau nuclei basalis terbenam dalam massa substansi putih pada setiap hemisfer otak. Ganglia basalis tersusun dari

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu saya menyampaikan banyak

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, motivasi, lama pemakaian NAPZA

Studi ini adalah riset awal untuk menyelidiki (inquiry) pola pemahaman masyarakat mengenai perlu atau tidaknya melaporkan posisi keuangan kepada jamaah mengingat berkembang mind

Berdasarkan sifat-sifat fisik yang dikaji diatas diharapkan sintensis bambu dapat mengganti plastik,dengan keberhasilah sekitar 75%.Dengan hasil dari sintesis serat bambu