• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II volume III (2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II volume III (2012)"

Copied!
488
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

k

KODEKS KOSMETIKA

INDONESIA

EDISI II

VOLUME III

2012

(3)
(4)

セKNL@

n.

HR. R.uuru. Said Blok X5 )(avli.og No. <1 -9 JaIun.1 ]1950 Telp. 520 ] S90 (Huntm&) PES. W19. 5006, S900 Fax s RセsSXN@ 52 ]4876

KAT A PENGANT AR

en

AKAN PERT AMA KODEK!\ KOS METIKA iセd on{s i a@ EDlSIU VOLU M E III

Pujl S>'ukur kita panjal kan ke hadi rat Tuh a!l Yang Maha E$.l. kllreno bu ku Kodeks Kosmeti ka In donesia F.dlsi II Volum e III telah ウ・ォセ。 ゥ@ 、ゥ \[uセャiョ@ dan dilerbitk an, k ッ、」 ォ セ@ k PU ュ ・ ャゥセ 。@ 1r>d'lOcsia ( KI<I) Edi si II Volulne III ini merup" kiln penambahnn dari buku KKI !Odisi II Volume II railun 1997, 、セ ョセ。ョ@ prior ilas pada 「。ィセョ@ baku IG。ョセ@ 、ゥー」イ「ッャ」ィ ォセ ョ@ pada エャsᆪセn@ Ctmlle /'" D""·(.'Iill' (ACD) dan sc rin, di gu nakan dalam ー・ュ「オ。エセョ@ sed i.an kosmctika.

Pt nyusunan KKI Edisi II Vo lume III dilakukan ウ・ェ。 セ@ laIIUII 20 11. dtngan rntlibalkan T im Kodeks Kosmctika Ind'Mluia . Pen),,,sunan lcrsebut leloh melalui proses di skusi dan peno:lusuran literatur yang ekSiensif. seh ingp menghas ilkan イセヲ・イ・ョNセゥ@ セ G 。ョャZャ@ leraklual le nlans pcrsyal'1l lan kenmanan. mutu. dan kcmanfaman 「 セィ。ョ@ kO'ime li ka.

Tcrscdi lnya 「オセオ@ KKI e、ゥセゥ@ 11 vョャオュセ@ III Cctakan P<'ft.1ma Ini dllulrllpkan dapal ュセュャクイゥォ。ョ@ manfut IItgi pl:tnllngk u ォ」ー・ョャ ゥ ョセョ@ dunia セ ッウ ュ・エゥ ォ X@ nasioM!. Melalui buku KKt Edisi It vッ ャ オュセ@ III ini. j ug8 dillanlpkan dDp:11 mcndukung upaya pembinaa n dill ""n&8"'i$an セ cャウ LB・ ャ ゥィ@ dalam menjam in セB。ュb ョZiョ⦅@

mUIU. dan ォBュ。 ョ ヲセ。ャ。ョ@ sc-diRan ォッセ・エゥィ@ di Indonesi .. ,

Kcpada semua pihak )'ang Ielah berperan sch ingga buku KK I Edisi 11 Volume 111 Cetakan pHイuッュ セ@ dapat Icrsedia. kami §8mpaihn lerima kasih dan pengllafgaan yang sclinggi'linuil1ya,

JBkartw, 30 No"ember 20 11

_ _ _ _ _ _ ,_.II1WI!'I, _ _

_ "QoI_a. _ _

p . .

_a._._

_ ... ,..._pa...,,_

Lind a S llanggang, ApI .. Ph.D.

1(58050 ) 19830)200 1

-"'---*-,:111--...:-

-

...

MNMセ@

....

(5)
(6)

KEPUTUSAN

MENTERIKESEHATAN R EP UBUK I NDONESIA. NOMOR: 256I1M[NKES/SKfX Jlf2011

T ENTA:\'G

KOI)EKS KOSMETIKA I NDONESIA EnIS I Il VOI. UME III

DE'l'C,AN RAHMAT TUHAN YANG MAl-iA [SA MENTERI KESEHAT AN REP UBUK INDONESIA.

Mcnimba ng : a. bahwa untuk mclcngkapi kebuluhan monngrafi bahan

Mengingat

kosmetika sesuai dengall perkem bangan i lmu pengetahuan,

perl u mengesa hkan da n mcmberlakukan Kodeks

Kosmetika Indones ia Edisi II Vol ume

J1T;

b. bahwa berd asarkan pCrl imbangan sebagalmana dimaksud dalam humf a, perlu mcnetapkan Keputusan Menteri

Kesehalan te nlang Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II Vol ume Ill;

l. Undang-Undang Nomor 36 Til hun 2009 Icntang Kesehatan

(Lembaran Negara Repunlik Indonesia Tahun 2009 Nomo r

144, Tam ba han Lcmbanm l\ega ra

Nomor 5063);

Republ ik Indonesill

2

Peraturan Pcmcrintllh Nomor

72

Ta hlln 1998 tcntllng

Pengamanan Sediaan Farmasi dan AlaI Kesehatan

(Lembaran Ncga ra RCPllOlik Indonesia Tahun 1998 Nomo r

138, Tamba han Lemoaran Negara Repub lik Indonesia

No mor 3781);

(7)

Menetapkan

KESATU

IV

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

077lMenkes/S KJ[[ III 997 tentang Pengesahan Kodeks

Kosmetika Indonesia Edisi II Volume II Sebagai

Kelanjutan dari Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II

Volume I Tahun 1993;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

I I 44/MENKES/PERlYIII/20 I 0 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 20 I 0 Nomor 585);

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

I I 75IMENKES/PERlYIII/20 I 0 tentang fzin Produksi

Kosmetika (Berita Negara Republik fndonesia Tahun 20 I 0

Nomor 396);

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

I I 76IMENKES/PERlYIIl/20 I 0 tentang Notifikasi Kosmetika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 I 0

Nomor 397);

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN TENT ANG KODEKS KOSMETIKA INDONESIA EDISI II VOLUME III

Mengesahkan dan memberlakukan Kodeks Kosmetika

Indonesia Edisi II Volume III sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang mempakan bagian tidak terpisahkan dari

(8)

KEDUA Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

セ]セセャ\^@ tanggal 27 Desember 2011

I'f"'l

(9)
(10)

セ@

セGB@ n HR RasWla SaId Blok X5 Kavling No 4 - 9 Jakana 12950 Te1p 5101590 (Hunting) PES 2029,5006.5900 Fax 52964838.5214876

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena buku Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II Volume IJJ telah selesai disusun dan diterbitkan

tepat waktu. Kodeks Kosmetika Indonesia (KKI) Edisi II Volume III ini

merupakan kelanjutan dari buku KKI Edisi II Volume II Tahun 1997.

Pemilihan bahan baku Kosmetika pada Volume III ini diprioritaskan pada bahan baku yang diperbolehkan pada ASEAN Cosmetic Directive (ACD) dan sering digunakan dalam pembuatan sediaan kosmetika serta mengacu pada standard dan metode penetapan karakteristik mutu yang disesuaikan dengan Japan Standar

Cosmetic Ingredient (JSCI).

KKI edisi II Volume III berisi ketentuan umum , monografi bahan baku dan lampiran yang merupakan informasi dan penjabaran metode analisis dan prosedur pengujian dan penetapan seca ra umum, mikrobiologi, kimia dan fisika.

Penyusunan KKI Edisi II Volume In dilakukan oleh Tim Kodeks Kosmetika

Indonesia yang dibentuk melalui keputusa n Direktllr lenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan .

Dengan menerapkan Cara Prodllksi Kosmetika yang Baik (CPKB) serta mengaClI pada standar mutu sesuai KKl, diharapkan produk Kosmetika Indonesia makin meningkat mlltun ya dan memberikan jaminan perlindungan terhadap keamanan dan kesehatan masyarakat serta mampu bersaing di pasar dalam negeri mallpun intemasional. Secara tidak langsung tersllsllnnya KKI Edisi II Volume UI akan berdampak positif terhadap perkembangan dan peningkatan mlltll prodllk kosmetika di Indonesia.

Kepada semlla pihak yang telah berperan berkontribusi aktif, kami sampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya dan kami harapkan kritik dan saran yang membangun lIntuk perbaikan ke depan.

t. M.Kes. 001

(11)
(12)

:1).,

n HR. Rasuna Said Blok X5 Kavling No . 4 - 9 Jakarta 12950

セ@

Telp 5201590 (Hunting) PES . 2029, 5006, 5900 Fax. 52964838,5214876

KEPUTUSAN

DIREKTUR JENDERAL BINA KEF ARMASIAN DAN ALA T KESEHATAN

NOMOR: HK.03.0SN/664/2011 TENTANG

PEMBENTUKAN

TIM PENYUSUN KODEKS KOSMETIKA INDONESIA DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT

KESEHATAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan persyaratan

keamanan, kemanfaatan, dan mutu kosmetika, perlu

dilakukan penambahan monografi Kodeks Kosmetika

Indonesia;

b. bahwa untuk melengkapi monografi bahan kosmetika

dalam Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II Volume II

sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu

pengetahuan, perlu diterbitkan Kodeks Kosmetika

Indonesia Edisi II Volume III;

c. bahwa nama-nama dalam Keputusan ini dianggap

mampu dan kompeten untuk duduk dalam Tim

Penyusun Kodeks Kosmetika Indonesia;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu

menetapkan Keputusan Direktur lenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan tentang Pembentukan

(13)

Mengingat:

VIII

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ten tang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang

Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

Nomor 138, Tamba han Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 378 1);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);

4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 200 1 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenan gan, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen, sebagaimana telah beberapa kali dillbah

terakhir denga n Peratllran Presiden Nomor 64 Tahun

2005 ;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1 144/MENKES /PERJVIlT/20 I 0 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;

6. Peraturan Menteri Kesehalan Nomor

7.

I I 75 /MENKES/PERJVIII120 10 tenlang Izin Produksi

Kosmelika ;

Peraturan Menteri Kesehatan

1 I 76IMENKESIPERlYIll/20 10 tentang

Kosmetika ;

Nomor

(14)

M enetapka n

Kesa tu

Kedua

Keliga

landa

Regislr3si

Apotckcr.

MEM UrUSKAN

KEP UrUSAN DIREKTUR J EN DERAL BI NA

KEFARMAS IAN DA N A L AT KESEHATAN

TENTANG PEMB ENIUKAN TIM PENYUSUN

KOD EK S KOSMETIKA IN DON ESIA ;

Membcntuk Tim PenYllsun Kodeks Kosmet ika

Ind onesia, selan.iutnya dalam Keputusan ini dise but T im

Penyusun dengan susunon keanggotaan sebagalnlana

tercanturn dalam Lampi ran yang rnerupakan bagia n tidak

terpisahkan dari Keputusan ini .

T im Pcnyusun sebagalnlA na dimaksud pada d iktum

Kesat u terdir i alas: I. Tim Pcngarah;

2. T im Ahl i;

3 . T im Pe laksana;

4. Dewan Reda ks i;

Tim Penyusun scbagalnlana dilllaksud dr.lam diktum

kedua rnempun yai tugas ,

Tim Pengarah :

a Memberikan arahan penyl!sunan Kodeks

Kosmetika indonesia Ed isi II Volume III

b. Menetapkan monografi bahan kosmetika yang

akan dimuat da larn Kodeks Kos metika Indonesia

Edisi II Vol ume Ill.

(15)

x

Edisi II Volume III .

2. Tim Ahli:

a. Memberikan masukan, saran , dan kriteria dalam

memilih monograti yang akan disusun .

b. Mengadakan koreksi dan penyempurnaan

naskah Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II

Volume [[I yang telah disusun oleh Tim

Pelaksana.

3. Tim Pelaksana :

a. Melaksanakan penyusunan monografi yang

telah ditetapkan oleh Tim Pengarah.

b. Menyiapkan naskah Kodeks Kosmetika

Indonesia Edisi II Volume III untuk diserahkan

kepada Dewan Redaksi.

4. Dewan Redaksi :

a. Membantu Tim Pengarah dalam menyusun draft

Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II Volume

III.

b. Memeriksa dan mengedit naskah Kodeks

Kosmetika Indonesia Edisi II Volume III.

c. Memberikan rekomendasi atas hasil penyusunan

naskah Kodeks Kosmetika Indonesia Ed isi 11

Volume

IJJ

kepada Direktur JenderaJ Bina
(16)

Ke li ma

Keena m

Ketujuh

AlaI Kesehatan ;

Masa tugas Tim terhirung mu lal tangga l dilclapkannya Kepuru san ini sa mpai dcng.an a kh ir T a hun 20 I I;

Segala bia ya yang timbu l da lam pelaksanaan tugas T im dibebankan pada DIP A Di re ktonu Billa Prod uksi dan

Distribusi Kcfarmasian Tahun 20 II ;

Keputusan illl mulai berla ku scjak tanggal di tclapkan.

Ditctapkan di J!lk arta

Pada langga l 5 Dcse mb er 20 II

. ... ... .. ...

JENDERA L BINA

D!J}

AL AI KES EIiAiAN
(17)

Kefarmasian Dan Alat kesehatan

Nomor HK.03.0SNI664/2011

Tahun 2011

TIM PENYUSUNAN KODEKS KOSMETIKA INDONESIA

Penasehat : 1. Ora . Sri Indrawaty,Apt.M.Kes

2. Ora. Kustantinah,S, Apt, M.App.Sc

3. Drs. Ruslan Aspan, Apt, MM

Pengarah : I. Drs. Purwadi , Apt, MM, ME.

2. Ora . Nasirah Bahaudin, Apt, MM

3. Ora. Engko Sosialine M, Apt, MBIO, Med

4. Dr. Setiawan Soeparan, MPH

5. Ora. Mama Linda Sitanggang, PhD

6. Drs. Syamsudin, Apt., M.Si

7. Drs. Siam Subagyo, Apt., M.Si

Penanggung Jawab : 1. Drs. T. Bahdar J. Hamid , Apt, M.Pharm

2. Drs. Hary Wahyu T. , Apt

Ketua I. Ora . ur Ratih Purnama, Apt, M.Si

2. Ora. Kenik Sintawati, Apt

Sekretaris : 1. Ora. Mindarwati , Apt

2. Astini Riani, S.Si. , Apt

TimAhli:

I. Prof. DR. Siamet Ibrahim, Apt

2. Prof. DR. Widji Soeratri, Apt, OEA

(18)

5. Drs. lanahar Murad, Apt

6. Drs. Ketut Kertawijaya, Apt

7. Dra. Na ni Sukasediati,MS,Apt

Tim PeJaksana :

I. Dra. Dettie Yuliati , Apt. Msi

2. Drs. Riza Sultoni , Apt, MM

3. Dita Noviati S A, S. Si, Apt,MM

4. Cici Sri Suningsih , Sh, M.Kes

5. Irawan Naning, SH, MM

6. Dra. Mesra Retty, Apt

7. Dra . Hermini Tetrasari, Apt, M.Si

8. Dra . Sri Murhandini , Apt, M.S i

9. Dra. Ati Setyawati, Apt, M.Si

10 . Dra . Aan Risma Uli, Apt, M.S i

1 I. Dra. Hasti Kusuma, Apt

12 . Dra . Rini Tria S. , Apt, M.Sc

13. Dra. Yurita Amarya S., Apt, MKM

14. Pulan Widyanati, S.Si, Apt

15 . Sri Purwaningsih, S.Si, Apt

16. Putu Eka Sukarya Diantari , S.Farm, Apt

J 7. Noo r Laily Fitria, S.Farm, Apt 18. Helfi Yanti , A.R, S. Si

J 9. Yu li a Yu liati Barkah, SH

20. Fajar Ramadhitya Putera, S. Si ., Apt

2 J. Gine Intan P

22. Titiek Sri Widowati

23 . Tukiran

24. Hartini

(19)

2. Drs . Syahrial Taher, Apt 3. Drs . Ketut Kertawijaya, Apt 4 . Dra . Nani Sukasediati,MS,Apt

(20)

DAFTAR lSI

Halaman

Kata Pengantar Cetakan Pertama Kodeks Kosmetika Indonesia

Edisi II Volume III .... ... ... .. .... ... ... ... ... ... .... II

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

256 I IMENKES/SK/XIII20 It tentang Kodeks Kosmeti ka

Indonesia Edisi II Volume III ... ... ... ... ... ... .. III

Kata Pengantar... ... .... ... ... ... ... .... .. ... .. .. .... .. ... VI

Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan No. HK.03.05/V/664/20I I tentang Pembentukan Tim Penyusun

Kodeks Kosmetika Indonesia ... .. ... ... VI!

Daftar lsi ... ... ... ... .. ... .... ... .... ... ... ... ... .. .. XV

Daftar Monografi ... .. .. .... .. .. ... .. . ... ... .. ... ... .... .. ... .. ... ... .... ... .. XVI

Daftar Uji Umum, Proses, dan Peralatan ... .... ... .. ... ... .. XXI

Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RT No. 25611MENKES/SK/XIII20 I I :

t. Ketentuan U mum ... ... .. .. ... ... .... ... ..

2. Monografi ... .... .. .... .. .. ... ... .. ... ... ... 15

3. Uj i Umum, Proses, dan Peralatan ... .... .. .. ... .. . 218

4. Indeks .... .... ... ... .. ... ... ... .. ... ... . 439

(21)

DAFTAR MONOGRAFI

2-A lkil-N-Karboksimetil-N-Hidroksietil Im idazo linium Betain

2-Amino-2-Met iJ-J ,3 Propandiol

2-Amino-2-Metil-l -Propanol

2-(2 -H id roksi-5-Meti Ifenil) Benzotriazo I

2-Heksildekano l

2-Metil-2 -4-Pentandiol

2-0ktildodekanol

2-0ktildodesil Miristat

2-0ktildodesi lOleat

4-Tert-Butil-4 ' -Metoksidibenzoilmetan

a - Am il Sinamat Aldehida

Aluminium Dihidroksi Alantoinat

Alumin ium Hidroksiklorida

Aluminium Silikat Alam i

Aluminium Silikat Sintetis

Alumunium Stearat

Asam Behenat

Asam Laurat Dietanolamida

Asam Lemak Kelapa Dietanolamida

Asam Lemak Kelapa Monoetanolamida

Asam Lemak Lanolin lsopropil Ester

Asam Sitrat Anhidrat

Asam Stearat Dietanolamida

Askorbil Stearat

Bahan Dasar Sabun

Batil Alkohol

Behenil Alkohol

Benzil Nikotinat

Besi(IIJ) Oksida Merah

Bi smu t Oksiklorida

(22)

Denvat isasi Yla lam Sarang Lebah Dengan Polioksietilen Sorbitol

Desi! Oleat

Dihuti Ihidroksitoillen

Digliserin

Dihidrokoleste ro l

Diisopropil Adi pat

Dimetil EterDikalillm Glisirizinar

Dinatrium Suksinat

Dipropilen Glikol

DL-Serin

dl-o:-Tokoferil Nikoti nat

D- Panteno l

Eranol Mutlak

Etil Gualazulen Su lfonat

Etilengl ikol Monobutileter

EtiJengJ ikoJ Monostearat

セ@

-Feni leti l Aseral

ri loslerol

G li seril Gll serhe linar

Gl iseril Monoolea l Lipofi lik

Gliseril Trimiristat

Gl iserin Pekar

Gl isirct inil Stearn!

Gom Ester

Heksi l Laurar

Hcksi ldcsil Dimetiloktanoat

Hidroksisitronelal

Hinokitiol

Isoami l Asc!al

IsobUlil Para hidroksibenzoat

lropa raflll Caif

isoparafin Cair Eneer

(23)

lsopropil Pa rah idroksihe nzoal lsopropi J melh i I fe no J

Kalsium Fosfat Dibasa Kua Jitas DenIal KAlsium Karbona l Bera t

Ka olin

K arboks ivi ni I pol imer Kase in

Klorfenesin Kolesteril Stearat

Kopolimer Hid roksieti lselulose Dimetildialilamonium Klorida Kopo limer Metoksieti len Maleal Anhidra l

Kresol

Kromium Oksida Ilidral Kum ar in

Lanolin Aselat

Larulan A lkilisokuinoli n Bromida Laru ta n Benzalko nium Klorida Laru lan Benzeton iurn Klorida

Larutan Natrium Lauril Diaminoetilglisinat Larutan Na tr ium Lau rilmel il Tau ral

Larula n Penta natrium Dielilenlriam ina Pentaasetat Laru tan SeliltrimeliJamonium Sakar inat

Lauriltrimetilamonium Klorida Linalil Aselal

L-Serill L-S istein L-Sistin

Malam Sarang Leba h

Malam Sarang Lebah yang Dipulihka n Meti l Polisilo ksa n

Me til fenil Polisiloksan Minyak Safflower

(24)

Miristil Dimetil Benzil Amonium Klorida

Miristil Miristat

Natrium Hidroksimetoksibenzofenon Su lfonat

Natrium L-Aspartat

Natrium Lauri Imeti I Taurat

Natrium N- Lauril- L-Glutamat

Natrium N- Miristil- L-Glutamat

Natrium N-Stearoi l- L-Glutam at

Natrium Pirosu lfit

Natrium Poliakrilat

Natrium Polioks ietilen Alkilfenileter Fosfat

Natrium Su lfit Anhidrat

Natrium Tembaga Klorofilin

Na trium セl。オイゥャ。ュゥョッーイッーゥッョ。エ@

Nitroselulosa

y -Nonalakton

y-O ri sano l

Ortofen il fenol

Parafin

Pati Beras

Pati Kentang

Pepsin Bersakarosa

Polioksietilen Alkilfenileter Fosfa t

Polivini Ipirolidon

Propilen Glikol

Retinol Asetat

Retinol Palmitat

Serbuk Susu Sk im

Setanol

Seti I Miristat

Setiltrimetilamonium Bromida

Setiltrimetilamonium Klorida

(25)

Sikloheksan

Sinamil Alkohol

Sinoksat

Sitronelal

Sitronelo l

Skualen

Sorbitan Monoisostearat

Sorbitan Seskuisteara t

Sorbitan Tri stearat

Steariltrimetilamonium Klorida

T ingtllr lahe

Trieta nolamin Polioksietilen Alkilfenileter Fosfat

Trietanolamina Polioksietilen Laurileter Sulfat

Trigliseri da Asam Kaprilat/Asam Kaprat

Trii sopropa no lam ina

Xi lito l

(26)

DAFTAR UJI UMUM, PROSES DAN PERALATAN

l. Metode Perbandingan Serapan

2. Senyawa Tidak Larut Asam

3. Senyawa Larut Asam

4. Bilangan Asam

5. Uji Batas Amonium

6. Surfaktan Anionik

7. Uji Batas Arsen

8. Titik Didih Dan Jarak Destilasi

9. Uj i Batas Klorida

10. Titik Pengkabutan

I I . Titik Beku

12. Titrasi Elektrometri

13. Bilanga n Ester

14. Uji Batas Fluor

15 . Kromatografi Gas 16. Uji Batas Logam Berat

17. Bilangan Hidroksil

18 . Spektrofotometri I nframerah

19. Bilanga n lodum

20. Uji Batas Besi

21. Uji Batas Timbal

22 . Gas Cair

23. Kromatografi Cair

24. Susut Pengeringan

25. Susut Pemijaran

26. Caira n Padanan Untuk Warna

27 . Alat Ukur, Peralatan

28. Titik Lebur

29. Uji Metanol Dan Aseton

30. Pen eta pan Metoksil

(27)

31. Penetapan Nitrogen

32. Residu Tidak Menguap

33 . Rotasi Optik

34. Metode Pembakaran Labu Oksigen

35. Kromatografi Kertas

36. Uji Parfum

37. Penetapan Ph

38. Uj i Kualitatif

39. Zat Mudah Terarangkan

40 . Pereaksi Dan Larutan Pereaksi

41. Baku Pembanding

42. Indeks Bias

43 . Si sa Pemijaran

44 . Bilangan Penyabunan

45 . Titik Lunak

46 . Bobot Jenis

47 . Volume Spesifik

48 . Spektrofotometri

49 . Larutan Baku

50. Larutan Volumetrik

51 . Uji Batas Sulfat

52 . Kromatografi Lapis Tipis

53 . Zat Tidak Tersabunkan

54. Viskositas

55 . Penetapan Kadar Vitamin A (Metoda Karl Fischer)

56. Zat Laru! Air

(28)

SK MENTER! KESEHATAN

(29)
(30)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHA T AN

REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 2561 IMe nkes/SKJXIII20 II

TENTANG

KODEKS KOSMETIKA INDONESIA

EDISI II VOLUME III

KODEKS KOSMETIKA INDONESIA EDISI II VOLUME III

KETENTUAN UMUM

JUDUL BUKU

J udul lengkap buku ini adalah Kodeks Kosmetika Indonesia (KKI) Edisi It

Volume III. Buku ini merupakan kelanjutan dari Kodeks Kosmetika Indonesia

edisi II volume II tahun 1997. Jika disebutkan KKI tanpa penjelasan lain, maka

yang dimaksud adalah KKI Edisi II, volume I, volume II dan volume III.

Kodeks Kosmetika Indonesia bertujuan melengkapi Undang-undang Kesehatan

(UU No. 36, 2009) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam Peraturan

Pemerintah No. 102 tahun 2000.

ZAT RESMI

Yang dimaksud dengan zal resmi dalam kosmetika adalah za t yang

monografinya tercantum dalam KKJ.

TATA NAMA

Judul monografi berturut-turut nama Indonesia, nama Inggris dan nama dari

(31)

mmus bangun dan Chemical Abslracl Sen/ice (CAS) number di dalam kurung -besar.

Untuk monografi zat warna kosmelika, d icantumkan ColOllr Index (el) d i belakang nama IN OO.

Conloh .

ALUMIN I UM omfl)ROKSI ALANTO I NAT

Aluminum Oihydro :<y AJl antoiuate Aldioxa

o

II

AI(OH)P

セxn

hMcM

GB G@

" 0

I

"

[5579-8 1-7J

P[HSYARATAN RESM I

Bahan ba ku kos melika diuji mengi kUli keten ru An ya ng ada dalam monografi, kcte ntuan um um, uj i le rmas uk melooe dan peralatannya, Semua persya ratan dal am monografi kecuaJi ya ng d i bawa h ini merupakan persyaraulIl untuk zat

resm; te rseb ut. Rumus kimia yang diberikan pada aWIII monografi dan pernyataan ya ng dib erikan pada su b Judu l Kelanlian dicantumka n dalam monografi se bagai penjelasan dan tid ak lermasu k persyaralan resnti .

BOHOT ATOM DAN RUMUS KJMfA

Bobol atom yang digunakan untuk mcnghilung bobot molekuJ dan faktor-faktor dalarn p<: ne tapan kadar dan lain-lain, ada lah bobol atOm yllng tertera dalam

(32)

Bobot molekul dihitung berdasarka n DO/far Bobol Alom Unsur dan di lak uka n pembulalan sampai 2 angka d i belaka ng koma.

Ji b susunan kimia suatu zat resmi dikelahui atau secara umum tela h dapal di lerima, maka mmus moleku l, rumus bangun. dan bobot mo leku l d icanrumkan selelah nama monografi da n d imaksudkan sebaga i informasi dan tidak un l" k menu nj ukkan kem urnian da ri zat. Sedang rumus molekul ya ng d iberikan da lam spesifikasi, pengujian. dan penetapan kadar menunjukkan

zat

kimia yang mmni.

A,'lGKA SIGl\lIFIKAN DAI\ toャeraセsi@

Jika balas dinyatakan dalam angka, rnak a batas ala s d:ln batas bawah dari sualu rentang terse but ada lah inklusif, sehingg:l re ntan g lersebut terdiri dari kedufl nilai jtu sendiri dan sem ua nilai yang berad a di an tara nya. Balas yang dica ntum ka n dalam kelenlua n dan pengujian mo nografi, bai k ni l(li lersebut dinyata kan dalam persc n ata u angka mu tlak, di anggap signifikan sampai angka akhir yang lerca nrum .

Halas yan g diberikan dalam kelen tuan dibual mens insal pensgunaan 231 le rseb ul untuk kosmelika.

Ji ka dalam monogm fi kadar d in yata kan tida k kurang dari jumlah persentase tertentu lanpa me nya lakan batas atas maka da pal d ia rti ka n batas alas adalah

10 1.0%.

Toferans Bfllas-batas (limit) yang dmYfltflkan da lflm kele nluan :t:al res mi dibuat meng ingal adany a kesalahan pada penelapa n kadM dan ke rusa kan yang dianggap Tidak berarti .

rEREAKSI DAN LARUTAN PEREAKSI

Kecua li din ya taka n la in, sem ua pereobi ter masuk indikalar dan larUlon pereoksi

(33)

PENGUJIAN DAN PENETAPAN KADAR

Alat atau aparat

Dalam pengujian atau penetapan kadar, perincian ukuran atau jenis tel1entu

wadah atau alat diberikan semata-mata sebagai suatu rekomendasi. Jika

ditentukan labu tentukur atau alat pengukur, alat penimbang atau alat lain , maka

harus digunakan alat tersebut atau alat lain yang akurasinya sekurang-kurangnya

setara (I ihat ALat Ukur, PeraLatan <27».

Jika dalam pengujian atau penetapan kadar, suatl.l instrumen untuk pengukuran

fisika ditentukan namanya dengan jeJas, maka dapat digunakan instrumen lain

dengan sensitivitas dan akurasi yang selara atau Jebih besar.

Jika ditentukan penggunaan sentrifl.ls, dimaksudkan untuk menggunakan alat

dengan radius efektif lebih kurang 20 em dan yang dijaJankan dengan kecepatan

yang cl.lkup untuk memisahkan beningan dalam 15 menit.

Untuk kolom dan tabung kromatografi, kecuali dinyatakan lain , diameter yang

disebut ialah diameter daJam; untuk tabung dan pipa Jain, diameter menunjukkan

diameter luar.

Tangas air Jika harus digunakan tangas air tanpa penjelasan lain mengenai suhu,

dimaksudkan suatu tangas dengan air mendidih l<llat.

Tangas uap Jika harus digunakan tangas uap, biarkan terkena uap mengalir aktif

atau bentuk panas lain yang dapat diatur suhunya dengan uap mengalir.

Tangas es Kecuali jika dinyatakan lain, yang dimaksud adalah tangas yang

berisi es.

Zat asing dan cemaran

Penguj ian terhadap adanya zat asing dan cemaran diberikan I.Intuk membatasi zat

asing tersebut sampai jumlah yang masih dapat diterima .

Walaupun tujuan utama dari kodeks ini iaJah untuk menjamin pemakai zat resmi

mengenai identitas, kadar, kualitas, dan kemurnian, tetapi tidak mungkin untuk

memasukkan daJam tiap monografi cara penguj ian dari setiap cemaran dan

(34)

dari cara pengujian yang telah diberikan dalam masing-masing monografi, harus

dilakukan cara penguj ian yang sesua i untuk mengetahui adanya cemaran yang

tidak sesuaJ dengan Cara Produksi Kosmetika yang Baik, misalnya cemaran

yang dapat timbul karena perubahan su mber bahan atau perubahan cara

produksi , atau karena masuk dari sumber luar.

Prosedur

Penetapan kadar dan penguJlan digunakan untuk meneta pkan apakah zat

memenuhi persyaratan KKl dalam identita s, kadar, kllalitas, dan kemurnian.

Prosedur otomatik yang menggunakan dasar kimia yang sama dengan cara yang

diberikan dalam monografi diakui pula sebagai cara yang sesua i untuk

menetapkan persyaratan . Prosedur penetapan lain dapat digunakan, jika hasi l

yang diperoleh mempunyai akurasi yang sama. Jika terdapat perbedaan atau

perselisihan pendapat, maka hanya hasil yang diperoleh den ga n cara yang

diberikan daJam KKI yang dapat memutuskan.

Dalam melakukan pengujian atau penetapan kadar harus digunakan sejumlah zat

tidak kurang dari yang telah ditetapkan dalam prosedur. Jumlah yang sebanding

lebih besar atau lebih kecil dari jumlah bobot dan volume yang disebutkan dapat

digunakan, jika pengukuran dilakukan dengan akurasi yang sekurang-kurangnya

setara pada semua tahap, seperti penimbangan, pengenceran, d itepatkan

sedemikian rupa hingga mendapat kadar yang sama dengan yang ditetapkan dan

dibllat dengan cara sedemikian rupa sampai memberikan akurasi yang

sekurang-kurangnya setara.

Jika dalam ketentuan monografi toleransi dinyatakan se bagai "dihitung terhadap

zal yang lelah dikeringkan alau terhadap zal anhidral atau zat yang lelah

dipijarkan", cara mengeringkan atau memijarkan zat yang diperiksa sebelum

penetapan umumnya dihilangkan dari Cara penetapan. Pengujian dan penetapan

kadar dapat dilakukan menggunakan zat yang tidak dikeringkan atau dipijarkan

dan hasilnya diperhitungkan terhadap zat yang telah dikeringkan , zat anhidrat,

atau zat yang telah dipijarkan, asal dalam monografi diberikan cara pengujian

(35)

mudllh mcnguap dapat mengganggu penetapan kada r, ma ka pengeri ngan

sebelum penetapan kada r harus d iseb ulkan dalam monografi dan inj hams

dilakll kan.

Istilah lebih kw-ang dalam menyatakan kuanl ilas ya ng sesuA i yang akan d iambi l

unruk pengujian dan penelapan kadar, menunj ukk an kuanllras dalAm 10 persen

bobot atau vo lume yang ditentukan. Tetapi bobol atau volume yang dia mbil,

harus dilimbang atau d iukur seeam saksama dan hasil dihirung berdasarkan

kuanlilas yang tepat diambil.

Jib hanl!; digunakan pipet untuk mengukur vo lume dalam melakukan pengujian

ala u penelapan kadar, pipet harlls memcnllhi persyaralan (lihat Alat Ukur, Peralalan <27». Pipet harus digunakan sedemik ian rupa sehingga kesalahan

lidak melebihi batas yang dinyatakan umuk pipet denga n ukuran tersebut. Jika

ditenlukan menggunakan pipet, dapal diganti buret yang sesuai , yang me men uhi

perSyaralan yang lertera pada AlaI Ukur. Perala/an <27>. Jika harus

me nggu nakan pipet khusus untuk cairnn kelllal, labu ukur yallg sesuai dapa!

digu nakan.

Pemya taa n seperti "25,0 mL" dan "250,0 mg" ya ng digunakan sehubungan

dengan pengukuran voiumetTjk atau gravimelrik, menunjukkan bahwa kuantitas

te rscbut harus "diukur saksama" alau "clitimbang saksama" dalam batas-batas

ya ng dinya takan daiam Alai Ukur, Peralatan <2 7>.

Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan kata pipet atau dengan

menambahkan angka 0 dt belakang koma angka tera khir bilangan ya ng

bcrsangkutan. Misal nya, dengan pern ya taan pipel 10 mL atal l ukur 10,0 mL,

dimaksudkan buhwa pengukuran harus dilakukan dengan SA ksa rna.

Desikalor Pernyataan dalam desikalor dimaksudkan pcnggu naa n wadah yang ditutup rapat dengan ukuran dan disain yang sesuai, yang mcmpcrtahankan

allllosflr dengan kelembaban rendah menggunakan silika gel P atau bahan

pengering lainnya.

Desikalor hart/pa udam adalah dcsiblor yang dapat rne mpert8hankan almosfir dengan ke le mbaban rcndah pada tebnan yang dikurangi samptd tidak lebih dari

(36)

Pengeringan sampai bobol lelap Pernyataan keringkan sampai bobol lelap dimaksudkan pengeringan harus diteruskan sampai dua penimbangan

berturut-tunlt tidak berbeda lebih dari 500 f.lg tiap g bahan yang diambil; penimbangan

kedua dilakukan setelah zat dikeringkan lagi selama I jam.

Penyaringan Jika diharuskan menyaring tanpa penjelasan lain, dimaksudkan cairan disaring melalui kertas saring yang sesuai atau alat penyaring lain sampai

filtrat jernih.

Uji fdenliflkasi Uji Identifikasi digunakan dalam menyesuaikan identitas zat seperti yang tertera pada etiket. Pengujian tersebut, walaupun khas, tidak cukup

untuk menegakkan bukti identitas, tetapi jika suatu zat gagal dalam memenuhi

persyaratan yang tercantum pad a uji identifikasi, maka zat tersebut mungkin

palsu. Pengujian dan spesifikasi lain dalam monografi sering membantu untuk

membuktikan atau menguatkan identitas zat yang diuji.

Pemijaran sampai bobol lelap Pernyataan pijarkan sampai bobol lelap dimaksudkan agar pemijaran diteruskan, kecuali dinyatakan lain, lakukan

pemijaran pada suhu 8000

± 250 sampai dua penimbangan berturut-turut tidak

berbeda lebih dari 500 セャァ@ tiap g zat, penimbangan kedua di lakukan setelah zat

dipijarkan Jagi selama J 5 menit.

fndikalor Jika dalam pengujian dan penetapan kadar harus menggunakan

Larnlan Pereaksi (LP) sebagai indikator dalam suatu pengujian atau penetapan kadar, maka digunakan lebih kurang 0,2 mL atau 3 tetes larutan, kecuali jika

dinyatakan lain. Untuk kanji LP gunakan 3 mL, dan masukkan waktu mendekati titik akhir.

Bau Istilah "Iidak berbau", "hampir lidak berbau", "bau khas, lemah" atau variasinya daJam Deskripsi berlaku untuk pemeriksaan setelah zat dibiarkan kena

udara selama 15 menit, baik untuk kemasan yang baru dibuka yang berisi tidak

lebih dari 25 g zat maupun untuk kemasan yang lebih besar, dengan cara

memindallkan lebih kurang 25 g zat ke dalam cawan penguap berkapasitas

100-mL. Pemberitahuan mengenai bau hanya sebagai penjelasan dan tidak boleh

dianggap sebagai persyaratan kemurnian untuk satuan jumlah tertentu zat,

(37)

Pengukuran tekanan Istilah "mmHg" yang digunakan sehubungan dengan

pengukuran tekanan dalam suatu alat, atau tekanan atmosfir dimaksudkan untuk

menggunakan manometer atau barometer yang sesuai, yang dikalibrasi terhadap

tekanan yang diberikan o leh kolom raksa dengan tinggi yang dinyatakan.

Keasaman dan kebasaan

Kecuali dinyatakan lain, keasaman dan kebasaan ditetapkan dengan kertas

lakmus. Untuk menyatakan keasaman dan kebasaan lebih teliti, dinyatakan

dengan nilai pH.

Tabel Keasaman Kebasaan

Pernyataan Rentang pH

Agak asam 5 -6,5

Asam lemah 3 - 5

Asam kuat ::;3

Agak basa 7,5 - 9

Basa lemah 9 - \I

Basa kuat 2: 11

Larutan Kecuali jika dinyatakan lain dalam monografi, semua ianJtan dalam

pengujian dan penetapan kadar dibuat menggunakan Air.

Pernyataan seperti "( I dalam 10)" atau "( I menjadi 10)" diartikan bahwa I

bagian volume cairan harus diencerkan dengan, atau J bagian bobot zat padat harus dilarutkan dalam, pengencer atau pelarut secukupnya untuk membuat

volume akhir J 0 bagian volume.

Pernyataan seperti "(20:5 :2)" diartikan bahwa angka berturut-turut tersebut

bagian volume dari cairan yang harus dicampllr, kecuali jika dinyatakan lain.

Tanda "LV" di belakang sllatu larutan volumetrik menunjukkan bahwa larutan

tersebut dibakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam monografi atau

dalam lampiran Lanilan Volume/rile <50>, jadi berbeda dengan larutan dengan

(38)

Jib da[am pengujian atau penetapan kadar harus digunakan larutan yang dibakukan dengan kadar teltennl, maka dapat digutJakan [aru tan dengan normalilas lain, asal perbedaan kadar diperhitungkan.

Sobol jenis Kecuali jika dinyatakan lain, penetapan bobot jeni s d ilakukan pada

suhu 25° /2 5°. Bobot jen is ialah rasio anlara bobot zat di udara pada suhu 25° dengan bobot air volume sama pada suhu yang sama.

Suhu Kecuali dinyatakan lain, sem ua suhu dinyalakan dengan deraja t Celcius.

Pernyataan suhu ruang dimaksudkan jarak suhu antara 20° dan 30°; suhu ruang

terkendali ada lah suhu ruang yang dipertahankan antara 15 " dan 30°

llampa udara lstilah "dalam hampa udara" kecuali dinyatakan lain, diartikan

tekanan kuran g dari 20 mmHg. Jika da lam monografi diharuskan mengeringkan dalam hampa udara di alas zat pengering, maka hams digllnakan desikator hampa udara, pengering hampa udara berbentuk pislol atau alai pengering hampa udara lainn ya yang sesuai.

Air Jika hams digunakan air dalam pengujian dan penetapan kadar, hams

digunakan Air suling.

Air dan SuslIl pengeringan Jib air hidrat alau air yang dijerap wt ditetapkan

dengan cara litrasi, maka pengujian diberikan di bawah subjudul Air. Jika penelapan dilakukan dengan jalan mengeringkan zat dalam keadaan tel1entu, maka pengujian diberikan di bawah subjudul Susu! pengeringan. Susul

pengeringan sering digunakan sebagai subjudul jika kehi langan bobot lelah

diketahui mewakili zat tersisa yan g menguap, ter masuk pelarut organ ik dan air.

(39)

Kelarutan Pemyataan mengenai kelamtan yang diberikan di bawah subjuduJ

Kelarutan bukanlah persyaratan atau pengujian kemurnian, tetapi diberikan temtama sebagai keterangan bagi yang memerlukannya. Hanya jika diberikan

pengujian khu sus kelarutan secara kuantitatif, maka ini adaJah pengujian

kemurnian.

Dalam melakukan uji untuk bahan baku kosmetika, pemyataan "Iarut dalam"

atau "bercampur dengan" menunjukkan bahwa larutan zat dalam pelamt jemih

atau bercampur dengan pelamt jemih dalam bagian yang ditentukan dalam

pelamt, tidak terlihat serat atau kekemhan lain.

Pernyataan "jemih" atau "praktis jemih" dinyatakan sebagai berikut:

Jernih Pada 0,2 mL Larutan pembanding kekeruhan, tambahkan air hingga 20

mL, kemudian tambahkan I

mL

enceran asam nitrat P (1 dalam 3), 0,2 mL

lam tan dekstrin P (I dalam 50) dan I

mL

perak nitrat LP dan diam.kan selama IS menit. Larutan uji tidak lebih kemh dari larutan di atas.

Praktis jernih Pada 0,5

mL

Lanttan pembanding kekeruhan, tambahkan air

hingga 20 mL, kemudian tambahkan I mL enceran asam nitrat P (I dalam 3),

0,2 mL lam tan dekstrin P (1 dalam 50) dan I mL perak nitrat LP dan diam.kan

selama IS menit. Larutan uji tidak lebih keruh dari lamtan di atas.

Lanttan pembanding kekeruhan 14, I mL asam klorida 0, I M, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan air sampai tanda. Pipet 10 mL ke dalam

labu tentukur 1000-mL, tambahkan air sampai tanda.

Perkiraan kelamtan zat resmi ditunjukkan dengan istilah sebagai berikut :

Istilah deskriptif

Sangat mudah larut

Mudah larut

Larut

Bagian dari pelarut yang

diperlukan untuk melarutkan

I bagian za t.

Kurang dari I

Dari I sampai 10

(40)

Agak sukar lamt Dari 30 sampai 100

Sukar Iamt Dari 100 sampai 1000

Sangat sukar lamt Dari 1000 sampai 10.000

Praktis tidak lamt Lebih dari 10.000

Zat resmi yang lamt, jika dilamtkan, dapat memperlihatkan sesepora kotoran fisik, misalnya fragmen kertas saring, serat dan partikeJ yang sangat kecil, kecuali jika dalam monografi dibatasi atau dilarang dengan pengujian tertentu atau spesifikasi lain .

WADAH DAN PENYIMPANAN

Wadah

Wadah adalah barang yang memuat zat dan yang langsung berhubungan dengan zat tersebut.

Tu/up adalah bagian dari wadah.

Sebelum diisi, wadah hams dibersihkan dan dikeringkan. Mungkin diperlukan cara pembersihan dan tindakan pencegahan khusus untuk menjamin agar zat tidak tercemar benda asing.

Wadah tidak boleh mempengamhi zat yang ditempatkan di dalamnya, baik secara fisik maupun secara kimia, sehingga membah kadar, kualitas atau kemurnian dari zat tersebut menjadi tidak memenuhi persyaratan resmi.

Wadah tidak /embus cahaya Wadah tidak tembus cahaya melindungi isi dari efek cahaya, karena sifat khusus komposisi bahan yang dipergunakan untuk membuat wadah, termasuk pemberian lapisan pada wadah tersebut. Wadah yang bening dan tidak berwarna dapat juga dibuat tidak tembus cahaya dengan jalan membungkus dengan bungkus yang tidak tembus cahaya. Pada etiket wadah harus dicantumkan bahwa bungkus yang tidak tembus cahaya tersebut diperlukan sampai isi habis dipergunakan. Jika dalam monografi dinyatakan "terlindung dari cahaya" dimaksudkan disimpan di dalam wadah tidak tembus cahaya.

(41)

padat dari luar dan terhadap kehilangan isi pada penanganan, pengapalan ,

penyimpanan, dan peredaran.

Wadah tertutup rapat Wadah tertutup rapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan, benda padat, atau uap dari luar, dari kehilangan isi, dan

dari perapuhan , pencairan, atau penguapan pada waktu penanganan ,

pengapalan , penyimpanan dan peredaran , dan dapat ditutup kembali

dengan rapat.

Wadah tertutup kedap Wadah tertutup kedap tidak dapat ditembus oleh udara atau gas lain pad a waktu penanganan , pengapalan, penyimpanan

dan peredaran.

Suhu penyimpanan

Dalam beberapa monografi diberikan petunjuk khusus yang berhubungan

dengan suhu dimana zat resmi harus disimpan, karena penyimpanan pada

suhu lebih rendah atau lebih tinggi dianggap mungkin menimbulkan

hal-hal yang tidak diinginkan.

Dingin Suhu tidak lebih dari 8°.

Sejuk Suhu antara 8° dan 15 ° . Zat yang harus disimpan di tempat sejuk dapat disimpan dalam lemari, kecuali jika dinyatakan lain dalam

monografi.

Suhu ruang Suhu antara 20 ° dan 30°.

Suhu ruang terkendali adalah suhu ruang yang dipertahankan secara termostatik an tara 15 ° dan 30°.

Hangat Suhu antara 30 ° dan 40 0.

Panas berlebihan Suhu di atas 40 ° .

Lemaripendingin adalah suatu tempat dimana suhu dipertahankan secara termostatik an tara 2 ° dan 8° .

Lemari pembeku adalah tempat yang dingin dimana suhu dipertahankan seca ra termosta tik antara _20 ° dan _10 0.

Penandaan Zat resmi dalam KKI harus memenuhi peraturan

(42)

BAHAN BERASAL DARI TAN AMAN DAN HEW AN

Persyaratan untuk bahan yang beras a l dari tanaman atau hewan

be r I a k u s e tel a h b ahan-bahan tersebut masuk ke perdagangan; tetapi untuk

bahan yang dimaksudkan hanya untuk pembuatan atau isolasi seperti minyak

atsiri atau zat aktif lainnya , tidak perlu memenuhi persyaratan tersebut.

Pernyataan dari struktur elemen yang dilihat secara mikroskopi dalam serbuk

yang berasal dari tanaman atau hewan dapat dimasukkan dalam

monografi ma s ing-masing sebagai cara untuk menetapkan identitas,

kualita s, atau kemurnian.

Zat asing Bahan berasal dari tanaman dan hewan harus beba s dari

organisme patogen dan s edapat mungkin bebas dari mikroorganisme ,

serangga dan kontaminasi lain dari hewan, termasuk ekskreta hewan.

Bahan tidak boleh memperlihatkan kehilangan warna yang abnormal, bau

yang abnormal, berlendir, atau lain bentuk keru sakan .

Jumlah zat anorganik asing dalam bahan yang berasal dari tanaman atau

hewan, yang diny a takan se bagai Kadar abu tidak lant! dalam asam, tidak

boleh melebihi 2% dari bobot bahan, kecuali jika dinyatakan lain dalam

monografi.

Sebelum bahan tanaman digerus atau diserbuk, batu, debu, gumpalan tanah dan

zat anorganik asing lain harus dibuang dengan cara mekanik atau cara lain

yang sesuai. Dalam perdagangan mungkin jarang untuk mendapatkan

bahan tanaman tanpa campuran zat asing yang tidak berbahaya, yang

biasanya tidak merusak .

Tidak boleh mengandung zat asing atau sisa yang beracun, berbahaya atau

yang merusak. Zat asing terma suk bagian lain tanaman yang tidak

d isebu t termasuk dalam bahan tersebut.

Pengawetan Bahan tanaman dan hewan dapat dilindungi dari infestasi

serangga dan kont a minasi mikroorganisme oleh zat atau proses yang

(43)
(44)

dinyatakan dengan simbol N yang didahului dengan suatu angka, yaitu jumlah ekuivalen dari zat yang akan dilarutkan yang dikandung dalam sejumlah pelarut tertentu yang cukup untuk membuat satu liter larutan .

PENGllKllRAN DALAM PERSEN

Persen konsentrasi dinyatakan dengan cara berikut :

Persen bobo! dalam bobo! (bIb), menyatakan jumlah g suatl.l zat dalam 100 g

larutan atau campuran.

Persen bobol dalam volume (bl v), menyatakan jumlah g suatu zat dalam 100 mL

larutan, dan digunakan untuk pelarut air maupun pelarut lain.

Persen volume dalam volume (vlv), menyatakan jumlah

mL dari suatu zat dalam

J 00 mL larutan .

Istilah persen yang digunakan tanpa kualifikasi berarti , untuk campuran zat padat atau semi-padat, persen bobot dalam bobot; untuk larutan atau suspensi dari padat dalam zat cair, persen bobot dalam volume; untuk larutan dari cairan-dalam cairan, persen volume cairan-dalam volume; dan untuk larutan gas cairan-dalam zat cair, persen bobot dalam volume.

Sebagai contoh : larutan I persen dibuat dengan melarutkan I g zat padat atau semipadat, atau I mL dari cairan, dalam pelarut secukupnya rnenjadi 100

mL

larutan.

2-ALKIL-N-KARBOKSIMETIL-N-HIDROKSIETIL IMIDAZOLINIUM

RETAIN

2-Alkyl-N-carboxyethyl-N-hydroxyethyl Imidazolinium Betaine

(45)

Pemerian Cairan atau setengah pad at, hilling muda sampai eoklat-kuning, bau

khas lemah. Identifikasi

A. Ukur sejumlah volume zat setara dengan lebih kurang 5 g zat, tambahkan air 100 mL, gunakan larutan ini sebagai Larotan uji. Pada satu tetes Larotan uji

tambahkan 5 mL kloroform P, 5 mL biro bromfenol LP dan I mL asam klorida encer LP, koeok kuat: terjadi wama kuning pada lapisan kloroform . B. Timbang lebih kurang 0,5 g zat yang telah dikeringkan pada suhu 105°

selama 4 jam, tambahkan 1,0 g kalsium olcsida P, panaskan: uap yang terjadi mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.

C. Pada I mL Larotan uji yang dip eroleh pada A, tambahkan 4 mL air, 2 mL larutan kobalt(lI) klorida P (I dalam 100): terbentuk endapan putih.

Zat terlarut petroleum-eter Tidak lebih dari 5%; Timbang saksama Jebih

kurang 109 zat yang telah dikeringkan pada suhu 105° selama 4 jam, larutkan dalam 100 mL air dan 100 mL etanol P. Masukkan larutan ke dalam eorong pisah, ekstraksi tiga kali, tiap kaJi dengan 50 mL p etroleum-eter P. Tambahkan

natrium klorida P jika kedua lapisan tidak terpisah ka rena terbentuk emul s i. Kumpulkan ekstrak petroleum-eter, euei tiga kali, tiap ka li dengan 50 mL air, uapkan petroleum-eter di atas tangas air. Keringkan res idu pad a suhu 105° selama 15 menit, timbang.

Logam berat

<J

6> Me/ode 2 Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat, sebaga i pembanding gunakan 2,0 ml Lant/an baku timbal seperti yang tertera pad a Larotan baku < 49> .

Arsen <7> Me/ode 3 Tidak lebih dari 2 bpj ; Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g za t, dengan Alat B .

LARUT AN ALKlLISOKUlNOLIN BROMIDA

Alkylisoquinoline Bromide Solution

(46)

Hromida yang dilarutkan dalam isopropanol, eranol, air arau campura nn ya. Mcngandung Alk ilisolru inolin Bromide sebaga i Laurilisok uinolin Bro m ide, C21HnBrN (BM. 378,39), tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 120% dari jumlah ya ng renera pada eriket.

Pe mcri a n Larutanjernih, kun ing muda sampai co kla r- me rah, bau khas. Ide nt ifikas i

A. Ukur sejumlah vo lume laruran selara dengan lebi h kurang

5

g

alkilisokuino lin bromida, peka tka n di alas rangas air hingga vo lume I rnL .

Tambah kan

5

mL asam sulfa! P, panaskan: terjadi gas berwama co klat.

Alirkan gas ke da lam perak nilrat LP: terbentuk kekeruhan be rwarn a putih.

B.

Ukur sejumlah vo lume larutan setara dengan

J,O

g alk ili sokuinolin bromida, tambahkan e/anvl f' hingga 100 mL: menunjukkan sera pan lIlaksilllum pada panjang gelombang 233 ± 2 nm.

pH <37> Tilllbang sejumlah larutan selara dengan 1,0 g alki lisokuinol in bromida sesuai dengan j umlah yang le rte ra pad a eti ker, la ru lkan da lam air bebas

korhondioksida P hingga 100 m L pH antara 4,0 da n 6.0.

Za t tc rl a rut pet ro le um-ete r Tidak lebih dari 7%; Ukur saksama sejum lah volume larutan yang selara denga n lebih kurang

5 g

a lkilisolruinoli n bromide, ta mbahkan 50 m l elanol P sambil di kocok, tambahkan 50 ml air. Masukkan

larUlan ke dalam corong pisah, ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 30 mL

pelro!eum-eter P. Kumpulkall ekstrak petroleum-e te r, eue i tiga kali, tiap ka ti

denga n 30 mL enceran elano! P (4 dalam 10), uapkan petroleum-eter di atas

tangas air. Kcnngkan residu pada suhu 105° se lamCl J 5 men it, timbang.

Loga m bera! < 16> Me/ode 2 T ida k lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan menggunaka n 1,0

g

larutan, sebagai pembanding guna kan 2,0 ml Larutan baku

limbal seperti yang tertera pada LarUlan baku < 49>.

Arsc n <7> Me/ode 3 Tidak Jeb ih dari 2 bpj; LakukCln penelapan menggl.lnakan

1,0 g 2:a t, dengan A {at B.

(47)

P. Titrasi dengan asam perkloral 0, J M LV, tentukan titik akhir secara

potensiometrik. Lakukan penetapan blangko . Hitung persentase, alkilisokuinolin

bromida, C2IHnBrN, dengan rumus;

A -5 X 3,7839

TV

A adalah volume dalam mL asam perkloral 0,] M LV yang digunakan untuk zat

uji ; B adalah volume dalam mL asam perkloral 0,] M LV yang digunakan W1tuk

blangko; Wadalah bobot dalam mg sampel yang digunakan.

ALUMINIUM DIHIDROKSI ALANTOINAT

Aluminum Dihydroxy Allantoinate

Aldioxa

o

II

AI(OH),O

-{--;;::H-C-NH

2

N 0

I

H

[5579-81-7]

BM 218,10

Aluminium dihidroksi alantoinat mengandung tidak kurang dari 64,0% dan tidak

lebih dari 80,0% alantoin (C4H6N403: 158, 12), dan tidak kurang dari 20,0% dan

tidak lebih dari 27,0% dialuminium trioksida (AI203: 10 1 ,96) dihitung terhadap

zat yang telah dikeringkan.

Pemerian Serbuk hablur putih ; tidak berbau.

Identifikasi

A. Pada 0,2 g zat tambahkan 10 mL asam klorida encer P dan didihkan selama

(48)

dinginkan, dan tambahkan 0,5 mL kalium besi(lll) sianida LP dan 1 mL

asam klorida P: teljadi wama merah.

B. Pada 0,2 g zat tambahkan 10 mL as am klorida encer P, larutkan dengan pemanasan dan dinginkan; larutan memberikan reaksi Aluminium seperti yang tertera pada Uji Kualitatif < 38> .

Timbal <21> Tidak lebih dari 10 bpj; Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,

masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 5 mL asam sulfat P dan 5 mL

asam nitrat P , dan panaskan perlahan .

Tambahkan 2 sampai 3 mL asam nitrat P, dan teruskan pemanasan hingga larutan tak berwarna atau kuning pucat. Dinginkan, tambahkan 10 mL laru tan jenuh amonium oksalat P dan pekatkan dengan pemanasan sampai terbenruk asap putih. Dinginkan, tambahkan air secara perlahan hingga 50,0 mL. Lakukan penetapan menggunakan 25,0 mL.

Susut pengeringan <24> Tidak lebih dari 4 ,0%; Lakukan pengeringan pada

suhu 105 ° selama 2 jam menggunakan 1 g zat. Penetapan kadar

A. Alantoin

Timbang saksama lebih kurang 0,5 g zat yang telah dikeringkan. Lakukan penetapan seperti yang tertera pada Penetapan Nitrogen < 31 > Metode 2.

Tiap mL asam sulfat 0,05 M setara dengan 3,9529 mg C4H6N40 3.

B . Dialuminium trioksida

Timbang saksama lebih kurang 0,5 g zat yang telah dikeringkan , tambahkan 20 mL asam nitrat encer P , larutkan dengan pemanasan, tambahkan air hingga 250 mL. T ambahkan 1 g amonium klorida P dan 3 tetes merah melil LP, didihkan dan tambahkan amonia LP tetes demi tetes hingga warna larutan berubah menjadi kuning , saring. Cuci endapan dengan larutan

(49)

ALUMINIUM HIDROKSIKLORIDA

Aluminum Hydroxychloride

Aluminum Chlorohydrate

OH

I

OH

I

O H - - A I - - AI--OH

I

I

CI OH

[ 12042-91-0]

BM 179,49

Aluminium hidroksiklorida mengandung tidak kurang dari 49,0% dan tidak lebih dari 57,0% aluminium(II) oksida (AI20J : 101,96) serta tidak kurang dari 15,0%

dan tidak lebih dari 19,0% klor (Cl 35,45) dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian Serbuk, serbuk hablur, massa tembus cahaya; putih; tidak berbau.

Identifikasi Larutan zat (l dalam 20) memberikan reaksi Aluminium dan

Klorida seperti yang tertera pada Uji Kualitatif <38 > .

Kejernihan dan warna larutan Larutkan 0, 109 zat dalam 10 mL air; larutan

tidak berwama dan praktis jemih.

Logam berat < 16> Metode 1 Tidak lebih dari 20 bpj; Timbang saksama 1,0 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dalam 10 mL air, tambahkan 2 mL QSam asetat encer P dan air sampai tanda. Lakukan penetapan menggunakan larutan ini sebagai zat uji, dan sebagai pembanding 2,0 mL

Lanltan baku timbal seperti yang tertera pada Lanltan baku <49>.

Besi <20> Tidak lebih dari 0,0 I %; Timbang saksama 1,0 g zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, lal1ltkan dalam 20 mL air, tambahkan 5 mL asam nitrot encer P, didihkan . Dinginkan, tambahkan air hingga 45 mL. Lakukan penetapan menggunakan larutan ini sebagai zat uji, dan sebagai pembanding 4,0 mL

Lanltan baku besi seperti yang tertera pada Lanltan baku < 49>.

Arsen <7> Tidak lebih dari 2 bpj (Alat B); Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat yang dilarutkan dalam 10 mL air, denganAlat B .

(50)

suhu I 15° selama 3 jam, menggunakan I g zat.

Penetapan kadar

A. Aluminium(lII) oksida

Timbang saksama lebih kurang I g zat yang tel ah dikeringkan, larutkan

dalam air hingga 500 mL. Pipet 10 rnL larutan ini , tambahkan I rnL asam

nitrat P dan didihkan. Dinginkan, atur pH hingga lebih kurang 3 dengan penambahan amonium asetat 1 M , tambahkan 25,0 mL din atrium edetat

0,01 M LV, dan didihkan selama 5 menit. Dinginkan, atur pH hingga 5-6 dengan penambahan amonium asetat 1 M dan titrasi dengan zink asetat

0,01 M LV menggunakan indikator 0,5 mLjingga xi/enol LP, sampai warna larutan berubah menjadi ungu merah . Lakukan penetapan blangko.

Tiap mL dinatrium edetat 0,01 M setara dengan 0,5098 mg Al103

B. Klorin

Timbang saksama lebih kurang 0,25 g zat yang telah dikeringkan ,

masukkan ke dalam labu bersumbat kaca. Larutkan dalam 50 rnL air dan tambahkan masing-masing 3 mL asam nitrat P dan nitrobenzen P.

Tambahkan 25 ,0 mL perak nitrat 0,1 M LV, kocok kuat, saring, dan titrasi kelebihan perak nitrat dalam filtrat dengan amonium tiosianat 0,1 M LV

menggunakan indikator 2 rnL besi(JJJ) amonium sulfat LP. Lakukan

penetapan blangko.

Tiap mL perak nitrat 0, 1 M setara dengan 3,54 mg Cl.

ALUMINIUM SILIKAT ALAMI

Natural Aluminum Silicate

Aluminum Silicate

[1327 -36-2]

Aluminium siJikat alami adalah aluminium silikat hidrat yang terbentuk secara

(51)

Pemerian Serbuk putih; tidak berbau.

Identifikasi

A. Pada 0,5 g zat tambahkan 3 mL asam sulfat P (I dalam 3), dan panaskan hingga terbentuk asap putih. Dingin.kan, tambahkan 20 mL air dan saring. Tambahkan amonia LP hingga asam lemah. Larutan memberikan reaksi

Aluminium cara 1 yang tertera pada Vji Kualitatif <38 >.

B. Siapkan butiran dengan me lebur dinatrium amoniumfosfat P pada sengkelit platina . Sentuhkan butiran ke dalam zat dan lebur kembali ; terbentuk massa yang tak dapat melebur berwarna opaq dengan struktur menyerupai jaring setelah pendinginan.

Keasaman atau kebasaan Kocok 5,0 g zat dengan 100 mL air, dan sentrifus:

Larutan bersifat netral.

Garam terlarut Tidak lebih dari 1,6%; 50,0 mL beningan yang diperoleh dari

uji keasaman atau kebas aan, uapkan hingga kering di atas tangas air, pindahkan residu ke dalam kurs porselen yang telah diketahui bobot tetap , pijarkan pada suhu 7000 selama 2 jam, dan timbang.

KJorida <9> Tidak lebih dari 0,021 %; Timbang saksama 5,0 g zat tambahkan

100 mL air, dan didihkan perlahan dengan pengocokan selama 15 me nit. Dinginkan, tambahkan air sampai dengan volume a wal , dan sentrifus. Pad a 10 mL beningan tambahkan 6 mL asam nih'at encer P dan air hingga 50 mL. Gunakan 0,30 mL asam klorida 0,01 M sebagai larutan pembanding.

Sulfat <51> Tidak lebih dari 0,48 %; Pada residu yang diperoleh dan UJI

klorida, tambahkan 3 mL asam klorida encer P, dan panaskan di atas tangas air selama 10 menit, encerkan de ngan air hingga 50 mL, dan saring. Pipet 2,0 mL filn'at ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan I mL asam klorida encer P dan encerka n dengan air sampai tanda. Gunaka n 1,0 mL asam sulfal 0,005 M sebagai larutan pe mbanding.

(52)

kumpulkan beningan dan air cue ian dan tambah.kan amonia pekat P tetes demi

tetes hingga terbentuk endapan. Tambahkan asam klorida encer P tetes demi

tetes sambil dikocok kuat untuk melarutkan endapan. Panaskan larutan dengan

0,45 g hidroksilamin hidroklorida P, dinginkan, dan tambahkan 0,45 g natrium

asetat P, 6 mL asam asetat encer P dan encerkan dengan air hingga 150 mL.

Gunakan 50,0 mL larutan ini sebagai larutan uji. Sebagai pembanding gunakan

2,0 mL Lan/tan baku timba! seperti yang tertera pad a Lan/tan baku <49> ,

tambahkan 0,15 g hidroksilamin hidroklorida P; 0,15 g natrium asetat P; 2 mL

asam asetat encer P, dan encerkan dengan air hingga 50 mL.

Arsen <7> Tidak lebih dari 4 bpj; Timbang saksama lebih kurang 0,5 g zat,

tambahkan 5 mL asam klorida encer P , panaskan hati-hati dengan pengocokan

hingga mendidih, dinginkan segera dan sentrifus, pisahkan beningan.

Tambahkan 10 mL air pad a residu dan ulangi proses dengan cara yang sarna.

Kumpulkan beningan dan pekatkan hingga lebih kurang 5 mL dengan

pemanasan di atas tangas air. Lakukan penetapan dengan Alat B.

Fluorida < 14> Tidak lebih dari 0,0 1%; Lakukan penetapan menggunakan 10,0

g zat.

Susut pengeringan <24> Tidak lebih dari 20,0%; Lakukan penetapan pada

suhu 105° selama 3 jam, menggl.lnakan I g zat.

Daya adsorpsi Pad a 0, 109 zat tambahkan 20 mL larutan bini metilen P (3

dalam 2000), kocok selama 15 menit, biarkan selama 5 jam pada sl.lhl.l lebih

kurang 37°, kemudian sentrifus. Pipet I mL beningan dan encerkan dengan air

hingga 200,0 mL. Masl.lkkan 50,0 mL larutan ke daJam tabung Nessler dan amati

secara horizontal atau vertikal dengan latar belakang putih. Lan/tan pembanding

Encerkan 1,0 mL landan bin/ metilen P (3 dalam 2000) dengan air hingga 400,0

mL. Gunakan 50 mL tarutan pembanding; Warna larutan tidak lebih pekat dari

(53)

ALUMINIUM SILIKAT SINTETIS

Synthetic Aluminum Silicate

Aluminum Silicate [ 1327-36-2]

Aluminium silikat sintetis adalah aluminium silikat hidrat yang diperoleh secara sintetis.

Pemerian Serbuk putih; tidak berbau .

Identifikasi

A. Pada 0,5 g zat tambahkan 3 mL asam sulfat P (I dalam 3), dan panaskan sampai terbentuk asap putih . Dinginkan, tambahkan 20 mL air dan saring. Tambahkan amonia LP hingga asam lemah. Larutan memberikan reaksi

Aluminium cara J yang tertera pada Vji Kualitatif <38>.

B. Siapkan butiran dengan melebur dinatrium amoniumfosfat P pada sengkelit platina. Sentuhkan butiran ke dalam zat dan lebur kembali: terbentuk massa yang tak dapat dileburkan berwarna opaq dengan struktur menyerupai jaring setelah pendinginan.

Keasaman at au kebasaan Kocok 1,0 g zat dengan 20 mL air, dan sentrifus:

Larutan bersifat netral.

KJorida <9> Tidak lebih dari 0,021%; Timbang saksama 5,0 g zat tambahkan

100 mL air, dan didihkan perJahan dengan pengocokan selama IS menit. Dinginkan, tambahkan air sampai dengan volume awal, dan sentrifus. Pada 10 mL beningan tambahkan 6 mL asam nitrat encer P dan air hingga 50 mL.

Gunakan 0,30 mL asam klorida 0,01 M sebagai larutan pembanding.

Sulfat <51> Tidak lebih dari 0,48%; Pada 2,0 mL beningan yang diperoleh dari uji klorida, tambahkan 1 mL asam klorida encer P dan air hingga 50 mL. Gunakan 1,0 mL asam sulfat 0,005 M sebagai larutan pembanding.

(54)

disentrifus, kumpulkan beningan dan air cue ian dan tambahkan amonia pekat P

tetes demi tetes hingga terbennlk endapan. Tambahkan asam klorida encer P

tetes demi tetes sambil dikocok kuat untuk melarutkan endapan. Panaskan

larutan dengan 0,45 g hidroksilamin hidroklorida P, dinginkan, tambahkan 0,45

g natrium asetat P, 6 mL asam aselat encer P dan encerkan dengan air hingga

J 50 mL. Gunakan 50,0 mL Jarutan ini sebagai larutan uj i. Sebagai pembanding

gunakan 3,0 mL Lanttan baku timbal seperti yang tertera pada Lantlan baku <49>, tambahkan 0, J 5 g hidroksilamin hidroklorida P; 0, 15 g natrium asetat P;

2 mL asam asetat encer P, dan encerkan dengan air hingga 50 mL.

Arsen <7> Tidak lebih dari 2 bpj ; Timbang saksama 1,0 g zat, tambahkan 10

mL asam klorida encer P, panaskan hati-hati, dengan pengocokan hingga

mendidi h, dinginkan dan sentrifus. Tambahkan 10 mL air dan ulangi proses

dengan cara yang sama. Kumpulkan dan pekatkan Jarutan hingga lebih kurang 5

mL dengan pemanasan di atas tangas air, lakukan penetapan dengan Alat B.

Susut pengeringan <24> Tidak lebih dari 20%; Lakukan pengeringan pada

suhu 105 ° selama 3 jam, menggunakan 1 g zat.

ALUMUNIUM STEARAT

Alumunium Stearate

Aluminum Tristearate

[637-12-7]

BM 877,39

Alumunium Stearat terutama terdiri dari alumunium distearat, mengandung tidak

kurang dari 3,5% dan tidak lebih dari 6,0% alumunium, AI, BM 26.98, dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian Serbuk halus plltih, tidak berball atall bau khas lemah.

Identifikasi

A. Pad a 3 g zat tambahkan 20 mL enceran asam klorida P (l daJam 20),

(55)

dingin , tambahkan 30

mL

eter P, kocok kuat selama 3 menit dan diarnkan . Lapisan air memberikan reaksi garam alumunium seperti yang tertera pada

Uji kualitatif<38>.

B. Cuci lapisan eter pada A dengan 20 mL, 1 0

mL

asam klorida encer LP.

Kemudian dengan 20 mL air. Uapkan eter di atas tangas air: tetapkan Titik lebur <28> Metode 2: residu melebur antara 52-70°.

Zat Iarut air <57> Masukkan 2,0 g zat ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 80

mL

air, sumbat longgar, panaskan di atas tangas air selama 30 menit dengan sering dikocok. Dinginkan, saring melalui kertas saring kering, cuci dengan sedikit air. Kumpulkan fiitrat dengan air cucian, tambahkan air 100

mL.

Pipet 50

mL larutan, uapkan di atas tangas air, pijarkan: residu tidak lebih dari 10 mg .

Logam alkali tanah dan logam alkali Pad a 2 g zat tambahkan 5 mL air dan 10

mL asam klorida P, didihkan dengan sering dikocok sampai asam lemaknya terpisah dan jernih, saring selagi panas . Cuci residu dengan 50

mL

air panas, kumpulkan filtrat dengan air cucian, tambahkan 30

mL

amonia LP.

Sempurnakan pengendapan dengan penambahan amonium suljida LP,

tambahkan air 200

mL,

kocok, saring melalui kertas saring kering. Buang 20

mL

filtrat pertama, tambahkan 0,5

mL

asam sulfat P pada 100

mL

filtrat, uapkan sampai kering, pijarkan hingga bobot tetap: bobot residu tidak lebih dari 20 mg.

Logam berat <16> Metode 4 Tidak lebih dari 20 bpj; Panaskan 1,0 g zat hati-hati , pijarkan secara bertahap. Setelah dingin, tambahkan 2

mL

asam klorida P,

dan uapkan di atas tangas air hingga kering. Pada residu tambahkan 20 mL air dan 2

mL

asam asetat encer LP, panaskan selama 2 menit. Setelah dingin, saring, dan cuci dengan 15

mL

air. Kumpulkan filtrat dan air cucian, tambahkan air hingga 50

mL.

Sebagai pembanding gunakan 2,0

mL

Larntan baku timbal

seperti yang tertera pada Larntan baku < 49> .

Arsen <7> Tidak lebih dari 2 bpj ; Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat, ditambah 5 mL asam klorida P (1 dalam 2) dan 20 <

Gambar

Tabel  Keasaman  Kebasaan

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian kadar pati dilakukan dengan metode gravimetrik hidrolisa asam (FAO, 2002) yaitu sampel sebanyak 10g dicampur dengan larutan 8% KOH sebanyak 50ml lalu

Seperti pada daerah lain di Kalan, di Jumbang I terdapat juga anomali geokimia unsur U dalam bentuk vien pada batuan kuarsit di beberapa lokasi, dengan kadar cukup tinggi

Sedang dari pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa nilai t hitung CAR sebesar ( − ) 2,467 dengan tingkat signifikansi 0,015 yang berarti CAR berpengaruh

Dengan melihat kedua hasil pengujian statistik beda 2 rata-rata (paired sample t-test) tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengumuman right issue untuk abnormal

Pembentukan dan penetapan Tim Penilai dengan Keputusan Gubernur atau pejabat yang ditunjuk, yang terdiri dari unsur- unsur Badan Koordinasi Penyuluhan, Dinas Kehutanan Provinsi,

Pengujian kadar oksigen kimia atau Chemical oxygen demand (COD) menggunakan refluks tertutup dengan titrimetri ini menggunakan sampel limbah cair dari outlet

Pada pengujian HCO - ini menggunakan metode titrasi asidimetri yaitu titrasi dengan menggunakan larutan baku yang bersifat dalam penetapan kadar suatu zat yang bersifat asam kemudian