• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP TANGGUNGJAWAB WARGA NEGARA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 NEGARA BATIN KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP TANGGUNGJAWAB WARGA NEGARA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 NEGARA BATIN KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2010"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERANAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN

SIKAP TANGGUNGJAWAB WARGA NEGARA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 NEGARA BATIN KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2010 Oleh :

PURILEILA

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimankah peranan aktivitas belajar pad mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan sikap tanggungjawab warga negara pada siswa kelas VIII SMPN 1 Negara Batin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang peranan aktivitas belajar pada mata pelajaran PKn dalam pembentukan sikap tanggungjawb warga negara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk memaparkan suatu fakta, data, tentang peranan aktivitas belajar pada mata pelajaran PKn dalam pembentukan sikap tanggungjawab warga negara pada siswa kelas VIII SMPN 1 Negara Batin Kabupaten Way Kanan. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 148 responden. Sedangkan sampel pada penelitian ini sebanya 37 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui angket dan wawancara terhadap siswa kelas VIII.

Berdasarkan analisis data pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peranan aktivitas belajar pada mata pelajaran PKn dalam pembentukan sikap pembentukan tanggungjawab warga negara mempunyai pengaruh yang erat. Dalam hal ini dapat dilihat dari Hasil X2 hitung = 36,25 kemudian dikonsultasikan dengan tabel chi-kuadrat pada derajat kebebasan = 4 maka diperoleh X2 tabel = 9,49 dengan demikian X2 hitung lebih besar dari X2 tabel (X2 hit > X2 tab) yaitu 36,25 > 13,3. Serta mempunyai derajat pengaruh antara variabel dalam kategori tinggi dengan koefisien Chit = 0,70 dan koefisien Cmax = 0,812 terletak pada

pengaruh 0,83 koefisien tinggi.

(2)

V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang cukup erat antara

aktivitas belajar pada mata pelajaran PKn dengan sikap tanggung jawab warga

negara. Pada siswa kelas VIII SMPN 1 Negara Batin Way Kanan tahun pelajaran

2009 / 2010 sebagai berikut :

1. Aktivitas belajar pada mata pelajaran PKn dimanas 17 responden (45,945%)

aktif dengan kategori bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa masih

ada siswa kelas VIII di SMPN 1 Negara Batin Kabupaten Way Kanan belum

memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi dengan kata lain aktivitas

belajarnya masih kurang aktif.

2. Sikap tanggung jawab warga negara cenderung berperilaku bertanggung

jawab 16 responden (43,244%) dengan kategori aktif, hal ini menunjukkan

bahwa masih ada siswa kelas VIII SMPN 1 Negara Batin Kabupaten Way

Kanan.

3. Dilihat dari aktivitas belajar pada mata pelajaran PKn peran aktivitas belajar

pada mata pelajaran PKn dalam pembentukan sikap tanggung jawab warga

(3)

berjumlah 45,946% dan sikap tanggung jawab warga negara yang berjumlah

43,244% dan dari hasil uji keeratan antara variabel dalam kategori tinggi

dengan koefisien Chit 0,70 dan Cmax 0,812 terletak pada pengaruh 0,83

koefisien tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan :

1. Kepada para guru diharapkan agar lebih disiplin motivasi dan meningkatkan

kinerja yang lebih baik.

2. Kepada sekolah diharapkan fasilitas dilengkapi, menciptakan kondisi

lingkungan kerja yang kondusif

3. Kepada siswa diharapkan memiliki motivasi belajar dan minat belajar yang

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan

pendidikan nasional antara lain menjadi manusia yang taqwa, warga negara yang

baik, dan manusia yang berbudi pekerti luhur. Sebagaimana digariskan dalam

Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). Dalam

Undang-Undang itu telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional yang

merumuskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatit, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Sekertariat Negara, 2003 :62)

Sekolah adalah salah satu wahana strategis untuk mengembangkan dan mencapai

tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang menyatukan pengembangan

(5)

kepribadian dan perwujudan diri peserta didik. Hal ini disebabkan sekolah

memiliki program terarah dan terencana, serta memiliki komponen-komponen

pendidikan yang saling berinteraksi dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.

Secara integratif membina tercapainya sifat-sifat diharapkan dimiliki oleh seorang

warga Negara Indonesia yang terdidik.

Pencapaian tujuan pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, baik faktor internal

(dalam diri), maupun faktor eksternal (dari luar diri). Faktor ekstrnal terdiri dari

mutu pendidikan, fasilitas belajar mengajar, situasi belajar serta sarana dan

prasarana. Sedangkan faktor internal dipengaruhi oleh situasi yang ada dalam diri

masing-masing siswa misalnya. Salah satu indikasi sikap tanggung jawab harus

ada dalam diri siswa. Dalam pembentukan sikap tanggung jawab warga negara

peran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan atau disingkat PKn sangat

penting. Karena mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami

dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan salah satu mata

pelajaran yang penting dalam suatu jenjang pendidikan, karena dalam mata

pelajaran PKn sangat menekankan perkembangan moral dan budi pekerti anak.

Pendidikan kewarganegaraan sebelumnya dikenal dengan nama Pendidikan Moral

(6)

Kewarganegaraan (PPKn) namun selanjutnya diganti dengan nama Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) sampai sekarang.

Sebagai mata pelajaran yang penting pada semua jenjang pendidikan, mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentu saja memiliki tujuan. Berpikir

secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas

dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi,

Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya, Berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi. (Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah, 2006)

Selain itu dalam modul kapita selekta PKn (2006 : 7) disebutkan bahwa mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan

mengembangkan kemampuan memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai

Pancasila. Pedoman berprilaku dalam kehidupan dalam masyarakat, berbangsa

dan bernegara sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat

diandalkan serta memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan yang diajarkan

pendidikan kewarganegaraan adalah menanamkan sikap dan prilaku kepada siswa

(7)

menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan oleh bangsa

dan negara.

Namun pada hakikatnya tidak hanya bertanggung jawab dalam mengembangkan

ranah pengetahuannya saja, lebih jauh diharapkan pula mampu secara integratif

memadukan pengembangan ranah pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan

nilai untuk mengembangkan kepribadian dan perwujudan diri peserta didik.

Dengan Kata lain siswa tidak hanya berhasil secara teoritis atau hanya sebatas

penguasaan materi saja, namun diharapkan mampu dan proaktif dalam

mengaplikasikan hasil belajar akademik dalam sikap dan perilaku di kehidupan

sehari-hari, baik lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada kenyataannya tidak semua peserta didik mau dan mampu memadukan atau

menyeimbangkan antara penguasaan materi dengan sikap dan perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan harus mengembangkan anak didik agar mampu

menolong dirinya sendiri, untuk itu anak didik perlu mendapatkan berbagai

pengalaman dalam mengembangkan konsep-konsep, prinsip, generalisasi, intelek,

inisiatif; kreativitas, kehendak dan emosi.

Pendidikan harus berusaha agar proses itu berlangsung secara berdaya guna, dan

berhasil guna. Pendidikan yang berhasil harus mampu mengubah tingkah laku

yang meliputi bentuk kemampuan yang ditolongkan dalam tiga domain atau

kategori perilaku belajar oleh Bloom dan kawan-kawan dikutip dalam Abu

Ahmadi (1991:223) hasil analisis perilaku akademik ini dikenal dengan taksonomi

(8)

1. Kawasan Kognitif

Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau

berfikir/nalar terdiri dari :

a. Pengetahuan (knowledge)

b. Pemahaman (comprehension)

c. Penerapan (application)

d. Penguraian (analysis)

e. Memadukan (synthesis)

f. Penilaian (evaluation)

2. Kawasan Afektif

Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti

perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :

a. Penerimaan (receiving/attending)

b. Sambutan (responding)

c. Penilaian (valuing)

Dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah bidang studi Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Sebagai bidang studi, PKn membawa misi khusus

dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan yang

pencapaiannya dibebankan kepada bidang studi (tujuan kurikuler), dalam hal ini

bidang studi PKn, adalah membimbing generasi muda untuk mengembangkan

warganegara yang cerdas terampil, berkarakter dan bertanggung jawab yang setia

(9)

kebiasaan bertanggung jawab dan bertidak sesuai dengan amanat pancasila dan

UUD 1945.

Merujuk pada semua rumusan aturan normatif tersebut dapat dikemukakan bahwa

untuk dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seria peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mencapai tujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab, perlu dikembangkan proses pendidikan yang bermutu,

membelajarkan sepanjang hayat, optimalisasi pembentukan kepribadian yang

bermoral, akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu

pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar

nasional dan global, dan peberdayaan peran serta masyarakat.

Dalam konteks itulah maka perlu dilakukan upaya sistematis dan sistemik untuk

menjadikan sekolah sebagai wahana pengembangan warga negara yang

bertanggung jawab melalui pendidikan kewanganegaraan. Sekolah sebagai

lembaga pendidikan merupakan suatu masyarakat dalam skala kecil, sehingga

gagasan untuk mewujudkan masyarakat madani perlu dilakukan dalam tata

kehidupan sekolah. Salah satu caranya adalah melalui Pendidikan

Kewarganegaraan yang dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari oleh

peserta didik, sedini mungkin sehingga kelak menjadi warga negara yang

(10)

Proses pembelajaran dan penilaian dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada

umumnya lebih menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada

penguasaan materi atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi

kognitif saja. hakikatnya pendidikan kewarganegaraan tidak hanya berlangsung

dalam pembelajaran didalam kelas, melainkan pula melalui pendidikan secara

lebih luas. Diharapkan dengan mempelajari PKn siswa menjadi berfikir secara

kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan dan dapat

bertanggung jawab dalam tindakannya sehingga diharapkan tidak terjadi salah

mengartikan kata demokrasi yang seharusnya tetap pada kaidah-kaidah hukum,

norma yang ada untuk menghargai dan menghormati kewajiban dan hak orang

lain.

Pemberian Pendidikan Kewarganegaraan kepada peserta didik untuk dapat

mewujudkan peserta didik yang bertanggung jawab tentu menemui hambatan

yang kiranya dapat mempengaruhi akan hasil pemberian materi Pendidikan

Kewarganegaraan, yang sudah tentu pula berpengaruh bagi kehidupan dalam

maupun luar sekolah, dapat dianalis bahwa hal tersebut akan berdampak sebagai

berikut :

1. Proses pembelajaran dan penilaian dalam Pendidikan Kewarganegaraan lebih

menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada penguasaan

materi atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitif saja.

2. Pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan

produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui

perlibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran

(11)

pengalaman belajar yang bermakna untuk mengembangkan kehidupan dan

perilaku siswa.

3. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana sosio pedagogis untuk

mendapatkan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara

penguasaan teori dan praktik pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam

berkehidupan yang bertanggung jawab.

Tabel 1. Berdasarkan hasil survey penulis melihat masih banyak siswa yang kurang menunjukkan ciri-ciri sikap tanggung jawab.

No Ciri tanggung jawab Prilaku

1 Masih banyak siswa yang terlambat

masuk sekolah

Tidak bertanggung jawab

2 Siswa jarang mengerjakan tugas dengan

baik

menunaikan kewajibannya seperti : melaksanakan tugas piket dan upacara

Tidak bertanggung jawab

Tabel diatas menunjukkan bahwa siswa SMPN 01 Negara Batin Kabupaten Way

Kanan Kelas VIII kurang memiliki sikap tanggung jawab sebagai pelajar, dan

sebagai warga Negara, yang dapat diandalkan sebagai penerus bangsa, dan dapat

melahirkan warga negara yang bertanggung jawab dan demokratis.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah ini dapat diidentifikasi

(12)

1. Upaya –Upaya yang dapat di lakukan untuk membentuk sikap atau perilaku

bertanggung jawab.

2. Peranan mata pelajaran Pkn dalam membentuk sikap atau perilaku

bertanggung jawab.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya sikap atau perilaku yang tidak

bertanggung jawab.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas jangkauannya, maka penelitian ini

permasalahannya akan dibatasi pada peranan aktivitas belajar pada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap tanggung jawab warga

negara, pada siswa kelas VIII SMPN 1 Negara Batin Kabupaten Way Kanan

tahun pelajaran 2009 / 2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

peranan aktivitas belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam

pembentukan sikap tanggung jawab warga negara, pada siswa kelas VIII di

(13)

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang peranan aktivitas belajar

pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk sikap

tanggung jawab warga Negara, pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Negara Batin

Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran 2009 / 2010.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan

konsep-konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan yang

mengkaji tentang prilaku yang mencerminkan pendidikan moral

Pancasila.

b. Kegunaan Praktis

1. Sebagai calon guru hasil penelitian ini dapat dijadikan suplemen materi

pokok tentang Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa

kelas VIII semester

2. Sebagai bahan pemikiran bagi sekolah khususnya SMPN 1 Negara

Batin Kabupaten Way Kanan dalam membangun budaya sekolah yang

bertanggung jawab melalui pengembangan materi pendidikan

kewarganegaraan secara intrakurikuler dan berbagai kegiatan

kewarganegaraan baik melalui mata pelajaran lainnya maupun

kegiatan pembiasaan hidup bertanggung jawab di lingkungan sekolah.

(14)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan dengan wilayah

kajian pendidikan kewarganegaraan (PKn), yang berkaitan dengan pengajaran dan

implikasinya pada materi pokok tentang Pancasila sebagai dasar negara dan

idiologi bangsa.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perilaku siswa dengan pembentukan sikap tanggung

jawab warga negara di SMPN 1 Negara Batin Kabupaten Way Kanan tahun

pelajaran 2009 / 2010.

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN 1 Negara Batin Kabupaten

Way Kanan tahun pelajaran 2009 / 2010.

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Negara Batin Kabupaten Way Kanan.

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkan izin penelitian

pendahuluan oleh Dekan FKIP Universitas Lampung, dari tanggal 16 November

Gambar

Tabel 1.  Berdasarkan hasil survey penulis melihat masih banyak

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan hasil belajar TIK antara kelompok siswa yang mengikuti

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disumpulkan mengenai bentuk konflik sosial oleh Coser yang dialami oleh

Salah satu metode untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah logam berat adalah dengan metode fitoremediasi, dimana metode fitoremediasi

Hal ini disebabkan karena dengan penambahan kadar Retona Blend 55 mengakibatkan viskositas aspal pada temperatur pemadatan dapat dipertahankan sehingga campuran

Sehingga siswa SMA kelas XII yang memiliki ciri karakteristik ini ketika memilih jurusan akan cenderung mengalami kebimbangan dalam mengambil keputusan kariernya, karena

Adapun upaya yang dilakukan pendidik: (1)Senantiasa membacakan kalimat tauhid serta membina anak-anak.(2)Membina anak beribadah semenjak umur 7 tahun.(3)Membina anak

PLN (Persero) Salatiga dalam hal ini Divisi Pelayanan Pelanggan rata-rata berada pada level Managed and Measurable (proses telah dimonitor dan diukur) dengan score

memperhatikan fisik mereka dengan berbagai alasan. Mereka mulai menjaga pola makan, bahkan membatasi apa yang mereka konsumsi. Dengan terbatasnya bahan pangan yang